Dipetik Dari :
Laporan belajar dari
Venerable Zi‐liao
“Kelas Belajar Edisi 171”
www.smamituofo.blogspot.com
1. Ayahbunda......................................................................................................4
2. Suami istri.......................................................................................................6
3. Anak cucu.....................................................................................................11
7. Perasaan romantis........................................................................................18
Daftar Pustaka...................................................................................................21
Tujuh Pengait adalah tujuh jenis ikatan yang membuat manusia sulit terbebas
dari enam alam tumimbal lahir, asalkan ada salah satu dari ketujuh ikatan tersebut
belum terurai, maka tidak dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Tujuh Pengait atau
tujuh ikatan tersebut adalah :
1. Ayahbunda
2. Suami istri
3. Anak cucu
4. Kekayaan dan kedudukan
5. Rumah dan ladang
6. Artikel tak tertandingi
7. Perasaan romantis
1. Ayahbunda
Manusia di dunia ini, ingin membalas budi ayahbunda, malah tidak memahami
cara untuk berbakti, selalu saja memberi ayahbunda makanan daging, mengira
ini adalah berbakti. Sesungguhnya ini bukanlah berbakti pada ayahbunda tetapi
sebaliknya malah mencelakai ayahbunda! Mencelakai ayahbunda sehingga
setiap kelahiran demi kelahiran dibunuh, untuk menikmati pembalasan akibat
tindakan baktiku sebagai musuh kerabat penagih hutang.
Manusia pasti mengalami kematian, apabila setelah mati dan tidak berhasil
terlahir ke Alam Sukhavati, maka siksaan yang akan dijalani kelak, takkan habis
diungkapkan dengan kata-kata.
Da Yu adalah insan suci besar, tetapi dia juga tak berdaya menolong roh ayahnya.
Terpikir sampai di sini, hati yang menasehati ayahbunda agar melafal Amituofo
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, muncul dengan sendirinya. Kalau bukan
demikian maka adalah anak durhaka. Oleh karena tidak peduli pada kesadaran
(alaya-vijnana) ayahbunda jatuh ke alam rendah, dosa ini adalah lebih berat
daripada membunuh ayahbunda!
Manusia selalu berpikir untuk menjadi orang yang sukses, apabila anda
berhasil melampaui enam alam tumimbal lahir, barulah benar-benar
merupakan orang sukses!
2. Suami istri
Suami istri adalah mesra bagaikan “luan dan phoenix”, ikatan percintaan ini
sampai kapankah barulah dapat terurai? Ikatan ini berlangsung dari satu kehidupan
ke kehidupan selanjutnya, kehidupan demi kehidupan yang tak terhitung, hingga
kini juga belum usai, apakah harus begini terus membiarkan ikatan ini berlangsung
tiada habis-habisnya?
Ibarat setan yang berdandan, kedua belah pihak saling mendambakan satu
sama lainnya. Meskipun mesra bagaikan bahan perekat, namun ketika jodoh
berakhir, juga harus terpisah satu sama lainnya, masing-masing bertumimbal lahir
mengikuti kekuatan karmanya. Bisa saja mati bersama, tetapi tempat yang dituju
adalah berbeda.
Pepatah berkata : “Suami istri bagaikan sepasang burung di rimba yang sama,
saat kehidupan berakhir, masing-masing terbang ke tujuan masing-masing”.
Sutra Usia Tanpa Batas menyebutkan : “Tumimbal lahir di Alam Saha
dikarenakan nafsu keinginannya yang begitu kuat, di dalam enam alam tumimbal
lahir, karma yang diciptakan diri sendiri buah akibatnya pasti juga akan ditanggung
sendiri. Karma yang diperbuat setiap orang berbeda-beda. Karena karma berbeda,
maka buah akibat yang diterima juga berbeda. Maka itu walaupun terlahir di alam
manapun, tetap lahir sendiri dan mati sendiri, pergi sendiri dan datang sendiri, tiada
yang menemani. Bukan hanya ini, karma yang diperbuat sendiri, semua akibat baik
suka maupun duka harus ditanggung sendiri, juga tidak ada yang dapat mewakili
dirimu.
