Anda di halaman 1dari 22

Tujuh pengait

Dipetik Dari :

Laporan belajar dari  
Venerable Zi‐liao 
“Kelas Belajar Edisi 171” 

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.


Daftar isi
Hal

1. Ayahbunda......................................................................................................4

2. Suami istri.......................................................................................................6

3. Anak cucu.....................................................................................................11

4. Kekayaan dan kedudukan.............................................................................14

5. Rumah dan ladang........................................................................................15

6. Artikel tak tertandingi...................................................................................17

7. Perasaan romantis........................................................................................18

Daftar Pustaka...................................................................................................21

Gatha Pelimpahan Jasa.....................................................................................22


Tujuh Pengait

Tujuh Pengait adalah tujuh jenis ikatan yang membuat manusia sulit terbebas
dari enam alam tumimbal lahir, asalkan ada salah satu dari ketujuh ikatan tersebut
belum terurai, maka tidak dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Tujuh Pengait atau
tujuh ikatan tersebut adalah :

1. Ayahbunda
2. Suami istri
3. Anak cucu
4. Kekayaan dan kedudukan
5. Rumah dan ladang
6. Artikel tak tertandingi
7. Perasaan romantis

1. Ayahbunda

Budi ayahbunda besar bagaikan gunung, meskipun menggunakan kesenangan


materi untuk berbakti pada ayahbunda, namun juga tidak bisa membalas budi
yang mendalam dari ayahbunda.

Manusia di dunia ini, ingin membalas budi ayahbunda, malah tidak memahami
cara untuk berbakti, selalu saja memberi ayahbunda makanan daging, mengira
ini adalah berbakti. Sesungguhnya ini bukanlah berbakti pada ayahbunda tetapi
sebaliknya malah mencelakai ayahbunda! Mencelakai ayahbunda sehingga
setiap kelahiran demi kelahiran dibunuh, untuk menikmati pembalasan akibat
tindakan baktiku sebagai musuh kerabat penagih hutang.

Jadi bagaimana barulah dapat membalas budi kebajikan ayahbunda? Hanya


dengan membantu ayahbunda terbebas dari roda samsara, dengan demikian
bakti seorang anak barulah terhitung sempurna.
Ayahbunda yang berada di langit dan bumi ini, semuanya tidak mampu membawa
kita keluar dari roda samsara, hanya Buddha Amitabha yang mampu membawa
kita keluar dari tumimbal lahir.

Master Yin Guang berkata : Membantu ayahbunda terlahir ke Alam Sukhavati,


berarti membantu ayahbunda menjadi Buddha. Setiap praktisi yang berhasil
mencapai KeBuddhaan pasti dapat menyelamatkan para makhluk yang tak
terhingga dan tanpa batas. Segala bakti di dunia ini, adakah yang lebih besar
lagi daripada yang satu ini? Dapat membantu ayahbunda terlahir ke Alam
Sukhavati, selamanya menjauhi penderitaan dan memperoleh kebahagiaan,
barulah merupakan bakti besar yang sesungguhnya!

Manusia pasti mengalami kematian, apabila setelah mati dan tidak berhasil
terlahir ke Alam Sukhavati, maka siksaan yang akan dijalani kelak, takkan habis
diungkapkan dengan kata-kata.

Da Yu adalah insan suci besar, tetapi dia juga tak berdaya menolong roh ayahnya.
Terpikir sampai di sini, hati yang menasehati ayahbunda agar melafal Amituofo
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, muncul dengan sendirinya. Kalau bukan
demikian maka adalah anak durhaka. Oleh karena tidak peduli pada kesadaran
(alaya-vijnana) ayahbunda jatuh ke alam rendah, dosa ini adalah lebih berat
daripada membunuh ayahbunda!

Upasaka Xia Lian-ju mengatakan : “Jika ingin membalas budi ayahbunda,


hanya dengan melafal Amituofo”.

