Anda di halaman 1dari 38

 
Menghargai
kesempatan Melatih diri

Dipetik Dari :

Laporan belajar dari  

Venerable Zi‐liao 
“Kelas Belajar Edisi 206 dan 207” 

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.


 
Daftar isi
 

Hal

1. Kondisi yang tidak menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci .................4

2. Sepuluh faktor pendukung untuk melatih diri.......................................................6

3. Perumpamaan betapa langkanya kesempatan melatih diri....................................8

4. Jalan Kebenaran...................................................................................................15

5. Perumpamaan dari kondisi yang menguntungkan untuk menjalani kehidupan


suci...........................................................................................................................17

6. Perumpamaan dari manusia yang tidak tahu menghargai kesempatan melatih diri

.................................................................................................................................19

7. Tren duniawi telah menelan kesempatan melatih diri.........................................22

8. Perbandingan antara praktisi jaman dulu dan sekarang.......................................24

8.1. Tidak Melancong..............................................................................................25

8.2. Tidak membaca surat kabar..............................................................................27

8.3. Tidak berselancar di dunia maya......................................................................28

8.4. Tidak ikut berkecimpung dalam kegiatan duniawi...........................................29

8.5. Tidak menikmati media hiburan.......................................................................31

9. Mencari kembali waktu yang terbuang...............................................................34

10. Membuat perenungan Mara Jahat yang menelan kesempatan melatih diri.......35 


 
Menghargai Kesempatan Melatih Diri

1. Delapan kondisi yang tidak menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci

Pada bagian ke-11 dari Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas (yang merupakan topik
ceramah harian Master Chin Kung), tercantum tentang “Delapan Kondisi Yang
Tidak Menguntungkan Untuk Menjalani Kehidupan Suci (akkhana
asamaya brahmacariyavasaya)”, yang merupakan halangan untuk bertemu dengan
Buddha Dharma. Delapan kondisi ini juga disebut sebagai tidak mempunyai
kesempatan untuk melatih diri.

Kita selalu mendengar bahwa kesempatan untuk terlahir sebagai manusia


merupakan hal yang sulit, jadi seberapa sulit untuk terlahir sebagai manusia? Hari
ini kita memperoleh tubuh manusia bukanlah kado dari Langit, atau terjadi secara
kebetulan saja, tetapi tubuh manusia ini kita peroleh berkat jerih payah kita melatih
diri selama kelahiran demi kelahiran.

Manusia yang telah memenuhi “Delapan kondisi yang menguntungkan untuk


menjalani kehidupan suci” dan “Sepuluh Kesempurnaan” barulah mempunyai
kesempatan melatih diri.

Kondisi yang menguntungkan ini adalah berbalikan dari “Delapan kondisi yang
tidak menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci”, delapan kondisi yang tidak
menguntungkan ini mencakup :

1. Terlahir di Alam Neraka


2. Terlahir di Alam Setan Kelaparan
3. Terlahir di Alam Binatang


 
4. Terlahir di alam yang memiliki usia yang panjang, empat tingkatan alam di
Arupaloka merupakan alam yang memiliki usia panjang.
5. Terlahir di wilayah perbatasan atau daerah liar yang tidak ada Buddha
Dharmanya
6. Terlahir dengan kondisi telinga tuli, mata buta atau bisu.
7. Terlahir sebagai manusia yang berpandangan sesat
8. Terlahir pada jaman tidak adanya Buddha dan Dharma di dunia

Delapan kondisi ini tidak memungkinkan untuk melatih diri, umpamanya jatuh di
tiga alam rendah, tentunya sulit untuk membangkitkan niat melatih diri, meskipun
timbul niat sedikit saja, sudah ditutupi oleh siksaan yang menderanya, tidak mampu
memasuki tahap melatih diri, maka itu jatuh ke Alam Neraka, Alam Setan Kelaparan
dan Alam Binatang, tidak memenuhi jalinan jodoh untuk melatih diri, merupakan
tempat yang tidak menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci.

Empat tingkatan alam di Arupaloka memiliki usia yang panjang sehingga tidak
memiliki akar kebajikan untuk melatih Jalan Pembebasan.

Sedangkan Kamaloka atau alam nafsu, selalu dipenuhi oleh Lima Nafsu atau Lima
Kegemaran (gemar akan harta benda, rupa, ketenaran, makanan dan tidur),
sehingga tidak dapat membangkitkan niat untuk melatih diri, juga merupakan
tempat yang tidak menguntungkan untuk melatih diri.

Manusia, apabila terlahir di wilayah perbatasan atau daerah liar yang tidak
dikunjungi oleh empat jenis siswa Buddha (Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka dan
Upasika); atau terlahir pada era Buddha tidak muncul di dunia; atau diri sendiri
tidak memiliki indera yang sempurna, pikun, bisu dan sebagainya, sehingga tidak
sanggup memahami Buddha Dharma. (Apabila tidak ada Buddha yang muncul di
dunia berarti tidak berkesempatan bertemu dengan Buddha Dharma; di tempat
yang tidak ada empat jenis siswa Buddha, berarti tidak ada yang mengajari Ajaran

5
Buddha di sana, sehingga tidak mengenal Ajaran Buddha; indera yang tidak
sempurna juga tidak mampu menerima Buddha Dharma).

Selain itu juga apabila terlahir sebagai orang berpandangan sesat, mengira tidak
ada kelahiran lampau dan kelahiran mendatang, tidak percaya pada Hukum Karma,
tidak ada Triratna, meskipun lahir di era yang ada Buddha Dharmanya, namun
malangnya dia tidak bisa meyakini dan memahaminya.

Diantara delapan kondisi yang tidak menguntungkan di atas, apabila jatuh pada
salah satu kondisi, maka tidak ada jalinan jodoh untuk melatih diri. Dengan
menjauhi delapan kondisi yang tidak menguntungkan ini, maka disebut sebagai
kondisi yang menguntungkan.

2. Sepuluh faktor pendukung untuk melatih diri

Selanjutnya adalah Sepuluh Kesempurnaan sehingga memiliki jalinan jodoh untuk


melatih diri, yaitu :

1. Terlahir sebagai manusia


Yakni tidak jatuh ke alam rendah, atau terlahir di Alam Dewa (Surga), atau
Alam Asura, tetapi beruntung dapat terlahir sebagai manusia.

2. Terlahir di wilayah yang ada Buddha Dharmanya


Yakni beruntung tidak terlahir di wilayah perbatasan atau daerah liar yang
tidak ada Buddha Dharmanya, tetapi beruntung dapat terlahir di tempat
yang ada Buddha Dharmanya.

3. Mempunyai indera yang sempurna


 
Di tempat yang ada Buddha Dharmanya juga ada orang pikun, tuli, bisu dan
sebagainya. Tetapi diri sendiri begitu beruntung karena memiliki indera
yang sempurna.

4. Tidak berpandangan sesat


Meskipun mempunyai indera sempurna tetapi berpandangan sesat,
menyingkirkan kebajikan dan memilih kejahatan, dengan demikian juga
tidak memiliki jalinan jodoh melatih diri, tetapi beruntung diri sendiri tidak
mempunyai pandangan sesat.

5. Meyakini Buddha Dharma


Meyakini Tripitaka yakni Sutra, Vinaya dan Abhidharma Pitaka.

6. Adanya Buddha yang muncul di dunia


Andaikata tidak ada Buddha yang muncul di dunia, meskipun terlahir
sebagai manusia, juga berada dalam era tidak adanya Buddha di dunia,
sehingga tidak berjodoh melatih diri. Sedangkan kini, sekitar tiga ribu tahun
yang silam, Buddha Sakyamuni menampilkan pencapaian KeBuddhaan di
India.

7. Membabarkan Dharma sejati


Meskipun muncul di dunia, namun ada juga Buddha yang tidak
membabarkan Dharma di dunia, sehingga tidak berjodoh melatih diri.
Tetapi kini era dimana Buddha Sakyamuni muncul di dunia ini,
membabarkan kebenaran dengan sempurna.

8. Buddha Dharma beredar di dunia


Meskipun Sang Buddha telah membabarkan Dharma Sejati (Saddharma),
tetapi apabila telah memasuki periode berakhirnya Dharma, juga tidak
berkesempatan bertemu dengan Buddha Dharma. Sedangkan saat sekarang
meskipun telah memasuki era berakhirnya Dharma, Buddha Dharma masih
beredar di dunia ini.

