Anda di halaman 1dari 23

 

Menjauhi Alam Saha


Bersukacita Pada
Alam Sukhavati

Dipetik Dari :

Laporan belajar dari  
Venerable Zi‐liao 
“Kelas Belajar Edisi 213” 

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.


Daftar isi
 

Hal 

1. Dalam kondisi yang tidak menyenangkan....................................................4 

2. Dalam kondisi yang menyenangkan.............................................................7 

3. Saat Sibuk.....................................................................................................13  

4.  Waktu Luang...............................................................................................18 

Daftar Pustaka.................................................................................................22 

Gatha Pelimpahan Jasa...................................................................................23 

 
Menjauhi Alam Saha Bersukacita Pada Alam Sukhavati 

Hari  ini  kita  membahas  bagaimana  mengingatkan  diri  kita,  baik  dalam 
kondisi  suka  maupun  duka  dan  dalam  keadaan  sibuk  maupun  sedang  luang, 
agar senantiasa mengembangkan keyakinan, tekad dan pengamalan.  

1. Dalam kondisi yang tidak menyenangkan 

Apa  yang  dimaksud  dengan  keadaan  yang  tidak  menyenangkan? 


Umpamanya  jatuh  sakit  dan  segala  keadaan  yang  tidak  sesuai  dengan 
keinginan  hati.  Pada  saat  begini  kita  harus  mengingatkan  diri  sendiri  bahwa 
pada akhirnya saya juga pulang ke Tanah Suci Sukhavati. Maka itu di dunia ini 
bertemu  dengan  keadaan  yang  tidak  menyenangkan,  malah  menjadi  motivasi 
bagiku untuk terlahir ke tanah suci. 

Sebaliknya  orang  yang  berada  dalam  keadaan  yang  sesuai  dengan 


keinginan hati, serba lancar‐lancar saja, malah sulit membangkitkan niat untuk 
terlahir ke tanah suci, kecuali kalau sudah bertemu dengan kesulitan, hal yang 
tidak  sesuai  dengan  keinginan  hati,  barulah  merupakan  momen  untuk 
menggenggam  erat  keyakinan,  tekad  dan  pengamalan,  merupakan  jalinan 
jodoh yang begitu bagusnya sehingga bisa tekun melafal Amituofo, orang lain 
mau seperti ini juga tidak bisa! 

Umpamanya  sudah  jatuh  sakit,  anda  justru  merasa  bersukacita,  patut 


diketahui  bahwa  ini  juga  merupakan  peringatan  bagi  diri  sendiri  untuk 
menggenggam  erat  sisa  waktu  buat  mempersiapkan  bekal  terlahir  ke  tanah 
suci. 

 
Jika sebaliknya tubuh sehat dan kuat, besar kemungkinan menggunakan
kesempatan yang ada untuk mengejar kenikmatan akan makanan dan
minuman, dan urusan pria wanita.

Tapi sekarang sudah jatuh sakit, jadi bisa menghindari banyak prilaku yang
tidak semestinya, kesempatan untuk berbuat kekacauan.

Bahkan boleh melakukan perenungan sedemikian : mengandalkan obat‐


obatan, meskipun bisa meringankan penderitaan sakit buat sementara waktu,
namun tidak bisa mengatasi akar permasalahan. Oleh karena tubuh ini ibarat
bisul beracun, merupakan sarang beragam penyakit, tempat lahirnya
kesengsaraan yang tak berujung.

Maka itu penderitaan tubuh jasmani amatlah tersiksa, setelah ajalku tiba
pasti menjelma melalui Bunga Lotus, memperoleh tubuh Narayana yang kokoh
dan bebas dari segala penderitaan!

Dalam kondisi sakit, seharusnya lebih membulatkan tekad terlahir ke Alam


Sukhavati, mengerahkan segenap hati berlindung pada Buddha Amitabha,
bahkan lebih tekun melafal Amituofo. Saat ketidakkekalan tiba, juga tidak perlu
merasa takut, menyambutnya dengan penuh sukacita, untunglah bisa segera
terlahir ke Alam Sukhavati!

Bila bertemu dengan masalah atau keadaan lainnya yang tidak


menyenangkan, maka harus berpikir, selama berada di alam saha, pasti banyak
dibelenggu rintangan karma dan kekotoran batin. Kalau sudah begini, untuk
mengharapkan bisa keluar dari samsara dengan mengandalkan kekuatan
sendiri adalah sulit diwujudkan.
Tetapi asalkan membangkitkan keyakinan hati pada Buddha Amitabha,
membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, ditambah rajin melafal
Amituofo, maka mudah terlahir ke tanah suci.

Terlahir ke Alam Sukhavati, mengakhiri segala penderitaan dan


memperoleh kebahagiaan selamanya, maka itu saya mesti terlahir ke Alam
Sukhavati!

Dengan demikian ketika bertemu dengan kondisi yang tidak


menyenangkan, maka segera mengingatkan diri sendiri, membulatkan tekad
terlahir ke Alam Sukhavati.

