Wejangan Swami atau kitab suci lain dapat digunakan. Ambillah suatu
topik atau pokok pembicaraan. Setiap orang harus memikirkannya,
kemudian diskusikan, dan dapatkan titik akhir yang mengurangi keraguan.
Jika yang membaca hanya satu orang, hanya satu makna yang akan didapat.
Setelah semua pendapat dan semua kesalahpahaman dikeluarkan dan
dijelaskan, anggota kelompok belajar akan mendapat keyakinan. Hal ini
tidak dapat disangsikan lagi. Jika setiap orang hanya membaca, ini bisa
berlangsung setahun atau dua tahun, kemudian akan timbul alergi
membaca. Center-center harus mempunyai studi grup dengan cara ini, dan
tidak seorang pun merasakan waktu berlalu. Setiap orang akan
mendengarkan dengan penuh minat dan banyak yang akan mengutarakan
pendapatnya. Kitab Injil, Quran, Gita, dan buku-buku Swami bisa digunakan.
Yang diperlukan yaitu kelompok belajar. Berputar. Setiap orang harus
mendapat kesempatan. (Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba,
oleh: John Hislop, halaman 154)
Didalam study circle kalian dapat mempelajari berbagai hal, tapi yang
paling penting diatas segalanya yang harus dipelajari adalah kenyataan
sejatimu—Atmathathwa-mu. Mempelajari segala hal luaran tanpa
mengetahui dirimu yang sesungguhnya adalah seperti mempelajari batang-
batang dari pepohonan, mengabaikan akarnya. Ada banyak buah diatas
pohon. Kita dapat melihat buah tersebut. Apa yang terjadi jika kalian
menyirami buah tersebut? Mereka akan jatuh. Tapi jika kalian menyirami
akarnya yang berada di bawah, pohon akan menjadi penuh bunga dan akan
memberikan kita buah yang dapat kita nikmati. Engkau sekalian harus
mengembangkan pengetahuan Diri sejati dan kepercayaan Diri dan hanya
dengan demikian engkau dapat menolong orang lain.
Pembawa acara bisa siapa saja. Menjadi pembawa acara yang baik
membutuhkan latihan, merupakan suatu keahlian yang perlu dipelajari.
Dibawah ada beberapa point (topik) yang dapat dipakai dalam study circle,
daftar ini hanya sebagai ilustrasi:
STUDY CIRCLE
Topik : Pelayanan
Notulen : Adi W
Suwedha : hal yang terpenting dalam seva adalah jujur dalam seva
Adi : seva saat dimana kita bisa memberi saat kita tidak punya
Bli sukadana : seva adalah pelaynan dengan cinta kasih untuk mengikis
ego dengan dedikasi
Sang Ayu : kegiatan apapun yang kita lakukan dengan tulus iklas
kepada Tuhan
Gung Alit : kita harus melayani Ibu kita, karena menurut Bhagavan
melayani Ibu kita sendiri sama saja dengan melayani 10 ibu
diluar. Pelayanan harus dimulai dari diri sendiri
Mega : untuk mengendalikan ego dan manfaatnya untuk
menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada orang lain.
Suwedha : kendala pasti akan selalu ada dalam seva. Kita harus jujur
pada diri sendiri untuk melakukan seva jangn mencari
pembenar dalam melakukan seva. Salah satu cara untuk
seva pada orang tua adalah sujud kepada orang tua.
STUDY CIRCLE
10 Mei 2009
1 (sister wahyuningsih):
Spiritual :
2 (vika)
3 (tude)
Spiritual : spirit-jiwa, ritual-kegiatan, segala kegiatan yang mengarah ke
jiwa/ Tuhan
Kejujuran : sathyam-kebenaran, suatu hal yang keluar dari hati nurani kita
sendiri
4 (bro alit)
5 (bro sudana)
Kejujuran : segala sesuatu yang kita lakukan berdasarkan hati nurani, bukan
pikiran
6 (bro suwede)
7 (bro Adi)
8 (uncle)
9 (bro
10 (sister Surpi)
Spiritual
Ahimsa
Pengendalian diri
11 (sister
Kejujuran : tentang rasa cinta yang terpendam kepada orang lain, tapi orang
lain yang sudah punya cewek
12 (Trisna)
Kejujuran : bagai makan buah simalakama, bagaimana jika kita jujur tapi
bisa menyakiti perasaan orang lain, bagaimana sikap kita?
Spiritual : bagaimana kita bisa melihat Tuhan didalam diri dan orang lain
• Apakah saya hanya melayani atau saya hanya mengalami apa yang
terjadi disekitar saya?
• Bisakah saya menantang pikiran saya untuk melihat manfaat yang
bersifat Keilahian dari kegiatan itu?
