Anda di halaman 1dari 26

Momen Untuk Lebih Giat

Melatih Diri

Dipetik dari : 
Ceramah Upasaka Li Bing‐nan 
Judul : 

正是用功時節 

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.


Daftar Isi
Momen Untuk Lebih Giat Melatih Diri....................................................................4

Pintu Dharma Tanah Suci merupakan Pintu Dharma yang sulit dipercaya..............4

Kata Dharma Master Lianchi....................................................................................8

Apakah Melafal Amituofo Sulit Menfokuskan Pikiran?...........................................9

Bentuk-bentuk pikiran adalah akar sumber samsara...............................................13

Justru Merupakan Momen Untuk Lebih Giat Melatih Diri.....................................15

Setelah Melafal Amituofo Menyadari Khayalan Sendiri Begitu Berat...................19

Belajar Ajaran Buddha adalah mengandalkan Buddha Dharma dan bukan


mengandalkan orangnya..........................................................................................20

Dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan mencapai Samadhi


Tertinggi Tiada Taranya..........................................................................................22

Daftar Pustaka..........................................................................................................25

Gatha Pelimpahan Jasa............................................................................................26


Momen Untuk Lebih Giat Melatih Diri

Tahun Baru hanya berlangsung selama dua hari, namun ceramah yang disampaikan
haruslah ada awal dan akhirnya. Selama 30 tahun ini, Asosiasi Lotus Taichung
melatih Aliran Sukhavati, hari ini ceramah yang hendak disampaikan adalah
memetik kata Dharma dari Guru Sesepuh Aliran Sukhavati.

Ceramah tentang Pintu Dharma Tanah Suci telah disampaikan selama 30 tahun ini,
praktisi sekalian tentunya sudah memahaminya, jadi buat apa lagi diceramahkan?
Oleh karena yang kalian ketahui hanyalah kulit luarnya saja.

Di sini kami memetik kata Dharma dari Guru Sesepuh Aliran Sukhavati, Guru
Sesepuh adalah insan yang telah mencapai pencerahan, sedangkan kita hanyalah
orang awam, yang kita ketahui cuma segelintir, ucapan dari Guru Sesepuh
bukanlah teori belaka, namun memiliki makna yang mendalam, tidak boleh
sekedar dibaca dan dilewatkan begitu saja.

Pintu Dharma Tanah Suci merupakan Pintu Dharma yang sulit dipercaya

Belajar Ajaran Buddha, pertama-tama mesti memiliki tujuan, apabila tidak ada
tujuan maka juga takkan ada hasil. Setiap aliran memiliki tujuan masing-masing,
kelihatannya biasa-biasa saja, namun bila dijalankan maka takkan sanggup
menwujudkannya.

Semua ceramah yang disampaikan di Asosiasi Lotus Taichung takkan terpisah dari
Pintu Dharma Tanah Suci, para praktisi yang berada dalam Asosiasi Lotus, dalam
kurun waktu 30 tahun ini, 20 tahun di depan masih tergolong sangat bagus, namun
sayangnya tahun demi tahun kian mengalami kemunduran.
Tempo dulu masih tampak ada hasilnya, saya pernah mengeluarkan dan membaca
kembali artikel-artikel yang ditulis oleh para praktisi pada 20 tahun yang silam,
isinya masih mengandung pengetahuan benar dan pandangan benar, namun
sekarang sudah tidak lagi, lebih banyak yang kacau balau, yang berhasil itu hanya
sedikit.

Dalam Ajaran Buddha ada lima Yana (kenderaan) yaitu :

1. Manussa-yana
2. Deva-yana
3. Sravaka-yana
4. Pratyekabuddha-yana
5. Bodhisattva-yana

Manussa-yana dan Deva-yana merupakan Dharma Duniawi; Sravaka-yana,


Pratyekabuddha-yana dan Bodhisattva-yana merupakan Dharma non Duniawi.
Kita merupakan orang awam di dunia ini, Sang Buddha membabarkan kebenaran
di dunia ini, yakni bagaimana menjadi manusia yang seutuhnya, dan cara untuk
terlahir di Alam Dewa (Surga), kedua Yana ini disebut sebagai Dharma Duniawi,
ini merupakan Dharma yang terpaksa dibabarkan Sang Buddha untuk
menyelamatkan praktisi yang memiliki akar kebijaksanaan yang masih mendasar.
Dharma Duniawi merupakan Dharma yang tidak sempurna.

Buddha Dharma sejati adalah Dharma Non Duniawi, yang dapat keluar dari
samsara, keluar dari enam alam tumimbal lahir. Saya telah berusia 90 tahun lebih,
dalam keseharian juga tidak sanggup bicara panjang lebar, lagi pula
menceramahkan Dharma haruslah sempurna dan tepat sasaran, sesuai dengan akar
kebijaksanaan atau kemampuan pendengarnya, apabila terhadap Pintu Dharma
Tanah Suci ini, kalian tidak memiliki keyakinan, maka buat apa lagi membahas
yang lainnya?
Pintu Dharma Tanah Suci merupakan Pintu Dharma yang sepenuhnya keluar dari
duniawi, tetapi kalian malah salah menggunakannya, hanya menggunakannya
untuk memohon keselamatan keluarga, naik pangkat dan banyak rejeki.

