Anda di halaman 1dari 165

 
Tanya Jawab Seputar
Pintu Dharma Tanah Suci
Buku 2

Disadur Dari :

Ceramah Upasaka Li Bing-nan

Judul :

淨土法門疑難問題解答

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.

 
Daftar isi
Hal

Tanya Jawab 191~200..................................................................................5~11

Tanya Jawab 201~210................................................................................12~19

Tanya Jawab 211~220................................................................................20~28

Tanya Jawab 221~230................................................................................28~36

Tanya Jawab 231~240................................................................................36~42

Tanya Jawab 241~250................................................................................42~50

Tanya Jawab 251~260................................................................................51~57

Tanya Jawab 261~270................................................................................58~64

Tanya Jawab 271~280................................................................................64~70

Tanya Jawab 281~290................................................................................71~76

Tanya Jawab 291~300................................................................................77~82

Tanya Jawab 301~310................................................................................83~90

 
Hal

Tanya Jawab 311~320................................................................................90~95

Tanya Jawab 321~330..............................................................................96~101

Tanya Jawab 331~340............................................................................102~108

Tanya Jawab 341~350............................................................................108~116

Tanya Jawab 351~360............................................................................117~122

Tanya Jawab 361~370............................................................................123~131

Tanya Jawab 371~380............................................................................131~138

Tanya Jawab 381~390............................................................................139~145

Tanya Jawab 391~400............................................................................146~153

Tanya Jawab 401~410............................................................................153~160

Tanya Jawab 411~417............................................................................160~163

Daftar Pustaka................................................................................................164

Gatha Pelimpahan Jasa...................................................................................165

 
191. Pertanyaan :

Katanya melafal Amituofo atau melafal mantra dapat mengundang


mukjizat, juga dapat mengeliminasi rintangan karma, entah yang
dihapus itu adalah karma baru atau karma lama?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tak peduli karma lama atau baru, seluruhnya juga dilenyapkan. Salju
beku setebal tiga kaki, mustahil bisa terbentuk dalam sehari. Tetapi
begitu semilir musim semi berhembus, pasti juga akan mencair.
Apakah salju yang mencair itu adalah salju lama atau salju baru?
Hanya saja ketika mencair, adalah dari yang dangkal menuju ke
perdalaman dan memerlukan waktu.

192. Pertanyaan :

“Amitabha Sutra” menyebutkan “Buddha Amitabha mencapai


KeBuddhaan sekarang sudah sepuluh kalpa lamanya”, tetapi usia
Buddha Amitabha adalah tanpa batas, sebelum sepuluh kalpa, apakah
sudah ada Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bait sutra ini adalah ditinjau dari Sambhogakaya Buddha Amitabha,


Sambhogakaya Buddha ada awal tiada akhir. Di dalam “Sutra Usia
Tanpa Batas” tercatat bahwa Alam Sukhavati diwujudkan oleh
Buddha Amitabha, jadi sebelum sepuluh kalpa, belum ada Alam
Sukhavati.

 
193. Pertanyaan :

Melafal Amituofo bertujuan untuk menghapus bentuk-bentuk pikiran,


sehingga di hati tiada kekhawatiran lagi, dengan demikian barulah ada
kemungkinan bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Tetapi saya sebagai seorang tentara, tiada waktu luang untuk bisa
duduk tenang, sehingga sulit untuk mewujudkan tujuan ini. Tetapi
harapanku juga bukan untuk terlahir ke Alam Sukhavati, tetapi saya
berharap kelak bisa membantu Buddha Amitabha untuk
menyelamatkan semua makhluk, apakah cita-citaku ini dapat terkabul?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Untuk menyelamatkan para makhluk mesti memiliki persyaratan


seperti kebijaksanaan, pengetahuan Dharma dan sebagainya, jadi
bukan dengan modal kosong maka bisa menyelamatkan para makhluk.

Tujuan dari terlahir ke Alam Sukhavati adalah untuk menimbun


kebijaksanaan, pengetahuan Dharma, sehingga mencapai keberhasilan
dalam waktu singkat, lalu kembali lagi untuk menyelamatkan
makhluk lainnya.

Ibarat anda hendak menolong orang yang tenggelam di air, maka


terlebih dulu harus belajar berenang dan mempunyai kemampuan
untuk menyelam.

 
194. Pertanyaan :

Ketika mengikuti kegiatan pelafalan Amituofo selama tujuh hari, ada


periode berhenti dan keheningan (duduk bersila, memejamkan mata
dan melafal Amituofo di dalam hati).

Pada periode keheningan ini sebaiknya saya melafal Amituofo di


dalam hati atau tidak melafal sama sekali? Saat melafal Amituofo saja
pikiran tidak bisa tenang, apalagi pada periode keheningan ini, lebih
sulit terfokus, bagaimana cara mengatasinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Guru Sesepuh berkata pada periode keheningan, mulut tidak keluar


suara, tetapi melafal Amituofo di dalam hati, dengan demikian
barulah bisa mewujudkan dengan pikiran suci melafal Amituofo
berkesinambungan tak terputus!

Andaikata anda berharap bisa mencapai kondisi batin, meskipun tidak


sedang melafal tapi lafalan Amituofo tetap bergema di dalam hati, ini
bukanlah bisa dicapai oleh praktisi pemula.

Kalau memang tidak sanggup dan bersikeras memaksakan diri, maka


niat pikiran begini juga disebut sebagai khayalan semu, bahkan
ditakutkan bisa mengundang penyakit batin!

 
Terkecuali kalau praktisi tersebut memiliki akar kebijaksanaan yang
sangat tinggi, begitu melafal langsung bisa tenang, maka dia tidak
perlu ikut-ikutan kegiatan formalitas seperti ini lagi.

195. Pertanyaan :

Bagaimana Buddha Sakyamuni dapat mengetahui adanya Alam


Sukhavati di penjuru barat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sang Buddha memiliki kemampuan gaib yang tak terhingga dan tanpa
batas. Insan yang memiliki mata Dewa saja bisa melihat maha ribu
dunia, apalagi Sang Buddha yang memiliki kemampuan gaib yang tak
terhingga dan tanpa batas!

196. Pertanyaan :

Masih teringat beberapa malam yang lalu, bermimpi diri sendiri


sedang berjalan-jalan, tiba-tiba bersua dengan seorang wanita yang
berusia sekitar 50 tahun, melihat diriku dia bersujud, kepalaku
langsung kesakitan, pusing dan tidak kuat berdiri lagi.

Mengetahui bahwa dia adalah jelmaan Mara, saya segera melafal


Amituofo, Mara ini langsung roboh, juga tampak anak cucu Mara juga
ikut berjatuhan, tetapi begitu saya berhenti melafal Amituofo, Mara-
mara ini bangkit dan berdiri, saya langsung terbangun dari tidur.

 
Fenomena apakah ini?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Para makhluk berputar di dalam lingkaran tumimbal lahir, melakukan


banyak karma buruk, menjalin banyak ikatan permusuhan, ketika
pikiran sedang tidak benar, akan mengundang rintangan karma buruk,
sebaliknya ketika pikiran sedang benar, muncul cahaya cemerlang
yang dapat menghapus petaka. Ketika melafal Amituofo, hati adalah
Buddha, Mara permusuhan mana mungkin bisa mendekat?

197. Pertanyaan :

Setelah belajar Ajaran Buddha, saya malah merasa rintangan karma


lebih banyak daripada waktu sebelumnya, apa sebabnya? Apakah
kebajikan itu ada cobaannya, ketrampilan melatih diri bertambah maju
maka godaan Mara juga bertambah berat?

Atau karma buruk yang terakumulasi selama beberapa masa


kehidupan, kini sekaligus berbuah, dalam satu masa kehidupan
melunasi semua beban karma, setelah tuntas baru bisa terlahir ke
Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Justru karena memperpendek masa hukuman, dalam satu masa


kehidupan menuntaskan semuanya, sehingga merasa bahwa setelah

 
belajar Dharma malah rintangan karma lebih banyak daripada waktu
sebelumnya.

198. Pertanyaan :

Katanya Bodhisattva Avalokitesvara hanya menolong orang hidup


dan bukan orang mati, sebaliknya Buddha Amitabha menyelamatkan
yang mati dan tidak menyelamatkan yang hidup, jadi buat apa tergesa-
gesa menuju kematian pergi bertemu Buddha Amitabha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini adalah kepercayaan takhayul masyarakat tradisi, sutra


menyebutkan “dengan hati yang paling tulus melafal sepatah
Amituofo, dapat mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat samsara”.
Bukankah ini adalah fakta bahwa Buddha Amitabha menyelamatkan
orang hidup?

Di dalam “Pu Men Pin” Bodhisattva Avalokitesvara tercantum :


“Seluruh alam penderitaan, Alam Neraka, Alam Setan Kelaparan,
Alam Binatang, penderitaan lahir, tua, sakit dan mati, berangsur-
angsur pasti lenyap”. Bukankah ini adalah fakta Bodhisattva
Avalokitesvara juga menolong orang mati?

Mengenai melafal Amituofo adalah tergesa-gesa menuju kematian


bertemu Buddha Amitabha, lebih merupakan salah tafsir. Ibarat
menimbun persediaan pangan, apakah diperuntukkan buat
menyongsong bencana?

10 

 
199. Pertanyaan :

Meskipun katanya Pintu Dharma Tanah Suci sangat unggul, tetapi


saat menjelang ajal tidak boleh melupakan pikiran benar,
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, barulah bisa memperoleh
penjemputan dari Buddha Amitabha.

Andaikata ternyata si praktisi mati karena ledakan bom, atau tiba-tiba


ditimpa musibah atau bencana. Dalam keadaan begini mana sempat
melafal Amituofo, apakah masih bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pertanyaan yang anda ajukan ini lebih tepat sasaran kalau ditujukan
pada orang yang tidak punya keyakinan dan tekad. Orang-orang kayak
begini, meskipun tanpa pertanyaan anda ini, juga mustahil bisa
terlahir ke Alam Sukhavati.

Praktisi yang kalau tiba-tiba menghadapi ledakan atau ditimpa


bencana, kalau tidak segera memanfaatkan waktu melafal Amituofo,
maka bisa diketahui dalam kesehariannya adalah praktisi pemalas,
hatinya sama sekali tidak diletakkan pada pelatihan diri!

200. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo saat menjelang ajal tiba-tiba muncul niat


pikiran buruk, yang juga merupakan benih jatuh ke tiga alam

11 

 
penderitaan. Jika niat pikiran buruknya ini tidak dilenyapkan, apakah
selamanya berputar dalam tiga alam penderitaan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi pelafal Amituofo saat menjelang ajal jika muncul niat pikiran
buruk, tentu saja akan jatuh ke tiga alam penderitaan. Tetapi dalam
keseharian melafal Amituofo, benih yang ditanam ini takkan musnah,
tetapi sekarang oleh karena tidak adanya faktor pendukung sehingga
benih ini belum bisa berbuah, gagal terlahir ke Alam Sukhavati, tetapi
dengan mengandalkan kekuatan Buddha, dia juga bisa terlahir di alam
bajik.

Orang yang tidak melafal Amituofo takkan kebagian manfaat begini.


Kalau niat pikiran buruk tidak dilenyapkan, maka dengan sendirinya
kelahiran demi kelahiran jatuh ke alam penderitaan.

201. Pertanyaan :

Melafal Amituofo harus dengan perasaan hormat, dengan sendirinya


setiap patah kata harus dilafal dengan jelas, maka itu ritmenya tidak
boleh terlampau cepat, tetapi dikatakan pula melafal Amituofo harus
banyak-banyak. Apakah ini tidak berkebalikkan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setiap kata dilafal dengan jelas, ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi, jumlah lafalan yang banyak juga salah satu syaratnya.

12 

 
Jadi kalau
k melaafal dengann jelas tapi jumlahnyya sedikit, atau menggejar
targeet jumlah laafalan tapii melafalnyya buru-buuru dan tiddak jelas, maka
m
manffaatnya sanngat kecil.

Kalau
u melafal dengan
d jelaas, ditambah rajin-raj
ajin, maka beginilah
b y
yang
indah
h sempurnaa.

2022. Pertaanyaan :

Budddha Amitaabha menncapai KeeBuddhaann sudah sepuluh


s k
kalpa
lamannya, tetappi kenapa sudah seepuluh kaalpa masihh belum bisa
menyyelamatkann semua makhluk,
m b
bahkan parra makhluuk di bum
mi ini
kian lama kian banyak?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Jagatt raya adaalah tak teerbatas, deemikian pula alam-aalam jugaa tak
ngga, paraa makhlukk juga tak terhitung. Para makkhluk di enam
terhin e
alam tumimbal lahir berlaalu-lalang, jadi bukannlah hanyaa manusia yang
y
bertu
umimbal laahir di Plaanet Bumi, para maakhluk yanng berasal dari
alam lainnya, juuga bisa beertumimbaal lahir di Bumi,
B kita hidup di Bumi
B
yang mungil ini,i mana bisa menngetahui para p makhhluk yang tak
terhin
ngga di maaha ribu duunia!

13 

 
203. Pertanyaan :

Alam Sukhavati berjarak begitu jauh dengan kita, kenapa malah


dikatakan “Dalam satu lambaian tangan sudah sampai di Kolam
Teratai”?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yang terlahir ke Alam Sukhavati memang adalah hati kita, jadi


bukanlah tubuh kasar yang merupakan perpaduan empat unsur ini
yang pergi ke Alam Sukhavati. Apa yang kita pikirkan maka dalam
sekejab sudah sampai di sana. Perkataan dalam satu lambaian tangan,
malah terhitung terlampau lamban.

Di dunia ini apa yang merupakan yang paling cepat? Tak lain adalah
kekuatan pikiran. Roket, satelit, bahkan kecepatan cahaya juga tidak
mampu melampauinya, pikiran hendak menuju ke mana, hanya dalam
waktu sekejab saja.

204. Pertanyaan :

Amitabha Sutra menyebutkan “Buddha Amitabha mencapai


KeBuddhaan sudah sepuluh kalpa lamanya”. Apakah Buddha masa
lampau sebelum era Buddha Sakyamuni, juga ada membabarkan Pintu
Dharma Tanah Suci? Apakah para makhluk di era tersebut sudah
terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

14 

 
Tidak kelihatan ada catatannya, jadi tidak berani menjawab sesuka
hati. Cuma menurut dugaan, Buddha Amitabha sebelum mencapai
KeBuddhaan, maka belum ada Alam Sukhavati, jadi Buddha masa
lampau di alam saha tidak menasehati para makhluk untuk terlahir ke
Alam Sukhavati.

Setelah Buddha Amitabha mewujudkan Alam Sukhavati, maka


Buddha masa lampau pasti menasehati para makhluk untuk terlahir ke
Alam Sukhavati.

Amitabha Sutra menyebutkan “yang telah bertekad”, “yang telah


terlahir ke Alam Sukhavati”, adalah menunjuk pada para praktisi
Tanah Suci era terdahulu.

Ajaran para Buddha adalah sama, Buddha Sakyamuni mengatakan


sedemikian rupa, para Buddha masa lampau juga pasti mengatakan
sedemikian rupa.

205. Pertanyaan :

Setelah terlahir ke Alam Sukhavati, mendengar Buddha Amitabha


membabarkan Dharma, apakah akan serupa dengan yang sekarang?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ajaran para Buddha adalah sama, takkan ada dua versi. Hanya saja
sebelum terlahir ke Alam Sukhavati masih merupakan praktisi awam,
setelah terlahir ke Alam Sukhavati, sudah memasuki kondisi batin
15 

 
insan suci, maka itu pembabaran Dharma yang didengar dengan
sendirinya sudah beda.

206. Pertanyaan :

Pada jaman berakhirnya Dharma, satu persatu sutra akan mulai lenyap
dari peredaran, akhirnya yang tersisa cuma “Namo Amituofo” yang
akan muncul di angkasa, asalkan mau melafalnya maka juga bisa
terlahir ke Alam Sukhavati, jadi ini sungguh menguntungkan para
makhluk yang hidup pada era tersebut.

Kalau memang Buddha Amitabha maha maitri maha karuna


menyelamatkan semua makhluk, mengapa tidak sekarang saja muncul
menampilkan diri di angkasa, sehingga umat manusia bersedia
melafal Amituofo terlahir ke Alam Sukhavati? Kenapa malah
memberi keuntungan bagi para makhluk yang hidup pada masa
berakhirnya Dharma?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sepatah “Namo Amituofo”, kini di dinding vihara-vihara bukankah


banyak terukir tulisan ini, pria wanita tua dan muda, semua insan juga
bisa mengetahuinya, bukankah ini juga serupa dengan menampilkan
diri di angkasa?

Apalagi sekarang masih ada ajaran sutra, masih banyak praktisi yang
bersedia belajar Buddha Dharma atas kemauan sendiri, apakah begini
bukan berarti Buddha memberi keuntungan berlebih pada makhluk
yang hidup pada era sekarang ini?

16 

 
Bukaan hanya ini saja, bahkan masih
m bannyak kalyaanamitra yang
y
menyyebarluaskkan Saddhaarma (Dhaarma sejatii), menambbah keyakkinan
g banyak, bukankah hari ini leebih mengguntungkann daripada hari
orang
kelak
k?

2077. Pertaanyaan :

Prakttisi yang melatih


m Pinntu Dharmma Tanah Suci, setelah meninnggal
duniaa, dapat teerbebas daari enam alam tumim mbal lahir,, apakah harus
h
melattih diri di Alam
A Sukhhavati baruulah bisa mencapai
m K
KeBuddhaa an?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Keny
yataannya memang sedemikian
s n rupa. Asalkan terlahir ke Alam
A
Sukh
havati, tidaak ada yanng tidak suudi melatihh diri, bahhkan semuaanya
meru
upakan Boddhisattva Calon
C Budddha, menccapai KeBuuddhaan daalam
waktu
u yang palling singkaat.

Tidakk seperti di
d alam sahha ini, jalinnan jodoh buruk
b banyyak, jodoh suci
sedik
kit, menghaalangi usahha melatih diri, untukk mencapaai KeBuddhhaan
diperrlukan wakktu tiga asaamkheyakaalpa besar.

17 

 
208. Pertanyaan :

Apakah di Alam Sukhavati cuma ada satu bahasa? Kalau bahasanya


berbeda-beda, lantas bagaimana cara penduduk di sana berkomunikasi?
Lalu bahasa apa pula yang digunakan Buddha Amitabha dalam
membabarkan Dharma?

Apakah kita boleh menggunakan bahasa daerah dalam melafal


Amituofo, membaca sutra dan berdoa?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Begitu terlahir ke Alam Sukhavati, telah sempurna akan kemampuan


gaib sempurna dan lidah fasih dalam membabarkan Dharma. Lidah
fasih ini terdiri dari empat jenis kemampuan, salah satunya adalah
menguasai segala jenis bahasa, bahkan kicauan burung dan suara
pepohonan juga bisa dimengerti.

Mengenai bahasa yang digunakan oleh Buddha Amitabha dalam


membabarkan Dharma lebih istimewa lagi, Buddha Amitabha hanya
menggunakan satu jenis bahasa saja dalam menyampaikan ajaranNya,
namun seluruh makhluk yang mendengarnya juga bisa memahaminya.

Setelah memahami hal ini, maka dapat diketahui bahwa tak peduli
menggunakan bahasa apapun untuk melafal Amituofo, membaca sutra,
berdoa, asalkan dengan hati yang setulusnya, maka hasilnya juga
sama.

18 

 
209. Pertanyaan :

Praktisi yang melatih Aliran Sukhavati, dalam hal memuja rupang


Buddha, apakah ada bedanya dengan aliran lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setiap aliran ada sosok pujaannya tersendiri, sebagai tempat


berlindung dan teladan yang hendak ditiru. Contohnya Aliran
Sukhavati memuja “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”, Aliran
Avatamsaka memuja “Tiga Suciwan Alam Avatamsaka”, Aliran
Tantra berjubah dan bertopi merah memuja Padmasambhava,
sedangkan yang berjubah dan bertopi kuning memuja Tsongkhapa dan
sebagainya.

Meskipun setiap aliran memuja sosok pujaan yang berbeda, namun


Buddha Sakyamuni merupakan tokoh pujaan bersama dan buat
seluruhnya.

210. Pertanyaan :

Ruang kebaktian di rumah, digantung beragam jenis rupang dan


patung, apakah ini dibenarkan? Adakah dampaknya terhadap melatih
Aliran Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Rupang Buddha dan patung Dewa jangan dicampuraduk. Lagi pula


praktisi yang sudah mengambil Visudhi Trisarana, hanya boleh
memuja rupang Buddha saja. Kalau tidak bisa terfokus, di dalam hati
19 

 
terukir banyak sosok pujaan, tentunya akan mempengaruhi pelatihan
diri.

Kalau sebelumnya sudah memuja banyak patung Dewa, maka


selanjutnya boleh dengan sikap hormat memberinya kepada kelenteng.
Ajaran Buddha mengajarkan kesetaraan, meskipun kita tidak memuja
Dewa, namun juga tidak boleh meremehkan dan merendahkannya,
kalau tiba-tiba berpapasan, juga harus mempunyai sikap hormat.

Ibaratnya kita harus berbakti pada ayahbunda di rumah, tetapi apabila


ada tamu yang datang berkunjung, kita juga harus memperlakukannya
dengan hormat.

211. Pertanyaan :

Apa makna dari Bunga Teratai dan apa hubungannya dengan Ajaran
Buddha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Makna yang pertama adalah Bunga Teratai merupakan jenis bunga


yang istimewa, begitu tumbuh sudah ada bunga dan buahnya, yang
melambangkan teori dan pengamalan harus sejalan.

Yang kedua adalah alam saha penuh dengan kekeruhan, Alam


Sukhavati adalah alam nan suci, Bunga Teratai menampilkan kesucian,
sebutir debu pun takkan bisa mengotorinya, menjelaskan bahwa Alam
Sukhavati adalah suci dan tidak keruh.
20 

 
Yang ketiga, walaupun bersih dan suci, namun Bunga Teratai tumbuh
keluar dari lumpur, menampilkan bahwa KeBodhian dicapai oleh
karena adanya klesa (kekotoran batin), melatih diri tidak bisa
terpisahkan dari kehidupan keseharian.

Yang keempat, walaupun Bunga Teratai bersih sampai batangnya,


namun juga tidak terpisah dari lumpur, melambangkan bahwa Alam
Sukhavati meskipun suci dan bersih, namun juga takkan memisahkan
diri dari para makhluk yang masih diliputi kekotoran batin, serupa
dengan makna bertekad kembali lagi menyelamatkan makhluk lainnya.

212. Pertanyaan :

Apabila telah sempurna akan tiga bekal yakni yakin, bertekad dan
mengamalkan, tetapi yang paling penting adalah sebersit niat pikiran
terakhir saat menjelang ajal, bagaimana kalau tiba-tiba bertemu
bencana air atau api, atau ditimpa kecelakaan lalu lintas, kalau begini
mana sempat lagi melafal Amituofo, apakah masih bisa terlahir ke
Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau melafal Amituofo sudah jadi kebiasaan, maka dengan


sendirinya bisa dilafal keluar kapan saja dan dimana saja. Seperti kita
melihat orang-orang di dunia ini, kalau bertemu kesusahan, pasti akan
menjerit atau memanggil papa atau mama, oleh karena ini merupakan
tabiat yang dibawa dari lahir, sama juga halnya kalau kita sudah
terbiasa melafal Amituofo.

21 

 
213. Pertanyaan :

Setelah terlahir di Alam Sukhavati, apakah segala sesuatu yang ada di


Alam Sukhavati dapat kita lihat dan kita raba?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tentu saja dapat dilihat dan diraba. Sutra menyebutkan kolam mustika
tempat membasuh tubuh, beragam jenis benda persembahan kepada
para Buddha di sepuluh penjuru, apabila tidak bisa diraba, bagaimana
kita bisa membasuh diri, serta memberi persembahan?

214. Pertanyaan :

Saya sering mendengar guru membahas tentang sembilan tingkat


Bunga Teratai, kelahiran pada tingkatan paling bawah (bagian bawah
tingkatan bawah), harus menanti satu kurun waktu yang sangat lama
barulah bunga bisa bermekar, barulah dapat bertemu dengan Buddha
Amitabha.

Sebelum bunga bermekar, apakah bisa terasa bebas bila berada di


dalam kelopak bunga?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bunga Teratai di Alam Sukhavati besarnya sekitar sepuluh li atau


beberapa puluh li, bagaimana tidak bisa bergerak dengan leluasa dan
nyaman? Hanya saja tidak dapat melihat kewibawaan Alam Sukhavati,
tidak dapat mendengar suara pembabaran Dharma Buddha Amitabha,
maka itu tak terhindarkan dari kebosanan.
22 

 
Mereka itu asalnya adalah pelaku sepuluh kejahatan dan
Pancanantariya Karma, yang tiba-tiba bersua dengan kalyanamitra
yang datang memberi petunjuk, saat menjelang ajal melafal Amituofo
terlahir ke Alam Sukhavati.

Sedangkan kita tidak melakukan sepuluh kejahatan dan


Pancanantariya Karma, lagi pula dalam keseharian melatih diri, kelak
ketika terlahir ke Alam Sukhavati, pasti takkan berada di tingkatan
bawah.

215. Pertanyaan :

Dalam keseharian saya memuja Bodhisattva Avalokitesvara, juga


cuma melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara, apakah dengan
demikian saat menjelang ajal, Bodhisattva Avalokitesvara akan
menjemputku terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo dapat terlahir ke Alam Sukhavati, ini sesuai dengan


tekad agung yang diikrarkan oleh Buddha Amitabha. Oleh karena
alasan ini, maka melafal Amituofo boleh tidak perlu melimpahkan
jasa.