9. Penuntun yang benar untuk memasuki Ajaran Buddha


Meskipun Buddha Dharma beredar di dunia, tetapi apabila tidak ada
penuntun yang benar dalam menyelaminya, juga tidak mampu memperoleh
manfaat yang sesungguhnya. Tetapi kini telah bertemu dengan para guru
sesepuh, yang menuntun kita melatih diri.

10. Bertemu dengan kalyanamitra



 
Apabila tidak adanya guru maupun sahabat melatih diri, tentunya sulit
untuk mewujudkan kesempatan untuk melatih diri. Tetapi sekarang syarat
ini telah terpenuhi.

Sepuluh Kesempurnaan ini juga merupakan delapan kondisi yang menguntungkan


untuk menjalani kehidupan suci, yakni syarat yang harus dipenuhi agar memiliki
kesempatan untuk melatih diri.

3. Perumpamaan betapa langkanya kesempatan melatih diri

Perumpamaan betapa berharganya kesempatan melatih diri tersebut :

1. Pesawat penumpang yang mewah

Ibarat membangun pesawat penumpang yang mewah, membutuhkan


beberapa ribu pabrik di seluruh dunia, beberapa ratus ribu tenaga kerja untuk
menyelesaikan bagian-bagiannya, terakhir dirakit dan dipasang. Untuk
membangun sebuah pesawat penumpang mewah ini merupakan hal yang
amat sulit sekali, oleh karena harus mengumpulkan begitu banyak jalinan
jodoh untuk menwujudkannya, menghitung dalam angka yang begitu besar
di bidang desain, memilih material, pembuatan, penyelesaian, uji kelayakan,
merupakan proses yang rumit sekali.

Demikian pula kesempatan bagi kita untuk melatih diri juga begitu sulit
diperoleh, oleh karena terlahir sebagai manusia adalah kesempatan yang
sulit diperoleh.

2. Kura-kura buta mengenai lubang kayu

Diibaratkan seluruh wilayah tiga ribu maha ribu dunia berubah jadi
lautan luas, di atas permukaan laut yang luas tersebut muncul sebatang kayu
yang berlubang, terapung-apung dihembus angin yang bertiup dari segala
arah. Di bawah laut terdapat seekor kura-kura yang telah buta matanya,


 
setiap seratus tahun sekali, kura-kura ini akan muncul ke permukaan laut,
dan kepalanya tepat mengenai dan masuk ke dalam lubang kayu tersebut,
meskipun lubang kayu tersebut terlampau kecil.

Analisa : Apabila kayu tersebut diam di satu tempat dan tidak bergerak,
maka masih ada kemungkinan kura-kura muncul dan kebetulan kepalanya
masuk ke dalam lubang kayu tersebut, tetapi persoalannya adalah batang
kayu tersebut terombang-ambing dihembus angin; apabila laut tersebut tidak
luas, maka masih ada kemungkinan, namun lautan luas ini adalah seluas tiga
ribu maha ribu dunia; apabila di batang kayu tersebut ada banyak lubang
masih ada kemungkinan, tetapi di batang kayu hanya ada satu lubang saja;
andaikata kura-kura itu tidak buta maka masih ada kemungkinan, tetapi
kura-kura ini adalah buta, tidak dapat melihat di mana letak lubang kayu;
apabila kura-kura selalu keluar ke permukaan laut, maka masih ada
kemungkinan, tetapi kura-kura buta ini hanya muncul seratus tahun sekali
saja.

Demikian pula betapa berharganya terlahir sebagai manusia dan melatih


diri adalah seperti perumpamaan kura-kura buta yang memasukkan
kepalanya ke dalam lubang kayu ini, begitu sulit diperoleh.

Apa saja yang dilambangkan dalam perumpamaan ini? Tiga ribu maha
ribu dunia yang berubah jadi lautan luas, melambangkan Trailokya
(Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka); batang kayu yang berlubang
melambangkan kehidupan manusia yang memiliki kesempatan melatih diri;
angin yang bertiup dari segala arah melambangkan kesesatan di dalam
pikiran yang tidak henti berhembus; kura-kura buta melambangkan makhluk
yang diliputi oleh Avidya (ketidaktahuan/kegelapan batin), yang tidak tahu
apa yang mesti diambil dan apa yang mesti dilepaskan, tidak memiliki
kebijaksanaan; dasar laut yang dalam adalah melambangkan waktu
menjalani siksaan yang panjang, sulitnya untuk melampaui alam penderitaan;
setiap seratus tahun muncul sekali, melambangkan setelah menjalani
siksaaan selama berkalpa-kalpa, akhirnya memperoleh sekali saja
kesempatan terlahir di alam bajik; lalu kembali lagi tenggelam ke dasar laut,
melambangkan sebagian manusia setelah ajal berakhir kembali jatuh ke alam
rendah menjalani siksaan.

 
3. Benang masuk ke lubang jarum


 
Ibarat ada orang yang berdiri di puncak Gunung Sumeru (gunung
tertinggi di alam semesta), lalu menjatuhkan sehelai benang, ada seorang
lainnya yang berdiri di kaki Gunung Sumeru, menggenggam sebatang jarum
untuk menjemput benangnya, lalu ada pula angin yang begitu kencang
meniup benang tersebut, begitu sulitnya benang tersebut akhirnya dapat
masuk ke dalam lubang jarum. Demikian pula kesempatan bagi manusia
untuk melatih diri adalah begitu berharganya, lebih sulit diperoleh daripada
perumpamaan ini.

4. Menabur butiran kacang di atas genderang


Ibarat langit menurunkan hujan butiran kacang-kacangan, butiran
kacang-kacangan ini jatuh di atas tambur. Kebanyakan malah berjatuhan di
luar genderang, meskipun hanya sebagian kecil yang jatuh di atas
permukaan tambur, juga segera bergetaran dan jatuh ke luar. Kesempatan
untuk melatih diri dalam kehidupan manusia juga serupa dengan
perumpamaan ini, begitu sulit diperoleh.

Triloka diibaratkan sebagai sebuah wilayah yang amat luas, namun hanya sebagian
kecil yang berkesempatan jatuh di atas permukaan genderang, terlahir sebagai
manusia sehingga memperoleh kesempatan melatih diri, menjalani kehidupan
manusia yang menakjubkan.

Tetapi para Dewa yang berada di dalam Triloka (Kamaloka, Rupaloka dan
Arupaloka) setelah ajalnya tiba, adalah diumpamakan kacang-kacangan yang
berjatuhan di luar permukaan tambur, bagaimanapun tidak mampu memperoleh
kesempatan melatih diri yang merupakan mustika paling berharga dalam
kehidupan manusia.

Maka itu para Dewa setelah meninggal dunia senantiasa berharap bisa
bertumimbal lahir di Alam Manusia. Para Dewa ketika menghadapi rekannya yang
akan wafat, selalu mendoakannya : “Semoga anda dapat terlahir ke Alam
Manusia”. Tetapi kebanyakan Dewa malah tidak mempunyai berkah terlahir ke
Alam Manusia, malah jatuh ke tiga alam rendah.

10 
 
Bila kita mengamati setiap sisi dari kesempatan untuk melatih diri, adalah berasal
dari jalinan jodoh karma baik yang ditanam pada masa kehidupan lampau, untuk
menjalani sila yang suci, Dharma bajik yang suci, tekad yang suci, sungguh tidak
mudah!

Contohnya, duduk di sini membaca sebuah buku sutra, dengan hati yang tenang
duduk hingga tiga jam lamanya, tidak ada yang mengganggu, maka betapa
besarnya berkah ini!

Insan yang sehat jiwa dan raganya, tidak buta juga tidak pikun, saat membaca sutra
juga tidak berpandangan sesat, juga memiliki tekad bajik yang suci, bersedia
belajar Dharma, dengan demikian setiap niat pikiran dipusatkan di dalam Dharma,
di dunia ini ada berapa orang yang memiliki berkah sedemikian rupa!

