Melatih Diri
Dipetik dari :
Ceramah Upasaka Li Bing‐nan
Judul :
正是用功時節
www.smamituofo.blogspot.com
Pintu Dharma Tanah Suci merupakan Pintu Dharma yang sulit dipercaya..............4
Daftar Pustaka..........................................................................................................25
Tahun Baru hanya berlangsung selama dua hari, namun ceramah yang disampaikan
haruslah ada awal dan akhirnya. Selama 30 tahun ini, Asosiasi Lotus Taichung
melatih Aliran Sukhavati, hari ini ceramah yang hendak disampaikan adalah
memetik kata Dharma dari Guru Sesepuh Aliran Sukhavati.
Ceramah tentang Pintu Dharma Tanah Suci telah disampaikan selama 30 tahun ini,
praktisi sekalian tentunya sudah memahaminya, jadi buat apa lagi diceramahkan?
Oleh karena yang kalian ketahui hanyalah kulit luarnya saja.
Di sini kami memetik kata Dharma dari Guru Sesepuh Aliran Sukhavati, Guru
Sesepuh adalah insan yang telah mencapai pencerahan, sedangkan kita hanyalah
orang awam, yang kita ketahui cuma segelintir, ucapan dari Guru Sesepuh
bukanlah teori belaka, namun memiliki makna yang mendalam, tidak boleh
sekedar dibaca dan dilewatkan begitu saja.
Pintu Dharma Tanah Suci merupakan Pintu Dharma yang sulit dipercaya
Belajar Ajaran Buddha, pertama-tama mesti memiliki tujuan, apabila tidak ada
tujuan maka juga takkan ada hasil. Setiap aliran memiliki tujuan masing-masing,
kelihatannya biasa-biasa saja, namun bila dijalankan maka takkan sanggup
menwujudkannya.
Semua ceramah yang disampaikan di Asosiasi Lotus Taichung takkan terpisah dari
Pintu Dharma Tanah Suci, para praktisi yang berada dalam Asosiasi Lotus, dalam
kurun waktu 30 tahun ini, 20 tahun di depan masih tergolong sangat bagus, namun
sayangnya tahun demi tahun kian mengalami kemunduran.
Tempo dulu masih tampak ada hasilnya, saya pernah mengeluarkan dan membaca
kembali artikel-artikel yang ditulis oleh para praktisi pada 20 tahun yang silam,
isinya masih mengandung pengetahuan benar dan pandangan benar, namun
sekarang sudah tidak lagi, lebih banyak yang kacau balau, yang berhasil itu hanya
sedikit.
1. Manussa-yana
2. Deva-yana
3. Sravaka-yana
4. Pratyekabuddha-yana
5. Bodhisattva-yana
Buddha Dharma sejati adalah Dharma Non Duniawi, yang dapat keluar dari
samsara, keluar dari enam alam tumimbal lahir. Saya telah berusia 90 tahun lebih,
dalam keseharian juga tidak sanggup bicara panjang lebar, lagi pula
menceramahkan Dharma haruslah sempurna dan tepat sasaran, sesuai dengan akar
kebijaksanaan atau kemampuan pendengarnya, apabila terhadap Pintu Dharma
Tanah Suci ini, kalian tidak memiliki keyakinan, maka buat apa lagi membahas
yang lainnya?
Pintu Dharma Tanah Suci merupakan Pintu Dharma yang sepenuhnya keluar dari
duniawi, tetapi kalian malah salah menggunakannya, hanya menggunakannya
untuk memohon keselamatan keluarga, naik pangkat dan banyak rejeki.
Dharma Non Duniawi terbagi lagi jadi dua, yakni Mahayana dan Theravada.
Aliran Theravada hanya berusaha keluar dari tumimbal lahir, namun ini belumlah
sempurna, Sravaka dan Pratyekabuddha adalah termasuk Theravada. Mereka
hanya memberi manfaat pada diri sendiri, sedangkan untuk mencapai KeBuddhaan,
selain memberi manfaat bagi diri sendiri, juga harus memberi manfaat bagi
makhluk lainnya, Sang Buddha telah sempurna dalam memberi manfaat baik bagi
diri sendiri maupun bagi makhluk lainnya.
Tujuan dari Aliran Mahayana adalah mencapai KeBuddhaan, bila tidak mencapai
KeBuddhaan maka tidak bisa digolongkan sebagai Mahayana. Setelah mencapai
KeBuddhaan barulah bisa dikatakan sebagai sempurna.
