Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH tentang POSITIF THINKING

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat,Taufik
dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam senantiasa kami haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah
berhasil dan sukses membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen
Pembina mata kuliah “ Pengatar Iptek “ oleh Bapak Agus salim yang telah membimbing dan
mengarahkan kami.

Semoga ALLAH SWT membalas jasa baiknya dan penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan.tapi hanya inilah hasil optimal dan
pemikiran penulis.Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang
konstruktif dari pembaca demi sempurnanya penulisan dimasa yang akan datang.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para


pembaca pada umumnya.Hanya kepada Allah jualah penulis memohon dan berserah diri,Amin
ya robbal ‘alamin

Bangkalan,12 Oktober 2011

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR
……………………………………………………………………………… ii

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………


1

1.Latar Belakang Masalah …………………………………………………………….. 1


2.Rumusan Masalah………………………………………………………………………
1

3.Tujuan
Masalah…………………………………………………………………………. 1

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………. 2

A. Pengertian positif thinking ………………………………………………………….. 2

B. manfaat berpikir positif …………………………………………………………….. 3

C. langkah – langkah agar selalu berpikir positif…………………………………. 5

D. cara mnerapkan konsep berpikir positif………………………………………. 5

BAB III PENUTUP


………………………………………………………………………………… 8

A.Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 8

B.Saran……………………………………………………………………………………… 8

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………. 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Selama kita hidup, baik secara sadar ataupun tidak, pkiran menjadi segala sesuatu dan
kita menjadi pikiran kita. Penampilan luar kita merupakan refleksi dunia dalam diri kita. Kita
menjadi apa yang kita pikirkan karena pikiran kita memberikan energy yang mewujudkan
sesuatu yang kita ingin kita ciptakan. Dalam kehidupan kita mngenal positif thinking (berpikir
positif), dalam berpikir positif (positif thinking) menggambarkan suatu sikap atau perilaku yang
selalu posotif dalam menyikapi kehidupan ini.

Berpikir positif membuat perbedaan besar dalam hidup kita. Karena sikap yang baik
dimulai dari berpikir positif. Berpikir positif memiliki peran penting dalam pembentukan setiap
individu. Kekuatan berpikir positif merupakan unsur terpenting dalam menentukan jenis
kehidupan kita. Selanjutnya akan dibahas dalam makalah ini mengenai kajian tentang berpikir
positif (positif thinking).

B.Rumusan Masalah

1.apakah yang dimaksud dengan berpikir positif ( positif thnking) ?

2.apa manfaat dari berpikir positif (positif thinking)?

3.apa saja langkah – langkah agar selalu berpikir positif ?

4.bagaimana cara menerapkan konsep berpikir positif dalam kehidupan?

C.Tujuan Masalah

 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan berpikir positif (positif thinking)
 Untuk mengetahui manfaat dari berpikir posotif (positif thinking)
 Agar kita dapat menerapkan cara berpikir positif dalam kehidupan ini

BAB II

PEMBAHASAN

Positif Thinking yang dalam bahasa pribuminya sama dengan berpikir positif adalah sebuah
sikap atau prilaku, serta cara pandang seseorang yang selalu positif dalam mensikapi kehidupan
ini.

Positif Thinking hanyalah modal dasar seseorang dalam kehidupan, karena dengan
semakin kompleknya masalah yang kita hadapi apabila hanya berpikir positif saja tidaklah
cukup. Selanjutnya setelah berpikir positif kita harus positif Change atau berubah menjadi
semakin baik.Dengan bersikap positif (Positif thinking) bukan berarti telah menjamin
tercapainya suatu keberhasilan. Namun, bila sikap kita positif, setidak-tidaknya kita sudah berada
di jalan menuju keberhasilan. Berhasil atau tidaknya kita nantinya ditentukan oleh apa yang kita
lakukan di sepanjang jalan yang kita lalui tersebut.

Kehidupan dan kebahagiaan seseorang tidaklah bisa diukur dengan ukuran gelar kesarjanaan,
kedudukan maupun latar belakang keluarga. Yang dilihat adalah bagaimana cara berpikir orang
itu. Memang kesuksesan kita lebih banyak dipengaruhi oleh cara kita berpikir.

Dengan bersikap positif bukan berarti telah menjamin tercapainya suatu keberhasilan. Namun,
bila sikap kita positif, setidak-tidaknya kita sudah berada di jalan menuju keberhasilan. Berhasil
atau tidaknya kita nantinya ditentukan oleh apa yang kita lakukan di sepanjang jalan yang kita
lalui tersebut.

Tidak semua orang menerima atau mempercayai pola berpikir positif. Beberapa orang
menganggap berpikir positif hanyalah omong kosong, dan sebagian menertawakan orang-orang
yang mempercayai dan menerima pola berpikir positif. Diantara orang-orang yang menerima
pola berpikir positif, tidak banyak yang mengetahui cara untuk menggunakan cara berpikir ini
untuk memperoleh hasil yang efektif. Namun, dapat dilihat pula bahwa semakin banyak orang
yang menjadi tertarik pada topik ini, seperti yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah buku,
kuliah, dan kursus mengenai berpikir positif. Topik ini memperoleh popularitas dengan cepat.

Dalam berpikir positif (positif thinking) melibatkan proses memasukan pikiran-pikiran,


kata-kata, dan gambaran-gambaran yang konstruktif(membangun) bagi perkembangan pikiran
anda. Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam
setiap situasi dan tindakan anda. Berpikir Positif diawali dengan sebuah keyakinan pada diri
sendiri. Keyakinan bahwa dirinya mampu. Keyakinan yang mengatakan bahwa diri beliau
“bisa”. Jika Anda melihat diri Anda “bisa”, maka Anda akan “bisa”. Jika Anda melihat diri Anda
akan menghasilkan, maka Anda akan menghasilkan. Jika Anda tidak bisa melakukan hal seperti
ini, maka Anda masih dikuasai oleh pikiran negatif.