Anak cucu yang berbakti, semestinya mengerahkan segenap kekuatan untuk


giat berusaha menimbun karma suci (melafal Amituofo), untuk menyelamatkan
ayahbunda keluar dari enam alam tumimbal lahir. Janganlah malah membiarkan
hal yang membawa manfaat besar ini, mengalah dan membiarkan orang lain
yang melakukannya, sementara diri sendiri dan
ayahbunda malah ikhlas berada di dalam enam alam tumimbal lahir, timbul
tenggelam dan selamanya takkan ada hari pembebasan?

Manusia selalu berpikir untuk menjadi orang yang sukses, apabila anda
berhasil melampaui enam alam tumimbal lahir, barulah benar-benar
merupakan orang sukses!

Melakukan sebutir kebajikan, walaupun dikatakan membanggakan leluhur,


tetapi juga tidak bisa membantu ayahbunda untuk mengakhiri roda samsara.
Maka itu, dalam hal membanggakan dan menjayakan nama leluhur, haruslah
dilakukan dalam sekali tuntas semuanya.

2. Suami istri

Suami istri adalah mesra bagaikan “luan dan phoenix”, ikatan percintaan ini
sampai kapankah barulah dapat terurai? Ikatan ini berlangsung dari satu kehidupan
ke kehidupan selanjutnya, kehidupan demi kehidupan yang tak terhitung, hingga
kini juga belum usai, apakah harus begini terus membiarkan ikatan ini berlangsung
tiada habis-habisnya?

Ibarat setan yang berdandan, kedua belah pihak saling mendambakan satu
sama lainnya. Meskipun mesra bagaikan bahan perekat, namun ketika jodoh
berakhir, juga harus terpisah satu sama lainnya, masing-masing bertumimbal lahir
mengikuti kekuatan karmanya. Bisa saja mati bersama, tetapi tempat yang dituju
adalah berbeda.

Pepatah berkata : “Suami istri bagaikan sepasang burung di rimba yang sama,
saat kehidupan berakhir, masing-masing terbang ke tujuan masing-masing”.
Sutra Usia Tanpa Batas menyebutkan : “Tumimbal lahir di Alam Saha
dikarenakan nafsu keinginannya yang begitu kuat, di dalam enam alam tumimbal
lahir, karma yang diciptakan diri sendiri buah akibatnya pasti juga akan ditanggung
sendiri. Karma yang diperbuat setiap orang berbeda-beda. Karena karma berbeda,
maka buah akibat yang diterima juga berbeda. Maka itu walaupun terlahir di alam
manapun, tetap lahir sendiri dan mati sendiri, pergi sendiri dan datang sendiri, tiada
yang menemani. Bukan hanya ini, karma yang diperbuat sendiri, semua akibat baik
suka maupun duka harus ditanggung sendiri, juga tidak ada yang dapat mewakili
dirimu.

Lagipula niat pikiran baik dan buruk para makhluk juga berubah dengan
sangat cepat, sebab menghasilkan akibat. Begitu jatuh ke alam tumimbal lahir,
karena perjalanan yang ditempuh masing-masing berbeda, jika ingin bertemu
kembali adalah hal yang sungguh tidak mudah. Walaupun telah bertemu, namun
wajah telah berubah, tidak mungkin dapat saling mengenal. Maka itu Buddha
Sakyamuni menasehati manusia, mengapa tidak semasa tubuh masih sehat dan
kuat, berusaha keras memutuskan kejahatan melatih kebajikan, melafal Amituofo
bertekad lahir ke Alam Sukhavati, mau tunggu apa lagi?”

Ada orang yang menjadi pasangan suami istri untuk satu kehidupan, tetapi
malah merasa belum cukup, sehingga bersumpah untuk kelahiran demi kelahiran
berikutnya dapat menjalin jodoh menjadi pasangan suami istri lagi,
membangkitkan niat yang sedemikian rupa, memastikan untuk bertumimbal lahir
lagi, tetapi terlahir kembali belum tentu bisa begitu beruntung jadi manusia lagi,
ditakutkan tidak berada lagi di alam manusia.

