Anda di halaman 1dari 6

Untuk apa kamu ke (sini) Al-Hikam

Anak-anak yang saya hormati,

Satu hal yang kamu semua tidak boleh lupa, yakni : untuk apa kamu kesini, ke Al-hikam?!

Itu harus kamu pertanyakan kepada dirimu sendiri setiap saat, untuk apa? Karena kalau itu
kamu lupakan, maka kamu tidak akan bisa terkentrol.

Kamu disini, di Al-hikam ini, untuk belajar belajar dan menempa diri supaya menjadi
ilmuwan yang berkarakter. Jadi, kesini bukan cari kos-kosan. Tetapi, disini, di alhikam ini
mempersiapkan diri, mencari ilmu yang manfaat dan membentuk karakter yang baik. Jadi, ke
alhikam ini “Niat ndandani awak ora golek enak”.

Agar supaya niatmu ke alhikam ini tidak lupa, maka perlu kamu mengingat terus menerus,
dan saya, para ustadz akan mengingatkan selalu motto Al-hikam, yaitu : Amaliah Agama,
Prestasi Ilmiah, dan Kesiapan Hidup.

Mengapa amaliah agama? Pertama, karena agama yang ilmiah (pengertian agama) masih
normatif. “mengerti” halal-haram tidak sama dengan “memiliki” halal-haram (menjalankan
yang halal dan meninggalkan yang haram). Pengertian tentang halal-haram itu baru menjadi
jembatan menuju norma agama bila telah akmu amalkan, bila istiqomah menjalankannya
akan membentuk kepribadian. Itulah mengapa motto kita yang pertama adalah “Amaliah
Agama”

Proses dan terbentuknya karakter dan kepribadian itu panjang, apalagi kamu hidup di dua
dunia, di pesantren diminta untuk ber-syariat, dikampus dengan budaya kebebasannya. Oleh
karenanya pembentukan karakter santrimu membutuhkan proses yang lebih panjang. Lain
halnya dengan anak Ma’had Aly yang tidak kemana-mana. Faktor disiplin berfikir dan
disiplin beribadah keduanya merupakan jembatan untuk memfungsikan pengertian agama
menjadi amal penghayatan agama. Karena itu kamu harus terus menerus membentuk
kerangka berfikirmu secara benar dengan menambah ilmu yang baik secara terus menerus,
disiplin beribadah dan ditingkatkan kwalitasnya secara istiqomah, semoga dengan keduanya
kepribadianmu akan terbantuk menjadi baik dan benar atas izin Allah. Allahumma amin.

Kedua, amaliah agam akan menjadi basis karakter dan kepribadian kamu. Ilmu yang kamu
punyai baik ilmu agama, maupun ilmu umum itu akan dipakai apa, ke mana tujuannya, tidak
bergantung bunyi ilmu itu, tetapi tergantung karakter dan kepribadian yang ada pada kamu,
karakter dan kepribadian orang yang membawa ilmu itu. Ini berlaku baik untuk ilmu yang
normatif seperti ilmu hukum, ilmu syariat, maupun yang bersifat teknologis, mislanya fisika,
teknologi sipil, mesin dll. Apakah ilmu itu akan bermanfaat atau menjadi mubadzir ... atau
justru di gunakan untuk yang tidak baik. Tergantung karakter dan kepribadian orang yang
membawa ilmu itu. Baik atau buruknya karakter dan kepribadian seseorang ditentukan oleh
seberapa dekat, taqarrub, dan ibadahnya kepada Allah SWT.

Disiplin Berfikir dan Beribadah (tafakkur dan tadzakkur)

Sedemikian erat hubungan antara berfikir dan beribadah itu, sehingga-tidak bisa tidak-
disiplin berfikir dan disiplin beribadah harus ditegakkan. Kalau tidak, ilmu itu tidak jelas
menancap dimana. Etika ilmu menancap di khasyatullah. Ilmu itu akan bermanfaat. Ketika
ilmu berada dihati yang kosong dari ibadah, ilmu itu akan mubadzir. Ketika ilmu berada di
hati yang amarah penuh nafsu angkara, maka ilmu itu akan menjadi bumerang bagi empunya.