Berpikir positif bukan merupakan tujuan melainkan suatu jalan untuk mencapai tujuan.
Menjadikan berpikir positif sebagai tujuan memang membawa manfaat tetapi manfaat tersebut
belumlah seberapa jika dibandingkan dengan manfaat yang didapat jika berpikir positif dijadikan
sebagai suatu jalan.

Berikut manafaat dar berpikir positif (positif thinking) :

1. Mengatasi stres : Berpikir positif membantu Anda mengatasi situasi stres, mengabaikan
pikiran negatif, mengganti pikiran pesimis menjadi optimis, mengurangi kecemasan dan
mengurangi stres. Ketika Anda mengembangkan sikap positif Anda bisa mengontrol hidup Anda
dengan baik.

2. Menjadi lebih sehat : Pikiran kita secara langsung mempengaruhi tubuh dan bagaimana cara
bekerjanya. Ketika Ada mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, kepercayaan dan
kedamaian, bukannya dengan kebencian, kecemasan, dan kekhawatiran, maka Anda akan
merasakan kesejahteraan. Dan ini berarti Anda tidak mengalami gangguan saat tidur, tidak
merasakan ketegangan otot, kecemasan, dan kelelahan. Orang-orang yang berpikir negatif lebih
muda terkena depresi.

3. Percaya diri : Dengan berpikir positif, maka Anda lebih percaya diri dan tidak untuk menciba
menjadi orang lain. Jika Anda tidak percaya diri Anda tidak akan pernah mendaptkan kehidupan
yang lebih baik.

4. Bisa mengambil keputusan yang benar : Berpikir positif mencegah Anda memilih
keputusan yang salah atau melakukan hal yang bodoh yang kemudian Anda sesali. Berpikir
positif membuat Anda memilih keputusan dengan cepat.

5. Meningkatkan fokus : Menggunakan pikiran positif membantu Anda lebih fokus saat
menghadapi masalah. Jika Anda berpikir negatif akan membuang-buang waktu, dan energi
Anda.
6. Bisa mengatur waktu lebih baik : Dengan meningkatnya fokus serta kemampuan membuat
keputusan yang lebih baik, Anda akan lebih terorganisir. Ini akan membantu Anda mendapatkan
lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan orang yang Anda cintai.

7. Lebih sukses dalam hidup : Sikap positif tak hanya bisa meningkatkan fokus Anda dan lebih
bisa mengatur waktu dengan baik tetapi mengarahkan Anda pada kebahagian dan keberhasilan
saat m engubah hidup Anda.

8. Memiliki banyak teman : Ketika berpikir positif, Anda akan menarik perhatian orang-orang
dan ketika orang-orang tersebut dekat dengan Anda mereka akan merasa nyaman.

9. Menjadi pemberani : Ketakutan berasal dari pikiran negatif. Menjadi pemikir positif
menghilangkan rasa takut. Keberanian berasal dari kenyataan bahwa Anda tetap positif Anda
akan tahu bahwa apapun yang terjadi dalam hidup Anda, Anda dapat menghadapinya.

10. Hidup lebih bahagia: Percaya diri merupakan suatu fakta bahwa Anda bahagia menjadi diri
Anda sendiri dan tidak mencoba untuk menjadi orang lain. Jika Anda memiliki semangat
berpikir positif, Anda selalu mengantisipasi hidup bahagia, damai, tawa, kesehatan yang baik dan
kesuksesan finansial.

Langkah – langkah agar selalu berpikir positif :

– Jadilah optimis dan mengharapkan hasil yang baik dalam segala situasi.

– Cari alasan untuk tersenyum lebih sering.

– Visualisasikan hanya apa yang Anda inginkan terwujud

– Libatkan diri Anda dalam kegiatan rekreasi menyenangkan.

– Baca dan kutipan yang inspirasional.

– Ikuti gaya hidup sehat. Olahraga setidaknya tiga kali seminggu.

– Bergaulah dengan orang yang selau berpikir positif.

Belajar berpikir positif dapat kita lakukan dimana-mana, di setiap


langkah kehidupan yang harus kita lalui. Semakin kita mau belajar untuk berpikir positif dan
tetap berusaha berpikir positif, maka itu sama artinya kita telah mengembangkan kualitas diri
kita tanpa harus kita membuat kesalahan yang tidak perlu kita lakukan.

Bagaimanakah caranya agar seseorang dapat menerapkan konsep berpikir


positif dalam kehidupan?

Pada dasarnya, ada sejumlah point yang harus dipelajari :


1 . Belajarlah untuk berpikir kritis, dimana kita harus mempertimbangkan
adanya hal-hal yang membentuk suatu masalah dari berbagai sisi.
Contohnya : dengan tidak mudah menerima adanya informasi atau berita
yang tidak atau belum pasti kebenarannya. Pola berpikir kritis juga kita terapkan terhadap
pendapat, tanggapan, atau pandangan orang lain, dimana sikap kritis tersebut bermanfaat untuk
memberikan perbandingan apakah alur pemikiran kita sudah benar atau belum.

2. Sebelum bertindak atau mengambil keputusan, berpikirlah terlebih


dahulu. Jangan bertindak atau mengambil keputusan terlebih dahulu, baru
memikirkan kenapa kita bertindak atau membuat keputusan demikian.

3. Bersikaplah terbuka terhadap segenap pendapat atau masukan dari orang


lain. Dalam hal ini, kita harus selalu bersedia dikoreksi orang lain

4. Sebelum mengambil keputusan penting, bersikaplah hati-hati dan buatlah


perhitungan-perhitungan yang sesuai dengan logika atau cara berpikir
dengan nalar yang benar, untuk menghindari keluarnya sebuah keputusan
yang diambil secara gegabah.

