Dipetik Dari :
Laporan belajar dari
Venerable Zi‐liao
“Kelas Belajar Edisi 213”
www.smamituofo.blogspot.com
Hal
1. Dalam kondisi yang tidak menyenangkan....................................................4
2. Dalam kondisi yang menyenangkan.............................................................7
3. Saat Sibuk.....................................................................................................13
4. Waktu Luang...............................................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................................22
Gatha Pelimpahan Jasa...................................................................................23
Menjauhi Alam Saha Bersukacita Pada Alam Sukhavati
Hari ini kita membahas bagaimana mengingatkan diri kita, baik dalam
kondisi suka maupun duka dan dalam keadaan sibuk maupun sedang luang,
agar senantiasa mengembangkan keyakinan, tekad dan pengamalan.
1. Dalam kondisi yang tidak menyenangkan
Jika sebaliknya tubuh sehat dan kuat, besar kemungkinan menggunakan
kesempatan yang ada untuk mengejar kenikmatan akan makanan dan
minuman, dan urusan pria wanita.
Tapi sekarang sudah jatuh sakit, jadi bisa menghindari banyak prilaku yang
tidak semestinya, kesempatan untuk berbuat kekacauan.
Maka itu penderitaan tubuh jasmani amatlah tersiksa, setelah ajalku tiba
pasti menjelma melalui Bunga Lotus, memperoleh tubuh Narayana yang kokoh
dan bebas dari segala penderitaan!
Atau mempunyai putra putri yang tidak patuh, rumah tangga tidak
harmonis, maka harus terpikir : Jodoh buruk di dunia ini terlampau banyak,
belenggu juga begitu banyak, jiwa raga selalu dililit, tidak berdaya memperoleh
pembebasan. Setelah terlahir ke Alam Sukhavati takkan ada ikatan lagi, batin
memperoleh pembebasan sejati, maka itu saya harus terlahir ke Alam
Sukhavati!
Umpamanya lagi kita dimarahi orang, begitu terpikir : Ai! Ini adalah akibat
karma buruk yang kuperbuat pada masa kelahiran lampau, sekarang buahnya
sudah masak, andaikata pada masa kelahiran sekarang tidak bertemu dengan
Buddha Dharma, maka karma buruk yang diperbuat mungkin akan lebih parah
lagi, sehingga mengundang kesengsaraan tak berujung. Maka itu setelah
kehidupan ini berakhir, saya mesti terlahir ke Alam Sukhavati, memperoleh
pembebasan sejati!
Pada saat begini, harus lebih mengingatkan diri sendiri, jangan terlena,
jangan sampai melupakan kampung halaman Alam Sukhavati. Meskipun kondisi
serba lancar‐lancar ini, begitu didambakan oleh manusia di dunia ini, juga tidak
lebih dari sebuah sandiwara jenaka, pada akhirnya tidak ada satupun yang bisa
dibawa pergi.
Manusia menggunakan sepanjang hidupnya untuk mengejar ketenaran dan
keuntungan, sebenarnya bagaimana fakta sebenarnya dari kedua hal ini.
Terlebih dulu kita bahas tentang “keuntungan”, ketika seseorang sedang
menikmati harta berlimpah, menganggap bahwa dia telah mewujudkan nilai
kehidupan manusia, merupakan orang yang paling sukses.
Tapi harus diketahui bahwa semua ini hanya bisa sementara waktu saja
untuk memenuhi kenikmatan dan kesombonganmu, pada akhirnya juga nihil.
Lihatlah di dunia ini banyak bermunculan orang kaya, bukankah sekarang satu
persatu pergi buat selama‐lamanya?
Serupa halnya pula dengan diri anda, meskipun menikmati harta berlimpah
namun juga tidak mungkin bisa bertahan sampai seribu tahun, seiring
berlalunya waktu, anda akan kian menua dan selangkah demi selangkah
menuju kematian.
Lalu kita bahas lagi tentang “ketenaran”, ada sebagian orang yang kurang
berminat pada harta kekayaan, tetapi yang dia kejar berapa banyak
penggemarnya, namanya terkenal. Tapi, semua ini adakah maknanya? Cuma
ketika anda mati, fans anda akan mengukir nama anda di batu nisan, lantas
anda sendiri bisa dapat apa?
Jadi buat apa sekarang bersusah payah menjadikan diri sendiri menjadi
idola orang banyak, seumur hidup dinilai orang lain, buat apa harus begini?