Bodhisattva Avalokitesvara menggunakan “Pintu Universal”


menyelamatkan para makhluk, jadi tidak harus menjemput ke Alam
Sukhavati.

23 

 
Meskipun praktisi yang melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, maka sesuai dengan tekad si
praktisi, Bodhisattva Avalokitesvara juga bisa menjemputnya ke
Tanah Suci Sukhavati, tetapi di dalam tiga sutra Aliran Tanah Suci,
menasehati kita agar melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati, jadi lebih baik kita menerima dan meyakini serta
mengamalkan ajaran sutra, mematuhi ajaran yang telah dibabarkan
oleh Buddha Sakyamuni.

216. Pertanyaan :

Sekarang Buddha Sakyamuni berada di alam mana? Kalau Buddha


Sakyamuni masih berada di alam saha, kekuatan tekad maitri karuna
para Buddha adalah setara, kenapa kita harus terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati?

Kalau dikatakan alam saha ini penuh dengan kekeruhan dan kejahatan,
kenapa selain tiga alam rendah (Alam Neraka, Alam Setan Kelaparan,
Alam Binatang), maka alam para Buddha lainnya dan Alam Dewa
atau surga adalah suci dan bahagia, malah satu-satunya alam saha ini
yang penuh dengan kekeruhan dan kejahatan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yang pertama, Buddha memiliki tiga jenis tubuh (Trikaya),


Dharmakaya memenuhi segala ruang dan waktu, mata kasar manusia
tidak mampu melihatnya, sedangkan Nirmanakaya adalah tubuh
jelmaan menuruti jodoh yang ada, guna menyelamatkan para makhluk,
sejak Buddha Sakyamuni memasuki Parinirvana, Beliau tidak pernah
muncul lagi di alam saha ini.
24 

 
Yang kedua, para Buddha memiliki maitri karuna yang setara, namun
Tanah Suci para Buddha ada perbedaan suci dan keruh, tanah suci
bahagia, tanah keruh menderita, maka itu mesti menjauhi penderitaan
memperoleh kebahagiaan, sehingga harus terlahir ke Alam Sukhavati.

Yang ketiga, kekuatan tekad para Buddha adalah tidak serupa,


kekuatan tekad Buddha Sakyamuni adalah muncul di alam saha untuk
menyelamatkan para makhluk, kekuatan tekad Bodhisattva
Ksitigarbha adalah muncul di Alam Neraka untuk menyelamatkan
para makhluk.

Yang keempat, kebahagiaan di Alam Dewa bukanlah buat selamanya,


di Kamaloka ada lima tanda akhir hayat Dewa Dewi, di Rupaloka ada
tiga bencana besar, sampai di Arupaloka masih tetap juga harus
bertumimbal lahir, bagaimana pantas dikatakan sebagai suci dan
bahagia?

Yang kelima, para makhluk menempati tanah suci atau tanah keruh,
adalah berasal dari kekuatan karma masing-masing.

217. Pertanyaan :

Apakah selesai melafal Amituofo harus membaca “Gatha Pelimpahan


Jasa”? Saya terpikir bahwa saat menjelang ajal, tubuh tersiksa didera
penyakit, empat unsur berpisah, kesadaran menurun, takutnya tidak
sanggup lagi membaca “Gatha Pelimpahan Jasa”, entah bagaimana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


25 

 
“Gatha Pelimpahan Jasa” merupakan sejenis kekuatan tekad yang
dibangkitkan dalam waktu keseharian, saat menjelang ajal tidak perlu
membacanya sendiri, pada momen begini asalkan dengan pikiran suci
melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus, maka sudah
memenuhi tiga bekal yakni yakin, bertekad dan mengamalkan.

218. Pertanyaan :

Ada orang yang berkata padaku : Segala sesuatu tercipta dari hati,
namun sayangnya sebagian orang cuma tahu membangkitkan tekad
terlahir ke penjuru barat, tidak mengenal hati sendiri, ini adalah
kesalahan besar.

Sesepuh Aliran Zen yang ke-6 berkata orang penjuru timur melafal
Amituofo bertekad terlahir di penjuru barat, lantas orang penjuru barat
melafal Amituofo bertekad lahir di mana.

Dia ingin saya mengajukan pertanyaan ini kepada praktisi pelafal


Amituofo, saya tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saya ini tidak berbakat, jadi tidak mampu menjawab pertanyaan


kayak begini. Anda boleh memohon petunjuk padanya, sambil buka-
buka kebijaksanaan.

Yang pertama, dia membaca “Sutra Altar”, sudah berapa kali, apakah
sudah memahami maksud guru sesepuh ke-6 Aliran Zen?
26 

 
Yang kedua, dimanakah penjuru barat itu?

Yang ketiga, hati itu ada di mana, adakah yang besar dan kecil?

Yang keempat, mentari muncul dari arah timur terbenam di barat,


lantas mentari yang muncul dari barat akan terbenam ke mana?

219. Pertanyaan :

Mendiang ayahbunda semasa hidup bervegetarian melafal Amituofo,


memuja Bodhisattva Avalokitesvara, wafat pada usia 74 tahun.
Apakah mereka dapat terlahir ke Alam Sukhavati? Apabila saya ingin
membuat pelimpahan jasa buat mereka, cara apa yang terbaik?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Harus mendalami Pintu Dharma Tanah Suci, menimbun benih ini,


kemudian memetik buahnya. Apabila dapat bervegetarian melafal
Amituofo, tetapi kalau tujuannya adalah memohon pahala, maka cuma
bisa terlahir di Alam Dewa dan Manusia. Demikian benih yang
ditabur, demikian pula buah yang dipetik!

Anda ingin membuat pelimpahan jasa untuk mendiang, hanya bisa


dengan menfokuskan diri melatih Pintu Dharma Tanah Suci, jika
ternyata ayahbunda anda berada di Alam Dewa dan Manusia, maka
juga bisa dengan mengandalkan kekuatan dirimu terlahir ke Alam

27 

 
Sukhavati; andaikata mereka sudah berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati, juga bisa dengan mengandalkan kekuatanmu,
mempertinggi tingkatan Bunga Teratai masing-masing.

220. Pertanyaan :

Setiap melakukan kebaktian saya melafal Amituofo sebanyak 600 kali,


nama Bodhisattva Avalokitesvara 200 kali, nama Bodhisattva
Mahasthamaprapta 200 kali, Sarve Bodhisattvaya Mahasattvaya 3 kali,
dilanjutkan dengan Maha Karuna Dharani 7 kali, apakah boleh begini?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Cara begini belum tentu tidak boleh, tetapi alangkah baiknya kalau
bisa menambah jumlah lafalan Amituofo. Kalau tidak punya waktu,
maka cobalah untuk mengurangi waktu untuk melafal nama
Bodhisattva, diubah jadi melafal Amituofo.

221. Pertanyaan :

Di dunia kita ini, terdapat jarak yang lebar antara miskin dan kaya,
sungguh tidak setara, apakah sampai di Alam Sukhavati nanti juga
serupa?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ratusan sungai bermuara ke laut, asalkan mengalir ke laut maka


segala jenis air disebut sebagai air laut, terlahir ke Alam Sukhavati

28 

 
juga demikian. Meskipun ada sembilan tingkat Bunga Teratai, tetapi
pada akhirnya semuanya ada Calon Buddha, perbedaannya hanya ada
pada kurun waktu melatih diri, yang pasti perbedaan takkan terletak
pada miskin dan kaya duniawi, tumimbal lahir dan penderitaan tak
berujung.

222. Pertanyaan :

Banyak praktisi pelafal Amituofo yang rajin, saat menjelang ajal


malah gagal terlahir ke Alam Sukhavati, apakah dikarenakan beberapa
situasi berikut ini? Yang pertama, karma tetap sulit dialihkan; yang
kedua, tidak menjalankan sila dengan disiplin, kadang kala malah
melanggarnya, diri sendiri tidak menyadarinya, juga tidak ada orang
lain yang mengingatkannya, tidak ada penyesalan; yang ketiga, ketika
melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan menggalang dana,
menjadi agen penjual, membagi barang secara gratis, tidak hati-hati,
sehingga menanam benih karma buruk; yang keempat, saat menjelang
ajal ada jalinan jodoh buruk yang datang mengganggu.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Empat butir yang anda sebutkan dapat disimpulkan jadi dua butir
yakni : yang pertama, karma tetap sulit dialihkan; yang kedua, tidak
disiplin menjalankan sila, harus anda ketahui bahwa dua butir ini
sudah cukup untuk menghalangi usaha terlahir ke Alam Sukhavati,
tetapi benih sebab dari terlahir ke Alam Sukhavati adalah melafal
Amituofo, asalkan mengamalkan latihan utama maka latihan
pendukung juga akan segera menyusul.

Apabila dapat mengerahkan segenap perhatian untuk melafal


Amituofo, maka bagaimana karma tetap tidak bisa dialihkan? Dapat

29 

 
menfokuskan pikiran melafal Amituofo maka takkan melakukan
kejahatan, memperbanyak kebajikan, bagaimana bisa melanggar sila?

Kalau bisa melakukannya berkesinambungan dalam jangka panjang,


pasti dengan ketulusan hati sendiri menggugah kekuatan tekad
Buddha Amitabha, terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa
rintangan.

Orang yang anda katakan gagal terlahir ke Alam Sukhavati, pasti


dikarenakan keyakinan, tekad dan pengamalan yang tidak mencukupi,
jadi bukan karena alasan lainnya.

223. Pertanyaan :

Bagaimana cara melafal Amituofo barulah takkan timbul bentuk-


bentuk pikiran?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus,


maka bentuk-bentuk pikiran akan reda dengan sendirinya. Untuk
selanjutnya takkan lagi mempermasalahkan khayalan atau bukan
khayalan, tak peduli sedang melakukan pekerjaan yang memerlukan
berpikir atau tidak, jangan sampai melupakan Namo Amituofo, ini
adalah ketekunan tanpa kemunduran.

30 

 
224. Pertanyaan :

Ada seorang anggota Sangha yang bilang setiap kelahiran demi


kelahirannya, dia akan bertumimbal lahir jadi Bhiksu dan
menyebarluaskan Buddha Dharma memberi manfaat bagi para
makhluk, tidak sudi terlahir di Negeri Sukhavati. Saya merasa tekad
Bhiksu ini pantas membuat orang jadi salut, tapi Bhiksu ini juga
adalah orang awam, begitu sehela nafas tidak kembali lagi, entah
menuju ke alam mana, masih belum bisa punya kepastian, dengan
demikian bukankah akhir hayatnya sungguh mengerikan? Lalu
ceramah Dharma yang dia berikan, apakah malah menyesatkan diri
sendiri dan orang lain?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terlahir di Alam Sukhavati adalah demi meningkatkan kebijaksanaan


dan kemampuan gaib, bertekad kembali lagi menyelamatkan para
makhluk, menyebarluaskan Buddha Dharma memberi manfaat bagi
semua makhluk, ini merupakan ajaran dasar dari Aliran Tanah Suci.

Kalau beranggapan menjadi ksatria yang cuma tahu menyelamatkan


diri sendiri, maka ini keseluruhannya adalah salah tafsir. Anggota
Sangha yang anda sebutkan itu, bagaimana keadaannya saya juga
kurang paham. Apakah dia akan menyesatkan dirinya sendiri, saya
juga sulit menduganya. Tetapi apakah omongannya itu bisa
menyesatkan orang lain, takutnya hal ini sulit dihindari.

225. Pertanyaan :

Buddha Amitabha adalah rajanya para Buddha, Amituofo merupakan


raja mantra, ucapan begini tercantum di sutra mana?

31 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Amitabha merupakan Dharmakaya, baik cahaya, usia, hati


karuna, kebijaksanaanNya adalah tak terhingga dan tanpa batas,
mengikrarkan 48 tekad agung menyelamatkan semua makhluk, jasa
kebajikanNya melampaui seluruh Buddha, maka itu dikatakan sebagai
Raja Tekad.

Amituofo merupakan nama yang tidak diterjemahkan, oleh karena


merupakan mantra rahasia. Hanya satu aksara saja yakni huruf “A”
sudah merupakan induk dari segala vokal, 84 ribu Dharani adalah
muncul dari sini, Tripitaka juga dibabarkan dari sini, maka itu disebut
sebagai Raja. Persoalan ini tidak perlu terlalu melekat pada fomalitas
sutra.

226 Pertanyaan :

Si A dan si B sama-sama melatih Ajaran Sukhavati, si A bertekad :


“Saat ajalku menjelang, mesti terlahir di Bunga Teratai tingkatan
teratas, apabila cuma tahta perak dan tahta perunggu yang datang
menjemput, maka takkan sudi terlahir ke Alam Sukhavati, lebih baik
bertumimbal lahir saja di alam saha”. Alasannya adalah melatih diri di
alam saha selama sehari bisa melampaui melatih diri di Alam
Sukhavati selama setahun.

Sedangkan si B bertekad : “Saya tidak mempermasalahkan tingkatan


Bunga Teratai tinggi atau rendah, yang penting sekarang adalah bisa
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati”. Alasannya adalah terlebih dulu
mengakhiri samsara, barulah merupakan hal yang aman.

32 

 
Diantara kedua tekad tersebut, yang mana yang lebih ideal?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tentu saja si B, oleh karena si A cuma membual, sama sekali tidak


memahami makna yang dikandung Ajaran Tanah Suci. Kesalahannya
adalah masih berniat bertumimbal lahir lagi di alam saha, demi
memperoleh tahta emas, tidak tahu bahwa begitu lahir di Alam
Sukhavati langsung mencapai ketidakmunduran, dalam satu kelahiran
mencapai tingkatan Calon Buddha, kenapa malah mempermasalahkan
tahta emas?

227. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo yang ingin memperpanjang usianya, agar


bisa mencapai Samadhi Pelafalan Amituofo, mempertinggi tingkatan
Bunga Teratainya, sehingga dalam melakukan kebaktian harian,
ditambah pula dengan melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara dan
nama Buddha Bhaisajyaguru, memohon agar diberkati, apakah
keinginan ini bisa terkabul? Entah sesuai dengan Buddha Dharma
tidak?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yang penting adalah ketekunan, mencapai pikiran terfokus, dengan


demikian bisa mencapai tingkatan atas. Kalau sebaliknya malah ingin
menetap di alam saha untuk mencapai tingkatan atas, bukan saja jatuh
ke dalam “pandangan melekat pada tubuh”, bahkan juga jatuh ke
dalam “pandangan melekat pada usia”, bukankah pikiran demikian
begitu kacau?
33 

 
“Pandangan melekat pada tubuh”, adalah terikat pada tubuh kasar dan
tidak sudi melepaskannya, “pandangan melekat pada usia” adalah
terikat pada umur panjang, tidak sudi terlahir ke Alam Sukhavati.

228. Pertanyaan :

Praktisi yang melatih Ajaran Tanah Suci memiliki penyesalan yang


mendalam karena sepanjang hidup tidak sanggup membalas budi
kebajikan sanak keluarga, maka itu di dalam kebaktian harian,
menambah mengulang nama Bodhisattva Ksitigarbha, berdoa semoga
mendiang ayahbunda dapat terlahir di alam yang lebih baik, supaya
diberkati, apakah boleh begini? Waktu membaca “Gatha Pelimpahan
Jasa”, apakah perlu menyebutkan kalimat “seluruh ayahbunda dari
masa kehidupan lampau”?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Karma Suci memang bukan diperuntukkan buat menyelamatkan diri


sendiri, melafal Amituofo harus menyalurkan jasa kepada semua
makhluk. Budi kebajikan ayahbunda, baik pada masa kelahiran
sekarang maupun dari masa kelahiran lampau, semuanya ini adalah
tak terhingga, praktisi pelafal Amituofo bagaimana boleh tidak
menyalurkan jasa kebajikan kepada mereka?

Kalau ingin melafal nama Bodhisattva Ksitigarbha melakukan


penyaluran jasa, boleh dilakukan di luar kebaktian utama, lalu
membangkitkan tekad lainnya secara terpisah.

34 

 
229. Pertanyaan :

Sutra menyebutkan : “Meskipun telah melewati beratus-ratus bahkan


beribu-ribu kalpa lamanya, benih karma yang telah diperbuat takkan
musnah; ketika benih dan faktor pendukung bertemu, buah akibatnya
juga harus ditanggung sendiri”.

Juga dikatakan : “Dengan hati yang paling tulus melafal sepatah


Amituofo, dapat mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat samsara”.

Dua kalimat di atas, bukankah saling berlawanan? Sebenarnya apakah


orang awam dapat mengeliminasi rintangan karma?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalimat pertama adalah ditujukan kepada para makhluk di enam alam


tumimbal lahir, benih sebab yang ditanam dan buah akibat yang
diterima, kalau para makhluk tidak dapat tercerahkan, tentunya hanya
bisa mengikuti kekuatan karma bertumimbal lahir, demikian benih
yang ditabur demikian pula buah yang dipetik. Benih karma takkan
musnah, begitu bertemu dengan faktor pendukung, pada akhirnya juga
akan berbuah.

Sedangkan kalimat kedua menunjukkan bahwa para makhluk oleh


karena melafal Amituofo sehingga beralih dari sesat menuju ke
pencerahan, dari awam beralih menjadi insan suci, ibarat
membalikkan telapak tangan. Kuncinya tergantung apakah anda sudi
membalikkannya atau tidak.

35 

 
Kedua kalimat tersebut tidak saling berseberangan, masing-masing
memiliki makna tersendiri. Orang awam yang belajar Ajaran Buddha
adalah menuju jalan pencerahan, Buddha dan Bodhisattva asal
usulnya juga adalah orang awam, belajar Ajaran Buddha bagaimana
tidak bisa mengeliminasi rintangan karma? Kalau tidak bisa
mengeliminasi rintangan karma, bagaimana bisa mencapai
KeBuddhaan?

230. Pertanyaan :

Setiap hari selain melafal Amituofo, maka sisa waktu luang lainnya
dipakai buat melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara dan
Bodhisattva Ksitigarbha sebanyak ratusan kali, juga membaca “Sutra
Intan” dan “Pu Men Pin”, masing-masing satu kali, apakah dengan
demikian juga perlu melimpahkan jasa?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setiap kebajikan yang dilakukan, jasa kebajikannya mesti


dilimpahkan ke Tanah Suci Sukhavati.

231. Pertanyaan :

Sejak musim panas tahun lalu saya mulai bervegetarian melafal


Amituofo, tiap kali melafal Amituofo jantungku terasa bergemuruh
tiada henti, kalau sedang tidak melafal maka gemuruh tersebut reda
dengan sendirinya, kadang kala ketika muncul pikiran baik dan buruk,
jantungku kembali bergemuruh.

36 

 
Ini merupakan penyakit batin atau mukjizat dari melafal Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini adalah penyakit batin, yang juga merupakan penghalang,


seharusnya membangkitkan ketulusan bertobat. Cara melafal
Amituofo, ada melafal dengan suara kecil, melafal dengan suara
nyaring, dan sebagainya, anda boleh memilih cara mana yang lebih
sesuai untuk diri anda, yang penting adalah bagaimana agar jantung
tidak bergemuruh lagi, itulah cara terbaik, melafal Amituofo
hendaknya tenang dan bukan bergemuruh ataupun bergerak.

232. Pertanyaan :

Setiap hari kita harus melafal Amituofo hingga ribuan bahkan puluhan
ribu kali, jadi bagaimana kalau tiba HUT Dewa dan Malaikat yang
diperingati setahun sekali, kalau tidak punya waktu luang dan tidak
sembahyang berarti tidak punya rasa hormat, hatipun jadi tidak
nyaman bukan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo adalah untuk mencerahkan batin, menerima


pemberkatan kekuatan Buddha, sekaligus mempersiapkan bekal
terlahir ke Alam Sukhavati, menjadi Calon Buddha, mencapai
KeBuddhaan.

HUT para Dewa dan Malaikat, sudah ada banyak pemeluk tradisi
kepercayaan yang akan menyembahyanginya, umat Buddha buat apa
ikut meramaikannya lagi.
37 

 
Kalau hati merasa tidak nyaman, juga jangan sampai menyembelih
hewan buat sembahyang, gunakan menu vegetarian, melafal Amituofo,
berdoa agar Dewa dan Malaikat terlahir ke Alam Sukhavati, dengan
demikian sesuai dengan makna maitri karuna Buddha.

233. Pertanyaan :

Alam Sukhavati di penjuru barat jauh dan sulit ditempuh, lebih baik
memuja Kaisar Giok, Yesus dan seluruh Dewa Malaikat lainnya juga
dipuja, dengan demikian saat menjelang ajal lebih banyak jalan yang
bisa ditempuh nanti.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sutra menyebutkan “Alam Sukhavati meskipun jauh, namun dalam


satu petikan jari sudah bisa mencapainya”, kenapa dibilang sulit
ditempuh? Memuja banyak Dewa dan Malaikat akan terlahir di Alam
Dewa, apakah anda tidak tahu bahwa Dewa juga belum terbebas dari
lingkaran tumimbal lahir, juga tidak bisa menunjukkan kepada anda,
jalan untuk keluar dari samsara. Dewa yang pahalanya sudah habis
juga tak terhindarkan jatuh ke alam penderitaan.

234. Pertanyaan :

Praktisi yang berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, adakah buktinya?

38 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saat menjelang ajal muncul beragam fenomena istimewa, di dalam


kisah para praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati, sepenuhnya dapat
diandalkan.

235. Pertanyaan :

Di angkasa Alam Sukhavati senantiasa terdengar irama kebahagiaan,


bahkan sehari semalam enam periode waktu turun hujan bunga;
sedangkan di alam saha, di angkasa takkan terdengar irama
kebahagiaan, langit juga tidak menurunkan hujan bunga, apakah
angkasa alam kita ini tidak serupa dengan angkasa Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Negeri Sukhavati sungguh berwibawa, secara keseluruhan tidaklah


sama dengan alam kita ini. Janganlah mengira bahwa permukaan
angkasa di seluruh dunia ini adalah serupa, kenyataannya angkasa di
setiap wilayah adalah berlainan, jadi tidak hanya Alam Sukhavati saja
bukan?

Permukaan angkasa di bumi ini ada yang serupa dan ada pula yang
berbeda, contohnya di wilayah A turun hujan, di wilayah B turun salju,
wilayah C cerah, wilayah D badai, sama-sama berada di satu bumi
dan satu permukaan angkasa, bisa terdapat banyak perbedaan, jadi apa
yang perlu diragukan tentang angkasa di Alam Sukhavati?

39 

 
236. Pertanyaan :

“Amitabha Sutra” menyebutkan bila dalam sehari, dua hari hingga


tujuh hari, melafal Amituofo mencapai pikiran terfokus tak
tergoyahkan, maka bisa terlahir ke Alam Sukhavati, sedangkan
praktisi yang tidak mencapai pikiran terfokus, apakah bisa terlahir ke
Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau tidak bisa mencapai pikiran terfokus maka saat menjelang ajal
membutuhkan para sahabat Dharma datang membantu melafal
Amituofo, apabila tidak ada seorangpun yang bersedia membantu
melafal Amituofo, maka cukup dengan mengerahkan segenap hati
melafal Amituofo, asalkan dapat memusatkan perhatian melafal
Amituofo, tidak melekat pada ikatan kasih duniawi, juga bisa terlahir
ke Alam Sukhavati.

237. Pertanyaan :

Begitu terlahir ke Alam Sukhavati sudah mencapai tingkatan Calon


Buddha, entah itu kelak mencapai KeBuddhaan di Alam Sukhavati
atau di alam penjuru lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Alam semesta tanpa batas, maha ribu dunia tak terhitung, dimana saja
bisa mencapai KeBuddhaan, tak terbatas hanya di Alam Sukhavati.

40 

 
238. Pertanyaan :

Di dalam “Amitabha Sutra” ada disebutkan tentang “Avinivartaniya


(Avaivartika)”, apa artinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Avinivartaniya atau Avaivartika bila diterjemahkan ke dalam Bahasa


Mandarin artinya adalah “tak mundur lagi”. Manusia di dunia ini
memiliki akar kebijaksanaan yang tidak tinggi, lingkungannya juga
buruk, dalam melatih diri selalu maju mundur tidak tetap, maka itu
sangat sedikit praktisi yang berhasil.

Tak peduli bertemu dengan suka maupun duka, hatinya selalu tergerak.
Meskipun sudah dinasehati agar melatih diri, tapi ketika diejek orang
lain atau bertemu dengan kesusahan, lagi-lagi mundur hatinya.
Sedangkan di Alam Sukhavati, takkan mengalami kemunduran lagi.

239. Pertanyaan :

Melafal Amituofo tidak melimpahkan jasa, apakah bisa


mengeliminasi karma buruk?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Juga bisa mengeliminasi karma buruk, tetapi alangkah baiknya kalau


bisa melimpahkan jasa kebajikan.

41 

 
240. Pertanyaan :

Katanya melafal Amituofo keluar suara bisa menyelamatkan manusia


dan makhluk halus, kalau melafal di dalam hati cuma bisa
menyelamatkan alaya-vijnana diri sendiri, betulkah demikian?
Melafal Amituofo dan melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara,
apakah hasilnya sama?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menyelamatkan diri sendiri saja atau menyelamatkan diri sendiri dan


orang lain, semuanya ini tergantung pada kekuatan tekad masing-
masing, jadi tidak ada kaitannya dengan melafal keluar suara atau
tidak.

