Anda di halaman 1dari 51

 
Pandangan Benar
dan Pandangan Sesat

Dipetik dari : 
Ceramah Master Wen‐zhu 
Judul : 

正見與邪見

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.


 
Daftar Isi
Pandangan Benar dan Pandangan Sesat....................................................................5

Bab 1. Pentingnya Memiliki Pandangan Benar.........................................................6

Bab 2. Bahaya Dari Pandangan Sesat........................................................................9

Bab 3. Petunjuk Dari Pandangan Benar..................................................................12

3.1. Fakta dari Isu Kiamat.............................................................................12

3.2. Jejak dari Bodhisattva Maitreya.............................................................17

3.2.1. Asal usul nama Bodhisattva Maitreya............................................17


3.2.2. Pewaris Jubah dan Patra Buddha Sakyamuni................................21
3.2.3. Menjelma di dunia..........................................................................24
3.2.4. Keindahan Bumi Kelak Saat Lahirnya Bodhisattva Maitreya.......30

3.3. Kesimpulan.............................................................................................32

Bab 4. Bukti Ilmiah.................................................................................................34

Bab 5. Artikel Pelengkap.........................................................................................35


 
5.1. Kemunculan Seribu Buddha......................................................................35
5.2. Mengenal Dvipa.........................................................................................37

5.3. Mengenal Kalpa.........................................................................................37

5.4. Leluhur Manusia Berasal Dari Alam Abhassara.......................................44


5.4.1. Terbentuknya Planet Bumi..................................................................45
5.4.2. Para Dewa dari Alam Abhassara datang ke Bumi..............................46
5.4.3. Generasi Penerus Manusia..................................................................47
5.4.4. Masa Depan Penduduk Bumi..............................................................48

Daftar Pustaka..........................................................................................................50

Gatha Pelimpahan Jasa..........................................................................................51


 


 
Pandangan Benar dan Pandangan Sesat

Artikel ini terdiri dari empat bab yakni :

Bab 1. Pentingnya Memiliki Pandangan Benar

Bab 2. Bahaya Dari Pandangan Sesat

Bab 3. Petunjuk Dari Pandangan Benar

Bab 4. Bukti Ilmiah

Pandangan adalah pemahaman, latar belakang sosial setiap insan adalah tidak sama,
adat istiadat yang berbeda, pemikiran dan sudut pandang juga berbeda, semua ini
mengakibatkan pandangan atau pemahaman setiap manusia itu berbeda; sulit untuk
menentukan apakah pandangan orang lain itu adalah benar atau sesat, hanya
berdasarkan benar dan salah, lurus atau menyimpang, akal sehat, dan keuntungan
atau kerugian bagi manusia, untuk membedakannya.

Pandangan dan pemahaman manusia, lurus dan tidak menyimpang, bukan palsu,
sesuai dengan akal sehat, juga sesuai dengan standar prilaku moral dalam
masyarakat; yang dapat mengajarkan pikiran, ucapan dan tindakan yang benar dan
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, harusnya ini adalah pengetahuan benar
dan pandangan benar.

Setiap yang bertentangan dengan kebenaran, ucapan dan tindakan sesat yang sama
sekali tidak memiliki landasan atau dasar, menjebak manusia sehingga
menyimpang dari jalur yang benar, apalagi yang menuntun manusia ke arah
kepercayaan takhayul, sehingga masuk ke dalam jalan yang sesat, mencelakai
pandangan dan pemahaman jiwa raganya, maka ini boleh dikatakan sebagai
pengetahuan sesat dan pandangan sesat.


 
Sekarang mari kita membahas tiga poin berikut ini untuk menjelaskannya:

Bab 1. Pentingnya Pandangan Benar


Pandangan benar amatlah penting baik bagi manusia untuk memeluk sebuah
keyakinan. Apabila seseorang kehilangan pandangan benar, maka bukan hanya
pola pikirnya jadi tidak benar, bahkan ucapan dan tindakannya juga jadi tidak
benar, sudut pandangnya terhadap kehidupan manusia juga tidak benar.

Akhirnya kalau bukan pesimis maka akan melewati hidup tanpa tujuan dan
sia-sia. Maka itu, manusia mesti memiliki pengetahuan benar dan pandangan benar,
barulah dapat menghadapi kenyataan, berjuang dengan optimis, berani meraih
kemajuan, membangun dan mewujudkan cita-cita kehidupan.

Seorang manusia yang tidak memiliki pengetahuan benar dan pandangan


benar, bukan hanya akan salah tafsir terhadap setiap persoalan, bahkan juga jatuh
ke dalam jalan buntu, yang membawa kegagalan dan penderitaan; sehingga hanyut
dan tenggelam terbawa arus kehidupan awam, kehilangan akal sehat, tidak
sanggup membangkitkan semangat dan gagal total.

Maka itu baik dalam menjadi manusia seutuhnya ataupun dalam menangani
persoalan juga diperlukan pengetahuan benar dan pandangan benar, mengenali
lingkungan, dimulai dari karir atau mata pencaharian yang benar, yang memberi
manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, menciptakan berkah bagi
masyarakat, sehingga diri sendiri saat hidup dapat memberi manfaat bagi dunia ini,
saat meninggal dunia juga dapat meninggalkan manfaat bagi generasi selanjutnya,
meninggalkan nama harum sepanjang masa.

Terutama seorang manusia tidak boleh tidak memiliki keyakinan, tetapi


apabila kekurangan pengetahuan benar dan pandangan benar, bukan hanya
membabi buta mengikuti tren, bahkan jatuh ke dalam kepercayaan takhayul dan

 
sesat. Padahal mulanya keyakinan merupakan kebutuhan bagi manusia, yang tidak
boleh kurang dalam kehidupan manusia.

Namun sayangnya, manusia justru saat permulaan memeluk keyakinannya,


belum sanggup meningkatkan akal sehatnya, terlebih dulu memahami dengan
mendalam dan jelas akan keyakinan yang hendak dianutnya, jangan sampai
kepercayaan tersebut malah membawanya ke arah yang berbahaya bahkan ke jalan
yang sesat. Maka itu untuk menganut sebuah keyakinan dibutuhkan pengetahuan
benar dan pandangan benar, tahu membedakan yang asli dan aspal (asli tapi palsu),
tahu membedakan yang benar dan sesat.

Yakin pada Ajaran Buddha, maka harus menelusuri sejarah perkembangan


Ajaran Buddha, pemikiran, ucapan dan tindakan Sang Buddha, juga memahami
tujuan dari Ajaran Buddha, makna dan kegunaan dari belajar Ajaran Buddha,
sehingga pemahaman keyakinan yang terkandung dalam akal sehat diri sendiri,
dapat mengembangkan pengetahuan benar dan pandangan benar, memahami
bahwa ada benih sebab yang ditanam pasti akan menghasilkan buah akibatnya,
sehingga tekun untuk memperbaiki diri kembali ke jalan yang benar.

Kalau tidak demikian, maka seperti sebagian orang yang membabi buta
mengikuti tren, tidak tahu membedakan Dewa dan Buddha, tidak tahu
membedakan mana yang sesat dan benar, bahkan salah paham pada Buddha,
mengira bahwa Buddha, Bodhisattva dan para setan malaikat adalah serupa,
memuja-muja supaya dapat hoki, sedangkan yang tidak memuja akan ditimpa
musibah; dari kegiatan pemujaan akhirnya berubah jadi sebuah keharusan
menyembahyanginya, bahkan Dewa Langit, Dewa Bumi, malaikat dan setan,
Malaikat Pohon, juga menjadi objek pemujaan. Semua tindakan ini termasuk
pengetahuan sesat dan pandangan sesat, tetapi mereka malah menganggap dirinya
sebagai siswa Buddha, memaksa dan mengotori Ajaran Buddha dengan
kepercayaan takhayul.