Dharma Non Duniawi terbagi lagi jadi dua, yakni Mahayana dan Theravada.
Aliran Theravada hanya berusaha keluar dari tumimbal lahir, namun ini belumlah
sempurna, Sravaka dan Pratyekabuddha adalah termasuk Theravada. Mereka
hanya memberi manfaat pada diri sendiri, sedangkan untuk mencapai KeBuddhaan,
selain memberi manfaat bagi diri sendiri, juga harus memberi manfaat bagi
makhluk lainnya, Sang Buddha telah sempurna dalam memberi manfaat baik bagi
diri sendiri maupun bagi makhluk lainnya.

Tujuan dari Aliran Mahayana adalah mencapai KeBuddhaan, bila tidak mencapai
KeBuddhaan maka tidak bisa digolongkan sebagai Mahayana. Setelah mencapai
KeBuddhaan barulah bisa dikatakan sebagai sempurna.

Pintu Dharma Tanah Suci adalah Dharma Non Duniawi, termasuk dalam Aliran
Mahayana. Apa yang saya katakan, seluruhnya adalah dipetik dari sutra Buddha,
penjelasan yang ditulis oleh Guru Sesepuh, saya takut kalian salah paham, mengira
kalau saya berbohong dan berlagak pintar, memaksakan diri mengatakan bahwa
Tanah Suci terkategori dalam Mahayana.

Tetapi, apakah saya memahami tentang Tanah Suci? Di dunia ini tidak ada seorang
pun yang memahaminya, bahkan Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka dan Upasika,
semuanya tidak memahaminya. Hanya para Buddha yang dapat memahami Pintu
Dharma Tanah Suci, bahkan Bodhisattva tingkatan ke-10 juga tidak memahaminya,
sedangkan Bodhisattva Calon Buddha yang segera akan mencapai KeBuddhaan,
juga baru memahaminya sedikit.

Maka itu Amitabha Sutra menyebutkan bahwa Pintu Dharma Tanah Suci adalah
“Dharma yang sulit dipercaya”, dimana letak kesulitan untuk mempercayainya?
Pintu Dharma Tanah Suci tampaknya biasa-biasa saja, namun untuk
mengamalkannya adalah tidak biasa, maka itu disebut sebagai Dharma yang sulit
dipercaya.

Lantas apa rahasia yang ada di dalam Pintu Dharma Tanah Suci supaya bisa
berhasil melatihnya? Tidak ada rahasia apapun didalamnya, hanya mengajari anda
bagaimana cara melafalnya, maka anda melafalnya sedemikian rupa.

Hanya dengan melafal “Namo Amituofo” maka sudah dapat berhasil, jadi bukan
dengan praktek ilmu lainnya yang sesat. Dapat melafal Amituofo, hatimu adalah
Amituofo (Buddha Amitabha), sebaliknya bila belajar ilmu sesat, maka hatimu
adalah sesat (Mara).

Ajaran Tanah Suci merupakan ajaran yang sulit dipahami, bukan hanya sulit
dipahami oleh kita saja, bahkan sejak dulu hingga sekarang, bahkan orang India
sendiri juga sedemikian rupa, maka itu Guru Sesepuh berkata : “Hanya para
Buddha yang dapat memahaminya dengan sempurna”.

Sebelum mencapai KeBuddhaan maka sulit memahami Pintu Dharma Tanah Suci.
Beribu-ribu kata yang dilontarkan keluar, kesimpulannya tak lain adalah baik-
baiklah meyakininya, bila sebaliknya tidak baik-baik menyakininya, nyawa
manusia ada pada sehela nafas, meskipun pada akhirnya menyesal dan sadar,
namun apa daya, sesal kemudian tak berguna, sudah tidak sempat lagi, seorang
ksatria juga harus tahu menghargai dan memanfaatkan waktu!

Seorang praktisi membutuhkan waktu tiga asamkheyakalpa besar untuk mencapai


KeBuddhaan, adalah hal yang sulit untuk meraih keberhasilan. Dapat mencapai
usia seratus tahun adalah sangat sulit, meskipun bisa mencapai usia seratus tahun,
juga bagaimana? Begitu bertumimbal lahir, segala sesuatu sudah terlupakan, masih
beruntung kalau masih terlahir jadi manusia, lantas apakah anda juga beruntung
bisa bersua dengan Pintu Dharma Tanah Suci?
Tanpa Pintu Dharma Tanah Suci, apakah anda bisa mencapai KeBuddhaan?
Keisitmewaan dari Pintu Dharma Tanah Suci adalah meraih keberhasilan pada satu
kehidupan sekarang juga, inilah letak perbedaannya dengan pintu Dharma lainnya,
pada kehidupan ini juga dapat terlahir ke Alam Sukhavati.

Di Alam Sukhavati tidak ada tiga alam penderitaan (Alam Binatang, Alam Setan
Kelaparan, Alam Neraka), di sana kita meneruskan melatih diri hingga mencapai
KeBuddhaan. Pintu Dharma yang dapat mengantar para makhluk keluar dari
Triloka (Kamaloka, Rupaloka, Arupaloka) ini, malah ada sebagian orang yang
tidak percaya, kalau tidak yakin, bagaimana bisa melatihnya?