Pintu Dharma Tanah Suci adalah Dharma Non Duniawi, termasuk dalam Aliran
Mahayana. Apa yang saya katakan, seluruhnya adalah dipetik dari sutra Buddha,
penjelasan yang ditulis oleh Guru Sesepuh, saya takut kalian salah paham, mengira
kalau saya berbohong dan berlagak pintar, memaksakan diri mengatakan bahwa
Tanah Suci terkategori dalam Mahayana.
Tetapi, apakah saya memahami tentang Tanah Suci? Di dunia ini tidak ada seorang
pun yang memahaminya, bahkan Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka dan Upasika,
semuanya tidak memahaminya. Hanya para Buddha yang dapat memahami Pintu
Dharma Tanah Suci, bahkan Bodhisattva tingkatan ke-10 juga tidak memahaminya,
sedangkan Bodhisattva Calon Buddha yang segera akan mencapai KeBuddhaan,
juga baru memahaminya sedikit.
Maka itu Amitabha Sutra menyebutkan bahwa Pintu Dharma Tanah Suci adalah
“Dharma yang sulit dipercaya”, dimana letak kesulitan untuk mempercayainya?
Pintu Dharma Tanah Suci tampaknya biasa-biasa saja, namun untuk
mengamalkannya adalah tidak biasa, maka itu disebut sebagai Dharma yang sulit
dipercaya.
Lantas apa rahasia yang ada di dalam Pintu Dharma Tanah Suci supaya bisa
berhasil melatihnya? Tidak ada rahasia apapun didalamnya, hanya mengajari anda
bagaimana cara melafalnya, maka anda melafalnya sedemikian rupa.
Hanya dengan melafal “Namo Amituofo” maka sudah dapat berhasil, jadi bukan
dengan praktek ilmu lainnya yang sesat. Dapat melafal Amituofo, hatimu adalah
Amituofo (Buddha Amitabha), sebaliknya bila belajar ilmu sesat, maka hatimu
adalah sesat (Mara).
Ajaran Tanah Suci merupakan ajaran yang sulit dipahami, bukan hanya sulit
dipahami oleh kita saja, bahkan sejak dulu hingga sekarang, bahkan orang India
sendiri juga sedemikian rupa, maka itu Guru Sesepuh berkata : “Hanya para
Buddha yang dapat memahaminya dengan sempurna”.
Sebelum mencapai KeBuddhaan maka sulit memahami Pintu Dharma Tanah Suci.
Beribu-ribu kata yang dilontarkan keluar, kesimpulannya tak lain adalah baik-
baiklah meyakininya, bila sebaliknya tidak baik-baik menyakininya, nyawa
manusia ada pada sehela nafas, meskipun pada akhirnya menyesal dan sadar,
namun apa daya, sesal kemudian tak berguna, sudah tidak sempat lagi, seorang
ksatria juga harus tahu menghargai dan memanfaatkan waktu!
Di Alam Sukhavati tidak ada tiga alam penderitaan (Alam Binatang, Alam Setan
Kelaparan, Alam Neraka), di sana kita meneruskan melatih diri hingga mencapai
KeBuddhaan. Pintu Dharma yang dapat mengantar para makhluk keluar dari
Triloka (Kamaloka, Rupaloka, Arupaloka) ini, malah ada sebagian orang yang
tidak percaya, kalau tidak yakin, bagaimana bisa melatihnya?
Master Lianchi adalah Guru Sesepuh Aliran Tanah Suci, sebelumnya beliau
belajar Ajaran Dhyana dan telah mencapai pencerahan, kemudian beralih melatih
Pintu Dharma Tanah Suci. Tiga belas Guru Sesepuh Aliran Tanah Suci, selain
Master Yin Guang yang tidak belajar Dhyana, yang lainnya juga belajar Dhyana,
setelah mencapai pencerahan, mereka beralih mempelajari Ajaran Tanah Suci.
Mereka setelah mencapai pencerahan, barulah mengetahui bahwa untuk mencapai
pencerahan adalah hal yang sedemikian sulitnya.
Kebenaran yang terkandung di dalam Ajaran Tanah Suci, kita tidak mampu
memahaminya, maka itu apa yang diucapkan oleh Guru Sesepuh, maka kita
meyakininya begitu saja, seperti kata pepatah, kalau ingin tahu jalan turun gunung,
maka harus bertanya pada orang yang telah berpengalaman.