Ada pula yang masuk pintu Ajaran Buddha dengan tujuan untuk mengejar
ketenaran dan keuntungan, di hadapan rupang Buddha memohon berkah dan usia
panjang, memohon agar anak dan cucunya senantiasa sejahtera, memohon agar


 
bisnisnyya lancar…
…………beegitu banyak permohhonan yangg diajukan; atau ada juga
yang deemi mengeejar ketenaaran dan keuntungann, salah meenafsirkan sutra Budddha,
uci dan bijak.
menfitnnah insan su

Bahhkan ada yang


y beranni menuduhh bahwa Suutra Suranngama adallah hasil krreasi
manusiaa, bukan dibabarkan
d oleh Budddha Sakyam muni. Semmua ini merupakan juurus-
jurus Mara,
M panddangan dann tindakann sesat, unntuk menyyesatkan daan mencellakai
hingga kehiilangan peengetahuann benar dann pandangaan benar, jatuh
para maakhluk seh
ke dalam
m jaring-jaaring pandaangan sesaat, kelak menjalani sikksaan beraat.

Maaka itu sayaa mengataakan : “Panndangan beenar, baik terhadap upaya u mennjadi
manusiaa seutuhny ya, dalam menangani
m segala perrsoalan, daan belajar Ajaran
A Budddha
melatih diri, adalaah sedemikkian pentinngnya”.


 
Bab 2. Bahaya dari Pandangan Sesat
Pandangan sesat yang memutarbalikkan fakta, berbohong tentang berkah dan
petaka, membingungkan dan meracuni manusia dunia, bukan hanya mencelakai
jiwa raga manusia, bahkan juga merusak ketenteraman masyarakat. Terutama
ajaran sesat yang menyesatkan orang-orang dengan teori-teori yang tidak berdasar,
lebih mengacaukan hati manusia, mengancam keamanan, membahayakan
masyarakat.

Contohnya : Orang-orang yang menyebarluaskan kabar sesat ke berbagai


pelosok dunia, bahkan mengaitkan kasus kejahatan yang terjadi, dengan isu kiamat
yang akan terjadi pada tahun 2000. Mengatakan bahwa saat sekarang adalah
momen terakhir perputaran jarum jam alam semesta, sehingga beragam jenis
bencana akan terjadi dalam beberapa tahun ini, bahkan sampai pada tahun 2000
merupakan hari yang terakhir, segala sesuatu akan musnah. Semakin mendekati
tahun 2000 semakin banyak penebar isu kiamat, mempertunjukkan banyak prilaku-
prilaku aneh.

Ada pula seorang gadis yang bernama Elizabeth yang mengaku mampu
melihat masa depan, percaya bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2000. Bahkan
ada orang yang memimpin sekelompok pengikut, bersembunyi ke tempat yang sepi
dan jauh dari hunian manusia, menyuruh pengikutnya agar memisahkan diri dari
dunia luar, tidak boleh bertemu dengan sanak keluarga atau menjalin komunikasi,
sepenuh hati menanti datangnya hari kiamat, mungkin dengan demikian masih bisa
memperoleh pengampunan dari Tuhan.

Tindakan yang penuh putus asa ini, bukan hanya mencelakai diri sendiri
bahkan juga mencelakai orang lain, menghancurkan masa depan, mengancam
kesejahteraan masyarakat, menuntun orang ke jalan buntu.

Terutama pada tahun kemarin, kejadian ini terjadi di Texas, Amerika Serikat,
kelompok aliran sesat yang dipimpin oleh David, membangun kubu pertahanan
sendiri, menyimpan senjata dan amunisi, menangkap wanita dan anak-anak,
melakukan pemberontakan melawan pemerintah federal Amerika Serikat.

Akhirnya lebih dari 80 orang harus kehilangan nyawa, David merupakan


pelaku utama kriminal, pengikutnya adalah orang-orang yang membabi buta
percaya pada pandangan sesatnya, juga harus ikut menanggung hukuman
bersamanya.


 
Ada lagi seorang gadis yang baru tamat kuliah, malangnya tidak memiliki
pengetahuan benar sehingga jatuh dalam kelompok aliran sesat ini, akhirnya
dicelakai oleh ajaran sesat.

Saat barisan kepolisian pemerintah federal menyerbu ke dalam markas aliran


sesat, David membakar dirinya sendiri, jasad gadis tersebut ditemukan dengan
bekas luka tembakan, mungkin sebelum David membakar diri, gadis ini sudah
terlebih dulu dibunuh.

Ketika para kuli tinta mewawancarai keluarga si gadis, ibundanya


mengungkapkan, ini adalah takdir Tuhan.

Kalau memang takdir, bagaimana mungkin Tuhan akan mengatur manusia


melawan pemerintahnya, lalu mana mungkin mengatur manusia untuk membunuh
pengikutnya secara sadis dan bunuh diri secara tragis?

Sekarang di berbagai belahan bumi, muncul tren beragam jenis kelompok


aliran sesat, yang diliputi kedunguan dan ketidaktahuan, mengejar harta kekayaan
dan hawa nafsu, sungguh membahayakan masa depan manusia.

Ajaran Buddha yang penuh kecemerlangan dan terbuka, bajik dan tidak jahat,
benar tanpa kepalsuan, namun sayangnya malah terkena hembusan angin sesat, ada
yang menyamar jadi Bhiksuni, mengaku telah mencapai pencerahan tertinggi. Ada
pula yang menyamar dan mengaku adalah Buddha tulen, bahkan memberi gelar
pada dirinya sendiri sebagai Lokanatha. Sesat dan diliputi ketidaktahuan (Avidya),
memutuskan akar kebajikan orang lain, membunuh jiwa kebijaksanaan orang lain.

Ada lagi orang yang mengatakan : Buddha Sakyamuni sudah pensiun,


sekarang Lao Mu mengutus Buddha Maitreya menguasai tahta Langit, bagi yang
mempercayai ucapan sesat mereka, maka sejak bergabung dengan kelompok
mereka, namanya akan terdaftar di Surga dan dihapus di Neraka, bagi yang
membocorkan lima patah kata dan kegiatan kelompok mereka kepada orang lain
(termasuk keluarga sendiri), akan disambar petir.

Para pengikut kelompok sesat ini yang oleh karena ketidaktahuan, jadi takut
disambar petir, akibatnya mau saja dikendalikan oleh orang kelompok sesat, tidak
berani melawan perintah kelompok sesat, bahkan sampai ajal menjemput juga
tidak berani kembali ke jalan yang benar.

10 
 
Tiga tahun yang silam, ada orang yang datang menjelaskan padaku mengenai
jejak Bodhisattva Maitreya, untuk meluruskan hati manusia, menghindari manusia
dari ucapan-ucapan sesat. Hari ini, jalinan jodoh ini telah masak, mengikuti apa
yang tertera di dalam sutra Buddha, untuk menjelaskan isu kiamat dan fakta yang
sesungguhnya dari Bodhisattva Maitreya akan turun ke dunia untuk mencapai
KeBuddhaan dan membabarkan Dharma.

11 
 
Bab 3. Petunjuk dari Pandangan Benar
Mengenai petunjuk dari pandangan benar Ajaran Buddha, berikut ini ada tiga
poin untuk menjelaskannya :

3.1. Fakta dari isu kiamat


Sutra Buddha menyebutkan : Para makhluk tak terhingga, alam juga tak
terhingga, dan diantara alam yang tak terhingga, para makhluk yang tak terhingga,
segala sesuatu yang memiliki wujud atau rupa adalah tidak kekal.