Melafal Amituofo dan melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara,


pada umumnya hasilnya adalah serupa, tetapi bagi praktisi yang
bertekad lahir ke Alam Sukhavati mesti melafal Amituofo, dengan
demikian barulah sesuai dengan ajaran yang dibabarkan Buddha
Sakyamuni.

241. Pertanyaan :

Saya dengar orang lain bilang, melatih metode Tanah Suci cuma buat
menanam akar kebajikan saja, benarkah demikian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

42 

 
Betul sekali, pohon yang tidak berakar tidak bisa tumbuh, bagaimana
mungkin bisa berbunga dan berbuah? Melafal Amituofo adalah akar
sebab, terlahir ke Alam Sukhavati adalah buah akibat.

Sutra menyebutkan : “Tidak boleh kekurangan akar kebajikan, berkah


kebajikan dan faktor pendukung, supaya bisa terlahir ke Negeri
Buddha Amitabha”.

Orang yang bilang pada anda itu, kesalahannya terletak pada kata
“cuma”, tidak usah menghiraukan niatnya baik atau buruk, hanya
melihat kalimat ini digunakan di mana, begini barulah betul.

242. Pertanyaan :

Ada yang bilang Pintu Dharma Tanah Suci diperuntukkan buat insan
yang memiliki akar kebijaksanaan yang rendah dan lansia, sedangkan
bagi insan yang berpendidikan seharusnya mempelajari ajaran sutra.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Omongan begini juga betul. Praktisi senior jaman dulu berkata : Pada
periode Saddharma (Dharma Sejati), melatih disiplin sila baru bisa
berhasil; pada periode Dharma Mirip, melatih metode Dhyana barulah
bisa berhasil; pada periode berakhirnya Dharma, melafal Amituofo
barulah bisa berhasil.

Bukankah sekarang adalah periode berakhirnya Dharma? Bukankah


makhluk yang berada pada periode ini memiliki akar kebijaksanaan
43 

 
yang rendah? Maka itu sekarang justru merupakan saat yang tepat
untuk melatih metode Tanah Suci!

Bukankah “Amitayurdhyana Sutra” dibabarkan kepada Ratu Vaidehi?


Bukankah saat itu Ratu Vaidehi adalah lansia? Jadi metode Tanah
Suci memang diperuntukkan bagi lansia!

Persoalannya, dari omongan orang itu, apakah praktisi yang melatih


Pintu Dharma Tanah Suci, semuanya tidak boleh belajar ajaran sutra?
Bodhisattva Manjusri, Bodhisattva Samantabhadra, Bodhisattva
Asvaghosa, Bodhisattva Nagarjuna, semua Maha Bodhisattva ini juga
melatih Pintu Dharma Tanah Suci, apakah Mereka tidak menguasai
ajaran sutra?

Upasaka Liu Yi-min, Bai Ju-yi, Su Dong-po, Wen Yan-bo,


merupakan Konfusian besar, semuanya melatih Pintu Dharma Tanah
Suci, apakah mereka buta aksara? Apakah orang yang berpendidikan
tinggi, hanya boleh belajar Tripitaka, menulis artikel, lalu harus
mengabaikan Ajaran Sukhavati?

Omongan begini saya sungguh tidak memahaminya, mungkin kaum


intelek barulah bisa menjawabnya.

243. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo saat menjelang ajal harus dapat


mempertahankan pikiran benar dan kesadaran masih jelas (tidak
pikun), barulah bisa terlahir ke Alam Sukhavati, kalau mendadak mati
44 

 
secara tidak wajar misalnya kecelakaan lalu lintas atau penyakit kritis,
saat itu panik dan pikiran jadi kacau, bagaimana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saat menjelang ajal dapat mempertahankan pikiran benar dan


kesadaran masih jelas, semua ini diperoleh dari ketekunan melafal
Amituofo dalam keseharian, kalau memang ternyata rajin dan giat
berusaha, meskipun mengalami kematian secara tidak wajar, batinnya
juga takkan kacau. Untuk menghindari hal ini maka perlu dibentuk
kelompok Zhu Nian (kelompok yang membantu pasien melafal
Amituofo).

244. Pertanyaan :

Rupang Buddha Amitabha di mahkota Bodhisattva Avalokitesvara


dan botol mustika di mahkota Bodhisattva Mahasthamaprapta, apa
maknanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Rupang Buddha melambangkan karuna (belas kasih universal), botol


mustika melambangkan prajna (kebijaksanaan), dua Suciwan ini
berdiri di kedua sisi Buddha Amitabha, yang mengandung makna
dengan karuna (belas kasih universal) dan prajna (kebijaksanaan)
menyelamatkan semua makhluk.

45 

 
245. Pertanyaan :

Pintu Dharma Tanah Suci merupakan pintu Dharma istimewa yang


dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, cocok buat semua kalangan, tak
peduli akar kebijaksanaan tinggi maupun rendah, semuanya juga
diterima.

Pertanyaan saya adalah : Buddha Amitabha melatih diri membutuhkan


waktu tiga asamkheyakalpa besar, Buddha Sakyamuni melatih diri
juga membutuhkan waktu tiga asamkheyakalpa besar, waktu Buddha
Amitabha dan Buddha Sakyamuni masih melatih diri, apakah masih
belum ada Tanah Suci?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setiap Buddha ada tanah sucinya masing-masing, cuma sebelum


Bhiksu Dharmakara mencapai KeBuddhaan, Tanah Suci Sukhavati
masih belum ada.

246. Pertanyaan :

Kalau memang Pintu Dharma Tanah Suci begitu unggul, kenapa


Buddha Sakyamuni demi membalas budi ayahbundaNya, tidak
menasehati mereka melatih pintu Dharma ini?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ibunda Pangeran Siddhartha (Buddha Sakyamuni) adalah Ratu


Mahamaya, tidak lama setelah Pangeran Siddhartha lahir ke dunia,
Ratu Mahamaya wafat dan terlahir di Surga Tavatimsa, Bibi Pangeran
46 

 
Siddhartha, Mahapajapati Gotami, setelah meninggalkan duniawi
mencapai tingkatan kesucian tertinggi, Arahat.

Ayah Pangeran Siddhartha, Raja Suddhodana dan 60 ribu orang Suku


Sakya, Buddha Sakyamuni menasehati mereka supaya
membangkitkan tekad terlahir ke Tanah Suci, hal ini tercatat di dalam
“Maharatnakuta Sutra”.

Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, menyesuaikan


dengan akar kebijaksanaan masing-masing makhluk, jadi bukan mesti
membabarkan Pintu Dharma Tanah Suci saja bukan?

Apalagi ketika Sang Buddha masih berada di dunia ini, para makhluk
masih memiliki akar kebijaksanaan yang tajam, juga
membabarkannya secara langsung, 84 ribu pintu Dharma, setiap
pintunya juga merupakan Pintu Pembebasan!

247. Pertanyaan :

Pintu Dharma Pelafalan Amituofo dapat mengeliminasi karma buruk,


juga dapat menghapus rintangan penyakit, bisa terlahir ke Alam
Sukhavati, lantas kenapa pula harus melafal mantra?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Akar kebijaksanaan setiap makhluk adalah tidak serupa, setiap insan


memiliki kesukaan tersendiri, maka itu mengapa Buddha Sakyamuni
membabarkan beragam jenis pintu Dharma.
47 

 
“Namo Amituofo” juga merupakan ajaran rahasia, praktisi senior
jaman dulu mengatakan bahwa aksara “A” merupakan induk dari 84
ribu dharani, maka itu melafal Amituofo merupakan ajaran dasar juga
ajaran rahasia!

248. Pertanyaan :

Sutra mengatakan : “Hati adalah Buddha, Hati menjadi Buddha. Jadi


kenapa harus melafal Amituofo? Kenapa pula harus menyelamatkan
makhluk lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Hati adalah Buddha, menunjukkan bahwa para makhluk


sesungguhnya adalah tercerahkan, hati setiap makhluk sebenarnya
adalah suci. Tetapi oleh karena khayalan sehingga muncul Avidya
(kegelapan batin), beralih menjadi makhluk awam, berputar di enam
alam tumimbal lahir dan tidak tercerahkan, jadi bagaimana dikatakan
sebagai Buddha?

Melafal Amituofo adalah mulai tercerahkan, juga disebut sebagai


pencerahan awal, yakni mulai beralih dari sesat ke pencerahan.
Semakin mahir ketrampilan melatih diri maka pencerahan kian jelas,
perlahan hati khayal berubah menjadi hati Buddha.

Andaikata dapat melepaskan segala kemelekatan, tak terkotori oleh


setitik debu pun, meskipun tidak melafal namun lafalan Amituofo
tetap bergema di hati, jiwa sejati terang bagaikan cermin, bercahaya
48 

 
cemerlang dan menerangi, inilah pencerahan sempurna, mencapai
KeBuddhaan.

Tercerahkan atau tidak adalah berasal dari hati, maka itu dikatakan
“Hati menjadi Buddha”. Kalau ingin beralih dari sesat ke tercerahkan,
apakah hal ini bisa terjadi secara kebetulan? Hanya dengan
mengandalkan metode pelafalan Amituofo, barulah bisa beralih dari
sesat ke pencerahan!

Dharmakaya memenuhi segala ruang dan waktu, seluruh makhluk


merupakan satu kesatuan, maka itu Bodhisattva menyelamatkan para
makhluk, namun tidak pernah berpikir sedang menyelamatkan
makhluk lainnya, tetapi para makhluk malah sesat dan tidak
tercerahkan, mesti membangkitkan Maha Bodhicitta, menyelamatkan
semua makhluk yang tak terhingga, barulah berangsur-angsur
mencapai ketidakmelekatan pada rupa.

Makna dari melafal Amituofo dan menyelamatkan para makhluk


adalah terletak di sini.

249. Pertanyaan :

Orang yang tamak akan harta dan ketenaran, apakah saat menjelang
ajal bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

49 

 
Saat menjelang ajal terlahir ke Alam Sukhavati, harus melepaskan
segala kemelekatan, mempertahankan pikiran benar (pikiran yang
mengingat Amituofo) dan kesadaran masih jelas (tidak pikun).

Orang yang tamak akan harta dan ketenaran, andaikata saat menjelang
ajal bertemu dengan kalyanamitra yang datang membantu melafal
Amituofo dan memberinya ceramah, sehingga pasien ikut melafal
Amituofo, berkesinambungan tak terputus, maka bisa terlahir ke Alam
Sukhavati.

Kalau bukan demikian, bisa saja gara-gara melekat pada harta dan
ketenaran sehingga jatuh ke alam penderitaan.

250. Pertanyaan :

“Amitabha Sutra” menyebutkan bahwa “Buddha Amitabha mencapai


KeBuddhaan sudah sepuluh kalpa lamanya”, saya juga pernah
mendengar bahwa sepuluh kalpa di alam saha adalah sama dengan
sepuluh hari di Alam Sukhavati, kalau begini hitungnya bukankah
berarti Alam Sukhavati baru terbentuk sepuluh hari yang lalu?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Di dalam “Sutra Sepuluh Ribu Nama Buddha”, memang tercantum


ucapan begini. Tetapi “Amitabha Sutra” menjelaskan bahwa Bhiksu
Dharmakara mencapai KeBuddhaan sudah begitu lama waktunya,
maka itu tidak boleh menggunakan perhitungan seperti ini untuk
menarik kesimpulan tentang Alam Sukhavati.

50 

 
Amittabha Sutrra juga mengatakan bahwa di Alam Suukhavati tiada t
menttari, rembuulan, planeet, bintangg dan sebagainya, juga tidak ada
perhiitungan kaalpa, makaa itu waktuu di Alamm Sukhavatti adalah tidak
t
berdaaya dikalkuulasi.

2511. Pertaanyaan :

Prakttisi pelafall Amituofo


fo mengkonsumsi daaging tiga kriteria (ttidak
melih
hat dan mendengar
m langsung ketika heewan disem mbelih, buukan
dibun
nuh karenaa sudah dipesan
d terrlebih duluu), kalau melanggar
m sila
pembbunuhan, apakah
a massih bisa terrlahir ke Alam Sukhaavati?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Karmma buruk yang


y dilakuukan secaraa tidak senngaja, balaasannya rinngan,
tetapi kalau dilakukan memangg ada niaat dan sengaja, maka m
hukuumannya berat.
b Kalau dosanyya ringan,, masih punya p haraapan
terlah
hir ke Alaam Sukhavvati, seballiknya kallau dosanyya berat maka m
pasti ada rintanngannya.

Apabbila dapat membanggkitkan keetulusan bertobat, memohon


m p
pada
Guru
u untuk mengulangi
m i memberii sila, ini merupakaan cara untuk
u
memmenuhi kekkurangan yang
y ada, janganlah
j karena tellah melakuukan
kesallahan lalu berputus
b assa dan tidaak berdaya bangkit keembali.

51 

 
252. Pertanyaan :

Si A sekarang lagi melakukan pekerjaan sebagai tukang jagal,


meskipun sudah melafal Amituofo, tapi juga tidak kembali ke jalan
yang benar, apakah saat menjelang ajal bisa terlahir ke Alam
Sukhavati? Apakah karma buruk yang dilakukannya akan berdampak
pada keluarganya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setelah melafal Amituofo tidak boleh melakukan pekerjaan yang


berhubungan dengan pembunuhan lagi, jangan karena keuntungan
sesaat sehingga menghilangkan nyawa makhluk hidup dan merugikan
jiwa kebijaksanaan diri sendiri.

Kalau di dalam keluarga ada yang menjalani pekerjaan sedemikian


rupa, maka harus menasehatinya agar mengubah mata pencahariannya
tersebut. Walaupun dalam waktu singkat tidak bisa beralih, juga harus
memikirkan jalan keluar, agar bisa beralih ke bidang pekerjaan
lainnya.

Sebelum beralih ke bisnis lainnya, bolehlah mewakilinya melafal


Amituofo dan bertobat. Kalau diri sendiri tidak menciptakan karma
pembunuhan, maka takkan menghalangi usaha terlahir ke Alam
Sukhavati.

Pelaku karma buruk menerima buah akibatnya sendiri, ini ditetapkan


oleh Hukum Karma.

52 

 
2533. Pertaanyaan :

Saya pernah menjadi


m penngikut aliran luar, baahkan berssumpah “kkalau
meng gkhianati aliran
a dan menjauhi guru makka akan diisambar peetir”,
setelaah membaaca buku--buku Ajaaran Budddha, barulaah memahhami
keben naran yanng dikanddung Budddha Dharrma, ingiin mengam mbil
Visud dhi Trisaraana, tetapi bagaimanna bila menngingkari sumpah waktu
w
dulu,, apakah beenar akan disambar
d p
petir?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Sump pah serapaah yang dilontarkann oleh alliran luar adalah untuk
u
meng gelabui daan menakuuti pengikuutnya, kalau memanng sudah tahu
bersaalah, makaa segeralaah keluar dari aliraan sesat dan
d bersaarana
(berliindung) paada aliran benar.
b

Wakttu dulu annda bersum mpah, itu adalah


a sum
mpah sesat, hari ini anda
a
melan ngkah di jalan
j benaar, sejak dulu
d hingga sekarangg tidak peernah
terdeengar kalauu ada oranng yang hendak berralih dari aliran
a sesaat ke
aliran
n benar, membuang
m g Mara beralih mennjunjung Buddha, akan a
mend dapat balassan buruk.

Sebaliknya billa sudah melangkah


m h di jalann sesat, taapi tidak mau
kembbali ke jalaan yang beenar, makaa kian mellangkah kiaan salah, jatuh
j
ke daalam konddisi sulit dan tak berrdaya memmbebaskan diri, sekaarang
sudahh waktunyya kembalii ke jalan yang
y benaar, saya uccapkan selaamat
pada anda telahh berhasil memperole
m eh kehiduppan baru.

53 

 
254. Pertanyaan :

Di dalam maha ribu dunia, selain Planet Bumi pasti ada bentuk
kehidupan lainnya, maka itu Alam Sukhavati diyakini pasti nyata
adanya. Tetapi para makhluk di alam saha ini, rintangan karmanya
begitu berat, kalau tidak mempunyai ketrampilan samadhi yang
lumayan, begitu sampai di Alam Sukhavati dan menikmati
kesenangan jadi lupa diri, dengan demikian apakah karma buruk
lampaunya akan berbuah?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati, meskipun di alayavijnana-


nya masih membawa karma lampau, tetapi di Alam Sukhavati
seluruhnya adalah jalinan jodoh suci, sehingga karma lampau cuma
bisa berangsur-angsur sirna, takkan bisa berkembang.

255. Pertanyaan :

Orang yang tidak memeluk Ajaran Buddha, tapi melakukan banyak


kebajikan dan tidak melakukan sepuluh kejahatan, apakah saat
menjelang ajal bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Orang baik ini hanya bisa bertumimbal lahir di Alam Surga


menikmati berkah kebajikannya yang terbatas, pasti tidak bisa terlahir
ke Alam Sukhavati, tidak menanam benih bagaimana bisa memetik
buah?

54 

 
2566. Pertaanyaan :

Prakttisi yang teerlahir ke Alam


A Sukhhavati masiih memilikki rupa, apaakah
rupa ini juga terbentuk dari perpaduan em mpat unsur, kalau beegitu
manaa bisa meniikmati usiaa tanpa battas?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Ada empat jenisj kelaahiran yaakni melaalui kanddungan, telur,


t
mbaban daan menjelm
kelem ma. Praktissi yang terllahir ke Alam
A Sukhaavati
menjelma melaalui Bunga Lotus, tubbuh Narayaana ini tidaak muncul juga
tidak
k lenyap, maka
m itu meemiliki usiaa tanpa battas!

2577. Pertaanyaan :

Setellah lahir di Alam Sukkhavati, apakah begittu Bunga Lotus


L berm
mekar
langssung jadi orang
o dewaasa? Atau masih
m haruus melewati masa kaanak-
kanak k, masa reemaja baruulah dewaasa? Apakaah rupa peenduduk Alam
A
Sukhhavati seruppa dengan manusia?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Begittu Bunga Lotus


L berm
mekar, langgsung mem
mperoleh tuubuh Narayyana
yang berwarna keemasan dan sempuurna dengaan 32 tandaa Buddha.

55 

 
258. Pertanyaan :

Kalau tidak menimbun karma baik yang dilakukan melalui ucapan,


pikiran dan tindakan, serta mengamalkan Sepuluh Kebajikan (Dasa
Kusala Karma), apakah melafal Amituofo bisa efektif?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo adalah pengamalan utama, karma baik yang


dilakukan melalui ucapan, pikiran dan tindakan, adalah pengamalan
pendukung. Pengamalan utama dan pendukung haruslah sejalan,
ibarat burung yang melebarkan sepasang sayapnya terbang melaju ke
depan, maka itu, sebaiknya menambah melatih Sepuluh Kebajikan.

Terkecuali kalau melafal Amituofo sudah sampai mampu melepaskan


segala kemelekatan, pikiran terfokus tak tergoyahkan, maka tidak
perlu menambah melatih Sepuluh Kebajikan, oleh karena bila sudah
mampu mewujudkan pikiran terfokus, tiga jenis karma yakni karma
yang diperbuat melalui tindakan, ucapan dan pikiran telah menjadi
suci.

259. Pertanyaan :

Saya pernah mendengar dalam ceramah guru, Bunga Teratai di kolam


mustika besarnya bagaikan roda pedati, yang berwarna hijau
memancarkan cahaya hijau, yang kuning memancarkan cahaya kuning,
warna merah memancarkan cahaya merah, setelah pulang rumah, saya
tertidur, bermimpi Bunga Teratai berwarna hijau memancarkan
cahaya hijau, muncul di depan mataku, apa maknanya?

56 

 
Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Benih
h suci munncul seketikka.

2600. Pertaanyaan :

Anak
k dan istrriku beradda di wilaayah lainnnya, setiapp hari melafal
Amittuofo minta dilindungi, apakahh begini beertentangann dengan teekad
meny
yelamatkann semua makhluk?
m

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Ketikka manusiaa berada dalam kesusahan, kitaa mewakilii memanjaatkan


doa, ini beralasan dan masuk
m akall, tetapi kaalau dapatt melimpahhkan
jasa kepada
k seluuruh makhhluk, makaa jasa kebajjikan ini leebih besar.

Seunnggun pelitta dapat menerangi


m satu orangg, juga daapat menerrangi
seratu
us orang, sinarnyaa takkan berkurangg, tetapi manfaatm y
yang
diperroleh ada yang
y besar dan kecil.

Istri dan anak memiliki


m j
jalinan joddoh yang paling
p menndalam denngan
diri sendiri,
s booleh terlebbih dulu melimpahk
m kan jasa keepada merreka,
barullah kemuddian melim mpahkan jaasa kepada seluruh makhluk,
m m
mesti
dibanngkitkan daari lubuk hati
h yang paling
p dalamm, kalau buukan demiikian,
makaa manfaat yang
y diteriima tidak seberapa
s beesar.

57 

 
261. Pertanyaan :

Setelah belajar Ajaran Buddha, saya ditertawain orang awam, jadi


timbul kebencian, walaupun saya tahu ini tidak boleh, tetapi ketika
mendengar gunjingan, saya tidak sanggup mengendalikan diri.
Bagaimana mengatasinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terhadap diri sendiri, hendaknya memandang diri sendiri sebagai


Bodhisattva, mesti tercerahkan, mesti bersabar; terhadap orang lain,
hendaknya memandang orang lain sebagai orang awam, barulah dapat
menyempurnakan Jalan Bodhisattva, menyelamatkan makhluk lainnya.
Meskipun makhluk lainnya amat dungu, namun tetap harus
membangkitkan hati karuna (belas kasih universal).

Saat berada dalam suka maupun duka juga menggunakan sepatah


Amituofo, bahkan ketika tidak sanggup mengendalikan amarah, juga
menggunakan sepatah Amituofo sebagai perisai pelindung diri,
caranya adalah melafal berkesinambungan tak terputus, meredam
munculnya kebencian.

Kalau tidak demikian, maka dia dungu, saya pun ikut dungu, bersama-
sama jatuh ke alam penderitaan.

262. Pertanyaan :

Sebelum Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini,


apakah para makhluk tidak dapat terlahir ke Alam Sukhavati?

58 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terlahir pada periode sebelum Buddha muncul di dunia maupun


terlahir pada periode setelah Buddha memasuki Parinirvana, adalah
tidak beruntung, oleh karena tidak memiliki kesempatan mendengar
pembabaran Dharma secara langsung, tidak berdaya memperoleh
pembebasan.

Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini demi


menyelamatkan para makhluk, sudah sebanyak tujuh atau delapan
ribu kali, apabila pada masa kelahiran sebelumnya Sang Buddha
sudah pernah membabarkan Ajaran Sukhavati, sebelum ajaran sutra
musnah, maka para makhluk yang berada pada masa tersebut juga
dapat terlahir ke Alam Sukhavati.

Kalau Pintu Dharma Tanah Suci saja belum pernah dibabarkan,


bagaimana para makhluk bisa terlahir di Alam Sukhavati!

263. Pertanyaan :

Master Shandao setiap melafal sepatah Amituofo akan keluar seberkas


sinar dari mulutnya, apakah benar melafal Amituofo bisa muncul
cahaya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini menyangkut ketrampilan melafal Amituofo, bukan tiap orang bisa


melakukannya, juga bukan tiap orang tidak mampu melakukannya.
59 

 
264. Pertanyaan :

Bodhisattva Ksitigarbha mengikrarkan tekad : “Bila Neraka belum


kosong maka takkan mencapai KeBuddhaan”. Kalau memang suatu
hari nanti Neraka telah kosong, apakah para makhluk di enam alam
tumimbal lahir, seluruhnya telah terlahir di Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Alam Neraka merupakan salah satu dari enam alam tumimbal lahir,
andaikata Neraka sudah kosong, masih ada lima alam tumimbal lahir
lainnya, lagi pula belum tentu para makhluk yang keluar dari Neraka
pasti terlahir ke Alam Sukhavati.

265. Pertanyaan :

Nama Buddha Sakyamuni ada tercatat dalam sejarah sehingga semua


orang bisa mengetahuinya, tetapi mengapa nama Buddha Amitabha
bisa diketahui semua orang padahal sama sekali tidak tercatat dalam
sejarah?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sebuah kerajaan setelah berdiri ada pejabat sejarah yang bertugas


mencatat segala peristiwa yang terjadi pada masa tersebut, kemudian
generasi berikutnya akan menuruti catatan tersebut dan
menuangkannya ke dalam buku sejarah.

60 

 
Orang Tiongkok sendiri cuma mampu membukukan sejarah
sepanjang lebih dari empat ribu tahun yang silam. Buddha Sakyamuni
lahir sekitar 2500 tahun yang silam, jadi Sejarah Tiongkok masih
sempat mencatatnya.

Tetapi Buddha Amitabha mencapai KeBuddhaan sejak sepuluh kalpa


yang lampau, mana ada buku sejarah yang mencatatnya?

266. Pertanyaan :

Melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati adalah demi


mengakhiri samsara. Kalau cuma melakukan kebajikan, berdana,
menghormati Buddha, menghormati Dewa, tetapi tidak melafal
Amituofo, apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kebajikan yang anda sebutkan itu hanyalah merupakan kebajikan


yang ada celahnya, cuma bisa memperoleh pahala saja. Apa yang
ditanam itulah yang dipetik, kalau tidak melafal Amituofo bagaimana
bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Sebagian orang yang menganggap dirinya hebat, menyimpulkan


bahwa belajar Ajaran Buddha itu bukanlah sebuah ajaran yang
menakjubkan, cuma mengajari orang beramal saja. Kalau memiliki
pemikiran seperti ini, maka hasilnya cuma bertumimbal lahir di Alam
Surga menikmati pahala, masih belum bisa mengakhiri tumimbal lahir.