Kesimpulannya, demi mengejar keuntungan dan ketenaran sehingga sepanjang
hidup sibuk tak menentu, sungguh tidak pantas!
Ada pula orang yang tidak menaruh minat pada keuntungan dan ketenaran,
tapi pada hubungan persaudaraan, pertemanan dan sebagainya begitu
melekat, tidak sanggup mengikhlaskan. Ini mungkin karena jodoh masa lampau,
atau orang yang benar‐benar cocok dengannya, maka berharap bisa menjalin
hubungan selamanya dengannya, selamanya takkan terpisah; atau berada
dalam keluarga yang hangat dan harmonis, sehingga berharap bisa selamanya
berbagi suka dan duka dengan keluarga ini.
Kalau sudah begini, maka sudah larut dalam kasih yang hangat dan
kebahagiaan semu, sulit melepaskan kemelekatan ini. Sesungguhnya panorama
indah ini hanyalah merupakan rintangan untuk terlahir ke Alam Sukhavati!
Maka itu saya tidak boleh melekat pada orang‐orang terkasih ini, tapi
pikirkanlah sahabat‐sahabat Dharma yang ada di Alam Sukhavati. Saya harus
senantiasa teringat pada sahabat‐sahabat Dharma di Alam Sukhavati, terpikir
bahwa mereka juga sedang memikirkan diriku. Banyak teman‐teman praktisi
yang sudah terlahir ke Alam Sukhavati, mereka sedang memandangku
dari sana, berharap agar saya segera terlahir di Alam Sukhavati menikmati
kebahagiaan terunggul.
Selain itu, bisa berhasil dalam menjalani karir, memperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan hati, lalu menikah dengan orang yang dicintai, lalu bisa
menikmati beragam fasilitas dan sebagainya, coba pikirkan dengan seksama,
adakah maknanya? Cuma buat sementara waktu bisa menipu keangkuhanmu
saja, bisa sementara waktu untuk mengelabui hati khayalmu, pada akhirnya
juga kosong melompong.
Apabila anda sudah tercerahkan, telah melihat dengan jelas pada fakta
ketenaran dan keuntungan, hubungan kasih antara pria dan wanita,
kenikmatan duniawi dan lain sebagainya, anda telah mengetahui dengan jelas
bahwa semua ini adalah kesengsaraan, maka, segala hal duniawi ditawarkan
pada anda, anda juga takkan goyah lagi.
Kapan waktunya tekad anda terhadap hal ini sudah sedemikian kokohnya,
maka ini menunjukkan anda sudah sama sekali tidak mendambakan dunia ini
lagi.
Ibarat seorang anak kecil yang ingin makan roti gandum, tapi bundanya
malah memberinya lobak, tak peduli lobak tersebut diolah jadi kue lobak, lobak
kering, dan lain sebagainya, dia juga tidak mau. Oleh karena meskipun lobak
tersebut diolah jadi bentuk apapun, tetap saja lobak dan takkan berubah jadi
roti gandum. Maka itu si anak bersikukuh menolaknya.
Cerita ini mengingatkan pada kita bahwa saat berada dalam kondisi yang
menyenangkan, mesti membuat perenungan : ini adalah roda samsara, ini
adalah tumimbal lahir, semua ini adalah penderitaan, maka itu saya tidak
menghendaki semua ini. Hati yang menjauhi alam saha ini haruslah
dikembangkan.
Dengan membandingkan Alam Sukhavati dan alam saha, maka jelas sudah,
pasti harus menjauhi alam saha, bersukacita pada Alam Sukhavati. Setelah anda
memiliki keteguhan hati ini, meskipun bertemu dengan kondisi yang
menyenangkan, namun hatimu kini takkan mendua lagi.
Anda akan jelas bahwa setiap kondisi yang menyenangkan di alam saha ini,
sesungguhnya adalah rintangan Mara, bila terlena di dalamnya akan
menghalangi upaya terlahir ke Tanah Suci Sukhavati. Bila hatiku sempat
diperdaya oleh kondisi ini, maka akan kehilangan manfaat yang sesungguhnya.
Maka itu segala godaan di alam saha ini juga takkan mampu memikat diriku,
saya telah membulatkan tekadku pasti harus ke Alam Sukhavati.
