Penyelamatan Dari
Klinik 24 Jam
Dikutip Dari :
Judul :
永不休診的救度
www.smamituofo.blogspot.com
2
Daftar Isi
Hal
Bagian 1……………………………..……………………………………17
Bagian 2………………………………………………….………….……20
Bagian 3……………………………………………………………….….23
Bagian 4 ……………………………………………………….….……25
Bagian 1………………………………………………………………….32
Bagian 2………………………………………………...………………..35
3
Hal
Bagian 1………………………………………………….……..……..….58
Bagian 2…………………………………………………..………...….…61
Bagian 1……………………………………………………...…..……….80
Bagian 2……………………………………………………….…...……..84
Bagian 3…………………………………………………………………..87
Bagian 4……………………………………………………..…...……….89
Bagian 5 – Tamat…………………………………………….…...………92
Bagian 1…………………………….……………..……………………101
Bagian 2 – Habis………………………………...………….………….104
4
Membangkitkan Keyakinan Dan Tekad Melafal Amituofo ...……..….114
Keangkuhan…………………………………..………………………..130
Bagian 1………………………………………………..………………135
Bagian 2………………………………………………………..………138
Bagian 3………………………………………………………….…….140
Bagian 4…………………………………………………..……………143
Bagian 5………………………………………………………………..146
Bagian 6…………………………………………..……………………149
Bagian 7 - Habis………………………………………..……………..152
Bagian 1……………………………………………………………….164
Bagian 2………………………………………………………………..167
Bagian 3 – Habis……………………………………………...……….169
5
Belajar Ajaran Buddha
harus dimulai dari akarnya
6
Belajar Ajaran Buddha harus dimulai dari
akarnya
7
Kita juga pernah membahas bahwa orang yang tidak
bermaitri karuna pasti takkan percaya bahwa Buddha tanpa
pamrih akan bermaitri karuna pada dirinya, maka itu bagi
mereka yang tidak bermaitri karuna tentunya akan merintangi
dirinya sendiri, pada akhirnya tentu akan menderita kerugian
besar.
8
Kita menyadari bahwa di dalam
diri kita ada sebuah jiwa sejati yang
agung, Buddha Amitabha
adalah Jiwa KeBuddhaan
kita, jiwa sejati kita
9
Tanpa Pengamalan Tidak Bisa Disebut
Keyakinan Benar
10
Walaupun sebuah teori yang mendalam, pengamalannya
juga harus dimulai dari dasar. Maka itu janganlah
membicarakan teori yang dalam, tetapi untuk mengamalkan
berkah pertama dari “Tiga Berkah Karma Suci” saja tidak
sanggup. ini sungguh patut dikasihani. Karena itu ingatlah
selalu : tanpa tindakan nyata maka tidak bisa disebut
memiliki keyakinan.
11
Buddha tidak hanya mengaspal
sebuah jalan buat kita,
bahkan elevator juga sudah
disediakan buat kita
12
Mengandalkan “kekuatan diri sendiri”
dan “Kekuatan Buddha”
Praktisi sekalian haruslah mengetahui bahwa 84 ribu pintu
Dharma yang dibabarkan Buddha Sakyamuni adalah “Jalan
Ramai”, yakni keluar dengan cara vertikal tegak lurus. Ibarat
seekor serangga di dalam bambu, dia ingin keluar, maka dia
akan merangkak naik selangkah demi selangkah, sampai
kemudian mencapai mulut bambu barulah dia dapat keluar.
melewati lubang itu maka dia akan berhasil keluar dari
bambu tersebut, dan juga dia bersedia keluar, begitu dibor dia
langsung keluar.
15
Praktisi yang mengandalkan
kekuatan Buddha adalah ibarat
menaiki lift, bertumpu secara
keseluruhan pada tekad
agung Buddha Amitabha
sebagai dasarnya.
16
Perumpamaan Aliran Sukhavati --
Menaiki Elevator
Bagian 1
mengangkutnya. Tetapi bagi mereka yang suka bersusah
payah, maka semua barang bawaan juga boleh dipikul di atas
bahu, juga tak masalah! Yang paling santai adalah satu koper
pun tidak perlu dibawa serta. Menaiki elevator lebih praktis
daripada menaiki tangga, juga bisa langsung dan cepat
sampainya, maka itu disebut : “Yang paling mudah itu adalah
yang paling berhasil”.
bawaanku, kemudian kita sudi menaikinya, hanya perlu
tindakan melangkah masuk ke dalam saja, dengan
menaikinya berarti kita telah yakin dan bertekad.
19
Perumpamaan Aliran Sukhavati --
Menaiki Elevator
Bagian 2
memiliki tekad tetapi sepertinya tidak bertekad, tidak
memiliki tekad tetapi sepertinya tekadnya ada, tidak bisa
tegas dalam mengambil keputusan, ini tidak ada gunanya.
21
Dalam tindakannya, sepertinya dia tidak melafal
Amituofo, tetapi juga tidak seperti tidak melafal Amituofo.
Tetapi jika ingin dikatakan dia melafal Amituofo, tetapi
pikirannya tidak terfokus, dan suka mengkhayal, banyak yang
dikhawatirkannya; jika dikatakan dia tidak melafal Amituofo,
sepertinya dia tahu bahwa harus melafal Amituofo, jika tidak
maka tidak ada jalan lain lagi.
22
Perumpamaan Aliran Sukhavati --
Menaiki Elevator
Bagian 3
Sesungguhnya asalkan kita berdiri diam di dalam lift, jangan
meninggalkan lift, memperhatikan dengan seksama tombol
yang akan ditekan, apakah sudah tepat arahnya atau tidak,
maka dengan sendirinya akan naik setingkat demi setingkat
ke arah atas.