61 

 
Setelah pahala habis dinikmati, sulit terhindarkan dari jatuh ke alam
penderitaan.

267. Pertanyaan :

Apakah menghormati Buddha dan Dewa harus pergi ke vihara,


bukankah Buddha dan Dewa senantiasa berada di dalam rupang
Buddha dan patung Dewa? Ada orang yang mengajak melakukan
kebaktian bersama, tiga hari sekali, bukankah ini juga serupa ikut
keramaian? Apakah dengan demikian bisa melenyapkan bencana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dharmakaya Buddha memenuhi segala ruang, jadi bukan cuma ada di


vihara saja, sedangkan Dewa masih belum memperoleh Dharmakaya,
ruang geraknya cuma terbatas di satu tempat saja, jadi tidak bisa
dibandingkan dengan Buddha.

Melakukan kebaktian bersama tiga hari sekali, lebih bagus daripada


tidak ada sama sekali, apakah bisa melenyapkan bencana, harus
dilihat dari ketulusan hati.

Melafal Amituofo tidak terletak pada formalitas, juga tidak terikat


pada sebuah tempat, orang yang tidak memahami kebenaran, selalu
saja dibelenggu oleh kepercayaan tradisi, takut ini dan takut itu,
banyak sekali yang ditakutkan, khayalan bermunculan tiada henti,
sedangkan melafal Amituofo tidak mampu berkesinambungan tak
terputus, tidak berdaya memperoleh manfaat sesungguhnya dari
Buddha Dharma.

62 

 
Melafal Amituofo adalah urusan diri sendiri, kalau ada yang
membentuk kelompok melafal Amituofo, maka dapat memotivasi diri
sendiri, saling memberi semangat untuk meraih kemajuan batin, tetapi
apakah tulus atau tidak dalam melafal Amituofo, adalah tergantung
pada ketekunan diri sendiri.

268. Pertanyaan :

Memuja Buddha, sembahyang Dewa, perbanyak mendengar ceramah


Dharma, perbanyak melafal Amituofo, jasa kebajikan mana yang
paling besar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo merupakan jasa kebajikan paling besar,


sembahyang Dewa merupakan jasa kebajikan paling kecil.

269. Pertanyaan :

Setiap hari membaca “Maha Karuna Dharani”, “Sukhavati Vyuha


Dharani”, masing-masing sebanyak seratus kali, “Mantra Shurangama”
sebanyak tujuh kali, “Ksitigarbha Sutra”, “Amitabha Sutra”, “Syair
Pertobatan 88 Buddha”, “Pu Men Pin”, “Sutra Hati” masing-masing
satu kali, apakah saat menjelang ajal bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

63 

 
Tidak perlu begitu rumit, kunci terlahir ke Alam Sukhavati terletak
pada sepatah “Namo Amituofo”, jika ada waktu luang maka
tambahlah waktu buat melafal Amituofo, yang lainnya baca sekali
saja sudah cukup, kecuali “Sukhavati Vyuha Dharani” boleh tetap
seperti dulu diulang seratus kali.

270. Pertanyaan :

Setiap hari melakukan kebaktian pagi dan sore dengan melafal


Amituofo sebanyak dua ratus kali, membaca Amitabha Sutra, Maha
Karuna Dharani, Sutra Hati masing-masing satu kali, saat bekerja
menggunakan cara melafal Amituofo di dalam hati, apakah dengan
demikian bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Asalkan berhati tulus, tiada yang tidak terlahir ke Alam Sukhavati.

271. Pertanyaan :

Melafal Amituofo terlahir ke Alam Sukhavati ada pada sebersit niat


pikiran terakhir saat menjelang ajal, tetapi Master Che Wu
mengatakan : “Hendaknya tidak pernah berhenti mengamati niat
pikiran sendiri yang muncul, lebih banyak terjalin dengan alam yang
mana dari Dharmadhatu, dengan demikian bisa melihat dengan jelas
kelak ke jalan mana diri sendiri akan menuju”.

Apakah kedua pernyataan di atas saling berseberangan?


64 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sama sekali tidak berseberangan, ini menjelaskan cara untuk


meningkatkan ketekunan melatih diri. Sebersit niat pikiran terakhir
saat menjelang ajal adalah berasal dari tabiat atau kebiasaan kita
sehari-hari.

272. Pertanyaan :

Buddha Sakyamuni takkan berbohong, sutra menyebutkan bahwa


Alam Sukhavati berwibawa, indah menakjubkan, suasananya hidup
dan realistis, penuh dengan semangat kehidupan. Sebenarnya, paviliun,
pepohonan, bunga dan burung jelmaan, apakah nyata adanya atau
hanya imajinasi manusia?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Anda meragukan keberadaan Alam Sukhavati dan merupakan


imajinasi manusia, ini menjelaskan anda masih tidak memahami
Buddha Dharma. Kalau dikatakan bahwa segala sesuatu tercipta dari
pikiran, sepuluh alam Dharma (Dharmadhatu) muncul dari citta (hati),
bukan hanya Alam Sukhavati, bahkan alam saha ini juga muncul dari
citta, merupakan khayalan semu, sama halnya pula dengan tubuh
jasmani kita yang merupakan perpaduan dari empat unsur (tanah, air,
api dan angin), kalau dipisahkan satu persatu, maka mana yang
merupakan diri sendiri?

Buddha Sakyamuni mengatakan fakta yang sesungguhnya dan apa


adanya, Sang Buddha telah mencapai penerangan sempurna,
memahami kebenaran alam semesta, menyampaikan kebenaran alam
65 

 
semesta ini kepada kita. Kalau memang anda tidak ragu pada ucapan
Buddha Sakyamuni, kenapa pula anda meragukan keberadaan Alam
Sukhavati?

273. Pertanyaan :

Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Amitabha Sutra,


Bodhisattva Manjusri, Bodhisattva Maitreya dan para Bodhisattvaya
Mahasattvaya juga hadir dalam pesamuan mendengarkan pembabaran
sutra, entah waktu itu Mereka hadir dengan penampilan yang
bagaimana, apakah hadirin lainnya dapat melihat keberadaan Mereka?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Meskipun Buddha, Bodhisattva, Dewa, Manusia dan para makhluk


lainnya mempunyai rupa yang tidak sama, setiap jenis makhluk
memiliki rupa mereka tersendiri.

Ibarat air yang dalam, Dewa memandangnya bagaikan lapis lazuli,


manusia melihatnya sebagai air, Naga dan ikan melihatnya bagaikan
awan, setan kelaparan memandangnya sebagai kobaran api.

Kalau para Bodhisattva tersebut tampil dalam wujud yang serupa


dengan manusia, maka orang awam tentu dapat melihatnya. Kalau
tidak demikian, maka hanya orang yang memiliki mata Dewa barulah
dapat melihat keberadaan Mereka.

66 

 
274. Pertanyaan :

Saya selalu mendengar ada “Empat Tingkatan Tanah Suci” di Alam


Sukhavati, tingkatan terendah adalah “Tanah Suci Awam dan
Suciwan”, yakni tanah suci tempat hunian orang awam dan insan suci.
Tetapi saya juga mendengar kalau di Alam Sukhavati semuanya
adalah setara, tiada lagi perbedaan awam dan suci, bagaimana
maksudnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi yang membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati,


belum melenyapkan klesa (kekotoran batin), mereka ini akan tinggal
bersama kalyanamitra, ini adalah salah satu keunggulan Alam
Sukhavati, yang juga menunjukkan kewibawaan kekuatan tekad
Buddha Amitabha.

275. Pertanyaan :

Di Alam Sukhavati, segala sesuatu terwujud sesuai dengan yang


dipikirkan, baik sandang maupun pangan. Yang tidak saya mengerti
adalah kalau di Alam Sukhavati masih memerlukan kebutuhan
sandang dan pangan, bagaimana bisa disebut sebagai Alam Sukhavati
(kebahagiaan tertinggi tiada taranya)?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini khusus ditujukan kepada pendatang baru yang belum bisa


melepaskan kemelekatan akan kebutuhan sandang dan pangan, jadi ini
merupakan salah satu bentuk upaya kausalya yang memberikan
keleluasaan di Alam Sukhavati.

67 

 
276. Pertanyaan :

Di lantai bawah ada bisnis perjudian, restoran non vegetarian, di lantai


atas dibuat ruang kebaktian pelafalan Amituofo, apakah dengan
demikian bisa membawa pengaruh negatif bagi praktisi pelafal
Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi pemula masih melekat pada rupa, jadi sebaiknya


menghindarinya. Kalau dalam waktu singkat belum bisa menjauhi,
maka hanya bisa menfokuskan pikiran melafal Amituofo, masing-
masing mengerjakan urusan sendiri, dengan demikian takkan saling
menghalangi.

277. Pertanyaan :

Buddha Sakyamuni membabarkan bahwa alam saha dipenuhi


penderitaan, Alam Sukhavati barulah bahagia, tetapi kenapa para
makhluk malah melekat pada alam saha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Para makhluk melekat pada lima nafsu keinginan (harta, rupa,


ketenaran, makanan, tidur), menganggap penderitaan sebagai
kesenangan, tabiat yang sudah dipelihara selama kalpa yang tak
terhingga, dalam waktu seketika sulit dihapus.

68 

 
Terhadap Ajaran Buddha, mereka begitu sulit meyakininya, terhadap
Alam Sukhavati, tidak mampu melihatnya langsung dengan mata
kepala sendiri, maka itu terus menerus melekat pada kesesatan tidak
tercerahkan. Ibarat nyamuk yang suka pada bau, sama sekali tidak
berani mendekatkan diri mencium keharuman cendana.

278. Pertanyaan :

Aliran Dhyana mengajari orang agar jangan melekat pada rupa, tetapi
Aliran Sukhavati malah mengajari orang agar melekat pada rupa, jadi
mana yang benar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi pemula manalah mengerti adanya rupa dan tidak adanya rupa,
sehingga selalu saja melekat pada kekosongan (sunya) atau melekat
pada wujud (rupa). Ketahuilah bahwa kemelekatan baik pada “sunya”
maupun “rupa” haruslah dilenyapkan.

Maka itu menasehati para praktisi pemula, janganlah terjebak ke


dalam pengetahuan seperti ini, baik-baiklah melafal Amituofo,
membangkitkan ketulusan bertekad lahir ke Alam Sukhavati, barulah
bisa memperoleh pembebasan sejati.

69 

 
279. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo yang tidak membangkitkan maitri, karuna,


mudita dan upeksa, benarkah tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pintu Dharma Pelafalan Amituofo adalah Mahayana, dengan


membangkitkan Bodhicitta sebagai benih sebabnya. Kalau cuma
berharap diri sendiri saja yang bisa terlahir ke Alam Sukhavati, tekun
melafal Amituofo, juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati, oleh karena
Pintu Dharma Tanah Suci merangkul semua kalangan. Hanya saja
praktisi begini, tingkatan Bunga Lotus yang bisa dicapainya tidaklah
tinggi.

280. Pertanyaan :

Praktisi yang membangkitkan keyakinan melafal Amituofo, tekun


melafal berkesinambungan tak terputus, tapi suatu hari tiba-tiba
dengan sengaja melanggar Lima Sila dan melakukan Sepuluh
Kejahatan, apakah masih bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo menitikberatkan pada keterjalinan hati dan Buddha,


kalau memang sengaja melanggar sila dan melakukan kejahatan,
pikiran suci mana bisa berkesinambungan lagi.

70 

 
Berhasil atau gagal terlahir ke Alam Sukhavati, masih tidak bisa
dipastikan, benih mana yang masak duluan, harus melihat jalinan
jodoh saat menjelang ajal, barulah bisa dipastikan.

281. Pertanyaan :

Selesai membaca “Amitabha Sutra”, apakah masih perlu melafal


mantra? Apakah melafal mantra ada mukjizatnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau mantra itu adalah “Sukhavati Vyuha Dharani”, tentu saja harus
melafalnya. Mukjizat atau tidak, adalah tergantung pada ada tidaknya
ketulusan hati.

282. Pertanyaan :

Gatha Pelimpahan Jasa berbunyi : “Semoga jasa kebajikan ini


dilimpahkan untuk memperindah tanah suci para Buddha, membalas
empat budi besar dan menolong mereka di tiga alam samsara, semoga
mereka yang mendengarkan Dharma ini, semuanya bertekad
membangkitkan Bodhicitta, sampai di akhir penghidupan ini,
bersama-sama lahir di Alam Sukhavati”.

Ada lagi Gatha Pelimpahan Jasa yang berbunyi : “Semoga terlahir ke


Alam Sukhavati, sembilan tingkat Bunga Teratai menjadi ayahbunda,
bunga bermekar bertemu Buddha mencapai Anutpattika-dharma-
ksanti, Bodhisattva Avaivartika senantiasa menemani”.
71 

 
Yang mana yang paling bagus?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yang pertama yang paling bagus, mau melafal kedua-duanya juga


boleh.

283. Pertanyaan :

Buddha Sakyamuni memerlukan waktu selama enam tahun untuk


melatih diri, kenapa Ratu Vaidehi dan lima ratus dayangnya, begitu
mendengar pembabaran Dharma langsung bisa bersua dengan “Tiga
Suciwan Alam Sukhavati”?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dengan mengandalkan pemberkatan dari kemampuan gaib dan


kekuatan kewibawaan Sang Buddha.

284 Pertanyaan :

Master Shandao adalah jelmaan dari Buddha Amitabha, mengajari


orang menfokuskan diri melafal Amituofo, bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati, apabila melatih lebih dari satu Pintu Dharma, oleh karena
hati tidak murni, dari seratus orang sulit ditemukan satu atau dua yang
berhasil, bagaimana yang dimaksud melatih lebih dari satu Pintu
Dharma?
72 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Dharma terdiri dari sepuluh aliran atau sekte, dibagi atas dua
kelompok besar yakni teori dan pengamalan, Aliran Dhyana, Tantra
dan Sukhavati termasuk dalam kelompok pengamalan, peringatan dari
Master Shandao adalah supaya menfokuskan diri melatih Aliran
Sukhavati, bila melatih Aliran Sukhavati lalu ditambah dengan
Dhyana atau Tantra, inilah yang disebut sebagai melatih lebih dari
satu Pintu Dharma.

285. Pertanyaan :

Melatih Pintu Dharma Tanah Suci, boleh membawa serta karma


terlahir ke Alam Sukhavati, menurutku semua karma yang dilakukan
sebelum mengambil Visudhi Trisarana digolongkan sebagai karma
lama, sedangkan yang diperbuat sesudah mengambil Visudhi
Trisarana digolongkan sebagai karma baru, apakah karma lama dan
karma baru juga boleh dibawa serta terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setelah mengambil Visudhi Trisarana, hendaknya tidak menciptakan


karma baru lagi. Apabila sambil melafal Amituofo sambil
menciptakan karma buruk, maka akan terjadi saling tarik menarik
antara karma buruk dan karma suci, siapa yang menang dan siapa
yang kalah, sekarang masih sulit diperkirakan.

Kalau karma buruk yang menang, maka jatuh ke tiga alam


penderitaan, sebaliknya bila karma suci yang menang, maka terlahir
ke Alam Sukhavati, kalau memang ternyata sudah terlahir ke Alam
73 

 
Sukhavati, bagaimana tidak membawa serta karma? Kalau karmanya
tidak dibawa, lantas mau taruh di mana?

286. Pertanyaan :

Di sepuluh penjuru alam terdapat tiga ribu maha ribu dunia, apakah di
penjuru barat juga terdapat tiga ribu maha ribu dunia?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sutra menyebutkan di penjuru barat ada Buddha Amitayus (Buddha


Usia Tanpa Batas) dan para Buddha yang banyaknya bagaikan butiran
pasir di Sungai Gangga, masing-masing Buddha berada di NegeriNya
sendiri, dengan lidah fasih yang tak terhingga membabarkan Dharma
ini, memenuhi tiga ribu maha ribu dunia.

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa di penjuru barat juga tak
terkecuali.

287. Pertanyaan :

Sejak mengambil Visudhi Trisarana, saya melafal Amituofo bertekad


terlahir ke Alam Sukhavati, sering mendengar bahwa saat menjelang
ajal andaikata ada halangan, maka tidak bisa terlahir ke Alam
Sukhavati, kalau begitu bukankah sia-sia saja berdaya upaya?

74 

 
Makanya saya pikir, lebih baik kalau ada guru, keluarga atau kerabat
yang pergi duluan ke Alam Sukhavati, dengan demikian saat
menjelang ajal mereka bisa memberiku bukti dan menjemputku ke
Alam Sukhavati.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Amitabha dengan 48 tekad agungNya, maitri karuna-Nya tak


terhingga, kemampuan gaibNya tanpa batas, cahayaNya senantiasa
menyinari sepuluh penjuru alam, menjemput praktisi pelafal Amituofo.

Apakah anda menganggap kekuatan tekad Buddha Amitabha tak


sebanding dengan kasih sayang individual dari guru, keluarga dan
kerabat anda?

288. Pertanyaan :

Di dalam Sutra Lotus Bab Pintu Universal (Pu Men Pin) disebutkan
bahwa Bodhisattva Avalokitesvara menerima persembahan kalung
mutiara mustika dari Bodhisattva Aksayamati, sehingga timbul
keraguan dihatiku, bukankah Bodhisattva sudah tidak melekat lagi
pada benda berharga, kenapa pula masih menerima persembahan
perhiasan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bodhisattva sesungguhnya tidak membutuhkan barang begini lagi,


maka itu diantara beragam bentuk persembahan, menyebarluaskan
Buddha Dharma merupakan persembahan yang paling berharga.

75 

 
Bodhisattva Avalokitesvara di sini, hanyalah menampilkan tata krama
saja.

Jaman dulu, para kaisar memiliki harta berlimpah, buat apa mereka
masih menerima persembahan dari negara tetangga, oleh karena
menuruti tata krama.

Bodhisattva Avalokitesvara di sini juga mengajari manusia untuk


berdana, untuk melenyapkan nafsu serakah.

289. Pertanyaan :

“Sutra Usia Tanpa Batas” menyebutkan bahwa melatih diri selama


sehari di alam saha melampaui melatih diri selama seratus hari di
Alam Sukhavati”, kalau begini buat apa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Di alam saha penuh sengsara dan tumimbal lahir, sedangkan di Alam


Sukhavati terbebas dari sengsara dan tumimbal lahir.

290. Pertanyaan :

Siang malam melafal Amituofo, siang hari sibuk bekerja, tidak leluasa
bervegetarian, masih mengkonsumsi daging tiga kriteria (tidak
melihat dan mendengar langsung ketika hewan disembelih, hewan itu

76 

 
bukan dibunuh untuk diriku), apakah hal ini akan membawa rintangan
bagi diriku dalam belajar Ajaran Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Asalkan pantang menyerah maka tujuan pasti tercapai, kuncinya


terletak pada melatih berkesinambungan tak terputus. Kebaktian pagi
dan sore memiliki kaitan yang erat dengan latihan dalam keseharian,
ini sangat penting, jadi tidak boleh diabaikan.

Setengah jam sesudah bangun pagi sudah boleh melaksanakan


kebaktian pagi, kalau sibuk dan mendesak, maka boleh menggunakan
metode sepuluh lafalan, hanya membutuhkan waktu sekitar lima
menit. Waktu lainnya, baik berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring
boleh melafal Amituofo di dalam hati.

Saat sekarang ini anda masih mengkonsumsi daging tiga kriteria,


bukanlah halangan, tetapi harus membangkitkan hati maitri karuna,
sebaiknya kalau bisa bervegetarian maka ini lebih bagus.

291. Pertanyaan :

Bagaimana keterkaitan antara melafal Amituofo, belajar Dharma dan


menyelamatkan para makhluk?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

77 

 
Membangkitkan Bodhicitta adalah benih karma suci, melafal
Amituofo untuk mencapai KeBuddhaan, belajar Dharma adalah
mempelajari Pintu Dharma, menyelamatkan para makhluk, ketiga hal
ini merupakan Bodhicitta, mesti dijunjung.

292. Pertanyaan :

Di dalam Sutra Lotus Bab Pintu Universal (Pu Men Pin) tercantum :
“Andaikata ada wanita yang memohon dikaruniai anak laki-laki,
bernamaskara dan memberi persembahan kepada Bodhisattva
Avalokitesvara, maka akan melahirkan anak laki-laki yang memiliki
berkah kebajikan dan kebijaksanaan; kalau ingin memohon dikaruniai
anak perempuan, maka akan melahirkan anak perempuan yang
memiliki rupa yang bagus”.

Katanya Bodhisattva Avalokitesvara menyelamatkan para makhluk


terlahir ke Alam Sukhavati, tetapi kenapa malah mengkaruniai anak?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terlahir ke Alam Sukhavati mesti mendengar Dharma dan menuruti


Dharma melatih diri, barulah bisa berhasil. Sebagian besar manusia
hanya menginginkan pahala Alam Dewa dan Manusia, tidak
membangkitkan tekad mengakhiri samsara, maka itu tidak bisa keluar
dari alam saha.

Bodhisattva Avalokitesvara menuruti kehendak para makhluk, juga


mengabulkan permohonan mereka yang ingin dikaruniai anak laki-
laki maupun anak perempuan, ini hanyalah upaya kausalya sesaat,

78 

 
tujuan akhirnya adalah menuntun para makhluk untuk membebaskan
diri dari enam alam tumimbal lahir.

293. Pertanyaan :

Katanya orang yang meninggal dunia, jasadnya harus didiamkan


selama delapan jam, setelah itu baru boleh digerakkan, sedangkan
bagi yang memiliki ketrampilan melatih diri yang sudah mahir, saat
menjelang ajal mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Alam
Sukhavati, buat apa mesti menunggu delapan jam?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Alayavijnana (kesadaran ke-8 atau gudang kesadaran) merupakan


yang datang paling awal saat bertumimbal lahir dan yang pergi paling
akhir saat meninggal dunia.

Siapa yang tahu kapan alayavijnana akan meninggalkan tubuh kasar?


Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, makanya selama 8
jam, jasadnya jangan digerakkan.

294. Pertanyaan :

Mengapa umat Buddha Mahayana setiap bersua akan saling memberi


salam “Amituofo”? Adakah maknanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


79 

 
Dengan hati yang paling tulus melafal sepatah Amituofo, dapat
mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat samsara, maka itu sepatah
Amituofo merupakan salam yang paling sejahtera, mengandung
makna berkah doa, lagi pula begitu insan lain mendengar kata
“Amituofo”, di Alayavijnana(gudang kesadaran)nya segera tertanam
benih KeBuddhaan.

295. Pertanyaan :

Sutra pegangan Aliran Tanah Suci adalah “Sutra Usia Tanpa Batas”,
“Amitayurdhyana Sutra” dan “Amitabha Sutra”, oleh karena kami ini
kurang pintar dan juga sibuk, makanya kami hanya fokus membaca
“Amitabha Sutra” dan melafal Amituofo, apakah dengan demikian
bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tiga sutra pegangan Aliran Tanah Suci memiliki kegunaan masing-


masing. “Sutra Usia Tanpa Batas” membahas tentang pelaksanaan
Enam Paramita, “Amitayurdhyana Sutra” membahas tentang 16
metode perenungan, “Amitabha Sutra” membahas tentang
menfokuskan pikiran melafal Amituofo.

Untuk urusan belajar, ketiga jenis sutra tersebut boleh dilihat, tetapi
untuk urusan melatih diri, harus menfokuskan pada satu sutra saja.
Kalau memang bisa menuruti “Amitabha Sutra” menfokuskan pikiran
melafal Amituofo, berkesinambungan tak terputus, maka pasti bisa
terlahir ke Alam Sukhavati.

80 

 
296. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo oleh karena masih ada keraguan,


keyakinannya tidak teguh, sehingga terlahir di “Kota Keraguan”,
apakah saat menjelang ajal praktisi begini juga dijemput oleh Buddha
Amitabha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha jelmaan datang menjemput, Bunga Teratai untuk sementara


waktu tidak mekar.

297. Pertanyaan :

Ada empat tingkatan tanah suci di Alam Sukhavati, pada masa


berakhirnya Dharma, para makhluk membawa serta karma terlahir di
tanah suci yang mana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terlahir pada tanah suci yang mana, haruslah dilihat dari ketrampilan
melatih diri, sama sekali tiada kaitannya dengan era waktu.

298. Pertanyaan :

Malam hari tidak bisa tidur, bagaimana sebaiknya?

81 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Berbaringlah dengan menghadap ke sebelah kanan, kedua kaki


dirapatkan, pejamkan mata dan lepaskan segala kemelekatan. Di
dalam hati melafal “Amituofo”. Meskipun tidak terlelap, namun
pikiran tetap difokuskan, ini juga merupakan istirahat. Atau bangun
dan duduk bersila melafal Amituofo, cara begini juga boleh.

299. Pertanyaan :

Mengapa Alam Sukhavati disebut sebagai Negeri Teratai?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bunga Teratai merupakan fenomena yang paling istimewa dan


menakjubkan di Alam Sukhavati, maka itu disebut Negeri Teratai.