5. Perluas wawasan dan asah terus kemampuan analisis kita terhadap


permasalahan yang ada sehingga kita tidak cepat menghadirkan prasangka
atau penilaian buruk pada orang lain atau pada situasi yang memerlukan
penilaian tepat dan benar.

6. Biasakan melakukan kegiatan check dan recheck untuk setiap informasi


yang kita ragukan kebenarannya.

7. Selalu menanamkan pikiran optimis dalam benak pikiran kita.

8. Berusahalah untuk tidak mempersulit orang lain, namun ajari orang lain
untuk dapat berpikir dengan cara-cara yang benar dalam mengambil
keputusan.

9. Selalu bersikap tenang pada saat ingin mengambil keputusan.

10. Sebelum mengambil keputusan, pertimbangkan segala sesuatunya dengan


seksama

11. Jangan kita selalu menganggap benar terhadap segala sesuatu yang kita
sukai, dan cepat menolak untuk setiap pendapat, saran, atau tanggapan
yang diberikan orang lain.

12. Bersikaplah jujur pada diri sendiri, dengan belajar dari kesalahan,
mengakui adanya kekurangan serta kelebihan dalam diri kita, dan tidak
mudah terpancing oleh hal-hal praktis namun sesungguhnya kepraktisan
itu bukanlah konsep berpikir yang benar. Apabila semuanya itu bisa kita lakukan atau terapkan,
maka kita telah melatih diri kita untuk selalu berpikir positif untuk setiap peristiwa yang harus
kita hadapi dalam hidup ini, meskipun mood kita sedang tidak baik.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berfikir positif merupakan hal yang penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Untuk
menghadapi suatu permasalahan dalam hidup,bisa melihat diri dalam berbagai aspek khususnya
dalam memecahkan permasalahan, namun berfikir positif juga perlu bahkan harus di dukung
dengan usaha untuk berubah menjadi lebih baik.

Untuk berfikir positif memerlukan langkah-langkah yang harus dilakukan dimana hal ini
menjadi faktor pendukung demi terciptanya seorang yang menjiwai hal tersebut. Namun inilah
hal yang perlu kita perhatikan sebagai berikut. Jadilah optimis,usahakan lebih sering
tersenyum,libatkan diri anda dengan suasana yang menyenangkan

Berfikir positif bukan suatu tujuan melainkan suatu jalan untuk mencpai manfaat yang
diantaranya,mengatasi stress,menjadi lebih sehat,percaya diri,bisa mengambil keputusan,bisa
meningkatkan konsentrasi,bisa mengatur dengan baik,lebih sukses dalam hidup,memiliki banyak
teman,menjadi pembrani dan hidup lebih baik.

SARAN

kami kira untuk menghadapi atau menyelesaikan suatu permasalahan sebaiknya dengan cara
berfikir positif karena hal itu merupakan cara yang dapat mempermudah baik cara pandang
atupun pemecahan masalah. Dimana hal ini banyak memberikan manfaat dari berbagai aspek
diantaranya adalah dapat merasa percaya diri, menjadi pemberani, bisa meningkatkan
konsentrasi dan tentunya biasa lebih baik dan sukses.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sabdaspace.org/berpikir_positif_sarlen

http://www.akuinginsukses.com/kekuatan-berpikir-positif/

http://blog.uin-malang.ac.id/mykingdom/2011/09/30/hidup-dengan-positif-thinking/

http://health.kompas.com/read/2011/08/06/10050416/Inilah.10.Keuntungan.Positive.Thinking.

http://www.didiksugiarto.com/2008/11/how-to-be-positif-thinking.html

Pengertian Berfikir Positif


“Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian diri dan
karakter” (Sakina : 2008)

Berfikir positif adalah cara berfikir yang di proses secara positif yang menghasilkan “energi yang
positif”, yaitu suatu energi yang akan menghasilkan pemikiran-pemikiran dan sikap-sikap yang
baik yang dapat membuat manusia menjadi bersemangat, melakukan hal-hal yang benar dan
menjadi bahagia. Berpikir positif adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu,
karena dengan sifat ini, banyak hasil baik yang akan diperoleh. Pikiran positif tak akan membuat
kita menjadi berhenti karena keterbatasan, namun pikiran positif justru akan membuat kita
mencari kekuatan kita hari demi hari. Berpikir positif terdiri dari tiga komponen, yaitu muatan
pikiran, penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran.

1. Muatan Pikiran

Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal yang positif atau muatan
yang positif. Menurut Ubaedy, muatan positif untuk pikiran adalah berbagai bentuk pemikiran
yang memiliki kriteria:

1. Benar (tak melanggar nilai-nilai kebenaran),


2. Baik ( bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan), dan
3. Bermanfaat (menghasilkan sesuatu yang berguna).

2. Penggunaan Pikiran

Tujuan dari dimensi ini adalah menggunakan pikiran kita yang telah terisi oleh muatan positif.
Untuk dapat memaksimalkan pikiran positif, penggunaan pikiran perlu direalisasikan dalam
bentuk nyata. Karena muatan positif yang berada di pikiran masih merupakan muatan yang
lemah.

3. Pengawasan Pikiran

Dimensi ke tiga dari berpikir positif adalah pengawasan pikiran. Aktivitas ini mencakup usaha
untuk mengetahui muatan apa saja yang dimasukkan ke ruang pikiran dan bagaimana pikiran
bekerja. Jika diketahui terdapat hal-hal yang negatif ikut masuk ke ruang pikiran maka perlu
dilakukan tindakan berupa mengeluarkan hal-hal yang negatif tersebut dengan menggantinya
dengan hal-hal yang positif. Demikian pula jika ternyata teridentifikasi bahwa pikiran bekerja
tidak semestinya maka dilakukan usaha untuk memperbaiki kelemahan atau kesalahan tersebut.

