Anda di halaman 1dari 157

 

 
 

Pokok Bahasan
Melatih Diri dan
Kehidupan Keseharian
(2)
Disadur Dari :

Petikan Ceramah Ven.Ding Hong

Judul :
修行与生活座谈会

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.

 
 

Daftar isi
Hal

68. Cara melenyapkan nafsu indria...................................................................06

69. Menyelaraskan hobi dan melafal Amituofo................................................08

70. Cara melenyapkan keakuan........................................................................09

71. Mengusir rasa kantuk..................................................................................13

72. Cara menghapus keangkuhan.....................................................................15

73. Meredakan bentuk-bentuk pikiran..............................................................17

74. Membantu menyebarluaskan Ajaran Buddha.............................................19

75. Menyikapi hubungan asmara dengan benar................................................20

76. Bolehkah bercerai.......................................................................................24

77. LGBT juga adalah asusila...........................................................................27

78. Berkah dan petaka saling menyilang..........................................................31

79. Tidak sanggup menghadapi cobaan............................................................33

80. Melimpahkan jasa kepada musuh...............................................................34

81. Mengatasi rasa benci...................................................................................35

82. Harta bukanlah penentu kebahagiaan.........................................................37

 
 

83. Apakah jodoh sudah ditakdirkan................................................................39

84. Hidup berdampingan secara harmonis........................................................40

85. Belajar dan melafal Amituofo.....................................................................42

86. Menjauhkan anak dari situs asusila............................................................43

87. Supaya anak jadi patuh...............................................................................45

88. Kalau sakit minum obat..............................................................................47

89. Anak belajar tidak konsentrasi....................................................................49

90. Bolehkah kita memohon.............................................................................51

91. Menunjukkan tabiat orang lain...................................................................54

92. Kekuatan pemberkatan terunggul...............................................................56

93. Memasak buat keluarga..............................................................................59

94. Kisah nyata dari karma pembunuhan..........................................................60

95. Menikah atau tidak menikah.......................................................................67

96. Menangani kertas bertulisan......................................................................70

97. Sayap mungil memadamkan api.................................................................71

98. Menyelamatkan makhluk harus berjodoh...................................................74

99. Akibat main game membunuh....................................................................77

100. Peluang terlahir ke Alam Sukhavati.........................................................79

101. Syarat terlahir ke Alam Sukhavati............................................................80

102. Dapatkah non vege terlahir ke Sukhavati.................................................81

103. Bersabar itu bukan dipaksakan.................................................................85

 
 

104. Melatih kesabaran.....................................................................................86

105. Kesibukan dan melatih diri.....................................................................105

106. Pentingnya ketulusan hati.......................................................................108

107. Mengatasi pikiran berkeliaran................................................................110

108. Musuh mengancam lewat mimpi............................................................112

109. Cara melindungi Bumi............................................................................113

110. Akibat membuka restoran non vege.......................................................115

111. Pasti terlahir ke Alam Sukhavati............................................................118

112. Melafal Amituofo menyelamatkan ibunda.............................................120

113. Harta di garis hidup takkan hilang..........................................................122

114. Cara menghadapi godaan Mara..............................................................124

115. Cara mencari ketulusan hati sendiri........................................................126

116. Cara bertobat...........................................................................................128

117. Barang milik Sangha...............................................................................132

118. Menuruti kehendak harus bijak...............................................................134

119. Up Huang terlahir ke Alam Sukhavati....................................................135

120. Cinta dan akal sehat................................................................................146

121. Cara mengusir si sirik.............................................................................148

122. Satwa dilepas ditangkap lagi...................................................................150

123. Mendengar ceramah dan mengurus anak...............................................152

124. Takut gelap adalah rintangan karma......................................................154

 
 

68.  Bagaimana cara melenyapkan nafsu indria?

Nafsu indria merupakan bentuk khayalan, tabiat yang dipelihara sejak kalpa
tanpa awal. Pertama-tama anda harus meredakannya, mulanya memang sulit
dilenyapkan, tabiat manusia ini amat mendalam dan berat. Bagaimana cara
meredakannya?

Kita mesti memusatkan perhatian mempelajari ajaran insan suci dan bijak.
Setiap hari mendengar ceramah Dharma, melafal Amituofo, supaya hatimu suci,
khayalan yang merupakan kekotoran batin (klesa) ini perlahan-lahan akan reda dan
jadi hambar. Hatimu akan kian suci, kebijaksanaanmu akan kian tinggi, nafsu
khayalmu akan kian berkurang.

Andaikata anda merasa nafsu indriamu terlampau berat, boleh disembuhkan.


Bagaimana cara menyembuhkannya? Dengan membaca buku-buku yang melarang
perbuatan asusila, saya menyarankan buku “Anshi Quanshu”, di dalamnya ada bab
“Yuhai Huikuang”.

Tempo dulu saya juga membaca buku ini berulang kali, setiap kali
membacanya bagaikan Bodhisattva memecikkan air amerta di atas kepalaku, terasa
sejuk dan bebas, benar-benar dapat mengurai ikatan nafsu indria diri sendiri.

Terutama pemuda yang berusia 20 sekian tahun, yang dibesarkan dalam


lingkungan masyarakat yang tercemar, bagaimana bisa kuat menghadapi godaan?
Yang dapat kuat menghadapinya bukanlah manusia biasa, ini pasti adalah jelmaan
Bodhisattva.

Apabila anda benar-benar ingin menghapus kekotoran batin, maka harus


memiliki ketrampilan melatih diri. Selain itu juga harus mengamalkan sila,
 
 

terutama mesti menjaga jarak antara pria dan wanita. Oleh karena kalau terlalu
dekat, benih-benih tabiat jahat yang terdapat di dalam Alaya-vijnana (gudang
kesadaran) akan mudah muncul ke permukaan, ada faktor pendukung maka mudah
muncul, setelah muncul maka akan menciptakan karma buruk, oleh karena
melakukan satu kesalahan akhirnya menjadi penyesalan seumur hidup, ini sungguh
buruk.

Harus percaya bahwa sifat manusia pada mulanya adalah baik, sifat dasarnya
adalah tercerahkan, nafsu indria itu semula memang tidak ada, tetapi oleh karena
anda tidak sudi melepaskan khayalan dan kemelekatan, asalkan anda memiliki
tekad yang bulat untuk melenyapkannya maka anda pasti bisa berhasil.

Perbanyak membaca buku-buku tentang Hukum Sebab Akibat, mengetahui


bahwa nafsu indria merupakan sumber dari segala kejahatan, akibat tindakan
asusila adalah sungguh tragis dan pahit.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-136

Tanggal : 21 Januari 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 

69.  Bagaimana cara menyalurkan hobi senam pagi sekaligus tidak


bertentangan dengan melafal Amituofo?

Kedua hal ini tidak saling bertentangan. Anda boleh sambil senam sambil
melafal Amituofo, menyelaraskan gerakan dengan lafalan Amituofo, lafalan
Amituofo adalah senantiasa mengikutimu, jadi takkan saling bertentangan.

Kalau anda melakukan lari pagi, maka satu langkah satu lafalan Amituofo,
atau juga boleh satu langkah satu kata, empat langkah satu patah Amituofo. Pintu
Dharma Pelafalan Amituofo, praktis dan mudah, takkan mengganggu aktivitas
harianmu.

Anda tidak perlu memisahkan pelafalan Amituofo dengan kegiatan harianmu,


anda juga tidak perlu memisahkan diri dari duniawi, apa yang harus dilakukan,
kerjakan saja, bagaimana cara hidup dan cara kerja anda, maka ikuti saja seperti
biasanya, namun lafalan Amituofo tetap dapat melebur ke dalamnya, sehingga
pikiran dapat terfokus, lafalan Amituofo tetap berkesinambungan tak terputus.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-154

Tanggal : 31 Maret 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

 
 

70.  Bagaimana cara melenyapkan keakuan?

Keakuan ditampilkan keluar adalah mengutamakan kepentingan diri sendiri.


Bagaimana cara melenyapkan keakuan? Yakni belajar untuk tidak memikirkan diri
sendiri, perbanyak memikirkan kepentingan orang banyak.

Ketika timbul niat pikiran yang mementingkan diri sendiri, cepatlah melafal
Amituofo, mengganti niat pikiran keakuan tersebut dengan lafalan Amituofo,
inilah melatih diri, inilah latihan untuk menghapus keakuan.

Setelah melatih diri untuk jangka waktu yang lama, niat pikiran yang melekat
pada keakuan berangsur-angsur jadi sirna. Melalui belajar ajaran sutra, memahami
kebenaran yang sesungguhnya, mengetahui bahwa aku itu semu dan tidak nyata,
aku ini muncul dari khayalan diri sendiri.

Segala sesuatu di alam semesta ini muncul, berlangsung dan lenyap, jadi mana
ada yang nyata, segala sesuatu adalah muncul dari niat pikiran kita. Ibarat
fatamorgana atau ilusi, walaupun cuma khayalan belaka, namun anda malah
menganggapnya sebagai kenyataan, sehingga anda memiliki banyak beban pikiran,
menikmati kesengsaraan dan kepahitan.

Hendaknya belajar melepaskan kemelekatan pada keperluan hidup diri sendiri,


umpamanya harta kekayaan, properti dan sebagainya, yang dimaksud dengan
melepaskan adalah melepaskannya di dalam hati, kenyataannya ada juga bagus,
tidak ada juga bagus. Jujur saja, tidak memiliki lebih baik daripada memiliki.

Bertambahnya satu macam barang kepemilikan maka bertambah pula satu


beban pikiran, walaupun anda sudah berhasil menghapus keakuan, tetapi anda juga
harus mememenuhi kewajiban dan memikul beban tanggung jawab, anda masih
 
 

harus menangani urusan dan tidak bisa menolak beban tersebut, kecuali kalau anda
mau mendanakannya atau menyerahkannya pada orang lain, alangkah bagusnya,
kalau sekarang masih berada di tangan anda, maka anda harus menjaganya;
sebaliknya kalau sudah tidak ada lagi, maka takkan ada beban pikiran ini lagi.

Maka itu Buddha Sakyamuni menampilkan pada kita, melepaskan tahta


kerajaan yang begitu diidam-idamkan setiap insan, meninggalkan keduniawian,
bahkan harta kekayaan dan keluarganya, melewati kehidupan yang begitu
bersahaja.

Bermalam di bawah pohon, makan sehari sekali, namun Sang Buddha begitu
berbahagia, begitu bebas dan leluasa. Lantas di mana rumah sendiri? Ada di setiap
pelosok dunia, menjadikan permukaan alam sebagai alas tidur, berselimutkan
angkasa berbintang, terlelap di antara langit dan bumi, bayangkan betapa
optimisnya perasaan tersebut.

Kalau anda memiliki harta benda, maka hati anda akan dibelenggu olehnya,
seperti yang tercantum di dalam petikan Penjelasan “Sutra Usia Tanpa Batas” Bab
33 yang berbunyi : Seluruh makhluk terhadap ladang, rumah, sanak keluarga dan
harta benda, ketika tidak ada, ingin memperebutkannya; setelah memilikinya takut
kehilangan. Setelah memiliki yang ini, merasa kurang yang itu, selalu ingin
menyamakan diri sendiri dengan orang lain. Baru saja memiliki sedikit, segera
merisaukan akan terjadinya bencana yang tak terduga, misalnya bencana banjir,
bencana kebakaran, pencuri, musuh kerabat penagih hutang.

Setelah berhasil memperoleh satu benda maka anda menginginkan lagi dua
benda, lalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, ingin melampaui orang
lain. Baru saja memiliki sedikit harta kekayaan, anda merisaukan munculnya
ketidakkekalan, begitu cemas hatinya.

 
 

Umpamanya anda memiliki banyak uang, anda akan banyak beban pikiran,
bagaimana kalau terjadi inflasi? Lalu anda berusaha memikirkan cara untuk
menginvestasikan uang tersebut, bagaimana melindungi nilai uang tersebut,
padahal investasi juga mengandung resiko menderita kerugian, betapa repotnya.
Kalau punya banyak harta properti, maka anda harus sibuk mengurusnya.

Maka itu sekarang saya merasa begitu bebas dan leluasa, mengapa demikian?
Pertama, saya tidak punya rumah, kedua, saya tidak punya uang, ketiga, saya tidak
memiliki apa-apa, cuma buku-buku dan beberapa helai jubah.

Saat diperlukan takkan ada yang kekurangan, “Apa yang ada di dalam garis
hidup takkan hilang”, saya tidak punya uang, tapi juga takkan mati kelaparan, saat
lapar, hidangan makanan juga akan hadir, tiba waktunya akan ada orang yang
datang mengantar.

Ada orang yang berkata, peruntungan anda begitu bagus, anda bisa mendapat
kesempatan ikut dengan Master Chin Kung, tentu saja ada yang memberi
persembahan kepada anda. Maka itu saya menasehati anda agar jangan cemas, apa
yang ada di dalam garis tangan pasti takkan hilang, apabila anda tidak ditakdirkan
mati kelaparan, maka saat lapar, akan ada yang mengantar makanan padamu.

Insan mulia menitikberatkan pada pelatihan diri dan bukan pada makanan,
mencemaskan pencerahan dan bukan mencemaskan kemiskinan. Asalkan
melepaskan kemelekatan maka hati terasa bebas. Walaupun sanggup melepaskan
sedikit saja, sudah terasa begitu bebas dan leluasa, saya telah menyadarinya.
Semakin banyak kemelekatan yang sanggup dilepaskan, maka hati akan kian bebas
dan nyaman.

Setelah kemelekatan terhadap segala sesuatu di luar diri ini sudah mampu
dilepaskan, maka amatilah ke dalam hati sendiri, mulailah mengikis ketamakan,
kebencian, kedunguan, keangkuhan dan kecurigaan, yang merupakan kekotoran

 
 

batin atau klesa. Semakin banyak yang sanggup dilepaskan maka akan kian
bahagia.

Lihatlah manusia di dunia ini yang sibuk mengejar nama dan keuntungan,
kekayaan, nafsu keinginan, kenikmatan, sampai akhirnya yang diperoleh hanyalah
penderitaan, tiada kebahagiaan di dalamnya.

Maka itu, mungkin saja kalian menganggap keadaanku sungguh


memprihatinkan, tetapi saya tidak merasa demikian. Kami melepaskan segala
kemelekatan bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, saat menjelang ajal, Buddha
Amitabha datang menjemput, terlahir ke Tanah Suci Sukhavati dengan bebas tanpa
rintangan.

Sedangkan manusia di dunia ini tidak sudi melepaskan kemelekatan, meskipun


dia memiliki pahala, sepanjang hidup kenyang makan kekhawatiran, barulah
memperoleh secuil kekayaan, saat menjelang ajal, dua tangan tetaplah kosong,
“Tiada yang bisa dibawa pergi, hanya karma yang dibawa serta”.

Renungkanlah baik-baik, setelah paham barulah bisa melepaskan kemelekatan


tersebut, kebebasan segera menjelang. Melepaskan itu adalah di hati, kenyataannya
tetap menjalani kewajiban menuruti apa adanya, apa yang belum waktunya
dilepaskan, tetap harus dipertahankan, namun juga tidak taruh di hati, di hati
takkan mendambakannya sama sekali.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-189

Tanggal : 23 September 2012

 
 

71.  Bagaimana cara mengusir rasa kantuk?

Rasa kantuk memang tidak mudah dienyahkan, saya sendiri sudah berusaha
selama bertahun-tahun, masih belum juga menaklukkannya secara keseluruhan.
Kemudian barulah menyadari ternyata hal ini tidak bisa dipaksakan, semakin
ditekan rasa kantuk kian menjadi-jadi.

Kadang kala saya terlampau memaksakan diri supaya tidak mengantuk,


sehingga malam hari tidak tidur, atau berusaha bangun sepagi mungkin, sekitar
pukul 2 atau 3 pagi, namun akhirnya juga mengantuk, semakin kita berusaha
menekan rasa kantuk itu malah kian menjadi-jadi.

Akhirnya saya minta bimbingan pada guru (Master Chin Kung), guru berkata,
mesti alamiah sedikit, menuruti apa adanya.

Saya jadi terpikir kata guru, menuruti apa adanya, bukankah ini berarti kita
boleh tidur sesuka hati? Tentu saja bukan demikian. Akhirnya saya jadi mengerti,
maksud kata guru, menuruti apa adanya, artinya kita jangan menekan rasa kantuk
itu, setelah melatih diri perlahan-lahan pikiran kian suci, maka dengan sendirinya
kebutuhan tidur itu berangsur-angsur akan berkurang.

Kenapa kita membutuhkan waktu tidur yang begitu panjang? Oleh karena
bentuk-bentuk pikiran kita yang terlampau banyak, sehingga menyita banyak
tenaga dan pikiran. Untuk memulihkan kembali, anda butuh tidur, kalau dalam
keseharian, bentuk-bentuk pikiran kian berkurang, maka semangat anda juga kian
meningkat, anda tidak membutuhkan waktu tidur yang panjang lagi, maka itu
hendaknya menuruti apa adanya.

 
 

Untuk melatih ketrampilan tersebut hendaknya menggunakan pelafalan


Amituofo untuk meredakan bentuk-bentuk pikiran, jadi tidak perlu memaksakan
diri untuk menekan rasa kantuk itu, makin dikendalikan makin menjadi-jadi.

Inilah yang saya sadari, termasuk juga dengan porsi makan, katakanlah saya
ini lewat siang hari tidak makan lagi, sehari cuma makan dua kali saja, tapi porsi
makan saya adalah berlipat ganda dari biasanya. Kalau begini mana bisa dikatakan
telah menaklukkan rasa lapar. Jadi seiring dengan pelatihan diri dan kemajuan
batin, bentuk-bentuk pikiran akan kian berkurang, dengan sendirinya porsi makan
juga akan kian berkurang.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-108

Tanggal : 24 Juli 2011

 
 
 
 
 
 
 

 
 

72.  Bagaimana cara menghapus kesombongan dan pikiran diskriminasi?

Kesombongan dan pikiran diskriminasi (membeda-bedakan), saya pikir setiap


orang juga memilikinya, terutama kaum intelek, sebagian besar kaum intelek
merasa tinggi hati, apalagi yang punya bakat.

Untuk menaklukkannya maka dibutuhkan kerendahan hati, saat permulaan


tentunya harus dipaksakan sedikit, terhadap siapa saja mesti rendah hati dan
bersikap hormat.

Di hadapan orang banyak, harus hemat bicara, oleh karena kalau sudah banyak
bicara, ujung-ujungnya pasti mulai membanggakan diri sendiri, keangkuhannya
mulai tampak keluar. Kurangi bicara dan perbanyak berdiam diri merupakan cara
yang mudah untuk meredakan bentuk-bentuk pikiran.

Tentu saja hal ini tidak mudah dilakukan, maka itu dalam keseharian
hendaknya perbanyak melafal Amituofo. Harus diketahui bahwa ketamakan(lobha),
kebencian(dosa), kebodohan(moha) dan kesombongan merupakan kekotoran batin
(klesa) sejak kalpa tanpa awal, kekotoran batin dan bentuk-bentuk pikiran mesti
diredakan, diri sendiri harus giat berusaha melafal Amituofo.

Hari ini bertepatan dengan HUT Bodhisattva Mahasthamaprapta, cara Beliau


melatih diri adalah “mengendalikan enam landasan indriya, dengan pikiran suci
melafal Amituofo berkesinambungan”, enam landasan indriya adalah mata, telinga,
hidung, lidah, tubuh dan pikiran, takkan membiarkan enam akar ini berkeliaran di
luar, tapi difokuskan pada pelafalan Amituofo.

Setelah melatihnya selama satu kurun waktu, perlahan-lahan dengan


sendirinya ketrampilan jadi mahir. Setelah jadi mahir maka keangkuhan dan hati
 
 

yang membeda-bedakan itu dengan sendirinya takkan muncul lagi, begini barulah
namanya pertobatan yang sesungguhnya.

Jadi untuk meredakan bentuk-bentuk pikiran, diperlukan melatih diri untuk


satu kurun waktu tertentu, tidak bisa secara instan. Orang jaman dulu berkata :
“Bila tidak melewati musim dingin yang menggigil dan menusuk tulang,
bagaimana akan ada Bunga Plum yang menebarkan harum semerbak?”

Melatih diri ditujukan untuk menaklukkan kekotoran batin dan tabiat diri
sendiri, kalau tidak giat berusaha dengan kemauan keras dan keteguhan hati untuk
memperbaiki diri, maka akan sulit berhasil.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-183

Tanggal : 29 Agustus 2012

 
 
 
 
 
 

 
 

73.  Bagaimana cara membangkitkan ketulusan hati secara keseluruhan,


sehingga dapat mewujudkan dengan sepuluh bagian ketulusan dan rasa hormat
memperoleh sepuluh bagian manfaat?

Memang benar, sebagian orang awam sulit untuk mewujudkannya tanpa


timbul niat pikiran sama sekali, lantas bagaimana? Kita melafal Amituofo untuk
meredakan bentuk-bentuk pikiran.

Ketika bentuk-bentuk pikiran bermunculan, tidak perlu dihiraukan, yang


penting adalah menfokuskan pikiran melafal Amituofo, oleh karena semakin anda
peduli dengan bentuk-bentuk pikiran maka akan kian menjadi-jadi, juga tidak perlu
memaksakan diri untuk menghentikannya, semakin anda memaksakan diri untuk
mengendalikannya maka akan kian menjadi-jadi, yang penting jangan dihiraukan.

Upasaka Xia Lian-ju ketika mengasingkan diri melafal Amituofo, beliau


menyadari bahwa saat melafal Amituofo, jangan menghiraukan bentuk-bentuk
pikiran yang bermunculan, “Semakin anda ingin menghapus bentuk-bentuk pikiran,
maka bertambah lagi satu bentuk pikiran sehingga jadi dua”.

Maksud hati ingin mengusir satu bentuk pikiran, malah bertambah jadi dua
bentuk pikiran, oleh karena keinginan menghentikan bentuk pikiran itu juga
merupakan sebutir bentuk pikiran, makanya bertambah lagi jadi dua.

Lebih baik tidak menghiraukannya, biarkan saja, pusatkan perhatian ke dalam


lafalan Amituofo, cuma peduli pada lafalan Amituofo saja, tidak menghiraukan
bentuk-bentuk pikiran, perlahan-lahan bentuk-bentuk pikiran akan reda dengan
sendirinya.

 
 

Maka itu anda cuma perlu mengurus lafalan Amituofo saja, jangan hiraukan
bentuk-bentuk pikiran, meskipun khayalan bermunculan gila-gilaan, satupun
takkan kupedulikan, begini sudah betul, lama kelamaan bentuk-bentuk pikiran
akan kian berkurang, pikiran akan kian suci. Ketika hatimu suci dan bersih,
ketulusan dan rasa hormat akan muncul keluar.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-167

Tanggal : 13 Juni 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

74.  Bagaimana caranya agar bisa menjalankan bisnis sekaligus


menyebarluaskan Buddha Dharma?

Ini harus dilakukan menuruti jodoh yang ada. Yang penting bagi diri sendiri
adalah belajar dengan baik, terlebih dulu harus menyelamatkan diri sendiri,
sanggup menaklukkan kekotoran batin diri sendiri, telah menggenggam kepastian
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, ini merupakan tanggung jawab utama kita.

Kalau berjodoh, bersamaan itu pula boleh sambil memberi manfaat bagi para
makhluk, dalam memberi manfaat bagi para makhluk, mesti mengerahkan segenap
kemampuan untuk melakukannya.

Manfaat terunggul yang membawa manfaat bagi semua makhluk adalah


membantu mereka menghapus kesesatan dan mengembangkan pencerahan, yakni
menyebarluaskan Saddharma (Dharma Sejati).

Mendukung kegiatan ceramah Dharma atau membantu menyebarluaskan DVD


ceramah Dharma, atau membantu penyiaran televisi ceramah Dharma, atau juga
boleh membangun stasiun televisi yang khusus menyiarkan ceramah Dharma, atau
membuat website, mencetak VCD, semua ini juga boleh memberi manfaat bagi
semua makhluk.

  

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-147

Tanggal : 28 Pebruari 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

75.  Bagaimana cara menyikapi hubungan asmara dengan benar? Dalam


menghadapi pergaulan antara pria dan wanita, bagaimana sikap yang harus ada?

Kini hal ini sudah menjadi lumrah, tempo dulu masih dianggap tabu. Seperti
jaman ibundaku, paman dan bibiku, waktu mereka kuliah dulu, pihak kampus
menetapkan aturan melarang menjalin hubungan percintaan, kalau ada yang
kedapatan membina hubungan asmara, maka akan dipecat.

Pada waktu itu, tidak ada yang berani mengikat simpul cinta di dalam kampus,
setiap mahasiswa maupun mahasiswi masih begitu lugu, memusatkan perhatian ke
dalam karir belajar, sehingga menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas, yang
sehat secara lahiriah maupun batiniah. Mengapa demikian?

Oleh karena mereka tidak berani sesuka hati menuruti nafsu keinginan dan
khayalan, nafsu keinginan merupakan pedang Mara yang dapat merusak jiwa dan
raga, yang merugikan energi positif dan semangat anda. Bagaimana
menghadapinya?

Sebaiknya saat kuliah jangan menjalin hubungan asmara, ini juga merupakan
peraturan yang diberikan ibunda padaku, bukan hanya ketika meraih gelar sarjana
saja, bahkan saat mengambil gelar Doktor, juga tidak boleh mengikat simpul kasih.

Saya menuruti peraturan yang dibuat ibunda, saat kuliah pernah jatuh hati pada
seorang gadis, ketika ibundaku mengetahuinya langsung menasehatiku, agar
menggantung cita-cita yang tinggi, jangan dibelenggu oleh cinta individu, yang
akan mengganggu karir belajar.

 
 

Ayahbunda membanting tulang demi mencari biaya agar kamu bisa kuliah
mengejar cita-cita, jadi bukan untuk anda mengumbar perasaan romantis, setelah
saya mengerti, barulah melupakannya.

Kemudian saya melanjutkan kuliah mengambil gelar Doktor, kali ini saya
sendiri yang membuat peraturan buat diri sendiri. Saat itu saya mulai belajar
Ajaran Buddha, terhadap cinta duniawi makin tidak berminat, waktu luang
kugunakan untuk baca buku, mendengar ceramah, membaca sutra, kebahagiaan
Dharma ini terasa lebih kental dan melampaui kesenangan duniawi.

Kalau memang tidak berdaya dihindari, ini adalah jodoh, sebagai orang awam
kadang kala tidak berdaya melawannya, jadi kalau sudah bertemu, bagaimana
sikap yang harus ada untuk menghadapi cinta ini?

Setelah belajar Ajaran Buddha, kita memahami bahwa di dunia ini tidak ada
cinta sejati, apa alasannya? Oleh karena cinta muncul dari pikiran khayal, bukan
mengalir dari hati sejati. Yang mengalir keluar dari hati sejati adalah sila, samadhi
dan prajna, sedangkan yang mengalir keluar dari pikiran khayal adalah belenggu
cinta dan nafsu keinginan.

Manusia melantunkan lagu yang menyatakan cinta sebagai hal yang suci dan
agung, padahal sesungguhnya cinta itu adalah belenggu ditambah dengan nafsu
keinginan, tidak ada sisi yang istimewa, makanya harus dipahami dengan jelas,
harus menggunakan akal sehat dan kebijaksanaan dalam menghadapi asmara.

Terutama dalam memilih pasangan hidup harus menggunakan kebijaksanaan,


mengutamakan moralitas dan bukan rupanya. Dasar dari moralitas adalah bakti,
melihat apakah dia adalah putra berbakti atau putri berbakti, ini sangat penting.

 
 

Seorang anak berbakti, meskipun buruk juga takkan terlampau jauh buruknya;
sedangkan orang yang tidak berbakti pada ayahbunda, meskipun baik juga takkan
terlampau jauh baiknya. Jangan melihat sekarang dia baik pada anda, ini adalah
palsu, terhadap ayahbunda-nya saja tidak baik, bagaimana bisa baik pada dirimu?

Sekarang dia baik padamu karena ada maksud tertentu, atau karena kagum,
wanita mengkagumi harta kekayaan si pria, sedangkan si pria mengkagumi rupa si
wanita. Hubungan yang dibangun dengan saling memanfaatkan takkan bertahan
lama, terkecuali hubungan yang dibangun di atas moralitas.

Hubungan yang dibangun dengan saling memanfaatkan, ketika manfaat


tersebut habis maka putus hubungan, sedangkan hubungan yang dibangun oleh
karena rupa, ketika wajah mulai menua maka hati pun membeku, suka pada yang
baru melupakan yang lama. Lain halnya dengan hubungan yang dibangun di atas
moralitas, akan langgeng sepanjang hayat.

Hubungan yang dibangun di atas moralitas, yang terbaik adalah bisa belajar
Ajaran Buddha bersama-sama. Maka itu praktisi Ajaran Buddha hendaknya juga
mencari pasangan yang memiliki keyakinan yang sama, bahkan dia juga harus
betul-betul belajar Ajaran Buddha dan bukan berpura-pura, bukan karena ingin
mendekatimu sehingga ikut-ikutan belajar Ajaran Buddha, ini tidak boleh
diandalkan.

Jadi sikap apa yang terbaik? Saya selalu menasehati anak-anak muda bahwa
pernikahan itu merupakan anugerah Tuhan, jadi tidak perlu sengaja mencarinya.
Kalau sengaja mencarinya maka dari 10 ada 8 atau 9 yang tidak baik, seperti juga
kata pepatah “Masalah yang dihadapi manusia dari 10 ada 8 atau 9 yang buruk”,
jadi yang namanya jodoh itu tidak bisa dipaksakan, juga tidak perlu dirisaukan,
biarlah Buddha dan Bodhisattva yang mengatur apa yang terbaik buat dirimu. Diri
sendiri harus baik-baik belajar Ajaran Buddha, saat waktunya tiba, pasti akan
bertemu dengan jodoh yang baik.

 
 

Lantas bagaimana pula kalau sudah tunggu-tunggu ternyata jodoh tidak datang
juga? Tidak masalah, kalau sudah ditunggu-tunggu ternyata jodoh juga tidak
datang, maka ini lebih baik. Jadi tidak harus menjalani kehidupan orang awam,
manusia di dunia ini ibarat pemabuk berat, semuanya sudah minum arak hingga
mabuk, melihat cuma dirimu seorang yang sadar, maka mereka malah menganggap
anda yang mabuk dan tidak normal. Padahal diri sendiri amat sadar dan normal,
sebaliknya mereka itu yang abnormal.

  

 
 

 
 
 
 
 

 
 

76.  Bercerai akibatnya jatuh ke Neraka, tidak berani bercerai, mulai sekarang
dan selanjutnya berpisah dan menjalani hidup masing-masing, apakah begini boleh?