Kehidupan manusia tidaklah kekal, maka itu waktu tidak berhenti berputar,
proses lahir, tua, sakit dan mati, bertumimbal lahir tanpa henti. Benda mati juga
tidak kekal, mengalami proses muncul, berlangsung, berubah dan musnah,
mengalami siklus yang tiada henti.

Dunia tidak kekal, setiap saat berubah tanpa henti, mengalami proses
pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, mengalami siklus tanpa henti.
Ketika dunia baru terbentuk, memberi kehidupan kepada makhluk hidup,
segalanya masih begitu alamiah dan indah. Tetapi bahan material yang
membentuk alam, yakni unsur tanah, air, api dan angin, mengalami perubahan
tanpa henti, sehingga keadaan alam pun ikut berubah; selain itu lingkungan alam
juga mengalami perusakan dari manusia, kian hari kian menua, akhirnya
kerusakan tersebut sudah di ambang batas, terjadilah apa yang disebut dengan
kiamat.

Ketika bumi menghadapi hari kiamat, manusia harus mencari tempat


hunian di planet lainnya, cepat lambat bumi akan musnah dan lenyap.

Seperti gedung pencakar langit di Hong Kong yang sudah tua usianya,
harus dirobohkan dan dibangun kembali, gedung baru kemudian akan menjadi tua,
dan dirobohkan lalu dibangun lagi, demikianlah siklus ini berjalan tanpa henti.

Demikianlah pula dengan dunia ini, akan terus mengalami siklus


pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, kemudian proses ini berulang terus,
setiap tahapan akan melewati 20 kalpa kecil lamanya.

Catatan :
20 kalpa kecil = 1 kalpa menengah

12 
 
4 kalpa menengah = 1 kalpa besar
4 kalpa menengah mencakup proses “pembentukan, berlangsung, rusak dan
kosong” = 1 kalpa besar

Menurut perhitungan dalam Ajaran Buddha, waktu yang paling singkat disebut
sebagai sekejab, waktu yang paling panjang disebut sebagai satu kalpa. Kalpa itu
ada kalpa besar, kalpa menengah dan kalpa kecil, juga ada yang disebut sebagai
masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Kalpa besar masa sekarang ini disebut sebagai Bhadra-kalpa. Bermula dari
usia manusia yang hanya tersisa 10 tahun saja, setiap melewati seratus tahun akan
bertambah setahun, demikianlah selanjutnya hingga usia manusia mencapai 84 ribu
tahun, lalu kembali berkurang, setiap seratus tahun akan berkurang setahun, hal ini
akan berlangsung hingga usia manusia cuma tinggal 10 tahun saja, periode proses
pertambahan dan pengurangan ini disebut sebagai satu kalpa kecil.

20 kalpa kecil disebut sebagai 1 kalpa menengah, proses pembentukan,


berlangsung, rusak dan kosong, disebut empat kalpa menengah yang juga merupakan 1
kalpa besar. Ketika waktu sudah mencapai ambang batas 1 kalpa besar, inilah yang
disebut hari kiamat, bumi rusak dan musnah, seluruhnya jadi kosong. Tetapi setelah
kosong, dunia kembali terbentuk lagi, setelah melewati 20 kalpa kecil kemudian,
akan memasuki tahapan keberlangsungan.

Kalpa keberlangsungan sekarang ini disebut sebagai Bhadrakalpa, Buddha


Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini adalah pada masa Bhadrakalpa, yakni
kalpa ke-9 dari kalpa pengurangan usia, saat itu usia manusia rata-rata adalah seratus
tahun; Buddha Sakyamuni memasuki Parinirvana pada 2500 tahun yang silam, kini
usia rata-rata manusia adalah 75 tahun.

Lebih dari 6000 tahun mendatang, ketika usia rata-rata manusia hanya tersisa
10 tahun, kejahatan yang dilakukan manusia semakin ekstrim tiada batas lagi, lobha
(ketamakan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan) meningkat terlampau tajam,
kejahatan banyaknya jauh melampaui kebajikan, tiada belas kasih lagi, sesama
manusia bila bertatap muka bukannya saling menyapa, namun yang muncul adalah
niat saling membunuh, tangan tidak menggenggam smartphone lagi tapi menggenggam
senjata tajam.

13
Oleh karena dipengaruhi kekuatan karma, sehingga kalpa pembunuhan akan
berlangsung selama tujuh hari, yang disebut dengan “Kalpa pembunuhan dan
peperangan”.

Oleh karena hati manusia sudah sedemikian jahat dan beracun, membunuh
orang-orang yang tidak berdosa, sementara itu makhluk hidup akan memuntahkan
hawa beracun, wabah penyakit merajalela, yang terserang langsung mati, kejadian
ini akan berlangsung selama tujuh bulan lamanya, ini disebut sebagai “Bencana
wabah penyakit”.

Juga oleh karena hati manusia sudah sesat dan berpandangan sesat, tidak
tahu lagi membedakan benar dan salah, tidak memilih mata pencaharian yang
benar, sehingga Dewa dan Naga jadi marah, untuk jangka waktu yang lama tidak
menurunkan hujan, terjadi bencana kekeringan dan panen gagal, banyak manusia
yang mati kelaparan; sedangkan yang masih hidup akan mengutip tulang-tulang
orang mati, lalu direbus dan supnya diminum untuk bertahan hidup, ataupun
mengganjal perut dengan makan kulit pohon, kejadian ini akan berlangsung selama
tujuh tahun lamanya, disebut sebagai “Bencana Kelaparan dan Gagal Panen”.

Sementara itu orang-orang yang berhasil lolos dari “Kalpa Pembunuhan dan
Peperangan”, lolos dari “Bencana wabah penyakit”, tidak mati dalam bencana
besar, setelah melewati malapetaka tersebut, akhirnya menyadari balasan dari
perbuatan baik dan jahat, kembali ke jalan yang benar, dengan demikian usia
manusia kembali bertambah, setiap seratus tahun bertambah setahun, sampai
akhirnya usia manusia mencapai 84 ribu tahun, saat itu Bodhisattva Maitreya turun
dari Surga Tusita, lahir ke Alam Manusia, serupa juga dengan Buddha Sakyamuni,
Bodhisattva Maitreya akan melewati delapan tahapan kehidupan, memutar roda
Dharma dan menyelamatkan para makhluk.

Catatan :
Delapan tahapan kehidupan yang dilalui oleh setiap Buddha adalah :
1. Turun dari Surga Tusita
2. Memasuki kandungan ibunda
3. Keluar dari kandungan (lahir ke dunia)
4. Meninggalkan keduniawian
5. Menaklukkan Mara
6. Mencapai KeBuddhaan
7. Membabarkan Dharma
14 
 
8. Memasuki Parinirvana

Catatan :
Urutan para Buddha yang telah muncul di dunia dan yang akan muncul di dunia :

1. Krakucchanda Buddha
2. Kanakamuni Buddha
3. Kasyapa Buddha
4. Sakyamuni Buddha
5. Maitreya Buddha – Calon Buddha, masih belum turun ke dunia

Setelah Buddha Maitreya, di urutan selanjutnya masih ada 995 Buddha yang akan
muncul di dunia (Pada periode Bhadrakalpa akan muncul seribu Buddha), yang
berada di urutan selanjutnya (Buddha pada urutan yang ke-6) adalah Simha
Buddha, dan yang berada pada urutan terakhir (Buddha pada urutan yang ke-1000)
yakni Rudita Buddha.

Dapat diketahui bahwa dari empat periode alam ini yakni muncul, berlangsung,
rusak dan kosong, para Buddha hanya akan muncul pada periode keberlangsungan,
sedangkan periode muncul, rusak dan kosong tidak ada Buddha yang muncul.