Dari sini dapatlah dipahami bahwa bukankah hal ini terwujud dari akar kebajikan,
benih sebab dan faktor pendukung yang ditimbun sejak masa kehidupan lampau?
Dengan hitungan begini, barulah percaya bahwa dengan adanya benih sebab dan
faktor pendukung yang dijalin selama kalpa yang tak terhingga, barulah dapat
mewujudkan kesempatan melatih diri, andaikata tidak ada karma baik dan faktor
pendukung yang ditimbun selama kalpa yang tak terhingga maka tidak mungkin
bisa muncul tubuh yang sempurna.

Contohnya sekarang mendidik seorang anak murid, meskipun hanya mengajarinya


menulis satu aksara saja, juga memerlukan waktu berhari-hari, apalagi memintanya
pergi melakukan kebajikan, menjalani sila, mengikrarkan tekad, mengamalkannya
selama bertahun-tahun lamanya?

11 
 
Kalau begini, berapa banyak benih sebab dan faktor pendukung yang harus
ditimbun, barulah dia mau mengamalkannya dengan ikhlas! Sementara hal ini
amatlah langka adanya, akar kebajikan yang begitu bernilai, hari ini berkah kita
untuk melatih diri, adalah berasal dari akar kebajikan yang sedemikian rupa adanya.

Maka itu hari ini walaupun kita hanya memiliki waktu luang dua menit saja untuk
belajar Buddha Dharma, juga merupakan pahala yang begitu berharganya.

Mungkin anda berpikir waktu yang hanya dua menit ini apalah artinya, tetapi saya
ingin bertanya pada anda : bagi makhluk yang jatuh ke Neraka, selama berkalpa-
kalpa waktunya menjalani masa hukuman, apakah memungkinkan bagi dirinya
meluangkan waktu meskipun hanya dua menit saja?

Juga serupa dengan praktisi sekalian yang sedang duduk di sini mendengarkan
ceramah Dharma, bagi para makhluk Neraka, memimpikan saja merupakan hal
yang mustahil.

Juga serupa dengan orang-orang yang tidak percaya pada Buddha Dharma,
contohnya mereka yang bergerak di bidang bisnis, politik, pendidikan, seni, siapa
yang mempunyai pahala dua menit tersebut?

Dengan demikian barulah kita dapat memahami puisi yang ditulis oleh Kaisar
Shun Zhi (kaisar kedua dari Dinasti Qing, memerintah dari tahun 1644-1662)
ketika beliau meninggalkan keduniawian : “Seratus tahun tiga puluh enam ribu hari,
tak sebanding dengan setengah hari waktu luang anggota Sangha”.

“Setengah hari waktu luang anggota Sangha”, bagi seorang kaisar adalah hal
mustahil yang bisa diperolehnya, maka itu Kaisar Shun Zhi amat mengkagumi

12 
 
berkah ini, selama bertahta beliau tidak mampu meluangkan waktu meskipun cuma
sehari saja. Dengan demikian barulah kita menyadari berkah yang selama ini kita
miliki untuk melatih diri!

Meskipun penghuni Alam Dewa (Surga) mempunyai pahala, namun ini bukanlah
kondisi yang menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci, meskipun pahala
seluruh penghuni Alam Surga bila diakumulasi, namun juga tidak sebesar pahala
manusia yang melatih diri selama sehari.

Meskipun pahala seratus Bill Gates, juga tak sebanding dengan pahala kita belajar
Buddha Dharma selama setengah hari. Barulah mengetahui bahwa betapa
berharganya kondisi yang menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci.
Barulah mengetahui bahwa pahala selama setengah hari mendengar ceramah
Dharma, baik penghuni Alam Surga maupun seratus Bill Gates juga tidak sanggup
memperolehnya.

Renungkanlah dengan seksama, mengapa kita justru melewatkan waktu yang


begitu berharganya dengan sia-sia? Ibarat mengabaikan permata bernilai dan malah
mengejar lobha, dosa dan moha. Menghabiskan waktu yang tidak bisa dibeli
meskipun dengan emas, untuk mengirim pesan di telepon pintar, ini merupakan
langkah yang terlampau tidak bijak!

Insan yang benar-benar menghargai kehidupan manusia itu tentunya akan


bertanya : Hari ini apakah pantas saya bermain game online, apakah pantas saya
nonton tv, apakah pantas saya pergi makan-makan di restoran, apakah pantas
masih menghadiri jamuan, apakah pantas masih melancong, pantaskah masih
merenovasi rumah, pergi shopping, pantaskah menghabiskan waktu di salon
kecantikan, pantaskah menghabiskan waktu setengah hari untuk membungkus
pangsit, pantaskah berkebun menanami bunga, memelihara ikan, memetik gitar,
praktek ilmu (Taichi dsb), semuanya ini tidak pantas lagi.

13 
 
Maka itu insan yang benar-benar menghargai kehidupan ini, takkan menyianyiakan
waktu meskipun hanya sedetik saja, oleh karena anda begitu menghargai kesempatan
untuk melatih diri. Meskipun ada yang menawarkan sebuah mobil cantik dengan tiga
menit waktumu, anda juga takkan sudi. Atau menawarkan padamu seratus juta dolar
Amerika, untuk ditukar dengan tiga menit waktu melatih dirimu, anda juga takkan
sudi. Anda akan menolaknya dengan berkata : Saya tidak mau!

Beginilah praktisi tempo dulu, mereka takkan sudi menggunakan waktu yang begitu
berharga untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Seperti ada seorang
praktisi yang hendak keluar dari guanya, tiba-tiba melihat ada setumpuk duri di
depan mulut gua. Ketika dia hendak memotongnya, tiba-tiba terpikir : Kondisi yang
menguntungkan untuk melatih diri adalah begitu sulit diperoleh, bagaimana boleh
menyia-nyiakannya!

Maka itu bagi praktisi sejati, meskipun hari ini ada orang yang menawarkan padanya
seratus tael emas untuk membujuknya melakukan hal yang tidak berkaitan dengan
melatih diri, dia juga takkan sudi. Meskipun mentraktirnya dengan hidangan mahal
dan istimewa, dia juga takkan sudi meninggalkan pelatihan dirinya.

Jangankan bilang menghabiskan waktu dua atau tiga jam, jalan-jalan ke mall, bahkan
meskipun bos pemilik mall bersedia menyerahkan kepemilikan mall kepadanya, dia
juga takkan meliriknya sama sekali. Meskipun menyerahkan separuh tahta kerajaan
padanya, dia juga takkan tergoyahkan, takkan ada orang yang bisa menariknya keluar
dari pelatihan dirinya.

Seperti pada jaman dulu ada praktisi yang diundang menjadi guru kerajaan, namun
praktisi itu lebih merelakan kepalanya dipenggal daripada memenuhi undangan

14
raja. Pelatihan diri lebih penting daripada jabatan di istana, lebih penting daripada
disanjung oleh raja.

Maka itu segala bentuk hiburan, berselancar di dunia maya, nonton tv, main game,
baca koran dan sebagainya, hanya orang yang tidak bijak yang mau melakukannya.

4. Jalan Kebenaran

Manusia keliru menempatkan makna kehidupan ini untuk mengejar Lima Nafsu
(gemar akan harta, rupa, ketenaran, makanan, tidur), padahal ini hanyalah Jalan
Keliru dan malah bukan memilih Jalan Benar. Jalan Benar ini diibaratkan sebagai
orang yang sedang berada di atas gunung mengambil harta karun, menggunakan
tubuh manusia dan kondisi yang menguntungkan ini untuk melatih Jalan
Pembebasan, mencapai KeBuddhaan, inilah Jalan Benar.

Bertamasya, jalan-jalan, lihat-lihat, menikmati panorama, membaca novel,


bukanlah Jalan Benar.

Mengoleksi prangko, barang antik, belajar komputer, merenovasi rumah hingga


kayak istana, melengkapi seisi rumah dengan perabot dan perlengkapan dapur
modern, ini juga bukan Jalan Benar.

Menguasai banyak ilmu pengetahuan, talenta, ini juga bukan Jalan Benar.

Memiliki perusahaan, harta berlimpah, juga bukan Jalan Benar.

15 
 
Pintar main kecapi, catur Tiongkok, melukis dan kaligrafi, senam kesehatan, ini
juga bukan Jalan Benar.