• Bisakah saya lebih mebuka diri saat berhubungan dengan lingkungan
atau seseorang? Bisakah saya tidak hanya bersimpati, tetapi
berempati dengan baik?
• Apa yang bisa saya pelajari dari kegiatan ini? Sudahkah saya benar-
benar berkembang/ meningkat?
• Dengan jalan apa saya mendapat manfaat dari pelayanan? Bagaimana
saya bisa meningkatkannya?
• Bisakah saya melanjutkan hal itu? Bisakah saya mempertahankanya?
Svami sering mengatkan kita melayani umat manusia hanya untuk melayani
diri kita. Mari sadari hal ini dan jadikan ini titik fokus selama semua fase
kegiatan pelayanan. (terjemahan sebuah artikel dari www.saiyouth.org)
(Svami Vivekananda)
***^_^***
“Di masa kini dijabarkan dalam kitab suci bahwa masa ini adalah masa yang
paling tepat untuk memperoleh Pembebasan, sementara di masa lalu
dianjurkan melalui jalur penebusan dosa, kini di masa Kali Yuga, hanya
dibutuhkan Namasmaranam untuk mencapai Pembebasan. Saat Nama
Tuhan diingat dengan segala kejayaan-Nya, banjir kebahagiaan rohani akan
memenuhi pikiran. Tuhan penuh dengan kebahagiaan dan Ia adalah
kebahagiaan itu sendiri. Semua Kebahagaiaan ini hanya dapat dicicipi
melalui Nama Suci Tuhan. Rsi Vyasa mengetahui hal ini, pernah seorang
bijak datang kepadanya untuk bertanya, Yuga mana yang paling tepat agar
usaha manusia memperoleh Pembebasan tercapai. Vyasa mengantisipasi
pertanyaan itu dengan berkata sendiri dengan kerasnya, “Oh betapa
beruntungnya mereka yang lahir di jaman Kali Yuga! Sangatlah mudah
mendapatkan Karunia Tuhan dengan menyebut nama suci Tuhan di Jaman
Kali.”
****^-^****
“Japa dan Dhyanam berarti kau bisa memaksa Karunia Tuhan mewujud
dalam wujud dan Nama Tuhan yang kau rindukan. Tuhan akan mengambil
wujud sesuai dengan wujud yang kau pilih dan bayangkan. Oleh karenanya
jangan mengubah Wujud dan Nama Tuhanmu, tetapi teguhlah pada Wujud
dan Nama Tuhan yang paling kau sukai, tak peduli betapapun besar
kesulitan dan rintangannya.”
****^-^****
****^-^****
****^-^****
Ingatlah bahwa Tuhan itu satu, tujuan dari hidup adalah satu,
kebenaran adalah satu, dan cinta adalah satu. Milikilah keyakinan yang
teguh akan hal ini. Pahamilah prinsip kesatuan ini dan berpegang teguhlah
padanya. Sehingga, dimanapun engkau mungkin berada, apakah di dalam
hutan atau di angkasa, di kota atau di desa, pada puncak gunung ataupun di
dalam lautan, Tuhan pasti akan menjagamu. Tidak seorangpun memiliki hak
untuk menyangkal keberadaan Tuhanmu.
Pengertian/ pemahaman
Hislp : Tetapi Swami orang melihat hal lain. Setiap keinginan selalu
menyatakan diri sebagai “AKU” walaupun sama sekali bertentangan
dengan keinginan pada masa lalu atau mendatang.
Sai : Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah ego
yang selalu menyamakan dirinya dengan “aku”, dan “AKU” yang
lain adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang
saksi itu, “aku” yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia
tidak terlalu berarti.
Ketika kita memukul atau menyebabkan seseorang atau mahluk terluka, kita
membenarkan hal itu sebagai sesuatu yang tepat dan seharusnya terjadi;
tetapi ketika seseorang atau mahluk memukul atau menyakiti kita, kita
memberontak dan menyebutnya sebagai suatu kesalahan dan oleh
karenanya dapat dihukum (dibalas). Segala penilaian kita (yang seperti
diatas) adalah berdasarkan ego.
Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Inilah yang
dikatakan ego, “aku harus melakukan ini, aku harus mendapatkan semua ini.
Engkau harus tahu bahwa “aku” hanyalah alat Tuhan. Seperti halnya kipas
adalah sebuah alat, engkau adalah alat Tuhan.
Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang
Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari
percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan
memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada
saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi
tak berkutik.
Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memunculkan Divinity yang laten ada di
dalam diri setiap orang. Cinta-kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam cinta-
kasih. Cinta-kasih bersifat pemberi dan pemaaf; sedangkan self (diri/
ego) bersifat menerima dan melupakan. Cinta-kasih bersifat tanpa
pamrih. Jangnanlah menghabiskan sisa kehidupanmu dengan
membiarkan dirimu tunduk terhadap kepentingan self (diri/ ego)!
Cintailah! Cintailah! Jadilah dirimu yang sejati, yaitu sebagai perwujudan
cinta-kasih. Tanpa peduli bagaimana perlakuan atau pemikiran orang
lain terhadap dirimu, engkau tidak perlu terlalu
mengkhawatirkannya sama sekali. Hatimu yang bersinar dengan cinta-
kasih sudah menjadi cinta-kasih Tuhan. Ingatlah selalu, “Aku adalah Tuhan.”
Di hari engkau melihat dirimu sebagai Tuhan, maka itu berarti engkau sudah
menjadi diri-Nya.
Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008
Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri
kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada
kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila
seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya
dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut
campur.
(Diambil dari buku Percakapan dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba,
halaman 161)
EGO (2)
Manas ada di dalam kepala, buddhi di dalam lidah, chittam di dalam pusar,
dan ahamkara di dalam hati.
Perasaan dualitas muncul ketika Aham ('aku') mengambil wujud dan nama
tertentu. Ahamkara (perasaan ego) merupakan buah hasil dari terjadinya
perubahan wujud tersebut.
(diambil dari : Toughts for the day (sabda “harian” TUHAN), pada tanggal 16
Juli 2008)
DAMPAK EGO
(disadur dari Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008)
KONSEKUENSI EGO
(disadur dari Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 11 Juni 2008)
Sesungguhnya hanya ada 2 (dua) “aku”. Yang pertama adalah ego yang
selalu menyamakan dirinya dengan “aku” (Tuhan/ Swami), dan “Aku” yang
lain adalah saksi abadi, yaitu Swami. Jika ada kesadaran tentang saksi itu,
“aku” yang berasal dari ego tidak akan mengganggu, ia tidak terlalu berarti.
Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri
kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada
kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila
seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya
dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut
campur.
Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang
Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari
percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan
memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada
saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi
tak berkutik.
KESIMPULAN
EGO adalah kesadaran badan yang menganggap dialah pelaku dan penikmat
segalanya, dimana kesadaran ini menghalangi kita dari Tuhan, dan membuat
kita menganggap keinginan pribadi kita sebagai kehendak Tuhan, jika ini
terjadi Bhagawan tidak ikut campur.
EGO (3)
Egolah yang menghalangi kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Inilah yang
dikatakan ego, “aku harus melakukan ini, aku harus mendapatkan semua ini.
Engkau harus tahu bahwa aku hanyalah alat Tuhan. Seperti halnya kipas
adalah sebuah alat, engkau adalah alat Tuhan.
Swami : Mereka juga berada dalam ini saja (antahkarana atau indera
batin). Jnaanendriya dan karmendriya keduanya disebut
dashendriya. Empat di antaranya dikenal dan disebut juga
sebagai antah chathusthaya atau empat indera batin, yaitu :
manas, buddhi, chittam, dan ahangkaraam.
Bhakta : Bagus sekali. Dengan kata lain semuanya ada di dalam hal yang
sama. Hidup ini lucu sekali, tetapi Swami, apakah fungsi keempat
indera batin ini?
Swami : Aku senang, jangan khawatir. Manas ada di dalam kepala, buddhi
di dalam lidah, chittam di dalam pusar, dan ahamkara di dalam
hati.
Bhakta : Jadi di antara semua ini, manakah yang disebut aku? Siapakah
yang mengalami semua ini?
Swami : Kita telah sampai pada pokok pembicaraan yang benar. Engkau
bukanlah salah satu diantara semua ini! Semua ini hanya ada
selama engkau memiliki perasaan “badan ini milikku”. Semua itu
berhubungan dengan beberapa kegiatan atau vritti. Atma yang
memantau semua ini, itulah engkau (diri sejati). Suka duka,
kehilangan dan kesengsaraan, kebaikan dan keburukan, semua
aktivitas ini hanya berkaitan dengan tubuh, jadi mereka bukanlah
milikmu, mereka tidak akan menjadi milikmu. Engkau adalah
Atma. Sebelum kebenaran ini dihayati, engkau tertidur dalam
kelelapan (rasa) aku dan milikku. Dalam tidur itu timbullah mimpi-
mimpi kehilangan, kesengsaraan, kesedihan, dan kegembiraan.
Aneka mimpi ini hanya berlangsung sampai engkau terbangun.