Ini tidak benar, apa alasannya? Oleh karena anda masih belum memaafkannya,
hati maitri karuna anda masih kurang. Dia melakukan kesalahan, namun sekarang
dia telah kembali ke jalan yang benar, anda harusnya memaafkan dirinya, yang
berlalu biarlah berlalu, jangan lagi berperhitungan.

Dunia yang dipenuhi oleh lima kekeruhan dan kejahatan, terutama jaman
modern ini, daya pikat di luar terlampau kuat, apakah mungkin manusia bisa luput
dari melakukan kesalahan? Mustahil.

“Manusia awam bukanlah insan suci dan bijak, siapa yang bisa luput dari
melakukan kesalahan? Asalkan mau memperbaiki diri, maka ini merupakan
kebajikan yang tiada bandingnya!”

Dia bersedia kembali ke jalan yang benar, ini merupakan kebajikan yang
terbesar, hendaknya memaafkan dirinya, bahkan juga perlu memujinya,
berterimakasih padanya.

Anda mesti mempunyai sebutir hati yang sedemikian rupa dalam


memperlakukan suami anda, barulah dia dapat merasakan maitri karuna anda pada
dirinya, kasih sejati, barulah dia bersedia mengikuti dirimu belajar Buddha Dharma,
barulah anda dapat menyelamatkannya.

Mesti melepaskan keakuan, kalau masih mempunyai keakuan, bagaimana anda


bisa menyelamatkan para makhluk. Maka itu dalam hal meneladani Maha Maitri
Maha Karuna Bodhisattva, inilah saat yang tepat, anda boleh menyelamatkan
dirinya.
 
 

Dia pernah melakukan kesalahan, tapi sekarang sudah kembali ke jalan yang
benar, ini disebut dengan bertobat, anda jangan lagi mengungkit-ungkit perkara
yang sudah-sudah, anggap saja seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu,
memperlakukannya seperti semula, begitu perhatian, memberikan kehangatan
padanya, dia akan berterimakasih padamu, pasti salut padamu, belajar padamu.

Sebaliknya kalau anda tidak bisa memaafkan dirinya, maka akan kekurangan
satu kesempatan untuk menyelamatkan dirinya, bahkan bisa saja memaksa dirinya
untuk pergi meninggalkan dirimu, sehingga dia tidak sanggup lagi untuk kembali
seperti sedia kala, bahkan mungkin saja harapan satu-satunya bagi dirinya untuk
belajar Ajaran Buddha pupus begitu saja, menurutmu apakah ini adalah maitri
karuna?

Maka itu walaupun anda melafal Amituofo, tapi anda ini tidak cukup maitri
karuna, anda masih berseteru dengan suami anda, kalau masih ada perseteruan
maka walaupun anda melafal Amituofo tapi tidak bisa terjalin dengan Buddha
Amitabha.

Hati Buddha Amitabha adalah Maha Maitri Maha Karuna, bahkan sekalipun
makhluk yang jatuh ke Neraka, Buddha Amitabha juga akan serupa datang
menyelamatkan dirinya, takkan berperhitungan dengannya, anda dulunya pernah
melakukan kejahatan apa, pantas jatuh ke Neraka, Buddha Amitabha takkan
berpikir sedemikian rupa, Beliau juga akan serupa datang memberi penyelamatan.

Asalkan anda bersedia pulang ke Alam Sukhavati, maka Saya (Buddha


Amitabha) pasti datang menjemputmu. Apakah hatimu juga sanggup serupa
dengan Buddha Amitabha? Apakah anda juga akan menggunakan hati begini
terhadap suami anda? Asalkan anda bersedia pulang kembali ke rumah, maka saya
akan bersikap baik padamu seperti sedia kala, ini adalah Hati Buddha.

 
 

Anda menggunakan hati Buddha Amitabha dalam memperlakukan dirinya,


maka coba pikirkan, meskipun anda tidak sedang melafal Amituofo, namun
sesungguhnya anda sedang mengingat Buddha Amitabha, di hatimu benar-benar
ada Buddha Amitabha, “Saat melafal Amituofo, baik pikiran, ucapan maupun
perbuatan kita adalah serupa dengan Buddha Amitabha, dengan demikian barulah
bisa terjalin dengan Buddha Amitabha”.

Belajar Ajaran Buddha tidak boleh cuma penampilan luar semata, tapi yang
penting adalah hati, jangan ada hati yang mementingkan diri sendiri, jangan sampai
berseteru dengan orang lain, perselisihan, hendaknya menggunakan hati Maitri
Karuna dalam memperlakukan semua makhluk.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-176

Tanggal : 21 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 

 
 

77.   Bagaimana caranya menghapus kebiasaan LGBT dalam waktu singkat?

Pertanyaan :

Saya adalah seorang LGBT, bagaimana cara menghapus kebiasaan ini dalam
waktu singkat?

Venerable Ding Hong menjawab :

Pertama-tama anda perlu mengenali bahwa LGBT itu merupakan perbuatan


asusila, sebab akibat ini sungguh menakutkan. Di dalam sutra disebutkan bahwa
terdapat Neraka khusus buat kaum LGBT, di sini yang kita bahas adalah pria yang
menyukai pria dan wanita yang menyukai wanita.

Di dalam Neraka ini, anda akan melihat pujaan hatimu berjalan di depan anda,
lalu anda akan berusaha mengejar dambaan hatimu tersebut, setelah berhasil
mengejarnya barulah menyadari ternyata yang berada di hadapan anda adalah setan
baja yang amat menakutkan, sekujur tubuhnya terbentuk dari besi yang dibakar
hingga merah membara.

Kemudian setan baja ini akan memeluk dirimu, dalam sekejab tubuh anda akan
remuk dan hancur lebur, bayangkan, inilah siksaan yang harus dialami. Anda ingin
sekali melarikan diri, tapi dia akan terus mengejarmu, anda berusaha lari sekuat
mungkin agar lolos dari kejarannya, sehingga tanpa disadari anda telah berada di
tepi jurang, dalam waktu sekejab jatuh ke dalam jurang tersebut.

Ketika tubuh anda melayang jatuh, burung bermulut besi akan segera datang
menyambar dan menyantap tubuhmu, belum lagi anda terhempas ke dasar jurang,
tapi tubuh anda sudah keburu habis jadi santapan burung bermulut besi.

 
 

Ketika anda akan terhempas ke dasar jurang, tubuh anda segera terbentuk
kembali, anda masih harus mengalami siksaan bagaimana rasanya jatuh dari
ketinggian dan terhempas ke permukaan tanah. Lalu di dasar jurang sudah menanti
banyak anjing besi yang segera datang menyambut dan melahap tubuh anda.

Semua ini tercantum di dalam sutra, jadi bukan palsu, Sang Buddha
mengatakan yang sejujurnya, sesuai dengan fakta yang sesungguhnya.

Maka itu nafsu indria itu mesti dipadamkan, ini merupakan tabiat buruk sejak
kalpa tanpa awal. Selama kelahiran demi kelahiran kita terus berputar di lingkaran
tumimbal lahir dan tidak berhasil keluar darinya, ini dikarenakan nafsu cinta yang
telah mencelakai diri kita, sehingga kita harus jatuh ke Neraka menjalani siksaan,
semua ini dikarenakan nafsu cinta, nafsu cinta merupakan akar dari tumimbal lahir.

Maka itu anda harus mengenali sebab dan akibatnya, sungguh menakutkan,
maka itu hendaknya melepaskan nafsu cinta dan membangkitkan tekad terlahir ke
Alam Sukhavati, selamanya terbebas dari arus tumimbal lahir.

Dengan mematahkan nafsu cinta maka telah mencabut akar tumimbal lahir,
maka itu mesti mengikrarkan tekad agung, memadamkan api nafsu, oleh karena
nafsu indria adalah peralatan yang digunakan oleh Mara untuk mengendalikan para
makhluk, sehingga para makhluk tidak bisa keluar dari roda samsara, tidak bisa
keluar dari Kamaloka.

Kalau anda ingin cepat-cepat menghapus kebiasaan LGBT ini, pertama-tama


anda mesti mengikrarkan tekad agung, mengundang Triratna (Buddha, Dharma,
Sangha) untuk memberkati dirimu.

 
 

Untuk menghapus kekotoran batin ini sungguh tidak mudah, ini merupakan
kekotoran batin terbesar bagi para makhluk di enam alam tumimbal lahir, yang
juga merupakan kotoran batin yang paling mengakar.

Untuk menghapusnya maka perlu mengandalkan kekuatan Buddha, di dalam


Sutra Lotus Bab Pintu Universal (Pu Men Pin) disebutkan bahwa “Bila ada
makhluk yang memiliki nafsu indria yang berat, senantiasa dengan hormat melafal
nama Bodhisattva Avalokitesvara, dengan demikian dapat menjauhi nafsu
tersebut”.

Anda berharap bisa menjauhi nafsu indria, menjauhi nafsu cinta, maka
perbanyaklah melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara. Kalau bisa sehari melafal
sebanyak tiga ribu kali, Namo Guan Shi Yin Pu Sa, Namo Guan Shi Yin Pu Sa,
lalu juga melakukan namaskara pada rupang Bodhisattva Avalokitesvara,
memohon pemberkatan dari Bodhisattva Avalokitesvara. Bodhisattva
Avalokitesvara memiliki tekad sedemikian rupa, dapat menjauhkan para makhluk
dari nafsu indria, asalkan anda tulus memohon padaNya.

Tetapi anda sendiri juga harus mempunyai kemauan untuk keluar dari LGBT
dan memadamkan api nafsu, serta membangkitkan tekad terlahir ke Alam
Sukhavati, dengan demikian barulah bisa memperoleh pemberkatan dari
Bodhisattva Avalokitesvara.

Anda juga harus bertekad keluar dari pergaulan buruk, janganlah kembali ke
dalam lingkungan tersebut, jangan lagi memberikan kesempatan bagi diri sendiri
untuk kembali melakukan pelanggaran, perbanyak mendengar ceramah Dharma.

Dalam waktu keseharian perbanyak membaca buku “Anshi Quanshu bagian


Yuhai Huikuang” yang khusus mengajari kita untuk memadamkan api nafsu. Buku
ini bagus sekali, Master Yin Guang bahkan merekomendasikan buku ini,

 
 

sepertinya sekarang juga terbit edisi terjemahan dalam Bahasa Mandarin modern
yang lebih mudah dipahami.

Manusia asalkan memiliki kemauan kembali ke jalan yang benar, pasti bisa
berhasil mewujudkannya, “Di dunia ini tidak ada hal yang sulit, hanya saja
ditakutkan tidak mempunyai kemauan keras”, apalagi dalam hal ini tidak perlu
memohon pada orang lain, yang penting adalah diri sendiri apakah punya kemauan
atau tidak untuk kembali ke jalan yang benar, memohon pemberkatan pada
Triratna.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Edisi ke-179

 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

78.  Berkah dan petaka saling silang-menyilang, apa sebabnya?

Serupa dengan kata pepatah “Di dalam berkah ada petaka, di dalam petaka ada
berkah”, berkah dan petaka saling silang-menyilang. Ini dikarenakan perbuatan
yang dilakukannya tidak murni baik dan tidak murni buruk.

Contohnya dia melakukan perbuatan baik, setengah hati demi kepentingan


orang banyak, setengah hati buat kepentingan diri sendiri. Dia memang berbuat
demi kepentingan orang banyak tapi di sisi lainnya dia juga tidak melupakan
ketenaran dan keuntungan bagi dirinya sendiri; apabila cuma untuk kepentingan
orang lain, sementara bagi diri sendiri tidak ada keuntungannya sama sekali, maka
dia takkan melakukannya.

Umpamanya dia menjadi pendukung penyebarluasan Ajaran Buddha,


kebajikan ini dilakukan demi memberi manfaat bagi para makhluk, dia memang
mempunyai niat begini tapi dia juga memperhitungkan ketenaran dan keuntungan
bagi dirinya sendiri.

Di dalam kegiatan tersebut dia merasa bangga dan berjaya, tidak sanggup
melepaskan ketenaran dan keuntungan, tidak mampu melepaskan keinginan untuk
menguasai dan memiliki, niat pikiran begini adalah kejahatan.

Maka itu kebajikan dan kejahatan yang dilakukannya saling berbaur, kelak
buah akibat yang diterimanya ada berkah juga ada petaka, berkah dan petaka saling
berbaur.

Contoh yang paling jelas adalah orang kaya hidupnya selalu emosi. Sambil
menikmati kesenangan juga suka marah-marah, melihat siapapun merasa tidak
suka, segala persoalan juga tidak sesuai dengan keinginan hati, meskipun makan
 
 

hidangan istimewa, tinggal di villa mewah, namun hatinya tidak bahagia, apa
sebabnya?

Pada masa kelahiran lampau, dia memang berdana tapi banyak perhitungan,
ingin memperoleh dan takut kehilangan, memiliki hati yang sombong, melakukan
kebajikan karena ingin menonjolkan diri, ini adalah sikap Asura. Asura itu suka
menonjolkan diri dan selalu ingin menang dari orang lain, orang lain melakukan
berapa banyak kebajikan, pokoknya saya harus melampauinya, berada di depan
dirinya, hati begini mengakibatkan di dalam berkah ada petaka.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Tanggal : 8 Pebruari 2013

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

79.  Kalau tidak memiliki kesanggupan melatih diri di dalam masyarakat,


maka boleh mengasingkan diri buat sementara waktu

Kehidupan bermasyarakat merupakan hal yang harus dihadapi, ini merupakan


melatih diri dalam menghadapi berbagai cobaan. Tentu saja apabila anda tidak
memiliki keyakinan penuh untuk menghadapinya, terutama bagi praktisi pemula,
saya sendiri tempo dulu juga begini, tidak punya keyakinan hati, tidak berani
menghadapi cobaan.

Terhadap daya pikat ketenaran dan keuntungan, saya masih belum sanggup
melepaskannya, ketika bertemu dengan ketenaran dan keuntungan, masih saja
timbul niat pikiran, masih saja mengalami kemerosotan batin, ketika orang lain
merasa iri hati padaku lalu mencoba menghambat diriku, saya juga tidak sanggup
menahan berbagai cobaan ini. Lantas bagaimana?

Anda boleh mengasingkan diri buat sementara waktu, carilah lingkungan yang
lebih tenang buat melatih diri, menjernihkan kembali pikiran yang kalut, setelah itu
barulah kembali ke lingkungan anda semula.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-125

Tanggal : 20 November 2011

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 

80.  Melimpahkan jasa kebajikan kepada musuh kerabat penagih hutang,


mereka bisa memperoleh manfaat besar

Melimpahkan jasa kebajikan kepada musuh kerabat penagih hutang, mereka


akan memperoleh manfaat besar. Kalau anda cuma melakukan kebajikan, tapi di
dalam hati tidak suci, manfaat yang akan mereka peroleh tidaklah besar, dengan
perkataan lain, mereka masih belum bisa memaafkan kita.

Setelah melakukan banyak kebajikan, kadang kala orang justru bisa menjadi
sombong, merasa diri sendiri sudah hebat, lihatlah saya sudah melakukan banyak
kebajikan, saya telah melakukan banyak kebajikan buat musuh kerabat penagih
hutang, mereka seharusnya berterimakasih padaku.

Lihatlah, mana ada dia bertobat? Maka itu begitu keangkuhannya muncul, hati
yang bertobat itu pupus sudah, hati pun jadi tidak suci lagi, serupa dengan ucapan
Kongzi bahwa andaikata anda masih pongah dan kikir, meskipun anda memiliki
bakat dan kepribadian seindah Zhou-gong, ataupun anda bisa menjadi pendukung
Ajaran Buddha yang sehebat Kaisar Liang Wudi, tetapi pada akhirnya malah tidak
ada jasa kebajikannya sama sekali. Kongzi berkata bahwa orang sedemikian rupa
tidak perlu diamati lagi, oleh karena prilaku bajiknya tersebut hanyalah semu
belaka.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-134

Tanggal : 5 Januari 2012

 
 

81.  Muncul masalah dalam pernikahan sehingga selalu muncul rasa benci,
bagaimana cara mengatasinya?

Ini adalah persoalan bagaimana mengatasi rasa benci di hati, sesungguhnya


anda tidak perlu membenci, oleh karena tiada gunanya. Yang anda perlukan adalah
belajar ajaran sutra, dengan demikian anda akan mengerti bahwa segala sesuatu itu
tak luput dari Hukum Sebab Akibat, pada masa kehidupan lampau bagaimana cara
saya memperlakukan orang lain, maka sekarang bagaimana pula orang lain
memperlakukan diriku.

Buatlah perenungan bahwa sekarang saya melunasi hutangku, kemudian


selangkah lebih maju lagi, buatlah perenungan berterimakasih padanya. Dia telah
berlaku buruk padaku, tapi saya justru berterimakasih atas budinya, budi apa yang
dia miliki? Menyempurnakan Ksanti Paramita atau kesabaranmu, budi kebajikan
ini sungguh besar.

Melatih diri adalah mengandalkan orang lain datang menempa diri kita,
sehingga kekotoran batin dan tabiat anda jadi muncul keluar, barulah bisa dihapus,
kebencian anda ini tertanam di sudut hati yang mendalam, melalui peristiwa ini
kebencian tersebut muncul keluar, setelah itu barulah bisa dihapus, bukankah
dengan demikian anda harus berterimakasih padanya?

Kelak setelah terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, barulah anda menyadari


bahwa mereka yang menyakitimu ternyata adalah kalyanamitra, baik kondisi suka
maupun duka juga merupakan ciptaan dari Buddha Amitabha yang datang menguji
diriku.

Bila anda mampu memahami hal ini maka akan sangat bagus, ikatan kebencian
pun terurai sudah, jadi pertama-tama anda perlu memahami ajaran sutra, lalu
renungkanlah dengan seksama, perlahan menyesuaikan diri dengan situasi tersebut,
lama kelamaan anda akan melihat bahwa semua orang adalah Buddha Amitabha,
 
 

orang baik juga adalah Buddha Amitabha, orang jahat juga adalah Buddha
Amitabha, baik atau buruk juga adalah Buddha Amitabha, semuanya adalah
Buddha Amitabha, begini disebut sebagai Samadhi Pelafalan Amituofo, oleh
karena di hati anda benar-benar cuma ada Buddha Amitabha.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-140

Tanggal : 4 Pebruari 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

82.  Pernikahan dapat berlangsung apabila kedua mempelai memiliki berkah


kebajikan, lantas kenapa pula ada putri orang kaya yang justru tidak punya jodoh
sedemikian rupa?

Tidak bisa dikatakan begini, pernikahan itu merupakan hal yang amat rumit,
yang memiliki kaitan dengan masa kehidupan lampau. Sebagian orang
beranggapan bahwa cari pasangan itu harus yang setara baik dalam kedudukan
maupun kekayaan. Ini diukur dari Dharma Duniawi.

Padahal yang paling penting adalah mengandalkan diri sendiri, diri sendiri
harus memiliki etika moral, budi dan kasih, mengutamakan kesetiaan dan bukan
pada keuntungan, barulah pernikahan tersebut bisa langgeng.

Kalau yang dijunjung itu adalah keuntungan dan bukan pada kesetiaan,
membangun hubungan di atas keuntungan, atau membangun hubungan
berdasarkan rupa, maka takkan bisa langgeng.

Maka itu, pernikahan hendaknya dipandang secara jauh ke depan, pertama-


tama saya mesti belajar etika moral, menjadi orang yang berbudi pekerti, barulah
dapat bersua dengan pasangan yang juga berbudi pekerti.

Anda orang yang bagaimana maka jodoh yang akan anda temukan juga
sedemikian rupa. Kaya dan miskin bukanlah sebuah standar, andaikata orang yang
punya harta berlimpah tapi standarnya tinggi, selamanya tidak merasa cukup, tidak
bahagia, menurutku orang begini lebih memprihatinkan daripada orang miskin,
kaya namun tak bahagia, lebih baik miskin tapi bahagia.

Maka itu meskipun seseorang itu tidak punya harta benda, contohnya Yan Hui
(murid Kongzi), tapi dia bahagia. Mengapa demikian? Oleh karena dia tahu merasa
 
 

cukup dan puas, dia bahagia dalam mengamalkan ajaran, setiap hari belajar dan
melatih diri, memperoleh kebahagiaan Dharma. Menurutku Yan Hui barulah orang
yang kaya raya.

Maka itu standar kaya itu ada pada tahu merasa cukup, kaya dan bahagia
karena dapat mengamalkan ajaran, ini barulah disebut sebagai hartawan.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-174

Tanggal : 14 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

83.  Apakah pernikahan sudah ditakdirkan, apakah juga merupakan Sebab


Akibat yang tak terhindarkan?

Hukum Sebab Akibat merupakan kepastiannya, ayahbunda juga merupakan


sebab akibat, diri sendiri bebas menjatuhkan pilihan dan menjalin hubungan cinta
juga merupakan sebab akibat, kalau memang jodoh yah pasti bisa menikah, jadi
menurutku tidak perlu terlalu dipusingkan.

Perjodohan jaman dulu ditentukan oleh ayahbunda, mengapa demikian?


Pernikahan yang diatur oleh ayahbunda akan berlangsung langgeng, sedangkan
jalinan cinta yang bebas seperti sekarang ini malah tidak bisa berlangsung
langgeng. Apa sebabnya?

Ayahbunda lebih memiliki pengalaman hidup, jauh berjalan banyak yang


dilihat, lagi pula mereka benar-benar menyayangi putra putrinya, sehingga begitu
seksama mengamati calon menantunya, bukan hanya melihat penampilan luar
semata, yang penting adalah etika moralnya, apakah leluhurnya ada menimbun
kebajikan, ini merupakan landasan bagi pernikahan yang langgeng.   

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-173

Tanggal : 10 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 

84.  Bagaimana cara seorang praktisi menghadapi serangga yang berbahaya?

Dalam pandangan seorang praktisi, tidak ada yang disebut sebagai serangga
yang membahayakan, yang ada cuma serangga yang terkasih, anda harus
menyayangi mereka.

Serangga itu membahayakan adalah menurut pemikiran anda sendiri, anda


berpikir bahwa serangga tersebut akan berbahaya pada diri anda, maka itu disebut
sebagai serangga berbahaya. Lantas bagaimana pula bila ditinjau dari pandangan si
serangga?

Serangga juga akan berpikir anda ini berbahaya bagi dirinya, jadi bukankah
anda ini juga merupakan serangga yang berbahaya? Jadi bagaimana cara anda
memandangnya, maka dia juga akan memandang anda dengan cara yang sama.

Maka itu hati yang mementingkan diri sendiri itu haruslah dilepaskan,
hendaknya menggunakan maitri karuna dalam memperlakukan semua makhluk.

Hari ini ketika saya sedang mendengar ceramah Dharma, di dalam studio
rekaman (Master Chin Kung), saya lagi serius mendengarkan, tiba-tiba ada seekor
kecoak yang merayap di tanganku, begitu saya melihat ternyata adalah seekor
kecoak, andaikata saya belum belajar Ajaran Buddha, maka saya akan merasa takut,
atau merasa jijik dan benci, apalagi merangkak pula di tanganku, sungguh tidak
nyaman rasanya, ini serangga yang merugikan.

Lihatlah ini adalah pikiran yang membeda-bedakan dan kemelekatan. Tetapi


sekarang saya sudah belajar Ajaran Buddha, Bodhisattva mungil ini sekarang
berada di tanganku, dekat denganku, jadi saya pun bersikap baik padanya, dalam
hatiku membantunya menerima Visudhi Trisarana.
 
 

Oleh karena ketika berada di dalam studio rekaman, Master Chin Kung masih
belum menyelesaikan ceramahnya, saya tidak boleh berbicara, jadi saya berkata
dalam hati, membantu kecoak menerima Visudhi Trisarana, berlindung pada
Buddha, berlindung pada Dharma, berlindung pada Sangha.

Kecoak ini juga memiliki pahala yang besar, masih berada di dalam studio
rekaman, memiliki kesempatan mendengar ceramah guru, maka itu saya
menasehatinya agar ikut mendengar ceramah guru. Kecoak ini tampaknya serius
ikut mendengar ceramah, berada di sana dan tidak bergerak sama sekali, sampai
ceramah selesai.

Setelah guru selesai memberikan ceramah Dharma, perlahan saya


mengeluarkan kecoak dari ruangan studio rekaman, jangan berada di dalam studio
rekaman, oleh karena di dalam studio rekaman itu harus bersih dan suci, dengan
begini saya mengantarnya keluar ruangan.

Jadi terhadap semua makhluk hendaknya dapat hidup berdampingan secara


harmonis, memandang semua makhluk adalah Bodhisattva.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-172

Tanggal : 7 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

85.  Bagaimana mengatur waktu antara belajar dan melafal Amituofo?

Ini tidak bertentangan sama sekali, melafal Amituofo bisa dilakukan kapan
saja dan di mana saja. Saat belajar maka tumpukan perhatian dengan baik, juga
diperlukan hati yang jernih dan konsentrasi. Saat mengikuti pelajaran di sekolah
juga harus konsentrasi, takkan berkhayal dan mengantuk, dengan demikian barulah
belajar bisa jadi efektif.

Dalam waktu keseharian melafal Amituofo, hal ini akan sangat membantu
konsentrasi. Jadi melafal Amituofo dan belajar itu takkan saling bertentangan,
praktisi yang melafal Amituofo dengan baik, belajarnya juga pasti bagus.

Tempo dulu waktu saya masih menjalani perkuliahan, saya juga belajar Ajaran
Buddha dan melafal Amituofo, mendengar ceramah Dharma, melakukan
kebaktian pagi dan sore dengan melafal Amituofo. Tapi sama sekali tidak
mempengaruhi karir belajarku, malah makin bagus, hasil ujianku selalu berada di
rangking teratas, orang lain membutuhkan waktu tujuh tahun menyelesaikan waktu
perkuliahan, saya cuma butuh waktu empat tahun saja, sampai akhirnya berhasil
meraih gelar Doktor, semua ini juga berkat dari belajar Ajaran Buddha.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-147

Tanggal : 28 Pebruari 2012

 
 

 
 

86.  Anak-anak berselancar di dunia maya dan mengakses situs berbau asusila,
bagaimana cara mengatasi persoalan ini?

Anak-anak memiliki nafsu indria yang berat, ini dikarenakan pengaruh yang
diberikan oleh ayahbunda. Masa kini, situs-situs asusila begitu mudah diakses,
sehingga generasi muda tidak sanggup melawan godaan, ini adalah Raja Mara,
menghancurkan dan meracuni pemikiran generasi muda, mencelakai batin mereka.

Anda sebagai seorang ibunda, hendaknya membantu si anak, pertama-tama


anda sendiri mesti mensucikan tubuh, pikiran dan tindakan diri sendiri, bertekad
melatih diri dengan serius, memohon pada Buddha Amitabha dan Bodhisattva
Avalokitesvara agar memberi pemberkatan pada anak anda, supaya bisa kembali
ke jalan yang benar.

Anda juga harus tabah dalam menghadapi perubahan dalam rumah tangga,
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan hati, jangan sampai menjadi
beban pikiran. Anda harus memahami bahwa menjadi satu keluarga adalah jodoh
yang dijalin dari masa kelahiran lampau.

Ada empat jenis jalinan jodoh sehingga bisa menjadi satu keluarga yakni yang
datang balas budi, balas dendam, bayar hutang dan tagih hutang, jadi tidak perlu
ditanggapi dengan terlampau serius, jangan ada ikatan cinta, anggap saja melunasi
hutang.

Kemudian juga harus munculkan hati maha maitri maha karuna, yang dapat
diselamatkan hendaknya diselamatkan, juga jangan taruh di hati, lepaskan segala
bentuk kemelekatan termasuk belenggu cinta, barulah anda mampu
membangkitkan hati maha maitri maha karuna.

 
 

Kemudian anda juga mesti serius melatih diri, anda harus kuatkan diri dan
tabah menghadapi, anda dapat menggunakan etika moral dan semangat yang tanpa
lelah untuk menggugah hati si anak, memohon pemberkatan dari Buddha dan
Bodhisattva, dia akan kembali ke jalan yang benar.

Juga tidak perlu berseteru dengan buah hati, bila anda menggunakan cara yang
keras untuk mendidiknya, memaksanya, kini anak sudah besar, dia takkan sudi
dikendalikan anda, bukan saja efek jera yang gagal diperoleh tapi kegilaannya akan
semakin menjadi-jadi.

Lebih baik anda menggunakan bahasa yang lembut untuk memberi nasehat
dan pengertian padanya, yang penting perhatian anda hendaknya dititikberatkan
pada pelatihan diri sendiri, dengan demikian dia pasti akan kembali ke jalan yang
benar.

Simpul tali yang kusut dan tak terurai ini, kadang kala anda juga perlu
melonggarkan-nya sejenak, pusatkan perhatian anda pada pelatihan diri,
mendengar ceramah Dharma dan melafal Amituofo, setelah melatih diri untuk satu
periode waktu, maka simpul tali tersebut akan terurai dengan sendirinya, banyak
rintangan karma yang dapat tereliminasi, keluarga juga akan kembali ke jalan yang
benar, inilah yang disebut dengan “Lingkungan berubah mengikuti perubahan
pikiran”.

Ini merupakan waktu yang kritis, andaikata keluarga tidak bisa diselamatkan,
maka harus menanti hingga anda berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, barulah
kembali menyelamatkan mereka, jadi tidak perlu tergesa-gesa harus berhasil saat
ini juga. Saat sekarang ini anda tidak sanggup melepaskan ikatan cinta ini, malah
anda bisa saja menjadi beban bagi mereka, jadi hanya dengan melepaskan
kemelekatan ini barulah anda bisa menyelamatkan mereka.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong Tanggal : 9 Agustus 2012

 
 

87.  Anak tidak patuh, bagaimana cara mengatasinya?

Anak merupakan lingkungan kita, lingkungan berubah mengikuti perubahan


pikiran, bila anda melatih diri dengan baik maka anak juga akan ikut menjadi baik.
Kalau melihat prilaku anak tidak benar, maka yang pertama-tama adalah melihat
kembali pada diri sendiri, mencari penyebabnya pada diri sendiri, oleh karena
alasan utama itu ada pada diri sendiri.

Maka itu mesti melakukan introspeksi diri, setelah berhasil memperbaiki tabiat
diri sendiri, buah hati anda pasti akan kembali ke jalan yang benar. Cobalah
melakukan analisa, mengapa anak jadi pemarah, tidak berbakti, begitu emosional,
memberontak, mengapa bisa begini? Tentunya diri kita sendiri pasti juga memiliki
prilaku sedemikian rupa.

Cobalah renungkan sejenak apakah diri sendiri juga pemarah, menuruti


emosional, apakah memiliki tabiat begini? Terhadap ayahbunda sendiri apakah
juga tidak berbakti? Apakah selama ini berlapang hati pada orang lain, memaafkan
orang lain, menghapus tabiat jelek?