Pandai berdebat, berbakat menyanyi dan menari, memperoleh sanjungan dari orang
banyak, juga bukan Jalan Benar.

Terpilih jadi anggota parlemen, perdana menteri, presiden, ini juga bukan Jalan
Benar.

Pakar tehnologi di dunia ini, beragam hasil penemuan tehnologi juga bukan Jalan
Benar.

Berbagai pencapaian prestasi di dunia bisnis juga bukan Jalan Benar.

Semua pertapa aliran luar, bahkan yang telah berhasil mencapai


Naivasaṃjñānāsaṃjñāyatana (tingkatan alam tertinggi di Arupaloka), juga bukan
Jalan Benar. Mereka telah salah menggunakan kehidupan manusia.

Segala perlombaan olahraga, segala tayangan film, penulis novel, semua ini
tidaklah berguna dan menyia-nyiakan hidup. Berapa banyak konser nyanyi,
perlombaan olahraga, penemuan-penemuan tehnologi, juga bukan Jalan Benar.

Pabrik yang memproduksi berapa banyak pakaian, berapa banyak mobil, membuka
cabang perusahaan di berbagai kota, membangun jembatan, rel kereta api, jalan tol,
meluncurkan berapa banyak satelit ke angkasa, mengirim pesawat ruang angkasa
ke bulan, ini hanyalah Jalan Keliru dalam kehidupan manusia.

16 
 
Dunia ekonomi, dunia politik, dunia ilmuwan, dunia seni, dunia olahraga, dan dari
sini memperoleh ketenaran, kedudukan, keberhasilan, karir, semua ini juga bukan
Jalan Benar.

Tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk hal-hal yang
sedemikian rupa, meskipun telah menghabiskan seluruh keringat dan darah seumur
hidup, juga tak sebanding dengan belajar sebait gatha Ajaran Buddha.

Segala hal yang dapat membangkitkan kondisi yang menguntungkan untuk melatih
diri, haruslah dikembangkan, barulah dapat menwujudkan makna besar dalam
kehidupan manusia!

5. Perumpamaan dari kondisi yang menguntungkan untuk menjalani kehidupan


suci

Perumpamaan dari kondisi yang menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci :

1. Mustika Ru Yi (batu permata yang dapat mengabulkan permohonan


seseorang)
Diumpamakan, Raja Cakravartin memiliki Mustika Ru Yi, ketika rakyat
sedang menderita bencana kelaparan, raja akan menjalankan Sila Uposatha
dan membasuh diri, mengganti dengan pakaian yang bersih, lalu memohon
pada Mustika Ru Yi : Mohon turunkan bahan pangan ke negeriku ini!
Kemudian turunlah hujan bahan pangan di negeri tersebut. Ketika rakyat
menderita kekurangan bahan pakaian, raja akan berdoa : Mohon turunkan
sandang ke negeriku ini! Maka di seluruh negeri akan turun hujan sandang.

Sedangkan kesempatan bagi kita untuk melatih diri adalah seratus kali
lipat melampaui Mustika Ru Yi nya, dapat menjadi jasa kebajikan tak
terhingga dan tanpa batas. Sekarang kita telah menikmati Mustika Ru Yi
yang paling terunggul.

17 
 
Mengapa disebut sebagai Mustika Ru Yi yang paling terunggul? Oleh
karena jiwa raga dapat memunculkan jasa kebajikan yang tak terhingga dan
tanpa batas, memunculkan segala manfaat dan kebahagiaan pada saat kini
dan sempurna, maka itu Mustika Ru Yi yang dimiliki Raja Cakravartin,
mana mungkin bisa sebanding dengannya?

Senantiasa memberi ucapan selamat pada diri sendiri : “Saya adalah


Mustika Ru Yi yang paling berharga tiada duanya! Pada kelahiran sekarang
ini saya telah berhasil memperoleh Mustika Ru Yi yang paling berharga ini!

2. Bunga Udumbara bermekar sekali saja


Konon Bunga Udumbara hanya bermekar tiga ribu tahun sekali, ketika
Sang Buddha muncul di dunia, saat itu Bunga Udumbara bermekaran, jadi
begitu sulit ditemukan. Demikian pula kesempatan kita terlahir jadi manusia
juga begitu langka adanya, seperti “Bunga Udumbara bermekar sekali saja”.
Selama kelahiran yang tak terhingga juga tidak mekar, tetapi pada kelahiran
ini akhirnya dapat mengundang datangnya musim bunga kehidupan
bermekaran, bahkan mekarnya sungguh indah menakjubkan!

Dalam kondisi yang menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci,


akhirnya diri sendiri dapat mencapai pencerahan, siang malam tanpa henti
menebarkan semerbak keharuman Jiwa KeBuddhaan, menikmati
berharganya nilai kehidupan manusia.

Semut dan serangga tidaklah serupa dengan kita, dapat bermekaran


bunga kebijaksanaan, bunga berkah kebajikan, bunga kekuatan tekad, bunga
harum yang dapat mengembankan misi agung.

Dengan terlahir sebagai manusia yang memiliki kesempatan untuk


melatih diri barulah dapat bermekaran, barulah dapat mencapai pencerahan,
barulah dapat menebarkan keharuman jasa kebajikan yang menakjubkan.
Sebaliknya pikiran yang penuh dengan rintangan karma, kekotoran batin
bukanlah merupakan bunga yang dapat bermekar.

Para makhluk yang terlahir di Alam Binatang, Alam Setan Kelaparan


dan Neraka, bukanlah kehidupan yang dapat bermekaran, oleh karena tidak
memiliki kesempatan untuk melatih diri, selama berkalpa-kalpa lamanya
harus menjalani siksaan. Mereka tidak sanggup memancarkan cahaya
pencerahan, apalagi membangkitkan hati untuk mencapai KeBuddhaan dan
menyelamatkan makhluk lainnya.
18 
 
Sementara diri kita saat kini adalah bagaikan Bunga Udumbara sedang
bermekaran sekali saja!

3. Hartawan terkaya
Lihatlah, sesungguhnya kita adalah hartawan terkaya di Triloka, sejak
masa-masa kehidupan lampau kita sudah giat berusaha, dengan menimbun
begitu banyak karma baik, dengan faktor pendukung yakni kekuatan tekad
kita, sehingga terlahir jadi manusia dengan kondisi yang menguntungkan
untuk menjalani kehidupan suci.

4. Melangkah masuk ke Bandara Dharmadhatu


Di tengah jagat raya yang maha luas ini, terdapat sebuah pulau yang
begitu kecil yakni Alam Manusia, kita beruntung dapat terlahir di sini lalu
memasuki “Bandara Kesempatan Melatih Diri, duduk di atas pesawat yang
segera tinggal landas. Pesawat ini harus kian terbang kian tinggi, bukan
sebaliknya malah keluar jalur menuju pada Lima Nafsu (gemar akan harta,
rupa, ketenaran, makanan dan tidur), kalau begitu maka sungguh
disayangkan.

Para makhluk lainnya (selain manusia) tidak mampu menaiki pesawat


yang segera tinggal landas ini, sedangkan kita telah memilikinya, kalau kali
ini kita tidak mau tinggal landas, lantas harus menanti sampai kapan.

Pepatah mengatakan : “Kalau bukan pada kelahiran ini juga kita


menyelamatkan diri, mau tunggu sampai kapan barulah diri ini bisa
terselamatkan”.

6. Perumpamaan dari manusia yang tidak tahu menghargai kesempatan melatih diri

Perumpamaan dari manusia yang tidak tahu menghargai kesempatan melatih diri :

1. Pangeran
Serupa dengan pangeran yang seharusnya bertugas di dalam
pemerintahan kerajaan, tetapi dia malah melupakan jati dirinya,
meninggalkan istana dan keluar berfoya-foya, melakukan berbagai kejahatan,

19 
 
narkoba, pencurian, pacuan kuda, dan sebagainya. Banyak orang yang telah
memperoleh kesempatan melatih diri, tetapi malah tidak mengembangkan
KeBodhian, siang malam melatih diri. Malah pergi berselancar di dunia
maya, main mahjong, melancong, nonton tv, berkunjung ke pusat
perbelanjaan, melakukan hal-hal yang tidak bermakna ini, seperti
perumpamaan pangeran yang tersesat tersebut.