Umpamanya lagi, keuangan lagi tersendat, maka boleh membuat


perenungan : Hidup di alam saha ini betul‐betul menyusahkan, sampai‐sampai
menafkahi diri sendiri saja begitu sulit. Penghasilan begitu kecil, biaya hidup
besar, belum lagi masalah hidup, pekerjaan, berinteraksi dengan orang lain,
dan sebagainya, begitu rumitnya. Di Alam Sukhavati mana ada hal serupa ini, maka
itu dalam kehidupan ini juga saya harus terlahir ke Alam Sukhavati, mesti
menggenggam erat setiap detiknya untuk melafal Amituofo.

Atau mempunyai putra putri yang tidak patuh, rumah tangga tidak
harmonis, maka harus terpikir : Jodoh buruk di dunia ini terlampau banyak,
belenggu juga begitu banyak, jiwa raga selalu dililit, tidak berdaya memperoleh
pembebasan. Setelah terlahir ke Alam Sukhavati takkan ada ikatan lagi, batin
memperoleh pembebasan sejati, maka itu saya harus terlahir ke Alam
Sukhavati!
Umpamanya lagi kita dimarahi orang, begitu terpikir : Ai! Ini adalah akibat
karma buruk yang kuperbuat pada masa kelahiran lampau, sekarang buahnya
sudah masak, andaikata pada masa kelahiran sekarang tidak bertemu dengan
Buddha Dharma, maka karma buruk yang diperbuat mungkin akan lebih parah
lagi, sehingga mengundang kesengsaraan tak berujung. Maka itu setelah
kehidupan ini berakhir, saya mesti terlahir ke Alam Sukhavati, memperoleh
pembebasan sejati!

Pepatah mengatakan : “Kehidupan manusia lebih banyak duka daripada


sukanya, diantara 10 hal ada 9 yang tidak menyenangkan”, kejadian di alam
saha ini kebanyakan tidak sesuai dengan keinginan hati.

Dalam menghadapi problema demikian, janganlah seperti orang awam,


frustasi dan murung bahkan tidak berminat lagi melafal Amituofo, tidak
sanggup lagi membangkitkan semangat melatih diri dan sebagainya.
Sebaliknya mesti menjadikan problema untuk memotivasi diri sendiri,
mengingatkan diri sendiri untuk terus menimbun bekal terlahir ke Alam
Sukhavati, berharap bisa segera terlahir ke Alam Sukhavati.

Terhadap problema duniawi, janganlah terlalu dipedulikan, atau melekat


padanya, cuma bisa menambah beban derita di hati saja. Ada sebuah puisi yang
menyebutkan bahwa, andaikata diantara 10 hal ada 9 yang sukses, maka ini
hanyalah impian belaka, khayalan semata, maka itu lebih baik melepaskan
segala kemelekatan, melakukan apa yang patut dilakukan, jangan lagi mengejar,
belajarlah untuk menjalani dan menerima apa adanya.

2. Dalam kondisi yang menyenangkan

Ketika bertemu dengan kondisi yang serba lancar, juga harus


mengingatkan diri sendiri, jangan sampai terpedaya oleh khayalan semu ini
sehingga melupakan rumah tempat berpulang.
 

Oleh  karena  dalam  keadaan  yang  menyenangkan,  hati  manusia  mudah 


goyah  dan  melupakan  pikiran  benar,  tidak  mudah  membangkitkan  niat 
menjauhi alam saha.  

Pada  saat  begini,  harus  lebih  mengingatkan  diri  sendiri,  jangan  terlena, 
jangan sampai melupakan kampung halaman Alam Sukhavati. Meskipun kondisi 
serba lancar‐lancar ini, begitu didambakan oleh manusia di dunia ini, juga tidak 
lebih dari sebuah sandiwara jenaka, pada akhirnya tidak ada satupun yang bisa 
dibawa pergi.   

Umpamanya  saat  sekarang  ini  memiliki  harta  berlimpah,  punya  rumah 


bagaikan  istana,  nama  harum  dan  tersohor,  kedudukan  dan  sebagainya,  pada 
saat  begini  harus  mengingatkan  diri  sendiri,  jangan  sampai  terlena  oleh 
kesenangan yang cuma khayalan belaka ini, ini merupakan pahala duniawi yang 
ada celahnya, juga tidak kekal adanya, tidak ada maknanya sama sekali. 

Manusia menggunakan sepanjang hidupnya untuk mengejar ketenaran dan 
keuntungan,  sebenarnya  bagaimana  fakta  sebenarnya  dari  kedua  hal  ini. 
Terlebih  dulu  kita  bahas  tentang  “keuntungan”,  ketika  seseorang  sedang 
menikmati  harta  berlimpah,  menganggap  bahwa  dia  telah  mewujudkan  nilai 
kehidupan manusia, merupakan orang yang paling sukses. 

