Anda di halaman 1dari 4

Mengenali Identitas Diri

(Materi di Komunitas DIL - Dunia Ilmu Library)

Oleh: Putri Maharani

Identitas Diri

Identitas diri merupakan istilah yang memiliki makna yang sama dengan jati diri. Penemuan jati
diri, menurut Dian Fitriaswaty, M.Psi, adalah kondisi seseorang dapat memahami apa peran dan
fungsi dia hidup serta tujuan apa yang ingin dicapai. Penemuan jati diri menjadi hal penting dan
yang mengawali bagaimana seseorang berproses menjadi a great person, sosok pribadi yang
hebat.

Memahami tujuan hidup yaitu karena Allah dan akan kembali pada Allah.

Peran dan fungsi, apakah sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, sbagai pendakwah buat teman
dan masyarakat.

Pertama, kita perlu pahami juga, gais, apa itu pemuda. Pemuda adalah sosok yang Allah beri
kepercayaan untuk mengemban amanah baru. pada dasarnya, amanah ini sudah diberikan sejak
mengawali fase baligh, karena sejalan dengan maknanya, balagho, artinya telah sampai pada fase
taklif, pembebanan kewajiban dan syariat yang lain.

Jadi, semuaa aktivitas kita, harus bernilai ibadah, gais.

Semua kita, bahkan semua orang bakalan ditanya, pemanfaatan terhadap usia, lebih kuhusus lagi,
usia muda.

Ingat, usia muda adalah nikmat yang pasti bakalan ditanyai, diisi dengan apa aja. apakah cuma
males-malesan, ngebuang waktu, atau diisi produktivitas yang bermanfaat buat kehidupan dunia
dan akhirat.

Kita juga dimotivasi loh, buat bersemangat.

Ihris ‘ala maa yanfa’uk. wasta’in billah. wa laa ta’jiz.


Pertama, kita harus sadar, kalau kita ini pemuda, kita punya potensi yang Allah berikan ke
masing-masing kita. Potensi masing-masing orang itu bisa berbeda-beda, bisa nggak sama, akan
tetapi, satu muaranya, karena-Nya, karena semua bakalan dimintai pertanggung jawaban.

Buat yang mengarah ke nulis, -banyak maaf-, nulisnya udah ada value nya belum nih? ngasih
manfaat nggak nih? apa justru –maaf- ngejurumusin orang? Jangan-jangan, orang berharap
melihat jendela dunia, tapi yang kita tuliz justru zonk. nggak banget kan?

Terus, misalnya suka jahit-menjahit. Nah, dari kesukaan, dan cita-cita sebagai designer terkenal,
ini bakalan diarahkan ke mana? sekedar ngikuti tren pakaian aja, apa bisa ngasih solusi pakaian
muslimah yang menutup aurat, tapi berbahan adem dan breathable, jadi tetap bikin nyaman
dipakai meski dipakainya di siang cuaca panas.

Yang jago desain gambar/grafis/desain komunikasi visual, memanfaatkan potensinya buat bikin
konten, jualan, dan nggak ketinggalan, dikit-dikit juga buat ngajak temen ke dalam ketaatan.
Jualan itu juga bisa bernilai pahala loh, kalau diniatkan, biar selamat dari meminta-minta, terus
diniatkan bisa banyak sedekah dengan hasil jualan.

Jadi intinya, kalau udah paham, kita nih punya potensi, loh. Kita nih, usia emas loh. Kita nih,
disayang Allah loh, pemuda itu bener-bener the best dan mengagumkan, dengan ilmu dan taqwa
pada Allah; maka selanjutnya: kita harus paham, ada di mana potensi kita.

Kita juga nggak bisa memaksa, potensi kita kudu sama kayak temen kita. Juga nggak bisa
dipaksa, harus sama kayak kakak kandung, karena orangtua selalu menunjukkan kelebihannya
kakak. Kalau ada cerita kayak gini, baiknya sih nggak perlu protes yak e orang tua, udah
maklumin aja, yang penting kitanya semangat, nggak usah baoer, udah tunjukin aja yang terbaik
yang bisa kita lakukan.

Selamat, buat kamu yang udah tahu, ada di bidang apa potensimu berada. Langkah yang
penting adalah, pastikan lagi, kamu meng’kawal’ potensimu supaya berada dala fitrah taat
pada Allah, ya. Semua bisa bernilai ibadah, kok, dengan niat karena Allah dan juga ilmu,
tentunya.

Oiya, kamu juga bisa pakai Metode SWOT buat menganalisa diri kamu.