24
Perumpamaan Aliran Sukhavati --
Menaiki Elevator
Bagian 4
maupun kegagalan serta memperoleh dan takut kehilangan,
maka tidak perlu khawatir lagi, takkan ada penderitaan
karena melekat pada keakuan, juga takkan berpikir dengan
angkuh : saya dapat menuju ke atas adalah berkat
kemampuan diri sendiri.
Semua makhluk adalah dipikul
oleh kekuatan tekad Buddha
Amitabha, bukanlah
karena kekuatan diri
sendiri!
27
Mengandalkan kekuatan sendiri untuk
terlahir ke Alam Sukhavati
28
Sesungguhnya pada masa lalu ketika kami masih
mendorong kereta pasien ke dalam lift rumahsakit, setelah
masuk, sesungguhnya baik pasien maupun diriku dan kereta
semuanya akan dipikul oleh elevator, semua makhluk adalah
dipikul oleh kekuatan tekad Buddha Amitabha, bukanlah
karena kekuatan diri sendiri!
29
bersyukur akan cepat sampai di tujuan; senyaman mereka
yang menyerahkan sepenuhnya pada kekuatan lift.
30
Dapat membangkitkan keyakinan
dan pemahaman adalah berkat
kekuatan Buddha, orang yang
dapat yakin adalah insan yang
pada kehidupan ini juga
akan segera menjadi
Buddha.
31
Dharma Yang Sulit Dipercaya
Bagian 1
32
Maka itu hanya antar sesama Buddha yang dapat
memahaminya secara keseluruhan, jadi bukan usaha kita
sebagai makhluk di sembilan Dharmadhatu ini yang
menggunakan “kekuatan sendiri” yang bisa mempercayai
dan memahaminya. Harus diperhatikan bahwa sembilan
Dharmadhatu adalah dari orang awam sampai menjadi
Bodhisattva Pencerahan Tertinggi (Maha Bodhisattva
yang akan segera mencapai KeBuddhaan).
memahami, maka itu tidak boleh menyalahkan mereka
yang tidak percaya, karena memang bukan dapat
dipercaya oleh sembilan Dharmadhatu yang menggunakan
kekuatan sendiri.
34
Dharma Yang Sulit Dipercaya
Bagian 2
35
dengan Buddha Dharma yang “melenyapkan kemelekatan
pada keakuan”.
dia mengemukakan teori “kita melafal Amituofo, Buddha
Amitabha juga tidak mampu memikul beban karma kita”.
Maka itu dia bisa membuat kesimpulan sedemikian
dikarenakan telah mengabaikan kondisi Suku Sakya pada
masa itu dengan kita yang membangkitkan keyakinan dan
tekad melafal Amituofo, dua hal ini jika ditinjau dari jalinan
jodoh dan syaratnya adalah tidak sama, benih sebabnya
berlainan maka tentu saja buah akibatnya berbeda, mana
boleh mengambil kesimpulan berdasarkan kejadian ini?
37
Kemudian ada seorang praktisi lainnya yang mempunyai
ulasan tentang sebab mengapa Suku Sakya tidak dapat
memperoleh bantuan kekuatan Buddha, haruslah meninjau
apakah Suku Sakya ada atau tidak bertobat atas rintangan
karma, adakah terjalin dengan Buddha. Cara pemikiran ini
adalah benar adanya, dia ada memikirkan bahwa jalinan
jodoh dan syarat dari dua hal ini pada dasarnya adalah tidak
sama.
angkuh, mungkin tidak enak kedengarannya, maka
sembarangan memarahi orang, tidak tahunya ternyata orang
yang dimarahi itu adalah Arahat.
cepat bertobat, tetapi dia bukan melafal Amituofo, dia
bertobat dengan kekuatannya dirinya sendiri.
40
adalah ibarat menggunakan sikat yang kuat untuk
membersihkannya, hasilnya tentu saja tidak sama.
41
makna yang mendalam dan luas, tergantung pada
pemahaman masing-masing.
dan tekad, tentu saja akan memunculkan buah akibat yang
tanpa keyakinan dan tekad. Walaupun pada awalnya Buddha
yang dapat memikul beban karma, yang mampu
menyelamatkan, tetapi mereka tidak membangkitkan
keyakinan dan tekad untuk menerimanya, ini juga sama
dengan diri sendiri bersikeras untuk tetap berada di saluran
kekuatan karma, menuruti kekuatan karma menerima
pembalasannya. Ini bukan tidak mampu dipikul Buddha dan
tidak sanggup menyelamatkan, tetapi diri sendiri yang tidak
percaya dan menerima maksud baik dari Buddha, maka itu
tidak terjalin.
43
keyakinan dan tekad maka tentu saja kapal dapat
mengangkutnya berserta koper-koper bawaannya.
Ada lagi satu jenis orang yang sudi yakin dan bertekad
naik ke atas kapal, tetapi setelah sampai di kapal, dia tetap
tidak dapat yakin sepenuhnya, dia merasa lebih aman kalau
memikul sendiri barang bawaannya. Sehingga ketika berada
di kapal dia mengangkat sendiri koper-kopernya di atas
pundaknya, sambil berlayar sambil memikul beban berat,
selalu merasa bahwa koper-koper ini tidak dapat diangkut
oleh kapal, jadi lebih baik sendiri saja yang memikulnya.
44
Demikianlah kondisinya di kapal, selalu menganggap
bahwa kapal tidak mampu mengangkut semuanya, maka
tidak bisa menyandarkan diri dan duduk dengan nyaman di
atas kursi kapal, harus susah payah duduk dengan memangku
barang-barang bawaannya, dengan demikian bukankah
selama perjalanan amat menderita?