Tapi  harus  diketahui  bahwa  semua  ini  hanya  bisa  sementara  waktu  saja 
untuk  memenuhi  kenikmatan  dan  kesombonganmu,  pada  akhirnya  juga  nihil. 
Lihatlah di dunia ini  banyak bermunculan orang kaya, bukankah sekarang satu 
persatu pergi buat selama‐lamanya?  

 
Serupa halnya pula dengan diri anda, meskipun menikmati harta berlimpah 
namun  juga  tidak  mungkin  bisa  bertahan  sampai  seribu  tahun,  seiring 
berlalunya  waktu,  anda  akan  kian  menua  dan  selangkah  demi  selangkah 
menuju kematian.  

Lalu kita bahas lagi tentang “ketenaran”, ada sebagian orang yang kurang 
berminat  pada  harta  kekayaan,  tetapi  yang  dia  kejar  berapa  banyak 
penggemarnya,  namanya  terkenal.  Tapi,  semua  ini  adakah  maknanya?  Cuma 
ketika  anda  mati,  fans  anda  akan  mengukir  nama  anda  di  batu  nisan,  lantas 
anda sendiri bisa dapat apa?  

Jadi  buat  apa  sekarang  bersusah  payah  menjadikan  diri  sendiri  menjadi 
idola orang banyak, seumur hidup dinilai orang lain, buat apa harus begini?  

Kesimpulannya, demi mengejar keuntungan dan ketenaran sehingga sepanjang 
hidup sibuk tak menentu, sungguh tidak pantas! 

Ada pula orang yang tidak menaruh minat pada keuntungan dan ketenaran, 
tapi  pada  hubungan  persaudaraan,  pertemanan    dan  sebagainya  begitu 
melekat, tidak sanggup mengikhlaskan. Ini mungkin karena jodoh masa lampau, 
atau  orang  yang  benar‐benar  cocok  dengannya,  maka  berharap  bisa  menjalin 
hubungan  selamanya  dengannya,  selamanya  takkan  terpisah;  atau  berada 
dalam keluarga yang hangat dan harmonis, sehingga berharap bisa selamanya 
berbagi suka dan duka dengan keluarga ini. 

Kalau  sudah  begini,  maka  sudah  larut  dalam  kasih  yang  hangat  dan 
kebahagiaan semu, sulit melepaskan kemelekatan ini. Sesungguhnya panorama 
indah ini hanyalah merupakan rintangan untuk terlahir ke Alam Sukhavati! 
Maka itu saya tidak boleh melekat pada orang‐orang terkasih ini, tapi
pikirkanlah sahabat‐sahabat Dharma yang ada di Alam Sukhavati. Saya harus
senantiasa teringat pada sahabat‐sahabat Dharma di Alam Sukhavati, terpikir
bahwa mereka juga sedang memikirkan diriku. Banyak teman‐teman praktisi
yang sudah terlahir ke Alam Sukhavati, mereka sedang memandangku
dari sana, berharap agar saya segera terlahir di Alam Sukhavati menikmati
kebahagiaan terunggul.

Ibarat membangun pagoda, cuma sisa atapnya saja, maka pemban-


gunannya sudah rampung, jadi cuma tinggal satu sentuhan terakhir saja.
Demikian pula dengan bekal yang telah kupersiapkan untuk terlahir ke
tanah suci, hanya dengan menggenggam erat setiap detiknya, lebih tekun
melafal Amituofo, maka dengan segera dapat menyempurnakan urusan
terlahir ke tanah suci.

Selain itu, bisa berhasil dalam menjalani karir, memperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan hati, lalu menikah dengan orang yang dicintai, lalu bisa
menikmati beragam fasilitas dan sebagainya, coba pikirkan dengan seksama,
adakah maknanya? Cuma buat sementara waktu bisa menipu keangkuhanmu
saja, bisa sementara waktu untuk mengelabui hati khayalmu, pada akhirnya
juga kosong melompong.

Terhadap upaya untuk mencapai pembebasan, tidak ada kaitannya juga


takkan membawa manfaat apapun. Hanya saja tempo dulu kita agak bodoh‐
bodoh sedikit, selama ini membawa sebuah hati khayal yang semu, mengira
bahwa di dalam semua ini dapat menemukan sebuah kegembiraan, barulah
terhadap kejayaan dan kisah cinta ini, kekayaan dan sebagainya, menaruh
begitu banyak harapan. Anda menaruh banyak harapan pada hal‐hal semu ini,
pada akhirnya hanyalah merupakan mimpi di siang bolong.
Bila  mengamati  dengan  seksama  pada  alam  saha  ini,  sesungguhnya  tidak 
ada  kebahagiaan  yang  bisa  diperoleh  di  sini,  bagaimanapun  upaya  manusia 
untuk  bersandiwara,  membungkusnya  dengan  rapat‐rapat,  membual  setinggi 
langit,  juga  tidak  bisa  mengubah  kenyataan  bahwa  hidup  ini  dukanya  lebih 
banyak. 