Setelah engkau terbangun, ketakutan yang engkau rasakan dan
kesedihan yang kaualami dalam mimpi itu semuanya lenyap,
bukan lagi sesuatu yang benar. Demikian pula bila khayalan
dibuang dan engkau terbangun dalam jnaana, engkau akan
mengerti bahwa semuanya ini bukanlah engkau, bahwa
sesungguhnya engkau adalah atma.
Ketika engkau menyadari bahwa dirimu adalah bagian dari percikan Sang
Ilahi dan bahwa segala sesuatu di sekitarmu juga adalah bagian dari
percikan prinsip Keilahian yang sama, maka di kala itu engkau akan
memperlakukan setiap insan dengan penuh hormat dan cinta-kasih. Pada
saat itu, hatimu juga akan penuh dengan keceriaan dan sang ego menjadi
tak berkutik.
Perasaan dualitas muncul ketika Aham ('aku') mengambil wujud dan nama
tertentu. Ahamkara (perasaan ego) merupakan buah hasil dari terjadinya
perubahan wujud tersebut. Jati-diri Divine sejati hanya bisa direalisasikan
apabila engkau sanggup mendisosiasikan (tidak melekat) pada nama dan
wujud yang engkau miliki saat ini. Apabila engkau melupakan identitas dan
divinity-mu serta sebaliknya melekat pada wujud yang senantiasa
mengalami perubahan dan impermanen (tidak abadi), maka kemelekatan
dan penderitaan tidak akan jauh darimu. Mind – (sebagai akibat
keterlibatannya dalam dunia eksternal dan impresi yang diterimanya melalui
panca indera) - merupakan sumber penyebab dari identifikasi yang salah ini.
Apabila kita memahami cara kerja mind, maka realitas Atma (yang berada di
luar jangkauan mind) akan dapat dialami sebagai prinsip yang omnipresent
(ada dimana-mana) nan abadi.
(diambil dari : Toughts for the day (sabda “harian” TUHAN), pada tanggal 16
Juli 2008)
Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memunculkan Divinity yang laten ada di
dalam diri setiap orang. Cinta-kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam cinta-
kasih. Cinta-kasih bersifat pemberi dan pemaaf; sedangkan self (diri/
ego) bersifat menerima dan melupakan. Cinta-kasih bersifat tanpa
pamrih. Jangnanlah menghabiskan sisa kehidupanmu dengan
membiarkan dirimu tunduk terhadap kepentingan self (diri/ ego)!
Cintailah! Cintailah! Jadilah dirimu yang sejati, yaitu sebagai perwujudan
cinta-kasih. Tanpa peduli bagaimana perlakuan atau pemikiran orang
lain terhadap dirimu, engkau tidak perlu terlalu
mengkhawatirkannya sama sekali. Hatimu yang bersinar dengan cinta-
kasih sudah menjadi cinta-kasih Tuhan. Ingatlah selalu, “Aku adalah Tuhan.”
Di hari engkau melihat dirimu sebagai Tuhan, maka itu berarti engkau sudah
menjadi diri-Nya.(Toughts for the day, Friday, February 15, 2008)
Toughts for the day (sabda TUHAN), pada tanggal 20 Juni 2008
June 11th
Hislp : Tetapi Swami orang melihat hal lain. Setiap keinginan selalu
menyatakan diri sebagai Aku” walaupun sama sekali bertentangan dengan
keinginan pada masa lalu atau mendatang.
Bila seorang bhakta murni hati dan pikirannya, dan telah menyerahkan diri
kepada Bhagawan, maka Swami bertanggung jawab sepenuhnya pada
kehidupannya dan memelihara serta mengurus bhakta itu. Tetapi bila
seseorang mempunyai ego yang besar dan mengandalkan keinginan egonya
dan bukannya kehendak Bhagawan, maka Swami menjauh dan tidak ikut
campur.
August 6th
Doa dan konsentrasi adalah dua disiplin yang dapat membersihkan pikiran
dari EGOISME dan juga KEBENCIAN.
Doa sejati adalah doa yang diterjemahkan ke dalam tindakan yang nyata.
Berdoalah seperti ini “Oh Tuhan! Engkau telah memberikan kehidupan ini
kepadaku dan aku juga telah menjalani suka dan duka. Saya tak ingin
terlahir kembali.” Itulah sebabnya jiwa agung seperti Adi Shankara berdoa,
“Oh Tuhan! Aku terperangkap dalam lingkaran kelahiran dan kematian yang
tiada habisnya. Waktu demi waktu, aku mengalami penderitaan saat berada
di dalam rahim ibu. Sungguh sangat sulit untuk mengarungi lautan
kehidupan duniawi ini. Tuntunlah daku untuk menyebrangi lautan samsara
dan anugerahilah pembebasan (moksha) padaku.” Berdoalah demi
kebebasanmu dari cengkraman keduniawian, bukan sebaliknya berdoa dan
tergila-gila akan keduniawian.