Seperti hari ini Tiongkok menjadikan Bunga Plum (mei hua) sebagai
bunga khas negaranya, Jepang menjadikan Bunga Sakura sebagai
bunga khas negaranya.

300. Pertanyaan :

Irama melafal Amituofo sebaiknya ditarik panjang atau pendek, setiap


hari harus melafal Amituofo berapa jumlahnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menarik panjang atau pendek juga tidak sesuai, seharusnya tidak


cepat juga tidak lambat, tidak tergesa-gesa juga tidak lamban. Jumlah
lafalan setiap hari disesuaikan dengan kesibukan dan waktu luang
82 

 
masing-masing, tetapi setelah membaca “Amitabha Sutra”, maka
harus melafal Amituofo sebanyak ratusan atau ribuan kali.

301. Pertanyaan :

Praktisi Aliran Sukhavati dengan Bunga Teratai sebagai ayahbunda,


lantas aliran lainnya harus mengandalkan apa sebagai ayahbunda?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Aliran Sukhavati melampaui Triloka (Kamaloka, Rupaloka dan


Arupaloka), membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, begitu
sampai di Alam Sukhavati, menjelma melalui Bunga Teratai, setelah
melatih diri hingga berhasil, maka mencapai KeBuddhaan.

Sedangkan aliran lainnya bila ingin keluar dari Triloka maka terlebih
dulu harus melenyapkan hingga tuntas kekotoran batin (klesa),
bertemu dengan jiwa sejati mencapai KeBuddhaan, kenapa harus
mengandalkan lagi?

302. Pertanyaan :

Amitabha Sutra menyebutkan bahwa penduduk Alam Sukhavati,


senantiasa di pagi hari menggunakan wadah untuk diisi dengan
beragam jenis bunga segar yang indah, lalu dipersembahkan kepada
para Buddha di sepuluh penjuru. Kenapa penduduk Alam Sukhavati
masih harus memberi persembahan kepada para Buddha di penjuru
alam lainnya?
83 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Memberi persembahan kepada para Buddha adalah menimbun jasa


kebajikan, mendengar pembabaran Dharma adalah mengembangkan
kebijaksanaan. Kalau jasa kebajikan dan kebijaksanaan masih belum
sempurna, bagaimana bisa mencapai KeBuddhaan?

303. Pertanyaan :

Menfokuskan pikiran melafal Amituofo dengan menfokuskan pikiran


melafal “Sukhavati Vyuha Dharani”, adakah perbedaannya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak ada bedanya. Tetapi bagi orang sibuk, melafal Amituofo lebih
praktis daripada melafal mantra. Saat menjelang ajal melafal
Amituofo lebih mudah daripada melafal mantra.

304. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal, yang datang menjemput adalah Buddha


Amitabha atau Buddha yang ada di dalam hati kita?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

84 

 
Yang menjemput adalah Buddha Amitabha yang ada di Alam
Sukhavati di penjuru barat, sutra telah menjelaskannya kepada kita
semuanya, jadi buat apa merasa ragu lagi?

Tetapi Buddha Amitabha juga dapat dikatakan sebagai Buddha di hati


sendiri, supaya anda tidak salah tafsir, maka saya berikan sebuah
perumpamaan. Saya dan ayahbundaku telah lama berpisah jauh, siang
malam saling merindukan satu sama lainnya, menjalin komunikasi
lewat surat menyurat dan telegram. Suatu hari, doaku terkabul,
ayahbundaku datang ke hadapanku.

Menurut anda, apakah yang datang itu adalah ayahbunda yang ada di
dalam hati? Ayahbunda yang ada di hati bukankah juga adalah
ayahbunda yang berada di kejauhan?

305. Pertanyaan :

Ada seorang praktisi pelafal Amituofo yang mempunyai hutang yang


banyak, sampai saat menjelang ajal, malangnya hutang belum dilunasi
semuanya, apakah dengan demikian masih bisa membawa karma serta
terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang ternyata benar tidak berdaya melunasi hutang, maka


tidak memiliki hati serakah dan kikir, takkan menghalangi usaha
terlahir ke Alam Sukhavati. Sebaliknya apabila sambil melafal
Amituofo sambil mendambakan dan rakus akan harta kekayaan,
sengaja tidak melunasi hutang pada orang lain, menjadikan Alam
Sukhavati sebagai tempat pelarian, maka bukan lagi dengan pikiran
85 

 
suci melafal Amituofo, mana pantas membicarakan lagi tentang
terlahir ke Alam Sukhavati? Anda bilang malangnya hutang belum
dilunasi hingga tuntas, tentunya ini temasuk tidak berdaya
melunasinya.

306. Pertanyaan :

Suatu malam selesai melakukan kebaktian, saya memohon pada


Bodhisattva hal bersifat duniawi, malam itu kala terlelap, saya
bermimpi melihat guru mengatakan padaku agar memohon usia,
apakah yang guru maksud itu memohon usia di dunia ini atau
memohon usia di Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kebanyakan mimpi itu bersifat khayalan dan tidak nyata, oleh karena
memohon pada Bodhisattva lalu bermimpi melihat orang lain,
mungkin ini adalah jelmaan Bodhisattva, yang mengatakan pada anda
supaya memohon usia, maksudnya adalah memohon usia tanpa batas
di Alam Sukhavati, jadi bukan memohon usia yang tidak kekal di
dunia ini.

307. Pertanyaan :

“Diantara para Buddha di sepuluh penjuru dari tiga masa, Buddha


Amitabha merupakan yang terunggul”. Bukankah pencapaian
KeBuddhaan itu adalah setara, tetapi kenapa malah ada perbedaan
tingkatan?

86 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini menunjukkan kekuatan tekad Buddha Amitabha dalam


menyelamatkan semua makhluk.

308. Pertanyaan :

Aliran Tanah Suci yang dapat membawa serta karma terlahir ke Alam
Sukhavati, teori ini sungguh berseberangan dengan Hukum Karma,
orang yang melakukan kejahatan, asalkan melafal Amituofo maka
tidak menerima balasannya, malah terlahir ke Alam Sukhavati, kalau
memang begini, siapa lagi yang masih sudi berbuat baik?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Segala niat pikiran, tak peduli niat baik atau niat buruk, perbuatan
baik atau perbuatan jahat, disebut sebagai karma. Ketika muncul niat
pikiran menciptakan karma, maka sebutir benih karma telah tertanam
di Alayavijnana (ladang kesadaran atau kesadaran ke-8), menanti
kelak ketika bertemu dengan faktor pendukung, benih ini akan
bersemi dan menjadi buah akibat.

Benih karma baik dan buruk yang tertanam di ladang kesadaran,


merupakan kekuatan yang menuntun para makhluk bertumimbal lahir
di enam alam tumimbal lahir. Sebagian besar Pintu Dharma melatih
diri, tujuannya adalah menghapus benih-benih karma tersebut, yang
juga disebut sebagai melenyapkan klesa (kekotoran batin). Setelah
seluruh benih-benih tersebut dihapus hingga bersih, disebut sebagai
mencapai Nirvana.

87 

 
Pintu Dharma Pelafalan Amituofo menggunakan metode meredam
niat pikiran dan tindakan baik dan buruk, pikiran difokuskan pada
pelafalan Amituofo, sehingga benih-benih karma suci memenuhi
ladang kesadaran. Sedangkan benih-benih kamar baik dan buruk yang
telah ditanam sebelumnya, tidak memiliki kesempatan bertemu
dengan faktor pendukung, sehingga tidak dapat berbuah, yakni tidak
bisa menghasilkan balasan.

Semakin banyak benih-benih karma suci (melafal Amituofo) yang


ditabur dan ditanam, saat menjelang ajal, benih-benih yang ditimbun
ini akan bereaksi, sehingga berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.

Oleh karena benih-benih karma baik dan buruk yang telah ditanam
tempo dulu itu masih ada, makanya disebut sebagai membawa serta
karma terlahir ke Alam Sukhavati. Setelah terlahir ke Alam Sukhavati
melatih diri menghapus karma lampau tersebut, barulah dapat
mencapai KeBuddhaan.

Apabila menjadikan pelafalan Amituofo sebagai jimat pelindung diri,


maka masih saja menciptakan karma, bertentangan dengan tujuan dari
melafal Amituofo, mana pantas lagi membahas tentang terlahir ke
Alam Sukhavati?

309. Pertanyaan :

Sepanjang hidup melakukan kejahatan, saat menjelang ajal sepuluh


lafalan sudah bisa terlahir ke Alam Sukhavati, kalau begitu, bisa
berbuat jahat sesuka hati, sampai menjelang ajal nanti melafal saja
sepuluh kali maka semua jadi beres, buat apa tiap hari bersusah payah
melatih diri?
88 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Orang yang saat menjelang ajal melafal sepuluh kali saja sudah
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, pada masa kehidupan lampaunya
menanam akar kebajikan yang besar, tetapi oleh karena sesat sesaat,
sehingga melakukan kejahatan.

Kalau bukan orang yang memiliki akar kebajikan yang besar, masa
kehidupan sekarang tidak mungkin suka mendengar lafalan Amituofo,
apalagi saat menjelang ajal di mana empat unsur berpisah, mengalami
siksaan hebat, mana mungkin masih sanggup melafal Amituofo?

Amitayurdhyana Sutra menyebutkan “dengan hati setulusnya” melafal


Amituofo sepuluh kali, sudah bisa terlahir di Alam Sukhavati pada
Bunga Teratai tingkatan bawah bagian bawah (paling rendah), tapi
jangan meremehkan kata “dengan hati setulusnya”.

“Dengan hati setulusnya” adalah melepaskan segala kemelekatan,


mengerahkan segenap perhatian. Sebagian orang saat menjelang ajal
sulit menfokuskan pikiran, masih mendambakan ikatan kasih di dunia
ini, bagaimana bisa melafal Amituofo dengan hati setulusnya? Pada
saat begini kalau ada orang yang masih sanggup melafal Amituofo
dengan hati setulusnya, pasti merupakan orang yang memiliki akar
kebajikan yang besar.

Maka itu, janganlah memiliki hati yang ingin mempertaruhkan


keberuntungan, saat menjelang ajal melafal sepuluh lafalan dan
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, bagi sebagian praktisi pada
umumnya, kalau tidak tekun melatih diri pada waktu keseharian, saat
menjelang ajal tidak berdaya terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas
89 

 
tanpa rintangan, kalau tidak tekun bercocok tanam, mustahil ada hari
panennya bukan?

310. Pertanyaan :

Melafal Amituofo dimulai dari mengulang “Namo Amituofo”, kenapa


setelah itu dilanjutkan lagi dengan mengulang “Amituofo”?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terlebih dulu melafal dengan ritme yang pelan, lalu dilanjutkan


dengan ritme yang cepat, untuk ritme yang cepat ini lebih mudah
menggunakan Amituofo.

311. Pertanyaan :

Apakah melafal Amituofo perlu ditambah visualisasi pada rupang


Buddha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo dan melakukan visualisasi adalah dua jenis metode


yang terpisah dan berlainan, yang tiada kaitannya sama sekali.

Praktisi jaman dulu memang pernah menganjurkan melatih kedua


metode tersebut, tetapi kemudian menekankan supaya memisahkan

90 

 
kedua metode tersebut, yakni melafal Amituofo dan tidak melakukan
visualisasi lagi.

312. Pertanyaan :

Para Buddha di sepuluh penjuru dari tiga masa, Buddha Amitabha


yang terunggul. Ini menunjukkan kekuatan tekad Buddha Amitabha
adalah yang terunggul. Buddha Lokesvararaja memberi ramalan
pencapaian KeBuddhaan kepada Buddha Amitabha, tetapi kenapa
kekuatan tekad Buddha Amitabha malah lebih besar daripada Buddha
Lokesvararaja?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Amitabha merupakan yang terunggul, bukan hanya terbatas


pada kekuatan tekadNya saja. Besar kecilnya tekad yang dimiliki tiada
kaitannya dengan hubungan guru dan siswaNya.

Siswa yang dihasilkan melampaui kemampuan gurunya, merupakan


hal yang biasa.

313. Pertanyaan :

Di dalam “Amitabha Sutra” terdapat kalimat “Sekarang sedang


membabarkan Dharma”, apakah sambil membaca sutra juga perlu
melakukan visualisasi?

91 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

“Amitabha Sutra” tidak mengajari anda melakukan visualisasi,


kalimat tersebut cuma mengatakan bahwa sekarang Buddha Amitabha
sedang membabarkan Dharma di Alam Sukhavati.

314. Pertanyaan :

Andaikata mampu melepaskan segala kemelekatan dan melafal


Amituofo sampai mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, apakah
bisa memperoleh kemampuan gaib?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Belum tentu, setiap praktisi memiliki kondisi batin tersendiri,


meskipun berhasil memperoleh kemampuan gaib, juga bukanlah
tujuan dari melafal Amituofo, jangan sampai timbul niat yang
mendambakan kemampuan gaib.

315. Pertanyaan :

Ada seorang wanita praktisi pelafal Amituofo, saat melahirkan


meninggal dunia, apakah beliau bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Asalkan mampu mempertahankan pikiran benar (pikiran yang melafal


Amituofo) dan kesadarannya masih jelas (tidak pikun), tentu saja
dapat terlahir ke Alam Sukhavati.
92 

 
Mungkin anda beranggapan bahwa wanita yang melahirkan itu
tubuhnya tidak bersih, jadi Buddha Amitabha takut jorok, sehingga
tidak datang menjemputnya. Betapa sesatnya pemikiran begini.
Manusia tidak melahirkan juga jorok, tubuh manusia hanyalah
selembar kulit yang membalut kotoran, yang mengalir keluar dari
sembilan lubang adalah kotoran.

Apakah Buddha Amitabha datang menjemput atau tidak, tergantung


pada hati si praktisi. Dengan tubuh yang merupakan kulit membalut
kotoran, tiada satupun bagian tubuh yang bersih, biasanya sebelum
sembahyang, kita mandi dulu, apakah begini sudah bersih?

Maka itu asalkan hati kita bersih barulah dapat terjalin dengan Buddha.
Asalkan sampah di batin kita dapat dibersihkan maka kotoran di luar
takkan menyentuh raga kita.

316. Pertanyaan :

Praktisi yang cuma tahu membangkitkan tekad terlahir ke Alam


Sukhavati, tetapi tidak bertekad menyelamatkan makhluk
lainnya,bukankah ini egois, berseberangan dengan tujuan maitri
karuna Buddha Sakyamuni?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Orang berhati kerdil seperti ini, pasti tidak membangkitkan Bodhicitta,


tentu saja berseberangan dengan tujuan maitri karuna Buddha
Sakyamuni, meskipun oleh karena ketekunannya melafal Amituofo
93 

 
dan berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, tingkatan Bunga Teratai yang
dicapainya juga tidak tinggi.

317. Pertanyaan :

Melatih pintu Dharma lainnya, tapi ternyata ketrampilan tidak


mencukupi, tidak dapat mencapai tingkatan kesucian, apakah dengan
demikian juga bisa membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Membawa serta karma terlahir ke Tanah Suci Sukhavati merupakan


keunggulan yang hanya dimiliki oleh Aliran Sukhavati, sedangkan di
pintu Dharma lainnya tidak ada.

Anda bertanya apakah bisa atau tidak terlahir ke Alam Sukhavati,


kalau tidak menabur benih, bagaimana bisa berbuah? Kalau tidak
melafal Amituofo, bagaimana bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

318. Pertanyaan :

Tidak belajar gatha, cuma terfokus melafal Amituofo saja, apakah


begini boleh?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

94 

 
Melantunkan gatha hanyalah sebuah tata cara dalam kebaktian saja,
sedangkan melafal Amituofo barulah merupakan topik utama dalam
melatih diri.

319. Pertanyaan :

Setelah lahir ke Alam Sukhavati, tubuh yang dipakai adalah tubuh


jelmaan, apakah tubuh ini memiliki wujud dan nyata adanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sutra menyebutkan bahwa penduduk Alam Sukhavati dapat


membasuh tubuh di kolam air delapan jasa kebajikan, dengan wadah
menampung bunga-bunga buat dipersembahkan kepada para Buddha
di sepuluh penjuru, kaki menginjak di atas Bunga Teratai, terbang
melampaui paviliun, apakah ini bukan tubuh yang nyata?

320. Pertanyaan :

Melafal Amituofo adalah mengandalkan kekuatan tekad Buddha


Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati, kalau saya melafal namaku
sendiri apakah juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Amitabha oleh karena sewaktu masih melatih diri sebagai


Bhiksu Dharmakara, menyeleksi dan memilih apa yang terbaik dari 21
koti alam para Buddha, melatih diri selama lima kalpa, barulah

95 

 
berhasil mewujudkan Alam Sukhavati, bahkan mengikrarkan 48 tekad
untuk menjemput para praktisi pelafal Amituofo.

Kalau anda bermaksud melafal nama sendiri, maka dimanakah tanah


suci saudara? Lantas kelak mau terlahir di mana? Kalau berniat
terlahir ke Alam Sukhavati, sementara melafal nama anda dan
kekuatan tekad Buddha Amitabha saling berseberangan, mustahil bisa
terlahir ke Alam Sukhavati bukan?

321. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo yang masih memiliki keraguan, terlahir ke


Alam Sukhavati di Kota Keraguan, selama 500 tahun tidak bisa
bersua dengan Buddha Amitabha, kalau si praktisi segera menyadari
kesalahannya, apakah bisa langsung bersua dengan Buddha Amitabha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

500 tahun adalah waktu terpanjang berada di dalam Kota Keraguan,


contohnya usia rata-rata manusia seratus tahun, tetapi diantaranya ada
juga yang berusia 1 atau 2 tahun, 10 atau 20 tahun dan sebagainya.

Praktisi yang terlahir di Kota Keraguan, kalau dapat menyadari


kesalahannya dan bertobat, tentu saja Bunga Teratai-nya segera
bermekar bertemu Buddha Amitabha, tidak perlu menanti hingga 500
tahun lamanya.

96 

 
3222. Pertaanyaan :

Prakttisi yang terlahir di


d Kota Keraguan,
K t
terlahir daari kandunngan
Bungga Teratai, apakah serrupa dengaan manusiaa?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Kand
dungan bunga
b adaalah peruumpamaann dari ketidakbebaasan,
kenyataannya tetap menjeelma dari Bunga
B Teraatai.

3233. Pertaanyaan :

Pelak
ku karma baik dann karma buruk paasti menddapatkan buah b
akibaatnya. Meengapa settelah menninggal duunia, sanakk keluargaanya
melafal Amituuofo dan membacaa sutra lalu l mpahkan jasa
melim
kebajjikan, denggan demikiian dia bisaa terlahir ke
k alam bahhagia?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Benih h karma buruk ibaraat es membbeku, sutraa Buddha bagaikan


b s
sinar
menttari, ketikaa sinar meentari menyyinari es membeku
m tersebut, pasti
p
akan mencair beberapa
b bagian. Tetapi kalau diri
d sendirri tidak meelatih
diri, cuma meengandalkaan pelimppahan jasaa dari saanak keluaarga,
berhaarap bisa terlahir kee Alam Suukhavati, tidak
t ada hal yang bisa
begittu gampangg.

97 

 
324. Pertanyaan :

Terlahir ke Alam Sukhavati adalah menjelma melalui Bunga Teratai,


apakah terlahir di alam Buddha lainnya juga serupa, menjelma melalui
Bunga Teratai?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak sama, contohnya alam saha ini merupakan tanah suci Buddha
Sakyamuni, tetapi manusia di sini lahir dari kandungan.

325. Pertanyaan :

Bodhisattva Ksitigarbha menyelamatkan para makhluk, untuk dibawa


ke Alam Sukhavati atau ke tempat lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menuruti tekad masing-masing makhluk, jadi tidak terbatas hanya


Alam Sukhavati.

326. Pertanyaan :

Guru sesepuh pertama Aliran Sukhavati, Master Hui Yuan, mencapai


Samadhi Pelafalan Amituofo, dalam samadhinya melihat Buddha
Amitabha, juga melihat para praktisi yang telah terlebih dulu terlahir

98 

 
ke Alam Sukhavati, contohnya Hui Chi, Hui Yong, Liu Yi-min dan
sebagainya, mengikuti dan berada di samping Buddha Amitabha.

Terlahir ke Alam Sukhavati menjelma melalui Bunga Teratai,


memiliki rupa yang sama, bagaimana Guru sesepuh masih bisa
mengenali mereka?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Meskipun wajah mereka serupa, tetapi oleh karena memiliki


kemampuan gaib, sehingga dapat mengenali mereka. Meskipun
berwajah sama, tetapi dengan kemampuan gaib juga bisa
menampilkan wajah yang berbeda.  

327. Pertanyaan :

Apakah di Alam Sukhavati ada pembagian wilayah seperti di alam


saha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Alam Sukhavati setara dan bebas tanpa rintangan, seluruh wilayah


merupakan satu kesatuan, hanya Buddha Amitabha yang
membabarkan Dharma, tiada batas maupun pembagian wilayah,
hanya ada empat tingkatan kesucian, tiada enam makhluk awam,
meskipun masih ada istilah Dewa dan manusia, namun itu hanyalah
menuruti kebiasaan dan keleluasaan kita saja.

99 

 
328. Pertanyaan :

Pintu Dharma Tanah Suci mengandalkan sepatah Amituofo terlahir ke


Alam Sukhavati, kalau semua orang cuma tahu melafal Amituofo saja,
tidak belajar ajaran sutra, tidak memahami Buddha Dharma, maka
“setiap insan cuma tahu menyapu salju di depan rumah masing-
masing”, kelak siapa lagi yang akan menyebarluaskan Buddha
Dharma? Bahkan Pintu Dharma Tanah Suci juga takkan diketahui
orang lagi.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

“Sutra Usia Tanpa Batas” menyebutkan benih sebab terlahir ke Alam


Sukhavati adalah membangkitkan Bodhicitta, yang biasanya kita sebut
sebagai “Empat Tekad Bodhisattva”, lalu mesti mengamalkan sila,
Sepuluh Kebajikan (Dasa Kusala Karma), berbakti pada ayahbunda,
penuh ketulusan, setia, dapat dipercaya dan sebagainya.

Amitayurdhyana Sutra mengajari agar berwelas asih tidak membunuh,


disiplin dalam mengamalkan sila, membaca sutra Mahayana,
memahami ajaran sutra, yakin pada Hukum Karma dan sebagainya.

Amitabha Sutra mengemukakan bahwa tidak boleh kekurangan akar


kebajikan, berkah kebajikan dan faktor pendukung, barulah bisa
terlahir ke Alam Sukhavati.

Ketiga jenis sutra di atas merupakan sutra pegangan Aliran Sukhavati,


sama sekali tidak mengajari orang agar jangan belajar ajaran sutra.
Aliran Sukhavati memiliki makna yang lebih penting yaitu tujuan
terlahir di Negeri Teratai adalah agar segera mencapai pencerahan,
100 

 
kembali lagi ke alam saha menyelamatkan semua makhluk, jadi bukan
untuk mengejar kesenangan sendiri.

Kemampuan pencerapan masing-masing makhluk itu berbeda-beda,


ada orang yang tidak hobi belajar ajaran sutra, cuma suka
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, juga bisa membebaskan diri
sendiri.

329. Pertanyaan :

Para makhluk memiliki rintangan karma yang berat, melafal Amituofo


terlahir ke Alam Sukhavati merupakan metode yang mudah, tetapi
kenapa Buddha Sakyamuni masih harus membabarkan begitu banyak
pintu Dharma lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Selera setiap orang tidak sama. Terhadap makhluk yang bagaimana,


maka membabarkan pintu Dharma yang bagaimana.

330. Pertanyaan :

Melafal Amituofo terlahir ke Alam Sukhavati, bagaimana kalau


melafal nama Buddha lainnya, apakah juga bisa terlahir ke Alam
Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


101 

 
Menanam buah tidak bisa menghasilkan kacang

331. Pertanyaan :

Melafal Amituofo bisa terlahir ke Alam Sukhavati, andaikata di dalam


hati senantiasa muncul tiga racun, yakni (lobha,dosa dan moha),
apakah juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tiga racun adalah kekotoran batin (klesa), Pintu Dharma Tanah Suci
dapat membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, meskipun
tidak melenyapkan kekotoran batin, tetapi dengan mengandalkan
kekuatan pelafalan Amituofo, sehingga mampu meredamnya, tidak
ada jodoh baginya untuk berkembang.

Kalau tidak tekun melafal Amituofo, maka kekotoran batin tetap saja
bisa muncul, begitu sempat timbul dan tidak mampu meredamnya,
maka tidak berdaya terlahir ke Alam Sukhavati. Maka itu harus
senantiasa mengamati agar pikiran benar (pikiran yang melafal
Amituofo) senantiasa bersemi di dalam sanubari hati, sehingga tiada
kesempatan bagi kekotoran batin untuk muncul.

332. Pertanyaan :

Pada waktu keseharian melafal Amituofo hingga mencapai samadhi,


saat menjelang ajal tiba-tiba muncul jodoh buruk, tidak dapat melafal
Amituofo, bagaimana akibatnya?
102 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang sudah mencapai samadhi, meskipun bertemu jodoh


buruk, tidak sempat melafal Amituofo, namun kesadaran
(alayavijnana) nya juga takkan goyah, belum tentu gagal terlahir ke
Alam Sukhavati, meskipun gagal, dia juga akan terlahir di Alam
Dewa atau Manusia, pahalanya juga akan sangat tebal.