Catatan :
1 kalpa besar =4 kalpa menengah
1 kalpa menengah= 20 kalpa kecil
4 kalpa menengah mencakup proses “pembentukan (20 kalpa kecil), berlangsung
(20 kalpa kecil), rusak (20 kalpa kecil) dan kosong (20 kalpa kecil)” = 1 kalpa
besar (kalpa besar masa sekarang ini disebut Bhadrakalpa)

Pada permulaan kalpa rusak, terlebih dulu yang musnah adalah para makhluk,
sampai pada kalpa kecil yang terakhir yakni kalpa kecil yang ke-20, alam mulai
mengalami kerusakan. Ketika para makhluk hidup mengalami pemusnahan,
diantaranya adalah para makhluk di enam alam tumimbal lahir, setelah meninggal
dunia, mereka akan mengikuti karma yang diperbuat dan bertumimbal lahir ke
alam lainnya, atau juga menuruti tekadnya terlahir di Negeri Buddha, sedangkan
makhluk di Alam Neraka yang hukumannya belum habis akan dipindahkan ke
Neraka di penjuru alam lainnya untuk meneruskan menjalani siksaan.

15 
 
Seperti yang disebutkan dalam Ksitigarbha Sutra : “Ketika alam ini rusak, maka
dikirim ke alam lainnya, setelah alam lainnya rusak, dikirim lagi ke penjuru
lainnya. Hukuman di Neraka Avici adalah sedemikian rupa”.

Dapat diketahui bahwa buah akibat dari perbuatan adalah bagaikan bayangan
mengikuti diri, meskipun planet Bumi telah musnah, namun balasan akibat
perbuatan juga belum usai, bahkan masih dikirim ke Neraka di penjuru lainnya,
untuk meneruskan menjalani siksaan.

Sedangkan praktisi pelafal Amituofo, dengan mengandalkan benih karma sucinya,


saat kiamat menjelang, sejak awal telah terlahir di Negeri Buddha, bertemu
Buddha mendengarkan pembabaran Dharma, meneruskan melatih diri dan
menikmati kebahagiaan.

Ketika alam semesta mengalami kehancuran, Langit dan Bumi sudah tidak
terdapat makhluk hidup lagi, tiga bencana besar akan terjadi secara berturut-turut.
Yang pertama adalah bencana api, muncul tujuh buah matahari, air sungai dan laut
mengering, kobaran api menjulang hingga mencapai Brahmaloka; ke arah bawah
hingga mencapai Neraka Avici, ke arah atas hingga mencapai Alam Jhana Pertama,
seluruh pegunungan, sungai, daratan, termasuk istana Alam Surga di Kamaloka,
juga akan jadi abu. Disusul kemudian bencana air, segalanya akan hanyut dan
ditenggelamkan oleh bencana air. Yang terakhir adalah bencana angin, segala
sesuatu saling bertubrukan dan hancur menjadi debu.

16 
 
3.2. Jejak Bodhisattva Maitreya
Ketika dunia memasuki tahap keberlangsungan, pada kalpa kecil yang ke-
10, saat usia manusia mencapai 84 ribu tahun, yang berjarak dari waktu
sekarang adalah 5,67 miliar tahun lagi, Bodhisattva Maitreya akan terlahir
di dunia ini.

Di sini kita membagi topik pembahasan menjadi 6 poin, untuk


memperkenalkan jejak dari Bodhisattva Maitreya.

3.2.1. Asal Usul Nama Bodhisattva Maitreya

Nama lain dari Bodhisattva Maitreya adalah Bodhisattva Ajita, yang


bermakna tiada yang dapat mengungguliNya. Oleh karena hati
maitriNya yang sangat luas, tidak ada seorang pun manusia yang dapat
mengungguliNya.

Bodhisattva Maitreya disebut pula sebagai bermarga Ci (Maitri), oleh


karena sewaktu Beliau menjadi praktisi pemula, Beliau melatih hati
maitri, maka itu mengambil Ci (Maitri) sebagai margaNya, hingga
akhirnya kelak ketika mencapai KeBuddhaan, margaNya juga Ci
(Maitri).

Di dalam “Sutra Tentang Jalinan Jodoh Pertapa Zhi Guang


Membangkitkan Hati Maitri Tidak Makan Daging”, tercantum bahwa
pada masa lampau asamkheyakalpa yang tak terhingga dan tanpa batas,
ada sebuah alam yang bernama Sheng-hua-fu, Buddha yang sedang
membabarkan Dharma di sana bernama Buddha Maitreya, dengan hati
MaitriNya mengajari para makhluk.

Saat itu Buddha Maitreya membabarkan Sutra “Da Ci San Mei Guang
Da Bei Hai Yun Jing”, bila ada yang mendengarnya, akan melampaui
berkalpa-kalpa karma buruk samsara, pasti mencapai KeBuddhaan.

17 
 
Pada saat itu ada seorang Brahmana yang bernama “Yi Qie Zhi Guang
Ming”, cerdas dan bijaksana, berpengetahuan luas, terpelajar dan berbakat,
serta memiliki daya ingat yang tajam, membangkitkan keyakinan dan
menjadi siswa Buddha, membangkitkan Bodhicitta, membaca Sutra “Da
Ci San Mei Da Bei Hai Yun Jing”, lalu melimpahkan jasa kebajikan ini,
semoga pada kalpa yang akan datang, pasti mencapai KeBuddhaan dengan
nama Maitreya.

Kemudian, Pertapa Zhi Guang melatih diri di gunung, menfokuskan


pikiran membaca sutra, hidup dengan berpindapatra. Suatu hari banjir
besar melanda, Pertapa Zhi Guang terpaksa bertahan di pegunungan,
selama tujuh hari tidak bisa turun gunung untuk berpindapatra, waktu itu
di atas gunung terdapat 500 ekor kelinci putih, raja kelinci dan anaknya,
untuk menghilangkan penderitaan rasa lapar pertapa, melompat ke dalam
kobaran api, untuk dipersembahkan kepada pertapa.

Setelah dagingnya matang, Dewa Pohon berkata pada pertapa : “Raja


kelinci dan anaknya, demi memberi persembahan, sengaja melompat ke
dalam kobaran api, sekarang dagingnya sudah masak, anda boleh
memakannya”.

Pertapa yang mendengarnya, begitu bersedih hati, lalu mengucapkan


sebait gatha, kemudian membangkitkan tekad setiap kelahiran takkan
timbul pikiran membunuh, tidak mengkonsumsi daging, memasuki
“Samadhi Maitri Putih Cemerlang”, hingga mencapai KeBuddhaan, juga
mengamalkan sila tidak mengkonsumsi daging.

Kemudian Pertapa Zhi Guang mengakhiri hidupnya dengan melompat ke


dalam kobaran api, bersama dengan raja kelinci dan anaknya, meninggal
dunia.

Buddha Sakyamuni membabarkan : “Kalian sekarang seharusnya


mengetahui bahwa raja kelinci putih pada waktu itu, sekarang adalah
Saya, Buddha Sakyamuni, sedangkan anak kelinci sekarang adalah
Rahula, sedangkan pertapa yang membaca sutra, sekarang adalah yang
hadir dalam persamuan ini, yakni Bodhisattva Maitreya”.

Bodhisattva Maitreya yang pada waktu itu terlahir pada jaman dimana
terjadi bencana kelaparan, namun Beliau lebih memilih untuk mengorb-
ankan diriNya, juga takkan tega memakan daging makhluk
18
hidup, bahkan membangkitkan tekad setiap kelahiran takkan timbul niat
membunuh, hingga mencapai KeBuddhaan, dengan mengamalkan sila
tidak membunuh, juga melarang siswa-siswaNya mengkonsumsi daging,
dapat dilihat hati maitriNya yang begitu luas, tiada yang dapat
mengunggulinya, maka itu Beliau bermarga Ci (Maitri).