Ada berita yang mencantumkan kisah asmara antara manusia dan binatang,
contohnya jalinan percintaan antara manusia dan anjing, lumba-lumba, kerbau,
kuda dan lain sebagainya, ini merupakan perumpamaan yang nyata tentang
tumimbal lahir, pada kelahiran ini salah satunya jatuh ke Alam Binatang.
“Chang Hen Ge” merupakan puisi yang melukiskan kisah pilunya jalinan
percintaan antara Kaisar Tang Xuan-zong dan selir Yang Gui-fei, menunjukkan
betapa beratnya siksaan dibalik sebuah percintaan. Kaisar Tang Xuan-zong dipaksa
untuk menjatuhkan hukuman mati pada selir kesayangannya Yang Gui-fei,
sehingga kaisar begitu patah hati dan frustasi, tersiksa setengah mati.

Konon, pada bulan ke-7 hari ke-7 Kaisar Tang Xuan-zong dan selir Yang Gui-
fei bahkan pernah bersumpah di “Aula Kehidupan Abadi” : Semoga setiap
kehidupan dapat menjadi pasangan suami istri, usai bersumpah, kedua insan saling
bergandengan tangan dan menangis tersedu-sedu. Mengikrarkan sumpah
sedemikian rupa adalah bertumimbal lahir tanpa henti.

Kemelekatan pada kasih sayang adalah bagaikan belenggu, mengikat manusia


ke dalam lingkaran enam alam tumimbal lahir, tidak mampu terbebas. Maka itu
Buddha Sakyamuni membabarkan di dalam “Sutra 42 Bagian” bahwa manusia
dibelenggu oleh istri, putra dan putri, rumah dan sebagainya, lebih parah daripada
dikurung di penjara. Bila dikurung di penjara masih ada hari pembebasan, tetapi
apabila dibelenggu oleh istri, anak dan lainnya, tidak ada niat pikiran jauh darinya.

Laporan terapi hipnotis dari Dr. Brian Weiss menyebutkan ada salah satu
kasus pasiennya dimana kejadian ini terjadi era kuno Palestina. Pada saat itu umat
Kristiani yang tinggal di Palestina, sering ditindas oleh pasukan prajurit Romawi.

Gadis ini bernama Marion, ayahnya bernama Irei, jujur dan kuat. Pasukan
prajurit Romawi memikirkan sebuah pertunjukkan yang tidak manusiawi. Pertama-
tama mereka mengikatkan seutas tali di pergelangan kaki Irei, salah seorang
prajurit menangkap tali tersebut sedangkan yang lainnya menunggang kuda melaju
ke arah depan, menyeretnya di atas permukaan tanah.

Setelah melewati beragam adegan yang tidak manusiawi, kuda pun berhenti.
Ayah Marion telah bersimbah darah, meskipun berhasil lolos dari hukuman yang
hampir merenggut nyawanya tersebut. Namun malangnya para prajurit masih
belum puas mempermainkan nyawa Irei.

Dua orang prajurit mengambil tali lalu mengikatnya ke bagian dada mereka,
lalu berusaha keras melompat-lompat serupa dengan kuda, sang ayah yang diseret
di atas permukaan tanah, kepalanya menabrak sebongkah batu besar. Satu
hantaman di kepalanya ini telah membuatnya sekarat. Namun bagi para prajurit,
hal ini hanyalah permainan semata.

Marion duduk di atas permukaan tanah yang bersimbah darah, memandangi


tubuh ayahnya yang berlumuran darah sambil menangis tersedu-sedu, dia sudah
tidak sanggup berkata apa-apa lagi, namun detik-detik terakhir saat ajal akan
menjemput, Marion mengeluarkan perkataan : “Papa, aku mencintaimu, saya akan
menyayangimu buat selama-lamanya”.

Sang ayah memandangi putrinya seolah-olah memahami niat hati putrinya.


Saat mentari terbenam di ufuk barat, keluarga dan kerabatnya berdatangan untuk
membantu Marion mengurus pemakaman jasad ayahnya.