B. Ciri – Ciri Berfikir Positif

1. Melihat masalah sebagai tantangan


Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan
bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia.
2. Menikmati hidupnya
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tak
berarti ia tak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

3. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide


Karena dengan begitu, boleh jadi ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu lebih baik
.
4. Mengenyahkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak
‘Memelihara’ pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Sebetulnya
tidak apa-apa, ternyata malah bisa menimbulkan masalah.

5. Mensyukuri apa yang dimilikinya


Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya

6. Tidak mendengarkan gosip yang tak menentu


Sudah pasti, gosip berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan
yang tak ada juntrungnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.

7. Tidak bikin alasan, tapi langsung bikin tindakan


Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), kan? Nah, mereka ini jelas bukan
penganutnya.

8. Menggunakan bahasa positif


Maksudnya, kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme, seperti “Masalah itu pasti akan
terselesaikan,” dan “Dia memang berbakat.”

9. Menggunakan bahasa tubuh yang positif


Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif,
atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan ‘hidup’.

10. Peduli pada citra diri


Itu sebabnya, mereka berusaha tampil baik. Bukan hanya di luar, tapi juga di dalam.

C. Prinsip Berfikir Positif

1. Prinsip untuk selalu memikirkan hal-hal yang positif, karena kita akan menjadi seperti
apa yang kita pikirkan dan katakan.
2. Prinsip untuk selalu menimbang untung dan rugi sebelum melakukan sesuatu, baik dalam
bentuk pikiran, perasaan, perbuatan, dan penampilan.
3. Prinsip untuk selalu mengambil hikmah dari setiap pristiwa terburuk sekalipun.
4. Prinsip bahwa segala sesuatu pasti ada akhirnya, demikian halnya dengan kesulitan,
kegagalan, dan kesedihan.

D. Manfaat Berfikir Positif

Berikut ini beberapa manfaat dari berpikit positif :


1. Mengatasi stress (Stress Management)

Berpikir positif membantu Anda mengatasi situasi stres, mengabaikan pikiran negatif, mengganti
pikiran pesimis menjadi optimis, mengurangi kecemasan dan mengurangi stres. Ketika Anda
mengembangkan sikap positif Anda bisa mengontrol hidup Anda dengan baik.

2. Menjadi lebih sehat (Health)

Pikiran kita secara langsung mempengaruhi tubuh dan bagaimana cara bekerjanya. Ketika Ada
mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, kepercayaan dan kedamaian, bukannya dengan
kebencian, kecemasan, dan kekhawatiran, maka Anda akan merasakan kesejahteraan. Dan ini
berarti Anda tidak mengalami gangguan saat tidur, tidak merasakan ketegangan otot, kecemasan,
dan kelelahan. Orang-orang yang berpikir negatif lebih muda terkena depresi.

3. Percaya diri (Confidence)

Dengan berpikir positif, maka Anda lebih percaya diri dan tidak untuk mencoba menjadi
orang lain. Jika Anda tidak percaya diri Anda tidak akan pernah mendaptkan kehidupan yang
lebih baik.

4. Bisa mengambil keputusan yang benar (Smart-Decision)

Berpikir positif mencegah Anda memilih keputusan yang salah atau melakukan hal yang bodoh
yang kemudian Anda sesali. Berpikir positif membuat Anda memilih keputusan dengan cepat.

5. Meningkatkan fokus (Focus)

Menggunakan pikiran positif membantu Anda lebih fokus saat menghadapi masalah. Jika
Anda berpikir negatif akan membuang-buang waktu, dan energi Anda.

6. Bisa mengatur waktu lebih baik (Time Management)

Dengan meningkatnya fokus serta kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, Anda
akan lebih terorganisir. Ini akan membantu Anda mendapatkan lebih banyak waktu untuk diri
sendiri dan orang yang Anda cintai.

7. Lebih sukses dalam hidup (Success)

Sikap positif tak hanya bisa meningkatkan fokus Anda dan lebih bisa mengatur waktu
dengan baik tetapi mengarahkan Anda pada kebahagian dan keberhasilan saat mengubah hidup
Anda.

8. Memiliki banyak teman (Acquintances)

Ketika berpikir positif, Anda akan menarik perhatian orang-orang dan ketika orang-orang
tersebut dekat dengan Anda mereka akan merasa nyaman.
9. Menjadi pemberani (Brave)

Ketakutan berasal dari pikiran negatif. Menjadi pemikir positif menghilangkan rasa takut.
Keberanian berasal dari kenyataan bahwa Anda tetap positif Anda akan tahu bahwa apapun yang
terjadi dalam hidup Anda, Anda dapat menghadapinya.

10. Hidup lebih bahagia (Happiness)

Percaya diri merupakan suatu fakta bahwa Anda bahagia menjadi diri Anda sendiri dan tidak
mencoba untuk menjadi orang lain. Jika Anda memiliki semangat berpikir positif, Anda selalu
mengantisipasi hidup bahagia, damai, tawa, kesehatan yang baik dan kesuksesan finansial.

referensi :

Sakina, Elsa. Berpikir Benar, Berpikir Positif. 2008. e-book.

Ubaedy, An. 2008. Kedahsyatan Berpikir Positif. Depok: PT Visi Gagas Komunika.

Verna,Praven.2005.Mr.positive Vs Mr.negative.Jakarta:PT Buana Ilmu Populer.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan individu lainnya.
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur
sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan
pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah
dilakukan terhadap sikap kaitannya denganefek dan perannya dalam pembentukan karakter dan
sistem hubungan antarkelompok.
Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan
individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan
sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotitif atau
negative terhadap berbagai keadaan sosial, apakahnitu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
sebagainya (Howard dan Kendler, 1974;Gerungan, 2000). Oleh karena itu kami akan membahas
lebih spesifik lagi mengenai sikap. Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan
mengenai pengertian sikap, proses dan komponen
Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh
Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental
seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen
laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan
psikologi. Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan
individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di dalam
situasi yang sebagian besar gejala mi diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para
ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan
kebudayaan.
Kita telah mengetahui bahwa orang dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya
berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi
yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran mi tidak hanya mengenai tingkah
laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu
yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi inilah
yang dinamika SIKAP. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan
sekarang maupun perbuatan yang akan datang.
Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu
kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin
akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal
atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek.