333. Pertanyaan :

Bodhisattva Manjusri, Bodhisattva Samantabhadra, Bodhisattva


Asvaghosa, Bodhisattva Nagarjuna merupakan Bodhisattva calon
Buddha, di sepuluh penjuru alam bebas datang dan pergi, mengapa
Mereka masih bertekad terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menjadi contoh teladan, menasehati dan mengajari semua makhluk


agar bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.

334. Pertanyaan :

Bodhisattva Maitreya merupakan salah satu hadirin pada pesamuan


“Amitabha Sutra”, kenapa tidak membangkitkan tekad terlahir ke
Alam Sukhavati, malah terlahir di Surga Tusita?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

103 

 
Untuk mengemban tugas dari Buddha Sakyamuni. Bodhisattva
Maitreya kelak akan mencapai KeBuddhaan di alam saha,
menyelamatkan para makhluk di alam yang penuh dengan lima
kekeruhan ini.

335. Pertanyaan :

Melafal Amituofo mesti melepaskan segala kemelekatan, apakah


tekad di hati juga harus dilepaskan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo mesti melepaskan segala kemelekatan,


menfokuskan pikiran pada keyakinan, tekad dan pengamalan.
Melepaskan segala kemelekatan artinya adalah melepaskan jalinan
jodoh duniawi, jadi bukan malah melepaskan keyakinan, tekad dan
pengamalan.

Jadi yang harus dilepaskan adalah jalinan kasih orang awam, namun
tekad terlahir ke Alam Sukhavati, tidak boleh dilepaskan. Tanpa tekad
tersebut, bagaimana bisa terlahir ke Tanah Suci Sukhavati?
Bagaimana bisa kembali lagi menyelamatkan para makhluk di alam
saha?

104 

 
336. Pertanyaan :

Meskipun dalam keseharian melafal Amituofo mampu


berkesinambungan, tetapi saat menjelang ajal pikiran jadi goyah, juga
tidak ada yang datang membantu melafal Amituofo, apakah bisa
terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saat menjelang ajal pikiran harus benar dan kesadaran juga masih
jelas, barulah bisa terlahir ke Alam Sukhavati, Untuk menghindari
pikiran goyah maka diperlukan Zhu Nian (membantu orang lain
melafal Amituofo), inilah pentingnya peranan Keluarga Buddhis.

337. Pertanyaan :

Melafal Amituofo dengan suara nyaring dan melafal di dalam hati,


apakah jasa kebajikannya berbeda?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo dengan suara nyaring dapat mengusir rasa kantuk,


orang lain juga bisa ikut mendengar nama Buddha. Melafal dalam hati
mudah memasuki samadhi, takkan mengganggu orang lain. Setiap
cara ada kelebihannya masing-masing, cara mana yang hendak
digunakan tergantung keadaan perorangan.

105 

 
338. Pertanyaan :

Ada orang yang berkata apabila semua orang terlahir ke Alam


Sukhavati, bukankah nantinya di alam saha tidak ada manusia lagi?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Para makhluk di maha ribu dunia yang tak terhingga, dituntun oleh
kekuatan karma, mati di sini lahir di sana, saling datang dan pergi,
bagaimana mungkin tidak ada orangnya?

Meskipun kosong dan tidak berpenghuni lagi, juga tidak usah


disayangkan. Ibarat semua narapidana di penjara sudah dibebaskan,
apakah mungkin masih ada narapidana lain yang merasa ragu dan
tidak sudi pergi?

Tidak ada tempat yang aman di Triloka (Kamaloka, Rupaloka,


Arupaloka), ibarat rumah yang terbakar. Kalau semuanya bisa terlahir
ke Alam Sukhavati, bukankah ini merupakan hal yang patut dirayakan?

339. Pertanyaan :

Di dalam Sutra Usia Tanpa Batas disebutkan bahwa Bhiksu


Dharmakara mendengar pembabaran Dharma dari Buddha
Lokesvararaja tentang 21 koti alam para Buddha, melewati seratus
miliar tahun. Pada saat itu Bhiksu Dharmakara meskipun sedang
melatih Jalan Bodhisattva, namun tetaplah seorang Bhiksu, mengapa
bisa memiliki usia yang begitu panjang?

106 

 
Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Sutraa Usia Tanpa


T Battas menyeebutkan bahwa
b Taathagata telah
t
menccapai penccerahan seempurna akkan kebennaran dari alam sem mesta
dan kehidupan
k manusia, kebijaksannaan Nya adalah sullit diukur oleh
seluruuh Maha Bodhisattvva, yang telah sem mpurna, tiada rintanngan.
Beliaau mampuu memperppanjang waaktu yang sangat singkat mennjadi
seratuus juta kaalpa yang tak terhiingga, jugga dapat memperpen
m ndek
waktu u yang sanngat panjanng menjaddi hanya seebersit niatt pikiran. Raga
R
dan seluruh inndera Nya tidak berrtambah maupun
m beerkurang, tidak
t
munccul juga tiddak lenyap.

Meng gapa Budddha mem miliki kebbijaksanaann yang begitu beesar,


moraalitas dan kemampuuan? Kareena kebijaaksanaanNNya sedikiitpun
tiada halangann, tanpa batas,
b makka itu di dalam seemua Dhaarma
memmperoleh keebebasan nan
n sempurrna.

Makaa itu walaupun


w sudah melewati
m seratus miliar
m taahun,
kenyataannya hanya
h ada dalam
d sebeersit niat pikiran. Meeskipun Bhhiksu
Dharrmakara haanyalah seeorang Bhiiksu, tetappi dengan mengandaalkan
kekuatan Budddha, sehinngga mam mpu dalam m sebersitt niat pikkiran
berdiiam selamaa seratus miliar
m tahunn.

Seperrti sebuah perumpam maan yang mengisahkkan pelajarr jaman daahulu


kala yang
y bernaama Huangg Liang, bermimpi bagaimana
b dia lulus ujian
u
sarjan
na, lalu menjadi
m pejjabat, dia menjalani hidup sellama bebeerapa
puluhh tahun daalam kejayyaan dan kaya rayaa, ketika terbangun
t dari
tidurn
nya, air rebbusan jugaa masih bellum mendiidih.

107 

 
340. Pertanyaan :

Setelah terlahir ke Alam Sukhavati, bertekad kembali lagi ke alam


saha menyelamatkan para makhluk, apakah Bodhisattva juga akan
serupa dengan orang awam mengalami penderitaan lahir, tua, sakit
dan mati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Penampilan luar Bodhisattva akan serupa dengan orang awam, namun


intinya terdapat perbedaan yang besar. Ibarat artis yang sedang
melakoni sebuah peranan, meskipun tampak seperti sungguhan, tetapi
dia sangat menyadari peranan yang sedang dilakoninya.

Bodhisattva menjalankan misiNya di dunia, meskipun tampak serupa


dengan orang awam, namun di dalam hatiNya mengemban tugas
menyelamatkan para makhluk.

Makhluk awam bertumimbal lahir ke dunia oleh karena dituntun


kekuatan karma, Bodhisattva dengan kekuatan tekadNya
menyelamatkan para makhluk, para makhluk tersesat dan tidak
tercerahkan, Bodhisattva mencerahkan diri sendiri dan mencerahkan
makhluk lain. Maka itu disebut intinya berbeda.

341. Pertanyaan :

Ada seorang mahasiswa yang mengatakan kalau saya bisa


membuktikan keberadaan Alam Sukhavati barulah dia mau belajar
Ajaran Buddha. Bagaimana saya harus menjawabnya?

108 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Jika ingin membuktikan keberadaan sebuah fakta, ada tiga standarnya,


yaitu pembuktian langsung, pengambilan asumsi dan mengetahuinya
dari buku agama atau buku ilmu pengetahuan.

Apa yang dimaksud dengan pembuktian langsung? Yakni fakta yang


didengar dan dilihat dengan mata kepala sendiri. Apa yang dimaksud
dengan pengambilan asumsi? Contohnya di sebelah tembok ada asap,
maka kita mengambil asumsi bahwa ada api.

Tetapi lingkungan cakupan manusia ada batasnya, pengetahuan


manusia juga masih sederhana. Melalui ajaran dari Suciwan yang
membabarkan kebenaran dari alam semesta dan kehidupan manusia,
inilah yang disebut dengan ajaran agama.

Semua kebenaran ini merupakan fakta yang diperoleh secara langsung


oleh para Suciwan, asalkan kita sudi menerima kebenaran yang
dibabarkan olehNya, bahkan giat berusaha untuk mencapai dan
membuktikan kebenaran tersebut, maka kita juga akan serupa menjadi
seorang Suciwan.

Setiap orang dibatasi oleh ruang dan waktu, usia seseorang ada
batasnya, kalau kita keras kepala tidak mau menerima pengalaman
dan pengetahuan dari Suciwan pendahulu kita, maka selamanya umat
manusia takkan mengalami kemajuan.

109 

 
Orang awam yang belajar kesenian juga membutuhkan seorang guru,
apalagi insan yang mengejar kebenaran untuk membebaskan diri dari
tumimbal lahir.

Buddha Sakyamuni adalah insan yang mengucapkan fakta yang


sesungguhnya, Beliau mulanya adalah seorang putra mahkota,
mengapa malah meninggalkan kegemerlapan duniawi? Apalagi tidak
berbohong merupakan sila besar dalam Ajaran Buddha!

Alam Sukhavati tercantum di dalam semua sutra dan sastra, jadi apa
lagi yang mesti diragukan? Contohnya satu kali rotasi bumi dianggap
sebagai siang dan malam, satu kali revolusi bumi dianggap sebagai
satu tahun, teori ini mendapat pengakuan dan pengesahan dari para
ilmuwan, tetapi ini tidak bisa kita buktikan dengan mata kepala
sendiri.

Bahkan ketika kita duduk di atas pesawat terbang, juga tidak melihat
langsung kalau bumi ini sedang berotasi dan berevolusi. Bumi
berotasi adalah disampaikan oleh ilmuwan kepada kita, jadi ini juga
termasuk ilmu pengetahuan dari para ilmuwan.

Kita begitu yakin pada para ilmuwan, kenapa malah tidak bisa
meyakini Buddha Sakyamuni? Tiga ribu maha ribu dunia yang
dikemukakan oleh Sang Buddha, kini telah dibuktikan dan diakui oleh
para ilmuwan, sehingga manusia percaya bahwa di luar angkasa masih
terdapat banyak planet lainnya, serta bentuk kehidupan lain selain
manusia.

Jagat raya begitu luas tanpa batas, bagaimana mungkin takkan ada
keberadaan sebuah Alam Sukhavati?
110 

 
342. Pertanyaan :

Manusia boleh memberi ceramah Dharma, apakah benda mati juga


boleh berceramah? Kalau benda mati berceramah, apakah orang hidup
bisa mendengarnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Memberi ceramah Dharma tidak terbatas pada mulut saja, di Alam


Sukhavati semilir angin berhembus meniup pepohonan mustika,
mengalunkan irama menakjubkan. Mendengar Dharma juga tidak
terbatas pada telinga saja, Pratyeka-buddha melihat bunga beterbangan
dan daun melayang jatuh, bisa mencapai pencerahan.

343. Pertanyaan :

Master Yongming Yanshou mengatakan bahwa melatih metode


Dhyana dan metode Sukhavati secara bersamaan adalah ibarat
memakai tanduk macan, bagaimana cara melatih kedua metode
tersebut sekaligus?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi jaman dulu memberi ceramah adalah disesuaikan dengan


keadaan era waktu tersebut, sesungguhnya tujuan utama dari Master
Yanshou adalah menyebarluaskan Ajaran Sukhavati, dan bukan
melatih Dhyana, hanya saja memanfaatkan Dhyana untuk menuntun
para praktisi memasuki Pintu Dharma Tanah Suci.
111
344. Pertanyaan :

Saat berada dalam suasana suka dan serba lancar, saya bervegetarian
melafal Amituofo, tetapi ketika berada dalam suasana duka dan serba
susah, saya beralih makan daging dan berhenti melafal Amituofo.

Saya tahu saya berdosa, bagaimana cara memperbaiki kesalahan ini?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Belajar Ajaran Buddha adalah urusan ksatria, kalau memang sudah


bertekad maka harus ada niat tulusnya, yakni kekayaan takkan
mengacaukan hatiku, kemiskinan takkan menggoyahkan prinsip
moralku, kekuasaan takkan mengubah cita-citaku, mana boleh karena
mengalami kesusahan lalu mundur?

Sekarang hanya ada satu cara yakni bertobat di hadapan rupang


Buddha, mulai hari ini kembali bervegetarian melafal Amituofo. Bila
berbuat salah, asalkan mau kembali ke jalan yang benar maka tidak
ada lagi kebajikan yang lebih besar daripada ini!

345. Pertanyaan :

Kenapa penduduk Alam Sukhavati semuanya adalah pria?

112 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bodhisattva tidak dapat dikatakan memiliki rupa pria atau wanita, pria
dan wanita adalah istilah duniawi, jadi kata pria di sini hanyalah
menuruti kebiasaan sebutan kita saja.

Bodhisattva sesungguhnya adalah tanpa rupa, namun Bodhisattva bisa


menjelma ke dalam beragam bentuk rupa, contohnya Bodhisattva
Avalokitesvara sering menjelma ke dalam wujud wanita untuk
menyelamatkan para makhluk, jadi apakah boleh dikatakan bahwa
Bodhisattva Avalokitesvara adalah wanita?

346. Pertanyaan :

Apakah tujuan terlahir ke Alam Sukhavati boleh dijadikan dua poin :


yang pertama, muak dengan kekeruhan alam saha, mengejar kesucian
Alam Sukhavati; yang kedua, terlahir di Alam Sukhavati memperoleh
jasa kebajikan yang tak terhingga dari Buddha Amitabha, memupuk
benih kebajikan, mengembangkan akar kebijaksanaan,
mempersiapkan diri untuk kembali lagi menyelamatkan para makhluk.

Menurut saya poin yang kedua perlu dijelaskan agar setiap praktisi
dapat mencapai kondisi batin yang lebih tinggi.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kebenaran dari Aliran Sukhavati memang sedemikian rupanya.


Bukankah di dalam sutra telah disebutkan bahwa membangkitkan
Bodhicitta adalah benih karma suci?

113 

 
Tiga jenis sebab akibat dalam Aliran Sukhavati juga telah
menjelaskan dengan terperinci : melafal Amituofo adalah benih sebab,
bertemu Buddha adalah buah akibat; bertemu Buddha adalah benih
sebab, mencapai KeBuddhaan adalah buah akibat; mencapai
KeBuddhaan adalah benih sebab, menyelamatkan para makhluk
adalah buah akibat.

Namun kelak di kemudian hari, akar Mahayana akan semakin sedikit,


sehingga poin yang pertama lebih banyak dibahas. Oleh karena diri
sendiri saja tidak sudi diselamatkan, bagaimana lagi membahas
menyelamatkan orang lain?

347. Pertanyaan :

Sudah beberapa puluh tahun saya melafal nama Bodhisattva


Avalokitesvara, berhasil lolos dan selamat dari berbagai mara bahaya,
sekarang saya melatih Aliran Tanah Suci, apakah saya boleh tetap
seperti dulu melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bodhisattva Avalokitesvara dan Buddha Amitabha adalah satu


keluarga, tujuan Mereka juga adalah sama. Tetapi untuk melatih
metode Tanah Suci, semestinya menerima dan mengamalkan sesuai
dengan ajaran yang tercantum di dalam sutra Aliran Sukhavati, sutra
menyebutkan apabila kita berniat terlahir ke Alam Sukhavati, mesti
melafal “Amituofo”.

114 

 
348. Pertanyaan :

Apakah Alam Sukhavati serupa dengan surga?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tujuan yang tidak sama, maka buah akibat yang diperoleh juga tidak
sama. Surga atau Alam Dewa merupakan salah satu dari enam alam
tumimbal lahir, sedangkan terlahir di Alam Sukhavati adalah
mencapai KeBuddhaan, memperoleh pembebasan sejati.

349. Pertanyaan :

Buddha Sakyamuni melatih diri melewati tiga asamkheyakalpa besar.


Sebelum mencapai KeBuddhaan, pada masa kelahiran lampauNya,
Buddha Dipankara memberi ramalan pencapaian KeBuddhaan kepada
pemuda Sumedha bahwa kelak Sumedha akan mencapai KeBuddhaan
dengan nama Buddha Sakyamuni.

Kenapa Buddha Dipankara tidak mengajari saja Pintu Dharma Tanah


Suci kepada Sumedha supaya dia bisa dalam satu kelahiran mencapai
KeBuddhaan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Masing-masing Buddha memiliki tekad tersendiri, tidak bisa


mengingkarinya. Sutra menyebutkan bahwa pada kalpa lampau yang

115 

 
tak terhingga, Buddha Amitabha pernah menjadi raja, Buddha
Sakyamuni menjadi perdana menteri.

Raja bertekad kelak ketika mencapai KeBuddhaan akan mewujudkan


Tanah Suci, agar semua makhluk dapat tinggal dengan damai di sana.
Perdana Menteri bertekad kelak ketika mencapai KeBuddhaan akan
menyelamatkan para makhluk di dunia yang dipenuhi kekeruhan.

Tekad kedua orang ini berbeda, Buddha takkan mengingkari


tekadNya pada semua makhluk, bagaimana bisa mengubah tekad
Mereka? Harus diketahui bahwa setelah mencapai KeBuddhaan, tiada
lagi perbedaan tanah suci dan tanah keruh.

Meskipun Buddha Sakyamuni memasuki tanah keruh namun di


hatiNya adalah tanah suci; Buddha Amitabha berada di tanah suci,
namun hatiNya senantiasa mencemaskan para makhluk di tanah keruh,
Master Yongming, Bhiksu Feng-gan adalah jelmaan Buddha
Amitabha yang datang ke dunia ini.

350. Pertanyaan :

Ketika melihat ada makhluk hidup yang hendak disembelih, segera


melafal “Sukhavati Vyuha Dharani”, apakah bisa membawa manfaat
baginya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

116 

 
Dengan setulus hati melafal Dharani, dia pasti bisa memperoleh
manfaatnya. Meskipun hati sedang kacau karena melihat makhluk
hidup hendak disembelih, namun oleh karena membangkitkan hati
karuna, maka di ladang kesadaran (kesadaran ke-8) telah tertanam
bibit KeBodhian.

351. Pertanyaan :

Setiap melakukan Zhu Nian (membantu pasien melafal Amituofo),


dibutuhkan berapa orang?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Paling sedikit dua orang, paling banyak empat orang, kalau lebih
banyak lagi, suaranya akan campur aduk, malah jadi kacau.

352. Pertanyaan :

Apakah hewan juga bisa melafal Amituofo terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ada sebuah perumpamaan Burung Beo yang terlahir ke Alam


Sukhavati, oleh karena Burung Beo suka meniru ucapan manusia,
ketika diajari melafal Amituofo, siang malam tidak berubah.

117 

 
Sesungguhnya Burung Beo ini pada masa kelahiran lampaunya juga
memiliki akar kebajikan yang tebal, maka itu pada kelahiran sekarang
ini bertemu dengan jodoh yang baik, sehingga dapat terlahir ke Alam
Sukhavati.

353. Pertanyaan :

Amitayurdhyana Sutra menyebutkan bahwa praktisi yang terlahir


pada Bunga Lotus tingkatan bawah bagian bawah (paling rendah)
akan berdiam di dalam Bunga Teratai selama 12 kalpa besar. Harus
berada di dalam Bunga Lotus sampai begitu lama waktunya,
bagaimana keadaan di dalam Bunga Teratai tersebut? Apakah serupa
dengan hewan di alam saha yang tidur sepanjang musim dingin?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kenapa harus berpikir seperti ini? Hewan yang tidur sepanjang musim
dingin adalah tidak sadar, sedangkan terlahir dalam kandungan
Teratai adalah serupa berdiam dalam samadhi.

Walaupun untuk sementara waktu, bunga belum bermekar bertemu


Buddha, tetapi praktisi yang berada di dalam Bunga Lotus akan
merasa sangat bebas, di dalamnya ada istana tujuh mustika, bermain
dengan gembira.

Waktu bukanlah sesuatu yang mutlak, di dalam Sutra Usia Tanpa


Batas dikatakan bahwa “tidak ada istilah hitungan kalpa”,
Avatamsaka Sutra menyebutkan bahwa “satu kalpa di alam saha
adalah sehari semalam di Alam Sukhavati”.

118 

 
Asalkan sudah berhasil terlahir di Alam Sukhavati maka ini sudah
berarti mencapai pembebasan, walaupun masuk ke dalam kandungan
Teratai, namun ibarat memasuki samadhi, 12 kalpa hanyalah
persoalan sekejab saja.

Di dalam sutra dikatakan 12 kalpa hanyalah menjelaskan cepat


lambatnya praktisi mencapai pencerahan. Waktu berasal dari hati dan
pikiran, hati dapat mengubah waktu tapi waktu tidak bisa mengubah
hati.

354. Pertanyaan :

Dalam kegiatan pelafalan Amituofo selama tujuh hari, ceramah apa


yang sebaiknya disampaikan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Fo Qi (kegiatan pelafalan Amituofo selama 7 hari) tujuannya adalah


agar peserta dapat mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, kalau
memberi ceramah panjang lebar, ditakutkan malah membuat pikiran
peserta bercabang.

Kalau ingin menyampaikan ceramah, itupun harus sederhana dan


berisi intinya saja, sehingga para peserta tetap dapat menumpukan
perhatiannya dalam pelafalan Amituofo.

119 

 
Sedangkan topik ceramah adalah disesuaikan dengan keadaan para
peserta, yang penting adalah disesuaikan dengan kemampuan
pencerapan para peserta.

355. Pertanyaan :

Menfokuskan pikiran melafal Amituofo, tapi tidak melimpahkan jasa,


apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo memang bukanlah Pintu Dharma pelimpahan jasa.


Meskipun demikian, tetapi keyakinan, tekad dan pengamalan adalah
tiga bekal terlahir ke Tanah Suci, melimpahkan jasa adalah
mengikrarkan tekad, tanpa tekad tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati,
maka itu melimpahkan jasa tidak boleh diabaikan.

356. Pertanyaan :

Apakah melakukan Zhu Nian (membantu pasien melafal Amituofo)


mesti menggunakan alat kebaktian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Boleh menggunakan alat kebaktian, yakni Yinqing dan Muyu, bukan


saja suara peserta akan jadi serentak, juga memiliki kegunaan untuk
menjernihkan hati dan pikiran.

120
Ada pula praktisi senior yang menganggap suara Muyu berat, suara
Yinqing lebih jernih, maka itu hanya menggunakan Yinqing dan tidak
menggunakan Muyu.

Ada pula yang melihat kesukaan si pasien, apabila dia menyukai suara
Muyu, maka boleh menggunakan Yinqing dan Muyu.

357. Pertanyaan :

Dalam melakukan Zhu Nian boleh dibagi berapa shift? Setiap shift
boleh melafal berapa lama?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dalam melakukan Zhu Nian harus bergiliran, setiap kali satu jam
lamanya. Oleh karena Zhu Nian tidak sama dengan melatih diri
sendiri, harus keluar suara sehingga pasien dapat mendengarnya,
kalau waktunya terlalu panjang, takutnya peserta malah jadi capek,
sehingga tidak bisa mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.

358. Pertanyaan :

Zhu Nian (kegiatan membantu pasien/mendiang melafal Amituofo)


dilaksanakan saat menjelang ajal atau sesudah menghembuskan nafas
terakhir?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


121 

 
Zhu Nian dilakukan saat menjelang ajal, tetapi setelah pasien
menghembuskan nafas terakhir, alayavijnana belum tentu langsung
meninggalkan tubuh kasarnya, maka itu Zhu Nian harus tetap
dilanjutkan sampai 24 jam kemudian, selama kurun waktu ini lafalan
Amituofo harus berkesinambungan tak terputus, barulah boleh
digerakkan.

359. Pertanyaan :

Zhu Nian kebanyakan dilakukan di dalam rumah, tetapi bagaimana


kalau tiba-tiba bertemu dengan musibah di luar, apakah boleh
melakukan Zhu Nian di lokasi kejadian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Asalkan syaratnya memungkinkan, tentu saja boleh, almarhum juga


bisa segera memperoleh manfaat. Yang dikhawatirkan adalah kondisi
saat kejadian yang kacau balau, tidak diperbolehkan masuk ke lokasi
kejadian.

360. Pertanyaan :

Terhadap orang yang beda keyakinan atau bukan pengikut Ajaran


Buddha, apa boleh dilakukan Zhu Nian padanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

122 

 
Yang namanya Zhu Nian itu pastinya dilakukan pada praktisi Ajaran
Sukhavati. Kalau dia tidak percaya atau bahkan menghina, maka
meskipun membantunya melafal Amituofo juga tidak begitu efektif,
setelah meninggal dunia, dia juga akan berputar di enam alam
tumimbal lahir.

Tetapi dengan membantunya melafal Amituofo juga bisa menanam


benih nama Buddha di ladang kesadarannya (alayavijnana), sampai
kelak di kemudian hari, ketika bertemu faktor pendukung, benih ini
akan bersemi dan berbuah.

361. Pertanyaan :

Sutra Usia Tanpa Batas menyebutkan bahwa praktisi pelafal Amituofo


bisa terlahir ke Alam Sukhavati, “Kecuali yang melakukan
Pancanantariya Karma, menfitnah Saddharma”, kalau sebelum belajar
Ajaran Buddha, pernah melakukan hal begini, setelah belajar Ajaran
Buddha, bertobat, apakah masih bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sebelum belajar Ajaran Buddha, para makhluk adalah tersesat, tidak


memahami kebenaran, maka itu sulit terhindar dari melakukan
Pancanantariya Karma dan Sepuluh Kejahatan (Dasa Akusala Karma).