Kata Dharma Master Lianchi

Master Lianchi adalah Guru Sesepuh Aliran Tanah Suci, sebelumnya beliau
belajar Ajaran Dhyana dan telah mencapai pencerahan, kemudian beralih melatih
Pintu Dharma Tanah Suci. Tiga belas Guru Sesepuh Aliran Tanah Suci, selain
Master Yin Guang yang tidak belajar Dhyana, yang lainnya juga belajar Dhyana,
setelah mencapai pencerahan, mereka beralih mempelajari Ajaran Tanah Suci.
Mereka setelah mencapai pencerahan, barulah mengetahui bahwa untuk mencapai
pencerahan adalah hal yang sedemikian sulitnya.

Kebenaran yang terkandung di dalam Ajaran Tanah Suci, kita tidak mampu
memahaminya, maka itu apa yang diucapkan oleh Guru Sesepuh, maka kita
meyakininya begitu saja, seperti kata pepatah, kalau ingin tahu jalan turun gunung,
maka harus bertanya pada orang yang telah berpengalaman.

Kata Dharma berikut ini merupakan kata Dharma dari Master Lianchi yang
diucapkan beliau kepada praktisi Tanah Suci yang sudah belajar selama bertahun-
tahun :
“Melihat para murid baru, yang baru saja mulai menempatkan lafalan
Amituofo di dalam hati, sebelum melafal Amituofo, bentuk-bentuk pikiran yang
bermunculan masih sedikit, tetapi semakin melafal Amituofo semakin banyak
bentuk-bentuk pikiran yang bermunculan, sehingga salah tafsir mengira bahwa
melafal Amituofo tidak bisa membuat pikiran jadi terfokus. Kalian tidak tahu
bahwa bentuk-bentuk pikiran adalah akar samsara sejak kalpa lampau yang tak
terhingga, bagaimana mungkin bisa langsung dikikis hingga tuntas? Ketika pikiran
berkeliaran, justru merupakan momen untuk lebih giat melatih diri, ketika bentuk
pikiran muncul segera melafal Amituofo, lama kelamaan ketrampilan jadi mahir,
dengan sendirinya bentuk-bentuk pikiran takkan bermunculan lagi. Apabila kalian
dapat menyadari bahwa khayalan sendiri begitu berat, untunglah ada sepatah
Amituofo. Ketika tidak melafal Amituofo, sesungguhnya bentuk-bentuk pikiran
lebih banyak bermunculan tanpa henti, apakah diri sendiri dapat menyadarinya?”

Apakah Melafal Amituofo Sulit Menfokuskan Pikiran?

”Melihat para murid baru”, yang dimaksud murid baru di sini bukanlah
praktisi pemula yang baru belajar setahun atau dua tahun, paling tidak sudah
belajar lima atau enam tahun lamanya, praktisi pemula masih belum terkategori
sebagai murid baru, seperti diriku ini boleh dikatakan sebagai murid baru.

Para murid baru ini setiap hari mengikuti Guru Sesepuh belajar, apa yang
diajari Guru Sesepuh, maka begitulah murid mempelajarinya, juga
mengamalkannya sedemikian rupa; sedangkan saya sendiri adalah seorang
Pegawai Negeri Sipil, kalau ada waktu baru belajar, tidak punya waktu maka tidak
belajar, tidak serupa dengan anggota Sangha yang bisa serius mempelajarinya,
mereka belajar 6 atau 7 hari saja sudah melampaui diriku yang harus belajar hingga
setahun lamanya, maka itu saya masih merupakan murid baru. Belajar Ajaran
Buddha adalah bagaikan makan nasi, sehari tiga kali, setiap hari harus makan, jadi
bukan dilahap sekaligus lalu bisa beristirahat berhari-hari.
“Baru saja mulai menempatkan sepatah Amituofo di dalam hati”, melafal
Amituofo tidak hanya di mulut, namun melafalnya di dalam hati.

“Semakin melafal Amituofo, khayalan kian bermunculan”, tidak melafal


Amituofo masih tidak terasa, begitu melafal Amituofo khayalan bermunculan,
semakin melafal, khayalan semakin banyak.

“Lalu menganggap melafal Amituofo tidak mampu mengendalikan pikiran”,


menganggap bahwa melafal Amituofo tiada gunanya, tidak sanggup
mengendalikan hati dan pikiran. Ini bukanlah praktisi pemula, namun merupakan
praktisi yang sudah menguasai teori, dia mengetahui tentang Dharma mengakhiri
samsara, barulah meragukan beberapa patah kata tersebut.

Praktisi sekalian tentunya mengetahui bahwa dengan melafal Amituofo, saat


menjelang ajal, Buddha Amitabha akan datang menjemput, tetapi kalau timbul
keraguan dan kebimbangan, bagaimana bisa berhasil?

Melafal Amituofo bukanlah saat menjelang ajal, Buddha Amitabha baru


datang menjemputmu, tetapi setiap hari Buddha Amitabha juga menjemputmu, ada
disampingmu, di hadapan setiap insan ada Buddha Amitabha. Tetapi apabila mata
hatiku buta, tidak merasakan kehadiranNya, di dalam hatiku tidak menaruh
Buddha Amitabha, tetapi menaruh harta kekayaan, maka Buddha Amitabha juga
tidak berdaya.