Karena Tuhan itu satu, dan Tuhan yang sama bagi mereka semua
(Diambil dari sabda Svami dalam buku : Be Like Jesus, halaman 143-160)
SABDA SVAMI TENTANG KELUARGA
Rumah tangga adalah tempat suami dan istri terikat satu sama lain oleh
cinta yang suci, tempat keduanya asyik membaca buku-buku santapan
rohani, tempat nama Tuhan selalu dinyanyikan dan kemuliaan-Nya selalu
dikenang, rumah tangga semacam itu benar-benar merupakan
persemayaman Tuhan (ideal).
Tempat suami istri menempuh hidup mereka dalam naungan cita-cita yang
luhur, tempat mereka bersama-sama menyanyikan keagungan nama Tuhan
dan melewatkan hidup mereka dengan melakukan perbuatan-perbuatan
yang baik, tempat yang dijiwai oleh kebenaran, kedamaian, dan kasih,
tempat mereka biasa membaca kitab-kitab suci secara teratur, tempat
nafsu-nafsu jasmani dikendalikan dan semua mahluk diperlakukan sama
berdasarkan pengetahuan tentang kesatauan dasar semua ciptaan, rumah
tangga semacam itu benar-benar merupakan surga dunia.
Mereka (para istri yang ideal) bangun pagi-pagi sekali sebelum fajar
menyingsing, membersihkan rumah, dan setelah mandi dan sebagainya,
duduk sejenak melakukan meditasi. Mereka menyediakan ruang khusus
untuk bersembahyang di rumahnya. Di tempat itu dipajangnya gambar-
gambar Tuhan, orang-orang suci, guru, serta pembimbing rohani. Mereka
menganggap ruangan itu suci dan memenuhinya dengan doa baik pada pagi
maupun sore hari, serta pada hari raya dan hari besar. Sesungguhnya
wanitalah yang memelihara rumah tangga, itulah misinya. Ia mewakili shakti
“kekuatan Tuhan”
ISTRI IDEAL
Mereka (para istri yang ideal) bangun pagi-pagi sekali sebelum fajar
menyingsing, membersihkan rumah, dan setelah mandi dan sebagainya,
duduk sejenak melakukan meditasi. Mereka menyediakan ruang khusus
untuk bersembahyang di rumahnya. Di tempat itu dipajangnya gambar-
gambar Tuhan, orang-orang suci, guru, serta pembimbing rohani. Mereka
menganggap ruangan itu suci dan memenuhinya dengan doa baik pada pagi
maupun sore hari, serta pada hari raya dan hari besar. Sesungguhnya
wanitalah yang memelihara rumah tangga, itulah misinya. Ia mewakili shakti
“kekuatan Tuhan”
Matru Devo bhava, Pitru Devo bhava, Acarhya Devo bhava, Atithi Devo Devo
bhava. Artinya, “Hormati ibu, ayah, guru, dan tamumu sebagai Tuhan”
Svami bersabda:
Ratu rumah tangga (istri) harus cerdas, sabar, tenang, baik, dan harus
memiliki semua kebajikan; dengan demikian rumah tangganya akan bersinar
cemerlang dan akan menjadi tempat kemenangan dalam bidang rohani.
(Sabda Svami dalam buku Pancaran Dharma, hlm 53).
SABDA SWAMI TENTANG DIRI YANG SEJATI
Krishna berkata, “Akulah yang bersinar dalam dirimu”. Kata “Aku” ini tidak
menunjukkan badan. Kata ini timbul dari Yang Esa, dari ATMA itu sendiri.
“Aku” ini jangan dikaitkan dengan raga, pikiran, kemampuan intuitif
(intelejensia atau kecerdasan), atau aspek apapun juga dari pribadi manusia,
karena Ia melampaui semua batasan ini dan hanya berhubungan dengan
ATMA yang tidak terbatas.
Pada tahap pertama setiap manusia harus melaksanakan karma dan giat
melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya. Kita harus melakukan
pekerjaan agar tidak menjadi malas. Orang malas sama sekali tidak berguna
bagi masyarakat. swami tidak senang dan tidak menganjurkan siapa saja
bermalas-malasan. Pertama, engkau harus melakukan karma biasa.
Kemudian engkau melakukan nishkama karma. Perlahan-lahan engkau
mengubahnya menjadi yoga. Akhirnya yoga itu menjadi yajnya. Setelah
menjadi yajna engkau sudah meninggalkan segala-galanya. Mengubah
karma menjadi yajna dan mengubah kerja menjadi ibadah, adalah intisari
Bhagawad Gita.