45
sama sekali tidak memiliki keyakinan dan tekad? Praktisi
sekalian, silahkan memutuskannya sendiri.
begitu saluran dipindahkan maka tayangan yang muncul juga
berubah.
47
“Namo” adalah pengakuan bahwa diri sendiri tak berdaya,
sepenuhnya mengandalkan penyelamatan dari Buddha.
Terhadap gagasan membangkitkan keyakinan dan tekad,
sebagian praktisi mungkin masih kabur. Kita hanya
mengandalkan Kekuatan Buddha Amitabha! Jika tidak,
mengapa kita tidak melafal nama sendiri saja? Walaupun
mulut melafal Amituofo tetapi mengapa tidak berani
berlindung sepenuhnya kepada Buddha?
harus berlindung secara keseluruhan barulah ada gunanya,
mengakui bahwa diri sendiri sama sekali tidak berdaya,
sepenuhnya mengandalkan penyelamatan dari Buddha, ini
adalah penyerahan keseluruhan jiwa raga barulah disebut
“Namo”. Jika masih tersisa satu niat pikiran untuk
mengandalkan diri sendiri, maka ini adalah penyerahan
setengah hati kepada Buddha, takkan mencapai pikiran yang
terfokus.
tangga dan menaiki lift. Baiklah jika demikian, ini juga
pilihan masing-masing individu, anda sekalian boleh menaiki
tangga pelan-pelan, satu kaki di dalam dan satu kaki di luar
lift, silahkan pelan-pelan dihimpit pintu lift.
Membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo,
Buddha dapat memikul beban karma.
KeBuddhaan, di sana kita akan tekun berusaha, melatih diri
mencapai KeBuddhaan. Guru, bukankah ini sepertinya kita
melafal Amituofo, Buddha Amitabha akan memikul pergi
beban karma kita, saya ingin memperoleh kepastian akan hal
ini”.
51
“Pikiran Terfokus Tak Tergoyahkan”
dengan “Menjadikan Pikiran Tidak
Tergoyahkan”
Apakah perbedaan antara gagasan “Pikiran Terfokus Tak
Tergoyahkan” dengan “Menjadikan Pikiran Tidak
Tergoyahkan”? Harus diperhatikan bahwa dua hal ini tidak
sama, dapat mempengaruhi kondisi dari seorang praktisi.
berkesinambungan tak tergoyahkan. Putra atau putri berbudi
ini saat menjelang ajal, Buddha Usia Tanpa Batas, bersama
para sravaka, Bodhisattva dan siswa-siswaNya yang tak
terhingga, muncul di hadapan praktisi dan dengan maitri
karuna memberi pemberkatan, agar pikirannya tidak
tergoyahkan. Saat ajalnya berakhir, praktisi ini akan
mengikuti Buddha dan para makhluk suci lainnya, terlahir ke
Alam Sukhavati yang penuh kesucian”.
53
Dalam terjemahan versi Kumarajiva ada tercantum
“Andaikata dalam sehari atau dua hari sampai atau tujuh hari,
pikiran terfokus tak tergoyahkan”. Sedangkan di dalam
terjemahan versi Master Hsuan Tsang, beliau menerjemahkan
sebagai “Andaikata dalam sehari semalam, atau dua atau tiga
hingga atau tujuh, melafal berkesinambungan tak
tergoyahkan”.
terjemahan Master Hsuan Tsang tentang “Melafal
Berkesinambungan Tak Tergoyahkan”.
pada budaya Bahasa Mandarin, dengan kata dan kalimat yang
lebih ringkas dan sederhana, cocok dengan selera orang
Tiongkok.
56
Kekuatan Buddha adalah cara
terbaik untuk
menghapus kemelekatan
pada keakuan.
57
“Mengandalkan Kekuatan Buddha” Adalah
Cara Terbaik Untuk Melenyapkan
Kemelekatan Pada Keakuan
Bagian 1
Sebagian orang membicarakan “mengandalkan kekuatan
sendiri”, seringkali karena ingin mengandalkan kekuatan
sendiri, akhirnya jatuh ke dalam kemelekatan pada keakuan.
Jika ada sedikit niat mengandalkan kekuatan sendiri, ingin
mengejar keberhasilan keakuan, maka pikiran akan kalut dan
tidak mungkin tak tergoyahkan, dengan adanya pikiran
berhasil dan takut gagal, memperoleh dan takut kehilangan,
ini pasti akan goyah.
tergoyahkan”, “saya ingin mencapai samadhi pelafalan
Amituofo”, ”saya ingin melafal Amituofo sehari semalam,
agar bisa mendapat piala tidak tidur dan tidak makan!”.
60
“Mengandalkan Kekuatan Buddha” Adalah
Cara Terbaik Untuk Melenyapkan
Kemelekatan Pada Keakuan
Bagian 2
kuat atau gelembung air itu? Malah berpikir lagi, saya ingin
menjadi gelembung air yang paling besar. Sebesar apapun
masih juga sebuah gelembung air, sebentar lagi juga pecah.
Semakin besar gelembung air maka semakin mudah pecah,
sebaliknya gelembung air yang amat kecil sampai tidak ada,
maka takkan pecah. Sesungguhnya gelembung air yang amat
kecil sampai tidak ada itulah berubah menjadi lautan besar.
isi hati ayah. Sesungguhnya ayahnya memiliki kemampuan
dan hebat, segalanya sanggup dipikul, tetapi sayangnya dia
tidak mempercayai ayahnya.