2. Wadah emas menampung kotoran


Manusia yang memiliki kesempatan untuk melatih diri adalah bagaikan
mempunyai beragam perlengkapan permata dan emas. Tetapi apabila timbul
niat pikiran buruk, maka ini serupa dengan menggunakan wadah emas
menampung kotoran, maka ini amatlah dungu!

Umpamanya kita menonton satu serial televisi, di dalam tayangan serial


tersebut ada pemeran pria dan wanita yang tampan dan cantik, setiap melihat
kemunculan mereka, maka akan timbul satu niat hati yang mendambakan,
ini merupakan tabiat makhluk Kamaloka yang sulit dihindari. Oleh karena
mata memandang ke tayangan, sedangkan faktor pendukung atau jalinan
jodohnya adalah pemeran utama yang disukai, sehingga jadi begitu peduli,
tidak ada yang tidak timbul kemelekatan.

Hanya saja sebagian orang tidak menyadarinya, tidak mengenal akan


kemelekatan dirinya sendiri, sesungguhnya di dalam hati timbul rasa
penasaran, sudah jatuh ke dalam keserakahan (lobha).

Menurut perhitungan berikut ini, 1 menit akan keluar 30 gambar


tayangan, maka 1 jam akan ada setengah keserakahan atau kemelekatan pada
gambar tayangan tersebut, jadi akan muncul (1/2×3O×6O×6O)
=54.000 butir niat lobha, yang juga berarti telah menciptakan 54.000 butir
benih karma buruk.

Andaikata telah menyaksikan tayangan tv selama 20 tahun, maka telah


timbul lebih dari satu juta niat pikiran kebencian (dosa) dan ketamakan
(lobha). Sungguh memprihatinkan, dengan indera yang sempurna dan
memiliki kesempatan untuk melatih diri, tetapi malah menanami alaya-
vijnana (gudang kesadaran) nya dengan benih-benih karma buruk.

Menabur benih sebutir maka teracuni sekali, jiwa raga mengalami luka
sekali, sehingga perlahan akan menjadi buah akibat yang tersiksa. Inilah

20 
 
yang disebut dengan menggunakan wadah emas untuk menampung kotoran,
sungguh merupakan tindakan yang dungu.

Maka itu baik siaran televisi, internet, sekali, dua kali anda
mendekatinya, maka akan timbul banyak sekali niat pikiran duniawi; tiga
kali, empat kali berinteraksi dengannya, memperberat pikiran dosa. lobha
dan moha; sepuluh kali, seratus kali, ribuan kali anda berinteraksi dengannya,
diri sendiri sudah melapor pada Alam Neraka!

Kehidupan manusia yang menghargai setiap saat untuk melatih diri, bila
waktunya sempat terlewatkan sia-sia, maka dia akan begitu menyesalinya.
Seperti tubuh manusia ini, sebentar lagi kita akan kehilangan, bila masih
menggunakannya untuk melakukan hal yang tidak bermakna, maka ini
sungguh tidak pantas.

Pada jaman dulu Master Dhyana Yi An-quan, setiap malam hari tiba,
pasti akan mengalirkan air mata sambil berkata : “Hari ini lagi-lagi
terlewatkan sia-sia, kelak tidak tahu sampai di mana ketrampilan melatih
diri”.

Beliau tidak pernah bercengkerama dengan orang lain. Master Lian Chi
berkata : “Ketika saya melihat fajar menyingsing di pagi hari, maka akan
teringat pada perkataan Master Dhyana Yi An-quan ini. Saya berkata : Hari
ini lagi-lagi sudah berganti sehari. Hari kemarin telah terlewatkan sia-sia,
tidak tahu bagaimana ketrampilan melatih diri hari ini. Tetapi saya hanya
mengeluh, tidak sampai mengalirkan air mata, dari sini dapat diketahui
bahwa pelatihan diri sendiri masih tertinggal jauh dan tak sebanding dengan
praktisi terdahulu. Bagaimana boleh tidak merasa menyesal dan malu?
Bagaimana boleh tidak memotivasi diri?”

Pada masa Dinasti Song, Da Yu, Ci Ming dan rekan-rekannya yang


semuanya berjumlah 6 atau 7 orang, mengunjungi Master Dhyana Fen Yang.
Pada saat itu sedang musim dingin, cuaca di Hedong (terletak di Provinsi
Shandong) amat dingin sekali, semua orang jadi gentar menghadapi cuaca
yang membeku ini, tetapi hanya Ci Ming yang pantang mundur, siang
malam giat melatih diri.

Kala malam semakin larut, rasa lelah dan kantuk menyerang, dia
menggunakan jarum menusuk pahanya, dengan sedih berkata : “Praktisi
jaman dulu demi membebaskan diri dari roda samsara sehingga kurus kering
21 
 
karena kelupaan makan, sementara saya sendiri adalah orang macam apa!
Malah begini lalai. Saat hidup melakukan hal yang tidak berguna, saat mati
kelak juga takkan dikenang oleh generasi penerus, saya sungguh terpuruk!”

Demikianlah Master Dhyana Ci Ming tidak tidur semalaman, duduk dan


tidak tidur berbaring, akhirnya mencapai keberhasilan.

Kita harus meneladani praktisi senior jaman dulu, bila melewati waktu
dengan sia-sia, maka senantiasa menyesal dan merasa malu. Dengan
senantiasa mengingat bahwa kondisi menguntungkan untuk menjalani
kehidupan suci itu adalah begitu sulit diperoleh, barulah dapat melepaskan
segala hal duniawi yang tidak bermanfaat, menfokuskan pikiran untuk
melatih KeBodhian, sehingga tubuh manusia yang begitu bernilai ini benar-
benar diandalkan untuk melatih KeBodhian.

7, Tren duniawi telah menelan kesempatan melatih diri

Praktisi yang melatih diri di dunia ini, amatlah mudah terpengaruh oleh tren
duniawi, terhadap bermacam-macam jenis kegiatan duniawi, tindakan, gaya hidup,
apabila tidak memiliki kebijaksanaan yang cukup untuk membedakan mana yang
pantas dan tidak, maka akan mudah terpengaruh oleh lingkungan masyarakat di
sekitarnya, perlahan-lahan jadi mengikuti tren duniawi.

Tanpa disadari, tren duniawi ini malah berbaur dengan pelatihan diri sendiri. Mara
yang penuh kelembutan ini, membuat pelatihan diri jadi patah, terlena dalam roda
samsara dan tidak ingin keluar lagi.

Ada sebuah perumpamaan yang menyebutkan : menaruh seekor katak ke dalam


panci yang berisi air sejuk, lalu nyalakan api perlahan-lahan, katak ini merasa amat
nyaman, tanpa disadari akhirnya mati direbus, andaikata menaruh katak tersebut
langsung ke dalam air panas, maka katak akan segera melompat keluar untuk
menyelamatkan nyawanya.

22 
 
Tren duniawi memberikan fenomena palsu kepada penganutnya : Ini ada
manfaatnya, ini memberi manusia rasa tenteram, ini adalah hal yang normal, bukan
hanya tidak menimbulkan efek samping, tapi malah amat bagus sekali. Maka itu
Mara yang penuh kelembutan ini, merupakan yang paling sulit diwaspadai.
Kenyataannya, diri sendiri sudah jatuh ke dalam perangkap, diperdaya oleh
kebahagiaan semu, yang bertentangan dengan niat mengakhiri tumimbal lahir,
sehingga tidak berminat lagi melatih diri.

Dalam banyak waktu yang luang, ada atau tidaknya kesempatan melatih diri adalah
ditentukan oleh diri sendiri. Seringkali yang mencelakai diri sendiri justru adalah
diri sendiri juga! Kita merupakan insan yang memiliki berkah tipis dan karma berat,
terlahir pada era yang serba sulit ini, setiap hari harus mempergunakan waktu
delapan jam lamanya untuk bekerja menafkahi hidup. Insan yang memiliki pahala
tidak perlu bekerja sedemikian rupa, tetapi waktu luang yang tersedia akhirnya
juga disia-siakannya.