Arjuna engkau terikat kepada banyak objek indera, karena itu kejadian-
kejadian yang berlangsung menggangu ketenangan hatimu. Selama ini
engkau belum bisa memusatkan perhatian dan belum bisa menempatkan
Aku (Krishna, salah satu wujud Tuhan) di hatimu. Berlatihlah terus agar
engkau dapat memusatkan pikiran. Hanya bila engkau mampu memusatkan
pikiran, engkau dapat menyerahkan dirimu kepada-Ku. Kapan saja dan
dimana saja ingatlah akan Daku. Apapun yang sedang engkau kerjakan,
ingatlah Aku, hanya kepada-Ku, ingatlah Aku dengan cinta kasih dan penuh
kepercayaan.
Baba : Bila engkau berusaha melihat wujud itu ketika sedang melakukan
pekerjaan sehari-hari, engkau akan melakukan kesalahan.
Misalnya, bila engkau beusaha membayangkan Tuhan di dalam
bathin ketika sedang melakukan pekerjaan di kantor, engkau akan
membuat kesalahan. Karena itu, jika sedang sibuk bekerja,
“membayangkan wujud Tuhan (mengingat Tuhan)” berarti bekerja
atas nama Tuhan, dan bukannya untuk memperoleh hasilnya.
(Buku Percakapan Dengan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, hal 114)
SABDA SVAMI TENTANG KASIH
(dikutip dari INTISARI BHAGAWAD GITA (wejangan Sri Sthya Sai Baba)
halaman: 51)
Kasih sama dengan atma, kasih tidak mempunyai hubungan sama sekali
dengan perasaan duniawi dan benda-benda duniawi. Kasih yang sebenarnya
berarti bhakti, adalah sebutan untuk atma. (INTISARI BHAGAWAD GITA,
halaman: 16)
Melihat Tuhan yang sama yang berada dalam seluruh mahluk adalah jiwa
sejati dari non-dualisme. Hanya jika engkau mengembangkan rasa bahwa
semua adalah perwujudan Tuhan, maka pandanganmu akan disucikan.
Semua yang berada dalam ciptaan ini adalah suci. Semua yang engkau lihat
hanyalah manifestasi Tuhan. Engkau melihat Tuhan dalam wujud dunia,
tetapi engkau masih merasa bahwa engkau tidak bisa melihatNya. Tuhan
tidak memiliki wujud atau tempat tinggal khusus. Dia adalah saksi abadi dan
hadir dalam semua wujud. Kalian bisa maju dan berkembang dalam jalan
spiritual hanya jika kalian memiliki perasaan seperti ini. (HALAMAN 120)
Jesus, yang berusaha untuk membangun kembali umat manusia dalam dasar
kasih, telah disalib oleh sekelompok kecil manusia yang takut menara
kecilnya yang berupa rasa benci dan kerakusan akan dirobohkan oleh
ajarannya. Ketika paku ditancapkan padanya untuk menempatkannya diatas
salib, Jesus mendengar suara Bapa yang bersabda, “Semua kehidupan
adalah satu, anakKu terkasih. Bersikaplah sama pada semua orang,” dan
Jesus memohon agar mereka yang menyalibkannya dimaafkan oleh karena
mereka tidak tahu apa yang telah mereka lakukan. Jika kita sungguh-
sungguh mengikuti hal ini, maka akan cukuplah untuk memenuhi takdir kita.
Jesus mendoakan kebaikan pada mereka yang menghina, mencerca, dan
melukainya. Dia tahu bahwa semua adalah kehendak Tuhan. Jadi, walaupun
diatas salib dia tidak memiliki keinginan yang buruk kepada setiap orang dan
mendesak semua orang yang bersamanya agar memperlakukan semua
sebagai alat-alat dari kehendak Tuhan. Ketika Jesus disalibkan, dia menangis
kehadapan Tuhan, “Oh Tuhan, mengapa Engkau menghukumku seperti ini?”
dengan segera ia menyadari kebenaran dan berkata, “Oh Tuhan, biarkan
kehendakMu yang berlaku. Engkaulah yang telah yang telah menciptakan
aku, mendukungku dan melindungiku. Aku tidak akan bertindak melawan
kehendakMu. Adalah salah jika aku menyalahkanMu.” Ini adalah pelajaran
yang sangat dibutuhkan saat ini. Setiap orang seharusnya tidak menghitung-
hitung kejahatan yang diberikan kepadanya dan berencana untuk membalas
dendam. Dia harus berada disisi lain, yaitu membalas kebencian dengan
kasih, dan rasa persaudaraan pada kebencian. Berkelakuan sebaliknya
adalah bertanda kelemahan.