63
Karena dia tahu bahwa ayahnya serba bisa, semuanya
sudah dipersiapkan, maka itu dia sendiri tidak perlu
merisaukan dirinya sendiri lagi, juga tidak memohon apa-apa
lagi, dia hanya menunaikan kewajibannya menjaga adik-
adiknya, mengikuti semangat ayah dan membalas budi ayah,
anak yang selalu mendekatkan diri dengan sang ayah dan
tahu bersyukur ini, kehidupannya amat bahagia.
64
Menggunakan jasa kebajikan
melafal Amituofo untuk memohon
pahala alam dewa dan manusia,
agar keberhasilannya bisa di atas
orang lain, sesungguhnya ini
namanya melimpahkan jasa
kebajikan melafal Amituofo untuk
masuk kembali ke enam
alam tumimbal lahir, sama
sekali bukan dilimpahkan ke
Alam Sukhavati!
65
Melimpahkan Akar Kebajikan Ke Alam
Sukhavati Atau Enam Alam Tumimbal Lahir?
66
Harus diperhatikan bahwa melimpahkan jasa bukan hanya
dengan membaca gatha pelimpahan jasa. Di dalam Sutra Usia
Tanpa Batas tertera bahwa “setiap niat pikiran adalah
pelimpahan jasa”, setiap niat pikiran yang muncul adalah
pelimpahan jasa, niat pikiran kita hendak diarahkan ke mana?
Niat pikiran yang muncul adalah arah, ini barulah disebut
pelimpahan jasa.
67
keberhasilan dari melafal Amituofo itu, maka ini adalah
pelimpahan jasa ke enam alam tumimbal lahir.
68
Kita dapat menaiki bahtera tekad
agung sehingga batu besar takkan
tenggelam, ini juga tak terpisah
dari hukum sebab akibat. Dapat
mencapai KeBuddhaan juga ada
sebab akibatnya. Bisa dikatakan
sejak orang awam sampai
mencapai KeBuddhaan juga
tak terpisah dari Hukum
Karma.
69
Jangan menganut pandangan sesat
“Hukum Karma Itu Tidak Ada”
sepenuhnya pada Hukum Karma, jadi bagaimana mungkin
diri sendiri tidak memiliki sebab akibat.
71
Hukum Karma amat jelas, seluruh Buddha dari tiga masa
juga mematuhi Hukum Karma melatih diri dan mencapai
KeBuddhaan, maka itu tidak boleh berpandangan sesat
bahwa “Hukum Karma Itu Tidak Ada”
72
Di dalam “Maharatnakuta Sutra”, Buddha
menasehati kita agar mendengar pembabaran
Buddha Dharma, andaikata maharibu dunia
dipenuhi bara api, juga harus mendengar
pembabaran Buddha Dharma, demi
mempelajari Dharma, tidak boleh ada
kemunduran hati, munafik, dalam mendengar
Dharma itu tidak boleh mundur, malas, juga
tidak boleh bersikap menjilat dan munafik,
pura-pura duduk di sana tetapi
tidak mendengarkan dengan
konsentrasi, sesungguhnya
mendengar Dharma itu untuk siapa?
73
“Menyadari Hukum Karma” dan “Tidak
Terjatuh Ke Dalam Hukum Karma”
“Apakah praktisi senior masih jatuh ke dalam Hukum
Karma?” Dia menjawab: “Tidak jatuh ke dalam Hukum
Karma”.
75
Untungnya pada masa kelahiran lampau, dia masih
memiliki akar kebajikan, sehingga setelah 500 kelahiran
kemudian, dia berjodoh bertemu dengan Master Bai Zhang,
memiliki kesempatan untuk kembali mendengar Buddha
Dharma, untuk menyelesaikan masalah ini. Kemudian dia
meminta Master Bai Zhang untuk mengucapkan kata yang
benar. Master Bai Zhang menjawab : “Menyadari Hukum
Karma”. Setelah mendengarnya lansia ini mendadak
mencapai pencerahan.
76
“Menyadari Hukum Karma” adalah memastikan adanya
Hukum Karma, dengan memiliki pandangan benar barulah
dapat membebaskan diri dari tubuh serigala. Untunglah dia
memiliki jodoh bertemu dengan Master Bai Zhang, dengan
mengandalkan konsep Buddha Dharma yang benar,
mengubah kekuatan karma.
di sana tetapi tidak mendengarkan dengan konsentrasi,
sesungguhnya mendengar Dharma itu untuk siapa?
78
Dengan tidak memiliki keyakinan
dan tekad tentu saja tidak bisa
terlahir ke Alam Sukhavati, dan
dengan segala macam bentuk
senioritas ini, tidak ada
kaitannya sama sekali.
79
Harus Jelas Akan Syarat Terlahir Ke Alam
Sukhavati
(Bagian 1)
80
Andaikata sepanjang hidup membentuk grup Zhu Nian
yang membantu melafal Amituofo untuk mereka yang akan
menjelang ajal, atau melakukan namaskara pada Buddha
hingga sekian kali, malah bukan “mengandalkan Kekuatan
Buddha Amitabha” melafal Amituofo; juga mengambil “saya
sering membantu orang lain melafal Amituofo”, atau “saya
telah melakukan namaskara pada Buddha hingga sekian kali”,
untuk dijadikan sebuah keberhasilan, yang menambah
kemelekatan pada keakuan, keangkuhan.
hingga sekian kali, malah bukan “mengandalkan Kekuatan
Buddha Amitabha” melafal Amituofo; juga mengambil “saya
sering membantu orang lain melafal Amituofo”, atau “saya
telah melakukan namaskara pada Buddha hingga sekian kali”,
untuk dijadikan sebuah keberhasilan, yang menambah
kemelekatan pada keakuan, keangkuhan.
terlahir ke Alam Sukhavati. Dengan tidak memiliki
keyakinan dan tekad tentu saja tidak bisa terlahir ke Alam
Sukhavati, dan dengan segala macam bentuk senioritas ini,
tidak ada kaitannya sama sekali.