Strength : Kelebihan. Manfaatkan semua kelebihan yang kamu punya. Bisa nulis, perbanyak
baca buku bermanfaat, peka terhadap ide, banyak sharing dengan tokoh expert/orang yang
memahami ide yang mau kamu tulis.

Weakness : Kelemahan. Dulu sih aku sampai nggak tahu, apa kelemahan diriku, karena aku
kurang peka. Kurang peka terhadap diri sendiri. Cari tahu, kelemahan diri, itu bukan buat
insecure, ya. Tapi buat dibenahi, buat diperbaiki. Siapa tahu, ada keburukan diri yang
mengganggu orang lain. Misal, kurang disiplin, nggak tepat waktu, jadinya kan merugikan orang
lain? Masak sih bagus kalau nggak sadar sama keburukan diri sendiri?

Oportunity : Kesempatan. Bisa jadi kamu punya potensi yang belum kamu kembangin. Cara
mengetahuinya adalah dengan mengekplorasi semua hal, A, B, C, D. Dan lakukan dengan
konsisten. Kelak, kamu bakalan tahu, ada di mana potensimu, dan bisa difokuskan ke satu hal
saja. Kadang, fokus ke satu hal saja itu justru lebih baik, loh. Karena kamu bisa ahli di
bidangnya. Dibandingkan tahu semua hal, tapi nggak ada yang ahli di 1 hal. Menurutku sih,
bakalan disayangkan banget!

Threads : Tantangan. Kamu harus jeli sama kekurangan yang bisa jadi hambatan buat kamu.
Misal, kamu punya banyak ide, tapi kekurangan kamu ada di konsistensi harian buat
mengeksekusi ide kamu. Kamu harus cari cara supaya bisa konsisten. Misal, buat mengeksekusi
ide-ide kamu, kamu harus menonaktifkan hape buat sementara waktu, karena nggak bisa fokus
kalau udah terlanjur pegang hape.

Misal lain, kamu termasuk cepat dalam menghafal Al-Qur’an. Kalau mggak mendahulukan 15
menit buat menyegerakan baca Al-Qur’an, kamu bakalan kalah sama hape yang bsia berjam-jam
mengganggu fokus utama kamu. Kasih rem dulu ke diri, 15 menit aja, terus lanjut deh ke
aktivitas lainnya.

Naah, kalau ada yang tanya, ‘aku belum tahu nih, potensi diriku ada di bidang apa?’

Oke deh, kalau gitu, kamu perlu baca tulisan selanjutnya.

2 Komponen Pembentuk Identitas Diri

Eksplorasi

Masa muda itu adalah masa semangat-semangatnya seseorang buat menggali informasi, menjalin
relasi, mencari tahu, pokoknya semangat buat belajar. Yap, belajar. Belajar apaaa aja. Juga
termasuk belajar ilmu agama.

dan membandingkan berbagai alternatif yang ada

- penguasaan pengetahuan
- memperbanyak kegiatan
- melakukan pertimbangan atas informasi yang tersedia
- suasana emosi
- keinginan mengambil keputusan

Kalau sudah berhasil memahami, bahwa kita emang hidup, dicipta buat ibadah. Ya, semua
aktivitas harus dalam rangka taat, alias diniatkan ibadah, biar pahalanya bisa dapat. Kalau
orientasinya udah dibenerin nih, ya, buat menata hidup, rasanya bakalan jauh lebih terarah.

Komitmen

Nah, di sini, kamu selangkah lebih fokus untuk menentukan, skill yang kamu eksplor tadi, bakal
lebih diarahkan ke mana. Kamu bebas meng-eksplor, mencAari informasi, berbagai bidang,
komunitas di berbagai bidang, seperti, kepenulisan, desain visual, leadership, yah, anak millenial
pasti lebih luas lagi pergaulannya di era yang canggih ini, ya. Setelah kamu punya “amunisi”
pengalaman, pandangan, kerjasama, pasti bakalan ada masanya nih, kamu memulai untuk fokus
pada pengembangan dirimu, dalam artian, selangkah lebih profesional, tidak sekedar “ikut-
ikutan.” Terlebih, buat kamu yang punya jiwa leadership yang lebih, bukan nggak mungkin,
kamu bakalan nge-rasain, “aku nggak mau ah, kalau sekedar dalam ‘tuntutan organisasi.’ Aku
punya tanggung jawab atas keluargaku, aku udah nggak bisa diatur-atur lagi. Aku mau yang atur
aja, karena aku udah punya cukup insight.”

Anda mungkin juga menyukai