Pada masa kelahiran sekarang mungkin tidak melakukannya, tetapi


pada masa kelahiran lampau pasti melakukannya. Belajar Ajaran
Buddha adalah dimulainya lembaran hidup baru, beralih dari sesat
menuju kepada kebenaran, menerima sila, setulusnya bertobat
menyingkirkan kejahatan, di dalam hati benar-benar mengubah diri
sendiri menjadi insan bajik, maka itu dikatakan lautan derita tanpa

123 

 
batas, kembali ke jalan yang benar adalah pantai seberang,
melepaskan pisau jagal segera mencapai KeBuddhaan.

Kalau belajar Ajaran Buddha hanya untuk penampilan luar saja, maka
meskipun melafal Amituofo juga tidak bisa terlahir ke Alam
Sukhavati.

Melafal Amituofo adalah mensucikan hati, kalau hati ini tidak benar,
dari mana munculnya alam nan suci? 

362. Pertanyaan :

Praktisi senior Zi Bo mengatakan : “Dalam mimpi juga semestinya


melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus, barulah
mempunyai kesempatan keluar dari lautan derita; kalau bukan begini,
walaupun sepanjang hayat melafal Amituofo, apalah gunanya?”

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini menunjukkan ketrampilan melafal Amituofo yang sudah mahir,


dalam mimpi juga bisa melafal Amituofo, saat terbangun juga melafal
Amituofo, jadi bukannya mengajari orang sengaja pergi bermimpi.

Praktisi yang melafal Amituofo hingga mencapai pikiran terfokus,


saat terbangun masih mampu mengendalikan diri, saat bermimpi juga
masih bisa mengendalikan diri.

124 

 
Apabila di dalam mimpi tidak mampu mengendalikan diri, maka saat
menghadapi ajal lebih tidak bisa menjadi pengendali.

363. Pertanyaan :

Saya dengar kata orang bahwa mesti melenyapkan semua rintangan


karma barulah bisa terlahir ke Alam Sukhavati, juga ada yang bilang
tentang membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, mana yang
benar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ajaran Sukhavati merangkul semua kalangan, baik praktisi yang


sudah melenyapkan rintangan karmanya, maupun praktisi yang
membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati.

Seharusnya mengikuti apa yang tercantum di dalam sutra, jangan


mendengar kata orang, silap sedikit saja, maknanya sudah beda jauh.

Membawa karma serta terlahir ke Alam Sukhavati, di dalam sutra


telah dijelaskan, jadi apa lagi yang mau diragukan?

364. Pertanyaan :

Kalau tidak berhasil mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan,


apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

125 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terlahir ke Alam Sukhavati pada sembilan tingkatan Bunga Teratai,


kalau berhasil mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan maka
terlahir pada tingkatan atas, sedangkan yang lainnya terlahir pada
tingkatan menengah dan bawah.

Tetapi untuk terlahir ke Alam Sukhavati, kita harus menetapkan target


yang tertinggi, dengan demikian barulah menggenggam kepastian
terlahir di sana, maka itu pandangan harus ditujukan pada tingkatan
teratas.

365. Pertanyaan :

Berat cinta jatuh ke alam saha, kalau masih melekat pada ikatan kasih
maka tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati. Tetapi kalau memutuskan
tali kasih, maka orang awam akan mengatakan anda sungguh tak
berperasaan, bagaimana bisa berinteraksi dalam masyarakat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

“Berat cinta jatuh ke alam saha”, cinta di sini adalah cinta individu,
cinta yang mengandung keakuan, kalau ada cinta begini maka juga
ada nafsu keinginan dan khayalan, sehingga selamanya tidak bisa
membebaskan diri dari lingkaran tumimbal lahir.

126 

 
Buddha mengajari maitri karuna, maitri karuna mengalir dari jiwa
sejati, mengubah cinta individu menjadi cinta universal, yang
dipancarkan kepada semua makhluk tanpa perbedaan.

Kalau memang sekarang sudah belajar Ajaran Buddha, maka jangan


lagi menyamakan diri sendiri dengan orang awam. Orang awam tidak
sanggup mengurai ikatan kasih, sehingga hanya bisa pasrah berputar
dalam arus tumimbal lahir selamanya.

Tetapi belajar Ajaran Buddha juga bukan menjadi orang yang tak
berperasaan, praktisi Ajaran Buddha terhadap keluarga, ayahbunda,
putra putri, negara, juga harus memenuhi kewajibannya, menampilkan
keluar cinta kasih sendiri.

Inilah yang disebut dengan Dharma duniawi dan Dharma non duniawi
saling tak terpisahkan.

366. Pertanyaan :

Mengapa dikatakan melafal sepatah Amituofo sudah mencakup 84


ribu Pintu Dharma?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Metode melatih diri tak terpisahkan dari membaca sutra, melafal


mantra, mengulang nama Buddha. Satu aksara “A” saja sudah
merupakan landasan dari seluruh ajaran, tanpa adanya aksara “A”
maka juga takkan ada semua sutra.
127 

 
“Namo Amituofo” berasal dari Bahasa Sanskrit dan tidak
diterjemahkan sama sekali. Satu aksara “A” saja sudah cukup ampuh
untuk mengeliminasi bencana, menambah manfaat dan menaklukkan,
kalau melafal lengkap “Namo Amituofo”, maka manfaat yang bisa
diperoleh tentunya akan berlimpah-limpah, ini merupakan mantra
yang paling praktis dan asli.

Meskipun nama Buddha itu beragam jenis banyaknya, tetapi ada


sebuah gatha yang menyebutkan : “Diantara semua Buddha di sepuluh
penjuru dari tiga masa, Buddha Amitabha merupakan yang terunggul”.
Praktisi senior jaman dulu berkata melafal sepatah Amituofo adalah
serupa telah melafal nama semua Buddha.

Melafal dan mengingat Amituofo juga telah mencakup Samatha


Bhavana dan Vipasyana Bhavana. Orang yang berniat baik takkan
memisahkan diri dari lingkungan luar, tetapi lingkungan luar akan
menjauh dengan sendirinya, insan yang berpikiran baik, takkan
memaksakan diri untuk meredakan kekacauan batin, tetapi kekacauan
batin akan reda dengan sendirinya.

Tidak perlu melakukan segala perenungan dan visualisasi, tidak perlu


segala jenis Dhyana, asalkan melafal Amituofo berkesinambungan tak
terputus, mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, maka akan
memperoleh pembebasan, meskipun tidak mencapai pikiran terfokus
tak tergoyahkan, juga bisa terlahir di sembilan tingkat Bunga Teratai,
seperti yang dikatakan sebagai “Tidak perlu menimbun berkah dan
kebijaksanaan selama tiga asamkheyakalpa besar, hanya dengan
mengandalkan Namo Amituofo keluar dari Triloka”.

128 

 
Maka itu dikatakan bahwa sepatah Amituofo sudah mencakup 84 ribu
pintu Dharma. Ini ditujukan untuk memuji keunggulan Aliran
Sukhavati, janganlah malah menjelek-jelekkan pintu Dharma lainnya.

367. Pertanyaan :

Mengakhiri samsara, dalam satu kelahiran mencapai kesempurnaan,


apakah jalan satu-satunya cuma melafal Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Aliran Dhyana, Tantra juga bisa dalam satu kelahiran meraih


keberhasilan, tetapi untuk mengamalkannya adalah sangat sulit, satu
syarat saja tidak terpenuhi, maka tidak dapat mencapai pembebasan.

Sedangkan Aliran Sukhavati ada sembilan tingkat Bunga Teratai, jadi


tak peduli tinggi rendahnya prestasi yang dicapai juga tetap bisa
berhasil, bahkan dengan mengandalkan penjemputan dari kekuatan
Buddha Amitabha, sehingga tidak takut salah jalan. Seperti yang
dikatakan oleh praktisi senior jaman dulu sebagai : “Puluhan ribu
insan yang melatihnya, puluhan ribu pula yang berhasil terlahir ke
Alam Sukhavati”.

368. Pertanyaan :

Melafal Amituofo adalah Aliran Sukhavati, melafal mantra adalah


Aliran Tantra, kabarnya di dalam Aliran Sukhavati juga ada melafal

129 

 
mantra ya, kalau begitu kenapa tidak melatih sekaligus perpaduan
Aliran Sukhavati dan Tantra?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau melatih diri dengan campur aduk begini, mustahil bisa terfokus.
Melafal Amituofo merupakan metode tunggal, yang telah mencakup
baik Dhyana maupun Tantra di dalamnya, maka itu melatih diri
hendaknya disesuaikan dengan ajaran sutra, jangan malah menuruti
penafsiran sendiri.

369. Pertanyaan :

Kalau tidak mengambil Visudhi Trisarana dan melafal Amituofo,


bagaimana hasilnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang sudah melafal Amituofo, berarti dari dalam hati telah
mengambil Visudhi Trisarana, tentu saja ada jasa kebajikannya, kalau
mempunyai kesempatan, alangkah bagusnya bisa mengikuti upacara
Visudhi secara formal.

Mengambil Visudhi Trisarana secara formal adalah ditujukan supaya


memahami bahwa diri sendiri telah resmi menjadi siswa Triratna
(Buddha, Dharma, Sangha). Tetapi kalau tidak tahu membatasi dan
mengendalikan diri, maka Visudhi formal ini tiada gunanya.

130 

 
Sebaliknya apabila diri sendiri tahu membatasi dan mengendalikan
diri, meskipun tidak mengambil Visudhi formal juga bukan masalah.

370. Pertanyaan :

Apa yang perlu dipersiapkan sebelum melafal Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak perlu persiapan apapun, hanya mengeluarkan sebutir hati yang


tulus dan jernih, menyalakan dupa dan mempersembahkan bunga,
menuruti kemampuan masing-masing, begini sudah boleh.

371. Pertanyaan :

Aliran Sukhavati menfokuskan diri pada pelafalan Amituofo,


andaikata masih ada melafal mantra, bukankah ini disebut tidak
terfokus?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Mantra itu banyak ragam jenisnya, masing-masing ada kegunaannya


tersendiri. Praktisi yang melatih Aliran Sukhavati, melafal “Sukhavati
Vyuha Dharani” adalah ditetapkan oleh praktisi senior jaman dulu,
tentu saja boleh, tetapi kalau campur aduk dengan pintu Dharma
lainnya, barulah disebut tidak terfokus.

131 

 
372. Pertanyaan :

Di dalam “Surangama Sutra” tercantum bahwa praktisi yang melafal


mantra saat menjelang ajal, boleh terlahir di sepuluh penjuru alam
sesuai dengan keinginan, takkan jatuh ke alam penderitaan. Apa
bedanya melafal Amituofo dan melafal mantra?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi pemula tidak memahami Buddha Dharma, hendaknya


menfokuskan diri pada satu Pintu Dharma dan mendalaminya. Kalau
memang ternyata sudah berhasil menguasai satu Pintu Dharma,
barulah boleh melirik yang lainnya.

Anda ini sedang melatih Aliran Sukhavati, sepatutnya mempelajari


dan menguasai terlebih dulu tiga sutra Aliran Tanah Suci, barulah
tidak punya banyak keraguan dan pertanyaan.

“Surangama Sutra” merupakan salah satu sutra pegangan Aliran


Dhyana, isinya juga mendalam dan sulit dipahami, jadi tidak cocok
buat praktisi pemula.

Terlahir di sepuluh penjuru alam dengan leluasa, bukanlah kondisi


batin yang anda capai, baik-baiklah membangkitkan ketulusan melafal
Amituofo, suatu hari kelak anda pasti akan menemukan kembali jiwa
sejati (Jiwa KeBuddhaan).

132 

 
373. Pertanyaan :

Praktisi Aliran Tanah Suci memuja rupang Buddha Sakyamuni atau


rupang Buddha Amitabha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dua-duanya harus dipuja, Buddha Sakyamuni adalah guru yang


membabarkan pada kita tentang Aliran Sukhavati, Buddha Amitabha
adalah guru di Alam Sukhavati. Kecuali kalau ruangannya sempit,
maka cukup memuja rupang Buddha Amitabha saja.

Adalah Buddha Sakyamuni yang mengajari kita agar memuja Buddha


Amitabha, jadi kita mematuhi ajaran Buddha Sakyamuni, dengan
demikian barulah disebut memuja Buddha Sakyamuni, serupa dengan
telah memuja kedua-duanya.

374. Pertanyaan :

Di sutra mana saja Buddha Sakyamuni membabarkan Ajaran


Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Di tiga sutra Aliran Sukhavati, yakni Sutra Usia Tanpa Batas,


Amitabha Sutra dan Amitayurdhyana Sutra. Namun di seluruh sutra
Aliran Mahayana juga ada disinggung tentang Ajaran Sukhavati.

133 

 
375. Pertanyaan :

Saya mendirikan ruang kebaktian di rumahku, setiap kebaktian pagi


dan sore membaca “Amitabha Sutra” tanpa membaca sutra lainnya,
apakah boleh begini?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ruang kebaktian di rumah tidak boleh disamakan dengan vihara,


namanya juga buat melatih diri sendiri. Untuk praktisi Aliran
Sukhavati, kebaktian pagi dan sore boleh membaca “Amitabha Sutra”,
tetapi tata cara upacara, seperti bernamaskara dan membaca gatha
pelimpahan jasa, hendaknya tidak diabaikan, dengan demikian tidak
mengurangi kewibawaan dan rasa hormat.

376. Pertanyaan :

Master Lian Chi berkata : “Kalau takut berurusan dengan masalah,


maka tutuplah pintu dan melafal Amituofo, tidak harus masuk ke
vihara mendengar ceramah”.

Apakah ini berarti kita tidak perlu lagi menyebarluaskan Dharma


menyelamatkan para makhluk, juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati?
Bukankah ini serupa dengan Aliran Hinayana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Master Lian Chi tidak bermaksud mengajari orang menjadi praktisi


Hinayana, ini adalah bentuk upaya kausalya beliau yang ditujukan
pada praktisi dengan akar Hinayana.
134 

 
Di vihara sudah banyak penceramah (Dharma Duta), sehingga takut
mengundang masalah, sedangkan di rumah juga ada sanak keluarga,
saudara dan kerabat, lantas bagaimana?

Menyelamatkan para makhluk sesuai dengan jodoh, menasehati orang


lain melafal Amituofo, bukankah ini merupakan usaha
menyelamatkan para makhluk?

Tanpa adanya pengetahuan, berlidah fasih, juga bukan masalah,


asalkan selalu membangkitkan hati yang tahu malu, maitri karuna,
terlahir ke Alam Sukhavati takkan ada halangan.

377. Pertanyaan :

Ada seorang Bhiksu senior yang mengatakan bahwa melafal


Amituofo harus mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, kalau
tidak demikian, maka akan sulit berhasil terlahir ke Alam Sukhavati,
kekotoran batin (klesa) tidak dilenyapkan hingga bersih, maka
mustahil bisa terlahir ke Alam Sukhavati, mana mungkin bisa
membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi senior ini sungguh berbaik hati telah memberikan petunjuk.


Melafal Amituofo hingga mencapai “pikiran terfokus tak
tergoyahkan”, adalah sesuai dengan petunjuk yang tercantum di dalam
sutra, maka itu harus dipatuhi, tidak boleh ada pikiran yang
mempertaruhkan keberuntungan.
135 

 
Membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati telah diakui oleh
semua guru sesepuh, lagi pula Aliran Sukhavati tidak mengharuskan
praktisi mesti menghapus hingga bersih seluruh kekotoran batin,
Aliran Sukhavati dapat membawa karma serta terlahir ke Alam
Sukhavati, mengakhiri samsara buat selama-lamanya.

Master Yongming Yanshou berkata : “Tanpa Dhyana dan cuma


melatih Aliran Tanah Suci saja, maka puluhan ribu yang melatihnya
puluhan ribu pula yang berhasil; asalkan dapat bersua dengan Buddha
Amitabha, buat apa mengkhawatirkan tak tercapainya pencerahan”.
Ini sudah jelas mengandung makna membawa serta karma terlahir ke
Alam Sukhavati.

378. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo yang masih suka sembahyang Dewa, apakah


saat menjelang ajal bisa menghalangi usahanya terlahir ke Alam
Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Dharma adalah setara, menyelamatkan para makhluk di enam


alam tumimbal lahir. Asalkan melafal berkesinambungan tak terputus,
walaupun sering sembahyang Dewa, tapi tidak melekat dan tidak
meninggalkan kesan atau jejak, maka takkan menghalangi upaya
terlahir ke Alam Sukhavati.

136 

 
Tetapi bagi praktisi pemula yang masih suka sembahyang Dewa,
maka ini akan mudah meninggalkan kesan atau jejak di ladang
kesadaran(alayavijnana)nya. Benih KeBuddhaan masih belum sempat
berakar, tapi benih Dewa sudah keburu tertanam di ladang kesadaran,
tentunya akan merintangi karma suci.

Konfusius berkata : “Menghormati Dewa dan Malaikat, tapi


menjauhinya (tidak belajar padanya)”. Kita boleh mematuhinya.

379. Pertanyaan :

Ada orang bilang wanita memiliki rintangan karma yang berat, sulit
terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini perkataan sembarangan! Takutnya anda salah dengar. Di dalam


Amitabha Sutra disebutkan putra berbudi dan putri berbudi, jadi
menempatkan pria dan wanita pada kesetaraan, mana ada alasan
bahwa kaum hawa akan sulit terlahir ke Alam Sukhavati.

Di dalam kisah para praktisi yang terlahir ke Alam Sukhavati,


bukankah terdapat banyak praktisi wanita yang berhasil. Baik pria
maupun wanita memiliki keunggulan masing-masing.

Pola pikir wanita lebih lugu dan berhati maitri karuna, terhadap Tanah
Suci juga yakin tanpa ragu, maka itu pada jaman berakhirnya Dharma,

137 

 
kaum hawa akan lebih mudah mencapai pembebasan dibandingkan
dengan kaum pria.

380. Pertanyaan :

Katanya Dharmakaya Buddha memenuhi segala ruang dan waktu,


kalau begitu ketika melakukan namaskara tinggal menghadap ke
angkasa saja sudah beres, kenapa pula diharuskan menghadap ke arah
barat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Hal ini bukan mudah diterapkan pada praktisi pemula. Dharmakaya


Buddha memenuhi segala ruang dan waktu, tetapi hal ini sulit
dipahami praktisi pemula.

Amitabha Sutra menyebutkan dari penjuru barat melewati sepuluh


triliun alam para Buddha terdapat sebuah alam yang disebut Alam
Sukhavati, hal ini adalah nyata adanya, praktisi pemula akan melatih
diri seperti apa yang tercantum di dalam sutra, dengan sendirinya akan
memahami kebenaran alam semesta dan kehidupan manusia.

Praktisi senior yang telah melepaskan kemelekatan maka takkan


mempermasalahkan bernamaskara mau menghadap ke arah mana.
Tetapi bagi praktisi pemula tidak mudah melakukan hal ini, jadi lebih
baik melatih sesuai dengan apa yang tercantum di dalam sutra.

138 

 
3811. Pertaanyaan :

Prakttisi yang teerlahir di Alam


A Sukhhavati padaa Bunga Teeratai tingkkatan
palin
ng rendah, untuk sementara
s waktu tidak
t dapaat mendeengar
pembbabaran Dharma
D dari Buddhha Amitabbha, kalauu begitu apa
bedannya dengaan orang awam di alam saaha? Menngapa Budddha
Amittabha tidakk bermaitri karuna meembabarkaan Dharmaa pada mereeka?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Walaaupun terlaahir pada Bunga


B Terratai tingkaatan palingg bawah suudah
termaasuk amat beruntungg, kandunggan Bungaa Teratai suci, s jauh dari
alam saha. Orrang awam m di alam m saha beerputar daalam lingkkaran
samsara, sedanngkan prakktisi yang terlahir
t di dalam kanndungan buunga
di Neegeri Terattai, telah beerhasil keluuar dari linngkaran tum
mimbal lahhir.

Makaa itu messkipun terllahir padaa tingkatann terendahh, tetapi telah


t
berhaasil keluarr dari Trilooka. Tidakk dapat lanngsung beertemu Budddha
mend dengar pem mbabaran Dharma, oleh karenna diri senndiri mem miliki
rintan
ngan karmma yang beegitu beratt, memilikki jarak deengan Budddha,
jadi bukanlah
b k
karena Budddha tidak bermaitri
b k
karuna.

Oranng-orang yaang terlahiir pada tinngkatan terrendah ini, semasa hidup


h
di du
unia kebannyakan meerupakan pelaku
p Panncanantariyya Karma dan
Sepuuluh Kejahhatan (Daasa Akusaala Karmaa), saat menjelang
m ajal
dengan menganndalkan peelafalan Am mituofo terrlahir ke Alam
A Sukhaavati.

139 

 
382. Pertanyaan :

Apakah melafal Amituofo terlahir ke Alam Sukhavati, wajib


bervegetarian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Syarat dari terlahir ke Alam Sukhavati adalah melafal Amituofo


hingga mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, ini adalah
pelaksanaan utama, sedangkan bervegetarian adalah pelaksanaan
pendukung.

Pelaksanaan utama adalah benih kebijaksanaan, pelaksanaan


pendukung adalah benih berkah. Kalau cuma punya berkah tapi tak
punya kebijaksanaan, maka tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati,
sedangkan kalau punya kebijaksanaan tapi tak punya berkah, saat
menjelang ajal menghadapi halangan.

Praktisi yang tidak sanggup bervegetarian juga harus menghindari


pembunuhan, ada daging tiga kriteria (tidak melihat dan mendengar
langsung saat disembelih, bukan karena diriku maka disembelih), ini
boleh saja.

Andaikata dapat membentuk Keluarga Buddhis, kemudian juga


memiliki kesempatan buat bervegetarian, lantas mengapa tidak
menjalaninya? Walaupun tidak sanggup membentuk Keluarga
Buddhis, sebagai seorang praktisi, hendaknya juga harus giat berusaha
untuk bervegetarian.

140 

 
Yang pasti tidak sanggup bervegetarian adalah dikarenakan faktor
lingkungan yang tidak mendukung, janganlah malah karena diri
sendiri adalah “meat lover”.

383. Pertanyaan :

Apakah di alam Buddha lainnya juga bisa mengakhiri tumimbal lahir


dan mencapai KeBuddhaan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dalam hal mengakhiri tumimbal lahir, sutra cuma menyebutkan Alam


Sukhavati dan tidak menyebutkan alam Buddha lainnya, yang
menunjukkan bahwa Alam Sukhavati mengungguli alam Buddha
lainnya. Kalau semua alam Buddha itu adalah serupa, maka buat apa
semua sutra dan sastra menunjuk Alam Sukhavati sebagai tempat
berpulang? Setiap alam Buddha dapat mencapai KeBuddhaan, tetapi
hanya Alam Sukhavati yang dalam satu kelahiran mencapai
KeBuddhaan.

384. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal berharap Buddha Amitabha datang menjemput,


apakah ini termasuk khayalan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

141 

 
Melafal Amituofo mengingat Buddha Amitabha, tujuannya adalah
agar pikiran terfokus, jadi bukan mengkhayal. Melafal Amituofo
memang bertujuan untuk bertemu Buddha Amitabha, berharap agar
Buddha Amitabha datang menjemput, tentu saja adalah pikiran benar.

385. Pertanyaan :

Melafal Amituofo itu sebaiknya jumlahnya banyak atau sedikit, atau


yang penting pikiran bisa terfokus?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pikiran terfokus berasal dari melafal berkesinambungan tak terputus,


tetapi bagi praktisi pemula tentunya tidak sanggup melafal untuk
jangka waktu yang lama, jadi dimulai dari jumlah lafalan yang sedikit,
berangsur-angsur jadi banyak, yang paling bagus adalah sampai saat
makan, tidur dan akvitas keseharian juga tak terpisahkan dari lafalan
Amituofo, kalau sudah begini tiada lagi persoalan banyak atau sedikit.

386. Pertanyaan :

Setelah keluar dari kandungan Teratai, apakah juga bisa menikmati air
delapan jasa kebajikan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setelah keluar dari kandungan Teratai, langsung bisa menikmati air


delapan jasa kebajikan, ketika masih berada di dalam kandungan

142 

 
Teratai (kelopak bunga masih belum bermekaran), tentu saja tidak
bisa menikmati air tersebut, tetapi air juga melembabkan dan
menyuburkan Bunga Teratai.

387. Pertanyaan :

Apakah terlahir ke Alam Sukhavati harus menjelma lewat Bunga


Teratai? Apakah bisa langsung bersua dengan Buddha Amitabha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Memberi ceramah Dharma mesti menuruti apa yang tercantum di


dalam sutra, Alam Sukhavati disebut sebagai Negeri Teratai, apakah
ini ucapan sembarangan? Meskipun praktisi yang telah melenyapkan
klesa (kekotoran batin) yang terlahir pada Bunga Lotus tingkatan atas,
juga harus menjelma melalui Bunga Teratai, saat Buddha Amitabha
datang menjemput membawa Bunga Teratai, ketika menjelma juga
melalui Bunga Teratai.

Sedangkan untuk terlahir di Tanah Suci penjuru lainnya, mesti


melenyapkan seluruh klesa barulah bisa terlahir di sana, jadi tidak
perlu menjelma lewat Bunga Teratai. Hanya di Alam Sukhavati, yang
tidak mesti melenyapkan kekotoran batin tetapi juga bisa terlahir di
sana, maka itu harus menjelma melalui Bunga Teratai.