Setelah melakukan introspeksi diri, maka anda pasti akan menemukan jalan
keluarnya. Maka itu ajaran insan suci dan bijak, dalam mengatasi segala persoalan
adalah dimulai dari memperbaiki tabiat buruk diri sendiri, memberi teladan dalam
bentuk tindakan nyata.

“Ketika segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan keinginan hati maka
carilah penyebabnya pada diri sendiri”, tidak boleh menyalahkan orang lain.
Menyalahkan orang lain karena bersikap buruk pada diriku, memperlakukan diriku
secara tidak adil, bahkan merasa ditindas, ini namanya tidak serius belajar Ajaran
Buddha.

 
 

Buddha Dharma memberitahukan pada kita bahwa lingkungan kita berubah


menuruti perubahan hati dan pikiran kita, apabila anda hendak mengubah keadaan
lingkungan anda, termasuk orang-orang di sekitar anda, maka terlebih dulu harus
mengubah hati dan pikiran sendiri, memelihara hati yang suci, hati yang setara dan
hati maitri karuna, maka lingkungan anda akan berubah menuruti hati dan pikiran
anda.

Maka itu guru kita, Master Chin Kung, mengatakan bahwa “Orang lain
walaupun sudah salah juga adalah betul adanya, diri sendiri walaupun sudah betul
juga adalah salah”, dengan perkataan lain, orang lain tidak ada salahnya.

Jadi apakah anak-anak juga bersalah? Anak tidak bersalah, apa alasannya?
Yang salah itu adalah diri sendiri, saya yang menyebabkan lingkungan ini jadi
sedemikian rupa. Saya akan memperbaiki kesalahan diri lalu menuntunnya agar
memperbaiki kesalahannya, ketika saya berhasil mengubah tabiat jelekku, maka
dia juga pasti berhasil kembali ke jalan yang benar.

Renungkanlah perkataan ini dengan seksama, anda pasti tahu apa yang harus
diperbuat.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-177

Tanggal : 8 Agustus 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

88.  Saat jatuh sakit minum obat, apakah ini boleh dikatakan sebagai belum
melepaskan kemelekatan pada tubuh jasmani?

Melepaskan kemelekatan pada tubuh jasmani dengan minum obat, tidak ada
kaitannya, walaupun sudah melepaskan kemelekatan pada tubuh jasmani, juga
masih boleh minum obat. Bahkan Buddha Sakyamuni tempo dulu juga masih
menerima persembahan obat-obatan.

Ada empat jenis persembahan kepada Sangha, yakni persembahan jubah,


makanan dan minuman, tempat berbaring, obat-obatan. Kalau jatuh sakit boleh
makan obat, Buddha sangat ber-Maitri Karuna, segala hal yang masuk akal dan
beralasan pasti dapat diterima, jadi bukanlah karena anda sudah mencapai
tingkatan kesucian Arahat maka tidak boleh minum obat lagi, mana boleh begini,
lagi pula juga harus menyesuaikan dengan keadaan para makhluk di dunia ini.

Tetapi Arahat walaupun minum obat, andaikata menderita flu misalnya,


sesungguhnya juga dapat disembuhkan dengan kekuatan gaib, tetapi Dia tetap saja
minum obat, menuruti kehendak para makhluk, Arahat tidak melekat pada tubuh
jasmani.

Yang penting bagi kita sekarang adalah melepaskan kemelekatan pada tubuh
jasmani, minum atau tidak minum obat adalah menuruti jodoh, kalau minum obat
penyakit bisa sembuh, maka tentunya ini amat bagus sekali, tidak perlu sengaja
merasakan siksaan yang tidak perlu, Sang Buddha tidak menyetujui latihan keras
yang tidak bermanfaat.

Kalau penyakitnya bisa disembuhkan, kenapa pula tidak mau disembuhkan?


Semula tubuh jasmani sehat dan kuat, kenapa anda tega menyiksanya? Ini adalah
bentuk latihan keras yang tidak bermanfaat, terhadap pelatihan dirimu juga takkan
membawa manfaat, malah menjadi rintangan bagi kemajuan batin. Tubuh yang
sakit-sakitan akan merintangi pencapaian kemajuan batin.
 
 

Terutama bagi mereka yang melatih Dhyana, untuk melakukan samadhi


diperlukan tubuh jasmani yang sehat, apabila peredaran darah lancar, maka pikiran
mudah terfokus. Sebaliknya apabila tubuh sakit-sakitan, begitu tersiksa, tidak
mudah mencapai pikiran terfokus.

Maka itu tubuh jasmani merupakan alat, mempergunakannya untuk melatih


diri dan juga tahu menjaganya. Tetapi takkan melekat padanya, oleh karena tubuh
jasmani hanyalah alat, dengan memahami hal ini barulah anda mampu melepaskan
kemelekatan pada tubuh jasmani.

Lihatlah guru kita, Master Chin Kung tiap hari juga berolahraga, bagaimana
cara beliau berolahraga? Cara pertama adalah melakukan namaskara pada rupang
Buddha, cara kedua adalah berjalan sambil melafal Amituofo, dalam usia yang
sudah lanjut, beliau masih begitu lincah, bergerak saat harus bergerak, makan saat
tiba waktunya makan, tidur kala waktu tidur tiba, jadi melatih diri itu janganlah
malah menjadi menyiksa diri, ini sudah salah.

Tubuh jasmani ini harusnya makin melatih diri makin sehat, ini menunjukkan
bahwa anda memiliki kebijaksanaan, kalau sebaliknya kian melatih diri kian
banyak penyakit, ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan anda masih belum
mencukupi, tidak tahu menyeimbangkan jiwa dan raga.

Ini harus kita pahami, menyeimbangkan jasmani dan rohani, ini barulah dapat
membawa manfaat bagi pelatihan diri anda.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Tanggal : 13 Desember 2012

 
 

89.  Anak tidak bisa konsentrasi saat belajar di sekolah, bagaimana cara
mengatasinya?

Cara untuk mengurainya pasti ada, melakukannya dari dua sisi. Yang pertama,
diri sendiri mesti menghapus kejahatan menimbun kebajikan, seperti yang
tercantum di dalam “Risalah Balasan dan Ganjaran Setimpal”, setiap hari mesti
melakukan introspeksi diri, dapat menghapus kejahatan dan memupuk kebajikan
adalah mengeliminasi rintangan karma.

Yang kedua adalah anda boleh membaca “Ksitigarbha Sutra” atau boleh juga
melafal Amituofo untuk mengeliminasi rintangan karma anak dan diri sendiri. Juga
melimpahkan jasa kebajikan kepada musuh kerabat penagih hutang, ini membawa
manfaat yang besar, tanpa anda sadari simpul masalah jadi terurai, yakinlah bahwa
kekuatan pemberkatan Buddha adalah tak terbayangkan.

Saat kita melafal Amituofo, Buddha Amitabha benar-benar berada di samping


kita mendengarkan kita melafal namaNya. Sekarang perasaan saya terhadap hal ini
kian mendalam, semakin menyelami ajaran sutra semakin menyadarinya, kapan
saja dan di mana saja, Buddha Amitabha senantiasa hadir menemani diri kita.
Buddha Amitabha senantiasa hadir dan berada di sekitar diri kita, takkan pernah
jauh dari diri kita.

Asalkan saat melafal Amituofo, hati kita serupa dengan Hati Buddha
Amitabha, barulah bisa memperoleh mukjizat. Asalkan menggunakan hati yang
tulus melafal Amituofo, maka takkan ada masalah yang tak terselesaikan, cuma
ditakutkan hati kita yang tidak tulus.

Kenapa tidak tulus? Masih ada hati yang mementingkan diri sendiri,
bercampur dengan lobha, dosa dan moha, berbaur dengan kecurigaan, semua ini
merusak ketulusan hatiku. Mesti mengikrarkan tekad agung, membangkitkan
Bodhicitta, bukan demi diri sendiri, namun demi menyelamatkan semua makhluk,
 
 

mengandalkan kemampuan sendiri, dengan jalinan jodoh ini memberi sumbangsih


kepada semua makhluk.

Semoga kelak anak dapat menjadi insan suci dan bijak, juga dapat membantu
para makhluk yang tak terhitung. Dengan membangkitkan tekad sedemikian rupa,
memohon pada Buddha Amitabha, takkan ada permohonan yang tak terkabul.  

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-202

Tanggal : 11 Desember 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

90.  Dalam kehidupan sulit untuk tidak memiliki permohonan, apakah melafal
Amituofo boleh memohon doa dikabulkan?

Boleh memohon, asalkan hal yang baik, takkan membawa kerugian bagi
makhluk lainnya, setiap orang juga boleh memohon, bahkan mesti memohon,
memohon adalah membangun jalinan hubungan dengan Buddha, bahkan hal besar
maupun kecil juga boleh memanjatkan doa.

Buddha amat ber-Maitri Karuna, segala permohonan pasti dikabulkan, asalkan


permohonan anda sesuai dengan Dharma. Bagaimana permohonan yang sesuai
dengan Dharma?

Yang pertama, permohonan anda adalah bajik dan bukan jahat. Bagaimana
yang dimaksud dengan permohonan yang jahat? Yakni yang mengutamakan
kepentingan diri sendiri, merugikan orang lain, inilah yang disebut sebagai jahat.
Permohonan yang jahat pasti takkan dikabulkan, Buddha dan Bodhisattva merestui
kebajikan orang lain dan takkan merestui kejahatan orang lain.

Yang kedua, anda harus menggunakan hati yang suci untuk memohon, ini baru
sesuai dengan Dharma. Andaikata anda berharap bisa berhasil lulus ujian, maka
harus menenangkan hati, perbanyak melafal Amituofo, dengan sendirinya pikiran
pun jadi jernih, efisiensi belajar jadi tinggi, hati pun jadi terfokus.

Di dalam sutra Buddha disebutkan bahwa “Bila pikiran dapat terfokus, tidak
ada hal yang tidak bisa ditangani”, segala hal bisa berhasil, asalkan hatimu dapat
terfokus.

Terutama permohonan yang demi kepentingan para makhluk, contohnya anda


memohon supaya dapat memberi ceramah dengan bagus, sehingga para makhluk
 
 

yang mendengarkannya dapat tercerahkan, permohonan begini tentu memperoleh


pemberkatan dari kekuatan Buddha.

Memanjatkan permohonan hingga akhirnya seluruh permohonan individual


dapat dilepaskan, takkan lagi memohon untuk diri sendiri, namun seluruh
permohonan adalah ditujukan demi semua makhluk, mukjizat anda akan kian jelas,
anda akan merasakan betapa Maitri Karuna-Nya Buddha Amitabha, takkan
terpisahkan dari diri anda walaupun hanya sejenak, baik hal besar maupun kecil
juga mendukung dan membantu dirimu.

Contohnya saya berkunjung ke Vihara “Yuan Ming Shi”, setiap Hari Sabtu
saya akan memberi ceramah di sini, kadang kala tidak menemukan orang yang
dapat mengantarku ke sana, juga tidak ada rute angkutan umum yang bisa langsung
ke sana, akhirnya saya terpaksa menyetir sendiri.

Lantas bagaimana kalau tersesat di jalanan? Memohon pada Buddha Amitabha,


tidak kenal jalannya juga bukan masalah, asalkan jangan salah jalan, melafal
Amituofo memohon pada Buddha Amitabha, berjalan terus dan akhirnya lancar,
barulah menyadari ternyata memohon pada Buddha Amitabha lebih efektif
daripada melihat peta.

Dalam keseharian membiasakan diri memanjatkan permohonan, membangun


jalinan hubungan dengan Buddha Amitabha, ini juga melafal Amituofo, di dalam
hati senantiasa ada Buddha Amitabha, senantiasa mengingat Buddha Amitabha,
bukankah ini juga melafal Amituofo?

Ini merupakan Upaya Kausalya dari Buddha Amitabha kepada semua makhluk,
anda memanjatkan permohonan padaKu, di dalam hatimu ada diriKu, ini adalah
Upaya Kausalya dari Sang Buddha.

 
 

Buddha Amitabha bukan saja mengabulkan permohonan kita, bahkan juga


membantu kita melafal Amituofo, jasa kebajikan dari melafal Amituofo sungguh
besar!

Ini merupakan Upaya Kausalya dari Buddha dan Bodhisattva, dengan tujuan
akhir adalah menuntun para makhluk memasuki Kebijaksanaan Buddha.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-203

Tanggal : 13 Desember 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

91.  Anggota keluarga banyak tabiat buruknya, apakah saya boleh


menunjukkan padanya?

Kalau dia mau menerimanya, dapat memperbaiki diri, maka anda boleh
menunjukkan padanya. Sebaliknya apabila dia tidak sudi menerimanya, maka anda
jangan menunjukkan keluar. Apa alasannya? Oleh karena tidak ada gunanya,
apabila dia jadi emosional, maka dia akan berbalik menentang dirimu, sehingga
hubungan jadi tidak harmonis lagi. Maka itu bila ingin menunjukkan tabiat buruk
anggota keluarga, jangan sampai merusak keharmonisan, ini adalah prinsip.

Seperti yang disebutkan di dalam “Di Zi Gui” : Ketika ayahbunda berbuat


kesalahan, haruslah memberi nasehat dengan hati-hati agar mereka kembali ke
jalan yang benar, dengan sikap yang tulus, suara yang lembut, dan wajah yang
ramah. Apabila ayahbunda tidak mau mendengarkan nasehat kita, tunggulah
dengan sabar, ketika ada kesempatan yang cocok, misalnya perasaan mereka
sedang senang, maka kita ulangi lagi memberi nasehat; jika ayahbunda tetap tidak
mau menerima bahkan menjadi emosi, walaupun diri kita harus berlinang air mata,
juga harus memohon ayahbunda agar kembali ke jalan yang benar, walaupun harus
menahan pukulan, juga tiada kebencian tiada penyesalan, daripada membiarkan
ayahbunda tetap berada di jalan yang salah, semakin lama semakin besar kesalahan
yang akan dilakukan.

Ketika anggota keluarga kita sedang merasa gembira, maka bolehlah kita
datang memberinya sedikit nasehat, jangan langsung mengatakannya terlalu jelas,
tapi ungkapkan setahap demi setahap, sebagian orang bisa menerimanya.

Kebanyakan orang mengutamakan harga diri, jadi anda perlu menjaga harga
diri orang lain. Master Chin Kung berkata, terhadap orang yang masih berusia
kurang lebih 20 tahun, kita masih boleh menunjukkan langsung tabiatnya; di atas
30 tahun, tidak boleh lagi langsung menunjukkan tabiatnya, kalau melihat dia
mempunyai tabiat buruk, kita cuma boleh menunjukkannya sedikit demi sedikit,
atau memberinya sinyal sedikit, kalau anda mengatakannya terlampau jelas

 
 

tentunya akan menyinggung perasaannya dan dia akan membenci dirimu; usia di
atas 40 tahun, beri sinyal saja sudah tak boleh, mengapa demikian? Oleh karena dia
tidak mungkin bisa berubah lagi.

Maka itu kita urus saja diri sendiri, menggunakan etika moral diri sendiri
untuk menggugah dan mempengaruhi dirinya, supaya dia sendiri yang
menyadarinya. Jangan sampai ada pemikiran bahwa “Saya mesti mengubah
dirinya”, kalau mempunyai niat pikiran begini maka akan terjadi perseteruan.

Segala sesuatu yang terjadi, penyebabnya harus dicari ke dalam diri sendiri,
tidak melihat kesalahan orang lain, lama kelamaan anda pasti dapat menggugah
orang lain. Maka itu harus memiliki keteguhan hati sedemikian rupa, mesti
berlapang hati.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-145

Tanggal : 21 Pebruari 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 

92.  Anggota keluarga menderita penyakit kritis, malam harinya bermimpi


“Malaikat Hitam dan Malaikat Putih (petugas Neraka)” datang menjemput, apa
yang harus kami lakukan?

Kegiatan Zhunian harus segera dimulai, pasien penyakit kritis sewaktu-waktu


bisa meninggal dunia. Kalau bukan sekarang membantunya melafal Amituofo,
maka mungkin saja jatuh ke Neraka. “Malaikat Hitam dan Malaikat Putih” adalah
petugas Neraka, yang menjemput manusia ke Neraka, untuk menerima keputusan
peradilan dari Raja Yama, ini sungguh berbahaya.

Sekarang pasien masih belum menghembuskan nafas terakhir, jadi masih bisa
diselamatkan. Bagaimana caranya? Mulai mengadakan kegiatan Zhunian,
membantunya melafal Amituofo secara bergiliran, siang malam 24 jam, oleh
karena anda tidak tahu kapan dia akan meninggal dunia.

Kalau sekarang anda masih belum sempat pulang membesuk, maka lekaslah
pulang memberitahukan anggota keluarga untuk memulai kegiatan Zhunian,
melafal Amituofo. Bahkan juga menasehatinya, sekarang lepaskan semua
kemelekatan, membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, jangan cemaskan
putra putri, harta kekayaan juga jangan dikhawatirkan, di dalam hati hanya melafal
Amituofo, mengikuti Buddha Amitabha menuju ke Alam Sukhavati.

Memberi nasehat dengan sedemikian rupa, ceramah ini janganlah terlalu


panjang dan berbelit-belit, cukup menasehatinya membangkitkan keyakinan dan
membulatkan tekad, tidak perlu banyak berteori, sampaikan intisarinya saja,
sekarang anda mesti yakin pada Buddha Amitabha, anda sekarang harus melafal
Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, begini sudah cukup.

Oleh karena saat begini bukan waktunya mendengar ceramah Dharma, dia
tidak punya waktu dan tenaga lagi untuk mendengar ceramah panjang lebar,
mendengar ceramah itu dilakukan dalam waktu keseharian, semasa masih hidup.
 
 

Saat menjelang ajal sudah tidak sempat lagi mendengar ceramah panjang lebar,
jadi yang harus disampaikan adalah intinya, dua atau tiga kalimat sudah cukup,
katakan padanya agar melepaskan segala kemelekatan, bertekad lahir ke Tanah
Suci Sukhavati, hanya ketika melihat Buddha Amitabha datang menjemput barulah
boleh ikut denganNya, sedangkan yang lainnya, tak peduli melihat siapapun yang
datang juga janganlah dihiraukan, jangan ikut dengannya. Cuma beberapa kalimat
ini sudah cukup, inilah ceramah saat menjelang ajal.

Andaikata dia benar-benar sudi menerima nasehatmu, lalu melafal Amituofo,


maka ini pasti terlahir ke Alam Sukhavati. Meskipun dia tidak ingin terlahir ke
Alam Sukhavati, mungkin akar kebajikannya yang belum mencukupi, sehingga
tidak mampu membangkitkan keyakinan, tidak sanggup membulatkan tekad,
namun saat menjelang ajal mendengar lafalan Amituofo, juga tidak perlu jatuh ke
tiga alam rendah, hal ini disebutkan dengan jelas di dalam “Ksitigarbha Sutra”.

Maka itu saat menjelang ajal, kegiatan Zhunian mesti dilakukan dengan benar
yakni sesuai dengan Dharma, sehingga memastikan pasien takkan jatuh ke tiga
alam penderitaan.

Jasa kebajikan dari Zhunian (membantu melafal Amituofo) amatlah besar,


menyelamatkan satu orang dari terjatuh ke tiga alam rendah, ini harus
mengandalkan kekuatan pemberkatan dari jasa kebajikan lafalan Amituofo,
sekarang juga segera melaksanakannya.

Perlengkapan yang diperlukan hanyalah alat kebaktian Yinqing, mesin


pemutar lafalan Amituofo lengkap dengan baterainya, untuk berjaga-jaga siapa
tahu listrik padam, jangan sampai mesin pemutar lafalan Amituofo berhenti
berputar.

 
 

Saya pernah hadir dalam kegiatan Zhunian sedemikian rupa, mereka memutar
kepingan CD lafalan Amituofo, dalam keadaan darurat mendadak listrik padam.
Bagaimana kelanjutannya? Terpaksa mengandalkan suara sendiri melafal
Amituofo, semuanya berusaha melafal dengan suara keras, sampai suara sudah jadi
serak juga berusaha keras untuk melafalnya, astaga!

Apabila tersedia mesin pemutar lafalan Amituofo, lalu mesin diputar dengan
suara yang agak besar, maka kita tidak perlu berteriak-teriak, tenggorokan juga
masih dalam kondisi aman-aman saja.

Jadi sebelum melakukan kegiatan Zhunian, segala persiapan harus dilakukan


secara dini dan matang, hal-hal yang kecil juga harus diperhatikan dengan seksama,
termasuk mempersiapkan sehelai selimut Dharani, ketika pasien sudah berada
dalam kondisi kritis, maka bolehlah mulai menyelimuti jasmaninya (bagian muka
dan kepala jangan ditutup dulu ya, kalau sudah wafat barulah diselimuti hingga
keseluruhan), selimut Dharani dipercaya ada kekuatan pemberkatannya; sebaliknya
kalau tidak tersedia juga tidak apa-apa, lafalan Amituofo barulah merupakan
kekuatan pemberkatan terunggul.

Memohon pada Buddha Amitabha untuk melindungi Opa anda, di dalam Pintu
Buddha segala permohonan pasti terkabul, anda memanjatkan doa dengan hati
bakti, Buddha dan Bodhisattva pasti datang membantumu.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-194

Tanggal : 14 Oktober 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

93.  Ibu rumah tangga memasak hidangan daging buat anggota keluarganya,
apakah harus menanggung beban karma?

Apabila keluarga anda yang menghendakinya, asalkan mereka bersukacita,


anda melakukannya untuk mereka, maka mereka yang menanggung beban karma.
Ketika anda sedang memasak hidangan daging, anda boleh melafal Amituofo buat
hewan potong tersebut, melafalnya di dalam hati, melimpahkan jasa kebajikan
kepada makhluk hidup itu, mereka juga dapat memperoleh manfaat.

Oleh karena bukan keinginan anda untuk mengkonsumsi mereka, tapi sungguh
tak berdaya. Serupa dengan kisah guru sesepuh Aliran Zen yang ke-6, Master Hui
Neng, tempo dulu ketika bersembunyi di dalam kelompok pemburu selama 15
tahun, para pemburu harus makan daging, bahkan yang masih mentah, waktu itu
Master Hui Neng harus memasak buat kelompok pemburu, menu apa yang
diinginkan pemburu maka harus dimasaknya, sungguh tidak mudah.

Justru dalam situasi begini melatih maha maitri maha karuna, tidak membeda-
bedakan dan tidak melekat, tidak timbul niat pikiran. Beliau segera menyelamatkan
nyawa makhluk hidup yang masih bisa ditolong, secara diam-diam melepaskannya
ke alam bebas; sebaliknya bila melihat hewan tersebut sudah tidak sanggup
bertahan hidup, segera membantunya menerima Visudhi Trisarana, melafal
Amituofo atau melafal mantra lalu melimpahkan jasa kebajikan kepadanya,
barulah kemudian membuat hidangan buat para pemburu, sedangkan beliau sendiri
hanya makan sayuran di piring hidangan.

 Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-139

Tanggal : 31 Januari 2012

 
 

94.  Kisah nyata dari karma pembunuhan

Pertama-tama kita akan menceritakan tentang karma yang langsung berbuah


pada masa kehidupan sekarang. Di Jiaxing (Provinsi Zhejiang) terdapat seorang
ibu tua, putranya mencari nafkah dengan menangkap kepiting, tiap ekor kepiting
yang berhasil ditangkap diikat dengan tali rumput lalu dijual. Hasil penjualan
dibawa pulang untuk dipersembahkan kepada ibunda, termasuk anak berbakti,
tetapi tidak mengetahui bahwa karma yang diperbuatnya merupakan karma
pembunuhan.

Maka itu menggunakan uang hasil melakukan karma buruk buat


dipersembahkan kepada ibunda, ini bukanlah bakti yang sesungguhnya, malah
mencelakai ibunda. Ibundanya juga tidak tahu, karena sudah terbiasa jadi lumrah.

Suatu hari ibunda jatuh sakit dan parah, seutas demi seutas tali rumput
ditelannya ke dalam perut, kemudian seutas demi seutas tali rumput tersebut
ditariknya keluar dari mulutnya, usai itu ditelannya kembali, demikianlah keadaan
tarik ulur begini berulang terus, sungguh penderitaan yang tak terungkapkan
dengan kata-kata. Sampai akhirnya darah dan kotoran juga ditariknya keluar.

Banyak orang yang datang menyaksikan kejadian tersebut menjadi begitu


kaget. Kemudian ibunda ini menceritakan bahwa putranya menggunakan uang
hasil pembunuhan untuk dipersembahkan kepada dirinya, maka itu sekarang harus
menerima balasannya. Kalau tidak demikian maka akan lebih tersiksa lagi.
Demikianlah kesengsaraan ini menderanya hingga beberapa hari kemudian
menemui ajalnya.

Maka itu dalam berbakti pada ayahbunda, kalau uangnya berasal dari mata
pencaharian yang tidak benar, bahkan melakukan karma buruk, malah jadi
mencelakai ayahbunda. Putra berbakti hendaknya memahami fakta ini, maka itu
Buddha Dharma mana boleh tidak dipelajari?
 
 

Masih jelas dalam ingatanku, saat diriku berusia 24 tahun, pernah menulis 9
butir tekad bakti, lalu memperlihatkannya kepada guru (Master Chin Kung).
Kemudian guru berkata padaku, untuk mewujudkan tekad bakti ini maka harus
belajar Ajaran Buddha, kalau tidak belajar Ajaran Buddha, maka tekad bakti ini
tidak berdaya untuk diterapkan. Mengira diri sendiri sedang berbakti pada
ayahbunda, ternyata malah durhaka seperti kisah di atas.

Kisah lainnya adalah berita yang tertera dalam surat kabar dan majalah baru-
baru ini, di internet juga ada, yakni yang ditulis oleh wartawan “Surat Kabar Pagi
Heilongjiang”. Peristiwa ini terjadi pada tahun 2011, di Kabupaten Muling,
Provinsi Heilongjiang, terjadi “Peristiwa balas dendam dari Burung Elang Emas”.

Ada seekor Burung Elang Emas, yakni sejenis burung rajawali yang ganas dan
memiliki kekuatan yang besar, dapat memangsa hewan ukuran sedang dan kecil.
Orang Kazakh memeliharanya untuk menangkap hewan buruan dan menjaga
ternak kambingnya.

Konon pada era pendiri Dinasti Yuan, Kubilai Khan, orang Mongol
memelihara Burung Elang Emas untuk memburu serigala, bahkan disebutkan
bahwa ada seekor Burung Elang Emas yang pernah menangkap 14 ekor serigala,
jadi bisa dibayangkan bagaimana buasnya burung ini.

Di Heilongjiang terdapat seorang petani yang bernama Wu Yong-tian, ketika


sedang bekerja di ladang, tiba-tiba diserang seekor Burung Elang Emas, burung ini
berusaha mencakar kulit kepala dan lengan petani malang tersebut, bahkan berhasil
mengoyak sepotong daging dari keningnya, sampai tampak tulang dahinya.

 
 

Petani naas itu tidak berdaya melawan serangan Burung Elang Emas, akhirnya
jatuh tersungkur dengan luka di sekujur tubuhnya, segera diantar ke rumah sakit,
dijahit sebanyak 40 jahitan.

Bukan pertama kali Burung Elang Emas menyerang Wu Yong-tian, apa


sebabnya? Sebelumnya juga pernah diserang dua kali, yakni pada tanggal 12
Agustus 2010, dia diserang oleh Burung Elang Emas yang sama, kemudian pada
tanggal 4 Oktober tahun yang sama, sekali lagi dia diserang Burung Elang Emas
yang sama, setiap kali lukanya harus dijahit, sehingga dia merasakan siksaan yang
begitu berat.

Ada yang bilang Wu Yong-tian mungkin telah menyinggung perasaan Dewa


Gunung, kenapa mendapat balasan serupa ini? Kenyataannya Dewa Gunung tidak
menangani urusan begini, masalah ini adalah jalinan permusuhan antara Wu Yong-
tian dan Burung Elang Emas.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Ternyata pada tanggal 28 Juli 2010, yakni sekitar
dua minggu sebelum dia diserang buat pertama kalinya, Wu Yong-tian mendaki ke
atas gunung untuk berburu burung, pada sebatang cabang pohon dia menemukan
sebuah sarang burung yang besar, dia memanjat ke atas pohon dan melihat di
sarang tersebut terdapat seekor anak Burung Elang Emas.

Burung Elang Emas merupakan salah satu dari satwa yang dilindungi negara,
Wu Yong-tian setelah melihat anak Burung Elang Emas itu, timbul niatnya untuk
memiliki anak burung tersebut, terpikir bahwa Burung Elang Emas bisa dijual di
pasar gelap dengan harga selangit.

Kemudian dia menangkap anak Burung Elang Emas tersebut, namun siapa
yang menduga bahwa pada momen inilah induk Burung Elang Emas pulang ke
sarangnya sambil membawa makanan buat anaknya, melihat ada manusia yang
menangkap buah hatinya, Burung Elang Emas langsung menyerang ke arah kepala

 
 

Wu Yong-tian, sambil menjerit-jerit seakan-akan sedang memperingatkan Wu


Yong-tian, tetapi Wu Yong-tian malah tidak menghiraukan peringatan keras yang
diberikan induk burung itu, membawa kabur anak burung lalu masuk ke dalam
keretanya.

Induk burung terus mengikuti arah laju kereta sampai di rumah Wu Yong-tian,
di atas atap rumahnya terus menjerit memanggil anaknya, suara jeritan ini
terdengar begitu menyayat hati. Namun apa daya, hati Wu Yong-tian sama sekali
tak tergerak, membawa anak burung ke dalam rumah, akhirnya anak burung ini
tidak sudi makan dan minum, hari ke-4 mati.

Melihat kejadian ini Wu Yong-tian merasa sungguh sayang sekali, padahal


bisa dijual dengan harga selangit, akhirnya malah mati, dibuang juga terasa
mubazir, akhirnya digoreng untuk mengganjal perutnya sendiri. Semua panorama
ini tak luput dari mata sang mama, induk Burung Elang Emas, perasaan dendam
berkecamuk di hati sang bunda, melihat bagaimana buah hatinya diperlakukan,
sehingga dalam jangka waktu setahun tiga kali menyerang Wu Yong-tian, bahkan
setiap kali bertambah ganas.

Wu Yong-tian mulai menyesali perbuatannya, dia berkata kalau waktu dapat


kembali, dia juga takkan melukai anak burung itu. Lihatlah akhirnya malah
membuahkan hasil dendam begini, kebencian ini, menurutku pasti akan senantiasa
terukir di hati sang mama, induk Burung Elang Emas, seumur hidup dendam ini
juga takkan usai begitu saja, inilah karma yang langsung berbuah pada masa
kehidupan sekarang.