Oleh karenanya, maka disiplin beribadah tidak bisa dtawar. Dan untuk itulah pesantren al-
hikam ini didirkan

Dalam pelaksanaannya, terutama berkenaan dengan disiplin shalat berjamaah, rawatib, harus
dioptimalkan terus menerus. Oleh karenanya kedepan supaya disiplin ini dibuatkan aturan
pelaksanaan dan ditentukan siapa yang bertanggung jawab untuk itu. Misalnya, dari pihak
pesantren, siapa ustadz atau pengurus ospam yang ditunjuk untuk selalu hadir pada setiap
shalat jamaah pada waktu itu. Dari pihak santri, sistem ketua kamar saya kira sebaiknya
segera difungsikan untuk jalannya disiplin shalat berjama’ah. Santri yang dikamar yang
jumlahnya 6,7,8 itu harus ada ketuanya. Na, ketua kamar inilah yang bertanggung jawab atas
berjalannya shalat berjamaah, diantara anggota kamarnya. Ketua kamar itu uharus sering
diubah supayadia tidaka merasa menjadi penguasa dikamar, tetapi menjadi pelayan di kamar.
Bisa setiap satu bulan atau dua bulan diganti, jangan telalu lama. Perlunya, supaya amsing-
masing anggota kamar itu secara cepat belajar menjadi pemimpin yanag bertanggung jawab
terhadap temannya dikamar itu. Nah, kalau ini diputar cepat maka rasa tanggung jawab itu
juga akan cepat berputar jadi tidak ada yang gandol (ikut-ikutan) sehingga setiap shalat dapat
shalat berjama’ah.

Diantara shalat jama’ah lima waktu itu yang saya ingin saya tekankan adalah shalat subuh.
Mengapa jama’ah subuh diperlukan lebih daripada waktu yang lain? Karen awaktu subuh itu
mengandung makna lebih daripada waktu yang lian. Dengan subuh kamu sudah bangun pagi.
Dengan subuh pikiran masih cerah karena baru memulai masuk hari itu. Dengan subuh
belajar lebih cerah dibanding misalny, sehabis dhuhur, sehais ashar dsb. Shalat jama’ah
subuh mempuanyai nilai lebih untuk pencerahan pikiran dan pencerahan hati. Jadi banyak
makna di dalam jamaah subuh. Doa-doa pun akan lebih tajan di waktu fajar.

Anak-anak (santri) yang mulai berdzikir mengikuti ustadz muzammil. Hendaknya ada ustaz
yang menjelaskan makna dzikir itu setahap demi setahap. Sehingga kalau berdzikir la ilaha
illa allah juga mengerti artinya. Subhanallah itu apa? La haula wa la quwwata illa billah itu
konotasinya seperti apa? Hasbunallah wanikmal wakil itu bagaimana pengetrapannya?
Sehingga proses dzikir kamu akan setapak demi setapak maju, meningkat kwalitasnya.

Dzikir dengan lisan kalau kamu mengerti, maka otak dan pikiranmu akan iktut berdzikir.
Kalau kamu mengerti dalam suasana tenang maka hatimua akan tersentuh, maka kekhusyu’an
itu akan memproses menjadi amal yang jika ini kamu lakukan istiqomah akan membentuk
karaktermu. Bukan hanya menyangkut pembentukan karakter, dzikir yang berkualitas dan
dilakukan secara istiqamah menjadi benteng yang melindungi dirimu dari hal yang negatif
(dari luar dirimu).

Tidak Sekedar Dirosah

Pertama, disiplin ibadah. Kedua, disiplin dirosah. Dirosah di alhikam ini bukan hanya proses
pengajaran. Dirosah di alhikam ini sudah diperimbangkan sedemikian rupa sehingga
berfungsi untuk pengembangan keilmuan dan untuk menyambungkan keilmuan agama
dengan ilmu pengetahuan yang didapat di akmpus. Maka kegiatan dirosah juga harus tertib.
Ketiga, disiplin dalam aturan pesantren, dan tata kehidpuan pesantren. Ketertiban, kebersihan
dan keindahan, kamarmu, kamar mandimu, halaman dan lingkungan pondokmu,
sesungguhnya juga mencerminkan pola berfikir dan kepribadianmu.