Apabila  anda  sudah  tercerahkan,  telah  melihat  dengan  jelas  pada  fakta 
ketenaran  dan  keuntungan,  hubungan  kasih  antara  pria  dan  wanita, 
kenikmatan duniawi dan lain sebagainya, anda telah mengetahui dengan jelas 
bahwa  semua  ini  adalah  kesengsaraan,  maka,  segala  hal  duniawi  ditawarkan 
pada anda, anda juga takkan goyah lagi. 

Serupa  dengan  Buddha  Sakyamuni,  saat  masih  menjadi  putra  mahkota, 


ayahandanya  memberinya  hadiah  apa  saja,  juga  tidak  bisa  membuatnya  jadi 
bahagia, satu‐satunya hanya memilih jalan menuju pembebasan. 

Kapan waktunya tekad anda terhadap hal ini sudah sedemikian kokohnya, 
maka  ini  menunjukkan  anda  sudah  sama  sekali  tidak  mendambakan  dunia  ini 
lagi.  

Ibarat  seorang  anak  kecil  yang  ingin  makan  roti  gandum,  tapi  bundanya 
malah memberinya lobak, tak peduli lobak tersebut diolah jadi kue lobak, lobak 
kering,  dan  lain  sebagainya,  dia  juga  tidak  mau.  Oleh  karena  meskipun  lobak 
tersebut  diolah  jadi  bentuk  apapun,  tetap  saja  lobak  dan  takkan  berubah  jadi 
roti gandum. Maka itu si anak bersikukuh menolaknya. 

Cerita  ini  mengingatkan  pada  kita  bahwa  saat  berada  dalam  kondisi  yang 
menyenangkan,  mesti  membuat  perenungan  :  ini  adalah  roda  samsara,  ini 
adalah  tumimbal  lahir,  semua  ini  adalah  penderitaan,  maka  itu  saya  tidak 
menghendaki  semua  ini.  Hati  yang  menjauhi  alam  saha  ini  haruslah 
dikembangkan. 

Sebaliknya,  segala  sesuatu  yang  ada  di  Alam  Sukhavati  demikian 


sempurnanya,  baik  permukaan  alamnya,  air,  bunga,  pohon,  burung  jelmaan, 
cahaya,  suara  dan  sebagainya,  tidak  ada  satupun  yang  tidak  sempurna. 
Contohnya burung‐burung jelmaan yang merupakan ciptaan Buddha Amitabha, 
untuk  mengumandangkan  Dharma.  Demikian  pula  dengan  setetes  air, 
sekuntum bunga juga memiliki jasa kebajikan yang tanpa batas.  

Semua  ini  pada  akhirnya  takkan  jadi  kosong  melompong,  takkan 


mengelabui  anda.  Tak  peduli  anda  melatih  pintu  Dharma  apapun  di  Alam 
Sukhavati, semuanya juga akan mencapai kesempurnaan. Alam Sukhavati yang 
sedemikian sempurnanya, bagaimana mungkin tidak berkeinginan ke sana? 

Dengan membandingkan Alam Sukhavati dan alam saha, maka jelas sudah, 
pasti harus menjauhi alam saha, bersukacita pada Alam Sukhavati. Setelah anda 
memiliki  keteguhan  hati  ini,  meskipun  bertemu  dengan  kondisi  yang 
menyenangkan, namun hatimu kini takkan mendua lagi. 

Anda akan jelas bahwa setiap kondisi yang menyenangkan di alam saha ini, 
sesungguhnya  adalah  rintangan  Mara,  bila  terlena  di  dalamnya  akan 
menghalangi  upaya  terlahir  ke  Tanah  Suci  Sukhavati.  Bila  hatiku  sempat 
diperdaya oleh kondisi ini, maka akan kehilangan manfaat yang sesungguhnya. 
Maka  itu  segala  godaan  di  alam  saha  ini  juga  takkan  mampu  memikat  diriku, 
saya telah membulatkan tekadku pasti harus ke Alam Sukhavati. 

 
3. Saat Sibuk  

Dalam  menghadapi  kesibukan,  pertama‐tama  harus  merenungkan  : 


Sekarang  saya  demi  mencari  nafkah,  siang  malam  begitu  sibuk.  Setiap  hari 
harus sibuk mengejar waktu, hidup dalam kekacauan di atas debu jalanan yang 
tak bermakna.  

Ketika  berhadapan  dengan  situasi  begini  harus  berbicara  dengan  gaya  ini, 
ketika berhadapan lagi dengan situasi begitu harus pula berbicara dengan gaya 
itu,  lain  situasi  lain  pula  bicaranya,  masih  harus  melakukan  berbagai 
hal………..maka  itu  setelah  sibuk  seharian  capek  batin,  bahkan  untuk  diam 
sejenak saja tidak punya waktu, sungguh menyedihkan! 