Akar dari samsara adalah niat pikiran, kalau tidak ada niat pikiran pasti takkan
ada samsara, asalkan mengenyahkan niat pikiran maka KeBuddhaan akan tercapai.
Tetapi masalahnya setiap orang mempunyai pikiran.
Ajaran Buddha ditujukan untuk menyembuhkan penyakit batin kita, kalau
tidak sakit maka tidak diperlukan obat, penyakit apa yang diderita oleh para
makhluk? Yakni penyakit mengkhayal. Apabila praktisi sekalian sudah tidak
mengkhayal lagi, maka ini sudah berhasil, juga tidak perlu datang mendengar
ceramah lagi.

Tidak melafal Amituofo masih lumayan, tetapi begitu melafal Amituofo, maka
khayalan pun segera bermunculan. Mengetahui bahwa khayalan (bentuk-bentuk
pikiran) adalah akar dan sumber dari samsara, penduduk Planet Bumi tidaklah
banyak, dapat mengetahuinya sudah bagus.

Setelah mengetahui bahwa khayalan merupakan akar samsara, maka janganlah


mengkhayal lagi, juga merupakan hal yang mustahil untuk bisa melakukannya.
Bukan hanya anda yang mustahil bisa melakukannya, bahkan seluruh penduduk
Planet Bumi juga tidak sanggup mewujudkannya.

Buddha Dharma terdiri dari banyak pintu Dharma, namun hanya sepatah
Amituofo yang paling menakjubkan, begitu di hatimu timbul niat pikiran, asalkan
melafal Amituofo maka sudah berhasil.

Begitu khayalan muncul langsung melafal Amituofo, ini merupakan sepatah


kalimat yang paling penting untuk mencapai KeBuddhaan, praktisi Tanah Suci
yang percaya pada kalimat ini tidaklah banyak, maka itu masih mencari-cari
apakah ada metode lainnya yang lebih sakti. Mengira bahwa siang malam cuma
melafal Amituofo, kalau tidak menambah metode lainnya, rasanya masih kurang.

Akibatnya, ketika bertemu saat kritis, sepatah Amituofo jadi tidak efektif,
hanya harta kekayaan yang jadi berguna. Kalau sudah demikian halnya, maka
Buddha Amitabha adalah Buddha Amitabha, sementara kamu adalah kamu.
Sepatah Amituofo adalah sutra Buddha, dan sepatah Amituofo adalah raja
mantra. Dharmakaya Buddha Amitabha ada di mana-mana, tiada tempat yang
tanpa kehadiranNya, tetapi orang awam tidak dapat melihatNya.

Sesungguhnya sepatah Amituofo memiliki manfaat terunggul yang tak


terhingga dan tanpa batas, asalkan mulut melafal dan telinga mendengar suara
lafalan, lama kelamaan ketrampilan akan jadi mahir.

Dalam Buddha Dharma yang terpenting adalah sila, samadhi dan prajna.
Seorang praktisi pertama-tama harus mengamalkan sila, barulah mencapai samadhi,
dengan hati yang tenang takkan muncul bentuk-bentuk pikiran atau khayalan.

Dengan melafal Amituofo, lama kelamaan akan mencapai samadhi, dengan


tercapainya samadhi barulah muncul prajna (kebijaksanaan). Kalau kita melafal
Amituofo belum mencapai samadhi, lantas bagaimana mungkin bisa muncul prajna?
Maka itu saat sekarang masih begitu kebingungan dan ceroboh.

Kalau belum singgah di kedai Konfusius, baik bagi anggota Sangha maupun
umat awam, terlebih dulu hendaknya mempelajari Empat Klasik (the Great
Learning, the Doctrine of the Mean, the Analects of Confucius dan Mencius),
seperti yang disebutkan di dalam Daxue (the Great Learning) : “Setiap manusia
memiliki etika moral yang bersinar terang, lalu menyebarluaskannya pada orang
lain, sehingga setiap insan dapat mengenyahkan kejahatan dan menimbun
kebajikan, bahkan senantiasa mengembangkan dan menyempurnakannya, sehingga
menjadi kebajikan yang sempurna dan selamanya takkan berubah. Setelah
kebajikan ini jadi sempurna, barulah pikiran memiliki kekuatan samadhi; setelah
memiliki kekuatan samadhi, barulah pikiran dapat jadi tenang, takkan sembarangan
berkeliaran; setelah pikiran jadi tenang dan tidak berkeliaran, barulah pikiran dapat
terfokus dan tenteram; setelah pikiran jadi terfokus dan tenteram, barulah dapat
menangani urusan dengan bijaksana; bila dapat berpikir bijaksana barulah dapat
mencapai kondisi batin kebajikan yang sempurna”. Ini serupa dengan yang disebut
di dalam Buddha Dharma sebagai sila, samadhi dan prajna.
Pada masa itu, praktisi yang belajar Ajaran Buddha lebih mudah berhasil
daripada orang jaman sekarang, tempo dulu godaan akan lima nafsu (harta, rupa,
ketenaran, makanan, tidur) masih belum sedahsyat jaman sekarang ini.

Untuk menfokuskan pikiran diperlukan samadhi, praktisi sekalian sudah


belasan tahun melafal Amituofo, mulut anda memang melafal Amituofo, namun
pikiran tak terfokus, Guru Sesepuh berkata : “Mulut melafal Amituofo tapi pikiran
berkeliaran, meskipun sampai tenggorokan pecah juga sia-sia”.

Giat melatih diri adalah ditujukan untuk mencapai samadhi, semua aliran juga
bertujuan mencapai samadhi, ibarat permukaan air haruslah tenang barulah dapat
memantulkan bayangan dengan jelas, sedangkan pintu Dharma lainnya sulit untuk
mencapai samadhi, hanya dengan melafal Amituofo barulah mudah untuk
mewujudkannya.