Juga di dalam Sutra “Da Sheng Ben Sheng Xin Di Guan Jing” menyebutkan
bahwa: “Pangeran Dharma Bodhisattva Maitreya, sejak permulaan membangkitkan
niat melatih diri, tidak mengkonsumsi daging, oleh karena jalinan jodoh ini maka
itu bermarga Ci”.

Buddha Sakyamuni di dalam Damamuka-nidana Sutra, juga memberitahu


Ananda : “Pada masa lampau, raja dari Kerajaan “Zhan Bu Zhou”, bernama “Da-
mo Liu-zhi”, pada saat itu ada Buddha yang bernama “Fu Sha”, salah seorang
Bhiksu siswa Buddha memasuki Samadhi Maitri, rupanya tenang dan damai,
memancarkan cahaya menyinari.

Raja bertanya pada Buddha : “Bhiksu ini melatih samadhi apa?”

Buddha menjawab : “Memasuki Samadhi Maitri”.

Raja menjadi bersukacita, lalu melatih Samadhi Maitri, bahkan juga


membangkitkan tekad setiap kelahiran akan melatih Samadhi Maitri.

Sejak itu hingga kelak di kemudian hari, marganya senantiasa adalah Ci


(Maitri), hingga mencapai KeBuddhaan kelak, juga bergelar Maitreya”.

Kesimpulan dari petikan sutra di atas adalah Bodhisattva Maitreya yang oleh
karena pada masa kelahiran lampauNya, menjalankan Maitri (cinta kasih

19 
 
universal), senantiasa melatih Samadhi Maitri, mengembangkan Maitri kepada
semua makhluk, maka itu bermarga Ci (Maitri).

Buddha Sakyamuni muncul dan membabarkan Dharma di dunia ini, melalui


delapan tahapan kehidupan, Bodhisattva Maitreya juga pernah terlahir di Kerajaan
Varanasi, di Dusun “Jie Po Li”, di rumah Brahmana “Bo Po Li”.

Saat baru lahir sudah sempurna akan 32 tanda utama dan 80 tanda sekunder
Buddha, ayahandanya begitu gembira sehingga mengundang peramal untuk
meramal masa depan anaknya; peramal merasa anak ini sungguh istimewa,
sehingga bertanya keadaan saat kelahirannya, ayahnya menjawab: “Sejak
mengandung anak, sifat ibunda berubah jadi lembut, dengan maitri atau cinta kasih
universal mengasihi penderitaan dan kesusahan”.

Peramal berkata : “Ini sungguh merupakan tekad si anak”.

Maka itu diberi nama sebagai Maitreya, yang bermakna : Insan yang berhati
maitri.

Catatan :
Delapan tahapan kehidupan yang dilalui oleh setiap Buddha adalah :
1. Turun dari Surga Tusita
2. Memasuki kandungan ibunda
3. Keluar dari kandungan (lahir ke dunia)
4. Meninggalkan keduniawian
5. Menaklukkan Mara
6. Mencapai KeBuddhaan
7. Membabarkan Dharma
8. Memasuki Parinirvana

20 
 
3.2.2. Pewaris Jubah dan Patra Buddha Sakyamuni

Bodhisattva Maitreya memiliki rupa yang bagus dan berwibawa,


peramal mengira Beliau adalah Raja Cakravartin. Pada saat itu raja yang
bernama Brahmadatta, takut akan terjadinya pemberontakan, sehingga
timbul niat membunuh, ayahnya menyembunyikan Maitreya di rumah
pamannya yang bernama Bo Luo-li, mendengar pembabaran Buddha
Dharma dan meninggalkan kehidupan duniawi, kemudian bersama
Maitreya dan rekan lainnya, semuanya berjumlah 16 orang, mereka
menuju ke tempat kediaman Buddha Sakyamuni, mereka mengajukan
berbagai pertanyaan dan Sang Buddha menjawab pertanyaan mereka
satu persatu, Pemuda Ci (Maitreya) merasa begitu bersukacita, lalu
meninggalkan keduniawian dan menjadi siswa Sang Buddha.

Namun setelah menjadi anggota Sangha, tidak melatih samadhi, suka


bergaul dan menjalin pertemanan, tetapi Buddha Sakyamuni malah
memandangnya dari sudut berbeda, akhirnya memberikan padanya
ramalan pencapaian KeBuddhaan.

Yang Ariya Upali, oleh karena hal ini jadi timbul keraguan, lalu
bertanya pada Sang Buddha : “Meskipun orang ini sudah menjadi
anggota Sangha, tapi malah tidak melatih samadhi, tidak memutuskan
kekotoran batin, tapi Bhagava malah memberi ramalan pencapaian
KeBuddhaan padanya. Orang ini saat menjelang ajal, akan terlahir di
alam mana?”

Oleh karena pertanyaan ini, akhirnya Buddha Sakyamuni membabarkan


“Sutra Terlahirnya Bodhisattva Maitreya ke Surga Tusita”. Di dalam
sutra ini, Buddha Sakyamuni membabarkan bahwa 12 tahun kemudian
pada bulan 2 hari ke-15, Bodhisattva Maitreya pasti terlahir di Surga
Tusita, menjadi Bodhisattva Calon Buddha.

Istana kediamannya indah dan megah, memiliki rupa nan berwibawa,


bersama para Dewa lainnya duduk di atas tahta teratai, siang malam
enam periode waktu, senantiasa memutar roda Dharma, membabarkan
Dharma Ketidakmunduran, sehingga para Dewa takkan mengalami
kemunduran dari pencapaian Anuttara-samyak-sambodhi.

21 
 
Setiap praktisi yang mempelajari Dharma Buddha Sakyamuni, dengan
tekun menimbun jasa kebajikan, membaca sutra Aliran Mahayana, atau
membersihkan stupa, lalu membangkitkan tekad terlahir di Surga Tusita,
belajar pada Bodhisattva Maitreya, semuanya juga dapat mendengar
pembabaran Buddha Dharma dan mencapai pencerahan.

Surga Tusita merupakan alam surga tingkat ke-4 di Kamaloka, terbagi


atas wilayah dalam dan wilayah luar, wilayah luar merupakan tempat
kediaman para Dewa Dewi dan setiap hari kerjaan mereka cuma
bersenang-senang saja, hanyut dalam lima nafsu, sehingga tidak sudi
belajar Ajaran Buddha dan melatih diri.

Sedangkan di wilayah dalam merupakan tempat kediaman Bodhisattva


Maitreya, di sini juga merupakan tempat berkumpulnya para Dewa
Dewi yang bajik yang mau belajar Ajaran Buddha dan melatih diri, di
wilayah dalam inilah mereka belajar Buddha Dharma dan melatih diri
bersama-sama.

Maka itu bagi praktisi yang bertekad terlahir di Surga Tusita, tidak
boleh sampai silap dan salah langkah, mesti bertekad terlahir di wilayah
dalam Surga Tusita dan jangan sampai salah langkah sehingga terlahir
di wilayah luar, tempat yang sesat, kalau salah langkah dan terlahir di
wilayah luar maka akan mengalami kemerosotan batin dan akhirnya
malah mengalami kejatuhan.

Bibi Buddha Sakyamuni yakni Bhikkhuni Mahapajapati Gotami, yang


oleh karena begitu merindukan Bhagava, sehingga merajut sendiri jubah
emas untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha.