Sesungguhnya ini adalah semacam siksaan, tidak kuasa mengikuti kekuatan 
karma,  tiap  hari  terpaksa  harus  melakukan  banyak  tugas  duniawi.  Ini 
dikarenakan berkah kebajikan yang ditimbun pada masa kelahiran lampau tipis, 
karma  buruk  yang  diperbuat  begitu  berat,  sehingga  pada  masa  kelahiran 
sekarang  tidak  bisa  hidup  bebas  dan  masih  harus  dililit  ikatan  duniawi,  harus 
bekerja  mencari  nafkah,  melakukan  banyak  pekerjaan  yang  tidak  bermakna, 
barulah  bisa  mendapat  sedikit  penghasilan  untuk  menghidupi  diri  sendiri  dan 
keluarga, meskipun tersiksa dan tak berdaya, juga harus menjalaninya. 

Kesimpulannya  adalah  tidak  punya  jalan  lain  lagi,  barulah  setiap  hari 
terpaksa  melakukan  hal  yang  tidak  bermakna  ini.  Maka  itu  dikatakan  bahwa 
tinggal di dunia saha ini adalah ibarat dikurung dalam penjara, setiap hari demi 
mencari  sesuap  nasi,  terpaksa  melakukan  hal‐hal  yang  membuang  banyak 
waktu  dan  tenaga,  ibarat  menjalani  siksaan  dalam  penjara.  Setelah  berpikir 
dengan  jelas,  maka  terhadap  dunia  ini  cuma  ada  satu  kesimpulan  saja,  yakni 
saya bertekad terlahir ke Alam Sukhavati. 

 
Harus diketahui bahwa di Alam Sukhavati, dengan pemberkatan kekuatan 
tekad Buddha Amitabha yang maha besar, kita bisa bebas dari segala ikatan. Di 
sana  takkan  ada  kemunduran  batin,  setiap  saat  mengalami  kemajuan  batin. 
Maka  itu  dikatakan,  begitu  terlahir  ke  Alam  Sukhavati  langsung  mencapai 
tingkatan  ketidakmunduran,  sehingga  dalam  waktu  singkat  dapat 
menyempurnakan KeBuddhaan. 

Buddha  Amitabha  maha  Maitri  maha  Karuna,  menwujudkan  fasilitas  dan 


kemudahan  yang  tak  terhitung,  sehingga  ketika  seorang  praktisi  terlahir  ke 
tanah suci, jiwa raganya segera mengalami perubahan, takkan tercemar lagi. 

Sebaliknya  tubuh  manusia  di  dunia  saha  adalah  tidak  bersih,  maka  itu 
selezat  apapun  makanan  yang  masuk  ke  dalam  tubuh  juga  akan  berubah  jadi 
kotoran. 

Sedangkan  di  Alam  Sukhavati,  tak  peduli  praktisi  itu  pada  waktu 
sebelumnya pernah melakukan karma buruk yang berat, namun begitu terlahir 
ke  Alam  Sukhavati,  jiwa  raganya  jadi  suci  dan  bersih,  pasti  memperoleh 
Dharmakaya yang suci dan seimbang.   

Setelah berpikir sedemikian rupa, maka mulai saat ini pikiran takkan serupa 
dengan dulu lagi,  kebimbangan dan kacau lagi, dalam hati sudah begitu jelas, 
melangkah  maju  dengan  penuh  kepastian,  dalam  satu  kehidupan  ini  meraih 
cita‐cita besar, yakni terlahir ke Alam Sukhavati. 

Maka  itu  dalam  keseharian,  betapapun  sibuknya,  pekerjaan  apapun  yang 


harus diselesaikan, begitu ada sedikit waktu luang segeralah melafal Amituofo. 
Dengan  demikian  saat  menjelang  ajal,  Buddha  Amitabha  akan  datang 
menjemputmu, anda akan bebas dari penjara alam saha ini.  
 

Lantas bagaimana pula dalam kesibukan keseharian dapat membangkitkan 
niat pikiran sedemikian rupa, menggenggam erat setiap detiknya untuk melafal 
Amituofo? Kuncinya adalah merenungkan bahwa hidup ini tidak kekal.  

Manusia  di  dunia  ini  sungguh  menyedihkan,  perlahan  menua  dalam 


kesibukannya,  namun  tidak  seorang  pun  yang  memikirkan  kematian,  bila 
mereka menyadarinya, maka sejak awal sudah melepaskan urusan duniawi.  

Maka itu dikatakan, orang yang tidak mau memikirkan kematian, menerima 
kenyataan  bahwa  suatu  hari  pasti  akan  menjalani  tahapan  ini,  maka  orang 
begini pasti jatuh ke dalam moha (kebodohan), lalu melakukan banyak hal yang 
menyita  waktu  dan  perhatian,  sehingga  muncul  kesengsaraan  yang  tak 
berujung, berputar dalam lingkaran tumimbal lahir.  