Berikutnya adalah jawaban mengapa melafal Amituofo tidak bisa


menfokuskan pikiran.

Bentuk-bentuk pikiran adalah akar sumber samsara

“Kalian tidak tahu bahwa bentuk-bentuk pikiran adalah akar samsara sejak
kalpa lampau yang tak terhingga, bagaimana mungkin bisa langsung dikikis hingga
tuntas?”,ini merupakan ucapan yang dilontarkan oleh seorang praktisi
berpengalaman, sejak lahir sampai sekarang, sudah berapa banyak bentuk-bentuk
pikiran? Satu petikan jari ada 60 butir bentuk-bentuk pikiran, sepanjang hidup ada
berapa butir niat pikiran? Sejak kalpa lampau yang tak terhingga, berputar di
lingkaran tumimbal lahir, bentuk-bentuk pikiran kita sudah bisa memenuhi alam
semesta yang tanpa batas ini.
Melafal Amituofo merupakan Pintu Dharma yang mengandalkan dua kekuatan,
yakni kekuatan diri sendiri dan kekuatan Buddha, dapat menghentikan khayalan.
Bentuk-bentuk pikiran ibarat bayangan, dan bayangan-bayangan ini memenuhi
gudang kesadaran (alaya-vijnana), kekuatan dari melafal Amituofo adalah sungguh
besar, dapat melenyapkan bayangan-bayangan yang ada di kesadaran ke-8 kita ini.

Hanya dengan melafal sepatah Amituofo saja, seperti yang disebutkan bahwa
“Dengan hati yang setulusnya melafal sepatah Amituofo, dapat mengeliminasi
delapan miliar kalpa dosa berat samsara”. Kuncinya terletak pada “hati yang
setulusnya”, meskipun bisa mengeliminasi begitu banyak, tapi bentuk-bentuk
pikiran anda jumlahnya seberapa banyak? Ada berpuluhribu, puluhribu, puluhribu
kali delapan miliar kalpa banyaknya, sepatah Amituofo baru bisa mengeliminasi
delapan miliar kalpa, apalagi sekarang masih ada sisa yang banyaknya masih
memenuhi alam semesta.

Apalagi harus dengan hati yang setulusnya melafal sepatah Amituofo baru ada
mukjizatnya, seperti yang dikatakan oleh Guru Sesepuh bahwa sepatah Amituofo
haruslah dilafal dengan hati yang suci barulah bisa menghentikan bentuk pikiran,
barulah menimbulkan mukjizat, kalau cuma melafal di mulut saja, dapat
mengeliminasi berapa banyak?

Akar dari samsara adalah bentuk-bentuk pikiran, ada bentuk pikiran maka ada
klesa (kekotoran batin) yang ditimbulkan oleh pandangan salah dan pemikiran
salah. Kalau sampai hal ini tidak dipahami, bagaimana bisa menemukan kembali
jiwa sejati? Arahat memahaminya maka itu melenyapkan kekotoran batin (klesa)
ini.

Kita tidak mampu melakukannya, barulah menggunakan kekuatan Buddha


Amitabha, tetapi anda melafal Amituofo sambil berkhayal, hatimu tidak
difokuskan di dalam lafalan Amituofo, kalau tidak membangkitkan ketulusan
sepenuhnya maka takkan ada mukjizatnya, bagaimana pula bisa mencabut akar
samsara?

Untuk mencabut akar samsara terlebih dulu harus memutuskan bentuk-bentuk


pikiran, tetapi hal ini tidaklah mudah, lantas bagaimana? Di dalam sutra disebutkan
bahwa : “Membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati”. Kalau membawa
serta karma, bagaimana bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Umpamanya saya sedang berada di luar rumah lalu jatuh ke dalam tumpukan
kotoran sehingga sekujur tubuh kita dipenuhi kotoran, kemudian saya menuju ke
vihara yang berdekatan, pihak vihara tentunya tidak memperbolehkan saya masuk,
mengharuskan saya membersihkan diri dan mencuci bersih pakaianku terlebih dulu,
kalau mandi saja masih lumayan, tapi untuk mencuci pakaian masih harus
menjemur dan menunggu sampai pakaian jadi kering dan sebagainya.

Untunglah saya masih mempunyai cara lain, asalkan tubuhku dibalut dengan
selapis selimut yang indah dan tebal, asalkan baunya tidak tercium maka boleh
masuk ke vihara, inilah yang disebut dengan meredam kekotoran batin (klesa).

Aliran Tanah Suci mengajari praktisi sekalian untuk meredam kekotoran batin,
kalau tidak sanggup meredamnya, maka takkan bisa meraih keberhasilan, apabila
tidak sanggup melenyapkannya maka harus bisa meredamnya, barulah bisa meraih
keberhasilan.

Justru Merupakan Momen Untuk Lebih Giat Melatih Diri

“Ketika pikiran berkeliaran, justru merupakan momen untuk lebih giat melatih
diri”, praktisi sekalian ketika melafal Amituofo pasti merasakan munculnya
bentuk-bentuk pikiran, semakin melafal maka bentuk-bentuk pikiran semakin
banyak bermunculan, sehingga tidak ingin melanjutkan melafal lagi, padahal
sesungguhnya, kalau tidak melafal justru bentuk-bentuk pikiran akan lebih banyak
lagi, ini adalah pikiran yang tidak tercerahkan, begitu sesatnya.