Buddha Sakyamuni yang berupaya agar persembahan jubah ini bisa


menghasilkan berkah yang lebih besar, maka itu menasehati bibinya
agar mempersembahkan sehelai jubah ini kepada Sangha.

Tetapi para anggota Sangha, tidak ada satupun yang berani menerima
persembahan jubah emas tersebut, akhirnya dialihkan kepada Maitreya,
Maitreya begitu bersukacita menerima persembahan jubah emas ini;
bahkan selalu mengenakannya ketika mengikuti Buddha Sakyamuni
berkelana.
22 
 
Tubuh Maitreya sendiri memang sudah berwarna keemasan, sekarang
ditambah pula mengenakan jubah keemasan, sehingga penampilannya
begitu indah dan istimewa, berwibawa tiada bandingnya, membawa
mangkok dan berpindapatra, kemanapun Beliau menuju, akan dikelilingi
orang banyak.

Bodhisattva Maitreya bukan hanya berani menerima persembahan jubah


emas dari bibi Buddha Sakyamuni, bahkan kelak (waktu turun dari
Surga Tusita) juga akan menerima dan menjadi pewaris jubah dan patra
Buddha Sakyamuni, kelak akan turun dari Surga Tusita dan lahir ke
dunia ini, mencapai KeBuddhaan di dunia ini, membabarkan Dharma dan
menyelamatkan para makhluk di dunia ini.

Ketika Buddha Sakyamuni memasuki Parinirvana, Beliau menitipkan jubah


dan patraNya kepada Yang Ariya Mahakasyapa, Mahakasyapa melatih
diri di Kukkuta Padagiri, India, memasuki Nirodha-samāpatti, menanti
hingga 5,67 miliar tahun kemudian, mempersembahkan jubah dan patra
Buddha Sakyamuni kepada penerus Buddha Sakyamuni, yakni Buddha
Maitreya.

23
3.2.3. Menjelma di Dunia

Meskipun Bodhisattva Maitreya masih berdiam di Surga Tusita bagian


dalam, membabarkan Dharma kepada para Dewa Dewi, namun dengan hati
maitri menuntun para makhluk, selalu menjelma di sepuluh penjuru alam,
menuruti jodoh memberi ajaran.

Konon, di Tiongkok, pada periode Dinasti Utara dan Selatan (420-589), di


Kerajaan Qi Selatan ada Pertapa Fu Xi, lalu pada akhir masa Dinasti Tang,
ada Bhiksu Kantong Kain, kedua sosok ini adalah jelmaan dari Bodhisattva
Maitreya.

Fu Xi, nama kehormatannya (nama yang diberikan kepada seorang pria


yang telah berusia 20 tahun) adalah Shan Hui, hidup pada masa
pemerintahan Kaisar Qi Ming, penduduk Kabupaten Dongyang, Provinsi
Zhejiang, ayahnya bernama Xuan Ci, ibundanya berasal dari Keluarga
Wang.

Saat Fu Xi berusia 16 tahun, menikah dengan seorang gadis yang bermarga


Liu bernama Miao-guang, melahirkan tiga putra. Suatu hari, ketika sedang
memancing di telaga, Fu Xi bersua dengan seorang Bhiksu yang berkata
padanya : “Anda dan saya sama-sama di hadapan Buddha Vipasyin
mengikrarkan tekad menyelamatkan para makhluk, kini di istana Surga
Tusita, jubah dan patra Anda masih ada, kapan baru pulang?”

Fu Xi yang mendengar ucapan ini membelalakkan matanya. Bhiksu itu


menyuruhnya melihat bayangan di dalam air, tampak masa kehidupan
lampaunya. Fu Xi bertanya pada Bhiksu itu di mana tempat baginya untuk
melatih diri, Bhiksu menunjuk pada sepasang pohon di bawah Gunung
Song, maka itu Fu Xi membangun gubuk dan menetap di sepasang pohon
tersebut.

Membuka lahan untuk ditanami sayur dan buah, siang hari bekerja keras,
malam hari melatih diri, demikianlah dia menjalani pertapaan keras selama
tujuh tahun lamanya.

24 
 
Suatu hari dalam samadhinya, Fu Xi tiba-tiba bertemu dengan Buddha
Sakyamuni, Buddha Jin Su dan Buddha Dipankara. Tidak lama kemudian,
empat jenis siswa Buddha (Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika) berdatangan
melakukan namaskara dan belajar padanya.

Fu Xi demi menyelamatkan para makhluk, terlebih dulu mengajari istri dan


anak-anaknya agar membangkitkan ketulusan, kemudian menjual rumah
dan ladangnya, hasil penjualan dipersembahkan kepada empat jenis siswa
Buddha.

Ketika bencana kelaparan datang melanda, Fu Xi tidak memiliki bahan


makanan lagi, sehingga menyuruh istri dan anak-anaknya bekerja jadi
pembantu, gajinya buat beli bahan makanan untuk dipersembahkan kepada
orang banyak, istrinya berkata : “Semoga semua makhluk memperoleh
pembebasan”.

Kemudian istrinya menjual diri dan menjadi budak di rumah keluarga Fu


Zhong-chang, gajinya puluhan ribu.

Fu Xi lalu mengikrarkan tekad di hadapan orang banyak : “Saya, Shan Hui


(Shan Hui adalah nama lain dari Fu Xi), bernamaskara pada Bhagava
Sakyamuni dan para Buddha di sepuluh penjuru dan dari tiga masa, Triratna
di seluruh semesta alam dan Dharmadhatu, hari ini saya mengikhlaskan istriku,
semoga semua makhluk di Triloka, mengeliminasi petaka dan menimbun
berkah, mengurangi dan menghapus karma buruk, bersama-sama mencapai
KeBodhian”.

Beberapa bulan kemudian, oleh karena Fu Zhong-chang tergugah oleh


moralitas dan kebajikan Fu Xi, sehingga mengembalikan istrinya. Sejak itu
istri Fu Xi bekerja membanting tulang, penghasilannya dipersembahkan
kepada orang banyak.

Fu Xi demi menyelamatkan sanak saudaranya, suatu hari berkunjung ke


rumah pamannya, dia berkata pada pamannya : “Saya adalah Maitreya, khusus
datang ke sini untuk menyelamatkanmu, paman harusnya bernamaskara”.
Mendengar hal ini, pamannya melakukan namaskara.

Setelah itu Fu Xi berencana berkunjung ke rumah paman kakeknya, istrinya


menasehatinya, selama ini paman kakek tidak mempercayai ucapanmu, lagi
pula mana ada aturan paman kakek melakukan namaskara pada cucunya?
25
Fu Xi membuka bajunya, sekujur tubuhnya memancarkan cahaya keemasan,
menebarkan keharuman surgawi, namun istrinya tetap bersikeras menasehatinya
agar jangan pergi.

Fu Xi tidak mau mendengar nasehat istrinya, pergi ke rumah paman kakeknya,


ketika dia menghendaki paman kakek bernamaskara padanya, paman kakek
berkata : “Apa? Kamu mau saya bernamaskara padamu? Mana ada aturan
begini?”

Fu Xi pulang kembali ke gunung, istrinya bertanya : “Bagaimana? Apakah


paman kakek sudah bernamaskara padamu?”

Fu Xi menjawab : “Hari ini tidak bernamaskara, besok saya akan


mengajarinya satu langkah satu namaskara”.

Malam hari, paman kakek bermimpi ada seorang malaikat berkata padanya :
“Anda begitu congkak, tidak sudi mendengar ajaran Suciwan”. Tiba-tiba
melihat keistimewaan tubuh keemasan Bodhisattva Maitreya, lalu terbang di
angkasa, saat itu paman kakek berusaha mengejar Bodhisattva, tiba-tiba muncul
dinding raksasa yang menutupi angkasa, Bodhisattva dapat menembusi dinding
tersebut dengan bebas tanpa rintangan, sementara paman kakek tidak mampu
melewatinya. Ketika terbangun, paman kakek merasa amat menyesal.