Kalau ketiganya itu kamu lakukan dengan penuh kesadaran –semoga dengan izin allah- maka
pelan-pelan kamu bergerak menjadi lebih baik. Semoga dengan itu pula, nanti pada saatnya
allah akan memberikan masa depan yang sebaik-baiknya.

Anak-anak yang saya hormati,

Kalau ada santri yang tidak bisa lagi dibenahi, sudah tidak mau di disiplinkan ibadahnya,
dzikirnya, tidak bisa di disiplinkan lagi dirosahnya, tidak bisa lagi menyesuaikan dengan tata
tertib kehidupan pesantren al-hikam ini.. ditanya saja, di tanting saja. “dia mau disini atau
mau keluar dari pesantren saja?” karena tanpa itu, pembentukan karakter tidak akan jalan.
Untuk apa mengurusi anak-anak yang hanya pindah tidur. Maka saya minta kamu ingat terus
bahwa di sini, di Al-hikam ini, kamu bernita memperbaiki diri. Mempersiapkan diri menjadi
ilmuwan yang berkarakter dan berkepribadian baik, semoga nantinya berguan bagi dirimu,
bagi keluargamu, dan terlebih bagi ummat Muhammad SAW. “ning alhikam niat ndandani
awak ora golek penak” amin ya rabbal Alamin

Pentingnya belajar megabdi

Salah satu ciri khas seorang santri adalah ia bersedia melakukan sesuatu untuk orang lain
karen allah. Inilah embrio berjuang dan perjuangan. Selanjutnya, bila semenjak muda kamu
telah belajara mengbadi karena allah, itu artinya kamu telah beljara satu langkah untuk
mempunyai bekal kesiapan hidup.

Hidup ini tampaknya semkain hari semakin sulit, karenanya berlatih untuk mengatasi
kesulitan sedini mungkin, dengan kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui
pesantren ini, tentu lebih baik. Dengan itu kamu kan mendapatkan manfaat ganda. Pertama,
kamu dapat melihat kenyataan hidup di masyarakat, seperti apa? Kedua, kamu bisa melihat
dirimu sendiri, dapt mengukur kemampuan diri, apakah siap menghadaoi mereka? Apa yang
dapat kamu berkan pada masyarakat oleh masyarakat itu.

Pada awalnya berlatih engabdi itu kadang-kadang ya lebih banyak in action. Lebih banyak
gayanya. Tetpai dengan niat belajar, lama lama akan menumbuhkan jiwa pengabdia. Nah,
ketika pengabidan telah menyatu dalam jiwa, kamu tidak usah khawatir menganggur. Karena
orang yang nganggur itu adalah orang yang egois.

Mengap orang nganggur? Karena pikirannya hanya untuk diri sendiri “cari kerja untuk
siapa?” .... untuk saya!” nah, orang lain tentu akan merespon yang sama. Maka egoisme itu
sebetulnya, mengisolasi diri sendiri. Sebaliknya dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat
untuk orang lain, kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat (orang bayak) kaan timbul
silaturrahmi timbal balik, akan timbul kemanfaatan timbal balik, dan pada akhirnya
melahirkan peluang-peluang yang menjadikan kamu tidak menganggur.

Bekal yang harus kamu miliki dalan mengabdi di dalam masyarakat selian jiwa pengabdian
adalah kreatifitas dan harus proaktif. Tidak boleh menunggu masyarakat meminta. Tidak
boleh menunggu masyarakat meminta. Harus melihat apa yang diperlukan oleh masyarakat
meminta. Harus melihat apa yang diperlukan oleh masyarakat lalu proaktif melakukan
sesuatu yang bermanfaat. Nah, dengan demikian amaka akan terjadi hubungan timbal balik
antara kamu dengan masyarakat. Di dalam hubungan timbal balik itulah maka akan tercipta
apa yang disebut pekerjaan.