388. Pertanyaan :

Apa bedanya melafal Amituofo dengan melantunkan gatha?


143 

 
Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Prakttisi hanya melafal Amituofo


A saja, sedanggkan melaantunkan gatha
g
hanyalah salahh satu formmalitas daalam tata cara kebaaktian berssama
misallnya di vihhara. Budddha Dharmma menekaankan silaa, samadhi dan
prajn
na. Melafall Amituofoo ditujukann mencapaai samadhii, melantunnkan
gathaa juga dittujukan mencapai
m s
samadhi, tetapi kekkuatan pikkiran
masinng-masingg bedanya jauh sekali.

Untu
uk kebaktiaan peroranggan di rum
mah tidak peerlu melanntunkan gattha.

3899. Pertaanyaan :

Apak
kah setelahh terlahir kee Alam Suukhavati, kembali
k laggi ke alam saha
meny
yelamatkann makhluk lainnya?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Pintu
u Dharma Tanah Suuci termassuk Alirann Mahayanna, jadi harus h
memmbangkitkann Bodhicittta, setiap praktisi yang terlahir pada Buunga
Terattai tingkatan atas, sejak aw wal sudah membanngkitkan teekad
kembbali lagi menyelama
m atkan paraa makhlukk, jadi tidak ada allasan
takkaan kembalii.

144 

 
390. Pertanyaan :

Bagaimana menyelaraskan melafal Amituofo dengan pekerjaan


keseharian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo adalah Pintu Dharma Mahayana, yang merupakan


Jalan Bodhisattva menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Umat
berkeluarga juga perlu mencari nafkah, guru mengajar juga punya
waktu kerja yang tetap, tetapi apabila bisa memanfaatkan waktu
dengan baik, maka bukanlah halangan, seperti apa yang disebut
sebagai memindahkan kayu bakar dan memikul air juga adalah
melatih diri!

Melafal Amituofo ibarat menyelamatkan diri sendiri, mencari nafkah


buat keluarga, semua kewajiban diselesaikan dengan baik dan penuh
tanggung jawab, ibarat menyelamatkan orang lain.

Demi terlahir ke Alam Sukhavati menyelamatkan diri sendiri, demi


terlahir ke Alam Sukhavati juga menyelamatkan orang lain, demi
menyelamatkan orang lain agar terlahir ke Alam Sukhavati sehingga
harus mencari nafkah demi keluarga, demi menyelamatkan dia agar
terlahir ke Alam Sukhavati sehingga harus bekerja.

Baik berjalan, berdiri, duduk dan berbaring juga tak terpisahkan dari
lafalan Amituofo, inilah keyakinan, tekad dan pengamalan!

145 

 
391. Pertanyaan :

Master Hong Yi menasehati umat agar membangkitkan ketulusan


melafal Amituofo, apa maknanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Keyakinan benar tanpa keraguan, membangkitkan tekad terlahir ke


Alam Sukhavati, baik dalam suka maupun duka, senang atau susah,
takkan mundur, walaupun mendengar ajaran lain juga takkan
terpengaruh dan berganti metode melatih diri, takkan mengejar
kemampuan gaib, Buddha mengatakan pikiran terfokus, ketika
ketrampilan sudah tiba saatnya masak maka dengan sendirinya
keberhasilan akan tercapai.

392. Pertanyaan :

Setelah terlahir ke Alam Sukhavati telah memiliki kemampuan gaib,


apakah bisa mengenali sanak keluarga sendiri?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Begitu terlahir ke Alam Sukhavati akan memiliki kemampuan gaib


sempurna, bukan saja bisa mengenali sanak keluarga satu masa
kehidupan saja, bahkan juga dapat mengenali sanak keluarga dari
masa-masa kelahiran lampau.

146 

 
393. Pertanyaan :

Bagaimana caranya supaya bisa cepat terlahir di Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi yang terlahir ke Alam Sukhavati adalah karena ajalnya telah


tiba, jadi menuruti proses alamiah, tidak boleh sengaja memperpendek
usia, kalau memang sudah begitu muak dengan alam saha, cuma bisa
tekun melafal Amituofo saja.

394. Pertanyaan :

Kalau tiap orang juga melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam


Sukhavati, sementara Buddha Amitabha cuma seorang diri saja,
bagaimana bisa sempat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dharmakaya Buddha Amitabha memenuhi segala ruang, di dalam


cahayaNya terdapat Buddha jelmaan yang tak terhitung jumlahnya,
Bodhisattva jelmaan juga tak terhingga.

395. Pertanyaan :

Upasaka Zhong Shi-xian saat usia belasan tahun sudah memahami


melafal Amituofo, bahkan bisa menyelamatkan ayahbundanya belajar
Ajaran Buddha, setelah menikah juga menyelamatkan istri dan

147 

 
anaknya melafal Amituofo, apakah pada masa kehidupan lampaunya
telah menimbun akar kebajikan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang ternyata dia sendiri mau melafal Amituofo, juga dapat
menyelamatkan orang lain melafal Amituofo, bahkan juga
membangun keluarga Buddhis, melihat beragam fenomena ini, pada
masa kehidupan lampaunya bukan hanya memiliki akar kebajikan,
mungkin beliau juga seorang praktisi yang tekun melatih diri, belum
berhasil sehingga bertumimbal lahir lagi.

396. Pertanyaan :

Upasaka Zhong Shi-xian berusia 44 tahun, tubuhnya sehat, ketika


menjalani pemeriksaan kesehatan ternyata didiagnosa menderita
penyakit kritis yang tidak bisa disembuhkan lagi.

Saat menjelang ajal, pada pukul 2 pagi tiba-tiba dia berteriak : “Oh,
angkasa dipenuhi cahaya keemasan!” Lalu tangannya beranjali dan
meneriakkan “Namo Amituofo!”

Abang dan istrinya senantiasa berada disamping membantu melafal


Amituofo, oleh karena suara teriakannya sehingga mengejutkan
belasan pasien lain yang satu kamar dengannya, abangnya bilang
padanya agar mengecilkan suaranya, supaya tidak mengganggu pasien
lain yang sedang tidur.

148 

 
Upasaka Zhong menganggukkan kepala, tetapi suaranya tetap saja
tidak berubah jadi kecil, oleh karena suara lafalan anggota
keluarganya kecil, tiba-tiba dia berkata : “Kenapa kalian bukannya
melafal Amituofo membantuku terlahir ke Alam Sukhavati!”

Kemudian berkata pada abang dan istrinya : “Saya pergi dulu ya!”.
Abangnya bertanya padanya mau pergi ke mana, dia menjawab :
“Pergi ke Alam Sukhavati, saya pergi duluan menunggu kalian di
sana!”

Abang berkata : “Saya antar kamu ya”. Upasaka Zhong menjawab :


“Baik!”

Kemudian membesarkan suara melafal Amituofo, istrinya mulai


menangis dan berkata : “Kamu pergi meninggalkan lima putra putri
yang masih kecil, bagaimana selanjutnya?”

Upasaka Zhong menjawab dengan suara keras : “Apa yang kamu


takutkan? Masih ada mama dan abang”.

Kemudian suara lafalan Amituofo kian besar, kian cepat, ketika


dokter datang hendak melakukan pertolongan darurat, Upasaka Zhong
menolak dan berkata : “Jangan menunda perjalananku, saya hendak
pergi ke Alam Sukhavati!”

Lagi-lagi istrinya menangis dan berkata : “Kamu harus lindungi anak-


anak ya!”

149 

 
Upasaka Zhong menjawab : “Sesampainya saya di Alam Sukhavati,
tentu saja bisa melindungi kalian!”, lalu berkata lagi : “Mudah,
sembahyang saja pakai menu vegetarian”.

Sejak pukul 2 pagi sampai pukul 4 lewat 40 menit pagi, tidak berhenti
melafal Amituofo dengan suara nyaring, sampai pada kata “Fo” yang
terakhir, beliau menghembuskan nafas terakhir.

Apakah dengan fenomena di atas boleh disimpulkan Upasaka Zhong


berhasil terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melihat cahaya keemasan adalah cahaya Buddha Amitabha, melafal


Amituofo berkesinambungan tak terputus adalah pikiran benar dan
kesadarannya masih jelas, berpesan pada anggota keluarga agar
membantu melafal Amituofo, dapat dilihat kebulatan tekadnya untuk
terlahir ke Alam Sukhavati, menolak pertolongan darurat, lebih
merupakan pengetahuan benar dan pandangan benar, berpesan agar
sembahyang pakai menu vegetarian, membuktikan bahwa
kesadarannya masih jelas dan tidak menurun atau pikun.

Fenomena begini sulit diperoleh, pastinya sudah terlahir ke Alam


Sukhavati dengan bebas tanpa rintangan. Walaupun saat itu muncul
hambatan yang begitu besar (istrinya menangis), untungnya dia
berhasil melewatinya. Ini dikarenakan istrinya tidak memahami
Ajaran Sukhavati, saat Upasaka Zhong menjelang ajal, istrinya masih
menangis dan mengeluarkan perkataan yang menganggu, juga
mengatakan keadaan anak-anaknya, ini merupakan kesalahan besar,

150 

 
yang hampir saja menggagalkan usaha Upasaka Zhong untuk terlahir
ke Alam Sukhavati.

Kalau bukan karena Upasaka Zhong memiliki kekuatan tekad yang


mendalam dan tebal, maka akan ditarik oleh sanak keluarganya jatuh
kembali ke lingkaran tumimbal lahir, jadi Upasaka Zhong sungguh
beruntung sekali!

397. Pertanyaan :

Sutra Buddha menyebutkan sepuluh lafalan bisa terlahir ke Alam


Sukhavati, tetapi kenapa pula Upasaka Zhong Shi-xian mesti melafal
sampai lebih dari 3000 lafalan sampai pukul 2 lewat 40 menit barulah
terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sepuluh lafalan menunjuk pada momen terakhir, saat


menghembuskan nafas terakhir masih mampu mempertahankan
pikiran terfokus tak tergoyahkan, meskipun cuma satu lafalan juga
bisa berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.

398. Pertanyaan :

Ketika berada di Tiongkok Daratan, saya sudah belajar Ajaran


Buddha, keluarga dan kerabatku mengambil Visudhi Trisarana di
bawah bimbingan Master Yin Guang, sekarang saya sudah pindah ke

151 

 
Taiwan, apakah masih perlu mengambil Visudhi Trisarana pada guru
lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Mengambil Visudhi Trisarana bukan artinya berguru pada anggota


Sangha tersebut, jadi bukanlah karena guru pembimbingnya si A
berarti sudah jadi murid si A, atau kalau guru pembimbingnya si B
maka setelah Visudhi menjadi murid si B. Jadi kalau sudah mengaku
si A adalah guru maka tiada kaitannya lagi dengan si B, demikian pula
sebaliknya. Ini sudah salah persepsi.

Mengambil Visudhi Trisarana adalah berlindung pada Buddha,


Dharma dan Sangha di sepuluh penjuru dari tiga masa. Jadi tak peduli
anda mengambil Visudhi Trisarana dari Bhiksu yang mana saja,
berarti telah mengakui seluruh anggota Sangha di sepuluh penjuru
dari tiga masa sebagai guru.

Jadi setelah mengambil Visudhi Trisarana dari Bhiksu A kemudian


anda ingin belajar dari Bhiksu B atau Bhiksu C, juga bukan tidak
boleh.

399. Pertanyaan :

Saya hanya melafal Amituofo sepuluh kali setiap pagi dan sore,
apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


152 

 
Metode sepuluh lafalan hanya diperuntukkan bagi orang super sibuk,
mempertahankan setiap pagi dan sore sepuluh lafalan, tetapi dalam
keseharian juga harus memelihara kebiasaan mengingat Buddha
Amitabha di dalam hati. Alangkah bagusnya kalau bisa meluangkan
lebih banyak waktu lagi buat melafal Amituofo, saat menjelang ajal
barulah memiliki kepastian..

400. Pertanyaan :

Buddha Sakyamuni membabarkan tentang Alam Sukhavati, apakah


merupakan upaya kausalya (metode mudah dan praktis)?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Merupakan hal yang nyata adanya, juga merupakan upaya kausalya.

401. Pertanyaan :

Ketika memimpin kebaktian pagi dan sore, apakah boleh


menggunakan kaset untuk menggantikan suara pemimpin kebaktian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kurang sesuai. Melakukan kebaktian merupakan salah satu cara


membina etika moral, dengan menggunakan suara kaset berarti bukan
suara yang mengalir keluar dari diri sendiri, melainkan suara orang
lain.

153 

 
Sebagai pemimpin kebaktian bukan saja mengandalkan suara, tetapi
juga mengandalkan kewibawaan, kalau peserta kebaktian mengetahui
bahwa suara tersebut berasal dari kaset dan bukan dari pimpinan
kebaktian, maka rasa hormat akan berkurang.

Kaset cuma cocok digunakan saat membantu melafal Amituofo buat


pasien atau orang yang meninggal dunia, oleh karena pasien tidak
mengetahui apakah suara itu adalah suara mesin atau suara manusia,
jadi tidak ada hati yang membeda-bedakan.

Yang jelas, suara mesin pelafal berbeda dengan suara burung jelmaan
dan pepohonan mustika di Alam Sukhavati yang dapat
mengumandangkan Dharma, para penduduk Alam Sukhavati sejak
awal sudah mengetahui bahwa semua ini adalah hasil ciptaan Buddha
Amitabha, maka itu senantiasa merasa berada di samping Buddha
Amitabha.

402. Pertanyaan :

Setelah mengambil Visudhi Trisarana berarti sudah resmi menjadi


umat Buddha, bagaimana kalau tinggal di tempat yang terpencil,
hanya bisa membangkitkan keyakinan pada Ajaran Buddha dan
melafal Amituofo tanpa mengambil Visudhi Trisarana, apakah saat
menjelang ajal bisa merintangi usaha terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Visudhi Trisarana memiliki kekuatan jasa kebajikannya tersendiri,


kalau tinggal di tempat terpencil yang tidak ada anggota Sanghanya,
maka hanya bisa membangkitkan ketulusan dari dalam hati berlindung
154 

 
pada Triratna, atau menulis surat memohon Trisarana pada anggota
Sangha, begini juga boleh.

Kalau tidak punya ketulusan, meskipun mengambil Trisarana secara


formal, juga hanyalah penampilan luar semata, hendaknya
mengutamakan ketulusan hati dan bukan upacara formalnya!

Untuk terlahir ke Alam Sukhavati adalah mengandalkan ketrampilan


melafal Amituofo, saat menjelang ajal yang merupakan rintangan
adalah hasil perbuatan sendiri, maka itu praktisi pelafal Amituofo,
janganlah berbuat kejahatan, perbanyaklah melakukan kebajikan!

Mengambil Visudhi Trisarana, mematuhi Ajaran Buddha, melebihi


segala kebajikan! Apabila setelah mengambil Visudhi tetapi tidak
mematuhi ajaran, maka cuma bisa menanam akar kebajikan saja.

403. Pertanyaan :

Praktisi yang melafal Amituofo di dunia ini, di Alam Sukhavati akan


tumbuh sekuntum Bunga Lotus, semakin banyak jumlah lafalan maka
Bunga Lotus akan kian subur dan besar, sebaliknya bila lafalan kian
sedikit jumlahnya maka Bunga Lotus akan mengecil.

Sekarang pekerjaan saya semakin sibuk, bahkan sehari juga tidak


mampu menyelesaikan sebuah jumlah yang tetap, akhirnya cuma bisa
sambil kerja sambil melafal di dalam hati, apakah saat menjelang ajal
nanti akan ada halangan?

155 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang sibuk bekerja, tidak dapat menjalani kebaktian, tetapi


di dalam hati lafalan Amituofo tetap berkesinambungan tak terputus,
jadi janganlah putus asa dan mundur, Bunga Lotus juga tetap akan
tumbuh subur.

Bila takut saat menjelang ajal nanti muncul rintangan, maka harus
mengandalkan pelatihan diri dalam waktu keseharian. Asalkan dapat
mewujudkan dalam kesibukan tak terpisahkan dari lafalan Amituofo,
juga janganlah berbuat kejahatan, perbanyaklah kebajikan,
melepaskan segala kemelekatan, sehingga di hati cuma ada sepatah
Amituofo, saat menjelang ajal pasti takkan ada rintangan.

404. Pertanyaan :

Ketika melakukan kebaktian, saya melafal Amituofo, lalu dilanjutkan


dengan melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara, Bodhisattva
Mahasthamaprapta dan Sarve Bodhisattvaya Mahasattvaya. Setelah
itu saya juga melafal nama Bodhisattva Ksitigarbha, apakah dengan
begini sesuai dengan tata cara kebaktian Aliran Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tata cara kebaktian Aliran Sukhavati sudah ditetapkan oleh praktisi


senior jaman dulu, jadi tidak boleh sembarangan diubah. Menjunjung
dan meyakini Bodhisattva Ksitigarbha sudah sepantasnya, oleh karena
selama periode setelah Buddha Sakyamuni memasuki Parinirvana dan
Bodhisattva Maitreya masih belum datang ke dunia ini, Bodhisattva

156 

 
Ksitigarbha mengemban tugas dari Buddha Sakyamuni untuk
menyelamatkan para makhluk di alam saha.

Tetapi sebaiknya setelah kebaktian utama selesai barulah melafal


nama Bodhisattva Ksitigarbha, dengan demikian tidak menunda
waktu, dua-duanya dapat diwujudkan dengan indah sempurna.

405. Pertanyaan :

Saya sering mendengar ada praktisi yang bisa mengetahui terlebih


dulu waktunya terlahir ke Alam Sukhavati, mohon dijelaskan.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ketrampilan yang sudah masak, kekotoran batin lenyap kebijaksanaan


berkembang, dengan sendirinya kemampuan gaib (yang memang
sejak semula sudah ada pada jiwa sejati) muncul ke permukaan,
sehingga bisa mengetahui terlebih dulu waktunya terlahir ke Alam
Sukhavati.

406. Pertanyaan :

Bagaimana menyikapi fenomena istimewa yang muncul dalam mimpi?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

157 

 
Bermimpi bertemu Buddha merupakan fenomena istimewa, tetapi
jangan membanggakan diri di hadapan orang lain, begitu ada
kemelekatan maka akan kerasukan Mara.

407. Pertanyaan :

Buddha Sakyamuni membabarkan bahwa melafal Amituofo selama


tujuh hari sampai mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, maka
dapat terlahir ke Alam Sukhavati, kalau saat ini ternyata ajal belum
tiba, apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sutra menyebutkan bahwa saat menjelang ajal, barulah Buddha


Amitabha datang menjemput, jadi bukanlah karena mencapai pikiran
terfokus tak tergoyahkan, langsung meninggal dunia.

408. Pertanyaan :

Apakah melafal Amituofo perlu pakai irama?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau melafal sendirian, maka tidak perlu mempersoalkan irama


lafalan, asalkan cocok sudah boleh. Tetapi kalau mengikuti kebaktian
umum, maka mesti mengikuti irama pemimpin kebaktian, jangan
sembarangan pakai irama sendiri sehingga menimbulkan kekacauan.

158 

 
Bagaaimana bisa mencaapai pikiran terfokkus, terganntung konndisi
masinng-masingg individu. Cara sayya melafal Amituofoo adalah tidak
t
menggeluarkan suara,
s term
masuk metoode pelafallan gaya Vajra.
V

4099. Pertaanyaan :

Ketua penyelenggara Foo Qi (keggiatan pelaafalan Am


mituofo sellama
h hari), apaakah mesti anggota Saangha?
tujuh

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Kalauu ada angggota Sanghha tentunyya ini yangg terbaik, lagi


l pula lebih
l
cocokk bila diselenggarakkan di vihhara, oleh karena keegiatan Foo Qi
wal, tempaat, ketua, sahabat Dharma,
haruss ada jadw D b
biaya, ceraamah
Dharrma dan faaktor penduukung lainnnya, hal inni tentunyya lebih muudah
diwuj
ujudkan oleeh anggota Sangha.

Apabbila di temmpat terpencil tidak ada angggota Sanghha, juga bolehb


menggundang uppasaka unttuk mewakkili. Tetapii tak pedulli mengunddang
anggota Sanggha atau upasaka,, yang penting adalah harus h
berpeengalamann, oleh kareena di dalaam kegiatann Fo Qi, teerdapat bannyak
tugass yang haarus ditanngani sesuuai dengann Dharmaa, kalau tidak t
diperrhatikan akkan muncul kesalahann.

159 

 
410. Pertanyaan :

Kalau serius ingin menyelenggarakan kegiatan Fo Qi, apakah harus


mengundang seorang praktisi senior yang telah mencapai pikiran
terfokus tak tergoyahkan untuk menjadi ketua penyelenggara?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang bisa mengundang praktisi senior begini tentunya amat


bagus, tetapi untuk bisa mencari praktisi senior ini tentunya amat sulit.
Kalau memang tidak ada praktisi standar begini, boleh mencari
praktisi lain yang menfokuskan diri melatih Aliran Sukhavati, yang
memiliki pemahaman terhadap tata cara Fo Qi, begini juga boleh.

411. Pertanyaan :

Praktisi yang terlebih dulu mengetahui waktunya terlahir ke Alam


Sukhavati, apakah bisa dipastikan telah berhasil mencapai pikiran
terfokus tak tergoyahkan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Belum tentu, pikiran terfokus tak tergoyahkan adalah ketrampilan


samadhi dari melafal Amituofo, sedangkan mengetahui terlebih dulu
waktu terlahir ke Alam Sukhavati adalah muncul dari ketulusan dan
rasa hormat. Saya pernah melihat praktisi dari aliran luar, juga bisa
mengetahui terlebih dulu waktunya meninggal dunia.

160 

 
412. Pertanyaan :

Apakah samadhi pelafalan Amituofo adalah pikiran terfokus tak


tergoyahkan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Boleh dijelaskan sedemikian rupa.

413. Pertanyaan :

Sutra menyebutkan Bodhisattva Avalokitesvara sejak awal telah


mencapai KeBuddhaan, tetapi kenapa sekarang malah tampil sebagai
Bodhisattva?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tekad menyelamatkan para makhluk yang mendalam, maka itu


menjelma jadi Bodhisattva, mendukung dan membantu Buddha
Amitabha, menjemput para makhluk di alam saha terlahir ke Alam
Sukhavati, kenyataannya tetap adalah Buddha.

414. Pertanyaan :

Setelah terlahir ke Alam Sukhavati, Bodhisattva bertekad kembali lagi


untuk menyelamatkan para makhluk di alam saha, kalau ajalnya tiba,
Bodhisattva akan menuju ke mana lagi? Andaikata sempat melakukan
karma buruk, apakah akan jatuh ke alam penderitaan?

161 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setelah terlahir ke Alam Sukhavati, berarti telah mencapai tingkatan


Calon Buddha, setelah berhasil melenyapkan kekotoran batin
pandangan dan pemikiran, barulah bisa kembali lagi, jadi begitu
datang menyelamatkan para makhluk takkan menciptakan karma
buruk, begitu ajal tiba, lahir di alam lainnya lagi sesuai dengan tekad
menyelamatkan makhluk yang berjodoh, andaikata makhluk tersebut
belum waktunya diselamatkan, maka Bodhisattva akan pulang ke
Alam Sukhavati.

415. Pertanyaan :

Katanya melafal “Sukhavati Vyuha Dharani” sebanyak tiga ratus ribu


kali sudah bisa terlahir ke Alam Sukhavati, apakah benar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tiga ratus ribu kali, pasti terlahir ke Alam Sukhavati, ini adalah
pengalaman praktisi senior jaman dulu, mana mungkin mengelabui
orang? Tetapi pada umumnya manusia itu ada yang tulus dan ada pula
munafik, ada yang pikirannya terfokus dan ada pula yang bercabang-
cabang, jadi meskipun sudah melafal tiga ratus ribu kali, hasilnya tentu
tidak sama.

Melafal “Sukhavati Vyuha Dharani” tujuannya adalah untuk terlahir ke


Alam Sukhavati, melafal Amituofo tujuannya juga untuk terlahir ke Alam
Sukhavati, jadi juga harus mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan.

162
416. Pertanyaan :

Bagaimana cara melakukan Zhu Nian agar pasien bisa memperoleh


manfaat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Zhu Nian harus dilakukan secara bergiliran, iramanya cepat atau


lambat, tinggi atau rendah harus ditanyakan pada keinginan pasien,
harus menggunakan cara melafal yang biasa digunakan oleh pasien
dalam keseharian. Apabila hanya menggunakan kesukaan sendiri,
maka ditakutkan sulit membantu pasien.

417. Pertanyaan :

Pasien tidak sudi mendengar lafalan Amituofo, apakah boleh dipaksa?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak boleh. Buddha Dharma luas tanpa batas, tapi tidak bisa
menyelamatkan orang yang tak berjodoh, dia tidak sudi
mendengarnya, anda bersikeras melafalnya, sehingga menambah
kerisauannya, hati anda memang baik tapi tindakan anda sudah salah.

~Selesai~

163 

 
Daftar
Pustaka
 
 

淨土法門疑難問題解答
http://www.minlun.org.tw/1pt/1pt‐2‐1/books/0344.htm 
 

Arsip
Tanya Jawab Seputar Pintu Dharma Tanah Suci
www.menfokuskanpikiran.blogspot.com 
 

164 

 
165   
 

Anda mungkin juga menyukai