Keesokan paginya, paman kakek menuju ke gunung, bertobat dan menangis.


Bodhisattva berkata: “Saya datang dari Surga Tusita, untuk menyelamatkan
kalian, baguslah kalau sudah tahu bersalah”.

Saat itu ada seorang Sramana yang bernama Hui Ji (konon adalah jelmaan
Bodhisattva Avalokitesvara) datang ke gunung dan melakukan penghormatan
pada Fu Xi (Bodhisattva Maitreya). Bodhisattva Maitreya membabarkan pada
Sramana ini tentang Dharma Anuttara-samyaksambodhi. Kemudian Hui Ji
menyebarluaskan Dharma ke seluruh pelosok, sambil berkata : “Pertapa Fu
Xi adalah jelmaan Bodhisattva Maitreya”.

Bodhisattva Maitreya yang selama ini mengajar di sepasang pohon di kaki


gunung, merasa bahwa penyebaran ajaranNya masih tidak luas, sehingga
berniat masuk ke istana untuk menyebarluaskan Buddha Dharma. Lalu

26
mengutus muridnya pergi ke istana untuk mengantar surat kepada Kaisar
Liang Wu-di.

Kaisar mengundang Bodhisattva Maitreya ke ibukota, mendengar kabar


bahwa Bodhisattva memiliki kemampuan gaib, sengaja menyuruh
pengawal istana untuk mengunci gerbang istana, menguji bagaimana cara
Bodhisattva masuk ke dalam istana.

Bodhisattva mengetahui hal ini, maka itu sebelumnya sudah


mempersiapkan dulu sebuah palu kayu, sesampainya di gerbang istana,
Beliau menggunakan palu kayu mengetuk pintu gerbang istana, lalu pintu
terbuka dan Bodhisattva langsung masuk ke dalam aula istana.

Kaisar Liang Wu-di bukan hanya meyakini Ajaran Buddha dan merenovasi
vihara, mempersembahkan dana makanan kepada Sangha, menyalin sutra,
bahkan sering mengadakan kegiatan ceramah Dharma.

Suatu hari, Kaisar Liang Wu-di hendak memberi ceramah Dharma, sengaja
menyisakan satu tempat khusus buat Fu Xi. Ketika kaisar memasuki ruang
kebaktian, seluruh hadirin dan petinggi istana, langsung berdiri menyambut
kedatangan kaisar, hanya Fu Xi yang masih duduk di sana dan tidak
bergerak, salah seorang pejabat menteri bertanya padanya : “Kenapa anda
tidak berdiri memberi hormat?”

Bodhisattva menjawab : “Tanah Dharma kalau bergerak, semuanya jadi


tidak aman”.

Setelah Bodhisattva masuk ke istana, Kaisar Liang Wu-di memohonNya


untuk membabarkan Sutra Intan.

Almanak Tian Jia Tahun ke-10, Songshan meninggal dunia, Bodhisattva


mengumpulkan siswa-siswaNya lalu berpesan : “Songshan telah pulang ke
Surga Tusita menanti diriKu, Saya juga tidak bisa tinggal lama di dunia ini”.

Lalu berkata pada siswaNya yakni Pu Jian dan Pu Cheng : “Saya datang
dari surga tingkat ke-4 dari Kamaloka demi menyelamatkan para makhluk,
kalian harus menjaga karma yang dilakukan melalui tubuh, ucapan, pikiran,
giat melatih Enam Paramita, menjalani Dharma Pertobatan, menghindari
jatuh ke tiga alam penderitaan”. Selesai berkata, Fu Xi meninggal dunia
dalam usia 73 tahun.
27 
 
Bhiksu kantong kain, muncul pada akhir Dinasti Tang. Selalu menetap di
Kabupaten Fenghua, Provinsi Zhejiang, marga keluarganya tidak jelas, orangorang
menyebutnya sebagai Bhiksu kantong kain, nama aslinya adalah Qi-ci.

Bhiksu kantong kain selalu tertawa, gendut, tidur dan menetap di mana saja,
perawakannya serupa orang kurang waras.

Ke mana saja selalu membawa buntelan atau kantong kain, dan sebatang tongkat
untuk memikul buntelannya, berkelana ke mana-mana. Setelah berpindapatra,
maka makanan tersebut hanya digigitnya sekali, lalu dimasukkan ke dalam
buntelannya. Setelah buntelannya penuh dengan makanan, lalu dibagikan
kepada anak-anak, maka itu setiap dusun yang dilewatinya, anak-anak suka
mengerumuninya, menantinya membagi makanan.

Bhiksu buntelan memiliki perawakan yang aneh, menorehkan banyak kejadian


yang tak terbayangkan.

Setiap musim dingin tiba, Bhiksu Kantong selalu berbaring di atas salju yang
membeku, namun salju tidak mengenai tubuhnya; ketika musim hujan tiba,
beliau malah mengenakan sandal basah dan berlarian di dusun; ketika musim
panas tiba, dia malah naik ke jembatan yang tinggi dan berbaring di sana.

Ketika ada yang bertanya padanya tentang ramalan baik dan buruk, maka beliau
akan menjawabnya dengan jelas, bahkan sangat tepat sekali, sayangnya masyarakat
tidak tahu mengenaliNya, mereka mengira kalau Bhiksu Kantong baik ucapan
maupun tindakannya adalah kurang waras, padahal ucapannya selalu mengandung
ajaran Zen didalamnya.

Suatu kali, Bhiksu Kantong berjalan di belakang anggota Sangha, Bhiksu kantong
mengejarnya lalu menepuk bahu anggota Sangha tersebut, anggota Sangha jadi
menoleh ke belakang, Bhiksu Kantong berkata : “Berikan saya satu koin uang”.

Master Dhyana menjawab : “Kalau anda bisa menunjukkan pelatihan dirimu,


barulah saya kasih satu koin uang”. Bhiksu Kantong segera meletakkan
buntelannya, lalu berdiri sambil melipat kedua tangannya.

Bhiksu Bao Fu pernah bertanya padanya : “Apa inti dari Buddha Dharma?”
Bhiksu Kantong meletakkan buntelannya.

28
Suatu hari Bhiksu Kantong berdiri di perempatan jalan, ada seorang Master
Dhyana bertanya padanya : “Apa yang anda lakukan di sini?”

Bhiksu Kantong menjawab : “Saya sedang menanti seseorang”.

Master Dhyana berkata : “Sudah datang, sudah datang”.

Bhiksu Kantong berkata : “Bukan kamu orangnya”.

Master Dhyana bertanya : “Jadi siapa orangnya?”

Tiba-tiba Bhiksu Kantong menjulurkan tangannya : “Beri saya satu koin uang”.

Semua ini adalah tutur kata Zen.

Gatha kesabaranNya adalah sebagai berikut :

“Jika ada yang memarahiku, maka saya cuma mengatakan bagus,


Jika ada yang memukuliku, maka saya cuma bisa jatuh tertidur.
Jika ada yang meludahi wajahku, maka akan kubiarkan dia mengering,
Saya bisa menghemat tenaga, dia juga akan berkurang amarahnya.
Paramita sedemikian rupa, menjadi mustika paling menakjubkan,
Jika dapat mengamalkannya, buat apa merisaukan pencerahan takkan
tercapai?”