Kata Dharma berikut ini merupakan kata Dharma dari Master Lianchi yang
diucapkan beliau kepada praktisi Tanah Suci yang sudah belajar selama bertahun-
tahun :
“Melihat para murid baru, yang baru saja mulai menempatkan lafalan
Amituofo di dalam hati, sebelum melafal Amituofo, bentuk-bentuk pikiran yang
bermunculan masih sedikit, tetapi semakin melafal Amituofo semakin banyak
bentuk-bentuk pikiran yang bermunculan, sehingga salah tafsir mengira bahwa
melafal Amituofo tidak bisa membuat pikiran jadi terfokus. Kalian tidak tahu
bahwa bentuk-bentuk pikiran adalah akar samsara sejak kalpa lampau yang tak
terhingga, bagaimana mungkin bisa langsung dikikis hingga tuntas? Ketika pikiran
berkeliaran, justru merupakan momen untuk lebih giat melatih diri, ketika bentuk
pikiran muncul segera melafal Amituofo, lama kelamaan ketrampilan jadi mahir,
dengan sendirinya bentuk-bentuk pikiran takkan bermunculan lagi. Apabila kalian
dapat menyadari bahwa khayalan sendiri begitu berat, untunglah ada sepatah
Amituofo. Ketika tidak melafal Amituofo, sesungguhnya bentuk-bentuk pikiran
lebih banyak bermunculan tanpa henti, apakah diri sendiri dapat menyadarinya?”
”Melihat para murid baru”, yang dimaksud murid baru di sini bukanlah
praktisi pemula yang baru belajar setahun atau dua tahun, paling tidak sudah
belajar lima atau enam tahun lamanya, praktisi pemula masih belum terkategori
sebagai murid baru, seperti diriku ini boleh dikatakan sebagai murid baru.
Para murid baru ini setiap hari mengikuti Guru Sesepuh belajar, apa yang
diajari Guru Sesepuh, maka begitulah murid mempelajarinya, juga
mengamalkannya sedemikian rupa; sedangkan saya sendiri adalah seorang
Pegawai Negeri Sipil, kalau ada waktu baru belajar, tidak punya waktu maka tidak
belajar, tidak serupa dengan anggota Sangha yang bisa serius mempelajarinya,
mereka belajar 6 atau 7 hari saja sudah melampaui diriku yang harus belajar hingga
setahun lamanya, maka itu saya masih merupakan murid baru. Belajar Ajaran
Buddha adalah bagaikan makan nasi, sehari tiga kali, setiap hari harus makan, jadi
bukan dilahap sekaligus lalu bisa beristirahat berhari-hari.
“Baru saja mulai menempatkan sepatah Amituofo di dalam hati”, melafal
Amituofo tidak hanya di mulut, namun melafalnya di dalam hati.
Akar dari samsara adalah niat pikiran, kalau tidak ada niat pikiran pasti takkan
ada samsara, asalkan mengenyahkan niat pikiran maka KeBuddhaan akan tercapai.
Tetapi masalahnya setiap orang mempunyai pikiran.
Ajaran Buddha ditujukan untuk menyembuhkan penyakit batin kita, kalau
tidak sakit maka tidak diperlukan obat, penyakit apa yang diderita oleh para
makhluk? Yakni penyakit mengkhayal. Apabila praktisi sekalian sudah tidak
mengkhayal lagi, maka ini sudah berhasil, juga tidak perlu datang mendengar
ceramah lagi.
Tidak melafal Amituofo masih lumayan, tetapi begitu melafal Amituofo, maka
khayalan pun segera bermunculan. Mengetahui bahwa khayalan (bentuk-bentuk
pikiran) adalah akar dan sumber dari samsara, penduduk Planet Bumi tidaklah
banyak, dapat mengetahuinya sudah bagus.
Buddha Dharma terdiri dari banyak pintu Dharma, namun hanya sepatah
Amituofo yang paling menakjubkan, begitu di hatimu timbul niat pikiran, asalkan
melafal Amituofo maka sudah berhasil.
Akibatnya, ketika bertemu saat kritis, sepatah Amituofo jadi tidak efektif,
hanya harta kekayaan yang jadi berguna. Kalau sudah demikian halnya, maka
Buddha Amitabha adalah Buddha Amitabha, sementara kamu adalah kamu.
Sepatah Amituofo adalah sutra Buddha, dan sepatah Amituofo adalah raja
mantra. Dharmakaya Buddha Amitabha ada di mana-mana, tiada tempat yang
tanpa kehadiranNya, tetapi orang awam tidak dapat melihatNya.
Dalam Buddha Dharma yang terpenting adalah sila, samadhi dan prajna.