83
Harus Jelas Akan Syarat Terlahir Ke Alam
Sukhavati
(Bagian 2)
84
Ketika tiba di Gunung Tianmu, dia berkata pada semua
orang di sana : “Saya datang ke Gunung Tianmu dengan
tujuan terlahir ke Alam Sukhavati”. Dan berpamitan dengan
satu persatu, tetapi tidak ada orang yang menanggapinya
dengan serius.
Tak terpikir, dia melakukan namaskara pada Buddha di
bawah pohon, sesaat kemudian dia masih melepaskan
jaketnya karena kepanasan dan berkeringat; ada orang yang
melihat kedatangan “Tiga Suciwan Dari Alam Sukhavati
( Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara dan
Bodhisattva Mahasthamaprapta)”, memancarkan cahaya,
kemudian dia beranjali dan wafat dalam posisi berdiri.
86
Harus Jelas Akan Syarat Terlahir Ke Alam
Sukhavati
(Bagian 3)
“Apakah anda melihat dia memiliki tampang seperti pada
kelahiran ini juga bisa menjadi Buddha?” Praktisi sejati yang
bertekad mencapai KeBuddhaan, dalam keseharian akan
semakin menguatkan keyakinan dan membulatkan tekad
untuk terlahir ke Alam Sukhavati.
88
Harus Jelas Akan Syarat Terlahir Ke Alam
Sukhavati
(Bagian 4)
pelabuhan untuk memperbanyak koper-koper bawaannya?
Justru orang yang masih sibuk di pelabuhan, memperbanyak
dan menciptakan barang-barang bawaan, sebenarnya
belumlah naik ke dalam kapal, bagaimana mungkin kapal
bisa mengangkutnya?
Buddha Amitabha. Orang yang memahami kebenaran ini
akan berdiam dalam kesadaran, dan takkan mungkin lagi
berada di dalam mimpi melakukan karma buruk.
Orang yang tidak sudi bangun ini tentu saja akan terus
bermimpi, sehingga hidup dalam mimpi, menerima
penderitaan dalam mimpi, masih banyak lagi mimpi alam
neraka yang bisa dirasakan! Buddha membangunkannya
untuk menikmati Alam Sukhavati dengan berbagai manfaat,
dia malah tidak dapat menikmatinya.
91
Harus Jelas Akan Syarat Terlahir Ke Alam
Sukhavati
(Bagian 5 - Tamat)
92
Jika pada kelahiran lampau kita melakukan karma buruk,
tetapi begitu mengetahui bahwa Buddha memiliki kekuatan
maha maitri maha karuna, segera memperbaiki diri dan
melafal Amituofo. Gelombang pikiran dari niat pikiran
melafal Amituofo ini, langsung terpancar sampai ke Alam
Buddha, tentu saja gelombang pikiran ini takkan terjalin
dengan saluran kekuatan karma, yang juga takkan menjalani
penderitaan; jika dapat memancarkan gelombang pikiran
melafal Amituofo secara berkesinambungan, maka akan terus
berada di Alam Buddha, “takkan ada penderitaan, tetapi
menikmati kebahagiaan”!
Sesungguhnya, praktisi yang yakin bahwa Buddha dapat
memikul beban karmanya, pasti akan sangat terharu dan
berterimakasih pada Buddha, bahkan juga tahu membalas
budi, menghormati Jiwa KeBuddhaan yang ada di dalam diri
sendiri dan mengembangkannya. Praktisi yang yakin bahwa
Buddha dapat memikul beban karmanya, telah memasuki
maha maitri, maha karuna dan kekuatan maha tekad Buddha
Amitabha.
94
95
Cepat Lambatnya Bunga Teratai Bermekar
Setelah Terlahir Ke Alam Sukhavati
juga yang lama bukanya. Bagi praktisi yang terlahir pada
tingkatan teratas, bunganya langsung bermekar bertemu
Buddha; sedangkan yang terlahir pada tingkatan terbawah
harus melalui 12 kalpa besar lamanya barulah bunga
bermekar.
Cepat atau lambat itu tergantung pada keputusan masing-
masing praktisi, yaitu tergantung pada pikiran saat melatih
diri di dunia ini, mau cepat juga bisa, mau lambat juga bisa,
atau sepuluh kalpa demi sepuluh kalpa berlalu tapi juga tidak
sudi terlahir ke Alam Sukhavati.
setelah terlahir ke Alam Sukhavati, bunga teratainya juga
pelan-pelan mekarnya.
98
Maka itu setelah terlahir ke Alam Sukhavati, untuk
melenyapkan keraguan itu cepat atau lambat? Keberhasilan
itu diraih dalam waktu cepat atau lambat? Atau bahkan
takkan terpisah dari kebenaran bahwa segalanya muncul dari
pikiran. Jadi kalau mau cepat juga bisa cepat, mau lambat
juga bisa lambat. Praktisi yang terlahir di tingkatan teratai
teratas, bunganya akan langsung bermekaran bertemu
Buddha, memperoleh ramalan pencapaian KeBuddhaan dan
menyelamatkan makhluk lainnya, maka itu praktisi yang
bermaitri karuna harus terlahir di tingkatan teratas.
99
100
Dangkal dalamnya ketrampilan melafal
Amituofo yang dimiliki, tergantung pada
realisasi masing-masing terhadap sepatah
Amituofo ---- Melafal Amituofo menjadikan
jasa kebajikan Buddha menjadi jasa kebajikan
sendiri, akar kebajikan dan berkah kebajikan
melafal Amituofo sama dengan Buddha
Amitabha.