1.2. Rumusan Masalah

a. Pengertian Sikap/Attitude
b. Komponen Sikap/Attitude
c. Ciri-Ciri Sikap/Attitude
d. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
e. Teori Tentang Sikap
f. Fungsi Sikap
g. Hubungan Sikap Dan Perilaku

1.3. Tujuan Sikap/Attitude

Tujuan Sikap membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa keteraturan
terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, dan ingin banyak mendapat
pengalaman dan pengetahuan.
Tujuan sikap untuk :
1. Mengetahui Pengertian Sikap
2. Mengetahui Proses dan Komponen Sikap
3. Mengetahui Ciri-Ciri Sikap
4. Mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap
5. Mengetahui dan mengakaji teori tentang sikap
6. Mengetahui korelasi sikap dengan perilaku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sikap/Attitude
Dibawah ini pengertian Sikap Menurut para Ahli :
1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk
bereaksi (disposition to react) secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably)
terhadap obyek – obyek tertentu.
2. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi
yang bersifat menetap dari proses motivasional , emosional, perseptual, dan kognitif mengenai
aspek dunia individu.
3. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
4. Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada
sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga,
norma dan lain-lain.
5. Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek,
aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka
atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.
6. Menunit G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah kesiapan seseorang
untuk bertindak.
7. Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari
kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
8. Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:
a) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda,
orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

b) Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi
juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang
disukai, diharapkan, dan diinginkan,mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari.
c) Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung
dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
d) Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
e) Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena
itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
9. Sri Utami Rahayuningsih (2008) Sikap (Attitude) adalah
a) Berorientasi kepada respon : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung
(Unfavourable) pada suatu objek
b) Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk
menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan
c) Berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi komponen-komponen
kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di
dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi.

2.2. Komponen Sikap/Attitude

Sikap seseorang ditentukan oleh kepuasan yang dirasakan sesuai harapannya. Konsep sikap
sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Kemudian menurut Azwar (2005),
komponen-komponen sikap adalah :

1. Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses
menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2. Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen
ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.
3. Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

2.3. Ciri-ciri sikap

Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


a) Sikap tidak dibawa sejak lahir
Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek. Oleh karenanya
maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang bersangkutan. Karena terbentuk
selama perkembangan maka sikap dapat berubah, dapat dibentuk dan dipelajari. Namun
kecenderungannya sikap bersifat tetap.
b) Sikap selalu berhubungan dengan objek
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui persepsi terhadap objek
tersebut.
c) Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maaka ia akan menunjukkan sikap yang
negatif pada kelompok orang tersebut.
d) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan berlangsung lama
bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri seseorang maka sikap relaatif dapat
berubah.
e) Sikap mengandung perasaan atau motivasi
Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun negatif. Sikap
juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk berperilaku.

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap


Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
 Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,
penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
 Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola
perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang
dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk
sikap dan perilaku yang lain.
 Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah
dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
 Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
 Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama
mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
 Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi
telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama.
contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka

2.5. Teori Tentang Sikap

A. Teori Belajar dan Reinforcement


Sikap dipelajari dengan cara yang sama seperti kebiasaan lainnya. Orang memperoleh
informasi dan fakta-fakta, mereka juga mempelajari perasaan-perasaan dan nilai-nilai yang
berkaitan dengan fakta tersebut. Proses-proses dasar terjadinya belajar dapat diterapkan pada
pembentukan sikap. Individu dapat memperoleh informasi dan perasaan melalui proses asosiasi.
Asosiasi terbentuk bila stimulus muncul pada saat dan tempat yang sama. Misalnya saja
pengucapan, kata Nazi dengan nada yang penuh kebencian berarti hal ini menunjukkan adanya
asosiasi antara perasaan yang negatif dengan kata Nazi tersebut. Proses asosiasi ini menimbulkan
sikap terhadap benda seperti juga terhadap manusia. Individu mempelajari karakteristik sebuah
rumah, negara, gagasan, program-program pemerintah atau yang lainnya. Sikap terdiri dan
pengetahuan ditambah dengan komponen evaluatif yang berkaitan. Jadi faktor yang paling
sederhana dalam pembentukan sikap adalah asosiasi yang dimiliki obyek. Belajar juga dapat
terjadi melalui peneguhan kembali. Misalnya, jika mahasiswa mengambil mata kuliah psikologi
sosial dan kemudian mendapatkan nilai A dan merasa puas, maka mungkin selanjutnya is akan
berpikir untuk mengambil mata kuliah lain yang berkaitan dengan psikologi atau bahkan
melanjutkan jenjang pendidikannya ke strata dua bidang psikologi. Hal ini berrati menunjukkan
adanya peneguhan kembali atas pandangan tentang psikologi sebagai obyek dan ketika hal ini
semakin didorong oleh sikap teman-teman lain yang positif maka hal ini akan memberikan
dorongan. Sikap positif psikologi mendapatkan peneguhan
kembali.
Sikap dapat dipelajari melalui imitasi. Orang meniru orang lain,
terutama jika orang lain itu adalah merupakan orang yang kuat
dan penting. Salah satu sumber yang terpenting dari sikap sosial
dan politik dasar pada awal kehidupan adalah keluarga. Anak-
anak suka meniru sikap orang tuanya. Pada masa remaja
mereka suka meniru sikap teman sebayanya. Mereka sering
menemukan kenyataan bahwa mereka telah mempelajari nilai
yang bertentangan dari orang yang berbeda dan berada dalam
keadaan stress untuk memecahkan konflik tersebut. Kemudian bayak mahasiswa menemukan
kenyataan bahwa teman-teman, pengajar mereka dan buku-buku di perguruan tinggi
menghadapkan mereka pada gagasan dan nilai yang berbeda dengan apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya. Asosiasi, peneguhan kembali dan imitasi merupakan mekanisme utama
dalam mempelajari sikap. Akibatnya teori belajar mendominasi penelitian tentang pencapaian
sikap. Pentlekatan belajar terhadap sikap relatif sederhana, pendekatan ini memandang manusia
sebagai makhluk yang pasif. Mereka dihadapkan pada stimulus, mereka belajar melalui suatu
proses belajar atau proses lainnya dan kegiatan belajar ini menentukan sikap seseorang. Sikap
terakhir terdiri dan seluruh asosiasi, nilai dan beberapa informasi lain yang dikumpulkan
individu. Penilaian terakhir seseorang tentang orang, obyek atau gagasan tergantung pada jumlah
dan kekuatan unsur-unsur positif dan negatif yang dipelajari.

