Serat Kalatidha Ronggo Warsito dikenal masyarakat Jawa sebagai ramalan datangnya zaman
edan (rusak).
Syair Serat Kalatidha terdiri atas 12 bait dari tembang macapat sinom.
Artinya:
Artinya:
3. Katatangi tangisira
sira sang parameng kawi
kawileting tyas duhtita
kataman ing reh wirangi
dening upaya sandi
sumaruna anarawang
panglipur manuhara
met pamrih melik pakolih
temah suh-ha ing karsa tanpa weweka.
Artinya:
Artinya:
5. Ujaring Panitisastra
awawarah asung peling
ing jaman keneng musibat
wong ambek jatmika kontit.
Mangkono yen niteni.
Pedah apa amituhu
pawarta lalawora
mundhak angroronta ati.
Angur-baya ngiketa cariteng kuna.
Artinya:
Menurut buku Panitisastra
memberi ajaran dan peringatan
di dalam zaman yang penuh bencana
bahwa orang berjiwa bijak justru kalah dan berada di belakang.
Demikian apabila mau memperhatikan tanda-tanda zaman.
Apakah gunanya kita percaya
pada berita-berita kosong
justru terasa semakin menyakitkan hati.
Lebih baik menulis cerita-cerita kuno.
Artinya:
Artinya
Artinya:
Demikianlah perumpamaannya
padahal mereka menginginkan,
bukankah demikian Paman Doplang?
Benar juga yang menyangkanya,
namun di dalam batin
sesungguhnya hal itu masih jauh.
Sudah tua mau apalagi,
sebaiknya menjauhkan diri dari keramaian duniawi
supaya mendapatkan anugerah kasih Tuhan Yang Maha Esa.
9. Beda lan kang wus santosa
kinarilan ing Hyang Widhi
satiba malanganeya
tan susah ngupaya kasil
saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
marga samaning titah
rupa sabarang pikolih
parandene masih taberi ikhtiyar.
Artinya:
Berbeda bagi mereka yang telah teguh sentosa jiwanya dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa
betapapun tingkah laku perbuatannya
tidak susah untuk mendapatkan penghasilan
oleh karena dari datangnya pertolongan Tuhan
Tuhan senantiasa memberi petunjuk dan pertolongan
jalannya melalui sesama makhluk
berupa segala sesuatu yang bermanfaat.
Meskipun demikian, dia masih tetap tekun rajin berusaha.
Artinya:
Artinya:
Ya Allah, ya Rasulullah
yang bersifat pemurah dan pengasih
semoga berkenan melimpahkan
pertolongan yang menyelamatkan
di dunia hingga ke akhirat
tempat hidup hamba
padahal sekarang (hamba) sudah tua
pada akhirnya nanti bagaimana (terserah),
maka semoga ada pertolongan Tuhan.
Artinya:
Lahir di Surakarta 15 Maret 1802 dan meninggal dalam usia 71 tahun pada 24 Desember
1873.
Bagus Burhan adalah putra dari Mas Pajangswara atau Mas Ngabehi Ranggawarsita, cucu
Yasadipura II.
Serat Kalatidha merupakan karya sastra yang bermula dari kegelisahan Ronggo Warsito
melihat kondisi pemerintahan saat itu.
Ronggo Warsito menjelaskan dalam syairnya mengenai derajat negara yang terlihat suram.
Pelaksanaan undang-undang rusak akibat tidak adanya teladan dari para pembuatnya.
Hal itu supaya mendapatkan hidayah dan keselamatan dari Tuhan dan Rasul-Nya.
Apabila kita mengkaji dan menikmati tiap bait Serat Kalatidha, masih sangat relevan dengan
situasi Indonesia saat ini.
Jabatan di pemerintahan dengan sangat mudah bisa dijualbelikan oleh orang-orang yang
punya kedudukan.
Maka perlu sekiranya kita mengkaji Serat Kalatidha sembari melakukan renungan.
Demikian lirik syair Serat Kalatidha karya pujangga Jawa Ronggo Warsito.