Satu kalimat ini “Papa, aku mencintaimu, saya akan menyayangimu buat
selama-lamanya”, telah menabur benih cinta, setelah mereka terpisah dalam
lingkaran tumimbal lahir selama beberapa ribu tahun kemudian, mereka bersua
kembali pada kehidupan kali ini dan menjadi sepasang kekasih. Dan tentu saja
mereka juga memiliki kisah pertemuan pada masa kehidupan lainnya.

Master Han Shan berkata : Cinta adalah akar dari tumimbal lahir. Akar cinta
ini, bukanlah pada kehidupan sekarang barulah ada, juga bukan dipupuk dari satu,
dua, tiga, empat kelahiran barulah ada, tetapi sejak dari kalpa yang tanpa awal,
kelahiran demi kelahiran, hidup dan mati lalu mati dan hidup, juga oleh karena
cinta dan nafsu sehingga berputar-putar terus di lingkaran tumimbal lahir. Sampai
hari ini, masih saja mendambakan masa silam, bagaimana mungkin akan ada
sebersit niat untuk berhenti meskipun hanya untuk sesaat saja? Demikianlah benih
akar cinta ini, tertimbun dari satu kalpa demi kalpa, kian lama kian tebal, maka itu
bertumimbal lahir tiada ujung dan akhirnya.

Ayah dan putrinya, bunda dan putranya, pada kelahiran mendatang menjadi
sepasang suami istri, adegan begini tidak tahu sudah berapa banyak kita lakoni
dalam lingkaran tumimbal lahir. Kemelekatan pada cinta yang tidak sanggup
dilepaskan, maka itu terus berputar di dalam roda samsara.

Di dalam roda samsara, aku mencintaimu, kamu mencintaiku; aku


merindukanmu, kamu merindukanku, akhirnya adalah aku mengikatmu, kamu
mengikatku, saling mengikat erat di dalam lingkaran tumimbal lahir, kelahiran
demi kelahiran tidak mampu keluar dari roda samsara.

Semestinya mengikhlaskan kemelekatan pada jalinan kasih antar suami istri,


kenyataannya selalu saja adalah musuh kerabat penagih hutang dari masa kelahiran
lampau, sekarang datang untuk menagih hutang.

Ada pula pasangan suami istri dimana kehidupan mereka begitu tersiksa, tetapi
untuk berpisah juga tak berdaya, maka itu saling menyakiti, ini merupakan
fenomena saling menagih hutang.

Insan yang tercerahkan, masing-masing mesti mencari jalan keluar, pasti


melafal Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, mengakhiri tumimbal lahir,
merupakan jalan yang paling cemerlang.

Maka itu harus mengurai ikatan asmara yang bagaikan ikan di dalam air, ikan
tidak bisa hidup tanpa air, suami istri bagaikan ikan di dalam air yang
melambangkan bahwa hubungan mereka begitu dekat tak terpisahkan.
Ada pula pasangan suami istri lansia yang saling mendukung dan saling
membantu, dan hal ini menjadi pujian bagi manusia di dunia ini. Manusia selalu
menganggap bahwa cinta itu kian kental kian bagus, kenyataannya tidak tega
memberitahu padamu : pasti akan berputar lagi di dalam lingkaran tumimbal lahir,
pasangan suami istri yang akur hingga usia tua, di dalam hati mereka betapa
kerinduan itu tak ikhlas dilepaskan, maka itu mereka masih akan terus berputar di
dalam roda samsara.

Maka itu Master Lian Chi menasehati semua praktisi, menghapus hingga
tuntas jalinan percintaan suami istri yang bagaikan ikan di dalam air yang sulit
dipisahkan, yakni dengan bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.

Harus dipahami dengan jelas, bukanlah artinya menyuruh anda bercerai


dengan pasangan anda, tetapi melepaskan kemelekatan di hati, dari dalam hati
melepaskan kehidupan masa sekarang ini. Dalam kenyataannya segala sesuatu
adalah menuruti apa adanya, apa yang mesti dilakukan tetap harus dijalani.