(HALAMAN 121-122)
Jesus kristus menyatakan: “Aku adalah Anak Tuhan.” Akan tetapi pada waktu
ia disalibkan, Tuhan tidak datang untuk menyelamatkannya. Kristus bahkan
menangis dengan kesedihan yang mendalam: “Oh Bapa, mengapa Engkau
tidak datang untuk menolongku?” Tapi Tuhan bertindak dengan
memperhatikan waktu, tempat dan keadaan. Dia memberi kepada setiap
orang kehormatan dan kemulian sebagai haknya. Kristus menjadi sosok yang
mulia pada waktu penyalibannya. Demikianlah, dengan tindakan tertentu
dan dalam keadaan tertentu, seserorang mencapai ketenaran dan
kemasyuran.
(HALAMAN 122)
Sabdha Svami untuk Youth
Anak-anak-Ku,
Engkau harus memiliki hati seperti Buddha (penuh cinta kasih, sabar dn
tabah)
Engkau harus memiliki tangan seperti Janaka (tanpa pamrih, tanpa ego)
Kalian dapat saja menyatakan bahwa kalian adalah bhakta, akan tetapi
kalau kalian hanya berbicara saja, tanpa pernah mencintai semuanya
secara merata, maka Tuhan tidak akan pernah menyatakan
engakau sebagai bhakta-Nya, camkanlah ini.
Berilah semua dan jangan mengambil apa-apa (kasih atau tanpa pamrih)
Lepaskan pengakuan kita akan buah dari perbuatan kita, maka kita akan
mendapatkan kebahagiaan kekal abadi (anandam)
Seva yang dilakukan oleh Sai Devotee (Bhakta Sai) normalnya masuk di
kategori yang kedua, dikatakan demikian jika perbuatan atau seva tersebut
dilakukan dengan mekanis (rutin) dan dengan gaya yang setengah-setengah
atau asal-asalan tanpa menaruh hatinya dalam perbuatan itu. Seva pada
kategori ketiga adalah seva yang sangat disukai dan dicintai oleh Tuhan.
SABDA BHAGAVAN TENTANG
“ALAT TUHAN”
Bila seorang adalah ALAT YANG SEJATI bagi kekuatan Tuhan, ia dapat
dikenal dengan ciri-ciri sebagai berikut: jujur, baik hati, penuh kasih,
sabar, mampu menahan diri, dan mempunyai rasa terimakasih.
Aku telah datang untuk menjelaskan sifat bajik yang dimiliki oleh bhakta
sejati-Ku, dia memiliki:
Tangan yang tegas namun juga penuh cinta kepada semua mahluk,
Dorongan yang timbul dari dalam diri untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang berasal dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
individu atau jiwa di masa lampau, dimana didalamnya terkandung berbagai
macam hal, yaitu hal yang disukai dan hal yang tidak disukai.
KASIH
Aspek ajaran Swami yang paling mendalam dan sulit dipahami adalah
kasih. Cara untuk memahami lingkaran di sekitar persoalan yang sulit itu
ialah dengan latihan spiritual seperti meditasi, mengulang-ulang nama
Tuhan, berbicara dengan orang-orang yang baik, menjauhkan pikiran dari
hal-hal yang buruk, dan sebagainya. Latihan-latihan spiritual itu sendiri
sebetulnya tidak mempunyai nilai. Yang benar-benar bernilai hanyalah kasih.
Sifat kasih sejati adalah memberi dan bukan menerima. Kasih sejati itu
murni, tanpa mementingkan diri, bebas dari kesombongan, dan penuh
kebahagiaan. Pokok ajaran Swami mengenai cara hidup di dunia ini adalah
melihat kenyataan sejati di dalam diri setiap manusia – yaitu Tuhan – dan
mengasihi kenyataan itu, dengan tidak menghiraukan semua kelakuan, sifat,
perbuatannya yang tidak benar, serta ciri-ciri khas orang itu. Mengasihi
Tuhan di dalam diri seseorang yang kita hadapi adalah kasih spiritual dan
bukannya cinta badaniah. Walaupun kita berusaha melihat Tuhan dalam
segala mahluk, itu tidak berarti bahwa dalam hubungannya dengan sifat
duniawi mahluk tersebut kita selalu memaafkan, mengagumi, atau tidak
menegur kelakuan buruk duniawinya. Walaupun kita melihat, mengasihi, dan
sungguh memperhatikan Tuhan dalam diri seseorang itu, orang itu harus
ditegur, perhatiannya harus diarahkan untuk memperbaiki kelalaiannya,
kelakuannya yang tidak pantas, cacat celanya, dan sebagainya.