Seorang praktisi pertama-tama harus mengamalkan sila, barulah mencapai samadhi,
dengan hati yang tenang takkan muncul bentuk-bentuk pikiran atau khayalan.
Kalau belum singgah di kedai Konfusius, baik bagi anggota Sangha maupun
umat awam, terlebih dulu hendaknya mempelajari Empat Klasik (the Great
Learning, the Doctrine of the Mean, the Analects of Confucius dan Mencius),
seperti yang disebutkan di dalam Daxue (the Great Learning) : “Setiap manusia
memiliki etika moral yang bersinar terang, lalu menyebarluaskannya pada orang
lain, sehingga setiap insan dapat mengenyahkan kejahatan dan menimbun
kebajikan, bahkan senantiasa mengembangkan dan menyempurnakannya, sehingga
menjadi kebajikan yang sempurna dan selamanya takkan berubah. Setelah
kebajikan ini jadi sempurna, barulah pikiran memiliki kekuatan samadhi; setelah
memiliki kekuatan samadhi, barulah pikiran dapat jadi tenang, takkan sembarangan
berkeliaran; setelah pikiran jadi tenang dan tidak berkeliaran, barulah pikiran dapat
terfokus dan tenteram; setelah pikiran jadi terfokus dan tenteram, barulah dapat
menangani urusan dengan bijaksana; bila dapat berpikir bijaksana barulah dapat
mencapai kondisi batin kebajikan yang sempurna”. Ini serupa dengan yang disebut
di dalam Buddha Dharma sebagai sila, samadhi dan prajna.
Pada masa itu, praktisi yang belajar Ajaran Buddha lebih mudah berhasil
daripada orang jaman sekarang, tempo dulu godaan akan lima nafsu (harta, rupa,
ketenaran, makanan, tidur) masih belum sedahsyat jaman sekarang ini.
Giat melatih diri adalah ditujukan untuk mencapai samadhi, semua aliran juga
bertujuan mencapai samadhi, ibarat permukaan air haruslah tenang barulah dapat
memantulkan bayangan dengan jelas, sedangkan pintu Dharma lainnya sulit untuk
mencapai samadhi, hanya dengan melafal Amituofo barulah mudah untuk
mewujudkannya.
“Kalian tidak tahu bahwa bentuk-bentuk pikiran adalah akar samsara sejak
kalpa lampau yang tak terhingga, bagaimana mungkin bisa langsung dikikis hingga
tuntas?”,ini merupakan ucapan yang dilontarkan oleh seorang praktisi
berpengalaman, sejak lahir sampai sekarang, sudah berapa banyak bentuk-bentuk
pikiran? Satu petikan jari ada 60 butir bentuk-bentuk pikiran, sepanjang hidup ada
berapa butir niat pikiran? Sejak kalpa lampau yang tak terhingga, berputar di
lingkaran tumimbal lahir, bentuk-bentuk pikiran kita sudah bisa memenuhi alam
semesta yang tanpa batas ini.
Melafal Amituofo merupakan Pintu Dharma yang mengandalkan dua kekuatan,
yakni kekuatan diri sendiri dan kekuatan Buddha, dapat menghentikan khayalan.
Bentuk-bentuk pikiran ibarat bayangan, dan bayangan-bayangan ini memenuhi
gudang kesadaran (alaya-vijnana), kekuatan dari melafal Amituofo adalah sungguh
besar, dapat melenyapkan bayangan-bayangan yang ada di kesadaran ke-8 kita ini.
Hanya dengan melafal sepatah Amituofo saja, seperti yang disebutkan bahwa
“Dengan hati yang setulusnya melafal sepatah Amituofo, dapat mengeliminasi
delapan miliar kalpa dosa berat samsara”. Kuncinya terletak pada “hati yang
setulusnya”, meskipun bisa mengeliminasi begitu banyak, tapi bentuk-bentuk
pikiran anda jumlahnya seberapa banyak? Ada berpuluhribu, puluhribu, puluhribu
kali delapan miliar kalpa banyaknya, sepatah Amituofo baru bisa mengeliminasi
delapan miliar kalpa, apalagi sekarang masih ada sisa yang banyaknya masih
memenuhi alam semesta.
Apalagi harus dengan hati yang setulusnya melafal sepatah Amituofo baru ada
mukjizatnya, seperti yang dikatakan oleh Guru Sesepuh bahwa sepatah Amituofo
haruslah dilafal dengan hati yang suci barulah bisa menghentikan bentuk pikiran,
barulah menimbulkan mukjizat, kalau cuma melafal di mulut saja, dapat
mengeliminasi berapa banyak?