Di Thailand juga ada kisah sedemikian rupa, dimana karma langsung berbuah
pada masa kehidupan sekarang, merupakan sebuah kisah pembalasan dari labi-labi.
Di Thailand ada sebuah rumah sakit pemerintah, kepala rumah sakit menceritakan
kejadian yang dialami oleh sanak saudaranya.

 
 

Sanak saudaranya ini bernama Wen Lai, suatu kali ujung jari telunjuknya
digigit labi-labi (kura-kura berpunggung lunak), mulanya ini hanyalah hal kecil,
kemudian dia menuju ke rumah sakit untuk membeli obat pereda sakit, mengira
bahwa hal ini bisa selesai begitu saja.

Tetapi setengah bulan kemudian, luka di jarinya ini malah jadi infeksi dan
membengkak, kemudian diperiksa ke rumah sakit, dokter mevonis bahwa virus
menyerang ke persendiannya, sehingga jari telunjuknya harus diamputasi, supaya
virus tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya dan mengancam keselamatan
nyawanya, kemudian dia menjalani operasi membuang jari telunjuknya.

Tidak sampai setengah tahun kemudian, ketika Wen Lai sedang bermain-main
di pantai, tiba-tiba muncul seekor labi-labi dan mengigit jari kakinya, beberapa hari
kemudian gejala yang serupa muncul lagi, jari kakinya mengalami infeksi dan
membengkak, kemudian dia menuju ke rumah sakit dan di-rontgen, lagi-lagi
tampak ada virus yang menyerang ke persendian jari kakinya, dengan tak berdaya
dia harus mengikhlaskan jari kakinya diamputasi.

Kemudian tidak sampai setahun kemudian, ujung tulang dari jari tangan dan
jari kaki bekas amputasi, mengalami infeksi, lalu diperiksa, lagi-lagi masih ada
virus yang berkembang, bahkan lebih membahayakan lagi, akan jadi kanker, apa
daya, akhirnya telapak tangan dan tapak kaki harus diamputasi.

Yang mengherankan peristiwa naas yang menimpa dirinya seolah-olah episode


yang berkelanjutan, suatu hari dia sedang tertidur pulas, tiba-tiba bagian tangan
dan kaki yang pernah diamputasi tersebut digigit oleh seekor tikus, dia terbangun
dan merasa kesakitan, bekas luka tersebut mengalirkan darah sedikit. Maka itu dia
segera berobat ke rumah sakit.

Banyak orang yang berkata padanya, tikus takkan menggigit orang hidup,
kalau anda digigitnya berarti anda sudah serupa dengan mayat hidup, sudah tidak

 
 

memiliki roh lagi. Akhirnya hatinya merasa tidak tenteram, sampai di rumah sakit,
segera di rontgen, dokter menemukan ternyata virus sudah menyerang ke bagian
tulangnya, akhirnya lengan tangan dan betis kakinya harus diamputasi.

Kini yang tersisa cuma satu tangan dan satu kakinya. Selama tiga tahun ini dia
harus sibuk keluar masuk rumah sakit dan menjalani operasi amputasi sudah
sebanyak lima kali. Semua orang mulai bertanya-tanya, apa sebabnya?

Ternyata Wen Lai adalah seorang petani yang suka makan labi-labi, dia
mendengar kata orang, kalau bisa makan belasan sampai 20 ekor labi-labi, maka
tidak perlu takut terserang Penyakit Reumatik, atau penyakit sendi lainnya,
sehingga dia sering membeli labi-labi untuk disantap.

Suatu kali di pasar, dia membeli seekor labi-labi besar yang beratnya belasan
kilogram, dia amat gembira, juga tidak ingin sekaligus menghabiskannya, lantas
bagaimana? Dia terpikir sebuah cara yakni memotong labi-labi menjadi beberapa
bagian.

Oleh karena labi-labi merupakan hewan yang panjang umur dan tahan hidup,
tak peduli dikurung di mana saja juga bisa bertahan hidup selama setengah atau
setahun.

Maka itu setiap kali ketika ingin makan daging labi-labi, dia akan memotong
bagian tubuh labi-labi, dengan demikian setengah bulan kemudian barulah
menghabiskan keseluruhan labi-labi, lihatlah tindakannya ini telah menyiksa labi-
labi untuk waktu yang begitu lama.

 
 

Akhirnya, balasan yang diterima juga dibagi-bagi atas beberapa periode waktu,
anggota tubuhnya satu persatu diamputasi, ini adalah karma yang langsung
berbuah pada masa kehidupan sekarang.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Sila Dasar Aliran Sukhavati

Serial ke-6

 
 
 
 
 

 
 

95.  Telah membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, apakah boleh


kalau tidak menikah dan menfokuskan diri melatih diri?

Venerable Ding Hong menjawab :

Hal begini sebaiknya jangan ada kehendak sendiri, mengerahkan segenap


perhatian dalam membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, begini
barulah betul, sedangkan hal lainnya di dunia ini dijalani dengan menuruti jodoh
dan apa adanya, tidak perlu ada hati yang mengharapkan sesuatu.

Menikah juga bagus, tidak menikah juga bagus, hal ini bukanlah dapat anda
pikirkan sekarang ini, ini adalah apa yang disebut dengan kekuatan karma, juga
kekuatan tekadmu, dua kekuatan ini saling mempengaruhi, sehingga akhirnya ada
satu yang menang.

Seperti diriku ini, saat usia muda sudah belajar Ajaran Buddha, tidak berapa
lama kemudian saya mulai menetapkan cita-citaku, takkan menikah, saya bertekad
terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, kelak bila berjodoh maka saya akan
menyebarluaskan Buddha Dharma.

Mengapa tidak sudi menikah? Oleh karena setelah menikah mempunyai


keluarga adalah hal yang melelahkan, apabila anda ingin berhasil maka harus
terfokus.

Bahkan dalam memperjuangkan Dharma Duniawi (hal-hal yang bersifat


duniawi) saja juga harus terfokus, lihat saja para ilmuwan tersohor juga banyak
yang tidak menikah, bahkan kaum hawa juga demikian, lihatlah penulis buku
berjudul “Nu Lun Yu”, yang bernama Song Shang-gong, juga tidak menikah,
beliau bukan penganut Ajaran Buddha.

 
 

Dalam menjalani karir duniawi saja perlu terfokus apalagi dalam melatih diri?
Apabila anda ingin menyebarluaskan Buddha Dharma, tentu saja pikiran lebih
terfokus lebih bagus lagi, ini adalah bentuk persembahan diri kepada Buddha
Dharma.

Kenyataannya yang namanya asmara itu tidak pantas kita anggap sebagai
momen yang manis dan membahagiakan, faktanya boleh kita sebut sebagai nafsu
cinta, yang merupakan kekotoran batin, cuma sebuah belenggu nafsu cinta saja.

Orang yang belum pernah merasakannya akan menganggap ini adalah


pengalaman yang baru dan menyegarkan, tetapi bagi orang yang sudah pernah
mengalaminya, cobalah tanyakan pada orang yang telah menikah, kalau waktu bisa
berjalan terbalik, apakah tempo hari anda akan memilih untuk menikah, maka
sekitar 80 persen akan menggelengkan kepala mengatakan “Tidak”, sudah cukup
merasakan penderitaannya. Maka itu insan yang tercerahkan akan melepaskan hal
begini.

Tetapi kita juga tidak boleh menasehati orang lain supaya jangan menikah, ini
bisa mengundang celaan dari orang lain, mengira kita belajar Ajaran Buddha
hingga jadi sesat, manusia masih harus meneruskan generasinya, kenapa pula
sampai memutuskan keturunan orang lain? Orang lain malah jadi mencelamu.

Maka itu menikah atau tidak, kita tidak memotivasi juga takkan menentang,
masalah anda sendiri buatlah keputusan sendiri. Apabila anda memilih untuk
menikah, bertemu dengan jodoh yang baik, yang juga belajar Ajaran Buddha, ini
sangat penting. Lagi pula kalau belajar Ajaran Buddha harus mempunyai
keyakinan yang benar, jadi bukan yang sudah mengambil Visudhi Trisarana, lalu
rajin mendengar ceramah, ini bukan bukti nyata kalau dia benar-benar belajar
Ajaran Buddha.

 
 

Kalau benar-benar belajar Ajaran Buddha adalah dimulai dari berbakti pada
ayahbunda, menghormati guru dan senior, berwelas asih tidak membunuh, melatih
Sepuluh Kebajikan dan mengamalkan “Tiga Berkah Karma Suci”, bersungguh-
sungguh memperbaiki tabiat jelek, membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati, orang begini barulah disebut benar-benar belajar Ajaran Buddha.

Ini juga merupakan jodoh, kalau jodoh maka bisa bersua, kalau tidak berjodoh
meskipun diharapkan juga takkan terkabul. Kalau memang berjodoh, maka kalian
boleh bertekad menghasilkan generasi penerus yang kelak bisa menyebarluaskan
Buddha Dharma, ini juga hal yang bagus, benar-benar mendidiknya dengan baik
sehingga kelak menjadi insan suci dan bijak, ini juga merupakan jasa kebajikan
yang tak terhingga.

Tetapi di dunia ini, untuk mewujudkan hal yang baik adalah sungguh sulit,
rintangan Mara datang bertubi-tubi, lebih baik melatih diri sendiri supaya berhasil
duluan, setelah terlahir ke Alam Sukhavati barulah kembali lagi dengan status
sebagai Bodhisattva Avaivartika, untuk mewujudkan hal baik, begini juga belum
terlambat.

Apabila tekadmu sudah bulat terlahir ke Alam Sukhavati, setelah terlahir ke


Alam Sukhavati dan bertemu dengan Buddha Amitabha, kemudian kembali lagi ke
dunia ini, saat itu anda mau bagaimana juga bisa terwujud.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-206

Tanggal : 21 Januari 2013

 
 

96.  Sekarang banyak kantong plastik atau paper bag yang ada tulisannya,
apakah ini juga termasuk kertas bertulisan?

Masa kini perkembangan tehnologi percetakan maju pesat, dimana-mana kita


dapat menemukan produk yang ada tulisannya, kantong plastik atau kantong kertas,
dan sebagainya.

Jaman dulu, kertas amatlah bernilai, percetakan juga masih langka, sehingga
buku amat sulit dicari, apalagi buku tempo dulu sebagian besar merupakan buku
ajaran insan suci dan bijak, budaya warisan leluhur.

Oleh karena lembaran kertas dan percetakan begitu bernilainya, sehingga


buku-buku yang tidak bermanfaat takkan dicetak orang, oleh karena tidak ada yang
sudi mendistribusikannya.

Jadi tempo dulu, kertas bertulisan fungsinya mengantarkan ajaran insan suci
dan bijak kepada orang banyak, sehingga mesti dihargai. Sedangkan masa kini,
kertas bertulisan bukan lagi berisi ajaran insan suci dan bijak, namun kita tetap
menghargai kertas tersebut, memelihara hati hormat diri sendiri.

Maka itu kita boleh mengantar kertas bertulisan tersebut ke posko daur ulang,
tidak menyia-nyiakan sumber daya alam, beginilah cara menanganinya.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Tanggal : 29 Agustus 2012

 
 

97. Dalam membantu orang hendaknya mengerahkan segenap kemampuan

Buddha Sakyamuni pada masa kelahiran lampau kalpa yang tak terhingga,
pernah terlahir jadi seekor burung kecil, burung kecil ini sangat ber-Maitri Karuna.
Suatu hari hutan tempat kediamannya terbakar, burung kecil ini amat panik, dia
mengkhawatirkan keselamatan hewan-hewan lainnya yang juga berada di dalam
hutan. Maka itu dia segera terbang mencari air untuk memadamkan api.

Tidak jauh dari hutan tersebut terdapat sebuah sungai, maka itu burung kecil
tersebut segera terbang ke atas permukaan sungai, membasahi kedua helai sayap
mungilnya dengan air, lalu terbang ke hutan dan memercikkan air di sayapnya ke
arah kobaran api.

Kemudian dia segera terbang kembali ke sungai, membasahi sepasang sayap


mungilnya lalu terbang ke hutan dan memercikkan air di sayapnya ke arah kobaran
api.

Demi memadamkan api, burung kecil terbang bolak-balik tanpa henti,


akhirnya kelelahan dan menemui ajal. Tentu saja api masih terus membara, tetapi
burung kecil telah mengerahkan segenap kemampuannya.

Sampai saat dijemput ajal, niat pikiran terakhirnya masih saja hendak
memadamkan api. Akhirnya hati Maitri Karuna-nya telah menggugah Dewa di
Surga Tavatimsa, Dewa melihat ke alam manusia dan tidak menduga bahwa di
dunia ini ternyata masih ada seekor burung kecil yang begitu ber-Maitri Karuna,
yang rela mengorbankan diri sendiri demi menyelamatkan makhluk hidup lainnya,
melupakan keakuannya secara keseluruhan.

 
 

Maka itu Dewa Surga Tavatimsa merasa amat terharu, sehingga menggunakan
kemampuan gaib membantu burung kecil memadamkan api. Setelah meninggal
dunia, roh burung kecil terlahir di Surga Tavatimsa.

Setelah membaca kisah di atas, kita jadi terbayang akan masyarakat sekarang
ini, ibarat rumah yang sedang dilalap si jago merah, seluruh penjuru dunia juga
ibarat kobaran api yang membara, bencana ada di depan mata.

Sekarang kita hendak memadamkan api ini, tetapi hanya mengandalkan


kekuatan kita saja amatlah kecil, serupa dengan burung kecil tadi, menghadapi
kekuatan karma dari tujuh miliar jiwa penduduk dunia, bagaimana kita bisa
memperbaikinya?

Tetapi apabila anda telah membangkitkan tekad agung ini, maka tidak boleh
lagi mencemaskan bagaimana akhirnya kelak. Andaikata burung kecil itu berpikir,
saya tidak punya kemampuan apa-apa, saya tidak berdaya, bagaimana mungkin
saya bisa memadamkan api di hutan?

Apabila burung kecil memiliki sedikit keraguan dan kekhawatiran, maka


hatinya segera mundur, dia pasti takkan memilih sibuk terbang bolak-balik demi
memadamkan api, keraguan akan merintangi Bodhicitta-nya.

Oleh karena dia tidak berpikir panjang, “Cuma tahu giat bercocok tanam, tidak
menanyakan kapan panennya”, burung kecil telah mengerahkan segenap
kemampuannya, hanya memiliki sebutir niat pikiran yakni memadamkan api, hal
lainnya tidak dipikirkannya lagi, juga tidak bertanya apakah saya sanggup atau
tidak sanggup memadamkan api, juga tidak bertanya kapan baru bisa berhasil
memadamkan api, hasilnya nanti bagaimana, dia tidak menanyakan hal begini.

 
 

Dia hanya berpikir, sekarang saya mempunyai kesanggupan sedemikian rupa,


maka saya akan kerahkan segenap kemampuanku untuk melakukannya. Akhirnya
ketulusannya mendatangkan mukjizat, Dewa Surga Tavatimsa membantunya
memadamkan api.  

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

98.  Menyelamatkan para makhluk juga harus ada jodohnya, apakah dalam
menjalin jodoh juga harus atas prakarsa sendiri?

Menyelamatkan makhluk memang harus ada jodohnya, jodoh ini juga


merupakan ikatan yang anda jalin, maka itu harus menjalin jodoh baik. Juga boleh
dikatakan atas prakarsa sendiri, tetapi takkan punya niat terselubung. Dengan
menjalin jodoh baik sehingga kedua belah pihak merasa bersukacita, dengan
demikian barulah dia bersedia mendengarkan ceramah yang ingin anda sampaikan.

Apabila bertemu dengan hambatan, urusan berjalan dengan tidak lancar, karir
untuk memberi manfaat bagi para makhluk mungkin mengalami banyak kesulitan,
padahal anda telah mengerahkan segenap kemampuan, maka jasa kebajikan sudah
sempurna, sedangkan berhasil atau gagal, terlaksana atau tidak, adalah terpulang
kembali pada pahala yang dimiliki oleh para makhluk, jadi tidak boleh dipaksakan.

Kita selalu berharap bisa melakukan lebih banyak untuk memberi manfaat bagi
orang banyak, asalkan ada jodoh, maka hal tersebut mesti dilaksanakan. Tetapi
takkan memaksakan kehendak, juga takkan ada hati yang ingin memperoleh dan
takut kehilangan, takkan dibelenggu oleh hati yang ingin memperoleh dan takut
kehilangan, juga oleh hati yang ingin mengejar keberhasilan dan takut gagal.

Setelah berhasil terlaksana, juga tidak ada yang pantas dibanggakan, ini
dikarenakan para makhluk mempunyai pahala; sebaliknya apabila gagal, ini
dikarenakan pahala para makhluk yang tidak mencukupi, saya telah mengerahkan
segenap kemampuan, jasa kebajikan telah sempurna, dengan sikap begini
melakukannya barulah takkan ada beban pikiran.

Setelah belajar Ajaran Buddha, segala sesuatu menuruti jodoh apa adanya,
orang lain menganggap dirimu begitu pesimis, kenyataannya sama sekali bukan
pesimis, menuruti jodoh apa adanya bukanlah berarti pasrah dan putus asa, kalau
ada jodoh maka lakukanlah dengan serius, apabila anda tidak bersungguh-sungguh
 
 

dan tidak giat berusaha, maka ini bukanlah disebut sebagai menuruti jodoh apa
adanya, tetapi ini disebut sebagai menyia-nyiakan jodoh (kesempatan). Anda telah
mengerahkan segenap kemampuan, tetapi tidak ada jodoh begini sehingga upaya
tersebut tidak membuahkan hasil, maka tentu saja mesti dilepaskan.

Maka itu praktisi Ajaran Buddha bukanlah orang pesimis, sebaliknya


merupakan insan yang paling optimis, hidup demi memberi manfaat bagi semua
makhluk, demi mengabdi bagi perkembangan Buddha Dharma, maka itu dia akan
lebih optimis dan lebih giat berusaha.

Lihatlah sahabat-sahabat Dharma kita, bangunnya pagi-pagi dan tidurnya larut


malam, waktu tidur juga lebih singkat daripada orang lain, makan juga lebih
sedikit daripada orang lain, namun dalam bekerja adalah lebih banyak daripada
orang lain, semuanya dilakukan demi memberi manfaat bagi para makhluk, yang
merupakan dorongan dari hati Maitri Karuna.

Orang awam tidak memahaminya, maka itu kita boleh menjelaskannya pada
mereka, menyampaikan pada mereka bahwa hidup demi diri sendiri akan
membawa penderitaan, oleh karena mengejar nafsu keinginan yang tak pernah
terpuaskan, sebaliknya hidup demi memberi manfaat bagi semua makhluk, maka
anda akan hidup dengan bahagia. Apa alasannya?

Yakni seperti yang disebutkan di dalam Buddha Dharma, berdana


membuahkan pahala, walaupun anda tidak mendambakan pahala, namun dia tetap
akan datang dengan sendirinya. Amisa Dana (dana materi) akan membuahkan
kekayaan, Dharma Dana akan membuahkan kebijaksanaan, Abhaya Dana
(menghilangkan ketakutan di hati para makhluk) membuahkan kesehatan dan usia
panjang.

Semakin banyak berdana maka perolehannya juga semakin banyak, hasilnya


semakin banyak maka harus lebih giat lagi berdana, jangan sampai berhenti.

 
 

Umpamanya anda berdana materi, maka kekayaan akan datang berlimpah ruah,
namun apabila anda berpikir untuk menyimpan uang tersebut di bank, maka pahala
anda hanya akan sampai di sini saja dan berhenti.

Semestinya kekayaan tersebut hendaknya digunakan lagi buat melanjutkan


berdana, memberi lebih banyak manfaat bagi para makhluk, sehingga pahala anda
jadi tak terbatas dan takkan habis.

Untuk mencapai KeBuddhaan, baik pahala maupun kebijaksanaan harus


sempurna, pahala dan kebijaksanaan diperoleh dari berdana (Amisa Dana dan
Dharma Dana), yang diperoleh dengan melepaskan kemelekatan, jadi janganlah
ada niat untuk menahan uang tersebut, hendaknya perbanyak membantu semua
makhluk.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-183

Tanggal : 29 Agustus 2012

 
 
 
 
 
 
 

99.  Main game membunuh orang adalah menciptakan karma yang akibatnya
jatuh ke Neraka

Main game membunuh orang, di dalam otaknya penuh dengan niat untuk
menghabisi nyawa orang lain, cobalah anda pikirkan, setiap hari di pikirannya
menciptakan karma yang akibatnya jatuh ke Neraka, sampai akhirnya saat
menjelang ajal, kekuatan dari niat ini sungguh besar, sehingga pemandangan Alam
Neraka muncul di hadapannya, kemudian dia masuk ke dalamnnya.

Alam Neraka bukanlah diciptakan oleh Raja Yama, tetapi justru diciptakan
oleh diri sendiri, oleh diri sendiri diciptakan dan oleh diri sendiri pula siksaan
dirasakan. Ibarat anda bermimpi, andaikata dalam mimpimu anda jatuh ke Neraka,
siapa yang menciptakan kondisi tersebut? Tidak ada yang menciptakan untukmu,
tetapi justru anda sendirilah yang menciptakannya.

Tetapi saat berada dalam mimpi, anda sendiri justru tidak menyadari bahwa
anda sedang berada di dalam mimpi, anda malah begitu serius melakoninya dan
menganggap semua ini adalah nyata adanya, sehingga anda tampak begitu tersiksa
dan menderita.

Maka itu ada orang yang bermimpi jatuh ke Neraka dan digoreng di atas
minyak mendidih, dia menderita kesakitan hingga menjerit-jerit, tiba-tiba ada yang
memanggil namanya dan membangunkannya, saat terbangun sekujur tubuhnya
masih mengeluarkan keringat dingin, tadi benar-benar menjalani siksaan di Neraka.

Segala sesuatu muncul dari hati dan pikiran, yakni pemandangan di alam
mimpi, selama anda tidak menyadarinya maka selama itu juga anda akan terus
menderita.

 
 

Maka itu main game membunuh orang adalah menciptakan karma


pembunuhan melalui pikiran, balasannya tentu saja serupa dengan hukuman akibat
melakukan karma pembunuhan. Hukuman akhirat ini tentu saja berbeda dengan
hukuman dunia, hukum di dunia ini takkan menangkap orang yang dituduh
membunuh karena main game membunuh orang.

Tetapi menanam benih sebab pasti ada buah akibatnya, apa yang ditanam
itulah yang dipetik, kelak ketika karma berbuah maka harus merasakan akibatnya.
Karma dapat dilakukan melalui pikiran, ucapan dan tindakan; pikiran merupakan
majikan.

Maka itu game yang bersifat negatif hendaknya dijauhi. Anggota Sangha saja
tidak berani menyentuh senjata, apa alasannya? Oleh karena takut senjata dapat
membangkitkan niat pikiran membunuh, sehingga menciptakan karma.

Tempo dulu, Master Hong Yi begitu ber-maitri karuna, saat beliau menulis
aksara, apabila di samping aksara tersebut terdapat kata “pisau”, pisau juga
merupakan senjata, maka Master Hong Yi takkan tega menulisnya, lalu
mengosongkan aksara tersebut, atau cuma menulis separuhnya saja, ini merupakan
wujud dari perasaan welas asih beliau.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-129

Tanggal : 8 Desember 2011

 
 
 
 

100.  Apakah peluang terlahir ke Alam Sukhavati adalah sedemikian


kecilnya?

Mengapa dikatakan bahwa diantara sepuluh ribu praktisi pelafal Amituofo,


yang berhasil terlahir ke Alam Sukhavati cuma tiga atau lima orang saja? Oleh
karena diantara sepuluh ribu praktisi, cuma tiga atau lima orang saja yang melafal
Amituofo dengan tulus, sedangkan sisanya 995 orang cuma melafalnya di mulut
saja, meskipun melafal sampai tenggorokan pecah juga sia-sia.

Mengapa demikian? Dia tidak sudi melepaskan kemelekatan. Hanya tiga atau
lima orang saja yang mau melepaskan kemelekatan, makanya cuma tiga atau lima
orang saja yang berhasil terlahir ke Alam Sukhavati. Andaikata setiap orang juga
mau melepaskan kemelekatan, maka puluhan ribu orang yang melatihnya, puluhan
ribu pula yang berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.

Jadi persoalannya terpulang kembali pada diri sendiri, jangan tanyakan pada
orang lain, apakah saya sanggup melepaskan kemelekatan? Asalkan saya sanggup
melepaskan kemelekatan maka saya pasti berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, ini
adalah hal yang pasti, takkan ada keraguan sama sekali; sebaliknya apabila saya
tidak sanggup melepaskan kemelekatan, maka pasti gagal terlahir ke Alam
Sukhavati, ini juga merupakan hal yang pasti.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-126

Tanggal : 26 November 2011

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

101.  Apakah terlahir ke Alam Sukhavati ditentukan oleh garis hidup?

Tidak bisa dikatakan demikian, terlahir ke Alam Sukhavati adalah ditentukan


oleh dua faktor yakni apakah anda memiliki “keyakinan benar dan tekad
menyeluruh”. Asalkan anda memiliki keyakinan benar dan tekad menyeluruh,
maka pasti berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, jadi berhasil atau gagal terlahir ke
Alam Sukhavati adalah ditentukan oleh dirimu sendiri.

Pintu Dharma ini merupakan metode yang paling mudah dilatih, asalkan anda
mau ke Alam Sukhavati maka pasti bisa terlahir di sana. Tak peduli bagaimana
dengan prestasi pelatihan diri anda, seburuk apapun prestasi anda, juga bisa terlahir
ke Alam Sukhavati, oleh karena dapat membawa karma serta terlahir di sana, jadi
syaratnya cuma “keyakinan benar dan tekad menyeluruh”.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-175

Tanggal : 18 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 

102.  Kalau tidak bervegetarian apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Berhasil atau tidaknya terlahir ke Alam Sukhavati, kuncinya bukanlah terletak


pada apakah anda bervegetarian atau tidak, kuncinya adalah terletak pada apakah
anda memiliki “keyakinan benar dan tekad menyeluruh” untuk terlahir ke Alam
Sukhavati, apakah anda benar-benar yakin bahwa Buddha Amitabha itu adalah
nyata adanya, apakah anda yakin bahwa Alam Sukhavati adalah nyata adanya,
Buddha Amitabha datang menjemput kita, ini adalah tekad agungNya, saya pasti
terlahir ke Alam Sukhavati, jadi anda harus yakin akan hal-hal ini.

Membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati adalah melepaskan segala


kemelekatan di dunia ini. Asalkan anda membangkitkan keyakinan benar dan tekad
menyeluruh, anda pasti berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, meskipun sekarang
anda masih belum bervegetarian, tetapi anda memiliki keyakinan dan tekad yang
sempurna, dengan melafal Amituofo juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Tetapi apabila anda serius berniat terlahir ke Alam Sukhavati, maka anda pasti
senantiasa meneladani para Bodhisattva penduduk Alam Sukhavati, agar diri
sendiri juga bisa serupa dengan Mereka. Alam Sukhavati merupakan tempat
berkumpul para insan berkebajikan tinggi, jadi tidak hanya bajik saja, tapi superior
bajiknya.

Kita tidak perlu membahasnya tinggi-tinggi, katakan saja tentang “Sepuluh


Kebajikan”, kalau Sepuluh Kebajikan ini mampu diamalkan dengan sempurna,
maka sudah bisa disebut sebagai insan berkebajikan tinggi. Butir pertama dari
Sepuluh Kebajikan adalah tidak membunuh, apakah saya sudah menaatinya? Jadi
dengan standar ini untuk mengukur diri sendiri, maka anda pasti akan
mewujudkannya.

Andaikata tidak terlaksana, bukanlah berarti anda tidak serius berusaha


mewujudkannya, namun oleh karena jodoh yang belum masak, mungkin juga
 
 

rintangan karma yang berat, sehingga ketika terlahir ke Alam Sukhavati, tingkatan
Bunga Teratai yang dicapai juga mungkin agak rendah sedikit.

Maka itu Master Shandao berkata bahwa tinggi rendahnya tingkatan Bunga
Teratai yang dicapai adalah terletak pada jodoh yang tidak sama. Andaikata anda
bertemu dengan jodoh yang unggul, anda dapat mengamalkan sila dengan disiplin,
giat melatih “Sepuluh Kebajikan”, memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang
lain, maka tingkatan Bunga Teratai yang dicapai bisa saja pada tingkatan atas, ini
adalah jodoh yang unggul.

Sedangkan jodoh yang kurang unggul, yakni ingin melatih diri namun tidak
ada jodoh tersebut, saya ingin menjalankan sila, ingin mendalami ajaran sutra,
ingin mengamalkan Sepuluh Kebajikan, tetapi jodoh belum masak, maksud hati
memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai, ini merupakan jodoh yang kurang
unggul, maka tingkatan Bunga Lotus yang dicapai juga rendah.

Bukan berarti dia tidak serius melaksanakannya, juga bukan tidak punya niat
mewujudkannya, ingin mengamalkan Sepuluh Kebajikan, hanya saja tidak berdaya
mengamalkannya, tetapi dia telah mengerahkan segenap kemampuannya, orang
begini disebut sebagai insan yang benar-benar mau terlahir ke Alam Sukhavati.

Terkecuali kalau dia tidak begitu serius melaksanakannya, selalu saja cari
alasan, katanya tidak tercantum di dalam sutra, lagi pula tidak bervegetarian juga
tidak apa-apa, kalau begitu buat apa bersusah payah bervegetarian, lagi pula daging
itu kan lezat, makan sedikit saja juga takkan menghalangi usaha terlahir ke Alam
Sukhavati.

Anda berpikir demikian, ini adalah tabiat rakus anda, ingin makan enak, hati
yang rakus dan serakah akan kenikmatan, bukanlah hati yang berniat terlahir ke
Alam Sukhavati, kalau sudah demikian halnya, bagaimana mungkin anda bisa
terlahir di sana? Keyakinan dan tekad tidak mencukupi.

 
 

Maka itu terpulang kembali pada niat hati anda, cobalah amati dengan seksama,
sesungguhnya saya sendiri yang rakus makan daging, atau memang terpaksa dan
tidak punya pilihan lain, anggota keluarga makan daging, jadi saya juga terpaksa
ikut-ikutan, saya sungguh tak berdaya, terpaksa menemaninya makan sedikit,
boleh?