Apabila kita tidak mau memperbaiki diri kita, apakah kita masih memiliki harapan
untuk terselamatkan? Apakah memiliki kemungkinan jatuh ke alam rendah?
Kerbau, kuda dan sebagainya tidak memiliki waktu luang, sepanjang hidup bahkan
semenit saja waktu luang juga tidak ada. Tetapi apabila kehidupan manusia tidak
dijalani dengan baik, maka juga akan jatuh ke Alam Binatang.

Mengapa hewan, bahkan waktu luang semenit pun tidak ada? Oleh karena
pikirannya tidak mampu ditumpukan ke dalam Dharma Sejati (Saddharma), setiap
hari harus bekerja keras. Apabila manusia juga seperti begini, bahkan secuil waktu
luang pun tidak ada sama sekali, bukankah ini serupa dengan hewan?

Jadi tergantung pada diri sendiri, bagaimana melakukannya, bagaimana


memilihnya, apakah akan mempergunakan kehidupan ini untuk melatih diri? Atau
23 
 
malah membuat diri sendiri hingga tidak punya waktu luang untuk melatih diri?
Menggunakan tubuh manusia ini untuk melatih pencerahan atau melakukan karma
buruk? Silahkan tentukan sendiri!

8. Perbandingan antara praktisi jaman dulu dan sekarang

Praktisi jaman dulu demi melatih diri, takkan bercengkerama dengan orang lain,
tidak berkunjung ke rumah orang lain, oleh karena begitu berbincang maka niat
pikiran pun bermunculan. Maka itu demi melatih diri sehingga bertahun-tahun
lamanya tidak keluar rumah atau meninggalkan gunung tempat melatih dirinya.

Praktisi sekarang malah suka jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, apakah begini


disebut melatih diri? Praktisi jaman dulu tidak bercengkerama, sekarang malah
sengaja mengangkat telepon genggamnya dan mengobrol seharian, apakah begini
disebut melatih diri?

Upasaka Pang kehilangan harta bendanya, kini setiap hari pikirannya adalah
bagaimana bisa menimbun kekayaannya kembali, apakah begini disebut melatih
diri?

Tuan Long Shu yang merupakan kandidat yang berhasil lulus ujian negara,
menguasai enam klasik ajaran Konfusius, menganggapnya sebagai ilmu
pengetahuan semata, sehingga kemudian melepaskan semuanya dan menjalani
kehidupan suci, sedangkan praktisi sekarang malah suka meneliti ini dan meneliti
itu, apakah begini disebut melatih diri?

Master Tan-luan membakar kitab aliran luar, menfokuskan diri pada Buddha
Amitayus di Tanah Suci Sukhavati penjuru barat, sebaliknya sekarang banyak yang

24 
 
suka belajar praktek ilmu, seni kesehatan dan sebagainya, obat-obatan, ilmu nujum,
Feng Shui, filosofi, forum diskusi di dunia maya, apa ini yang disebut sebagai
melatih diri?

Sila yang paling dasar dari Uposatha Sila adalah menjauhi segala pertunjukan
nyanyian, tari-tarian dan hal-hal yang berbau asusila. Ada pula praktisi yang sudah
belajar Buddha Dharma bertahun-tahun tapi masih mengidolakan artis, sambung
menyambung menonton film serial peranannya, apa ini yang disebut dengan
melatih diri?

Maka itu insan bijak seharusnya meneladani praktisi jaman dulu, janganlah malah
meniru-niru tren orang duniawi masa kini yang begitu lalai.

8.1. Tidak Melancong

Seringkali ketemu ada orang yang mengatakan bahwa melancong itu amatlah perlu.
Contohnya : supaya dapat menghirup udara segar! Memandang sungai dan gunung,
agar hati jadi lapang, tidak dibilang kampungan, menambah pengetahuan! Jiwa
raga jadi rileks, menambah pengalaman untuk pekerjaan nanti!

Padahal tak terpikir bahwa sesungguhnya ini adalah menukar dengan bentuk
penderitaan yang lain. Ketika belajar tentang Dukkha, disebutkan bahwa ini serupa
dengan memikul beban di salah satu pundak, lama kelamaan gantian satu pundak
lainnya yang memikul beban tersebut.

Yang semula tinggal begitu nyaman di rumah, tetapi sekarang malah berubah jadi
kedua kaki harus berjalan tanpa henti, mata sibuk memandang ke sana kemari,
melihat di sini ada panorama baru, di situ ada hal baru apa, apakah pada saat begini,
sambil berjalan akankah muncul pemikiran tentang Dukkha (derita), Sunyata

25 
 
(kekosongan) dan Anitya (ketidakkekalan)? Apakah juga teringat akan Anatta
(tanpa aku), bagaikan mimpi juga bagaikan khayalan?

Saat tenang saja tidak ada, apalagi saat bergerak? Bagaimana mungkin ada?
Bukankah melewati waktu dengan sia-sia?

Kenyataannya, berpesiar tidak ada kaitannya dengan Jalan Pembebasan, juga tidak
ada kaitannya dengan mencapai KeBuddhaan dan menyelamatkan para makhluk.
Jika ada kaitannya, maka lebih baik lahir ke Surga saja, panorama Alam Surga
lebih bagus lagi daripada di sini. Tetapi setiap hari menikmati panorama surgawi,
juga tidak bisa terbebas dari roda samsara, apalagi panorama di alam manusia yang
tak sebanding ini!

Jadi apakah seorang praktisi perlu menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga
untuk hal begini? Niat dari melancong adalah karena anda menyukai roda samsara.
Suka pada roda samsara, hasilnya adalah menambah kemelekatan pada tumimbal
lahir, maka itu bagi seorang praktisi, melancong adalah hal yang tidak bermanfaat.

Konon Master Xu Yun pernah suatu kali berangkat dari Gunung Huang di Anhui
menuju ke Nanjing dan bermalam di Vihara Pi Lu. Saat pagi hari dia mulai
menempuh perjalanan dengan koper yang bersahaja. Ketika hari mulai gelap, dia
tetap melanjutkan perjalanan, tidak lama kemudian sampailah di gerbang Kota
Nanjing. Beberapa langkah kemudian dia berhasil mencapai Vihara Pi Lu.

Master Xu Yun berangkat sejak pagi hari, menelusuri perjalanan hingga mentari
terbenam di ufuk barat, seharian lamanya, apakah sudah makan siang atau belum,
beliau juga tidak tahu; berapa banyak sungai yang telah dilewati, beliau juga tidak
tahu; sepatu beliau sudah rusak, beliau juga tidak tahu.

26 
 
Master Xu Yun begitu giat melatih diri, demi mengakhiri tumimbal lahir, segala
sesuatu yang tidak ada kaitannya takkan dipedulikannya, mana ada minat untuk
menikmati panorama alam!

8.2. Tidak membaca surat kabar

Ketika penduduk kota menempuh perjalanan ke tempat kerja, biasanya mereka


akan menghabiskan satu dollar lebih, untuk membeli satu eksemplar suratkabar
pagi. Padahal di dalamnya adalah memuat tulisan asusila, tetapi orang-orang suka
membacanya.

Kini sebagian besar orang ingin mengetahui kejadian di seluruh pelosok dunia,
berita dalam maupun luar negeri, katanya dengan begini bisa menambah
pengetahuan, memperluas wawasan.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan memperluas wawasan? Yakni dengan


memahami fakta yang sesungguhnya. Yang ditulis oleh orang duniawi kebanyakan
adalah pandangan dan pemikiran sesat. Para penulis memiliki pandangan dan
pemikirannya tersendiri, dan tanpa disadari kini pandangan dan pemikirannya
mulai merasuki dirimu.

Meskipun ada sebagian kecil adalah pemikiran baik, tetapi itu amatlah sedikit.
Kebanyakan adalah membahas tentang bagaimana cara menikmati kesenangan,
bagaimana cara membelanjakan uang, bagaimana cara menikmati hiburan,
bagaimana cara bersaing, membahas tentang jalinan asmara pria dan wanita.

Forum-forum seperti diskusi bidang politik, pembahasan perseteruan, diskusi


bidang hiburan, ekonomi dan sebagainya, hanyalah omong kosong belaka. Dalam
pembahasan duniawi, takkan ada diskusi tentang bagaimana membebaskan diri
dari roda samsara, juga takkan membahas tentang Dukkha (derita), Sunyata
27 
 
(kekosongan), Anicca (ketidakkekalan), Anatta (tanpa aku), juga takkan membahas
tentang akibat berbuat jahat, juga takkan membahas bahwa kemelekatan pada
keakuan dan kekotoran batin (klesa) merupakan akar dari penderitaan.