Akar dari samsara adalah bentuk-bentuk pikiran, ada bentuk pikiran maka ada
klesa (kekotoran batin) yang ditimbulkan oleh pandangan salah dan pemikiran
salah. Kalau sampai hal ini tidak dipahami, bagaimana bisa menemukan kembali
jiwa sejati? Arahat memahaminya maka itu melenyapkan kekotoran batin (klesa)
ini.
Umpamanya saya sedang berada di luar rumah lalu jatuh ke dalam tumpukan
kotoran sehingga sekujur tubuh kita dipenuhi kotoran, kemudian saya menuju ke
vihara yang berdekatan, pihak vihara tentunya tidak memperbolehkan saya masuk,
mengharuskan saya membersihkan diri dan mencuci bersih pakaianku terlebih dulu,
kalau mandi saja masih lumayan, tapi untuk mencuci pakaian masih harus
menjemur dan menunggu sampai pakaian jadi kering dan sebagainya.
Untunglah saya masih mempunyai cara lain, asalkan tubuhku dibalut dengan
selapis selimut yang indah dan tebal, asalkan baunya tidak tercium maka boleh
masuk ke vihara, inilah yang disebut dengan meredam kekotoran batin (klesa).
Aliran Tanah Suci mengajari praktisi sekalian untuk meredam kekotoran batin,
kalau tidak sanggup meredamnya, maka takkan bisa meraih keberhasilan, apabila
tidak sanggup melenyapkannya maka harus bisa meredamnya, barulah bisa meraih
keberhasilan.
“Ketika pikiran berkeliaran, justru merupakan momen untuk lebih giat melatih
diri”, praktisi sekalian ketika melafal Amituofo pasti merasakan munculnya
bentuk-bentuk pikiran, semakin melafal maka bentuk-bentuk pikiran semakin
banyak bermunculan, sehingga tidak ingin melanjutkan melafal lagi, padahal
sesungguhnya, kalau tidak melafal justru bentuk-bentuk pikiran akan lebih banyak
lagi, ini adalah pikiran yang tidak tercerahkan, begitu sesatnya.
Setiap insan juga sedemikian rupa, melihat tabiat orang lain dengan begitu
jelas, namun malah tidak melihat ke dalam diri sendiri, cuma tahu melihat
kesalahan orang lain, padahal sesungguhnya bila dapat menyadari bentuk-bentuk
pikiran sendiri barulah disebut sebagai paham.
Andaikata begitu melafal Amituofo, pikiran langsung jadi bersih dan suci,
maka buat apa lagi melafal Amituofo? Kalau sudah berhasil maka tak perlu lagi
melafal Amituofo, anda sendiri sudah menjadi Buddha, maka itu dapat menyadari
pikiran sendiri sedang berkeliaran, justru detik inilah merupakan saat yang tepat
untuk tercerahkan.
Ibarat sebatang pohon, di bagian atas adalah daun, di bagian tengah adalah
batang pohon, di bagian akar adalah akar pohon, ketika daun-daun bergoyang, ada
orang yang tidak menyadarinya, bila anda mengatakan bahwa akar pohon lah yang
sedang bergoyang, maka orang itu semakin tidak menyadarinya.
Orang yang dapat mengetahui kesalahan diri sendiri, barulah merupakan orang
yang mulai tercerahkan, sebaliknya bagi orang yang tidak menyadari kesalahan
sendiri, bagaimana bisa tercerahkan?
Maka itu anda harus mengamati, saat bentuk pikiran muncul segera melafal
Amituofo untuk meredamnya, sebersit niat pikiran yang muncul, segera melafal
Amituofo seratus kali, ini adalah saat untuk lebih giat melatih diri.
Maka itu, saat pikiran berkeliaran, justru merupakan saat untuk lebih giat
melatih diri, kalau khayalan tidak muncul maka masih tidak tahu tercerahkan,
masih juga tidak melafal Amituofo!
Melafal Amituofo bukanlah melafal satu kali langsung pikiran bisa jadi tenang,
sepanjang waktu melatih diri, khayalan-khayalan masih saja bisa bermunculan
setiap saat, maka itu sepatah Amituofo hendaknya dilafal berkesinambungan tak
terputus, begitu bentuk pikiran muncul segera melafal Amituofo. Dengan demikian
meskipun tidak sanggup menghapus kekotoran batin (klesa), namun bisa
meredamnya.