3. Anak cucu

Manusia bersusah payah bekerja di dunia ini tak lain adalah demi menafkahi
keluarganya, mewariskan kekayaan pada anak cucunya kelak. Tetapi, hidup secara
bersahaja juga dapat melewati hari demi hari, buat apa memaksakan diri harus
hidup serba berkecukupan? Anak cucu kelak mau sekolah atau berladang atau
berdagang, semuanya juga dapat menafkahi diri mereka masing-masing, jadi buat
apa harus mengejar kekayaan itu?

Lagi pula sejak jaman purba hingga sekarang, orang yang paling memikirkan
masa depan anak cucunya sepanjang sejarah, tak lain adalah Kaisar Qin Shi-huang.
Qin Shi-huang berhasil menelan enam kerajaan lainnya, membakar buku kitab
ajaran Konfusius, menarik seluruh alat persenjataan, tak lain adalah untuk
memperlemah kekuatan rakyat, sehingga takkan ada gerakan pemberontakan dari
rakyat.

Namun siapa yang menduga bahwa begitu Chen She mempelopori


pemberontakan, seluruh rakyat ikut bangkit melawan. Sejak mempersatukan enam
negara, tidak sampai 12 atau 13 tahun kemudian akhirnya Dinasti Qin runtuh,
seluruh keturunan Kaisar Qin dihukum mati.

Dari sini dapat dilihat bahwa niat untuk memakmurkan anak cucu agar tahta
bisa diwariskan hingga turun temurun, malah sebaliknya membawa anak cucu pada
kematian.

Kaisar Han Xian-di (kaisar terakhir Dinasti Han, bertahta 189-220), Cao Cao
menjadi perdana menteri, berusaha merebut kekuasaan. Segala tindakan Cao Cao
tak lain untuk memperlemah kekuasaan kaisar, memperkuat kekuasaannya sendiri,
tujuannya tak lain kelak ketika meninggal nanti, putranya bisa naik tahta jadi kaisar.

Tak diduga setelah Cao Cao wafat, putra keduanya, Cao Pi malah merebut
tahta. Bahkan jenazah Cao Cao masih belum dimakamkan, tetapi Cao Pi sudah
berani-beraninya mengambil selir kesayangan Cao Cao menjadi miliknya.

Setelah mati, Cao Cao selamanya jatuh ke alam rendah, sekitar lebih dari
seribu empat ratus tahun kemudian, yakni pada masa Kaisar Qianlong bertahta
(1735-1799), di Suzhou, ada seorang tukang jagal yang menyembelih seekor babi,
menemukan di bagian paru-paru dan liver babi ada tulisan “Cao Cao”.

Tetangganya ada yang melihat kejadian ini dan merasa ketakutan, sejak itu
meninggalkan keduniawian, nama Dharmanya adalah Fo An. Dia menfokuskan
pikiran melafal Amituofo, akhirnya terlahir ke Alam Sukhavati, kisah ini tercatat di
dalam “Kisah para praktisi yang terlahir di Tanah Suci Sukhavati” .

Cao Cao mengerahkan segenap upaya demi masa depan anak cucunya.
Meskipun Cao Cao berhasil menjadi kaisar, tetapi Dinasti Wei yang dengan susah
payah dibangunnya hanya bisa bertahan selama 45 tahun saja, kemudian runtuh
dan lenyap. Lagi pula selama bertahta, harus menghadapi ancaman serangan dari
sana sini, tiada sehari pun bisa dilewati dengan tenang.

Selanjutnya juga ada dinasti-dinasti lainnya yang berdiri, namun hanya bisa
bertahan 2 atau 3 tahun, atau 8 atau 9 tahun, 10 atau 20 tahun, 40 atau 50 tahun,
jadi tidak lama bertahan. Hanya satu-satunya Dinasti Jin Timur yang bisa bertahan
hingga 103 tahun.

Semua ini tak lain adalah demi memakmurkan anak cucu sendiri,
kenyataannya tindakan mereka ini malah membawa keturunan mereka pada
kemusnahan, sama sekali tidak ada generasi penerusnya lagi. Maka itu seorang
penguasa juga tidak bisa menjamin kemakmuran anak cucunya kelak.