Upasika Liu Su-yun pernah berbagi kisahnya padaku, suaminya hendak makan
ikan, menyuruhnya ke pasar membeli ikan hidup dan menyembelihnya di rumah.
Upasika Liu tidak berdaya, mesti beli yang hidup dan pulang ke rumah barulah
dibunuh, sebelum nyawa ikan dihabisi, terlebih dulu dilafalkan “Sukhavati Vyuha
Dharani”, sampai si ikan menghembuskan nafas terakhir, barulah dipotong, ini
juga terpaksa.

Bukanlah niat Upasika Liu ingin membunuh, ingin memakan dagingnya,


namun beliau tidak punya jodoh unggul yang bisa menghindari pembunuhan.
Hatinya selalu ingin menghindari pembunuhan, namun dalam kenyataannya beliau
juga tidak berdaya, suaminya yang memaksa dirinya untuk membunuh, akhirnya
Upasika Liu terpaksa melakukannya. Namun di dalam hatinya tetap tidak ingin
membunuh.

Cobalah anda amati hati anda sendiri, maka anda akan tahu apakah bisa
berhasil atau gagal terlahir ke Alam Sukhavati. Bagi yang benar-benar ingin
terlahir ke Alam Sukhavati, mesti melepaskan segala kemelekatan di dunia ini,
tiada nafsu cinta sama sekali, kapan saja dan di mana saja sudah siap tinggal landas,
kapan saja Buddha Amitabha datang, anda langsung mengikutiNya pergi, hati
begini barulah bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Maka itu tanyalah kembali pada diri sendiri, apakah anda telah siap lahir
maupun batin? Yang saya tanyakan adalah saat sekarang ini juga. Bukanlah waktu
nanti atau kelak di kemudian hari, saya masih punya sedikit urusan yang belum
diselesaikan, nanti saja kalau urusanku sudah selesai, barulah saya mau mengikuti

 
 

Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati. Kalau masih punya pemikiran


sedemikian rupa, mustahil bisa terlahir ke Alam Sukhavati, ini sama artinya anda
tidak punya minat ke sana.

Jadi yang saya tanyakan adalah waktu sekarang ini juga, apakah anda bersedia
atau tidak, apakah anda telah siap baik lahir maupun batin? Saat sekarang ini
Buddha Amitabha telah hadir di hadapanmu, apakah anda saat sekarang ini juga
bisa langsung mengikuti Buddha Amitabha pergi ke Alam Sukhavati?

Kalau jawaban anda adalah “Ya”, maka ini berarti anda benar-benar memiliki
keyakinan dan tekad. Sebaliknya bila anda bilang tunggu sebentar, saya masih ada
sedikit urusan yang belum diselesaikan, sorry ya, ini berarti anda masih ogah
mengikuti Buddha Amitabha, yang berarti jodoh masih belum masak, yang berarti
pula kelak masih harus menanti entah sampai kelahiran yang mana, menanti dan
menanti lagi hingga jodoh masak barulah Buddha Amitabha akan hadir kembali di
hadapanmu, menunggu sampai jawabanmu adalah “Ya”, barulah Buddha
Amitabha menjemputmu ke Alam Sukhavati.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-178

Tanggal : 9 Agustus 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

 
 

103.  Bersabar itu bukan dipaksakan

Bagaimana caranya saya bisa melewati kendala begini? Praktisi yang melatih
Ksanti Paramita hendaknya bersabar terhadap apa yang tidak bisa ditoleransi orang
awam, mengamalkan apa yang sulit diamalkan. Namun kesabaran itu bukanlah
dipaksakan untuk menahan diri, bukanlah berarti memendam amarah di dalam hati,
jangan dibiarkan meledak keluar, ini bukanlah kesabaran, kesabaran begini kalau
dibiarkan lama kelamaan bisa jadi penyakit kanker, tumor, tentu saja tidak baik
dan melukai baik jiwa maupun raga kita.

Tetapi kesabaran itu memerlukan kebijaksanaan kita untuk mengurai beban


pikiran, apa yang dimaksud dengan kebijaksanaan? Anda dapat merenungkan
ajaran Buddha dan Bodhisattva, ketika bertemu dengan situasi yang buruk, anda
segera membangkitkan pikiran benar, ini adalah Buddha dan Bodhisattva
membantuku mengeliminasi rintangan karma, saya mesti bersabar, saya mesti
balas budi, saya harus jadi teladan yang baik bagi semua makhluk.

Ini adalah pikiran benar, ini adalah kebijaksanaan, barulah di hatimu takkan
ada kebencian, takkan ada pertentangan, sehingga anda takkan menciptakan karma
buruk, dari cemerlang menuju kecemerlangan. Sebaliknya bila pikiran sesat dan
berseteru dengannya, maka dari kegelapan menuju ke kegelapan, dengan adanya
perseteruan maka akan mengandung kebencian, dengan adanya kebencian maka
akan menciptakan karma buruk, sehingga mengundang akibat karma buruk yakni
penderitaan, seperti apa yang dikatakan dengan saling mendendam dan saling
membalas, takkan ada usainya.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Sila Dasar Aliran Sukhavati

Serial ke-24

Tanggal : 7 September 2012


 
 

104.  Tekad agung yang diikrarkan-Nya, selamanya tidak merasa jenuh dan
lelah, teguh dan gigih, sehingga menyempurnakan kekuatan kesabarannya. (bait
Sutra Usia Tanpa Batas)

Lihatlah guru kita Master Chin Kung, sepanjang hidup beliau tidaklah mudah
dijalani, walaupun tidak sesulit kehidupan yang dijalani oleh Master Yin Guang,
setelah masa peperangan berakhir, kehidupan yang dijalani beliau sudah agak
lumayan.

Dalam karir beliau memberi ceramah Dharma, beliau menempuh perjalanan


dari Taiwan hingga ke Amerika, kemudian pindah lagi ke Singapura, sampai ke
Australia, akhirnya berlabuh di Hongkong, jejak beliau selama lebih dari 50 tahun
ini merupakan pengembaraan tanpa tempat tinggal yang tetap, namun semangat
beliau untuk berceramah tidak pernah padam, menjelaskan pada kita tentang “Sutra
Usia Tanpa Batas”, menasehati setiap insan agar membangkitkan tekad terlahir ke
Alam Sukhavati.

Menceramahkan “Sutra Usia Tanpa Batas” bukanlah hal yang mudah, oleh
karena beliau menggunakan versi yang dirangkum Upasaka Xia Lian-ju yang
mengundang banyak kritikan. Kenyataannya orang-orang yang mengkritik itu tidak
pernah serius mempelajari versi rangkuman, padahal versi ini merupakan versi
yang sangat membantu bagi praktisi untuk mempelajari “Sutra Usia Tanpa Batas”.

Nama guru kita Master Chin Kung juga begitu populer, pohon besar
mengundang terpaan angin, oleh karena nama beliau sudah populer sehingga
fitnahan yang datang juga kian banyak. Yang paling ditakutkan manusia adalah
ketenaran, begitu nama anda sudah terkenal, maka akan mengundang fitnahan,
yang dikarenakan iri hati sehingga sengaja membuat kendala, sejak jaman dulu
hingga sekarang juga begini rupanya, terutama orang-orang yang berada dalam
bidang karir yang sama akan saling iri hati, menghadapi kondisi sulit ini mesti
menahan kesabaran. Maka itu setelah memperoleh “Sutra Usia Tanpa Batas”

 
 

hendaknya dihargai, oleh karena datangnya tidak mudah, berapa banyak insan
yang telah memberi pengorbanan demi mewujudkannya.

Upasaka Xia Lian-ju merangkum buku “Sutra Usia Tanpa Batas”, Upasaka
Huang Nian-zu membuat penjelasannya. Upasaka Huang Nian-zu sendiri
mendapat penganiayaan saat terjadinya “Revolusi Budaya (1966-1976)”, beliau
mengatakan bahwa siksaan yang dialaminya bila dibagi menjadi delapan bagian,
dibagikan kepada delapan orang, maka delapan orang ini pasti mati, bisa
dibayangkan bagaimana parahnya siksaan yang beliau alami.

Setelah berusia lanjut beliau sakit-sakitan, setelah mengalami musibah ini,


dengan tubuh yang sakit-sakitan beliau menulis penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas,
isinya sangat bagus sekali, bahkan melalui beberapa kali perbaikan untuk
menyempurnakannya, kemudian naskah akhir tersebut sampai di tangan Master
Chin Kung.

Master Chin Kung menceramahkan Sutra Usia Tanpa Batas berdasarkan


penjelasan yang ditulis oleh Upasaka Huang Nian-zu. Dari satu generasi
diwariskan kepada generasi selanjutnya, hingga sekarang kita menyadari bahwa
baik Sutra Usia Tanpa Batas maupun penjelasannya datangnya tidak mudah, yang
diwujudkan dengan penuh kesabaran oleh para pendahulu kita. Mereka ini adalah
pahlawan besar!

Apa yang dimaksud dengan pahlawan besar? Dia dapat bersabar, bersabar
terhadap penderitaan dan bersabar terhadap kesusahan, terhadap segala kondisi,
baik senang maupun susah, dia dapat menerimanya dengan ikhlas dan bersabar
padanya, inilah yang disebut sebagai pahlawan.

Sebagian orang akan mengejar ketenaran dan keuntungan, mengejar


kesenangan dan kenikmatan sendiri, dapat membagi kelebihannya kepada orang
lain, ini sudah terhitung lumayan. Berapa orang yang dapat membagi apa yang

 
 

dimilikinya kepada para makhluk, sementara diri sendiri malah melewati


kehidupan bersahaja?

Maka itu di dalam Buddha Dharma disebutkan “Insan yang dapat menahan
kesabaran, disebut sebagai insan yang memiliki kekuatan besar”, insan yang
memiliki kekuatan besar adalah orang besar, kekuatan apa itu? Yakni kekuatan
kesabaran, dia dapat menjadi orang besar dikarenakan dia sanggup bersabar. Di
dalam “Enam Paramita”, Ksanti Paramita (kesabaran) ditujukan untuk
memadamkan kebencian, kebencian merupakan tabiat kita sejak kalpa tanpa awal.

Enam Paramita merupakan pelatihan diri Bodhisattva, untuk melenyapkan


enam jenis klesa (kekotoran batin), Dana Paramita menghapus kekikiran, Sila
Paramita menghapus karma buruk, Ksanti Paramita (kesabaran) menghapus dosa
(kebencian), Virya Paramita (ketekunan) menghapus kemalasan, Samadhi Paramita
(konsentrasi) menghapus pikiran terpencar, Prajna Paramita (kebijaksanaan)
menghapus moha (kebodohan), ini merupakan enam jenis penyakit batin para
makhluk, Buddha dan Bodhisattva membabarkan Sad Paramita enam jenis resep
obat ini untuk menyembuhkannya, apabila anda dapat melatihnya sedemikian rupa,
maka inilah yang disebut sebagai Bodhisattva.

Tentu saja dari enam jenis obat ini, bukanlah satu lawan satu, kenyataannya
satu jenis Paramita saja sudah bisa mengobati keseluruhan enam jenis penyakit
batin tersebut. Umpamanya Ksanti Paramita (kesabaran), juga dapat menghapus
kekikiran, menghapus nafsu cinta, anda sanggup menahan diri dari nafsu keinginan,
bersabar pada kesengsaraan, ini dapat melenyapkan nafsu cinta anda, ini juga dapat
menghapus karma buruk, menahan diri dari berbuat jahat; juga dapat menghapus
kemalasan, menghapus pikiran yang terpencar, melenyapkan kebodohan. Maka itu
setiap insan mesti melatih kesabaran.

Di dalam penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas yang ditulis oleh Upasaka Huang
Nian-zu, ada disinggung bahwa Bodhisattva memiliki sepuluh cara untuk melatih
kesabaran yakni :

 
 

1. Kesabaran Internal, yakni yang membahas tentang jiwa raga kita, tubuh
jasmani kita dapat merasakan siksaan dan kenyamanan, sementara rohani kita
dapat merasakan suka dan duka, terhadap semua ini kita harus sanggup
menahan sabar. Sutra Intan menyebutkan bahwa segala keberhasilan diperoleh
dari kesabaran, jadi anda mesti bersabar. Umpamanya tubuh jasmani dapat
mengalami rasa lapar dan kedinginan, maka itu mesti bisa bersabar pada rasa
lapar dan dingin, ini barulah bisa melatih diri.

Mengapa disebut sebagai Kesabaran Internal? Oleh karena penderitaan begini


tidak diketahui orang lain, yang merupakan urusan diri sendiri, bahkan ketika
didera penyakit juga harus menahan kesabaran. Di dalam hati kita terdapat
kekhawatiran, beban pikiran, juga harus menahan kesabaran. Yang namanya
kesabaran itu adalah jangan sampai terpengaruh oleh efek negatif tersebut,
jangan sampai oleh karenanya sehingga menciptakan karma buruk.

Metode menakjubkan dari Aliran Sukhavati adalah dengan menggunakan


sepatah Amituofo, ketika beban pikiran datang mendera lafallah Amituofo
sehingga mampu meredam beban pikiran, ini adalah ketrampilan untuk melatih
kesabaran, melatih melepaskan kemelekatan, jangan memikirkan beban
pikiran tersebut, dipikirkan juga tiada gunanya, hendaknya dilepaskan.

2. Kesabaran Eksternal, yakni kesabaran di luar jiwa dan raga, yang ditujukan
oleh orang lain kepada diri kita, terutama fitnah yang dilempar kepada diri kita,
hinaan, makian, ini merupakan hal umum yang terjadi. Umpamanya anda
belajar Ajaran Buddha, orang lain menilai dirimu percaya pada takhayul,
mengatakan kenapa kamu tidak mengejar karir yang benar?

Saya sendiri tempo dulu juga mengalami hal yang serupa, saat begini anda
tidak boleh tersinggung. Anda ingin melakukan suatu hal dan orang lain tidak
memahaminya, sehingga mereka akan mengejekmu, hatimu tidak boleh
mundur, namun tetap mempertahankan kegigihan.

 
 

Atau ada orang yang memaki Ajaran Buddha, dia tidak percaya pada Ajaran
Buddha, setelah anda mendengarnya juga tidak boleh tersinggung, kalau
sebaliknya anda marah padanya, malah bisa memperburuk citra Ajaran
Buddha, ini merupakan kewajiban seorang siswa Buddha, seorang praktisi
harus sanggup menampilkan kesabaran.

Buddha Sakyamuni ketika membabarkan Dharma di dunia ini, juga terdapat


kelompok enam Bhikkhu jahat, Devadatta dan kawan-kawannya membuat
kekacauan di dalam Sangha, Devadatta berulang kali mencelakai Sang Buddha,
tentu saja usahanya menemui kegagalan, pahala Buddha sedemikian besarnya,
takkan bisa dicelakai, hanya saja sempat melukai kaki Sang Buddha sehingga
mengeluarkan darah.

Suatu kali Sang Buddha sedang berada di bawah gunung, sementara itu
Devadatta berada di atas gunung yang kemudian mendorong batu besar ke
arah Sang Buddha, bermaksud membunuhNya. Tentu saja Dewa Pelindung
Dharma takkan membiarkan hal ini terjadi sehingga menghancurkan batu
besar tersebut. Batu besar yang hancur tersebut menjadi bebatuan kecil atau
kerikil dan mengenai serta melukai bagian kaki Sang Buddha.

Masih ada kelompok enam Bhikkhu jahat yang suka menyebarkan fitnah,
memaki di belakang, namun Buddha Sakyamuni juga tidak membuat
perhitungan dengan mereka, juga tidak berdebat dengan mereka, mereka suka
memaki-maki, biarkan saja mereka, setelah capek memaki, mereka akan
berhenti dengan sendirinya, ini adalah ketrampilan melatih kesabaran.

Pada masa Dinasti Song ada seorang Perdana Menteri yang bernama Fu Bi,
sangat berlapang hati. Orang lain memaki dirinya dengan berbagai kata hinaan,
dia juga tidak menaruhnya di hati, tidak membuat perhitungan dengan orang
lain.

 
 

Suatu hari ada orang yang memakinya langsung di hadapannya, para


pengawalnya yang melihat hal ini tidak sanggup menahan diri lagi, tetapi
malah dihentikan oleh Fu Bi, yang berkata : “Tidak apa-apa, dia bukan
memarahiku, dia pasti sedang memaki orang lain”.

Pengawalnya berkata, “Tetapi jelas-jelas dia mengucapkan marga dan nama


anda”. Fu Bi menjawab : “Di dunia ini orang yang mempunyai marga dan
nama yang sama adalah banyak sekali, dia pasti sedang memaki orang lain”.

Lihatlah, Fu Bi tidak menerima (menghiraukan) makian tersebut, betapa


lapangnya hati beliau! Ini juga merupakan alasan mengapa dia bisa
mempunyai pahala yang sedemikian besar sehingga menjadi perdana menteri,
oleh karena kelapangan hatinya, orang yang berlapang hati besar pahalanya.

Orang lain memaki kita dan kita tidak sudi menerimanya, ibarat orang itu
memberimu suatu barang dan anda tidak sudi menerimanya, sehingga mau
tidak mau dia juga harus menerima kembali barangnya sendiri. Demikian pula
dengan memaki orang, kalau orang itu tidak sudi menerimanya, maka mau
tidak mau juga harus diambil kembali, ini serupa dengan memaki dan
menghina diri sendiri. Inilah yang harus kita latih, dimarahi mulut tidak
membalas, dipukuli tangan tidak membalas, melatih kesabaran.

3. Kesabaran Dharma, Dharma yang dimaksud di sini adalah Buddha Dharma,


umpamanya dalam mendengar ceramah Dharma, belum tentu kita bisa
memahaminya, contohnya ceramah tentang “Sutra Usia Tanpa Batas”,
mendengar sekali saja belum tentu bisa paham, maka kita harus mengulang
dan mengulang terus mendengarnya, barulah bisa memahaminya sedikit demi
sedikit.

Belajar itu membutuhkan kesabaran, kegigihan, kalau tidak paham maka


ulangilah mendengarnya, sekali tidak paham maka dengarlah dua kali, bahkan

 
 

sampai puluhan, ratusan kali juga tidak merasa bosan. Pepatah mengatakan :
“Mengulangi membaca hingga ribuan kali, maknanya dapat dipahami dengan
sendirinya“, setelah anda mengulang mendengar hingga seribu kali, pasti bisa
memahami maknanya, hanya saja membutuhkan kesabaran.

Master Chin Kung menasehati kita agar meneladani Upasika Liu Su-yun,
bagaimana beliau bisa memperoleh kemajuan batin? Yakni dengan kesabaran,
menfokuskan diri pada satu Pintu Dharma dan mendalaminya, melatihnya
berkesinambungan dalam jangka panjang. Upasika Liu selama melatih diri di
rumah mengulangi mendengar ceramah “Sutra Usia Tanpa Batas”. Satu keping
VCD diulang sebanyak sepuluh kali sehari, satu kali durasinya satu jam, esok
harinya barulah diganti dengan keping kedua, juga diulang sebanyak sepuluh
kali. Bagaimana setelah selesai mendengar keseluruhannya? Diulang lagi dari
awal, setahun 365 hari, setiap hari juga begini, seharipun tidak pernah absen,
ini merupakan keberhasilan yang diwujudkan oleh kesabaran, sehingga meraih
keberhasilan dalam pelatihan diri.

Sesungguhnya ini juga melatih sila, samadhi dan prajna, anda dapat
menfokuskan pikiran selama sepuluh tahun, bagaimana mungkin tidak berhasil?
Maka itu harus tahu menimbun jasa kebajikan, sedikit demi sedikit lama-lama
jadi bukit, perlahan-lahan, setahap demi setahap, jadi tidak bisa baru saja mulai
lantas melihat kesuksesan yang diraih orang lain, saya mesti bisa sejajar
dengannya, menghendaki jalan pintas!

Kalau memaksakan diri melatih diri, tak peduli siang dan malam tanpa
beristirahat, maka hanya bertahan beberapa hari saja sudah merasa capek dan
bosan. Semangat mulai pudar, niat semula kini jadi sirna, melihat kesuksesan
yang diraih orang lain, apa yang dipikirkannya? Ingin melampaui orang lain,
hati yang ingin menang dari orang lain, hati yang ingin bersaing dan
menonjolkan diri, ini merupakan sikap Asura, setelah berhasil jadilah diri anda
sebagai Asura.

 
 

Maka itu dalam mengejar keberhasilan tidak ada kaitannya dengan orang lain,
tetapi jadikanlah orang lain sebagai panutan, kita belajar padanya, tetapi tidak
punya niat ingin melampauinya, mempertahankan kegigihan, akhirnya anda
juga bisa berhasil.

4. Kesabaran mengikuti Ajaran Buddha, menaati Ajaran Buddha, Bodhisattva


kapan saja dan di mana saja senantiasa mematuhi Ajaran Buddha. Ketika kita
sedang ada beban pikiran, umpamnya orang lain sengaja membuat kita
tersinggung, maka kita harus meredakan amarah atau kebencian, menggunakan
Ajaran Buddha untuk menyeimbangkan kembali batin sendiri, segala sesuatu
muncul dari hati dan pikiran, ibarat mimpi, khayalan, gelembung air dan
bayangan, bagaimana bisa dianggap sebagai nyata adanya?

Asalkan anda mampu membangkitkan pikiran benar sedemikian rupa, maka


amarah di hati dengan sendirinya akan sirna, apa yang ingin anda perebutkan?
Memperebutkan hal yang bersifat khayalan semu. Banyak kejadian masa lalu
yang bila kita kenang kembali, tempo hari kita merasa begitu emosi, namun
sekarang bila dipikirkan kembali terasa lucu bukan? Buat apa? Kini semua ini
bagaikan asap yang berlalu di depan mata, sirna sudah.

Namun kita sebagai orang awam selalu saja tidak bisa berpikir lapang saat
dilanda masalah, kita tidak mampu keluar dari lingkaran kegundahan tersebut,
tidak sanggup melepaskan kemelekatan dan tidak sanggup mengikhlaskan,
akhirnya hanya bisa mengikuti arus beban pikiran. Andaikata anda
membangkitkan pikiran benar, mengetahui bahwa masalah yang sedang
dihadapi itu ibarat mimpi, khayalan, gelembung air dan bayangan, cuma
persoalan sepele yang tidak ada apa-apanya, segera melepaskan kemelekatan.

Dua hari yang lalu, saya menghadiri sebuah pertemuan di Sri Langka, dalam
pertemuan tersebut ada seorang Bhikkhu berkebangsaan Australia, Aliran
Theravada, ditabhiskan di Thailand, beliau menceritakan sebuah kisah yang
membuatku sangat terinspirasi. Manusia, apabila masih suka terlibat dalam

 
 

persaingan dan perseteruan, ada yang tidak sanggup dilepaskannya, maka dia
jadi tidak tercerahkan.

Bhikkhu tersebut bercerita, ada sepasang suami istri yang baru menikah,
lembaran kehidupan baru tersebut dijalani dengan mesra dan harmonis. Lalu
akhir pekan mereka berencana piknik ke hutan primitif. Sesampainya di hutan,
mereka mencari sebuah tempat yang cocok untuk menghamparkan tikar dan
menikmati santapan. Ketika mereka sedang asyik menikmati hidangan, tiba-
tiba mendengar ada suara seperti kokok ayam, juga seperti suara bebek.

Si suami berkata, “Dengarlah, itu suara bebek”. Istrinya menyahut, “Bukan, itu
kokok ayam, bukan suara bebek”. Si suami membantah : “Kuberitahu padamu
ya, itu suara bebek”. Si istri bersikeras : “Menurutku itu kokok ayam”.

Lihatlah, dua orang yang semula hanya terlibat adu mulut kini jadi
bermusuhan dan ingin bercerai, akhirnya si suami jadi sadar, apa yang telah
mereka lakukan? Pernikahan yang baru seumur jagung, hanya gara-gara kokok
ayam dan suara bebek, lalu ribut minta cerai.

Si suami berkata pada istrinya, sesungguhnya dia juga mendengar sepertinya


itu suara kokok ayam, bukan suara bebek, si suami mulai mengalah. Si istri
juga ikut mengalah, sesungguhnya dia juga mendengar sepertinya itu suara
bebek. Tak peduli itu suara kokok ayam atau suara bebek, lantas apa
pentingnya? Kenapa pula harus sampai berseteru dan merusak keharmonisan?

Kita juga tidak perlu menertawakan mereka, kenyataannya ketika kita


menghadapi persoalan, kita juga akan seperti mereka jatuh ke dalam pusaran
dan tidak mampu keluar, hanya gara-gara hal sepele, bertengkar dan
bermusuhan dengan orang lain.

 
 

Bila anda benar-benar belajar Ajaran Buddha, coba pikirkan, adakah yang
disebut dengan masalah besar? Segala fenomena yang merupakan hasil
perpaduan sebab dan faktor pendukung adalah ibarat mimpi, khayalan,
gelembung air dan bayangan, lebih semu bila dibandingkan dengan kokok
ayam dan suara bebek tadi. Kenapa harus begitu serius?

Maka itu ketika kalian terlibat dalam perseteruan, ingatlah kisah di atas,
janganlah begitu serius hanya demi kokok ayam dan suara bebek. Tak peduli
anda mau menganggapnya ayam juga boleh, bebek juga boleh, apalagi seiring
dengan kemajuan perkembangan ilmu dan tehnologi, sekarang bisa
menggunakan modifikasi genetik untuk melakukan perubahan, ayam mungkin
bisa menjadi bebek, bebek juga mungkin bisa jadi ayam.

Maka itu anda mesti membangkitkan pikiran benar sehingga kebencian jadi
sirna, dengan lenyapnya kebencian barulah anda dapat menuruti kehendak para
makhluk, bersukacita pada jasa kebajikan yang dilakukan orang lain. Anda
mau bilang itu suara kokok ayam, maka saya setuju saja, itu adalah suara
kokok ayam; anda mau bilang itu suara bebek, saya juga setuju itu adalah
suara bebek, menuruti kehendak para makhluk, mana ada beban pikiran? Inilah
yang disebut sebagai kesabaran mengikuti Ajaran Buddha.

5. Kesabaran dalam segala ruang dan waktu. Setiap saat mesti membangkitkan
pikiran benar, jangan sampai melupakan kesabaran, yakni kapan saja dan di
mana saja tidak lupa membangkitkan pikiran benar. Begitu kehilangan pikiran
benar, maka tidak bisa membangkitkan kesabaran, tidak sanggup menahan
sabar. Inilah yang disebut sebagai kesabaran dalam segala ruang dan waktu.

6. Kesabaran dalam segala ruang. Kesabaran ini berbeda dengan yang telah
dibahas di atas, yakni kesabaran dalam segala ruang dan waktu, kesabaran
dalam segala ruang adalah membahas lingkungan dan orang yang dihadapi
oleh praktisi, tak peduli lingkungan yang menyenangkan maupun lingkungan
yang tidak menyenangkan, juga harus dihadapi dengan kesabaran.

 
 

Berada di dalam lingkungan yang menyenangkan, takkan timbul kemelekatan,


sehingga diputar oleh kondisi tersebut. Sebaliknya berada dalam lingkungan
tidak menyenangkan, takkan timbul kebencian, begitu amarah muncul maka
diputar oleh kondisi tersebut.

Jadi tak peduli keadaan lancar maupun kendala, tetap mempertahankan hati
suci dan seimbang, damai tanpa beban pikiran.

7. Kesabaran tanpa niat terselubung. Umpamanya saya bersabar demi


memelihara hubungan dengan anda, jadi cuma dengan dirimu saja, saya masih
sanggup menahan kesabaran. Bagaimana apabila saya tidak mempunyai
hubungan apa-apa dengannya? Maka saya tidak perlu bersabar dengannya.

Anakku begitu patuh, kesalahan apa saja yang diperbuatnya, saya tetap bisa
bersabar, tetapi secuil saja kesalahan yang dilakukan orang lain, saya takkan
bisa bertoleransi, jadi kesabaran ini ada syaratnya.

Apa saja yang bisa membawa keuntungan bagi diri sendiri, saya masih bisa
bersabar, sedangkan yang tidak bisa membawa keuntungan bagi diriku, maka
saya tidak bisa bertoleransi dengannya. Kalau atasan memarahiku maka saya
masih bisa bersabar, tidak berani menyinggung perasaan atasan. Tetapi begitu
rekan atau bawahan yang memarahiku, apakah saya bisa bersabar?

Inilah yang disebut dengan kesabaran tanpa niat terselubung, jadi bukan
karena demi memelihara hubungan yang baik, atau karena hal itu membawa
keuntungan bagiku, barulah saya dapat bersabar. Jadi tak peduli berada dalam
lingkungan yang bagaimana, dalam segala persyaratan, hendaknya dengan hati
yang seimbang melatih kesabaran, agar jiwa dan raga benar-benar suci.

 
 

8. Kesabaran yang tidak menyimpan dendam. Ketika dia mencelakaiku,


menfitnahku, menipuku, apakah saya takkan menyimpan dendam padanya,
niat membalas dendam? Ini adalah kesabaran.

Ada seorang pengusaha properti yang menceritakan kisahnya padaku, dia


pernah ditipu sejumlah sembilan juta (dolar), angka yang tidak kecil, ditipu
orang, dia begitu marah, ingin menuntutnya ke pengadilan, lalu bertanya
padaku, apakah tindakannya benar.

Saya memberitahunya, apabila anda benar-benar belajar Ajaran Buddha maka


janganlah menuntutnya ke pengadilan. Sebagai siswa Buddha, tak peduli
bagaimanapun orang lain mencelakaiku, saya juga takkan membalasnya,
takkan menyimpan dendam.

Anda harus percaya bahwa ini merupakan jalinan jodoh masa kehidupan
lampau antara dirimu dengan dirinya, kenapa dia menipu anda dan bukan
orang lain? Apalagi bisa berhasil dikelabuinya, ini membuktikan pada masa
kelahiran lampau anda pasti telah menipunya, maka itu anggaplah anda
melunasi hutang.

Buddha Sakyamuni membabarkan pada kita bahwa hubungan antar manusia


tak terpisahkan dari empat jenis ikatan yakni balas budi, balas dendam, tagih
hutang, bayar hutang. Jadi dia datang menagih hutang, anda lunasi saja dengan
ikhlas, ketika dia datang mengelabui uang anda, anda masih begitu gembira
menyerahkannya padanya, setelah itu barulah anda menyadari ternyata sudah
ditipu, ini adalah bukti menagih hutang.

Namun pengusaha properti ini masih saja belum ikhlas, mustahil masa
kelahiran lampau saya berhutang begitu banyak padanya, bagaimana kalau

 
 

saya minta kembali sedikit? Mungkin pada masa kelahiran lampau saya cuma
berhutang tiga juta dolar padanya dan sekarang dia malah mengambil uangku
sembilan juta dolar, sisanya enam juta dolar mesti saya rebut kembali.

Saya beritahu padanya, baguslah kalau anda melunasi “lebih” padanya,


sekarang dia jadi berhutang padamu, masa kelahiran mendatang, dia harus
melunasinya padamu, jadi jagalah hati yang damai dan seimbang.