Setiap insan juga sedemikian rupa, melihat tabiat orang lain dengan begitu
jelas, namun malah tidak melihat ke dalam diri sendiri, cuma tahu melihat
kesalahan orang lain, padahal sesungguhnya bila dapat menyadari bentuk-bentuk
pikiran sendiri barulah disebut sebagai paham.

Andaikata begitu melafal Amituofo, pikiran langsung jadi bersih dan suci,
maka buat apa lagi melafal Amituofo? Kalau sudah berhasil maka tak perlu lagi
melafal Amituofo, anda sendiri sudah menjadi Buddha, maka itu dapat menyadari
pikiran sendiri sedang berkeliaran, justru detik inilah merupakan saat yang tepat
untuk tercerahkan.

Ibarat sebatang pohon, di bagian atas adalah daun, di bagian tengah adalah
batang pohon, di bagian akar adalah akar pohon, ketika daun-daun bergoyang, ada
orang yang tidak menyadarinya, bila anda mengatakan bahwa akar pohon lah yang
sedang bergoyang, maka orang itu semakin tidak menyadarinya.

Orang yang dapat mengetahui kesalahan diri sendiri, barulah merupakan orang
yang mulai tercerahkan, sebaliknya bagi orang yang tidak menyadari kesalahan
sendiri, bagaimana bisa tercerahkan?

Akar permasalahan tidak diketahui, bagaimana bisa tercerahkan? Apa yang


disebut sebagai akar sumber pencerahan? Yakni : Janganlah melakukan kejahatan,
perbanyak melakukan kebajikan. Tetapi sebagian orang malah yang baik tidak
dilakukan, bahkan praktisi yang belajar Ajaran Buddha, kebajikan malah sedikit
diperbuat, kejahatan lebih banyak diperbuat.
Belajar Ajaran Buddha adalah belajar untuk tercerahkan, ada orang yang baru
belajar Ajaran Buddha selama beberapa tahun dan mengaku bahwa dirinya sudah
tidak memiliki bentuk-bentuk pikiran lagi, ini sungguh sesatnya bukan main.
Bahkan Bodhisattva tingkatan ke-7 saja masih memiliki bentuk-bentuk pikiran.

Guru Sesepuh berkata : “Tidak takut akan munculnya bentuk-bentuk pikiran,


hanya takutnya terlambat menyadarinya”. Meskipun sudah berpuluh-puluh tahun
belajar Ajaran Buddha, namun juga masih memiliki bentuk-bentuk pikiran, tidak
takut akan munculnya bentuk-bentuk pikiran, hanya takutnya anda tidak menyadari
bahwa itu adalah khayalan semu.

Takutnya setelah bentuk-bentuk pikiran bermunculan, masih juga tidak


menyadarinya, mengira bahwa diri sendiri masih melatih diri, lafalan Amituofo
sudah berubah jadi khayalan, masih juga tidak menyadarinya.

Jangan biarkan bentuk-bentuk pikiran bermunculan seenaknya saja, haruslah


diwaspadai, ibarat menangkap pencuri, ada pencuri yang mencuri masuk ke
rumahmu, setelah anda mengetahuinya, maka anda mengamati gerak-geriknya,
maka pencuri itu takkan berani mencuri barang di rumahmu. Sebaliknya bila sudah
tahu itu adalah pencuri, tapi anda membiarkannya begitu saja, maka sedikit demi
sedikit harta benda di rumah anda akan habis dicurinya.

Maka itu anda harus mengamati, saat bentuk pikiran muncul segera melafal
Amituofo untuk meredamnya, sebersit niat pikiran yang muncul, segera melafal
Amituofo seratus kali, ini adalah saat untuk lebih giat melatih diri.

Maka itu, saat pikiran berkeliaran, justru merupakan saat untuk lebih giat
melatih diri, kalau khayalan tidak muncul maka masih tidak tahu tercerahkan,
masih juga tidak melafal Amituofo!
Melafal Amituofo bukanlah melafal satu kali langsung pikiran bisa jadi tenang,
sepanjang waktu melatih diri, khayalan-khayalan masih saja bisa bermunculan
setiap saat, maka itu sepatah Amituofo hendaknya dilafal berkesinambungan tak
terputus, begitu bentuk pikiran muncul segera melafal Amituofo. Dengan demikian
meskipun tidak sanggup menghapus kekotoran batin (klesa), namun bisa
meredamnya.

“Lama kelamaan ketrampilan jadi mahir, dengan sendirinya bentuk-bentuk


pikiran takkan muncul”. Lafalan Amituofo dan khayalan adalah bagaikan “Asing
dan Akrab”, apa yang seharusnya akrab dengan kita, malah kita anggap sebagai hal
yang asing, sedangkan apa yang patut kita asingkan, malah kita jadikan hal yang
akrab dengan diri kita, asing dan akrab jadi terbalik.

Umpamanya, beras harus dimasak barulah bisa dimakan, buah-buahan juga


harus matang barulah bisa dimakan, bila dimakan mentah akan merusak kesehatan
kita. Membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, semua ini anda akrab dengannya,
tidak perlu berpikir anda sudah bisa melakukannya, bahkan malam hari bermimpi
juga sedang melakukan kejahatan.