Sepanjang hidupnya manusia merisaukan anak cucunya, usai sibuk buat anak
sekarang sibuk buat cucu. Orang kaya juga pada sibuk, orang miskin juga tidak
kalahnya sibuk, masing-masing memperoleh kebahagiaan dan tidak jenuh, semua
ini dikarenakan mereka tidak pernah merencanakan persiapan masa depannya.

Pada jaman dahulu kala ada seorang yang bernama Dou Yan-shan, yang
bersusah payah mendidik lima putranya, sehingga berhasil menjadi insan tersohor,
namun hari ini apapun tidak bersisa!
Daripada memikirkan anak cucu, lebih baik merisaukan sejenak urusan
terbesar dalam kehidupan anda sendiri. Hubungan putra-putri dan ayahbunda
hanyalah masalah hutang piutang saja, yang satu menagih dan satunya lagi
melunasi, sudah mesti mengikhlaskan apa yang dikatakan sebagai kebahagiaan
bisa berada bersama anak cucu, lebih baik mencari Jalan Pembebasan.

Maka itu segala jalinan, kekhawatiran dan merisaukan anak cucu haruslah
dihapus sampai tuntas (bertekad terlahir ke Alam Sukhavati).

4. Kedudukan dan Ketenaran

Di dunia ini ada berapa banyak insan yang sesungguhnya hanyalah tamu dunia
semata, yang sibuk mengejar kedudukan dan ketenaran, usia belum seberapa tua
namun rambut sudah memutih, oleh karena demi mengejar kedudukan dan
ketenaran dan menghabiskan terlampau banyak tenaga.

Pada masa Dinasti Tang ada sebuah kisah tentang “Huang Liang Meng”, ada
seorang pelajar yang bermarga Lu, hendak menuju ke ibukota untuk mengikuti
ujian negara, di tengah perjalanan, dia merasa lelah lalu beristirahat. Di
sampingnya ada seorang kakek yang kebetulan baru selesai mencuci beras Huang
Liang, dan bersiap-siap untuk memasaknya, melihat pelajar yang kelelahan
tersebut, maka dia meminjamkan bantalnya kepada pelajar tersebut. Pelajar itu
segera terlelap dan memasuki alam mimpi.

Dia bermimpi dirinya berhasil lulus ujian negara dengan rangking pertama,
lalu menikah dan dikaruniai seorang putra, kemudian karirnya melejit menjadi
perdana menteri, tak terasa dia menikmati kekayaan dan kedudukan selama 40
tahun lamanya, semua ini hanya berlangsung sekejab saja.
Akhirnya oleh karena melanggar hukum sehingga dijatuhi hukuman penggal,
saat kepalanya akan dipenggal, mendadak dia terbangun, melihat di sekelilingnya,
kakek yang sedang menanak nasi.

Kakek tua yang melihat pemuda itu baru bangun dari tidurnya, berkata :
“Kekayaan dan kedudukan selama 40 tahun, dalam sekejab sudah usai ya!”

Pelajar Lu berpikir dalam hati : “Bagaimana dia bisa mengetahui kejadian


dalam mimpiku, dia pasti adalah jelmaan Dewa yang datang menyelamatkan
diriku”.

Maka itu kemudian dia membatalkan niatnya mengikuti ujian negara, dan
mengikuti kakek tua pergi membina diri.

Demikianlah di dalam mimpi, segala sesuatu tampak nyata adanya, tetapi


begitu terbangun segalanya jadi kosong. Sebagian manusia juga menikmati 40
tahun masa jayanya, kenyataannya hanyalah sekejab mata saja, sama sekali tiada
maknanya.

Maka itu segala pemikiran tentang kekayaan dan ketenaran haruslah


secepatnya dihapus hingga tuntas.

5. Rumah dan Ladang

Kemakmuran dan kekayaan, permata memenuhi seisi rumah, kalau bisa dapat
sebanding dengan keluarga kerajaan; manusia mempergunakan standar ini sebagai
kebanggaannya, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata di
dalamnya, padahal bagi seorang praktisi, memandang hal ini sebagai kerisauan
yang tak berujung.