Lagipula niat pikiran baik dan buruk para makhluk juga berubah dengan
sangat cepat, sebab menghasilkan akibat. Begitu jatuh ke alam tumimbal lahir,
karena perjalanan yang ditempuh masing-masing berbeda, jika ingin bertemu
kembali adalah hal yang sungguh tidak mudah. Walaupun telah bertemu, namun
wajah telah berubah, tidak mungkin dapat saling mengenal. Maka itu Buddha
Sakyamuni menasehati manusia, mengapa tidak semasa tubuh masih sehat dan
kuat, berusaha keras memutuskan kejahatan melatih kebajikan, melafal Amituofo
bertekad lahir ke Alam Sukhavati, mau tunggu apa lagi?”
Ada orang yang menjadi pasangan suami istri untuk satu kehidupan, tetapi
malah merasa belum cukup, sehingga bersumpah untuk kelahiran demi kelahiran
berikutnya dapat menjalin jodoh menjadi pasangan suami istri lagi,
membangkitkan niat yang sedemikian rupa, memastikan untuk bertumimbal lahir
lagi, tetapi terlahir kembali belum tentu bisa begitu beruntung jadi manusia lagi,
ditakutkan tidak berada lagi di alam manusia.
Ada berita yang mencantumkan kisah asmara antara manusia dan binatang,
contohnya jalinan percintaan antara manusia dan anjing, lumba-lumba, kerbau,
kuda dan lain sebagainya, ini merupakan perumpamaan yang nyata tentang
tumimbal lahir, pada kelahiran ini salah satunya jatuh ke Alam Binatang.
“Chang Hen Ge” merupakan puisi yang melukiskan kisah pilunya jalinan
percintaan antara Kaisar Tang Xuan-zong dan selir Yang Gui-fei, menunjukkan
betapa beratnya siksaan dibalik sebuah percintaan. Kaisar Tang Xuan-zong dipaksa
untuk menjatuhkan hukuman mati pada selir kesayangannya Yang Gui-fei,
sehingga kaisar begitu patah hati dan frustasi, tersiksa setengah mati.
Konon, pada bulan ke-7 hari ke-7 Kaisar Tang Xuan-zong dan selir Yang Gui-
fei bahkan pernah bersumpah di “Aula Kehidupan Abadi” : Semoga setiap
kehidupan dapat menjadi pasangan suami istri, usai bersumpah, kedua insan saling
bergandengan tangan dan menangis tersedu-sedu. Mengikrarkan sumpah
sedemikian rupa adalah bertumimbal lahir tanpa henti.
Laporan terapi hipnotis dari Dr. Brian Weiss menyebutkan ada salah satu
kasus pasiennya dimana kejadian ini terjadi era kuno Palestina. Pada saat itu umat
Kristiani yang tinggal di Palestina, sering ditindas oleh pasukan prajurit Romawi.
Gadis ini bernama Marion, ayahnya bernama Irei, jujur dan kuat. Pasukan
prajurit Romawi memikirkan sebuah pertunjukkan yang tidak manusiawi. Pertama-
tama mereka mengikatkan seutas tali di pergelangan kaki Irei, salah seorang
prajurit menangkap tali tersebut sedangkan yang lainnya menunggang kuda melaju
ke arah depan, menyeretnya di atas permukaan tanah.
Setelah melewati beragam adegan yang tidak manusiawi, kuda pun berhenti.
Ayah Marion telah bersimbah darah, meskipun berhasil lolos dari hukuman yang
hampir merenggut nyawanya tersebut. Namun malangnya para prajurit masih
belum puas mempermainkan nyawa Irei.
Dua orang prajurit mengambil tali lalu mengikatnya ke bagian dada mereka,
lalu berusaha keras melompat-lompat serupa dengan kuda, sang ayah yang diseret
di atas permukaan tanah, kepalanya menabrak sebongkah batu besar. Satu
hantaman di kepalanya ini telah membuatnya sekarat. Namun bagi para prajurit,
hal ini hanyalah permainan semata.