Sedangkan melafal Amituofo justru begitu asing bagi anda, kalau tidak
memaksakan diri maka juga takkan pergi melafalnya, belum sampai setengah jam,
pikiran pun melayang dan berkeliaran. Tetapi apabila melafal Amituofo sudah jadi
kebiasaan, maka pencuri-pencuri yang bernama membunuh, mencuri, berzinah,
berbohong serta niat jahat lainnya akan jadi asing.

Belajar Ajaran Buddha kalau tidak menaati sila, masih juga melakukan
membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, maka ini takkan berhasil! Sejak dulu
hingga sekarang, tidak ada Cao Cao (tokoh jahat dalam kisah Samkok) yang bisa
mencapai KeBuddhaan, pasti harus menaati sila, melenyapkan kejahatan, menuruti
jodoh mengeliminasi karma yang telah diperbuat, takkan menciptakan karma baru
lagi, dengan demikian, belajar Ajaran Buddha barulah bisa berhasil.
Tetapi kita sekarang, karma lama masih belum terhapus, tapi yang baru sudah
diciptakan, apakah dengan begini bisa terlahir ke Alam Sukhavati? Di dalam
Amitabha Sutra disebutkan dengan jelas, dengan “pikiran terfokus tak tergoyahkan”
barulah dapat terlahir ke Alam Sukhavati.

“Lama kelamaan ketrampilan jadi mahir”, lafalan Amituofo yang semula asing
bagi kita, perlahan setelah menjadi kebiasaan, maka jadi akrab dengan kita,
sebaliknya tabiat buruk justru kini malah berubah jadi asing dengan diri kita.

“Dengan sendirinya bentuk-bentuk pikiran takkan bermunculan”, meskipun


anda menginginkan khayalan itu muncul, namun juga tidak bisa lagi.

Setelah Melafal Amituofo Menyadari Khayalan Sendiri Begitu Berat

“Apabila kalian dapat menyadari bahwa khayalan sendiri begitu berat,


untunglah ada sepatah Amituofo. Ketika tidak melafal Amituofo, sesungguhnya
bentuk-bentuk pikiran lebih banyak bermunculan tanpa henti, apakah diri sendiri
dapat menyadarinya?”

Setelah melafal Amituofo menyadari bentuk-bentuk pikiran semakin banyak,


ini adalah tercerahkan. Sesungguhnya sebelum melafal Amituofo, justru bentuk-
bentuk pikiran lebih banyak, hanya saja anda tidak menyadarinya. Bodhisattva
tingkatan ke-7 saja masih memiliki bentuk-bentuk pikiran, orang awam bagaimana
tidak memiliki bentuk-bentuk pikiran?

Apabila dapat menyadari bahwa khayalan sendiri begitu berat, untunglah ada
sepatah Amituofo ini, oleh karena pikiran yang melafal Amituofo itu adalah
pikiran benar, selain melafal Amituofo maka bentuk pikiran lainnya adalah
khayalan, tanpa lafalan Amituofo maka selamanya takkan bisa tercerahkan.
Buddha, Bodhisattva, PratyekaBuddha, Sravaka; Pratyekabuddha mencapai
pencerahan dengan usaha sendiri, meskipun tidak membaca sutra Buddha, namun
dirinya sendiri memiliki benih pencerahan, melihat daun melayang jatuh juga bisa
tercerahkan, suciwan sedemikian rupa adalah sangat sedikit jumlahnya.

Sedangkan diri kita ini, sedikitpun tidak tahu tercerahkan, melihat orang lain
meninggal dunia, oleh karena diri sendiri masih belum mati, maka takkan
tercerahkan bahwa diri sendiri suatu saat nanti juga akan mengalami
ketidakkekalan, melihat orang meninggal dunia di hadapan anda, juga masih tidak
tercerahkan, dapat dilihat bahwa pencerahan diri sendiri adalah begitu sulitnya!

Kita bukanlah Pratyekabuddha, hanya bisa meminjam bantuan Buddha


Dharma, mendengar ceramah Dharma, mengajarkan kita mengakhiri samsara,
terlahir ke Alam Sukhavati.

Dapat membangkitkan niat untuk belajar Buddha Dharma, sudah merupakan


pencerahan, ini juga sungguh tidak mudah!

Belajar Ajaran Buddha adalah mengandalkan Buddha Dharma dan bukan


mengandalkan orangnya

Belajar apa saja tentunya harus ada guru yang bijak, guru yang tidak memiliki
pemahaman yang benar, maka akan menghasilkan murid yang tidak berkualitas,
orang jaman dulu berkata : “Belajar pada guru yang bijak”, Buddha Dharma
menyebutkan : “Belajar pada kalyanamitra, menjauhi papamitra”.
Kalau hanya menilai dari penampilan luar, yang bisa mengajari anda rahasia,
mengaku sebagai kalyanamitra di hadapan anda, lalu mengajari anda metode
rahasia dan minta imbalan, maka sesungguhnya ini adalah papamitra.

Kalyanamitra sejati takkan menyimpan rahasia, takkan ada maksud


terselubung, niat buruk, ini barulah disebut sebagai rahasia!

A Mi Tuo Fo barulah merupakan ajaran rahasia, Buddha Sakyamuni hanya


dengan satu huruf “A” sudah menemukan kembali jiwa sejati, sedangkan kita
sendiri, sudah melafal lengkap masih juga belum tercerahkan.