Sedangkan melafal Amituofo justru begitu asing bagi anda, kalau tidak
memaksakan diri maka juga takkan pergi melafalnya, belum sampai setengah jam,
pikiran pun melayang dan berkeliaran. Tetapi apabila melafal Amituofo sudah jadi
kebiasaan, maka pencuri-pencuri yang bernama membunuh, mencuri, berzinah,
berbohong serta niat jahat lainnya akan jadi asing.
Belajar Ajaran Buddha kalau tidak menaati sila, masih juga melakukan
membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, maka ini takkan berhasil! Sejak dulu
hingga sekarang, tidak ada Cao Cao (tokoh jahat dalam kisah Samkok) yang bisa
mencapai KeBuddhaan, pasti harus menaati sila, melenyapkan kejahatan, menuruti
jodoh mengeliminasi karma yang telah diperbuat, takkan menciptakan karma baru
lagi, dengan demikian, belajar Ajaran Buddha barulah bisa berhasil.
Tetapi kita sekarang, karma lama masih belum terhapus, tapi yang baru sudah
diciptakan, apakah dengan begini bisa terlahir ke Alam Sukhavati? Di dalam
Amitabha Sutra disebutkan dengan jelas, dengan “pikiran terfokus tak tergoyahkan”
barulah dapat terlahir ke Alam Sukhavati.
“Lama kelamaan ketrampilan jadi mahir”, lafalan Amituofo yang semula asing
bagi kita, perlahan setelah menjadi kebiasaan, maka jadi akrab dengan kita,
sebaliknya tabiat buruk justru kini malah berubah jadi asing dengan diri kita.
Apabila dapat menyadari bahwa khayalan sendiri begitu berat, untunglah ada
sepatah Amituofo ini, oleh karena pikiran yang melafal Amituofo itu adalah
pikiran benar, selain melafal Amituofo maka bentuk pikiran lainnya adalah
khayalan, tanpa lafalan Amituofo maka selamanya takkan bisa tercerahkan.
Buddha, Bodhisattva, PratyekaBuddha, Sravaka; Pratyekabuddha mencapai
pencerahan dengan usaha sendiri, meskipun tidak membaca sutra Buddha, namun
dirinya sendiri memiliki benih pencerahan, melihat daun melayang jatuh juga bisa
tercerahkan, suciwan sedemikian rupa adalah sangat sedikit jumlahnya.
Sedangkan diri kita ini, sedikitpun tidak tahu tercerahkan, melihat orang lain
meninggal dunia, oleh karena diri sendiri masih belum mati, maka takkan
tercerahkan bahwa diri sendiri suatu saat nanti juga akan mengalami
ketidakkekalan, melihat orang meninggal dunia di hadapan anda, juga masih tidak
tercerahkan, dapat dilihat bahwa pencerahan diri sendiri adalah begitu sulitnya!
Belajar apa saja tentunya harus ada guru yang bijak, guru yang tidak memiliki
pemahaman yang benar, maka akan menghasilkan murid yang tidak berkualitas,
orang jaman dulu berkata : “Belajar pada guru yang bijak”, Buddha Dharma
menyebutkan : “Belajar pada kalyanamitra, menjauhi papamitra”.
Kalau hanya menilai dari penampilan luar, yang bisa mengajari anda rahasia,
mengaku sebagai kalyanamitra di hadapan anda, lalu mengajari anda metode
rahasia dan minta imbalan, maka sesungguhnya ini adalah papamitra.
Minta imbalan mungkin masih merupakan persoalan kecil, tapi kalau terjebak
dalam pengetahuan sesat dan pandangan sesat, maka selamanya akan berputar
dalam roda samsara, takkan memperoleh pembebasan.
Mengingat Amituofo adalah tidak melupakannya, tak peduli apapun yang kita
kerjakan, kita juga takkan melupakan Amituofo, contohnya minum teh, makan,
juga tidak melupakan Amituofo, segala sesuatu dikerjakan juga tetap ingat pada
Amituofo.
Segala bidang pekerjaan itu tujuannya tak lain untuk cari makan, dari berbagai
segi kegiatan, juga takkan ada yang lupa makan, apabila dapat menggantikan
pikiran makan ini dengan lafalan Amituofo, maka dapat mewujudkan “dengan
pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan”.
~~Selesai~~
Daftar
Pustaka
正是用功時節
李炳南老居士講述
http://www.book853.com/show.aspx?id=442&cid=92
Arsip
www.lafalamituofo.blogspot.com