Bagian 1
Kita sudah pernah membahasnya berkali-kali, dalam
dangkalnya ketrampilan melafal Amituofo adalah tergantung
pada realisasi masing-masing terhadap sepatah Amituofo.
Kemampuan Buddha sampai Bodhisattva Tingkat Tertinggi
saja tidak sanggup memahaminya, maka itu terhadap kondisi
sesungguhnya dari kemampuan dan jasa kebajikan Buddha
ini, kita tidak sanggup memahaminya secara keseluruhan,
hanya sesama Buddha yang sanggup memahaminya secara
keseluruhan.
mendalam. Praktisi yang benar-benar yakin bahwa sepatah
Amituofo ini adalah “menjadikan jasa kebajikan Buddha
Amitabha menjadi jasa kebajikan sendiri”, maka
keyakinannya telah teguh, tekad dan pengamalannya juga
akan semakin kuat.
menyebut papa, maka seluruh kemampuan papa akan
menjadi miliknya, karena papa akan segera memberinya
dukungan.
103
Dangkal dalamnya ketrampilan melafal
Amituofo yang dimiliki, tergantung pada
realisasi masing-masing terhadap sepatah
Amituofo ---- Melafal Amituofo menjadikan
jasa kebajikan Buddha sebagai jasa kebajikan
sendiri, akar kebajikan dan berkah kebajikan
melafal Amituofo sama dengan Buddha
Amitabha.
Bagian 2 – Habis
104
Ada praktisi yang menganggap bahwa dia sudah
memahami kalimat “menjadikan jasa kebajikan Buddha
Amitabha sebagai jasa kebajikan sendiri”, tetapi
kenyataannya terhadap masalah sepele di dunia saha,
ketenaran dan keuntungan masih begitu mempedulikannya,
ini namanya belum memahami kalimat ini, belum tahu akan
nilai melafal Amituofo itu. Hanya mendengar kalimat
tersebut tetapi masih belum yakin benar.
dijualnya dengan harga tinggi, paling tidak hanya bisa ditukar
dengan sebutir bonbon, masih bisa untuk dikunyah.
107
108
Berkah kebajikan Alam Dewa dan
Manusia Ada Celahnya, Tidak BisaTerlahir
Ke Alam Sukhavati
Dari kalimat di atas kita bisa mengetahui bahwa bukan
hanya kita orang awam, perbuatan bajik kita disebut berkah
kebajikan yang kecil, bukan benih sebab untuk dapat terlahir
ke Alam Sukhavati; bahkan pencerahan Arahat, Pratyeka
Buddha, juga termasuk akar kebajikan kecil! Juga bukan
benih sebab untuk dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Apa
maksudnya?
telah beramal sejumlah uang tertentu, merasa hebat karena
sanggup berdana! Timbul lagi keangkuhan. Cuma membantu
orang lain saja, sudah merasa amat hebat dan senang, merasa
diri sendiri amat berhati nurani, jasa kebajikannya tak
terhingga! Timbul lagi keakuan. Hanya perbuatan baik tetapi
diingat terus, membanggakan dan pamer sejenak, sambil
menjadi budak dari keakuan dan keangkuhan.
111
Maka itu praktisi sekalian jangan beranggapan bahwa diri
sendiri telah berbuat kebajikan apa, baru terlahir ke Alam
Sukhavati. Janganlah beranggapan : dapat terlahir ke Alam
Sukhavati karena diri sendiri memiliki ketrampilan melatih
diri, berbuat kebajikan, telah banyak bersumbangsih di
bidang Ajaran Buddha.
112
113
Hanya Dengan Membangkitkan
Keyakinan Dan Tekad Melafal Amituofo,
Setiap Lafalannya Diberkahi Dengan Akar
Kebajikan Dan Berkah Kebajikan Yang
Sungguh Besar Sekali!
Andaikata harus mengandalkan syarat dari kita maka kita
tidak memiliki bagian untuk bisa terlahir di Alam Buddha di
sepuluh penjuru, karena tidak memiliki benih sebab kesucian!
Amituofo hanya akan mengandung kekuatan sendiri, yang
akar kebajikan dan berkah kebajikannya sungguh kecil sekali!
Asalkan dia yakin pada Kekuatan
Buddha Amitabha yang maha
maitri maha karuna, juga memiliki
kemampuan untuk
menyelamatkannya, kemudian dia
sendiri juga bersedia diselamatkan
oleh Buddha Amitabha, rela
meninggalkan alam saha menuju
Alam Sukhavati, cara melafal
Amituofo sedemikian sudah dapat
terkategori memiliki
keyakinan dan tekad,
maka pasti terlahir ke
Alam Sukhavati.
117
Berhasil Tidaknya Terlahir Ke Alam
Sukhavati Adalah Tergantung Ada Tidaknya
Keyakinan Dan Tekad
juga memiliki kemampuan untuk menyelamatkannya,
kemudian dia sendiri juga bersedia diselamatkan oleh Buddha
Amitabha, rela meninggalkan alam saha menuju Alam
Sukhavati, cara melafal Amituofo sedemikian sudah dapat
terkategori memiliki keyakinan dan tekad, maka pasti terlahir
ke Alam Sukhavati. Harap diperhatikan apakah jawaban dari
saya bertentangan dengan jawaban dari guru An An?