Satu kalimat ini “Papa, aku mencintaimu, saya akan menyayangimu buat
selama-lamanya”, telah menabur benih cinta, setelah mereka terpisah dalam
lingkaran tumimbal lahir selama beberapa ribu tahun kemudian, mereka bersua
kembali pada kehidupan kali ini dan menjadi sepasang kekasih. Dan tentu saja
mereka juga memiliki kisah pertemuan pada masa kehidupan lainnya.
Master Han Shan berkata : Cinta adalah akar dari tumimbal lahir. Akar cinta
ini, bukanlah pada kehidupan sekarang barulah ada, juga bukan dipupuk dari satu,
dua, tiga, empat kelahiran barulah ada, tetapi sejak dari kalpa yang tanpa awal,
kelahiran demi kelahiran, hidup dan mati lalu mati dan hidup, juga oleh karena
cinta dan nafsu sehingga berputar-putar terus di lingkaran tumimbal lahir. Sampai
hari ini, masih saja mendambakan masa silam, bagaimana mungkin akan ada
sebersit niat untuk berhenti meskipun hanya untuk sesaat saja? Demikianlah benih
akar cinta ini, tertimbun dari satu kalpa demi kalpa, kian lama kian tebal, maka itu
bertumimbal lahir tiada ujung dan akhirnya.
Ayah dan putrinya, bunda dan putranya, pada kelahiran mendatang menjadi
sepasang suami istri, adegan begini tidak tahu sudah berapa banyak kita lakoni
dalam lingkaran tumimbal lahir. Kemelekatan pada cinta yang tidak sanggup
dilepaskan, maka itu terus berputar di dalam roda samsara.
Ada pula pasangan suami istri dimana kehidupan mereka begitu tersiksa, tetapi
untuk berpisah juga tak berdaya, maka itu saling menyakiti, ini merupakan
fenomena saling menagih hutang.
Maka itu harus mengurai ikatan asmara yang bagaikan ikan di dalam air, ikan
tidak bisa hidup tanpa air, suami istri bagaikan ikan di dalam air yang
melambangkan bahwa hubungan mereka begitu dekat tak terpisahkan.
Ada pula pasangan suami istri lansia yang saling mendukung dan saling
membantu, dan hal ini menjadi pujian bagi manusia di dunia ini. Manusia selalu
menganggap bahwa cinta itu kian kental kian bagus, kenyataannya tidak tega
memberitahu padamu : pasti akan berputar lagi di dalam lingkaran tumimbal lahir,
pasangan suami istri yang akur hingga usia tua, di dalam hati mereka betapa
kerinduan itu tak ikhlas dilepaskan, maka itu mereka masih akan terus berputar di
dalam roda samsara.
Maka itu Master Lian Chi menasehati semua praktisi, menghapus hingga
tuntas jalinan percintaan suami istri yang bagaikan ikan di dalam air yang sulit
dipisahkan, yakni dengan bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.
3. Anak cucu
Manusia bersusah payah bekerja di dunia ini tak lain adalah demi menafkahi
keluarganya, mewariskan kekayaan pada anak cucunya kelak. Tetapi, hidup secara
bersahaja juga dapat melewati hari demi hari, buat apa memaksakan diri harus
hidup serba berkecukupan? Anak cucu kelak mau sekolah atau berladang atau
berdagang, semuanya juga dapat menafkahi diri mereka masing-masing, jadi buat
apa harus mengejar kekayaan itu?
Lagi pula sejak jaman purba hingga sekarang, orang yang paling memikirkan
masa depan anak cucunya sepanjang sejarah, tak lain adalah Kaisar Qin Shi-huang.
Qin Shi-huang berhasil menelan enam kerajaan lainnya, membakar buku kitab
ajaran Konfusius, menarik seluruh alat persenjataan, tak lain adalah untuk
memperlemah kekuatan rakyat, sehingga takkan ada gerakan pemberontakan dari
rakyat.
Dari sini dapat dilihat bahwa niat untuk memakmurkan anak cucu agar tahta
bisa diwariskan hingga turun temurun, malah sebaliknya membawa anak cucu pada
kematian.