Maka  itu  setiap  saat  harus  mengingatkan  diri  sendiri  akan  kematian, 
dengan demikian hati kita akan begitu sadar dan jelas, mengetahui bahwa diri 
sendiri  harus  berhenti  menciptakan  karma,  juga  akan  memotivasi  diri  untuk 
tekun menimbun bekal terlahir ke Tanah Suci Sukhavati. 

Dengan merenungkan kematian maka hendaknya menghentikan kegiatan‐
kegiatan  duniawi  yang  menyita  banyak  waktu  dan  perhatian.  Andaikata  anda 
terus menyibukkan diri dalam kegiatan‐kegiatan duniawi yang menyita banyak 
tenaga  dan  pikiran,  berguling‐guling  dalam  kerisauan  dan  kesibukan,  maka 
hanya  bisa  menambah  klesa  (kekotoran  batin),  kalau  begini  terus,  sepanjang 
hidup  takkan  ada  kesempatan  buat  melatih  diri,  sampai  ajal  tiba,  bagaimana 
mungkin bisa keluar dari lingkaran tumimbal lahir?  

 
Maka itu, haruslah melepaskan segala kemelekatan, yakni berusaha keluar 
dari  kegiatan‐kegiatan  yang  menyita  banyak  waktu  dan  perhatian,  hanya 
dengan demikian, barulah bisa mengakhiri tumimbal lahir.  

Ada  orang  yang  berpikir  demikian,  sekarang  saya  begitu  sibuk,  masih 
banyak  urusan  penting  yang  belum  saya  tangani,  tunggu  sampai  urusan  ini 
sudah  tuntas  dan  saya  tidak  sibuk  lagi,  barulah  pergi  melatih  diri.  Tapi  yang 
namanya  urusan  di  dunia  ini  mana  ada  habisnya,  bila  anda  sendiri  yang  tidak 
sudi melepaskannya, maka sepanjang hidup mana mungkin ada waktu luang? 

Kenyataannya urusan di alam saha ini juga tidak seberapa penting adanya, 
hanya  saja  diri  sendiri  yang  begitu  melekat,  asalkan  anda  bisa 
mengikhlaskannya,  maka  bukan  masalah  lagi,  kalau  tidak  demikian,  maka 
masalah anda takkan ada usainya.  

Setelah  anda  mengamati  dengan  jelas  masalah  di  dunia  ini,  barulah  anda 
dapat  menenangkan  diri,  kemudian  melepaskan  satu  persatu  hingga  tuntas, 
jangan malah setengah hati, melepaskan tapi masih setiap hari merindukannya 
di  hati.  Bahkan  saat  sekarang  juga  harus  bisa  berpikir  jernih  dan  jelas,  jangan 
tunda sampai menjelang ajal, karena sudah tidak sempat lagi. 

Setelah  melepaskan  segala  kemelekatan  duniawi,  maka  mengerahkan 


segenap  hati  untuk  menimbun  bekal  (yakin,  bertekad,  mengamalkan)  terlahir 
ke  Tanah  Suci  Sukhavati.  Pertama‐tama  harus  melihat  dengan  jelas  jalan  yang 
akan ditempuh, setelah jelas maka teguhkan tekad, ini amat penting sekali. 

Ketahuilah  bahwa  bila  ingin  mengandalkan  kekuatan  sendiri  untuk 


mencapai  Jalan  Pembebasan  adalah  sulit  sekali,  harus  melewati  banyak  sekali 
siklus kelahiran dan kematian barulah bisa memutuskan klesa (kekotoran batin), 
keluar dari lingkaran tumimbal lahir.  

Lain  halnya  bila  anda  mengandalkan  kekuatan  Buddha,  asalkan  punya 


keyakinan  pada  Buddha  Amitabha  dan  Alam  Sukhavati,  lalu  membulatkan 
tekad dan melafal Amituofo, maka saat menjelang ajal Buddha Amitabha akan 
datang menjemputmu terlahir ke Alam Sukhavati. 

Saat  itu  meskipun  karma  buruk  dan  klesa  (kekotoran  batin)  anda  masih 
belum lenyap, namun dengan pemberkatan kekuatan tekad Buddha Amitabha, 
segala tabiat anda takkan muncul lagi, sejak itu telah mengakhiri samsara. 

Maka  itu,  dengan  mengandalkan  pemberkatan  kekuatan  tekad  Buddha 


Amitabha, terlahir ke Alam Sukhavati untuk menyempurnakan KeBuddhaan, ini 
barulah disebut kenyataan. 

Setiap  insan  perlu  menetapkan  tujuannya,  lalu  membulatkan  tekad  untuk 


menwujudkannya.  Setelah  menetapkan  tujuan  terlahir  ke  Alam  Sukhavati, 
maka  harus  menfokuskan  pikiran  melafal  Amituofo.  Oleh  karena  saat 
menjelang  ajal,  sepenuhnya  mengandalkan  kekuatan  pelafalan  Amituofo, 
sehingga terjalin dengan Buddha Amitabha, begitu terjalin segera memperoleh 
pemberkatan dari Buddha Amitabha, langsung terlahir ke Alam Sukhavati. 