Master Yin Guang berkata :
“Jika dapat membangkitkan sepenuhnya ketulusan melafal
Amituofo, bertekad lahir ke Alam Sukhavati, tak peduli
siapapun, dapat terlahir ke Alam Sukhavati, mengakhiri
tumimbal lahir. Kecuali bagi yang tidak membangkitkan
keyakinan, yang tidak bertekad, tidak dapat terlahir ke Alam
Sukhavati. Andaikata membangkitkan keyakinan benar dan
tekad menyeluruh, tiada satupun yang tidak terlahir ke Alam
Sukhavati. Metode Dharma ini, mengandalkan Kekuatan
Buddha secara keseluruhan. Ibarat menaiki kapal menyerangi
lautan, adalah mengandalkan kekuatan kapal, ini bukan
karena kehebatan diri sendiri”.
120
Ini berarti, sama-sama terlahir ke Alam Sukhavati, jika
berlandaskan Bodhicitta maka dapat mencapai tingkatan
teratai teratas. Tetapi jika tekad terlahir ke Alam Sukhavati
adalah demi bersenang-senang di sana, tidak membangkitkan
Bodhicitta, maka jasa kebajikannya kecil sekali, sulit
mencapai tingkatan teratai teratas.
Alam Sukhavati. Karena itu melafal Amituofo, adalah
pengamalan benar”.
122
123
Saat Menjelang Ajal Masih Bisa
Mempertahankan Keyakinan Dan Tekad, Ini
Sungguh Hebat Dan Luar Biasa.
Alam Sukhavati, maka dia telah sempurna akan “menjauhi
alam saha dan bersukacita terlahir ke Alam Sukhavati”.
125
Jangan meremehkan langkah “saat penyakit mulai parah
dan menjelang ajal, bersedia melepaskan kemelekatan pada
tubuh jasmani, segera menfokuskan diri melafal Amituofo
bertekad lahir ke Alam Sukhavati”.
Kita tidak perlu berdebat apakah dia bertekad lahir ke
Alam Sukhavati, adalah demi diri sendiri atau makhluk lain.
Cobalah kita renungkan kembali, ketika jatuh sakit maka
akan sangat menderita, begitu didera derita maka pikiran pun
segera menuju tempat yang kesakitan itu, dan sulit dilepaskan,
walaupun selama ini mendengar ceramah bahwa tubuh
jasmani ini adalah khayalan semu, tetapi juga tidak bisa
melepaskan; maka itu sebagian besar praktisi akan
melepaskan Buddha dan bukannya melepaskan tubuh jasmani!
memilih untuk menfokuskan diri pada penderitaannya,
menfokuskan diri pada tubuh jasmaninya, bukankah ini yang
disebut lebih suka pada penderitaan? Sebagian besar orang juga
takkan memilih melafal Amituofo!
127
Makanya Master Ou Yi menasehati kita agar tidak
bersikap remeh menganggap hal ini terlalu mudah sehingga
menjadi lengah dan tidak menggiatkan diri.
128
129
Keangkuhan
bernamaskara pada kita, ini namanya terlalu banyak
berprasangka. Kita seharusnya merasa malu! Orang lain tahu
memberi sikap hormat, kita malah merasa bangga,
memunculkan keangkuhan!
ini akan merusak hasil jerih payah pelatihan dirinya, dengan
cara ini mereka melakukan pembalasan.
132
Master Yin Guang berkata bahwa untunglah Upasaka
Yang ini memiliki kekuatan jasa kebajikan yang mendalam,
tidak terjebak ke dalam kondisi tersebut, masih tetap
membangkitkan pikiran benar melafal Amituofo, dan terlahir
ke Alam Sukhavati.
133
134
Analisa Berbagai Contoh Nyata Dalam
Melafal Amituofo
(Bagian 1)
135
Ada tiga alasannya yakni alasan pertama adalah motivasi
yang salah, yang menjadi motivasinya datang melafal
Amituofo, bukanlah bertekad lahir ke Alam Sukhavati,
tetapi adalah untuk mencapai “pikiran terfokus tak
tergoyahkan”, yang juga dengan keinginan yang begitu
kuat “untuk berharap memperoleh sesuatu”, akhirnya?
Sehari tidak berhasil mendapatkannya, dua hari juga tidak,
bahkan hingga setahun juga tidak ada, maka merasa amat
kecewa! Sungguh sedih sekali, tidak merasa adanya
keberhasilan.
136
Setelah ditaklukkan oleh rasa kecewa, maka segera
kehilangan keyakinan, ingin mencari pintu Dharma
lainnya. Sesungguhnya walaupun tidak memperoleh
“pikiran terfokus tak tergoyahkan” juga bisa terlahir ke
Alam Sukhavati! Asalkan ada keyakinan dan tekad maka
dapat terlahir ke Alam Sukhavati, justru sebaliknya,
praktisi yang kehilangan keyakinan yang tidak dapat
terlahir ke Alam Sukhavati.
137
Analisa Berbagai Contoh Nyata Dalam
Melafal Amituofo
(Bagian 2)
mengendalikan enam landasan indria, ini sungguh leluasa
dan tidak melelahkan, mata juga dapat beristirahat dengan
tidak melihat ke sana kemari, telinga juga dapat
beristirahat tidak perlu sembarangan mendengar, tubuh
juga beristirahat karena tidak perlu kesana kemari,
bukankah ini sangat nyaman dan tidak melelahkan?
139
Analisa Berbagai Contoh Nyata Dalam
Melafal Amituofo
(Bagian 3)
Apabila motivasi kita sudah ada yang salah, yakni pikiran
yang tidak benar, sikap tubuh tidak bisa benar, maka
terasa serba ada tekanan, pasti akan jadi tersiksa, karena
menderita maka tidak sanggup bertahan lagi!
141
Praktisi yang memiliki keinginan yang kuat untuk
berharap memperoleh sesuatu, ketika melafal Amituofo
pasti seperti orang yang hendak berkelahi, berusaha
memukuli bentuk-bentuk pikiran yang muncul, maka itu
dia merasa kelelahan! Jika demikian pasti tidak bisa
bertahan.