B. Teori Insentif
Teori insentif memandang pembentukan sikap sebagai proses menimbang baik buruknya
berbagai kemungkinan posisi dan kemudian mengambil altematif yang terbaik. Salah satu versi
terkenal dan pendekatan insentif terhadap sikap adalah teori respons kognitif (cognitive response
theory) dimana teori ini mengasumsikan bahwa seseorang memberikan respons terhadap suatu
komunikasi dengan beberapa pikiran positif dan negatif (atau respons kognitif) dan bahwa
pikiran ini sebaliknya menentukan apakah orang akan mengubah sikapnya sebagai akibat
komunikasi atau tidak. Asumsi pokok dari sudut pandang respons kognitif adalah bahwa orang
merupakan pemroses informasi yang aktif yang membangkitkan respons kognitif terhadap pesan,
dan tidak sekedar menjadi penerima pasif dan pesan apapun yang mereka terima. Pendekatan
lainnya adalah pendekatan nilai ekspektansi (expectancy-valuaes approach). Orang mengambil
posisi yang akan membawanya pada kemungkinan hasil yang terbaik dan menolak posisi yang
akan membawanya pada hasil yang buruk atau yang tidak mengarahkannya pada hasil yang baik.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa dalam mengambil sikap orang berusaha memaksimalkan
nilai berbagai hasil/akibat yang diharapkan. Perbedaan kedua versi pendekatan ini adalah bahwa
teori insentif mengabaikan asal-usul sikap dan hanya mempertimbangkan keseimbangan insentif
yang terjadi. Selain itu teori insentif menekankan keuntungan atau kerugian apa yang akan
dialami seseorang dengan mengambil posisi tertentu. Misalnya, apakah teman-tertian menyukai
apa yang dia lakukan, apakah pengalaman itu menyenangkan, dan lain-lain adalah merupakan
pertimbangan-pertimbangan yang cermat. Bila terdapat tujuan-tujuan yang bertentangan orang
akan mengambil posisi yang memaksimalkan keuntungan mereka. Sehingga orang akan lebih
berhati-hati, penuh perhitungan dan menjadi pengambil keputusan yang aktif. Sebaliknya
pendekatan belajar memperlakukan orang sebagai reflektor lingkungan yang pasif dan karena itu
orang menjadi kurang rasional dan kurang hati-hati.

C. Teori Konsistensi Kognitif


Kerangka utama lain untuk mempelajari sikap
menekankan konsistensi kognitif. Pendekatan konsistensi
kognitif berkembang clan pandangan kognitif dimana
pendekatan ini menggambarkan orang sebagai makhluk
yang menemukan makna dan hubungan dalam struktur
kognitifnya. Terdapat tiga pokok yang berbeda dalam
gagasan konsistensi kognitif. Pertama adalah teori
keseimbangan yang meliputi tekanan konsistensi diantara
akibat-akibat dalam sistem kognitif yang sederhana.
Sistem seperti ini terdiri dari dua obyek, hubungan
diantara kedua obyek itu dan penilaian individu tentang
obyek-obyek tersebut. Kedua adalah pendekatan
konsistensi kognitif-afektif Pendekatan ini menjelaskan
bahwa orang juga berusaha membuat kognisi mereka
konsisten dengan afeksi mereka. Dengan kata lain keyakinan kita, pengetahuan kita, pendirian
kita tentang suatu fakta, ditentukan oleh pilihan afeksi kita, demikian juga sebaliknya. Bagi kita
cukup jelas bahwa informasi menentukan perasaan kita. Misalnya, kita tahu bahwa kita tidak
menyukai diktator yang memenjarakan dan membunuh sebagaian besar lawan politiknya. Versi
konsistensi kognitif ini menjadi lebih menarik karena penilaian kita mempengaruhi keyakinan
kita. Ketiga adalah teori ketidaksesuaian atau disonance theory. Sikap akan berubah demi
mempertahankan konsistensi perilaku dengan perilaku nyatanya. Hal ini pertama kali
dikemukakan oleh Leon Festinger (dalam Sears., 1985: 148). Teori ketidaksesuaian difokuskan
pada dua sumber pokok ketidakkonsistenan sikap perilaku akibat pengambilan keputusan dan
akibat perilaku yang sating bertentangan dengan sikap (counter attitudinal behaviour). Biasanya
keputusan menimbulkan berbagai ketidakkonsistenan karena tindakan mengambil keputusan
mempunyai arti bahwa kadangkala kita hams membuang sesuatu yang justru kita inginkan
(segala sesuatu yang kita putuskan untuk tidak dilakukan) dan menerima sesuatu yang tidak
begitu diinginkan (bahkan pilihan yang terbaik pun biasanya memiliki beberapa kekurangan).
Pada saat kita melakukan perilaku yang bertentangan dengan sikap seperti misalnya bekerja pada
jabatan yang membosankan (karena kita membutuhkan uang) atau mengikuti perkuliahan yang
tidak menarik (mungkin karena diwajibkan), maka ketidakkonsistenan timbul diantara sikap dan
perilaku kita. Ketidakkonsistenan semacam itu dilukiskan sebagai hasil ketidaksesuaian kognitif
yang bisa dikurangi dengan sejumlah cara. Salah satu cara yang sangat menarik adalah dengan
mengubah sikap sehingga konsisten dengan perilaku.
D. Teori atribusi (atribution theory) juga telah diterapkan dalam ketidakkonsistenan sikap-
perilaku. Bern (dalam Sears., 1985:149) menyatakan bahwa orang mengetahui sikap mereka
sendiri bukan melalui peninjauan ke dalam diri mereka, tetapi dengan mengambil kesimpulan
dan perilaku mereka sendiri dan persepst mereka tentang situasi. Implikasinya adalah bahwa
perubahan perilaku yang dilakukan oleh seseorang memungkinkan timbulnya kesimpulan pada
orang itu bahwa sikapnya telah berubah. Misalnya ketika kita setiap hari belajar psikologi maka
lama kelamaan mungkin kita akan menyukai pelajaran ini.