Lantas dalam kehidupan keseharian bagaimana sikap yang harus ada, kala 
menghadapi  berbagai  problema  hidup?  Ketika  urusan  datang,  kita 
menanganinya,  setelah  selesai,  jangan  lagi  dipikirkan.  Saat  berada  dalam 
kesibukan, maka harus merenungkan : Saya sungguh kasihan, dari pagi sampai 
malam  tidak  ada  waktu  buat  diri  sendiri.  Oleh  karena  diseret  oleh  kekuatan 
karma  barulah  tidak  bisa  memperoleh  kebebasan.  Dan  sekarang  ada 
kesempatan yang begitu bagus agar saya tidak  perlu dililit ikatan ini  lagi, oleh 
karena  saya  telah  mendengar  Ajaran  Sukhavati,  asalkan  bisa  membangkitkan 
keyakinan  dan  membulatkan  tekad,  rajin  melafal  Amituofo,  setelah 
kehidupanku di alam saha ini berakhir, maka terlahir ke Alam Sukhavati.  

Andaikata  saya  memiliki  kesempatan  buat  melatih  diri,  juga  memiliki 


kesanggupan  untuk  menimbun  bekal  terlahir  ke  Tanah  Suci  Sukhavati,  tapi 
malah menghabiskan banyak waktu untuk menciptakan karma tumimbal lahir, 
menyia‐nyiakan kesempatan yang begitu unggul, maka selanjutnya saya hanya 
bisa  mengikuti  arus  tumimbal  lahir  yang  tiada  ujungnya,  kemudian  dililit  oleh 
ikatan‐ikatan lagi, kenapa saya harus begitu bodoh? 

Andaikata sudah bertemu dengan metode yang begitu mudah dan praktis 
ini, yang dalam waktu singkat sudah bisa mengakhiri tumimbal lahir, tapi malah 
tidak menggenggamnya dengan erat, malah melewatkannya begitu saja, maka 
masa  kelahiran  mendatang  hanya  bisa  terombang  ambing  di  lautan  samsara, 
kalau begitu, kelahiranku kali ini hanya jadi sia‐sia belaka! 

Jalinan  jodoh  yang  begitu  bagus  bisa  bertemu  dengan  Ajaran  Sukhavati, 
malah  tidak  tahu  menghargainya,  hidup  dalam  kebimbangan  hingga  berakhir 
begitu  saja,  maka  ini  sungguh  sesat  adanya!  Apakah  diriku  masih  tergolong 
bijak? Memangnya saya orang yang tidak tahu menentukan pilihan? 

4. Waktu Luang 

Ketika mempunyai waktu luang, mesti digunakan untuk melatih diri. Boleh 
melakukan  perenungan  begini  :  Kasihan  sekali  diriku  ini!  Sungguh  merupakan 
orang  yang  tidak  punya  pahala.  Andaikata  jalinan  jodohku  di  dunia  ini  bagus, 
maka bisa melatih diri di tempat yang sunyi sehingga setiap hari bisa begitu giat 
dan  tekun.  Tetapi  sekarang  oleh  karena  diseret  kekuatan  karma,  sehingga 
setiap hari cuma ada secuil waktu luang saja, maka saya harus memanfaatkan 
waktu luang yang begitu sulit diperoleh ini untuk melafal Amituofo. 

Jika  sebaliknya  malah  menyia‐nyiakan  waktu  luang  ini,  menggunakannya 


untuk  melakukan  hal  yang  tidak  bermakna,  maka  ini  sungguh  tidak  pantas! 
Kalau pemikiran ini saja tidak saya miliki, apakah saya masih bisa dikategorikan 
sebagai praktisi? Bahkan secuil ketekunan ini saja tidak punya, bagaimana bisa 
terlahir ke Alam Sukhavati? 

Dengan  demikian  memberi  peringatan  keras  pada  diri  sendiri,  setelah  itu 
harus  tahu  menghargai  waktu,  lalu  mengatakan  pada  diri  sendiri  :  Saya  hanya 
memiliki sedikit waktu luang untuk melatih diri, meskipun hanya sedikit, namun 
emas  dan  permata  juga  tidak  bisa  membelinya.  Maka  itu  saya  tidak  boleh 
lengah  sehingga  timbul  kemalasan,  mesti  menfokuskan  pikiran  untuk 
menimbun bekal terlahir ke Tanah Suci Sukhavati!  

Bila  anda  memiliki  keteguhan  hati  serupa  ini,  begitu  menghargai  waktu, 
maka  ketika  orang  lain  mengajak  anda  nonton  tv,  ngobrol,  shopping, 
berselancar  di  dunia  maya  mencari  hiburan,  atau  memelihara  burung,  anjing, 
senam,  nonton  opera,  main  mahjong  dan  sebagainya,  tak  peduli  tempo  hari 
anda  begitu  menyukai  hobi  ini,  tapi  sekarang  bahkan  namanya  saja  anda  juga 
takkan sudi mendengarnya, timbul niat untuk menjauhinya. Anda akan berpikir, 
mustahil saya mau mengganti emas dengan sampah! 