142
Analisa Berbagai Contoh Nyata Dalam
Melafal Amituofo
(Bagian 4)
ke Alam Sukhavati, walaupun hanya menuangkan teh
untuk orang lain, menyapu, juga boleh dilimpahkan jasa
kebajikannya ke Alam Sukhavati, dengan “melimpahkan
akar kebajikan ke Alam Sukhavati” juga bisa terlahir ke
Alam Sukhavati, asalkan ada keyakinan dan tekad,
Buddha akan datang menjemput, tinggal dengan tenang
melafal Amituofo saja!
144
jangan sampai tergerak, tetapi tubuh itu jangan sampai
juga ikut tidak bergerak!
145
Analisa Berbagai Contoh Nyata Dalam
Melafal Amituofo
(Bagian 5)
Amituofo” dan apapun tidak sudi dikerjakannya, akhirnya
menjadi malas, seperti tuan besar dan nyonya besar,
menganggap bahwa dirinya pintar melafal Amituofo dan
jasa kebajikannya yang paling mulia, sehingga tidak perlu
mengerjakan hal lainnya lagi, akhirnya sangat sombong
sekali.
147
Guang, salah beranggapan mengira diri sendiri adalah
jelmaan Bodhisattva.
148
Analisa Berbagai Contoh Nyata Dalam
Melafal Amituofo
(Bagian 6)
149
Menyappu juga memballas Budii Buddhha. Karenna di Allam
Sukhavati, perm
mukaan tanahnyya adalaah emas,, jadi tiddak
perlu menyappu, karrena Buddha
B Amitaabha teelah
memberrsihkannnya buatt kita. Sekaranng kita menelad
m dani
Buddhaa Amitaabha, membersi
m hkannyaa buat insan laain,
n menyaapu semaakin timbbul rasa terimakaasih.
semakin
mencuci piring dengan cara demikian berarti telah
mengingat Buddha! Mencuci piring juga mengingat
Buddha, melafal Amituofo dan melimpahkan jasa
kebajikan ini ke Alam Sukhavati!
151
Analisa Berbagai Contoh Nyata Dalam
Melafal Amituofo
(Bagian 7 - Habis)
Dia berterimakasih pada budi Buddha, tidak berniat untuk
mencapai apa yang disebut dengan “pikiran terfokus”
untuk memuliakan dirinya, maka itu hatinya tidak risau,
malahan inilah yang disebut pikiran terfokus.
membalas budi Buddha. Maka itu, pekerjaan apa saja
yang dilakukan dapat terlepas dari ingin berhasil dan takut
gagal, ingin memperoleh dan takut kehilangan, tidak ada
keakuan, jadi siapa yang akan merasa lelah!
154
Kita selalu seperti anak bandel
dan keras kepala, tidak mau
percaya pada ayahbunda, padahal
ayahbunda selalu ingin mengatur
yang terbaik buat diri kita,
tetapi kita malah menolak,
selalu ingin sok tahu dan sok
pintar.
155
Melafal Amituofo, Apakah Benar Yang
Dilafal Itu Adalah Buddha?
156
dipancarkannya adalah serakah dan arahnya tentu akan
membawanya ke alam setan kelaparan!
157
Andaikata dapat mengandalkan Kekuatan Buddha melafal
Amituofo, menyerahkan sepenuhnya pada Buddha, tentu saja
Buddha akan mengatur yang terbaik buat diri kita, bukan?
Justru diri kita yang suka menentang Buddha, tidak sudi
membiarkan Buddha yang mengaturnya buat kita.
158
159
Melafal Amituofo Sampai Gantung Diri,
Ini Karena Motivasi Dan Fokusnya
Bermasalah
motivasinya melafal Amituofo, fokusnya melafal Amituofo,
dan arah pelimpahan jasanya pasti bermasalah.
barulah dapat mengakhiri tumimbal lahir. Jika hanya
mengandalkan kekuatan sendiri maka takkan dapat
mengakhiri tumimbal lahir. Asalkan masih ada setetes karma
buruk masa lampau yang belum dilunasi, maka masih akan
diseret oleh kekuatan karma, mendadak juga akan bunuh diri.
163
Makan Daging Memutuskan Benih Maitri
Karuna Jiwa KeBuddhaan
Bagian 1
164
daging akan memutuskan benih maitri karuna Jiwa
KeBuddhaan.
165
Keterangan :
Daging tiga kriteria adalah daging yang memenuhi
kriteria :
1. daging dari hewan yang tidak dilihat ketika dibunuh;
2. daging dari hewan yang tidak kita dengar ketika
dibunuh;
3. daging dari hewan yang tidak secara khusus dibunuh
untuk disajikan kepada kita.
166
Makan Daging Memutuskan Benih Maitri
Karuna Jiwa KeBuddhaan
Bagian 2
167
pada sutra Hinayana, maka itu tidak memahami Ajaran
Buddha, kesimpulan akhir adalah dilarang makan daging.
168
Makan Daging Memutuskan Benih Maitri
Karuna Jiwa KeBuddhaan
Bagian 3 - Habis
169
Buddha berkata, agar kita memperhatikan dengan
seksama : Orang yang makan daging, meskipun tampaknya
seperti memiliki kebijaksanaan, seperti telah mencapai
samadhi, sesungguhnya adalah “Raksa besar”. Mereka saja
belum memiliki jaminan keluar dari tumimbal lahir! Setelah
kehidupan mereka berakhir pasti memasuki lautan
penderitaan tumimbal lahir. Ini bukanlah siswa Buddha!
Usai
170
171
Daftar Pustaka
永不休診的救度
http://big5.xuefo.net/nr/article2/24889.html
172