Orang awam memandang kehidupan serba berkecukupan, barulah merupakan


landasan kebahagiaan, orang begini memiliki pemahaman yang dangkal dengan
apa yang disebut dengan kebahagiaan, cobalah amati dengan seksama setiap hati
yang berambisi mengejar kesenangan materi, pasti akan menemukan penderitaan
dibaliknya.

Pepatah mengatakan, dengan memiliki seekor kambing maka akan ada


penderitaan karena memilikinya, bahkan walaupun hanya memiliki sehelai daun
teh juga akan memiliki penderitaan karena memilikinya. Segala kesenangan materi
pada kenyataannya merupakan sumber penderitaan.

Setiap insan mengerahkan segenap pikiran dan tenaga untuk mengejar


keuntungan, menghalalkan segala cara demi mengumpulkan uang, tetapi setelah
berhasil malah takut kehilangan, baik duduk maupun berdiri tetap merasa tidak
tenteram, senantiasa merasa risau.

Orang kaya yang memiliki segalanya juga merasa risau takut kehilangan,
orang miskin yang tidak memiliki apa-apa juga merasa risau karena terus menerus
mendambakan.

Seluruh makhluk terhadap ladang, rumah, sanak keluarga dan harta benda,
ketika tidak ada, ingin memperebutkannya; setelah memilikinya takut kehilangan.
Setelah memiliki yang ini, merasa kurang yang itu, selalu ingin menyamakan diri
sendiri dengan orang lain. Baru saja memiliki sedikit, segera merisaukan akan
terjadinya bencana yang tak terduga, misalnya bencana banjir, bencana kebakaran,
pencuri, musuh dan penagih hutang.
Berapapun banyaknya gunung emas yang dimiliki, atau berapapun banyaknya
tabungan yang disimpan di bank, hanya dipinjam kepada anda untuk sementara
waktu saja. Seseorang itu meskipun mempunyai harta seluruh bumi ini, saat ajal
begitu kedua kaki menjulur terlentang, satupun tidak bisa dibawa pergi. “Tidak ada
satupun yang bisa dibawa pergi, hanya karma yang menyertai”.

Dengan gubuk sebagai tempat kediamanku, manusia yang tahu bersyukur


dengan apa adanya, maka seluruh kerisauannya akan pupus. Saat ketidakkekalan
tiba, tidak ada yang bisa diandalkan, hanya bisa mengandalkan sepatah Amituofo
saja. Namun sayangnya manusia di dunia ini, yang tahu akan hal ini, hanya berapa
orang saja, sedangkan yang tahu tetapi untuk membangkitkan keyakinan benar
adalah lebih sedikit lagi jumlahnya.

Maka itu harus menghapus hingga tuntas niat pikiran yang mengejar harta
kekayaan.

6. Artikel Tak Tertandingi

Meskipun memiliki bakat yang melampaui orang lain di dunia ini, lantas apa
yang patut dibanggakan?

Harus diketahui kala ketidakkekalan tiba, bakat anda tidak bisa


menyelamatkan dirimu. Su Dong-po, seorang penulis dan ahli kaligrafi yang
berasal dari Dinasti Song Utara, salah satu dari delapan raksasa prosa dari Dinasti
Tang dan Song.

Setiap kali ke mana saja, Su Dong-po akan membawa selembar lukisan


Buddha Amitabha, sambil berkata : “Ini merupakan andalanku untuk terlahir ke
Alam Sukhavati”.
Saat menjelang ajal, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Master Wei Lin
sempat datang dan mengingatkan Su Dong-po agar membangkitkan pikiran benar
(melafal Amituofo). Dengan tidak berdaya Su Dong-po menjawab : “Saya juga
tahu Alam Sukhavati, tetapi tidak mampu menfokuskan diri pada pelafalan
Amituofo”.

Para sahabatnya juga memberi motivasi padanya : “Sepanjang hidup tuan giat
berusaha di bidang ini, sekarang harus lebih tekun lagi!” Tetapi Su Dong-po malah
menjawab : “Justru ketrampilanku melafal Amituofo amat jelek”.

Setelah menyelesaikan ucapannya, Su Dong-po menghembuskan nafas


terakhir dalam usia 66 tahun. Masih saja tidak mampu mengakhiri samsara.