2.6. Fungsi Sikap


Katz (Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap itu adalah fungsi
penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan.

1. Fungsi penyesuaian diri berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan
membantu untuk mencapai tujuan secara maksimal. Sebagai contoh, seseorang cenderung
menyukai partai politik yang mampu memenuhi dan mewakili aspirasi-aspirasinya. Di Negara
Inggris dan Astralia, seorang pengangguran akan cenderung memilih partai buruh yang
kemungkinan besar dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau member tunjangan lebih besar.
2. Fungsi pertahanan diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari
keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Sebagai contoh fungsi ini adalah perilaku
proyeksi. Proyeksi adalah atribusi cirri-ciri yang tidak diakui oleh diri seorang dalam dirinya
kepada orang lain. Melalui proyeksi, ia seakan-akan tidak akan memiliki cirri-ciri itu.
3. Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positive nilai-nilai dasar seseorang
, memamerkan citra dirinya , dan aktualisasi diri. Si Fithra mungkin memiliki citra diri sebagai
seorang “ Konsevative” yang hal itu akan mempengaruhi sikapnya tentang demikrasi atau
sikapnya tentang perubahan social.
4. Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseoarang menetapkan standar evaluasi
terhadap sesuatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka
acu pribadi seseoarang dalam menghadapi objek atau peristiwa disekelilingnya. Contoh fungsi
pengetahuan sikap misalnya adalah pemilik sepeda motor akan mengubah sikap positif terhadap
sepeda motor seiring dengan peningkatan status sosialnya. Ia sekarang emutuskan untuk
membeli mobil karena ia yakin bahwa mobil lebih sesuai dengan status sosialnya yang baru,
yaitu sebagai manager tingkat menengah sebuah perusahaan level menengah.

2.7. Hubungan Sikap Dengan perilaku

Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku
individu.Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon yang ditangkap,
kecenderungan individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor
bawaan dan lingkungansehingga menimbulkan tingkah laku.

 Pembentukan perilaku
Pembentukan perilaku dengan konsidioning atau kebiasaan, Cara ini didasarkan atas
teori belajar konsidioning yang dikemukakan oleh Pavlov, Thorndike dan Skinner. Dengan cara
membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akan terbentuklah perilaku
tersebut.
Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight). Disamping pembentukan dengan
kondisioning, pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian (insight). Caraini
berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar yang disertai dengan adanya
pengertian,seperti yang dikemukakan kohler.
Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh. Jadi, perilaku itu
dibentuk dengan cara menggunakan model atau contoh yang kemudian perilaku dari model
tersebut ditiru oleh individu. Hal ini didasarkan atas teori belajar social (social learning theory).

 Konsistensi sikap dan perilaku


Sikap dan perilaku sering dikatakan berkaitan erat, dan hasil penelitian juga
memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku. Salah satu teori yang
biasa menjelaskan hubungan antara dan perilaku dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Menurut
mereka, antara sikap dan perilaku terdapat satu factor psikologis yang harus ada agar keduanya
konsisten, yaitu niat (intention). Worchel dan Cooper (1983) menyimpulkan sikap dan perilaku
bias konsisten apabila ada kondisi sebagai berikut :
1. Spesifikasi sikap dan perilaku
2. Relevansi sikap terhadap perilaku
3. Tekanan normative
4. Pengalaman
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sikap merupakan sebuah pandangan positive ataupun negative terhadap suatu objek yang
sedang dihadapinya saat itu atau yang telah lalu. Pandangan ini diperoleh dari hasil belajar atau karena
pengaruh interaksisocial sehari-hari yang diikuti dengan perasaan seorang individu. Sikap
memiliki tiga (3) komponen yaitu : komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen prilaku
dalam menentukan terjadinya keselarasan sikap untuk menanggapi suatu objek yang terjadi
padanya. Dapat disimpulkan bahwa, pentingnya peranan sikap yang dimunculkan oleh seorang
individu untuk dapat mengaplikasikan sikapnya kedalam bentuk tindakan terhadap suatu objek
maupun sebuah peristiwa yang sedang dihadapinya.

3.2. Saran
BAB I

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan individu lainnya. Sikap
(attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap
baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan
pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah
dilakukan terhadap sikap kaitannya denganefek dan perannya dalam pembentukan karakter dan
sistem hubungan antarkelompok.

Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu
untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial.
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotitif atau negative
terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
sebagainya (Howard dan Kendler, 1974;Gerungan, 2000).

Oleh karena itu kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai sikap. Untuk itu Dalam
makalah ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian sikap, proses dan komponen sikap,
faktor – faktor yang mempengaruhi sikap, teori- teori tentang sikapdan hubungan sikap dengan
perilaku.

1. B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas kelompok mata kuliah Dasar- dasar
Pemahaman Perilaku juga untuk mengetahui :

1. Pengertian Sikap
2. Proses dan komponen Sikap
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap
4. Teori – Teori Tentang Sikap
5. Hubungan sikap dengan Perilaku
BAB II

PEMBAHASAN

1. A. Pengertian Sikap

Dibawah ini pengertian Sikap Menurut para Ahli:

1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk
bereaksi (disposition to react) secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably)
terhadap obyek – obyek tertentu.

2. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai
organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional , emosional, perseptual, dan kognitif
mengenai aspek dunia individu.

3. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

4. Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada
sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga,
norma dan lain-lain.

5. Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek,
aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka
atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu.

6. Menunit G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk bertindak.

7. Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari
kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
8. Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:

a. sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda,
orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.

b. sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu,
tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa
yang disukai, diharapkan, dan diinginkan,mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari.

c. sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung
dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.

d. sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan.

e. sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena
itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

9. Sri Utami Rahayuningsih (2008) Sikap (Attitude) adalah

1. Berorientasi kepada respon : : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung
(Unfavourable) pada suatu objek

2. Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi


terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk
menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan

3. Berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi komponen-komponen


kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di
dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi.

1. B. Proses dan Komponen Sikap


Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif, afektif, dan
kecenderungan tindakan (Morgan dan King, 1975;Krech dan Ballacy, 1963, Howard dan
Kendler 1974, Gerungan, 2000).

1. 1. Komponen kognitif

Aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi
yang masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan
menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang
telah ada di dalam otak manusia. Nilai – nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan
sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif dari sikap individu.

1. 2. komponen afektif

Aspek ini Dikatakan sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek, yang
sejalan dengan hasil penilaiannya.

1. 3. komponen kecenderungan bertindak

Berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinandan
keinginannya.

Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat positif atau negatif. Manifestasikan
sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak
setuju terhadap obyek atau subyek. Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya. Dari
manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu
sistem.

komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem,
sehingga tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara bersama-
sama membentuk sikap dan Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
secara bersama- sama membentuk sikap.

1. C. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Sikap

1. a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulus sosial.

1. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap
kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-
lain.

1. c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita.

1. 4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut.

1. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.

1. D. Teori – Teori Tentang Sikap


1. 1. Teori Keseimbangan

Pada teori ini fokusnya terletak pada upaya individu untuk tetap konsisten dalam bersikap dalam
hidup yang melibatkan hubungan- hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap.Dan
dalam bentuk sederhana, ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan :

1. sikap favorable ( baik, suka, positif )


2. sikap Unfavorable ( buruk, tidak suka, negatif )
1. 2. Teori Konsistensi kognitif – Afektif
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka
konsisiten dengan afeksinya dan penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan
mempengaruhi keyakinannya.Sebagai contoh:

Tidak jadi makan direstoran X karena temannya bilang bahwa restoran tersebut tidak halal
padahal di belum pernah kesana

1. 3. Teori Ketidaksesuaian

Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana individu menyelataskan elemen – elemen
kognisi, pemikiran atau struktur ( Konsonansi selaras ) dan disonasi atau kesetimbangan yaitu
pikiran yang amat menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya.dimana terdapat 2
elemen kognitif dimana disonasi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga menganggu
logika dan penghargaan. Sebagai contoh Misalnya: ”Merokok membahayakan kesehatan”
konsonansi dengan ”saya tidak merokok”; tetapi disonansi dengan ”perokok”.

Cara mengurangi Disonansi:

a. Merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan mengubah sikap agar sesuai dengan
perilakunya. Misalnya : stop merokok

b. Menambahkan satu elemen kognitif baru. Misalnya: tidak percaya rokok merusak kesehatan

4. Teori Atribusi

Pada teori ini fokusnya terletak paad bagaimana individu mengetahui akan sikapnya dengan
mengambil kesimpulan sendiri dan persepsinya tentang situasi. Pada teori ini implikasinya
adalah perubhan perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang
tersebut bahwa sikapnya telah berubah. Sebagai contoh memasak setiap kesempatan baru sadar
kalu dirinya suka menyukai/ hobi memasak.

1. E. Hubungan sikap dengan perilaku

Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku individu.
Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon yang ditangkap ,kecenderungan
individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungan
sehingga menimbulkan tingkah laku.
BAB III

PENUTUP

1. A. Kesimpulan

sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat
dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi
di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Proses sikap terdiri dari 3 komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan kecenderungan untuk
bertindak, komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan
sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara
bersama-sama membentuk sikap dan Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan
bertindak secara bersama- sama membentuk sikap.

Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku individu.
Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon yang ditangkap ,kecenderungan
individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungan
sehingga menimbulkan tingkah laku.

1. B. SARAN

Adapun saran dari penulis adalah gunakanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya dan jadikanlah
sebagi bahan referensi untuk makalh yang sejenis.

DAFTAR PUSTAKA
H. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Anonim a. 2008. Faktor – Faktor yang mempengaruhi sikap ( Online ) http: // www. Sikap.
Com,diakses 7 April 2010

Sri Utami Rahayuningsih . 2008. Sikap ( Attitude ) (Online ) http:// www. Atttitude,blogspot.
Com, diakses 7 April 2010

Fitri. 2008. Pengertian Sikap (Online ) http:// Blog dunia Psikologi. Com, diakses 7 April 2010

Anda mungkin juga menyukai