Kaisar Han Xian-di (kaisar terakhir Dinasti Han, bertahta 189-220), Cao Cao
menjadi perdana menteri, berusaha merebut kekuasaan. Segala tindakan Cao Cao
tak lain untuk memperlemah kekuasaan kaisar, memperkuat kekuasaannya sendiri,
tujuannya tak lain kelak ketika meninggal nanti, putranya bisa naik tahta jadi kaisar.
Tak diduga setelah Cao Cao wafat, putra keduanya, Cao Pi malah merebut
tahta. Bahkan jenazah Cao Cao masih belum dimakamkan, tetapi Cao Pi sudah
berani-beraninya mengambil selir kesayangan Cao Cao menjadi miliknya.
Setelah mati, Cao Cao selamanya jatuh ke alam rendah, sekitar lebih dari
seribu empat ratus tahun kemudian, yakni pada masa Kaisar Qianlong bertahta
(1735-1799), di Suzhou, ada seorang tukang jagal yang menyembelih seekor babi,
menemukan di bagian paru-paru dan liver babi ada tulisan “Cao Cao”.
Tetangganya ada yang melihat kejadian ini dan merasa ketakutan, sejak itu
meninggalkan keduniawian, nama Dharmanya adalah Fo An. Dia menfokuskan
pikiran melafal Amituofo, akhirnya terlahir ke Alam Sukhavati, kisah ini tercatat di
dalam “Kisah para praktisi yang terlahir di Tanah Suci Sukhavati” .
Cao Cao mengerahkan segenap upaya demi masa depan anak cucunya.
Meskipun Cao Cao berhasil menjadi kaisar, tetapi Dinasti Wei yang dengan susah
payah dibangunnya hanya bisa bertahan selama 45 tahun saja, kemudian runtuh
dan lenyap. Lagi pula selama bertahta, harus menghadapi ancaman serangan dari
sana sini, tiada sehari pun bisa dilewati dengan tenang.
Selanjutnya juga ada dinasti-dinasti lainnya yang berdiri, namun hanya bisa
bertahan 2 atau 3 tahun, atau 8 atau 9 tahun, 10 atau 20 tahun, 40 atau 50 tahun,
jadi tidak lama bertahan. Hanya satu-satunya Dinasti Jin Timur yang bisa bertahan
hingga 103 tahun.
Semua ini tak lain adalah demi memakmurkan anak cucu sendiri,
kenyataannya tindakan mereka ini malah membawa keturunan mereka pada
kemusnahan, sama sekali tidak ada generasi penerusnya lagi. Maka itu seorang
penguasa juga tidak bisa menjamin kemakmuran anak cucunya kelak.
Sepanjang hidupnya manusia merisaukan anak cucunya, usai sibuk buat anak
sekarang sibuk buat cucu. Orang kaya juga pada sibuk, orang miskin juga tidak
kalahnya sibuk, masing-masing memperoleh kebahagiaan dan tidak jenuh, semua
ini dikarenakan mereka tidak pernah merencanakan persiapan masa depannya.
Pada jaman dahulu kala ada seorang yang bernama Dou Yan-shan, yang
bersusah payah mendidik lima putranya, sehingga berhasil menjadi insan tersohor,
namun hari ini apapun tidak bersisa!
Daripada memikirkan anak cucu, lebih baik merisaukan sejenak urusan
terbesar dalam kehidupan anda sendiri. Hubungan putra-putri dan ayahbunda
hanyalah masalah hutang piutang saja, yang satu menagih dan satunya lagi
melunasi, sudah mesti mengikhlaskan apa yang dikatakan sebagai kebahagiaan
bisa berada bersama anak cucu, lebih baik mencari Jalan Pembebasan.
Maka itu segala jalinan, kekhawatiran dan merisaukan anak cucu haruslah
dihapus sampai tuntas (bertekad terlahir ke Alam Sukhavati).
Di dunia ini ada berapa banyak insan yang sesungguhnya hanyalah tamu dunia
semata, yang sibuk mengejar kedudukan dan ketenaran, usia belum seberapa tua
namun rambut sudah memutih, oleh karena demi mengejar kedudukan dan
ketenaran dan menghabiskan terlampau banyak tenaga.