Kemudian  para  praktisi  juga  akan  berkhayal  :  Kapan  ya  saya  baru  bisa 
menyepikan  di  hutan  yang  sunyi?  Kenyataannya  hal  ini  sulit  terwujud,  oleh 
karena  kesempatan  begini  sulit  ditemukan,  lagi  pula  anda  juga  belum  tentu 
punya pahala bisa menyepikan diri untuk jangka panjang. 

 
Maka  itu  setiap  hari  harus  memanfaatkan  waktu  luang  yang  ada.  Setiap 
hari  menyisakan  satu  jam  atau  lebih,  menfokuskan  pikiran  melafal  Amituofo, 
lalu  pertahankan  dan  lakukan  berkesinambungan,  beginilah  anda  menyepikan 
diri setiap harinya. 

Anda harus menetapkan sebuah waktu yang tetap untuk melafal Amituofo, 
setiap tiba waktu tersebut, maka anda akan menolak semua jalinan jodoh luar. 
Tutup  pintu  rapat‐rapat,  takkan  berbicara  dengan  siapapun  juga,  telepon 
rumah digantung dan telepon genggam dimatikan, sebelumnya juga berpesan 
pada orang rumah agar mereka tidak mengganggu kebaktian anda.  

Seiring  berjalannya  waktu,  perlahan  keluarga  anda  juga  akan  terbiasa 


dengan  sikap  anda  ini,  selama  satu  atau  dua  jam  takkan  mengganggu  anda. 
Kemudian,  selama  periode  waktu  ini,  usahakan  diri  sendiri  dapat  terfokus, 
pikiran  takkan  bercabang,  perhatian  sepenuhnya  terpusat  pada  lafalan 
Amituofo. 

Setiap lafalan Amituofo mengalir keluar dari keyakinan hati dan tekad bulat. 
Setiap  lafalannya  mengandung  pesan  kepada  Maha  Maitri  Maha  Karuna 
Buddha  Amitabha,  semoga  Buddha  Amitabha  menjemput  diriku  terlahir  ke 
Alam  Sukhavati……lafalan  demi  lafalan  yang  serupa  ini,  menimbun  bekal 
terlahir ke tanah suci. 

Pokoknya, tak peduli kita berada dalam keadaan yang bagaimanapun juga, 
mesti  mengingat  bahwa  kampung  halaman  kita  ada  di  Alam  Sukhavati. 
Sekarang oleh karena dililit kekotoran batin dan karma, sehingga masih tinggal 
di  dunia  saha  ini,  asalkan  saya  rajin  melafal  Amituofo,  saat  menjelang  ajal 
Buddha Amitabha pasti datang menjemputku. 

 
Maka  itu  setiap  menit  dan  detik,  saya  takkan  lupa  berdoa  pada  Buddha 
Amitabha,  jangan  sampai  diri  sendiri  jatuh  lagi  ke  dalam  lingkaran  tumimbal 
lahir, kita harus membulatkan tekad; dalam kehidupan ini juga mesti terlahir ke 
tanah suci! 

Mulai  hari  ini  juga  saya  akan  memanfaatkan  setiap  menit  dan  detik, 
mengerahkan  segenap  kekuatan  hati  untuk  menimbun  bekal  terlahir  ke  Alam 
Sukhavati! 

Master Chin Kung : 

Setelah  kita  membaca  laporan  belajar  dari  Venerable  Zi‐liao,  dia  sedang 
memberi  peringatan  bagi  kita  semuanya,  topiknya  juga  sangat  bagus, 
“Menjauhi Alam Saha, Bersukacita Pada Alam Sukhavati”.  

Di  dalam  sharingnya  ini,  dia  terus  berupaya  menasehati  kita  agar  memiliki 
niat  hati  yang  menjauhi  enam  alam  tumimbal  lahir,  setiap  orang  hendaknya 
senantiasa mengingat hal ini di dalam hati, hal yang paling menakutkan tak lain 
adalah jatuh ke tiga alam rendah.  

Buddha  menyebutkan  di  dalam  sutra,  sekali  jatuh  ke  tiga  alam  rendah 
adalah lima ribu kalpa lamanya! Betapa panjangnya waktu ini, meskipun hanya 
kalpa kecil sekalipun juga tidak sanggup menahannya. Melakukan karma buruk 
itu sungguh gampang, tapi menjalani siksaan dan keluar dari tiga alam rendah 
adalah begitu sulitnya. 

~~Selesai~~
Daftar
Pustaka
 
 
無量壽經科註第四回學習班 自了法師
(第二一三集)
 

http://www.amtb.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=2&web_rel_
index=3527&sub_amtb_index=5413&Page=22 
 

Arsip
www.kebahagiaandharma.blogspot.com 
 

Anda mungkin juga menyukai