Jadi bagaimana caranya untuk memperluas sudut pandang itu? Yakni dengan
memulainya mengambil Visudhi Trisarana, mata membaca buku sutra; telinga
mendengar Buddha Dharma; pikiran merenungkan Dukkha, Sunyata, Anicca,
Anatta,  merenungkan bagaimana diri sendiri membangkitkan tekad agung,
mencapai KeBuddhaan dan menyelamatkan para makhluk, inilah yang harus kita
jalin.

Sementara itu bacaan duniawi, pada dasarnya bertentangan dengan Buddha


Dharma, jadi mana mungkin anda bisa memperluas wawasan anda dari sini? Maka
itu suratkabar, siaran televisi dan buku-buku yang bersifat duniawi, tidaklah perlu
dilihat.

8.3. Tidak berselancar di dunia maya

Serupa dengan menyaksikan siaran tv, mengobrol di telepon, yang paling parah
adalah menghabiskan waktu berselancar di dunia maya. Anak usia belia kala
malam hari atau akhir pekan, berselancar di dunia maya, dua atau tiga jam
dihabiskan begitu saja. Banyak orang yang tidak sanggup berhenti, sampai larut
malam atau bahkan hingga fajar menyingsing, masih main game online, baca berita,
mendesain blog, membagi foto atau artikel, nonton film, mengobrol, menghabiskan
waktu secara besar-besaran.

Daya pikat dunia maya terlampau kuat, menuntun hati segera keluar melalui pintu
mata dan telinga, memasuki kerajaan nafsu keinginan. Hanya dalam waktu
hitungan menit, hati manusia telah dihanyutkannya, tak berdaya diputar oleh nafsu
keinginan. Hitung-hitung selama berselancar di dunia maya, telah mengalami
berapa banyak pencemaran batin?
28 
 
Kekuatan daya pikat dunia maya begitu kuat, perhatian manusia sampai terpusat ke
sana, serupa dengan setan penghisap energi manusia, menghisap energi manusia
dengan cepat sekali. Dengan demikian setelah beberapa tahun berselancar di dunia
maya, maka kesempatan melatih diri juga telah musnah setengahnya.

8.4. Tidak ikut berkecimpung dalam kegiatan duniawi

Dalam keseharian bila tidak ada hal yang penting, maka tidak perlu sengaja pergi
mencari sanak keluarga, kerabat atau teman untuk mengobrol atau melakukan
kegiatan-kegiatan duniawi yang tidak bermanfaat, kurangi menelepon, praktisi
haruslah menempatkan pelatihan diri sebagai karir utamanya, dengan Saddharma
(Dharma Sejati/Dharma Murni) sebagai kehidupannya, tidak boleh bercampur baur
dengan tren orang awam.

Ada yang berkomentar bahwa : Manalah boleh begini, ini tidak cocok, nanti bisa
diejek orang lain, dikucilkan dan takkan dipedulikan lagi.

Kalau diejek bukanlah masalah, oleh karena pada akhirnya anda telah berhasil
membebaskan diri dari roda samsara, mencapai KeBuddhaan dan menyelamatkan
para makhluk yang tak terhingga dan tanpa batas. Hukum Sebab Akibat takkan
oleh karena diejek maka jadi terbalik.

Ketika anda menimbun jasa kebajikan, para Dewa Naga melindungimu, para
Buddha dan Bodhisattva bersukacita padamu, anda berhasil menjalani karir
KeBuddhaan, memberi manfaat bagi para makhluk yang tak terhingga dan tanpa
batas, meskipun anda diejek secara serentak oleh sepuluh ribu orang, juga tidak
semestinya melepaskan pelatihan dirimu.

29 
 
Umpamanya anda pergi menuju gunung permata untuk mengambil permata,
banyak orang miskin yang sedang menertawai tindakanmu ini, apakah dengan
demikian anda akan melepaskan niat untuk mengambil permata? Mana mungkin,
anda hanya akan membalasnya dengan menebar senyum.

Ketika sekelompok orang sedang tenggelam dalam kesenangan menghisap candu,


sedangkan anda takkan melakukan hal bodoh begini, mereka menertawai dirimu,
lantas apa yang anda perbuat? Juga menebar senyuman. Oleh karena benar dan
salah, manfaat dan bahayanya, telah anda lihat dengan jelas.

Cobalah pikirkan apabila anda juga meniru tren orang awam, bagaimana akhirnya?
Oleh karena takut diejek sehingga menuruti mereka, apa saja yang mereka lakukan,
anda juga ikut menirunya. Mengajakmu minum arak, anda juga ikut dengannya
minum arak; mengajakmu pergi menyanyi dan menari, anda juga ikut pergi
menyanyi dan menari. Lantas bagaimana akhirnya? Tak berhenti berputar di dalam
lingkaran tumimbal lahir, kehilangan cita-cita besar mencapai KeBuddhaan dan
menyelamatkan para makhluk. Bagaimana boleh karena prilaku orang gila, ejekan
yang sesat, lalu anda melepaskan karir besar untuk mencapai KeBuddhaan dan
menyelamatkan para makhluk?

Sebagai siswa Buddha yang telah mengambil Visudhi Trisarana seharusnya


bertumpu pada Ajaran Buddha dan Bodhisattva sebagai standarnya, bertindak
menuruti Ajaran Buddha dan Bodhisattva; Buddha dan Bodhisattva memberitahu
apa yang patut kita lakukan, apa yang tidak boleh kita perbuat, kita harus
menaatinya. Dengan berpikir jelas sedemikian rupa maka hati pun jadi tenteram.

30 
 
8.5. Tidak menikmati media hiburan

Di rumah ada perangkat televisi, komputer, video, kamera dan sebagainya, ibarat
orang mabuk ada arak di sampingnya, pemburu yang membawa senapan
bersamanya, di samping setan kelaparan ada hidangan istimewa, melihat semua ini
tangan pun jadi gatal, hati jadi tak sabar menikmati media hiburan ini.

Maka itu segala sesuatu yang merintangi kita melatih diri, semuanya haruslah
disingkirkan hingga bersih, tidak boleh menyimpannya di dalam rumah. Ada orang
yang bilang, kalau sedemikian rupa, bukankah hidupku jadi tak bermakna lagi?
Tidak mungkin. Justru melatih diri merupakan kenikmatan hidup tertinggi,
mendekati kualitas hidup Buddha dan Bodhisattva.

Menfoto, nonton tv, ini cuma hiburan kecil orang duniawi, gaya hidup sedemikian
adalah sangat rendah. Cobalah pikirkan, sejak jaman dulu hingga sekarang, di
kamar penyepian para praktisi senior, mana ada kamera, televisi, tidak ada satu
perumpamaan pun yang menggunakan gaya hidup modern lalu mencapai hasil.

Benda materi di luar diri sesungguhnya adalah khayalan semu. Buddha Dharma
menuntun-mu kembali ke jalan yang benar, jangan terlena dalam khayalan semu
dan berkelana dalam roda samsara. Kenapa anda bersikeras memeluk yang semu
dan tidak sudi melepaskannya, bahkan masih memiliki sebutan “lagi ngetren”,
“gaya hidup”, “hobi”, sebagian besar dirantai kakinya oleh “keakuan”, semakin
erat dirantai semakin mustahil untuk membebaskan diri.

Dalam sehari, meskipun hanya meluangkan waktu satu jam untuk belajar Buddha
Dharma, namun juga bisa memperoleh manfaat selama beribu-ribu bahkan
berpuluh-puluh ribu tahun.

31 
 
Dalam kehidupan ini apabila dapat menimbun bekal untuk terlahir ke Alam
Sukhavati, saat menjelang ajal terlahir ke Alam Sukhavati. Daripada menghabiskan
banyak waktu dan tenaga untuk melakukan urusan duniawi (Dharma duniawi),
lebih baik melakukan satu dari beratus-ratus juta bagian Dharma non duniawi
(Buddha Dharma); daripada selama kalpa yang tak terhingga mengejar Dharma
duniawi, lebih baik sehari meluangkan waktu satu jam digunakan untuk Buddha
Dharma.