Pada masa Dinasti Tang ada sebuah kisah tentang “Huang Liang Meng”, ada
seorang pelajar yang bermarga Lu, hendak menuju ke ibukota untuk mengikuti
ujian negara, di tengah perjalanan, dia merasa lelah lalu beristirahat. Di
sampingnya ada seorang kakek yang kebetulan baru selesai mencuci beras Huang
Liang, dan bersiap-siap untuk memasaknya, melihat pelajar yang kelelahan
tersebut, maka dia meminjamkan bantalnya kepada pelajar tersebut. Pelajar itu
segera terlelap dan memasuki alam mimpi.
Dia bermimpi dirinya berhasil lulus ujian negara dengan rangking pertama,
lalu menikah dan dikaruniai seorang putra, kemudian karirnya melejit menjadi
perdana menteri, tak terasa dia menikmati kekayaan dan kedudukan selama 40
tahun lamanya, semua ini hanya berlangsung sekejab saja.
Akhirnya oleh karena melanggar hukum sehingga dijatuhi hukuman penggal,
saat kepalanya akan dipenggal, mendadak dia terbangun, melihat di sekelilingnya,
kakek yang sedang menanak nasi.
Kakek tua yang melihat pemuda itu baru bangun dari tidurnya, berkata :
“Kekayaan dan kedudukan selama 40 tahun, dalam sekejab sudah usai ya!”
Maka itu kemudian dia membatalkan niatnya mengikuti ujian negara, dan
mengikuti kakek tua pergi membina diri.
Kemakmuran dan kekayaan, permata memenuhi seisi rumah, kalau bisa dapat
sebanding dengan keluarga kerajaan; manusia mempergunakan standar ini sebagai
kebanggaannya, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata di
dalamnya, padahal bagi seorang praktisi, memandang hal ini sebagai kerisauan
yang tak berujung.
Orang kaya yang memiliki segalanya juga merasa risau takut kehilangan,
orang miskin yang tidak memiliki apa-apa juga merasa risau karena terus menerus
mendambakan.
Seluruh makhluk terhadap ladang, rumah, sanak keluarga dan harta benda,
ketika tidak ada, ingin memperebutkannya; setelah memilikinya takut kehilangan.
Setelah memiliki yang ini, merasa kurang yang itu, selalu ingin menyamakan diri
sendiri dengan orang lain. Baru saja memiliki sedikit, segera merisaukan akan
terjadinya bencana yang tak terduga, misalnya bencana banjir, bencana kebakaran,
pencuri, musuh dan penagih hutang.
Berapapun banyaknya gunung emas yang dimiliki, atau berapapun banyaknya
tabungan yang disimpan di bank, hanya dipinjam kepada anda untuk sementara
waktu saja. Seseorang itu meskipun mempunyai harta seluruh bumi ini, saat ajal
begitu kedua kaki menjulur terlentang, satupun tidak bisa dibawa pergi. “Tidak ada
satupun yang bisa dibawa pergi, hanya karma yang menyertai”.
Maka itu harus menghapus hingga tuntas niat pikiran yang mengejar harta
kekayaan.
Meskipun memiliki bakat yang melampaui orang lain di dunia ini, lantas apa
yang patut dibanggakan?
Para sahabatnya juga memberi motivasi padanya : “Sepanjang hidup tuan giat
berusaha di bidang ini, sekarang harus lebih tekun lagi!” Tetapi Su Dong-po malah
menjawab : “Justru ketrampilanku melafal Amituofo amat jelek”.
Manusia sibuk berkarir di dunia ini, andaikata mereka memahami bahwa karir
mesti ditujukan untuk terlahir ke Alam Sukhavati, mengakhiri samsara, maka karir
duniawi hanyalah sepele.
Andaikata bukan pada kehidupan sekarang juga kita menyelamatkan diri, mau
tunggu sampai kapan barulah bisa terselamatkan? Maka itu segala bentuk
pemikiran terhadap artikel yang tak tertandingi, segala bakat talenta, haruslah
dihapus hingga tuntas,
7. Perasaan Romantis
Daftar
Pustaka
無量壽經科註第四回學習班 自了法師
(第一七一集)
http://www.amtb.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=2&web_rel_
index=3527&sub_amtb_index=5272&Page=18
Arsip
www.kebahagiaandharma.blogspot.com