Manusia sibuk berkarir di dunia ini, andaikata mereka memahami bahwa karir
mesti ditujukan untuk terlahir ke Alam Sukhavati, mengakhiri samsara, maka karir
duniawi hanyalah sepele.

Andaikata bukan pada kehidupan sekarang juga kita menyelamatkan diri, mau
tunggu sampai kapan barulah bisa terselamatkan? Maka itu segala bentuk
pemikiran terhadap artikel yang tak tertandingi, segala bakat talenta, haruslah
dihapus hingga tuntas,

7. Perasaan Romantis

Ketika dikurung di penjara, Li Zhen pernah mengatakan kepada wartawan :


“Yang mengantar diriku kepada hukuman penggal juga adalah dia (menunjuk pada
kekasihnya), andaikata dia tidak mengenakan pakaian mewah ribuan dolar, tidak
memoles wajahnya dengan komestik ratusan dolar, takkan gara-gara keinginan
yang tidak terpenuhi lalu menggerutu, maka saya juga takkan melakukan perbuatan
yang melanggar hukum”.

Sebelum menjalani eksekusi, Li Zhen mengungkapkan penyesalannya kepada


wartawan : “Sebelum pisau menusuk ke dalam perut, maka belum merasakan
kesakitan. Jujur saja, setelah dijatuhi hukuman mati, barulah daku menyadari
betapa pentingnya nasehat dari orang jaman dulu. Beberapa waktu lalu, saya
sempat membaca sebuah kalimat, yang menasehati mereka yang suka berpelesiran
(mencari kesenangan), wejangan ini membuat bulu kuduk orang jadi berdiri :
“Daya tariknya merupakan cangkul yang menggali tanah untuk kuburan”.

Pikir-pikir selama beberapa tahun menjalin hubungan dengannya, ternyata


memang sedemikian rupa. Setiap kali saya memenuhi keinginannya, adalah serupa
dengan membiarkannya menggali satu sekop tanah untuk kuburan buatku.
Sepertinya saya dapat melihat dirinya menggali satu sekop demi satu sekop tanah
kuburan untuk diriku……..siapakah dia sesungguhnya, mengapa hatinya begitu
keji? Dia tertawa, tetapi tangannya tidak berhenti menggali tanah kuburan, kini
saya telah melihatnya dengan jelas siapakah dia, dia adalah Qiu Rong, wanita yang
membawaku ke liang kubur…..ai! Kata cinta dan sumpah yang pernah
diucapkannya masa silam, kini hilang ke mana? Kelembutan masa silam, kini ada
di mana?........segala yang ada pada masa silam, apakah masa silam hanyalah semu
belaka?............”

Paragraf di atas merupakan bentuk penyesalan dari seorang terpidana hukuman


mati, Li Zhen demi menyenangkan hati kekasihnya, terus menerus mengejar nafsu
keinginan hingga akhirnya tak terkendalikan lagi, demi mengejar asmara harus
mengorbankan dirinya sendiri, insan bijak tentunya dapat memetik pelajaran
berharga dari sini.

Manusia saat berusia muda menghambur-hamburkan waktunya, saat berusia


senja menyesalinya, namun sayangnya sudah terlambat.
Maka itu perasaan romantis ini mesti dihapus hingga tuntas, segera kembali ke
jalan yang benar. Jika dapat memperbaiki diri dari kesalahan yang pernah
diperbuat, mulai saat ini berbuat kebajikan, membersihkan kotoran batin,
memperbaiki semua tindakan yang salah, dengan demikian akan memperoleh
pemberkatan dari Buddha, sehingga segala harapannya akan terwujud, inilah yang
disebut permohonan pasti kan terkabul.

 
Daftar
Pustaka
 
 
無量壽經科註第四回學習班 自了法師
(第一七一集)
 

http://www.amtb.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=2&web_rel_
index=3527&sub_amtb_index=5272&Page=18 
 

Arsip
www.kebahagiaandharma.blogspot.com 

Anda mungkin juga menyukai