Tetapi pengusaha properti masih saja tetap bersedih hati, namun dia tetap
menerima saranku agar tidak membawa urusan ini ke pengadilan. Kesabaran
ini juga seperti yang kita bahas sebelumnya yaitu kesabaran mengikuti Ajaran
Buddha, setelah anda memahami Buddha Dharma, ketika menghadapi
permasalahan, anda dapat membangkitkan pikiran benar, maka ini
menunjukkan bahwa anda adalah praktisi sejati.

Buddha Sakyamuni ketika sedang melatih Jalan Bodhisattva, suatu kali pernah
terlahir sebagai Pertapa Kesabaran, tubuhnya dimutilasi Raja Kalinga,
bayangkan betapa dalamnya dendam ini! Bahkan tanpa alasan yang jelas,
begitu saja dicelakai.

Sutra menyebutkan, suatu hari Pertapa Kesabaran sedang bersamadhi di dalam


hutan, Raja Kalinga (Raja Kalinga adalah raja bengis) beserta dayang-dayang
istana sedang berburu di hutan, sambil berpelesiran. Ketika raja sedang pergi
berburu, dayang-dayang istana berjalan-jalan menikmati panorama hutan, tiba-
tiba melihat Pertapa Kesabaran sedang bersamadhi, melihat rupa Pertapa
Kesabaran yang penuh kewibawaan, mengundang kekaguman di hati para
dayang istana, mereka mengelilingi Pertapa Kesabaran memohon pembabaran
Buddha Dharma. Pertapa Kesabaran membabarkan Dharma kepada mereka.

Ketika Raja Kalinga pulang dari berburu, mencari para dayang istana, akhirnya
menemukan mereka sedang duduk mengelilingi seorang pria, api cemburu

 
 

berkobar di hati raja, segera mencabut pedangnya dan mendekati Pertapa


Kesabaran, “Kenapa kamu menggoda dayang istana beta?”

“Saya tidak menggoda dayang istana paduka, mereka-lah yang datang


menghampiriku, memohon pembabaran Buddha Dharma, maka itu saya
menyampaikan Dharma kepada mereka”.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Saya sedang melatih kesabaran”.

“Jadi kalau beta menghinamu, apakah kamu juga bisa bersabar?”

“Saya sudah tidak melekat pada pemikiran adanya aku, manusia, para makhluk
dan kehidupan, sanggup bersabar pada apa saja”.

“Baiklah, akan beta uji sampai dimana kesabaranmu”.

“Ciaatt!” satu tebasan pedang memotong anggota tubuh Pertapa Kesabaran,


darah segar menyembur keluar, “Apakah kamu masih bisa bersabar?”

“Saya tetap bisa bersabar”.

 
 

Demikianlah satu persatu anggota tubuh Pertapa Kesabaran dimutilasi Raja


Kalinga, sejak awal hingga akhir kejadian tersebut, di hati Pertapa Kesabaran
sama sekali tidak ada niat benci, sehingga menyempurnakan Ksanti Paramita-
nya.

Tiada niat untuk menyimpan dendam, malah muncul Maha Maitri Karuna,
Pertapa Kesabaran berkata pada Raja Kalinga : “Anda benar-benar dungu,
menciptakan karma buruk sedemikian rupa, tidak tahu bahwa akibat karma
buruk ini pasti akan jatuh ke Neraka Avici”.

Oleh karena itu muncul rasa iba di hati Pertapa Kesabaran, kemudian
mengikrarkan tekad, “Kelak ketika saya mencapai KeBuddhaan, orang
pertama yang akan Saya selamatkan adalah dirimu”.

Lihatlah, Pertapa Kesabaran malah membangkitkan niat Maitri Karuna.


Akhirnya permukaan tanah retak dan terbuka, Raja Kalinga digulung oleh
kobaran api Neraka jatuh ke dalam Neraka, sementara itu kesadaran (roh)
Pertapa Kesabaran naik ke Surga.

Kemudian setelah melewati kalpa demi kalpa, kelahiran demi kelahiran,


akhirnya Pertapa Kesabaran mencapai KeBuddhaan, yakni Buddha Sakyamuni,
setelah mencapai KeBuddhaan, Sang Buddha memutar roda Dharma untuk
pertama kalinya di Taman Rusa Isipatana kepada lima orang pertapa, diantara
lima orang pertapa, yang pertama memperoleh penyelamatan, berhasil
mencapai tingkatan kesucian tertinggi Arahat, adalah Yang Ariya Ajnata
Kaundinya (pali : Anna Kondanna), siapakah Kaundinya? Yakni pada masa
kelahiran lampau adalah Raja Kalinga.

Buddha Sakyamuni telah memenuhi janjinya, yakni yang pertama


menyelamatkannya. Betapa Maitri Karuna-Nya! Tiada kebencian sama sekali.
Maka itu benar-benar melatih kesabaran, bahkan jiwa maupun raga juga

 
 

sanggup diikhlaskan, tiada yang tidak sanggup direlakannya. Anda mampu


melepaskan segala kemelekatan, tentu saja sanggup bersabar, kalau tidak
sanggup bersabar berarti belum melepaskan kemelekatan.

Maka itu dari urutan Enam Paramita, sebelum melatih Ksanti Paramita maka
terlebih dulu melatih Dana Paramita, berdana merupakan landasan untuk
melatih kesabaran. Ketika anda berhasil melepaskan kemelekatan maka
dengan sendirinya dapat menyempurnakan kesabaran.

9. Kesabaran karena hati belas kasih, yakni yang kita katakan sebagai Maha
Maitri Maha Karuna, menyelamatkan para makhluk dari derita dan kesusahan,
membantu para makhluk. Maksud anda membantu mereka, tetapi belum tentu
mereka sudi menerimanya. Mereka mungkin saja dungu dan sesat sehingga
anda berniat baik tapi mereka malah mencurigaimu, apa niat terselubung
dibalik kebajikanmu?

Mereka bahkan berseteru denganmu, bahkan menghina dirimu, saat begini


anda tidak boleh merasa diperlakukan tidak adil, saya sudah baik padamu,
anda malah memperlakukan diriku dengan buruk! Begitu niat pikiran ini
muncul maka tidak sanggup menahan sabar lagi. Dengan perkataan lain, anda
cuma berpura-pura baik padanya.

Hendaknya niat baik padanya itu mesti tulus, jangan mempersoalkan


bagaimana sikapnya padamu, juga tidak mempersoalkan apakah kelak dia akan
membalas budimu, begini barulah tulus, pengorbanan yang tanpa pamrih. Jadi
bukanlah karena saya baik padamu, makanya anda juga harus baik padaku,
barulah saya mau berlaku baik padamu. Sebaliknya apabila anda bersikap
buruk padaku, maka saya akan marah, ini merupakan pengorbanan dengan
mengharapkan pamrih, mengharap balas budi dari orang lain, hati Maitri
Karuna yang tidak sempurna, tidak bisa disebut sebagai Maha Maitri Maha
Karuna.

 
 

Maha Maitri Maha Karuna adalah bagaimanapun sikap makhluk lain pada
diriku, saya tetap akan memperlakukannya dengan Maitri Karuna. Serupa
dengan Pertapa Kesabaran memperlakukan Raja Kalinga, Raja Kalinga begitu
sadis mencelakainya, namun sejak awal hingga akhir, Pertapa Kesabaran tetap
ber-Maitri Karuna padanya, inilah bentuk kesabaran karena hati belas kasih.

10. Kesabaran karena telah mengikrarkan tekad. Tekad yang telah diikrarkan
mesti diwujudkan hingga sempurna, ini membutuhkan kesabaran yang besar.
Bodhisattva mengikrarkan empat tekad agung, butir yang terakhir adalah
“Bertekad mencapai Jalan KeBuddhaan tertinggi tiada taranya”, untuk
menjalani tahapan ini mungkin memerlukan waktu selama kalpa tak terhingga,
kalau tidak sabar bagaimana bisa mencapai KeBuddhaan? Ini bukan hal yang
gampang.

Jadi kalau anda ingin mencapai KeBuddhaan maka melatih Pintu Dharma
Tanah Suci merupakan metode yang paling cepat, tidak ada lagi pintu Dharma
lainnya yang bisa sebanding, dalam satu kehidupan ini juga anda bisa terlahir
ke Alam Sukhavati tidak mundur lagi dari pencapaian KeBuddhaan.

Tetapi untuk melatih Pintu Dharma ini juga perlu daya upaya, anda juga perlu
melafal Amituofo, bahkan hingga tiga atau lima tahun lamanya barulah
ketrampilan jadi mahir, selama periode ini bagaimana kalau anda tidak sabar
menjalaninya? Anda harus tahan kesepian, menahan kesusahan dalam melatih
diri.

Tempo dulu saya pernah tinggal beberapa tahun di Australia, ada beberapa
sahabat Tionghoa yang datang ke Australia, merasa bahwa lingkungan hunian
di Australia cukup bagus, udaranya segar, mentari bersinar cerah, tetapi terlalu
sepi, tidak banyak tempat hiburan.

 
 

Kalau takut kesepian, setiap hari ingin keluar cari teman, maka sulit berhasil.
Maka itu praktisi sejati berdiam dalam kesunyian. Andaikata tidak ada rekan
dalam melatih diri, maka tempuhlah jalan sendirian. Melatih diri sendirian,
serupa dengan Upasika Liu Su-yun, juga bisa berhasil. Tekad terlahir ke Alam
Sukhavati jadi terwujud, untuk apa kita membangkitkan tekad terlahir ke Alam
Sukhavati?

Yakni demi tekad menyelamatkan para makhluk yang tak terhingga, demi
menyelamatkan para makhluk makanya saya mesti terlahir ke Alam Sukhavati,
jadi tujuannya bukan untuk menikmati kesenangan di sana, di Alam Sukhavati
segala sesuatu terwujud sesuai dengan apa yang dipikirkan. Bila anda berpikir
demi menikmati kesenangan di Alam Sukhavati, maka ini adalah pemikiran
egois, mementingkan diri sendiri, mana bisa terlahir di sana.

Untuk terlahir ke Alam Sukhavati mesti membangkitkan Bodhicitta, anda


harus membangkitkan tekad menyelamatkan para makhluk. Benar-benar
membangkitkan hati begini, mesti gigih dan tekun, membantu semua makhluk.
Coba renungkan, membantu para makhluk, sekarang saja kita masih belum
punya kemampuan untuk melakukannya, jadi bagaimana boleh mencelakai
para makhluk?

Maka itu kita melatih diri, yang pertama, tidak boleh mencelakai para makhluk,
sila pertama dari Lima Sila adalah tidak membunuh. Apa yang dimaksud
dengan tidak membunuh? Tidak boleh mencelakai makhluk lain, disebut
sebagai tidak membunuh, bahkan niat pikiran serupa ini juga tidak boleh ada.

Mencelakai makhluk lain merupakan kendala terbesar bagi pelatihan diri, yang
akan menghalangi Kusala Dharma, menjalin banyak jodoh buruk. Maka itu
dalam melatih diri, syarat pertama yang harus dipenuhi adalah melatih
kesabaran.

 
 

Tekad agung yang diikrarkan, selamanya tidak merasa jenuh dan lelah, teguh
dan gigih, sehingga menyempurnakan kekuatan kesabaran. Bait Sutra Usia
Tanpa Batas ini merupakan prinsip penting dalam melatih diri, kita harus
senantiasa mengingatnya.

Setelah mempelajari ajaran sutra hendaknya diterapkan dalam kehidupan


keseharian, bagaimana kita memperlakukan orang lain, menangani persoalan
dan memperlakukan makhluk hidup lainnya. Dengan mengamalkan ajaran
sutra barulah anda bisa mencapai kesucian.

Sebaliknya bila sudah membaca sutra tapi tidak diterapkan dalam kehidupan
keseharian, mustahil bisa terlahir ke Alam Sukhavati. Maka itu kita harus
menjadikan “Sutra Usia Tanpa Batas” sebagai landasan pemikiran dan
tindakan kita dalam kehidupan keseharian. Dengan demikian melafal
Amituofo barulah bisa terjalin dengan Buddha Amitabha, barulah memiliki
kepastian untuk terlahir ke Alam Sukhavati.

 
 
 
 
 
 
 

 
 

105.  Dalam keadaan serba sibuk, apakah boleh mengurangi materi kebaktian
pagi dan sore?

Hal ini boleh disesuaikan dengan keadaan masing-masing praktisi, melafal


Amituofo dilakukan dalam keseharian, jadi bukanlah dipandang dari berapa
banyak materi kebaktian pagi dan sore.

Melatih diri intinya adalah kesucian hati kita, meskipun anda melakukan
kebaktian pagi dan sore secara singkat, bahkan tidak melakukannya sama sekali,
bahkan sampai tidak punya jadwal melatih diri yang tetap, tetapi hatimu suci dan
bersih, setiap saat lafalan Amituofo senantiasa bersemi di hati, praktisi begini
kapan saja dan di mana saja senantiasa berada dalam samadhi.

Kebaktian pagi dan sore merupakan sebuah formalitas, membantumu untuk


melatih samadhi, sedangkan samadhi hendaknya dilatih dalam kehidupan
keseharian, bagaimana anda memperlakukan orang lain, menangani urusan dan
memperlakukan makhluk hidup lainnya, apakah kapan saja dan dimana saja anda
senantiasa melakukannya dengan sadar, setiap saat mengamati ke dalam hati
sendiri, takkan timbul ketamakan, kebencian, kedunguan, kesombongan, takkan
mengutamakan kepentingan diri sendiri, begini barulah disebut melatih diri.

Maka itu apabila kita aktif menjadi relawan dan kegiatan ini justru
mengganggu pelatihan diri kita, umpamanya anda jadi relawan dan beban pikiran
malah makin bertambah, maka sebaiknya memperbanyak mendengar ceramah
Dharma dan bertobat. Hendaknya memiliki pemikiran sedemikian, setiap saat
beban pikiran muncul, ini dikarenakan persoalan diri sendiri, takkan menyalahkan
orang lain.

Mengapa anda sudah jadi relawan tapi beban pikiran malah kian berat? Coba
renungkan dari mana beban pikiran ini berasal. 99 persen adalah berasal dari

 
 

perasaan mementingkan diri sendiri, oleh karena anda memikirkan kepentingan


sendiri sehingga berseteru dengan orang lain, makanya jadi ganjalan di hati.

Andaikata anda tidak mengutamakan kepentingan sendiri, segala sesuatu


ditujukan untuk hasil akhir yang sukses, mengutamakan manfaat bagi semua
makhluk, anda takkan memiliki beban pikiran. Alasan lainnya dikarenakan masih
kurang memahami Buddha Dharma, sehingga melekat pada banyak hal, begitu
melekat maka terikat pada pengetahuan dan pandangan sendiri.

Maka itu dalam waktu keseharian kita mendengar ceramah adalah untuk
membantu kita mengenali bahwa segala sesuatu adalah khayalan semu, menjadi
relawan membantu para makhluk, juga bukanlah nyata adanya. Tetapi juga tidak
boleh tidak dilakukan, mesti bersumbangsih, mengembangkan berkah kebajikan
diri sendiri; hendaknya dapat mengikhlaskan dan jangan melekat, mengembangkan
kebijaksanaan, jadi melatih secara bersamaan berkah dan kebijaksanaan.

Apabila menjadi relawan akhirnya malah bertentangan dengan pelatihan diri,


menganggap bahwa menjadi relawan malah mengganggu pelatihan diri, ini
dikarenakan kebijaksanaan yang belum berkembang, hendaknya melakukan
introspeksi diri, kenyataannya kedua hal tersebut justru saling melengkapi.

Terutama melatih Pintu Dharma Pelafalan Amituofo, begitu leluasa dan bebas,
tidak perlu meninggalkan kegiatan keseharian untuk melatih diri. Oleh karena
melafal Amituofo bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, jadi bukan harus ke
vihara barulah bisa melafal Amituofo, juga tidak harus menyusun jadwal kebaktian
pagi dan sore, setiap aktivitas yang tidak perlu berpikir, maka boleh dilakukan
sambil melafal Amituofo di dalam hati.

Kenyataannya ketika melafal Amituofo hingga tahap tertentu, aktivitas


berpikir yang dibutuhkan juga kian jarang, hingga akhirnya anda melakukannya
tanpa harus berpikir lagi, begitu tugas datang langsung dikerjakan, selesai

 
 

dikerjakan takkan taruh di hati. Jadi tanpa perlu menggunakan energi otak untuk
berpikir keras, keseluruhannya menggunakan hati yang suci untuk menangani
urusan, hasilnya lebih bagus, juga takkan ada beban pikiran.

Maka itu dalam waktu keseharian hendaknya melatih ketrampilan samadhi


(konsentrasi), tak peduli kejadian apapun yang dialami, juga takkan emosional.
Dari poin ini mulai melatih diri. Begitu perasaan emosional muncul, segera melafal
Amituofo, meredakan perasaan emosional ini. Apabila tidak melatihnya maka
kemajuan batin sulit diperoleh.

Setelah perasaan emosional reda, pikiran anda kian mudah berkonsentrasi, saat
mendengar ceramah Dharma juga lebih banyak yang bisa dipahami, pikiran yang
kian terfokus, mendengar ceramah semakin mengembangkan kebijaksanaan.

Dengan hati yang kalut mendengar ceramah, hanya bisa memahami secuil
pengetahuan umum, tidak bisa memperoleh manfaat sesungguhnya. Maka itu
dalam melatih samadhi hendaknya senantiasa melihat ke dalam diri sendiri,
penyakit batin apa lagi yang belum disadari, setelah mengetahuinya maka harus
segera disembuhkan.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-177

Tanggal : 8 Agustus 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

106.  Membaca sutra apa baru bisa membantu ayahbunda menimbun jasa
kebajikan, apakah perlu melimpahkan jasa?

Kalau anda belum mempunyai pilihan maka saya menyarankan anda membaca
“Sutra Usia Tanpa Batas”. Jasa kebajikan dari “Sutra Usia Tanpa Batas” sangat
besar, para Buddha di sepuluh penjuru juga memberi perlindungan, anda dapat
membaca “Sutra Usia Tanpa Batas”, Buddha Amitabha akan memberkatimu, juga
memberkati ayahbundamu, bahkan para makhluk yang berjodoh denganmu juga
ikut memperoleh manfaat.

Membaca “Sutra Usia Tanpa Batas” juga perlu melimpahkan jasa, yakni
membaca “Gatha Pelimpahan Jasa”, saat membaca harus konsentrasi, tidak boleh
berkhayal, maka ini membutuhkan ketulusan hatimu. Master Yin Guang berkata,
“Satu bagian ketulusan dan rasa hormat memperoleh satu bagian manfaat, sepuluh
bagian ketulusan dan rasa hormat memperoleh sepuluh bagian manfaat”.

Berapa besar manfaat yang anda peroleh maka berapa besar pula jasa
kebajikan yang anda miliki, semuanya terpulang kembali pada sejauh mana
ketulusan dan rasa hormat yang anda bangkitkan.

Bukan hanya dalam hal membaca sutra, bahkan dalam mendengar ceramah
Dharma juga serupa, mendengar ceramah adalah melatih sekaligus Sila, Samadhi
dan Prajna. Anda duduk di sana mendengar ceramah Dharma dengan penuh
perhatian, pikiran tidak terbang melayang, maka anda telah sempurna dalam
menjalankan sila, “Jangan berbuat jahat, perbanyaklah kebajikan”, anda telah
mengamalkannya; pikiran anda terfokus mendengar ceramah, tidak berkhayal, ini
adalah melatih samadhi; oleh karena konsentrasi mendengarnya sehingga jadi
paham, hatimu suci dan jernih, kebijaksanaan jadi berkembang, inilah prajna. Sila,
samadhi dan prajna sempurna sekaligus.

 
 

Ada praktisi yang mendengar ceramah dan memperoleh manfaat besar, ada
pula yang cuma mendapat manfaat kecil, apa alasannya? Oleh karena ketulusan
dan rasa hormat yang dibangkitkan itu tidak sama. Ketulusan dan rasa hormat itu
ditampilkan dalam perhatian yang terpusat.

Maka itu tempo dulu seorang guru dalam memilih murid adalah mengamatinya
dari segi ini, ketika guru memberi ceramah Dharma, mimik muka, sikap para
hadirin juga diamati dengan seksama. Jaman dulu, metode yang digunakan guru
dalam memilih murid juga sedemikian rupa, mengamati siapa yang memiliki
ketulusan hati dan rasa hormat, insan yang mempunyai sepuluh bagian ketulusan
dan rasa hormat, maka memperoleh sepuluh bagian manfaat, orang ini kelak akan
menjadi penerus Dharma, jubah dan patra akan diwariskan padanya.

Serupa dengan guru sesepuh Aliran Zen yang ke-6, Master Hui Neng,
memiliki puluhan ribu bagian ketulusan dan rasa hormat pada gurunya, guru
sesepuh Aliran Zen yang ke-5, sedangkan Master Shen Xiu, si murid sulung
perguruan, cuma memiliki ratusan bagian ketulusan dan rasa hormat pada guru
sesepuh Aliran Zen yang ke-5, sehingga akhirnya jubah dan patra guru sesepuh
Aliran Zen yang ke-5 diwariskan pada Master Hui Neng, tidak diwariskan pada
Master Shen Xiu.

Maka itu hati yang tulus dan rasa hormat dapat membantumu membuka
pencerahan.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-175

Tanggal : 18 Juli 2012

 
 
 

107.  Saat melafal Amituofo, pikiran terbang melayang, bagaimana cara


mengatasinya?

Cara mengatasinya juga mesti menggunakan lafalan Amituofo. Pikiran terbang


melayang merupakan gejala umum, apa alasannya? Tabiat sejak kalpa tanpa awal.
Kebiasaan mengkhayal kita sudah jadi tabiat, sekarang disuruh melafal Amituofo
dan menghentikan khayalan, tentu saja sulit diwujudkan.

Praktisi jaman dulu berkata, “Tidak takut niat pikiran muncul, hanya saja takut
terlambat menyadarinya”, ketika pikiran melayang terbang, tidak perlu ditakuti,
hanya saja takut tidak menyadarinya.

Yang namanya “sadar” atau tercerahkan itu adalah saat anda melafal Amituofo.
Bagaimana kalau sambil melafal Amituofo sambil berkhayal? Biarkan saja pikiran
melayang berterbangan, jangan dipedulikan, dia suka melayang terbang maka
biarkan saja dia beterbangan, yang penting saya melafal Amituofo, yang saya
perhatikan cuma lafalan Amituofo saja, sedangkan yang lainnya jangan
dipedulikan.

Khayalan itu tidak anda pedulikan, maka dengan sendirinya jadi lenyap.
Khayalan itu merupakan hal semu dan bukan nyata adanya, kalau memang nyata
adanya, manalah bisa sirna, namanya juga khayalan semu, asalkan anda tidak
menghiraukannya, maka dia juga akan lenyap dengan sendirinya.

Maka itu yang penting jangan dipedulikan bentuk-bentuk pikiran itu, yang
perlu anda perhatikan hanya satu yakni lafalan Amituofo, beginilah cara mengatasi
pikiran berkeliaran tersebut.

 
 

Jadi yang namanya mengatasi itu bukanlah berseteru dengan khayalan itu,
kalau anda berusaha menekannya malah lebih banyak lagi yang bermunculan, apa
alasannya? Oleh karena upaya anda berantam dan menekannya, juga disebut
sebagai khayalan, dengan khayalan mengatasi khayalan, tentu saja mustahil.

Ibarat anda duduk di atas bangku, sekarang anda disuruh mengangkat bangku
ini, apakah masuk akal? Anda sedang duduk di atas bangku tersebut, mana
mungkin bisa mengangkatnya, mustahil!

Maka itu dengan khayalan mengatasi khayalan, adalah serupa dengan anda
sedang duduk di atas bangku kemudian disuruh mengangkatnya, mustahil bisa
melakukannya. Lantas bagaimana? Jangan dihiraukan bentuk-bentuk pikiran yang
bermunculan itu.

Ibarat pula sekarang anda sedang duduk di atas bangku, setelah anda bangkit
dan berdiri barulah bisa mengangkatnya, serupa pula sekarang anda meninggalkan
khayalan barulah bisa menghentikan khayalan tersebut. Bagaimana cara
meninggalkannya?

Yakni dengan melafal Amituofo, menfokuskan pikiran pada lafalan Amituofo,


biarkan saja khayalan itu dan jangan dihiraukan, maka bentuk-bentuk pikiran akan
reda dengan sendirinya, kian lama kian hambar, akhirnya benar-benar reda dan
lenyap.

Kebenaran ini juga merupakan cara untuk bertobat atas karma buruk yang
diperbuat.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong Tanggal 9 Juni 2012

 
 

108.  Dalam mimpi, musuh kerabat penagih hutang bilang takkan


melepaskan diriku, apa yang harus kulakukan untuk mengurai ikatan permusuhan
ini?

Harus bertobat, bertobat padanya, melatih diri dengan tekun, setiap hari mesti
mendengar ceramah Dharma, bernamaskara pada Buddha, menghapus kejahatan
dan menimbun kebajikan, giat belajar Tridharma (Ajaran Konfusius, Buddha dan
Tao).

Setelah anda menanam akar Tridharma dengan kokoh, maka akan ada Dewa
Pelindung Dharma, mereka akan melindungimu. Anda melatih diri dan
mengamalkan dengan serius, Buddha dan Bodhisattva juga datang melindungimu,
musuh kerabat penagih hutang takkan berdaya.

Sebaliknya anda tidak melatih diri dan tidak mengamalkan dengan serius,
cuma berpura-pura, tidak ada ketulusan hati dan rasa hormat, mengelabui diri
sendiri dan orang lain, maka musuh kerabat penagih hutang yang berada di
samping akan mengejekmu, baguslah, anda ini memang munafik penuh kepura-
puraan, lihat saja bagaimana saya membereskan dirimu!

Maka itu kuncinya terletak pada apakah kita serius atau tidak melatih diri.
Orang yang bersungguh-sungguh melatih diri takkan cemas hatinya, merisaukan
bagaimana caranya menghadapi musuh kerabat penagih hutang? Praktisi sejati
akan berusaha menggugah dan menyelamatkan musuhnya, mengurai ikatan
permusuhan.

Melihat anda melatih diri dan mengamalkan dengan kesungguhan hati, musuh
anda juga akan salut padamu, dia akan beralih menjadi Dewa Pelindungmu.

 Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong Tanggal 23 September 2012

 
 

109.  Melafal Amituofo itu sebaiknya memakai cara menghitung atau


melafalnya di dalam hati

Dua-duanya juga boleh, mau pakai cara apa juga boleh, yang penting diri
sendiri menyukainya, terserah bagaimana cara anda melafalnya supaya mudah
terfokus, maka anda boleh melafalnya sedemikian rupa, yang penting adalah di
dalam hati ada Buddha.

Intinya di dalam hatimu ada lafalan Amituofo, mulut melafalnya keluar,


telinga mendengar dan masuk kembali ke dalam hati, walaupun melafalnya di
dalam hati juga harus kedengaran.

Lantas anda bertanya, bagaimana cara mendengarnya padahal melafal di dalam


hati itu tidak keluar suara? Walaupun melafalnya di dalam hati pasti bisa
kedengaran, kalau tidak percaya, coba saja sekarang, anda diam tidak bersuara,
melafal Amituofo di dalam hati, bangkitkan lafalan Amituofo dari dalam hati,
telinga memusatkan perhatian pada suara hatimu, kalian boleh mencobanya.

Mari kita mencobanya sejenak, “Amituofo”, lafallah Amituofo di dalam hati,


lihatlah apakah telinga anda dapat mendengarnya? Bila pikiranmu tenang maka
dapat mendengar suara lafalan di hatimu, oleh karena perhatianmu terpusat pada
lafalan Amituofo, ini adalah melafal Amituofo di dalam hati, yakni di hatimu benar
ada lafalan Amituofo.

Tentu saja anda boleh melafalnya keluar suara, apabila anda merasa melafal di
dalam hati sulit terfokus, maka cobalah melafalnya keluar suara, telinga
mendengar suara lafalan sendiri, mesti mendengarnya dengan jelas, dengan cara
melafal sedemikian rupa maka mudah terfokus.

 
 

Setiap pagi selama satu jam, anda boleh melakukan namaskara pada Buddha
sambil melafal Amituofo di dalam hati, saat bernamaskara tidak perlu keluar suara;
sedangkan bila sedang melakukan pradaksina (mengelilingi rupang Buddha) atau
duduk bersila maka sebaiknya mengeluarkan suara melafal Amituofo, tak peduli
bagaimanapun cara anda melafal Amituofo, yang penting memudahkan anda
terfokus pada lafalan Amituofo, begini sudah boleh.

Jasa kebajikan ini boleh dilimpahkan untuk melindungi dunia dan menghapus
musibah, membantu Bumi mengurai bencana, benar-benar efektif.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-140

Tanggal : 4 Pebruari 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 

 
 

110.  Memilih mata pencaharian membunuh akhirnya para makhluk datang


menagih hutang nyawa

Maka itu mata pencaharian membunuh menciptakan karma buruk ini pada
akhirnya para makhluk akan datang menagih hutang nyawa, walaupun anda
melafal Amituofo, juga harus menerima balasan ini.

Contohnya Upasaka Huang Jin-xuan, beliau merupakan orang baik, sangat


berbakti pada ayahbunda, di dalam keluarga menjalani peranannya dengan baik,
menunaikan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab, jujur, setelah belajar
Ajaran Buddha juga memberi dukungan bagi perkembangan Buddha Dharma,
terhadap guru kita Master Chin Kung, juga sangat menghormati, belajar dengan
tekun, terhadap kami para praktisi berusia muda juga sangat memberi dukungan
dan perlindungan.

Saya juga merasakan perhatian yang diberikan olehnya, setiap kali saya
singgah di Singapura, beliau senantiasa menjagaku, terutama ketika saya
ditabhiskan jadi Bhiksu, beliau amat bersukacita, bagaikan putra kandungnya yang
memasuki Sangha.

Saya menasehatinya supaya melepaskan kemelekatan, beliau juga menerima


saranku, sungguh berjodoh dengannya, beliau ini orang yang sangat baik. Lantas
kenapa pula saat berusia lanjut divonis menderita kanker stadium akhir, mengalami
siksaan yang begitu sengsara?

Ketika rasa sakit menyerang, dia akan mengerang kesakitan, sungguh


menyayat hati. Ternyata sebelumnya beliau mengelola sebuah hotel, di dalam hotel
ada restoran yang menyediakan menu daging, sehingga setiap hari ada
pembunuhan. Dia adalah bos, beban hutang nyawa ini tentu saja dibebankan pada
dirinya, sehingga saat menjelang ajal, para makhluk ini tentu saja datang

 
 

mencarinya, dia jatuh sakit dan menderita, melafal Amituofo juga tidak bisa
menyelesaikan masalah.