3. Saat Sibuk
Ketika berhadapan dengan situasi begini harus berbicara dengan gaya ini,
ketika berhadapan lagi dengan situasi begitu harus pula berbicara dengan gaya
itu, lain situasi lain pula bicaranya, masih harus melakukan berbagai
hal………..maka itu setelah sibuk seharian capek batin, bahkan untuk diam
sejenak saja tidak punya waktu, sungguh menyedihkan!
Sesungguhnya ini adalah semacam siksaan, tidak kuasa mengikuti kekuatan
karma, tiap hari terpaksa harus melakukan banyak tugas duniawi. Ini
dikarenakan berkah kebajikan yang ditimbun pada masa kelahiran lampau tipis,
karma buruk yang diperbuat begitu berat, sehingga pada masa kelahiran
sekarang tidak bisa hidup bebas dan masih harus dililit ikatan duniawi, harus
bekerja mencari nafkah, melakukan banyak pekerjaan yang tidak bermakna,
barulah bisa mendapat sedikit penghasilan untuk menghidupi diri sendiri dan
keluarga, meskipun tersiksa dan tak berdaya, juga harus menjalaninya.
Kesimpulannya adalah tidak punya jalan lain lagi, barulah setiap hari
terpaksa melakukan hal yang tidak bermakna ini. Maka itu dikatakan bahwa
tinggal di dunia saha ini adalah ibarat dikurung dalam penjara, setiap hari demi
mencari sesuap nasi, terpaksa melakukan hal‐hal yang membuang banyak
waktu dan tenaga, ibarat menjalani siksaan dalam penjara. Setelah berpikir
dengan jelas, maka terhadap dunia ini cuma ada satu kesimpulan saja, yakni
saya bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.
Harus diketahui bahwa di Alam Sukhavati, dengan pemberkatan kekuatan
tekad Buddha Amitabha yang maha besar, kita bisa bebas dari segala ikatan. Di
sana takkan ada kemunduran batin, setiap saat mengalami kemajuan batin.
Maka itu dikatakan, begitu terlahir ke Alam Sukhavati langsung mencapai
tingkatan ketidakmunduran, sehingga dalam waktu singkat dapat
menyempurnakan KeBuddhaan.
Sebaliknya tubuh manusia di dunia saha adalah tidak bersih, maka itu
selezat apapun makanan yang masuk ke dalam tubuh juga akan berubah jadi
kotoran.
Sedangkan di Alam Sukhavati, tak peduli praktisi itu pada waktu
sebelumnya pernah melakukan karma buruk yang berat, namun begitu terlahir
ke Alam Sukhavati, jiwa raganya jadi suci dan bersih, pasti memperoleh
Dharmakaya yang suci dan seimbang.
Setelah berpikir sedemikian rupa, maka mulai saat ini pikiran takkan serupa
dengan dulu lagi, kebimbangan dan kacau lagi, dalam hati sudah begitu jelas,
melangkah maju dengan penuh kepastian, dalam satu kehidupan ini meraih
cita‐cita besar, yakni terlahir ke Alam Sukhavati.
Lantas bagaimana pula dalam kesibukan keseharian dapat membangkitkan
niat pikiran sedemikian rupa, menggenggam erat setiap detiknya untuk melafal
Amituofo? Kuncinya adalah merenungkan bahwa hidup ini tidak kekal.
Maka itu dikatakan, orang yang tidak mau memikirkan kematian, menerima
kenyataan bahwa suatu hari pasti akan menjalani tahapan ini, maka orang
begini pasti jatuh ke dalam moha (kebodohan), lalu melakukan banyak hal yang
menyita waktu dan perhatian, sehingga muncul kesengsaraan yang tak
berujung, berputar dalam lingkaran tumimbal lahir.
Maka itu setiap saat harus mengingatkan diri sendiri akan kematian,
dengan demikian hati kita akan begitu sadar dan jelas, mengetahui bahwa diri
sendiri harus berhenti menciptakan karma, juga akan memotivasi diri untuk
tekun menimbun bekal terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
Dengan merenungkan kematian maka hendaknya menghentikan kegiatan‐
kegiatan duniawi yang menyita banyak waktu dan perhatian. Andaikata anda
terus menyibukkan diri dalam kegiatan‐kegiatan duniawi yang menyita banyak
tenaga dan pikiran, berguling‐guling dalam kerisauan dan kesibukan, maka
hanya bisa menambah klesa (kekotoran batin), kalau begini terus, sepanjang
hidup takkan ada kesempatan buat melatih diri, sampai ajal tiba, bagaimana
mungkin bisa keluar dari lingkaran tumimbal lahir?