Sesungguhnya hal itu bukanlah suatu kekejaman. Yang penting dalam hal ini
adalah maksud dan tujuannya.
Meskipun kasih itu ada dalam setiap sel manusia, ia tidak menyatakan
diri karena hati yang kotor. Seorang manusia tanpa kasih dalam hatinya
adalah sama baiknya dengan kematian. Oleh karena itu, milikilah kasih bagi
semuanya. Bagikan kasihmu bahkan kepada mereka yang kurang
mengasihi. Dalam setiap tindakan didalam kehidupan sehari-harimu,
nyatakan kasihmu. Inilah jalan termudah menuju kesadaran Tuhan. Tapi
mengapa orang-orang tidak mengambil jalan itu? Ini dikarenakan mereka
terpengaruh dengan salah pengertian berkaitan dengan cara untuk
menghayati Tuhan. Mereka menganggap Tuhan sebagai wujud yang jauh
yang hanya dapat dicapai dengan latihan rohani yang berat. Perbaiki
pandanganmu yang keliru maka engkau akan mengalami Tuhan dalam
segala hal. Berbicaralah dengan kasih, bertindaklah dengan kasih,
berpikirlah dengan kasih dan lakukan setiap tindakan dengan hati yang
dipenuhi dengan kasih. Tidak perlu membilang manik-manik (japa) atau
duduk bermeditasi, sedangkan pikiranmu disibukkan dengan persoalan
duniawi. Japa yang harus kaulakukan adalah selalu mengingatkan dirimu
akan Tuhan dalam dirimu, inilah pesan tertinggi dari Weda.
Sadarilah bahwa jalan kasih adalah yang termudah, termanis dan jalan
yang pasti menuju Tuhan.
Diambil dari buku Swami yang berjudul “Percakapan Dengan Bhagawan Sri
Sathya Sai Baba” oleh Dr. John S. Hislop dan wacana Swami No. 12 Volume.
XI/ November 1996.
(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal 15)
****^-^****
Masa depan suatu bangsa dan negara tergantung pada youth (kaum
muda). Kekuatan para youth terletak pada semangat patriotismenya. Tugas
atau kewajiban utama para pemuda adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat . Kekuatan fisik dan mental para youth merupakan
fondasi dimana berdirinya suatu bangsa/negara. Sadari dan bangunkanlah
dirimu dari sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan pandangan sempit,
bulatkanlah tekadmu untuk bekerja demi kemajuan bangsa. Laksanakanlah
semua aktivitasmu sembari tetap menjaga nama baik bangsa. Sungguh
amat disayangkan sekali apabila para youth melupakan Keilahian dan tujuan
hidupnya sembari menyia-nyiakan waktunya dalam memenuhi keinginan
fisik dan materialistik semata. Para youth seyogyanya mengekspresikan
kualitas kemanusiaan melalui karakternya yang luhur serta melalui
tindakannya yang senantiasa memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Mereka (youth) harus menyadari bahwa kesejahteraan individu adalah
tergantung pada keselamatan dan keamanan bangsa.
****^-^****
Tingkatkan Semangat Cinta Tanah Air
****^-^****
****^-^****
****^-^****
****^-^****
(Sai Baba, Sport & Meet Day 14/01/2000, Sabda Sathya Sai 33 hal
24)
****^-^****
****^-^****
Yang pertama, engkau harus tahu bahwa Bhur, Bvah, Svah, bukanlah
suatu dunia yang terpisah satu dengan yang lainnya. Engkau pikir “Bhur,
Bvah, Svah” adalah 3 dunia yang berbeda. Merupakan suatu kesalahan
untuk berpikir seperti itu. Mereka ada didalam dirimu. “Gayamulu” berarti
indra (indria). Oleh karena Gayatri berkaitan dengan pengontrolan indria,
maka disebut demikian. Tubuh memiliki indra pemahaman dan kegiatan.
Aspek pertama dari Gayatri ini disebut dengan “materialisasi” (penciptaan)
atau Gayatri.
Tubuh dapat berfungsi jika ada prinsip kehidupan didalamnya.
Kegiatan bergetar adalah berkaitan dengan kehidupan. Oleh karenanya,
prinsip kehidupan bergetar didalam tubuh, sehingga tubuh dapat berfungsi
atau bekerja sebagaimana mestinya. Aspek kedua dari Gayatri , yang
merupakan daya hidup, disebut dengan getaran atau Savitri.
Mereka yang memiliki pikiran seperti ini, tidak akan pernah bebas dari
kebencian.
Mereka yang tidak memiliki pikiran seperti ini, sudah pasti akan bebas dari
kebencian.iv