Kebahagiaan yang anda peroleh dari Buddha Dharma merupakan kebahagiaan


yang selamanya. Memanfaatkan tubuh manusia ini untuk belajar Buddha Dharma,
dapat mengeliminasi siksaan yang akan dijalani selama kalpa yang tak terhingga,
memperoleh kedamaian kelak yang takkan pudar buat selama-lamanya.

Dengan mengembangkan Jiwa KeBuddhaan, selain membawa manfaat yang tak


terhingga dan tanpa batas buat diri sendiri, juga dapat membantu semua makhluk
di alam semesta yang tanpa batas, agar terbebas dari tumimbal lahir, manfaat yang
begitu besarnya dapat anda wujudkan dalam diri anda sendiri, bahkan dalam satu
kehidupan ini juga.

Lantas kenapa harus begitu dungu, menggunakan tubuh yang memiliki kesempatan
melatih diri, untuk menciptakan benih karma tiga alam rendah? Mengapa harus
menggunakan wadah yang begitu berharga untuk menampung kotoran?

Ada orang yang memanfaatkan dengan baik tubuh manusianya sehingga berhasil
mencapai KeBuddhaan, Bodhisattva, berhasil terlahir di Alam Sukhavati;
sebaliknya ada pula yang menggunakan tubuh manusianya untuk melakukan
kejahatan, sehingga jatuh ke tiga alam rendah. Inilah dua jenis hasil dari tahu
menghargai atau tidak tubuh manusia ini.

32 
 
Kita harus mengenyahkan apa yang disebut dengan tren masa kini, kembali pada
pelatihan diri, kembali pada Buddha Dharma, kembali pada kebenaran, kembali
pada jiwa sejati. Seorang praktisi yang tidak tahu mengurangi keinginannya, tidak
mampu meraih kebahagiaan dalam Dharma, orang begini sesungguhnya tidak
memiliki pikiran benar!

Jika keinginan saja tidak bisa dikurangi, lalu mengatakan melatih diri, maka ini
adalah membohongi diri sendiri dan orang lain. Demi mengejar nafsu keinginan
sehingga waktu terbuang sia-sia di dalamnya, masih bilang menghargai
kesempatan melatih diri?

Banyak orang yang menggunakan sebagian besar waktunya untuk mengejar


kekayaan, mengejar kenikmatan hidup. Dia tidak sanggup menekan nafsu
keinginannya, baik dalam soal makan, pakaian dan tempat hunian. Andaikata dia
mampu menekannya maka hidupnya juga tak perlu begitu capek.

Contohnya kacamata, kacamata standar biasa sudah bisa dibeli dengan harga
seratus dolar, tetapi malah memaksakan diri harus membeli yang seribu dolar
harganya; telepon genggam, yang harganya 200 dolar sudah bisa dipakai, tetapi
malah harus membeli yang tiga atau lima ribu dolar; pakaian, yang 10 dolar sudah
bisa dikenakan, tetapi malah harus membeli di atas seribu dolar yang bermerek.

Andaikata semuanya harus mengejar yang kelas tinggi, bergaya, maka tentu saja
jadi budak uang, harus bekerja keras dan bersusah payah. Sesungguhnya
kehidupan yang bersahaja barulah tenteram.

33 
 
9. Mencari kembali waktu yang terbuang

Buddha Dharma tidak mempersoalkan perbedaan waktu yang telah lalu dan
sekarang, hanya saja cara hidup seseorang yang tidak serupa. Andaikata kita mau
kembali ke jalan yang benar, menjalani cara hidup yang terjalin dengan kebenaran,
maka kita dapat memiliki waktu luang yang banyak.

Maka itu kita semuanya, mulai sekarang, membuat pengaturan baru buat diri
sendiri, mencari kembali waktu yang terbuang, menyumbat aktivitas yang telah
memakan waktu secara sia-sia, mempergunakan waktu tersebut untuk melatih diri.
Dengan demikian barulah bisa memenangkan makna besar dalam kehidupan
manusia.

Kesempatan melatih diri memang untuk memilih Jalan Benar, segala hal lainnya
yang tidak berkaitan mesti dilepaskan. Pikiran hanya bisa difokuskan pada satu
objek saja, segala hal yang tidak berkaitan dengan Buddha Dharma hanyalah akan
menyia-nyiakan hidup ini. Segala hal yang tidak berkaitan dengan melatih diri
mestilah dikurangi dan dikurangi terus, yang bisa dilepaskan maka haruslah
dilepaskan.

Mesti membuat pengaturan hidup dengan penuh bijaksana, terhadap diri sendiri
haruslah memikul tanggung jawab penuh. Memikirkan cara untuk menghemat
waktu, memilih Jalan Benar Buddha Dharma.

Sebagai praktisi pemula, siang hari sibuk di luar, tidak berdaya. Yang penting
adalah sanggup menyediakan waktu untuk melakukan kebaktian pagi dan sore,
jadwal ini harus tetap dan tidak boleh terlewatkan.

34 
 
Terhadap lingkungan luar, hindarilah keluar pada malam hari, bergaul dengan
orang awam; terhadap lingkungan dalam, hindarilah nonton tv, internetan,
mengobrol di telepon dan sebagainya, dengan demikian barulah akan ada banyak
waktu luang.

Andaikata tidak mau mengubah kebiasaan nonton siaran televisi, menelepon,


berselancar di dunia maya, mengobrol, maka ini merupakan kondisi yang tidak
menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci. Oleh karena pikiran
dikacaubalaukan, bagaimana bisa melatih diri? Bahkan jasa kebajikan yang kecil
saja juga sulit dibangkitkan.

Ada sebagian orang yang saat bertelepon, browsing, shopping, terlihat begitu
terfokus dan bersemangat, sebaliknya ketika melakukan kebaktian pagi dan sore,
asal-asalan, pokoknya selesai habis perkara. Semangatnya telah dihisap habis oleh
nafsu keinginannya. Melafal dengan asal-asalan, begitu mulut menguap langsung
terlelap.

10. Membuat perenungan Mara Jahat yang menelan kesempatan melatih diri 

Ada dua perumpamaan :

Ketika sedang berada di jalanan, stasiun MRT, ada pengecer koran, renungkanlah
bahwa surat kabar adalah Mara, janganlah disentuh. Bayangkanlah sebagai berikut :
Surat kabar membuat pikiranku jadi kacau, membuatku membeda-bedakan dan
pikiran jadi tidak suci, menarik diriku jatuh ke dalam roda samsara, jatuh ke alam
rendah. Dia adalah Mara yang menelan kesempatan melatih diriku.

Juga ibarat memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang besar, produk-produk


mewah yang dipajang sungguh menawan hati. Segeralah mengingatkan diri

35 
 
sendiri : Ini adalah istana Mara, begitu masuk langsung menelan dua atau tiga jam
waktuku melatih diri, jadi harus cepat-cepat keluar.

Kehidupan sendiri bila bisa disederhanakan, maka tidak perlu selalu pergi ke pusat
perbelanjaan. Sebagai praktisi, makan dan berpakaian cukup bersahaja, melewati
hari demi hari dengan apa adanya.

Untuk menghidupi diri sendiri, membutuhkan biaya berapa besar memangnya?


Tidaklah pantas bila demi mengejar Lima Nafsu (gemar akan harta, rupa, ketenaran,
makanan dan tidur), sehingga harus begitu capek.

Pakaian hanya perlu beberapa stel saja, mencuci dan memeliharanya dengan baik,
dua atau tiga tahun juga tak perlu beli yang baru, jadi tidak perlu harus selalu
berkunjung ke toko baju.

Maka itu terhadap segala sesuatu yang terkategori dalam Lima Nafsu, haruslah
dipandang sebagai “Mara Jahat yang menelan kesempatan melatih diri”.

~~Selesai~~

36
Daftar Pustaka
 
 

無量壽經科註第四回學習班 自了法師
(第二O六集) (第二O七集)
 
http://www.amtb.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=2&web_rel_ind
ex=3527&sub_amtb_index=5366&Page=21 
 

Arsip
www.kebahagiaandharma.blogspot.com 

37 
 
38 
 

Anda mungkin juga menyukai