Maka itu, haruslah melepaskan segala kemelekatan, yakni berusaha keluar
dari kegiatan‐kegiatan yang menyita banyak waktu dan perhatian, hanya
dengan demikian, barulah bisa mengakhiri tumimbal lahir.
Ada orang yang berpikir demikian, sekarang saya begitu sibuk, masih
banyak urusan penting yang belum saya tangani, tunggu sampai urusan ini
sudah tuntas dan saya tidak sibuk lagi, barulah pergi melatih diri. Tapi yang
namanya urusan di dunia ini mana ada habisnya, bila anda sendiri yang tidak
sudi melepaskannya, maka sepanjang hidup mana mungkin ada waktu luang?
Kenyataannya urusan di alam saha ini juga tidak seberapa penting adanya,
hanya saja diri sendiri yang begitu melekat, asalkan anda bisa
mengikhlaskannya, maka bukan masalah lagi, kalau tidak demikian, maka
masalah anda takkan ada usainya.
Setelah anda mengamati dengan jelas masalah di dunia ini, barulah anda
dapat menenangkan diri, kemudian melepaskan satu persatu hingga tuntas,
jangan malah setengah hati, melepaskan tapi masih setiap hari merindukannya
di hati. Bahkan saat sekarang juga harus bisa berpikir jernih dan jelas, jangan
tunda sampai menjelang ajal, karena sudah tidak sempat lagi.
Saat itu meskipun karma buruk dan klesa (kekotoran batin) anda masih
belum lenyap, namun dengan pemberkatan kekuatan tekad Buddha Amitabha,
segala tabiat anda takkan muncul lagi, sejak itu telah mengakhiri samsara.
Lantas dalam kehidupan keseharian bagaimana sikap yang harus ada, kala
menghadapi berbagai problema hidup? Ketika urusan datang, kita
menanganinya, setelah selesai, jangan lagi dipikirkan. Saat berada dalam
kesibukan, maka harus merenungkan : Saya sungguh kasihan, dari pagi sampai
malam tidak ada waktu buat diri sendiri. Oleh karena diseret oleh kekuatan
karma barulah tidak bisa memperoleh kebebasan. Dan sekarang ada
kesempatan yang begitu bagus agar saya tidak perlu dililit ikatan ini lagi, oleh
karena saya telah mendengar Ajaran Sukhavati, asalkan bisa membangkitkan
keyakinan dan membulatkan tekad, rajin melafal Amituofo, setelah
kehidupanku di alam saha ini berakhir, maka terlahir ke Alam Sukhavati.
Andaikata sudah bertemu dengan metode yang begitu mudah dan praktis
ini, yang dalam waktu singkat sudah bisa mengakhiri tumimbal lahir, tapi malah
tidak menggenggamnya dengan erat, malah melewatkannya begitu saja, maka
masa kelahiran mendatang hanya bisa terombang ambing di lautan samsara,
kalau begitu, kelahiranku kali ini hanya jadi sia‐sia belaka!
Jalinan jodoh yang begitu bagus bisa bertemu dengan Ajaran Sukhavati,
malah tidak tahu menghargainya, hidup dalam kebimbangan hingga berakhir
begitu saja, maka ini sungguh sesat adanya! Apakah diriku masih tergolong
bijak? Memangnya saya orang yang tidak tahu menentukan pilihan?
4. Waktu Luang
Ketika mempunyai waktu luang, mesti digunakan untuk melatih diri. Boleh
melakukan perenungan begini : Kasihan sekali diriku ini! Sungguh merupakan
orang yang tidak punya pahala. Andaikata jalinan jodohku di dunia ini bagus,
maka bisa melatih diri di tempat yang sunyi sehingga setiap hari bisa begitu giat
dan tekun. Tetapi sekarang oleh karena diseret kekuatan karma, sehingga
setiap hari cuma ada secuil waktu luang saja, maka saya harus memanfaatkan
waktu luang yang begitu sulit diperoleh ini untuk melafal Amituofo.
Dengan demikian memberi peringatan keras pada diri sendiri, setelah itu
harus tahu menghargai waktu, lalu mengatakan pada diri sendiri : Saya hanya
memiliki sedikit waktu luang untuk melatih diri, meskipun hanya sedikit, namun
emas dan permata juga tidak bisa membelinya. Maka itu saya tidak boleh
lengah sehingga timbul kemalasan, mesti menfokuskan pikiran untuk
menimbun bekal terlahir ke Tanah Suci Sukhavati!