Lantas saat begini apa gunanya melafal Amituofo? Yakni membantu


meringankan beban karmanya, dosa berat yang dilakukannya, balasannya adalah
saat ajal menderita kesakitan, ini sudah terhitung hukuman ringan, tidak sampai
menghalangi upaya terlahir ke Alam Sukhavati.

Tetapi kalau berharap bisa terlahir ke Alam Sukhavati dengan bebas tanpa
rintangan, maka sekarang janganlah berbuat jahat, lagi pula mesti bertobat atas
karma buruk yang telah pernah dilakukan sebelumnya, kembali ke jalan yang
benar, perbanyak menimbun berkah.

Berkah yang ditimbunnya masih belum mencukupi, sehingga saat menjelang


ajal masih jatuh sakit, saat menjelang ajal apabila bisa terlahir ke Alam Sukhavati
dengan bebas tanpa rintangan, ini membutuhkan pahala yang sedemikian besarnya!

Oleh karena dia belum mendanakan harta kekayaannya secara menyeluruh, dia
cuma mendanakan satu bagian kecil saja dari total harta kekayaannya, andaikata
beliau bersedia mendanakan keseluruhan harta bendanya, seperti diriku ini
(Venerable Ding Hong), tidak perlu menabung di bank, juga tidak butuh harta
benda, seluruhnya didanakan untuk mendukung perkembangan Buddha Dharma,
saya percaya rintangan karma buruknya pasti dapat tereliminasi.

Tetapi di dunia ini beliau juga masih memiliki tanggung jawab terhadap putra-
putrinya, mereka tidak mendalami Ajaran Buddha, cuma ada satu saja yakni putra
sulungnya yang belajar Ajaran Buddha, sehingga beliau mesti meninggalkan
warisan dan membagi secara adil kepada putra-putrinya, ini merupakan aturan di
dunia ini, meskipun demikian, berkah yang ditimbun beliau hanyalah secuil saja.

 
 

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Tanya Jawab Belajar Ajaran Buddha

Serial ke-4

Tanggal : 3 Mei 2012

Bertempat di : Tokyo Jepang

 
 
 
 

 
 

111.  Melafal Amituofo pasti terlahir ke Alam Sukhavati

Dimana letak keunggulan dari Pintu Dharma Tanah Suci? Yakni mencapai
Anutpattika-dharma-ksanti, setelah terlahir di Alam Sukhavati, anda mencapai
ketidakmunduran.

Di Alam Manusia ini untuk mencapai Anutpattika-dharma-ksanti merupakan


hal yang sulit, bukan hanya sulit melepaskan kemelekatan, lihat saja keadaan
masyarakat yang begitu tercemar, anda ingin melatih secuil kesucian hati saja
begitu sulit, seperti apa yang disebut sebagai maju selangkah mundur sembilan
langkah. Jodoh yang membuat kemerosotan batin itu begitu banyak.

Surangama Sutra menyebutkan, praktisi yang kehilangan pikiran benar, akan


jatuh ke dalam kelompok sesat, begitu kehilangan pikiran benar, langsung
dikendalikan Mara.

Dimanakah Mara? Segala bentuk gemerlapan duniawi adalah Mara, keadaan di


luar sedang menggodamu, sementara di dalam diri, api klesa (kekotoran batin)
sedang berkobar, menurutmu apakah di dunia ini anda bisa mencapai
ketidakmunduran? Mustahil.

Maka itu, walaupun rintangan karma itu berat, juga bukan masalah, asalkan
melafal Amituofo pasti bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Penjelasan Sederhana Sutra Usia Tanpa Batas

Serial ke-2

 
 

Tanggal : 9 Juni 2012

Bertempat di : Vihara Yuan Ming, Hong Kong

Kode Artikel : 57-089-0002

 
 
 
 

112.  Bagaimana cara membantu sanak saudara yang menderita sakit?

Anda harus membangkitkan Bodhicitta, melafal Amituofo, begini pula cara


Puteri Brahmana (masa kehidupan lampau dari Bodhisattva Ksitigarbha)
membantu ibundanya, sungguh efektif. Apabila anda tidak membangkitkan
Bodhicitta, cuma melafal Amituofo saja, maka hasilnya tidak terlalu efektif,
mengapa demikian?

Oleh karena hati anda yang melafal Amituofo itu tidak terjalin dengan Hati
Buddha Amitabha, hatimu merupakan kemelekatan pada ayahbundamu,
mengharapkan kesembuhan ayahbunda sendiri, anda melafal Amituofo demi
tujuan ini.

Memang betul, anda begitu berbakti, tetapi anda tidak membangkitkan


Bodhicitta, hanya memikirkan bagaimana cara memberi manfaat bagi sanak
keluarga sendiri, hati yang sempit, jasa kebajikannya juga kecil, kekuatan
pemberkatan juga lemah.

Apabila anda membangkitkan Bodhicitta, serupa dengan Puteri Brahmana,


demi ibundanya membangkitkan Tekad Bodhicitta, setelah berhasil
menyelamatkan semua makhluk, barulah bersedia mencapai KeBuddhaan. Dengan
demikian ibundanya bukan hanya terlahir di Surga bahkan juga bisa terlahir di
Alam Sukhavati di penjuru barat.

Ibunda dari Putri Jyotinetra (masa kehidupan lampau dari Bodhisattva


Ksitigarbha) juga dengan cara sedemikian rupa sehingga berhasil terlahir di Alam
Sukhavati, ibunda Putri Jyotinetra jatuh ke Neraka, Putri Jyotinetra juga
mengandalkan metode pelafalan nama Buddha, memberi persembahan kepada
Triratna, melimpahkan jasa kebajikan kepada ibundanya sehingga ibundanya
berhasil terselamatkan.

 
 

Kemudian Putri Jyotinetra membangkitkan Bodhicitta, setelah berhasil


menyelamatkan semua makhluk barulah bersedia mencapai KeBuddhaan, lihatlah
akhirnya ibundanya berhasil terlahir di Negeri Buddha Amitabha, yakni Alam
Sukhavati di penjuru barat, bahkan mencapai KeBuddhaan di Alam Sukhavati.

Ibunda Putri Jyotinetra juga hadir dalam Persamuan Ksitigarbha Sutra, yakni
Bodhisattva Vimuktika, yang merupakan Bodhisattva Calon Buddha. Siapakah
Bodhisattva Vimuktika? Di dalam “Sutra Usia Tanpa Batas” Bab ke-2, disebutkan
tentang 16 Bodhisattva yang menghadiri pesamuan, diantaranya ada Bodhisattva
Vimuktika.

Bodhisattva Vimuktika pada masa kehidupan lampauNya merupakan ibunda


dari Putri Jyotinetra, Putri Jyotinetra merupakan masa kehidupan lampau dari
Bodhisattva Ksitigarbha. Oleh karena tekad yang diikrarkan oleh Putri Jyotinetra,
akhirnya ibundanya berhasil terlahir di Negeri Buddha Amitabha.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-171

Tanggal : 2 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

 
 

113.  Berapa banyak harta kekayaan yang dimiliki sudah ditentukan di dalam
garis hidup, bagaimana kalau tidak bekerja, apakah juga bisa memperoleh
penghasilan?

Harta kekayaan yang dimiliki merupakan buah akibat dari berdana pada masa
kehidupan lampau. Bila anda pergi meramal nasib, maka peramal akan
menemukan bahwa di dalam garis hidupmu ada sejumlah harta kekayaan, padahal
sesungguhnya kekayaan itu merupakan hasil dari berdana di masa kehidupan
lampau.

Berdana di masa kehidupan lampau merupakan benih sebab, untuk


menghasilkan buah akibat dibutuhkan faktor pendukung/jodoh. Yang disebut
sebagai jodoh itu adalah bekerja, jadi anda harus memiliki faktor pendukung
barulah bisa memetik buahnya.

Andaikata ada benih sebab tetapi tidak ada jodoh/faktor pendukung, maka
takkan bisa menghasilkan buah akibatnya, jadi kalau anda menganggur dan malas
bekerja, maka jodoh itu tidak ada, mana mungkin bisa menghasilkan buah akibat.

Tetapi benih sebab ini tetap bertahan, oleh karena tidak ada jodoh, jadi
sekarang masih belum berbuah. Suatu saat ketika bertemu dengan faktor
pendukung, maka benih ini tetap akan berbuah. Jadi harta kekayaan yang ada di
garis hidup anda takkan hilang.

Apabila anda bekerja, jika di dalam garis hidup ada harta kekayaan, maka
dengan sendirinya anda bisa mendapatkan laba, oleh karena benih sebab ditambah
faktor pendukung menghasilkan buah akibat. Tak peduli bisnis apapun yang anda
jalani, apa yang seharusnya ada di dalam garis hidupmu, maka pasti bisa anda
peroleh.

 
 

Tetapi bisnis itu harus yang halal, dengan mata pencaharian yang benar takkan
menciptakan karma buruk, seiring anda memperoleh harta kekayaan yang ada di
dalam garis hidup, bersamaan itu pula anda takkan menciptakan karma buruk,
sehingga takkan mengurangi pahala.

Sebaliknya apabila anda menggeluti bisnis tidak halal, harta kekayaan yang
ada di dalam garis hidup masih bisa diperoleh, tetapi sudah dipotong atau
menyusut, bukan hanya ini saja, bahkan kelak setelah meninggal dunia menjalani
siksaan di tiga alam rendah.

Fakta Hukum Sebab Akibat ini mesti kita renungi dengan seksama,
mengetahui dengan jelas bidang pekerjaan mana yang akan kita pilih, yang
merupakan jalan hidup kita.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-182

Tanggal : 25 Agustus 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 

114.  Bagaimana cara menghadapi godaan Mara?

Diri sendiri mesti giat melatih diri, bertobat, melimpahkan jasa untuk
mengurainya. Setiap praktisi pasti akan melewati godaan Mara. Serupa dengan
Buddha Sakyamuni sebelum mencapai KeBuddhaan, harus melewati cobaan dari
Raja Mara Papman.

Apabila dapat melewati rintangan ini maka anda telah berhasil, sebaliknya bila
tidak lolos dalam ujian tersebut, maka terus berputar di enam alam tumimbal lahir.

Menghadapi godaan Mara, kita tidak boleh menggunakan sikap melawan dan
menggunakan hati yang penuh amarah atau kebencian, oleh karena ini hanya akan
memperberat karma buruk, selamanya takkan bisa mengurai ikatan permusuhan
dengan musuh kerabat penagih hutang.

Lantas apa yang harus kita lakukan? Saat kondisi tidak menyenangkan muncul
di hadapan, terimalah dengan ikhlas, jadi walaupun godaan Mara muncul namun
kita tetap melanjutkan belajar dan pelatihan diri kita, takkan mundur dan berhenti.

Apabila merasa sangat capek maka istirahatlah, selesai istirahat lanjutkan lagi
melatih diri, takkan mundur hatinya, dengan demikian godaan Mara akan kian
ringan dan akhirnya anda berhasil melewati rintangan ini, karma buruk juga ikut
tereliminasi.

Seperti dalam legenda “Kisah Perjalanan ke Barat”, konon Bhiksu Tang harus
melewati rintangan sebanyak 81 cobaan, menunjukkan bahwa dalam perjalanan
melatih diri bukanlah lancar selalu, harus menaklukkan godaan Mara, barulah anda
bisa berhasil.

 
 

Jadi cara yang paling efektif untuk menaklukkan godaan Mara adalah giat
melatih diri, siang malam melafal Amitufo berkesinambungan tak terputus, dengan
demikian godaan Mara apapun juga bisa anda urai.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-135

Tanggal : 19 Januari 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

115. Bagaimana cara untuk menemukan kembali ketulusan hati sendiri?

Kalau ketulusan hati tidak sanggup dibangkitkan keluar, maka terlebih dulu
melatih kesucian hati, setelah pikiran jadi tenang dan jernih, dengan sendirinya
juga tulus, bila di pikiran terdapat banyak bentuk-bentuk pikiran, maka tidak bisa
tulus.

Bagaimana caranya melatih kesucian hati? Cara terbaik adalah melafal


Amituofo. Melafal Amituofo dapat dilakukan dalam segala aktivitas, baik berjalan,
berdiri, duduk dan berbaring, begitu teringat langsung melafal Amituofo,
Amituofo...

Kadang kala kita bisa saja lupa, jadi kapan saja teringat langsung melafalnya,
jangan putus asa, jangan malas dan mundur hatinya. Setiap orang memiliki
rintangan karma masing-masing. Apa yang dimaksud dengan rintangan karma?
Bentuk-bentuk pikiran yang banyak, inilah rintangan karma. Cara apa yang paling
efektif untuk menghapus rintangan karma? Melafal Amituofo.

Saat permulaan melafal Amituofo, baru melafal beberapa patah saja khayalan
sudah bermunculan, tidak sanggup meredakannya, lantas bagaimana? Teruslah
berusaha, janganlah berputus asa, teguhkan hati, melafal Amituofo
berkesinambungan tak terputus.

Apa yang selama ini asing kita jadikan akrab dengan diri kita, apa yang selama
ini akrab kita jadikan asing dengan diri kita. Ternyata selama ini mengkhayal telah
menjadi kebiasaan yang begitu akrab dengan diri kita. Walaupun anda tidak
menghendakinya namun khayalan masih saja bermunculan, sudah begitu akrab,
sementara itu lafalan Amituofo justru asing bagi kita, sering melupakannya.

 
 

Sekarang apa yang asing harus kita jadikan akrab, sebaliknya yang sudah
akrab harus kita jadikan asing. Asalkan hatimu teguh pasti bisa mencapai
kemajuan batin. Namun janganlah menanti-nanti kapan kemajuan batin tersebut
bisa diperoleh, janganlah berandai-andai, begitu anda berandai-andai muncul lagi
khayalan.

Asalkan setiap hari hanya tahu melafal Amituofo dengan setulus hati, begitu
teringat langsung melafalnya berkesinambungan, usahakan perbanyak waktu
melafal Amituofo, menggunakan lafalan Amituofo untuk menggantikan khayalan
sehingga bentuk-bentuk pikiran dengan sendirinya akan reda.

Berlatihlah dengan penuh kesabaran, perlahan-lahan suatu hari pasti berhasil.


Master Chin Kung berkata kalau anda memang melakukannya dengan bersungguh-
sungguh, dalam tempo setengah tahun saja sudah kelihatan hasilnya, anda sudah
berhasil menaklukkan khayalan; dalam tempo setahun saja ketrampilan melatih diri
sudah jadi mahir.

Dalam tempo setahun saja anda sudah berhasil mengakhiri samsara, keluar
dari lingkaran tumimbal lahir! Kenapa tidak melakukannya? Pintu Dharma ini
merupakan cara yang paling cepat. Setelah memikirkannya dengan jelas, maka
harus menempatkan kegiatan melafal Amituofo sebagai urusan yang paling penting
dalam kehidupan kita.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-108

Tanggal : 24 Juli 2011

 
 

116. Bagaimana cara bertobat barulah efektif ?

Praktisi yang serius belajar akan menemukan ternyata diri sendiri pernah
melakukan banyak kesalahan pada waktu silam. Demikian pula dengan diriku
sendiri, menyadari bahwa waktu dulu melakukan banyak karma buruk, baik
sengaja maupun tidak disengaja, yang dikarenakan Avidya (kegelapan
batin/ketidaktahuan) dan sesat. Kini setelah belajar Ajaran Buddha, menyadari
bahwa dosa yang diperbuat itu bisa mengantar diri kita jatuh ke Neraka, makanya
harus bertobat.

Lantas bagaimana caranya bertobat? Apakah setiap hari berkeluh kesah di


hadapan Buddha dan Bodhisattva menceritakan dosa yang pernah diperbuat, lalu
meminta seseorang untuk mendengarkan penuturan butir-butir dosa yang pernah
kita perbuat, alias pertobatan terbuka, lalu terus diulang-ulang seakan-akan takut
terlupakan, apakah begini yang disebut sebagai bertobat? Belum tentu.

Apa yang disebut sebagai pertobatan? Takkan mengulangi melakukannya lagi


disebut sebagai pertobatan, bukan saja tubuh tidak mengulanginya lagi, tetapi
mulut juga takkan mengucapkannya lagi, pikiran juga takkan memikirkannya lagi.
Dengan demikian tindakan, ucapan dan pikiran barulah kembali suci, inilah yang
disebut pertobatan.

Andaikata saya sering mengulang mengisahkan pada Buddha tentang


kesalahan yang pernah kuperbuat, lalu diingat-ingat terus di pikiran, makin diingat
kesannya makin mendalam. Lihatlah, tempo dulu cuma tubuh jasmani yang
melakukan dosa, sekarang malah bertambah lagi, mulut juga melakukan dosa dan
pikiran juga ikut melakukan dosa. Sekarang beban dosa yang harus dipikul malah
bertambah berat, mana bisa tereliminasi. Ini bukan lagi disebut bertobat.

Jadi, apa yang disebut bertobat? Dosa waktu silam, selanjutnya takkan diulangi
lagi, tubuh takkan melakukannya, mulut takkan mengungkit-ungkit lagi, pikiran
 
 

takkan memikirkannya lagi, segala kenangan tersebut harus dihapus bersih-bersih,


kembali pada hati yang suci.

Lantas apa yang harus kita lakukan? Begitu niat pikiran muncul langsung
melafal Amituofo, menggantikan dosa tersebut dengan lafalan Amituofo, di dalam
hati cuma diisi Amituofo, tidak mengisi dosa, di batinmu tidak ada dosa tersebut,
inilah yang dimaksud dengan bertobat.

Janganlah menjadikan dosa itu jadi jejak di hati. Banyak orang yang setelah
melakukan karma buruk, kemudian hati nuraninya muncul dan jadi tidak tenang,
begitu menyesalinya dan terus menerus menyalahkan diri sendiri, ini juga orang
baik, tetapi hatinya tidak bisa suci, dia tidak mengeliminasi rintangan karmanya,
menyesali dan menyalahkan diri sendiri bukanlah bertobat.

Bertobat adalah mengembalikan kesucian tubuh, mulut dan pikiran, sama


sekali tidak tercemar, inilah yang dimaksud dengan bertobat. Untuk selanjutnya
membuka lembaran kehidupan yang baru.

Maka itu harus tahu bagaimana mengendalikan pikiran sendiri, hanya


mengingat dan melafal Amituofo, dengan demikian barulah dapat membawa serta
karma terlahir ke Alam Sukhavati.

Benih karma buruk yang pernah diperbuat tertanam di dalam Alaya-vijnana


(gudang kesadaran), tetapi saya takkan membiarkannya bertunas dan berbuah, bila
anda memikirkannya berarti anda membiarkannya bersemi. Jadi jangan
memikirkannya, tapi lafallah Amituofo, inilah yang dimaksud bertobat yang
sesungguhnya.

 
 

Jadi, cara bertobat yang bagaimana barulah efektif ? Melafal Amituofo sampai
hati jadi suci dan ketrampilan melatih diri jadi mahir, semua rintangan karma jadi
terhapus. Mengapa demikian? Dia takkan menghalangi upayamu terlahir ke Alam
Sukhavati, anda yakin bisa terlahir ke Alam Sukhavati, anda juga yakin saat
menjelang ajal Buddha Amitabha pasti datang menjemput, anda juga yakin bahwa
saat menjelang ajal lafalan Amituofo dapat berkesinambungan tak terputus,
membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, bukankah serupa dengan
rintangan karma telah tereliminasi?

Maka itu dalam waktu keseharian kita harus mengamati ketrampilan melatih
diri sendiri, apakah tabiat buruk masih bermunculan, apabila tabiat masih saja
bermunculan, berarti bertobatnya masih belum menyeluruh, maka harus lebih giat
lagi melafal Amituofo.

Tabiat yang selalu muncul tersebut tak lain adalah lobha (serakah) dan dosa
(kebencian). Dalam keadaan yang menyenangkan timbul lobha (keserakahan),
ketika melihat benda yang disukai jadi kegirangan, ingin memilikinya; dalam
keadaan yang tidak menyenangkan, mudah timbul dosa (kebencian), tidak suka,
amarah, berseteru, emosional.

Semua niat pikiran ini merupakan rintangan besar bagi upaya terlahir ke Alam
Sukhavati, janganlah berpikir bahwa sekarang saya sudah memahami teorinya
maka itu saya membangkitkan keyakinan mendalam dan tekad menyeluruh,
dengan demikian pasti bisa terlahir ke Alam Sukhavati, belum tentu.

Praktisi yang membangkitkan keyakinan mendalam dan tekad menyeluruh,


klesa (kekotoran batin)-nya adalah sudah begitu ringan, mungkin kadang kala
masih bisa kumat amarahnya, tetapi begitu kumat dia segera bertobat dan hatinya
kembali sejuk. Jadi begitu kumat langsung menyadarinya. Dia tahu bahwa niat
pikiran buruk ini tidak terjalin dengan Alam Sukhavati, tidak boleh membiarkan

 
 

niat pikiran buruk ini berkelanjutan, maka itu segera menggantikannya dengan
lafalan Amituofo. Praktisi begini barulah benar-benar memiliki keyakinan dan
tekad, dia membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, segala hal yang
menghalangi upayanya terlahir ke Alam Sukhavati akan dienyahkan jauh-jauh,
begini barulah namanya tekadnya sudah bulat untuk terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati.

Ini merupakan bentuk keseriusan kita mengamati hati sendiri dalam waktu
keseharian, jangan sampai timbul keangkuhan menganggap ketrampilan melatih
diri sendiri sudah sampai tahap mahir, pasti berhasil terlahir ke Alam Sukhavati,
sampai tiba waktunya ternyata gagal pula. Ini bukan permainan anak-anak, tapi
merupakan urusan terbesar dalam kehidupan manusia yakni masalah kelahiran dan
kematian, mesti begitu bermawas diri, begitu berhati-hati.

Kita mesti rajin melafal Amituofo hingga trampil, bagaimana baru bisa
disebut sudah trampil? Yakni di dalam hati kita cuma ada lafalan Amituofo
sehingga bentuk-bentuk pikiran lainnya tidak memiliki peluang untuk beraksi, kita
harus giat berusaha menuju pada pencapaian ini.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-175

Tanggal : 18 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

117.  Bagaimana yang disebut sebagai mencuri barang Sangha?

Mencuri barang persembahan dari sepuluh penjuru, merupakan dosa yang


sangat berat, oleh karena vihara dibangun atas dana yang berasal dari sepuluh
penjuru, benda-benda yang ada didalamnya disebut sebagai barang milik sepuluh
penjuru.

Tetapi vihara milik sepuluh penjuru pada masa sekarang ini sudah sulit
ditemukan, kebanyakan adalah kepunyaan anak cucu, orang asing dilarang
menginap di sana, jadi sudah sulit ditemukan.

Seorang kepala vihara harus memiliki hati yang sangat lapang, bahkan
merupakan praktisi senior, barulah dia bisa memimpin vihara milik sepuluh
penjuru. Kalau bukan vihara milik sepuluh penjuru, maka benda-benda yang ada di
dalamnya tidak bisa disebut sebagai barang milik sepuluh penjuru.

Ada lagi sejenis vihara, walaupun bukan milik sepuluh penjuru, tetapi di
dalamnya terdapat praktisi sejati, kalau mencuri barang milik vihara begini
dosanya tentu berat, namun tidak terlalu berat bila dibandingkan dengan mencuri
barang milik sepuluh penjuru. Dosa ini masih bisa dipertobatkan.

Bagaimana cara bertobat? Sucikan hati dan pikiran, tidak mengulangi


kesalahan lagi. Bukan hanya tubuh jasmani tidak mengulangi perbuatan tersebut,
namun mulut takkan mengungkit-ungkit lagi dan pikiran takkan mengenangnya
lagi, baik tindakan, ucapan dan pikiran jadi tersucikan, inilah yang disebut sebagai
pertobatan yang sesungguhnya.

 
 

Kita gunakan saja metode melafal Amituofo, ketika niat pikiran muncul segera
melafal Amituofo, menghapus bayang-bayang masa silam dengan lafalan
Amituofo, takkan sudi mengenangnya lagi.

Masa silam memang telah berbuat salah, untuk selanjutnya berjanji takkan
mengulangi kesalahan lagi, sekarang menfokuskan pikiran melafal Amituofo, di
dalam hati hanya ditaruh lafalan Amituofo saja, yang lainnya tidak ada lagi,
dengan demikian barulah dosa bisa dihapus.

Sampai saat menjelang ajal, Buddha Amitabha datang menjemputmu,


berapapun berat dosamu, Buddha Amitabha juga tetap datang menjemputmu,
inilah yang disebut dengan membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati,
yang dimaksud di sini adalah karma lama dan bukan karma baru.

Bila saat menjelang ajal anda masih mengenang dosa-dosa yang pernah anda
lakukan, “Waktu silam saya banyak berbuat jahat, entah bisa terlahir ke Alam
Sukhavati atau tidak ya?” Begitu anda berpikir sedemikian rupa, maka gagallah
upaya anda terlahir ke Alam Sukhavati. Apa alasannya? Oleh karena anda mengisi
hatimu dengan dosa-dosa, bukannya menaruh Buddha Amitabha di dalamnya.
Kebenaran ini mesti dipahami.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-173

Tanggal : 10 Juli 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

118.  Ada teman yang mengajakku pergi jalan-jalan, belanja, ke bioskop,


apakah boleh menuruti kehendak para makhluk?

Menuruti kehendak para makhluk membutuhkan kebijaksanaan, ketika


menuruti kehendaknya, jangan sampai menimbulkan beban pikiran bagi diri
sendiri.

Dalam menuruti kehendak para makhluk, anda juga bisa sambil


menyelamatkan mereka ke dalam Pintu Buddha, ini juga membutuhkan
kebijaksanaan, tetapi sebagai orang awam, belum tentu kita memiliki
kebijaksanaan yang tinggi untuk menyelamatkan orang lain, lantas bagaimana pula
bila sampai muncul klesa (kekotoran batin)?

Umpamanya anda menemani sahabat anda pergi jalan-jalan sambil belanja,


lantas anda juga jadi loba ingin beli ini dan beli itu. Kalau begini maka anda harus
menarik kembali minat anda jalan-jalan bersama teman, anda tidak boleh menuruti
kehendak para makhluk.

Bukannya anda tidak sudi menuruti kehendak para makhluk, tetapi


ketrampilan melatih diri belum sampai tingkatan mahir, kebijaksanaan juga belum
mencukupi, takutnya apabila menuruti kehendak para makhluk akhirnya malah diri
sendiri yang ditarik dan lupa diri.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-168

Tanggal : 16 Juni 2012

 
 

119.  Kisah Upasaka Huang Jin-xuan terlahir ke Alam Sukhavati

Belakangan ini ada sebuah contoh nyata, saya beruntung bisa ikut membantu
seorang lansia terlahir ke Alam Sukhavati, beliau adalah Upasaka Huang Jin-xuan,
dermawan yang mendukung perkembangan Buddha Dharma di Singapura, tahun
ini berusia 70 sekian tahun. Selama ini beliau memberi dukungan pada Master
Chin Kung ketika memberi ceramah Dharma di Singapura. Bahkan juga memberi
sumbangan pada “Kampus Studi Budaya Han” di Malaysia. Beliau juga
merupakan salah satu anggota dari Dewan Direktur kampus tersebut.

Upasaka Huang Jin-xuan mempunyai dua buah hotel di Singapura, di


Australia juga ada hotelnya, sepertinya di Guangzhou, Tiongkok juga ada.
Bisnisnya amat besar, orangnya baik, sangat berbakti pada ayahbunda, memenuhi
kewajibannya dengan penuh tanggung jawab, rumah tangga yang harmonis.

Saat berusia lanjut mendengar ceramah Master Chin Kung, lalu membulatkan
tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Tetapi dalam mengelola hotel tak terpisah dari menciptakan karma


pembunuhan, menyediakan menu daging, walaupun beliau sudah pensiun dan
menyerahkan bisnisnya kepada putranya, tetapi dia yang mendirikan hotel tersebut.

Hotel itu tidak menyediakan menu vegetarian, oleh karena menyediakan menu
daging sehingga menciptakan karma pembunuhan dan beban karma ini
dilimpahkan pada dirinya. Maka itu saat lanjut usia dia terserang kanker, selama
tiga tahun dia didera siksaan. Sampai akhirnya tanggal 29 Maret beliau meninggal
dunia, yakni bulan lalu, hari ini tanggal 28 Pebruari.

 
 

Pada tanggal 23 Maret, Master Chin Kung mengutusku untuk membesuk


Upasaka Huang Jin-xuan, dia menulis surat pada guru yang memberitahu bahwa
dirinya sudah tak sanggup melanjutkan melafal Amituofo lagi, oleh karena sekujur
tubuh kesakitan, didera siksaan, terhadap upaya terlahir ke Alam Sukhavati, dia
tidak memiliki keyakinan hati lagi.

Guru mengutus diriku ke Singapura untuk menghibur dan memotivasinya, oleh


karena diriku dan dirinya begitu berjodoh, sudah mengenal bertahun-tahun, setiap
kali bersua beliau selalu memberi dukungan padaku. Beliau telah berusia 70 sekian
tahun, di mata beliau saya bagaikan putra kandungnya.

Tempo hari waktu bersua, kami masih membahas tentang kelahiran ke Alam
Sukhavati, saya bilang padanya saat menjelang ajalnya kelak, saya akan
membantunya melafal Amituofo. Beginilah benih ini tertanam, sekarang telah
berbuah, maka itu dalam berbicara hendaknya bermawas diri.

Tentu saja ini merupakan pembicaraan yang baik, tetapi bagaimana bila kata
yang dilontarkan adalah niat buruk? Bisa-bisa jadi kenyataan yang buruk. Lihatlah
tempo hari kami cuma sekedar omong-omong saja, siapa yang menduga bisa jadi
kenyataan.

Sampai di Singapura, tanggal 23 Maret saya membesuknya, begitu melihatku


wajahnya jadi ceria, tapi kalimat pembuka adalah mengeluhkan badannya begitu
kesakitan. Pasien kanker menderita kesakitan di sekujur tubuhnya, siang malam
menjerit kesakitan.

Padahal disampingnya sudah diletakkan mesin pemutar lafalan Amituofo,


namun juga tidak efektif. Keluarganya juga tidak membantunya melafal Amituofo,
bahkan mereka juga belum mendalami Ajaran Buddha, maka itu tidak tahu
membantunya melafal Amituofo.