Kalau kamu sudah punya jiwa mengabdi, hidupmu akan tebimbing menjadi baik, menjadi
shalih. Ketika kamu bergerak memperbaiki orang lain, memperbaiki masyarakat, maka kamu
naik peraingkat menjadi shalih. Tidak ada mushlihin yang menganggur karena gerakan amal
kebaikan yang memperbaiki itu sendiri akan ditukar., akan diganti oleh allah bukan hanya
denga pekerjaan, tapi juga dengan kemuliaan hidup!

Di dalam ajaran islam, tidak ada amal yang hilng percuma. Allah tidak akan menghilangkan
amal baik hambanya: innallaha la yudiu amala amilin minkum min dzkarin wa unsta. Allah
tidak akan menghilangkan nilai amalmu sekecil apapun dari amal laki-laki dan perempuan.

Selama amal itu dilakukan lepas baca ikhlas maka dia akan kembali kepada orang yang
melakukan kapan kembalinya? Allah yang menentukan. Ada yang cepat ada yang lambat.
Melalui apa? Juga allah yang menentukan. Kita tidak menentukan.

Saya membuat pesanteen Alhikam ini denga susah payah, yang menikmati bukan saya: yang
menikmati kamu semua. Saya melakukan ini semua dengan penuh keyakinan apa yang saya
berikan kepadamu tidak akan hilang. Dia akan dikembalikan oleh Allah melalui orang lain
(tidak dari kamu) sehingga perjalan-perjalanan yang lain ketulungan oleh Allah.

Di sinilah perbedaan cara berpikir orang yang beriman (santri) dengan orang yang pragmatis.
Kalau orang pragmatis yang ada di dalam pikirannya, “untuk ngurusi orang lain? Ngurus diri
sendiri eblum selsai”. Berbeda dengan kalau orang beriman, didalam pikirannya adalah
firman Allah :

Wa quli i’malu fasayara allah amalakum wa rasuluhu wal mu’muninun

Kerjakan! Mengabdi! Lakukan pengorbanan! (maka) Allah akan melihat, Rasulullah akan
melihat. Di belakangnya hari, akan ada berkah.

Di jakarta ada seorang muda, namanya ary ginanjar, saya termasuk mengagumi dia, seka;ipun
saya jauh lebih tua, kenapa? Dia itu bisa mengabdi, kemudian me-manja pengabdian itu
dengan manajemen yang biak dan karena manajemen yang baik ia bisa membiayai
pengabdiannya sendiri.
Nah, kalau begini pengabdia tidak akan berhenti, karena pengabdian itu membiyai dirinya
sendiri. Dia (ary ginanjar) berdakwah kemana-mana, ke malaysia, ke brunei bahkan sekarang
mulai ketimur tengah. Biayanya ada built in dengan kegiatan dakwah itu sendiri. Saya kira itu
prestasi luar biasa yang pautu ditiru pola manajemennya.

Mulailah dengan Disiplin Ibadah

Anak-anakku santri alhikam, yang saya hormati.

Kamu hidup di zaman yang tidak sama dengan zaman saya dulu. Memang, sekarang ini dari
satu sisi kamu hidup di zaman yang yang teknologi semakin canggih. Tapi menurut saya
tidak semua positif untuk pembentukan karakter dan kepribadianmu. Kalau saya menghadapi
suasana yang tidak menguntungkan saya katakan “saya menuju husnul khatimah”. Tapi kamu
sedang memulai, maka, semoga menuju permulaan yang baik, husnul bidayah, permulaaan
yang baik, yang cerah, maka persiapannya harus dobel-dobel. Persiapan itu seperti yang
dicanangkan dalam motto alhikam : Amaliah Agama, Prestasi Ilmiah, dan Kesiapan Hidup.

Mulailah “husnul bidayahmu” dengan disiplin ibadah, dengan membangun etos ilmiah dan
belajar mengabdi. Bersamaan dengan restu orang tua, keikhlasan guru-gurumu, dan tata
pergaulan yang tertib dan berdisiplin di pesantren ini, semoga allah meridloi ikhtiyar kita
semua, amin, amin, amin, ya rabbal alamin.

Jum’at 9 juli 2011.

Mauidzah hasanah Tambih al-‘Am

Anda mungkin juga menyukai