Bila anda memiliki keteguhan hati serupa ini, begitu menghargai waktu,
maka ketika orang lain mengajak anda nonton tv, ngobrol, shopping,
berselancar di dunia maya mencari hiburan, atau memelihara burung, anjing,
senam, nonton opera, main mahjong dan sebagainya, tak peduli tempo hari
anda begitu menyukai hobi ini, tapi sekarang bahkan namanya saja anda juga
takkan sudi mendengarnya, timbul niat untuk menjauhinya. Anda akan berpikir,
mustahil saya mau mengganti emas dengan sampah!
Kemudian para praktisi juga akan berkhayal : Kapan ya saya baru bisa
menyepikan di hutan yang sunyi? Kenyataannya hal ini sulit terwujud, oleh
karena kesempatan begini sulit ditemukan, lagi pula anda juga belum tentu
punya pahala bisa menyepikan diri untuk jangka panjang.
Maka itu setiap hari harus memanfaatkan waktu luang yang ada. Setiap
hari menyisakan satu jam atau lebih, menfokuskan pikiran melafal Amituofo,
lalu pertahankan dan lakukan berkesinambungan, beginilah anda menyepikan
diri setiap harinya.
Anda harus menetapkan sebuah waktu yang tetap untuk melafal Amituofo,
setiap tiba waktu tersebut, maka anda akan menolak semua jalinan jodoh luar.
Tutup pintu rapat‐rapat, takkan berbicara dengan siapapun juga, telepon
rumah digantung dan telepon genggam dimatikan, sebelumnya juga berpesan
pada orang rumah agar mereka tidak mengganggu kebaktian anda.
Setiap lafalan Amituofo mengalir keluar dari keyakinan hati dan tekad bulat.
Setiap lafalannya mengandung pesan kepada Maha Maitri Maha Karuna
Buddha Amitabha, semoga Buddha Amitabha menjemput diriku terlahir ke
Alam Sukhavati……lafalan demi lafalan yang serupa ini, menimbun bekal
terlahir ke tanah suci.
Pokoknya, tak peduli kita berada dalam keadaan yang bagaimanapun juga,
mesti mengingat bahwa kampung halaman kita ada di Alam Sukhavati.
Sekarang oleh karena dililit kekotoran batin dan karma, sehingga masih tinggal
di dunia saha ini, asalkan saya rajin melafal Amituofo, saat menjelang ajal
Buddha Amitabha pasti datang menjemputku.
Maka itu setiap menit dan detik, saya takkan lupa berdoa pada Buddha
Amitabha, jangan sampai diri sendiri jatuh lagi ke dalam lingkaran tumimbal
lahir, kita harus membulatkan tekad; dalam kehidupan ini juga mesti terlahir ke
tanah suci!
Mulai hari ini juga saya akan memanfaatkan setiap menit dan detik,
mengerahkan segenap kekuatan hati untuk menimbun bekal terlahir ke Alam
Sukhavati!
Master Chin Kung :
Setelah kita membaca laporan belajar dari Venerable Zi‐liao, dia sedang
memberi peringatan bagi kita semuanya, topiknya juga sangat bagus,
“Menjauhi Alam Saha, Bersukacita Pada Alam Sukhavati”.
Di dalam sharingnya ini, dia terus berupaya menasehati kita agar memiliki
niat hati yang menjauhi enam alam tumimbal lahir, setiap orang hendaknya
senantiasa mengingat hal ini di dalam hati, hal yang paling menakutkan tak lain
adalah jatuh ke tiga alam rendah.
Buddha menyebutkan di dalam sutra, sekali jatuh ke tiga alam rendah
adalah lima ribu kalpa lamanya! Betapa panjangnya waktu ini, meskipun hanya
kalpa kecil sekalipun juga tidak sanggup menahannya. Melakukan karma buruk
itu sungguh gampang, tapi menjalani siksaan dan keluar dari tiga alam rendah
adalah begitu sulitnya.
~~Selesai~~
Daftar
Pustaka
無量壽經科註第四回學習班 自了法師
(第二一三集)
http://www.amtb.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=2&web_rel_
index=3527&sub_amtb_index=5413&Page=22
Arsip
www.kebahagiaandharma.blogspot.com