 
 

Ketika saya membesuknya, dia berkata, “Saya tidak tahu apakah bisa terlahir
ke Alam Sukhavati atau tidak”. Saya langsung menyadari kalau keyakinan hatinya
tidak ada, tanpa keyakinan hati maka tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Master Ouyi berkata : “Berhasil tidaknya seseorang terlahir ke Alam Sukhavati


adalah tergantung pada ada tidaknya keyakinan dan tekad yang dimiliki”, maka itu
saya terpikir hal pertama yang mesti dilakukan adalah memberinya motivasi
supaya membangkitkan keyakinan hati dan membulatkan tekad, harus
membiarkannya teguh tak berubah, dengan demikian barulah bisa memperoleh
pemberkatan dari Buddha Amitabha.

Saya menggenggam tangannya sambil bilang padanya, “Upasaka Huang, guru


menyuruhku datang menjengukmu”. Setelah mendengarnya, dia sangat gembira,
lalu bertanya, “Apakah guru baik-baik saja?”. Saya menjawab, “Guru baik-baik
saja, guru sangat mengkhawatirkan dirimu, khusus mengutusku ke sini untuk
menyampaikan padamu bahwa anda pasti bisa terlahir ke Alam Sukhavati. Setelah
mendengar ucapan ini, matanya jadi berbinar-binar, dalam waktu sekejab
keyakinan hatinya jadi bertambah.

Dia bilang padaku, apakah dia bisa terlahir ke Alam Sukhavati? Saya
menjawab pasti bisa. Saya memotivasinya, lihatlah sepanjang hidup, anda
memenuhi kewajiban di dalam keluarga dengan baik, sungguh merupakan putra
berbudi.

Dia sungguh merupakan orang yang baik, ibundanya juga terlahir ke Alam
Sukhavati, saat menjelang ajal terlebih dulu mengetahui waktunya terlahir ke Alam
Sukhavati, sebelum menghembuskan nafas terakhir, beliau mengatakan, saya akan
terlahir ke Alam Sukhavati, kalian antarlah diriku, kemudian mengambil tasbih dan
melafal Amituofo lalu menutup mata buat selamanya.

 
 

Maka itu lihatlah, di dalam keluarga ada seorang yang terlahir ke Alam
Sukhavati, anak cucunya ikut menikmati pahala. Bisnis Upasaka Huang
berkembang pesat, memiliki beberapa orang putra dan seorang putri, bahkan
menantu perempuannya juga begitu berbakti, sekeluarga hidup berdampingan
secara harmonis. Ibundanya terlahir ke Alam Sukhavati, jasa kebajikan ini sungguh
besar, sungguh merupakan “Satu orang berhasil melatih diri, sembilan generasi
naik ke Surga”, keluarganya ikut menikmati pahala berlimpah tersebut.

Saya bilang padanya, lihatlah sepanjang hidup anda begitu berbakti pada
ayahbunda, memenuhi kewajiban di dalam keluarga dengan baik, jujur, setelah
belajar Ajaran Buddha mendukung perkembangan Buddha Dharma, sekarang anda
membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, bagaimana mungkin Buddha
Amitabha takkan datang menjemputmu? Anda harus yakin Buddha Amitabha pasti
datang menjemput.

Kemudian Upasaka Huang membulatkan tekad. Saya melanjutkan


memberinya motivasi, asalkan anda membulatkan tekad terlahir ke Alam
Sukhavati, Buddha Amitabha pasti datang menjemputmu. Jangan ada keraguan dan
kekhawatiran, sekarang yang harus anda lakukan adalah melafal Amituofo dengan
setulus hati, menanti kedatangan Buddha Amitabha.

Lalu saya bertanya padanya, apakah dia sudah melepaskan segala kemelekatan?
Dia menjawab, sejak awal saya telah membuat surat warisan, oleh karena dia
menderita penyakit sudah tiga tahun lamanya, begitu divonis menderita kanker
sudah sampai stadium akhir, dia langsung membuat surat warisan, menyerahkan
semua urusan kepada putra-putrinya.

Saya dapat menduga bahwa dia telah melepaskan kemelekatan pada


keluarganya, satu-satunya yang belum bisa dilepaskan adalah tubuh jasmaninya.
Dia berkata tubuhnya amat kesakitan, tidak sanggup melafal Amituofo, saya segera
menyadari bahwa dia masih belum bisa melepaskan kemelekatan pada tubuh
jasmaninya.

 
 

Putra-putrinya mengatakan padaku, Upasaka Huang pernah bilang, lihatlah


Upasika Liu Su-yun, penderita penyakit “Lupus erythematosus” stadium akhir,
melafal Amituofo dan sembuh, Upasaka Huang juga ingin menirunya, masih
belum melepaskan niat yang ingin sembuh dan bertahan hidup.

Padahal Upasika Liu Su-yun sama sekali tidak memiliki niat yang ingin
sembuh dan bertahan hidup, namun membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati,
orang yang telah melepaskan kemelekatan pada dunia ini justru penyakitnya
mudah sembuh.

Asalkan dia masih berjodoh dengan makhluk di dunia ini, maka Buddha
Amitabha akan membiarkannya hidup lebih lama di dunia ini, jadi bukan atas
kehendak sendiri tinggal lebih lama di dunia ini.

Jadi Upasaka Huang sudah salah paham, dia berpikir asalkan saya masih
berniat tinggal lebih lama di dunia ini, maka Buddha Amitabha juga akan
mengabulkannya. Anda masih berniat tinggal lebih lama berarti anda tidak punya
niat terlahir ke Alam Sukhavati, tujuan anda dan Upasika Liu Su-yun sudah tidak
sama lagi.

Upasika Liu Su-yun membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, hanya


saja karena masih ada misi sehingga menetap di dunia ini. Lain halnya apabila
jatuh sakit dan tidak sudi terlahir ke Alam Sukhavati, maka hanya bisa pasrah
mengikuti kekuatan karma yang mengerikan.

Master Yin Guang menasehati para praktisi untuk senantiasa menempel aksara
“Mati” di atas kening, “Praktisi hendaknya tidak melupakan aksara ini, dengan
sendirinya pelatihan diri bisa berhasil”.

 
 

Seorang praktisi hendaknya tidak takut pada kematian. Orang yang takut mati
cepat lambat juga harus menjalani kematian. Orang Hong Kong paling pantang
menyinggung kata “Mati”, lihat saja lift tidak ada angka “4”, oleh karena dalam
Bahasa Kanton, bunyi angka “4 (sei)” serupa dengan bunyi aksara “Mati (sei)”.

Lain halnya dengan guru kita, Master Chin Kung, mobil kampus Pureland
Learning di Australia, nomor platnya adalah 444, nomor teleponnya di
belakangnya adalah 7444, angka 7 bagi orang Hong Kong juga angka buruk, guru
malah memakai angka begini.

Guru merupakan praktisi, beliau tidak takut pada kematian, bagi seorang
praktisi kematian justru merupakan pembebasan, kenapa harus takut mati?

Maka itu menjelang keberangkatanku ke Jepang, banyak orang yang


menasehatiku agar berhati-hati, saya bilang tak perlu takut, saya juga ingin lebih
cepat perginya, Buddha Amitabha lebih awal datang menjemputku, bukankah ini
hal yang baik?

Jadi apakah masih perlu menghindari bencana? Tak perlu. Apabila ajalmu
belum sampai, anda tinggal di dunia ini karena ada misi, Buddha Amitabha akan
menjagamu, melindungimu, anda sendiri tak perlu risau.

Lain halnya pula kalau ingin tinggal lebih lama di dunia ini atas kehendak
sendiri, memikirkan segala cara supaya panjang umur, maka Buddha Amitabha
juga ogah mengurusimu lagi, anda sendiri sudah begitu pintar mengurusi diri
sendiri, Buddha Amitabha juga tidak perlu sibuk membuat pengaturan lagi buat
dirimu.

 
 

Kalau anda sendiri tidak membuat pengaturan bagi diri sendiri, maka Buddha
Amitabha akan datang mengatur apa yang terbaik buat dirimu, Buddha Amitabha
akan menjaga dan melindungimu, jangan sampai ada yang kekurangan, betul tidak?

Lihatlah anda menggunakan sikap begini, segala sesuatu menuruti jodoh dan
menerima apa adanya, pergi atau tinggal, biarlah Buddha Amitabha yang
mengaturnya, betapa bagusnya!

Saya melihat Upasaka Huang ingin bertahan hidup di dunia ini, lalu saya
katakan padanya, hidup di dunia ini begitu sengsara, lihatlah pahala anda begitu
besar tapi masih didera siksaan penyakit, enam alam tumimbal lahir begitu
sengsara, cepatlah bulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati.

Tubuh anda sekarang didera kesakitan, sampai di Alam Sukhavati berganti


dengan tubuh Vajra Narayana yang kokoh dan takkan rusak, mana ada menderita
kesakitan lagi? Saat itu anda telah menjadi Bodhisattva Avaivartika, bertekad
datang kembali ke dunia ini menyelamatkan para makhluk, anda sudah
memperoleh pembebasan.

Setelah mendengarnya, dia menganggukkan kepala, berkata, saya juga sangat


ingin ke Alam Sukhavati. Terakhir saya bilang padanya, kalau ingin ke sana,
marilah kita sekarang melafal Amituofo bersama, dia bilang baik.

Kami mulai melafal Amituofo bersama, saya memukul Yinqing (alat kebaktian)
menuntunnya melafal Amituofo, inilah yang disebut sebagai Zhunian (membantu
pasien melafal Amituofo). Oleh karena saat menjelang ajal, kekuatan fokus pasien
amat lemah, mesti ada orang yang datang membantunya supaya mempertahankan
pikiran benar.

 
 

Saat itu tubuhnya didera kesakitan, diri sendiri juga tidak mampu
mengendalikan diri sendiri, membutuhkan orang lain datang membantu, maka itu
apabila anda datang melakukan Zhunian, jasa kebajikan ini sungguh tak terhingga.

Coba bayangkan, dapat membantu seseorang lahir ke Alam Sukhavati, jasa


kebajikan ini terlampau besar, sampai di Alam Sukhavati dia mencapai
KeBuddhaan, anda telah membantu seseorang menjadi Buddha, lihatlah, mana ada
lagi jasa kebajikan yang lebih besar daripada yang satu ini?

Maka itu saya suka mengikuti kegiatan Zhunian, membantu orang lain juga
membantu diri sendiri, setelah terbiasa melihat orang lain menjelang ajal, sampai
giliran sendiri juga tidak takut lagi.

Saya menemani Upasaka Huang melafal Amituofo, ketika dia merasa


kesakitan, saya memotivasinya, lafallah dengan suara keras, makin sakit makin
semangat lafalnya, jangan pikirkan rasa sakitnya, tapi pikirkanlah Buddha
Amitabha, dengan demikian takkan merasa sakit lagi.

Saat begini janganlah sesekali mengatakan, rintangan karma anda begitu berat,
masih tidak mau melafal Amituofo ya? Jangan mengatakan perkataan yang begitu
kejam tak berperasaan, ini malah bisa membuatnya terpukul.

Anda harus memberinya motivasi, anda memiliki akar kebajikan yang tebal,
jasa kebajikanmu sangat besar, sekarang anda melafal Amituofo pasti memperoleh
pemberkatan dari Buddha Amitabha, anda mesti mengucapkan kata positif, supaya
setelah mendengarnya dia jadi bersukacita dan bersemangat.

Dia meneruskan melafal Amituofo hingga akhirnya melupakan rasa sakitnya.


Sesungguhnya rasa sakit juga merupakan khayalan semu, perhatian anda tertumpu

 
 

pada tubuh jasmani anda, maka itu bisa merasakan kesakitan, sekarang dia tertidur
dan tidak merasa sakit lagi, apa alasannya? Oleh karena perhatiannya tidak
tertumpu lagi pada tubuh jasmani makanya tidak merasa sakit lagi.

Saat melafal Amituofo, pikiran anda terfokus pada lafalan Amituofo, sehingga
melupakan rasa sakit. Maka itu selanjutnya beliau melafal Amituofo, sejak pukul 9
pagi mulai melafal hingga pukul 2 siang, saya lihat keadaannya kian lumayan.

Oleh karena guru menyuruhku datang ke Singapura untuk memberi motivasi


pada Upasaka Huang, esok harinya sudah harus pamit. Sebelum berangkat pulang
pada sore hari, saya bertanya pada Upasaka Huang, apakah sekarang anda telah
memiliki keyakinan hati terlahir ke Alam Sukhavati? Beliau menganggukkan
kepala dan berkata, sekarang saya begitu memiliki keyakinan hati!

Lihatlah, keyakinan hati ini muncul dari motivasi yang anda berikan. Saya
bertanya lagi, apakah anda sekarang masih ada kekhawatiran? Dia menjawab
sudah tidak ada kekhawatiran lagi, cuma berharap Buddha Amitabha segera datang
menjemputnya. Saya melihat kondisinya ini sudah bagus, kemudian pamit padanya.

Saya berpesan padanya agar tidak lupa melafal Amituofo, jangan karena saya
tidak berada di sisi anda, maka anda tidak melafal lagi. Saat itu saya sedang
bersiap-siap menghadiri upacara kebaktian Cheng Beng yang diadakan di Hong
Kong, yang dihadiri 12 ribu umat Buddha, saya bilang pada Upasaka Huang, saya
ditugaskan di sana, usai dari sana, saya akan kembali lagi menjenguknya. Dia
menganggukkan kepala, bahkan beranjali mengantar kepergianku.

Upasaka Huang melafal Amituofo dari tanggal 23 sampai 27 Maret, selama 4


hari, akhirnya berkata pada keluarganya, Buddha Amitabha datang
memberitahukan dirinya, dua hari lagi datang menjemputnya terlahir ke Alam
Sukhavati. Bahkan menunjukkan angka 2 dengan jarinya, takut keluarganya tidak
jelas maksudnya.

 
 

Sejak sore hingga malam hari dia mengulangi menyampaikan hal ini sampai
tiga kali berturut-turut, mengatakan bahwa dua hari lagi Buddha Amitabha datang
menjemputnya. Kemudian dia menyuruh keluarganya mengeluarkan rupang
Buddha yang disukainya, meletakkan di hadapan tempat tidurnya.

Dua hari kemudian, tanggal 29 Maret, siang hari, dia berkata pada keluarganya
agar segera mengganti alas kasurnya, membantunya membersihkan diri, mengganti
pakaian, bersiap-siap bersua dengan Buddha Amitabha.

Oleh karena waktu itu keluarganya masih belum mendalami Ajaran Buddha
sehingga tidak terlalu menanggapi serius ucapan Upasaka Huang, tetapi semua
permintaannya dipenuhi saja, dia minta keluarganya melafal Amituofo, maka
keluarganya melafal saja untuknya, tidak berapa lama kemudian, diiringi suara
lafalan Amituofo, Upasaka Huang menghembuskan nafas terakhir.

Setelah 8 jam kepergiannya, barulah saya mendarat di Singapura, saya


memujinya, menantu perempuannya menceritakan secara lengkap kejadian
tersebut, saya memuji Upasaka Huang sungguh hebat, tidak sia-sia belajar Ajaran
Buddha, bersua dengan Master Chin Kung dan Pintu Dharma Tanah Suci, dalam
satu kehidupan mencapai KeBuddhaan.

Buddha Amitabha terlebih dulu datang menyampaikan info padanya, ini pasti
nyata adanya, terlebih dulu mengetahui kapan waktunya terlahir ke Alam
Sukhavati, dua hari sebelumnya.

Maka itu lihatlah, rintangan karmanya begitu berat, ketrampilan melafal


Amituofo begitu jelek, saat menjelang ajal tidak sanggup melafal Amituofo,
bahkan hatinya juga goyah.

 
 

Hatinya goyah oleh karena didera kesakitan, makanya tidak sanggup melafal
Amituofo. Tetapi asalkan pada waktu begini ada kalyanamitra yang datang
membantunya membangkitkan pikiran benar, menyalakan keyakinan dan tekadnya,
maka keyakinan dan tekad ini akan mengundang pemberkatan dari Buddha
Amitabha, asalkan dia dapat melafal Amituofo maka cahaya Buddha akan
meneranginya, mengeliminasi rintangan karmanya.

Saat itu dia melafal Amituofo dengan setulus hati, setiap lafalannya dapat
mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat samsara. Lihatlah saat menjelang ajalnya,
Buddha Amitabha datang menjemputnya, memberkati agar pikirannya tidak goyah,
saat itu dia mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan.

Ketika saya menyampaikan laporan ini kepada guru, hadir pula Upasika Hu
Nini, setelah mendengarnya begitu bersukacita, beliau bilang kalau Upasaka
Huang bisa, saya juga pasti bisa, sekarang saya lebih memiliki keyakinan hati lagi.

Betul, kita mesti memiliki keyakinan hati untuk berhasil, jangan sampai ada
keraguan sama sekali, setiap orang pasti bisa mewujudkannya.

 
 
 
 
 

 
 

120.  Bagaimana cara membedakan hati yang melekat pada cinta dan hati
yang tanpa perasaan cinta?

Kemelekatan pada cinta dan tanpa perasaan cinta merupakan dua hal yang jauh
berbeda. Orang yang tidak punya perasaan cinta adalah berdarah dingin,
mementingkan diri sendiri, tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain, ini
adalah orang yang tak berperasaan.

Sedangkan orang yang tidak melekat pada perasaan cinta, orang begini justru
memiliki cinta kasih universal, oleh karena cinta kasihnya ini bukan berasal dari
kemelekatan, tetapi muncul dari kebijaksanaan, sehingga kasih sayang dan uluran
tangan darinya dikucurkan tanpa pamrih dan dalam dosis yang tepat, takkan
kekurangan dan takkan pula kelebihan, oleh karena dia memiliki kebijaksanaan,
kasih sayangnya menggunakan akal sehat dan bukan secara emosional.

Kalau memakai perasaan emosional, maka hilanglah akal sehat dan


kebijaksanaannya, cinta kasih tersebut sudah bersifat individu. Jadi perbedaannya
terletak pada perasaan cinta kasih universal atau kemelekatan pada cinta, apakah
kita menggunakan akal sehat atau perasaan emosional.

Belajar Ajaran Buddha adalah belajar menggunakan akal sehat, tidak boleh
menggunakan perasaan emosional, justru tanpa menggunakan perasaan emosional,
kala kita mengulurkan tangan kepada orang lain, kita bisa membantunya dengan
lebih baik lagi, bahkan terhadap ayahbunda, suami-isteri, putra-putri sendiri juga
sedemikian rupa.

Oleh karena apabila anda memiliki kemelekatan cinta pada mereka, maka anda
sudah terjebak di dalamnya; anda harus melompat keluar dari lingkaran tersebut,
barulah anda bisa melihat persoalan dengan jelas, barulah anda bisa memberi
bantuan secara tepat, takkan timbul beban pikiran dan efek samping.  

 
 

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-141

Tanggal : 7 Pebruari 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

 
 

 
 
 
 
 

 
 

121.  Bagaimana cara mengusir perasaan sirik?

Pertama-tama mesti memahami buah akibat dari perasaan iri hati, yang
sungguh mengerikan, sirik termasuk salah satu bentuk dosa (kebencian), akibatnya
adalah jatuh ke Neraka.

Andaikata melihat orang lain berbuat baik, lantas hati kita merasa cemburu dan
tidak nyaman, lalu menfitnahnya, menghalanginya, maka akibatnya jatuh ke
Neraka.

Bagi orang lain, mungkin kerugian yang ditimbulkan tidaklah begitu


merugikan, tetapi bagi diri sendiri sungguh rugi besar, jadi cuma orang dungu yang
suka sirik.

Tetapi iri hati merupakan bawaan lahir orang awam, pada umumnya manusia
itu bisa cemburu, hanya saja dosisnya besar atau kecil, belajar Ajaran Buddha itu
mesti melepaskan perasaan sirik.

Lantas bagaimana caranya menghapus sirik itu? Mesti melatih ikut bersukacita
pada jasa kebajikan yang dilakukan makhluk lainnya. Melihat orang lain sedang
berbuat baik, memberi manfaat bagi makhluk lainnya, kita mesti ikut bersukacita,
kalau bisa ikut membantu akan lebih bagus lagi, kalau tidak bisa ikut membantu
yah berilah pujian dan motivasi, merestui kebajikan yang dilakukan orang lain,
lama kelamaan perasaan sirik jadi terurai.

Jadi dengan perasaan suka cita untuk mengurai sirik, jangan malah
menghalangi upaya orang lain. Kalau anda menghalangi upaya orang lain, lihatlah
dampak apa yang ditimbulkan oleh perbuatanmu, mencelakai banyak makhluk,
maka dosa ini sungguh berat sekali.
 
 

Sebaliknya apabila kita ikut bersukacita, bahkan hanya melontarkan sepatah


kata pujian saja, berikan motivasi sejenak, walaupun kita tidak punya kemampuan
membantunya, tetapi jasa kebajikan yang diperoleh adalah setara.

Jasa kebajikan dari ikut bersukacita dan si pelaku kebajikan ternyata adalah
sama. Lihatlah di dunia ini mana ada hal yang begitu menguntungkan, anda tak
perlu bersusah payah dan capek-capek mengerjakannya, anda cuma berleha-leha
dan ikut bersukacita, maka sudah bisa mendapatkan jasa kebajikan yang sama
dengan si pelaku kebajikan, kalau sudah demikian kenapa tidak sudi ikut
bersukacita? Kenapa pula harus sirik?

Maka itu kita mesti berlapang hati, perasaan sirik muncul dari hati yang sempit,
yang parah adalah sampai timbul perseteruan, hati dipenuhi keangkuhan, maunya
bisa menang dari orang lain barulah merasa senang. Setiap melihat orang lain lebih
baik daripada diri sendiri, maka muncullah perasaan sirik.

Maka itu dalam keseharian kita harus melatih kepribadian rendah hati, setelah
melakukan kebajikan tak perlu mengumumkan kepada orang lain, melakukannya
secara diam-diam, tak perlu mengharapkan ketenaran juga tak perlu mengharapkan
keuntungan, tidak mendambakan pujian orang lain; melihat orang lain berbuat baik,
kita meringankan tangan membantunya, memberinya pujian, ini juga
mengembangkan kesusilaan diri sendiri.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-153

Tanggal : 27 Maret 2012

 
 

122.  Ketika melepaskan ikan ke alam bebas, dikhawatirkan ada orang yang
akan menangkapnya lagi, apa yang harus dilakukan?

Kalau melihat ada orang yang hendak melakukan tangkapan, maka jangan lagi
melepaskan satwa di tempat tersebut, bukankah ini memberi peluang bagi orang
lain menciptakan karma buruk? Maka itu kita mengganti ke tempat lain, kalau
ternyata tidak bisa mencari tempat yang lebih baik untuk melepaskan satwa ke
alam bebas, maka tidak melakukan kegiatan ini, tidak berjodoh melakukannya,
kalau berjodoh barulah kita wujudkan niat ini, menuruti jodoh dan takkan
memaksakan kehendak.

Jadi apa yang mesti kita lakukan? Melafal Amituofo dengan setulus hati,
mendengar ceramah Dharma, jasa kebajikan ini lebih besar daripada jasa kebajikan
melepaskan satwa ke alam bebas. Anda mungkin bertanya, kenapa Ven.Ding Hong
berani berkata begini? Saya tidak berani bilang begini, tapi Buddha Amitabha yang
mengatakannya.

Di mana Buddha Amitabha ada mengatakan hal sedemikian rupa? Di dalam


“Sutra Usia Tanpa Batas”, coba baca bait sutra berikut ini, “Daripada memberi
persembahan kepada para suciwan yang banyaknya bagaikan butiran pasir di
Sungai Gangga, lebih baik diri sendiri membangkitkan kegigihan tanpa gentar
untuk mencapai penerangan sempurna”.

Bukankah ini merupakan ucapan Buddha Amitabha? Bhiksu Dharmakara


ketika melatih Jalan Bodhisattva, mengucapkan gatha tersebut. Anda melepaskan
satwa ke alam bebas adalah serupa dengan memberi persembahan kepada para
suciwan yang banyaknya bagaikan butiran pasir di Sungai Gangga, lebih baik diri
sendiri membangkitkan kegigihan tanpa gentar untuk mencapai penerangan
sempurna, anda menfokuskan pikiran mendengar ceramah Dharma, melafal
Amituofo, membangkitkan kegigihan tanpa gentar untuk mencapai penerangan
sempurna.

 
 

Tetapi kalimat ini juga jangan disalahtafsirkan, kalau sekarang anda memiliki
kesempatan untuk melepaskan satwa ke alam bebas, melihat di hadapan anda ada
makhluk hidup yang perlu pertolongan, maka anda tidak boleh sengaja berpangku
tangan dan membiarkannya begitu saja,

Anda tidak boleh salah paham, oh ya, Venerable Ding Hong yang bilang,
“Daripada memberi persembahan kepada para suciwan yang banyaknya bagaikan
butiran pasir di Sungai Gangga, lebih baik diri sendiri membangkitkan kegigihan
tanpa gentar untuk mencapai penerangan sempurna”, apa yang patut dilepaskan,
anda malah sengaja berpangku tangan dan membiarkannya begitu saja, lalu dengan
santai dan tanpa beban anda pulang ke rumah melafal Amituofo.

Kalau begini anda sudah terlampau salahnya. Anda bisa melepaskan satwa
sambil melafal Amituofo. Anda melihat kesempatan melepaskan satwa ada di
depan mata anda, ini juga termasuk membangkitkan kegigihan tanpa gentar untuk
mencapai penerangan sempurna, janganlah sudah melihat makhluk hidup
menggelepar-gelepar di depan mata anda, lantas anda masih berpikir-pikir,
menimbang-nimbang, melekat dan membeda-bedakan.

Jadi belajar Buddha Dharma itu harus dipahami dengan seksama, begitu anda
kehilangan “Jalan Tengah”, maka semuanya sudah menyimpang. Asalkan di
hatimu tiada lagi pikiran perbedaan dan melekat, barulah anda bisa memahami
kebenaran.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-184

Tanggal : 5 September 2012

 
 

123.  Saya ingin menggunakan waktu untuk mendengar ceramah Dharma,


tidak terlalu ingin mengurus anak, apakah boleh demikian?

Begini sudah tidak benar. Sebagai ibunda mesti memenuhi kewajiban anda
sebagai seorang ibunda, belajar Ajaran Buddha tidak boleh mementingkan diri
sendiri. Anda bilang anda menggunakan waktu untuk mendengar ceramah Dharma
dan melafal Amituofo, tapi anak tidak diurus, mana boleh begini, anak harus diurus,
membantunya dengan penuh kasih sayang.

Kasih sayang tidak harus diungkapkan dengan kata-kata, kadang kala hanya
dengan mengusap kepalanya saja, dia sudah memahami kasih sayang yang anda
berikan padanya. Sebuah tindakan sederhana, contohnya menuangkan mie ke
mangkoknya, atau mengajaknya melafal Amituofo bersama-sama, ini juga
merupakan bentuk ungkapan kasih sayang.

Ungkapan kasih sayang ini mampu mencairkan hubungan yang membeku,


inilah yang disebut dengan melatih Jalan Bodhisattva. Ke mana lagi anda hendak
menyelamatkan para makhluk? Rumahmu justru adalah vihara anda untuk
menyelamatkan anggota keluargamu!

Maka itu Master Yin Guang mengatakan untuk terlahir ke Alam Sukhavati,
mesti “Memenuhi kewajiban diri dengan penuh tanggung jawab, menghapus
kesesatan membangkitkan ketulusan, membangkitkan keyakinan dan tekad melafal
Amituofo, berniat terlahir ke Tanah Suci Sukhavati”, empat kalimat ini harus
diamalkan barulah bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Beginilah ceramah yang anda dengar, begini pula yang mesti anda amalkan.
Kalau ternyata setelah mendengar ceramah tapi tidak diamalkan, buat apa anda
mendengarnya? Setelah mendengar ceramah mesti diterapkan dalam kehidupan
keseharian.

 
 

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-152

Tanggal : 24 Maret 2012

Bertempat di : HK Buddhist Education Foundation

   

 
 

 
 

124. Takut pada gelap juga merupakan sejenis rintangan karma

Takut pada gelap juga merupakan sejenis rintangan karma, ini bukanlah
pikiran benar. Mengapa anda bisa merasa takut? Oleh karena anda melekat pada
tubuh jasmanimu, lebih jelasnya adalah anda takut mati. Kalau mati saja tidak
takut, maka hal apa lagi yang perlu ditakutkan!

Maka itu perlu belajar ajaran sutra, perlahan-lahan anda akan memahami
bagaimana yang disebut dengan badan jasmani, kemelekatan ini mesti dilepaskan.
Tubuh jasmani ibarat pakaian yang kita kenakan, setelah usang kita bisa
menggantinya dengan yang baru, selama berputar di lingkaran enam alam
tumimbal lahir, bukankah proses ini yang kita jalani? Mengganti pakaian usang
dengan yang baru.

Sekarang kita memohon pada Buddha Amitabha menjemput kita terlahir ke


Alam Sukhavati, yakni mengganti pakaian lusuh ini dengan tubuh Vajra Narayana,
yakni tubuh kokoh dan takkan rusak, menjadi Bodhisattva Avaivartika. Tubuh
Vajra Narayana merupakan tubuh terunggul yang selamanya takkan musnah,
memiliki usia yang tanpa batas.

Kebenaran ini mesti direnungkan berulang-ulang, setelah memiliki kesan


mendalam maka akan jadi sebuah kekuatan yang akan memenangkan keberanian
untuk menundukkan bayang-bayang perasaan takut anda.

Dengan mengenali Buddha Amitabha kian mendalam, maka anda akan merasa
lebih dekat dan akrab denganNya. Maka itu saya menyarankan anda supaya
perbanyak membaca “Sutra Usia Tanpa Batas”, perbanyak mendengar ceramah
mengenai “Sutra Usia Tanpa Batas”, dengan demikian anda akan kian akrab dan
dekat dengan Buddha Amitabha.

 
 

Apabila anda masih saja merasa takut pada Buddha Amitabha, maka ini
sungguh merupakan rintangan karma. Buddha Amitabha merupakan sosok yang
paling ber-Maitri Karuna di alam semesta ini, yang paling bijaksana, mengapa
harus ditakuti, bukankah ini merupakan rintangan karma-mu?

Rintangan karma ini ada, oleh karena anda tidak mengenali Sang Buddha.
Apabila ingin lebih dekat dan mengenaliNya, maka bacalah “Sutra Usia Tanpa
Batas”.

Dipetik dari : Ceramah Venerable Ding Hong

Judul : Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

Serial ke-181

Tanggal : 22 Agustus 2012

 
 
~~~Selesai~~~

 
 
 

 
 

Daftar
Pustaka
 
 

修行与生活座谈会
定弘法师主讲
转自学佛网 http://www.xuefo.net 
 

Arsip
Pokok Bahasan Melatih Diri dan Kehidupan Keseharian

www.mengakhirisamsara.blogspot.com 
 

 
 

Anda mungkin juga menyukai