Amitabha Sutra menyebutkan “Melafal Amituofo, pikiran terfokus tak


tergoyahkan”, kalimat inilah merupakan Pintu Dharma Ajaran Rahasia, tapi anda
masih tidak sudi menghendakinya, masih saja suka mencari-cari ilmu sesat lainnya,
suka mencari-cari pada yang minta imbalan.

Minta imbalan mungkin masih merupakan persoalan kecil, tapi kalau terjebak
dalam pengetahuan sesat dan pandangan sesat, maka selamanya akan berputar
dalam roda samsara, takkan memperoleh pembebasan.

Sekarang di dalam masyarakat banyak sekali aliran sesat, seperti belajar


Ajaran Buddha sampai pergi bunuh diri, mengira bahwa dengan bunuh diri bisa
memperoleh pembebasan.

Di sini Master Lianchi menceramahkan bahwa sepatah Amituofo merupakan


rahasia untuk mengakhiri samsara, keluar dari tumimbal lahir, merupakan Dharma
yang sulit diyakini!
Beribu untaian kata yang kami sampaikan, tak lain adalah menjadikan sutra
Buddha sebagai landasan, hanya mengandalkan apa yang tercantum di dalam sutra
Buddha, sedangkan apa yang tidak tercantum di dalam sutra Buddha tidak boleh
dipercaya.

“Melafal Amituofo, pikiran terfokus tak tergoyahkan”, Amitabha Sutra sudah


menyebutkannya dengan begitu jelas, kalau masih juga tidak mau percaya, maka
buat apa anda belajar Buddha Dharma? Ucapan siapa yang anda mau turuti?

Belajar Ajaran Buddha itu haruslah “Mengandalkan Dharma dan tidak


mengandalkan orangnya”, ini merupakan aturan mutlak, meskipun hari ini Buddha
Sakyamuni turun lagi ke dunia untuk meralatnya, kita juga tidak boleh
mengandalkannya, apalagi cuma seorang praktisi senior yang tidak sebanding
dengan Buddha! Siapapun yang mengeluarkan pernyataan yang tidak tercantum
dalam sutra Buddha, semuanya ini tidak boleh dipercaya.

Dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan mencapai Samadhi


Tertinggi Tiada Taranya

Di dalam “Surangama Sutra Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal


Amituofo Dengan Sempurna Tanpa Rintangan” disebutkan bahwa “dengan pikiran
suci melafal Amituofo berkesinambungan”, niat pikiran kita tidak pernah berhenti
bermunculan, tetapi semuanya adalah niat jahat, tidak ada yang baik.

Dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan, sepatah Amituofo


dilafal terus dan tidak boleh terputus, ini merupakan hal yang amat sulit, bahkan
anggota Sangha juga tidak sanggup mewujudkannya, apalagi umat awam.
Pintu Dharma Bodhisattva Mahasthamaprapta adalah “Mengingat dan melafal
Amituofo”, melafal Amituofo itu hendaknya dilakukan berkesinambungan tak
terputus, tapi umat berkeluarga mempunyai banyak urusan, sehingga sulit
menwujudkan siang malam melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus,
praktisi tempo dulu menetapkan sehari harus melafal seratus ribu lafalan,
tujuannya adalah supaya khayalan tidak bermunculan, kita tidak sanggup
melakukannya, tetapi kalau mengingat Amituofo, maka kita dapat melakukannya.

Mengingat Amituofo adalah tidak melupakannya, tak peduli apapun yang kita
kerjakan, kita juga takkan melupakan Amituofo, contohnya minum teh, makan,
juga tidak melupakan Amituofo, segala sesuatu dikerjakan juga tetap ingat pada
Amituofo.

Segala bidang pekerjaan itu tujuannya tak lain untuk cari makan, dari berbagai
segi kegiatan, juga takkan ada yang lupa makan, apabila dapat menggantikan
pikiran makan ini dengan lafalan Amituofo, maka dapat mewujudkan “dengan
pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan”.

Dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus,


“mencapai samadhi”. Melafal Amituofo adalah ditujukan untuk mencapai Samadhi
Pelafalan Amituofo, hal ini tidak diungkapkan dengan jelas di dalam Amitabha
Sutra, oleh karena apabila hal ini disebutkan, maka praktisi sekalian akan merasa
bahwa mencapai samadhi adalah hal yang mustahil.

Di sini Master Lianchi telah mengungkapkan dengan jelas kepada kita


semuanya, melafal Amituofo adalah metode rahasia untuk mencapai samadhi,
kalau tidak mencapai samadhi bagaimana prajna (kebijaksanaan) bisa terbuka?
Bagaimana bisa terlahir ke Alam Sukhavati? Setelah mencapai samadhi barulah
pikiran takkan goyah lagi.
Hari ini rahasia penting telah terungkapkan, maka itu jangan lagi mencari-cari
yang lainnya lagi, hanya satu-satunya Pintu Dharma Tanah Suci yang merupakan
kunci dalam meraih keberhasilan.

~~Selesai~~
Daftar
Pustaka
 
 

正是用功時節
李炳南老居士講述
 
http://www.book853.com/show.aspx?id=442&cid=92 

Arsip  
www.lafalamituofo.blogspot.com 
 

Anda mungkin juga menyukai