Pada tahun 916 Masehi, bulan 3 hari ke-3, Bhiksu Kantong Kain tertawa dan
memberitahu pada orang banyak : “Tahun depan pada bulan dan tanggal yang
sama dengan hari ini, saya akan memetik buah Maitreya untuk
dipersembahkan buat semua orang”.

Tahun berikutnya pada bulan 3 hari ke-3, di teras Vihara Yue Wu, dalam
posisi duduk bersila di atas batu, Bhiksu Kantong Kain meninggal dunia.
Gatha terakhirnya berbunyi : “Maitreya Oh Maitreya, menjelma dalam tubuh
jelmaan yang tak terhingga, setiap saat membabarkan ajaran pada manusia di
dunia, namun sayangnya manusia di dunia tidak bisa mengenali”.

Sejak itu masyarakat barulah menyadari bahwa Bhiksu Kantong Kain ternyata
adalah jelmaan Bodhisattva Maitreya.

29 
 
3.2.4. Keindahan Bumi Kelak Saat Lahirnya
Bodhisattva Maitreya

Bodhisattva Maitreya kelak akan lahir dan mencapai KeBuddhaan di alam


saha ini, saat itu dunia ini akan tampak indah, pimpinan negara merupakan
orang yang baik dan penuh welas asih, rakyat juga baik hati, air laut akan
menyusut sehingga daratan jadi luas dan lapang, permukaan tanah rata
bagaikan cermin, bunga terkenal dan rerumputan lembut akan terhampar di
atas permukaan tanah, pepohonan dan buah segar dan rimbun.

Ada sebuah kota besar yang bernama Kethama, permukaan tanahnya luas
dan rata, dibentuk oleh tujuh mustika, di dalam kota tersebut terdapat paviliun
tujuh mustika, indah menakjubkan, jalanan lapang dan bersih, mengungguli
Alam Surga, para penduduk memiliki tubuh yang bersinar terang, tidak perlu
pancaran sinar mentari dan rembulan.

Pada saat itu usia manusia adalah 84 ribu tahun, wanita baru mulai menikah
ketika usia mereka 500 tahun, selain itu juga tiada kekhawatiran dan wabah
penyakit.

Di dalam “Sutra Maitreya Mencapai KeBuddhaan”,


menyebutkan : ”Hanya ada tiga jenis penyakit, yakni :
1. Masih butuh makan dan minum
2. Masih perlu buang air besar dan kecil
3. Masih mengalami usia tua.

Tetapi ketika mereka buang air, permukaan tanah akan terbelah, setelah
bersih, permukaan tanah akan menutup kembali, bahkan akan tumbuh Bunga
Lotus untuk menetralisir baunya.

Penduduk yang mengalami usia tua, dengan sendirinya akan menuju ke


bawah pohon di dalam hutan, melafal Nama Buddha dan meninggal dunia dengan
damai. Kebanyakan dari mereka akan terlahir di Alam Mahabrahma dan negeri para
Buddha”.

Dapat dilihat bahwa kelak ketika Bodhisattva Maitreya turun ke dunia, para
makhluk memiliki pahala besar, akar kebajikan mendalam, semua ini juga berasal
dari kerja keras Buddha Sakyamuni yang berada dalam dunia yang diliputi oleh

30
lima kekkeruhan daan kejahatan, menaseehati manuusia agar menanam
m a
akar kebajiikan,
menimbbun berkah h kebajikaan. Maka itui mengappa setelah mencapai KeBuddhhaan,
Buddhaa Maitreyaa akan meemuji Budddha Sakyyamuni meskipun berada
dalam kondisi
k yan
ng sulit, juuga bisa berhasil menncapai KeB
Buddhaan, jasa kebajjikan
ini sunggguh tak terbayangkaan.

31
3.3. Kesimpulan

Semua yang telah kita bahas sebelumnya, baik mengenai isu kiamat,
maupun jejak dari Bodhisattva Maitreya, adalah berdasarkan sutra
yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, semoga praktisi sekalian
meyakini ucapan Buddha Sakyamuni.

Berikut ini adalah kesimpulan yang dapat kita rangkum :

1. Tidak perlu takut menghadapi kehancuran planet bumi


Seperti yang disebutkan dalam sutra Buddha, dunia menghadapi
hari kiamat, planet Bumi mengalami kehancuran, memang
merupakan kenyataan. Tetapi peristiwa ini akan terjadi kelak di
kemudian hari dan masih lama sekali. Lagi pula alam semesta
yang telah musnah akan terbentuk kembali, ini merupakan
Hukum Alam, jadi tidak ada yang perlu ditakuti.

2. Nenek moyang manusia berasal dari Alam Abhassara


Seperti yang tercantum dalam sutra, ketika alam semesta
terbentuk kembali, pada permulaan kalpa keberlangsungan,
manusia pertama adalah berasal dari Alam Abhassara, jadi bukan
dari keturunan kera.

Oleh karena saat baru terbentuk kembali, Planet Bumi masih


kosong melompong, Alam Abhassara yang merupakan alam
tertinggi dari Alam Jhana kedua di Kamaloka, ada sebagian Dewa
yang berkahnya sudah habis, dari kejauhan tampak Planet Bumi
yang kosong melompong, sehingga rasa penasaran mereka
muncul, lalu mereka beramai-ramai berwisata ke Planet Bumi.

Mereka melihat dari permukaan tanah muncul sumber air yang


manis, serupa madu, lalu mencoba mencicipinya, ternyata begitu
lezat rasanya, lalu mereka terus mencicipi dan mencicipi lagi,
tanpa disadari kemampuan gaib dan cahaya di tubuh mereka jadi
hilang, begitu pula dengan rupa surgawi mereka berubah jadi
tubuh yang berat dan kasar, lalu ada perbedaan pria dan wanita,
tidak bisa kembali lagi ke Alam Abhassara, akhirnya menetap di
Bumi dan memulai peradaban kehidupan manusia.

32 
 
3. Bodhisattva Maitreya masih belum mencapai KeBuddhaan
Bodhisattva Maitreya sekarang masih berdiam di Surga Tusita
wilayah dalam, mengajari para Dewa. Bodhisattva Maitreya
adalah calon Buddha. Setelah 5,67 miliar tahun lagi, barulah turun
dan lahir di dunia ini. Serupa dengan Buddha Sakyamuni,
Bodhisattva Maitreya juga akan melewati “Delapan Tahap
Kehidupan Seorang Buddha”, jadi bukan seperti ucapan sesat
yang mengatakan Lao Mu mengutus Buddha Maitreya menguasai
tahta langit.

Bahkan ada yang menggunakan ilmu hitam dan segala jenis


kerasukan makhluk halus, yang mengaku bahwa Buddha
Maitreya telah turun ke dunia, semua ini adalah bentuk
pengetahuan sesat dan pandangan sesat, membohongi umat
manusia, maka itu jangan sampai terkecoh dan dicelakainya.

4. Pada Bhadrakalpa hanya ada seribu Buddha yang muncul


Pada era Bhadrakalpa hanya akan muncul seribu Buddha (nama
seribu Buddha juga sudah tercantum di dalam sutra), Bodhisattva
Maitreya adalah satu-satunya pewaris jubah dan patra Buddha
Sakyamuni. Jadi selama kurun waktu antara Buddha Sakyamuni
memasuki Parinirvana sampai dengan lahirnya Bodhisattva
Maitreya ke dunia, dalam masa peralihan ini, pasti takkan ada
Buddha lainnya yang muncul di dunia.

Apabila ada orang yang mengaku dirinya sendiri adalah Buddha,


maka ini adalah jelmaan Mara, datang menyesatkan manusia,
bukanlah Buddha tulen, jangan percaya begitu saja pada ucapan
sesatnya, daripada jatuh ke alam Mara dan menjadi sanak
keluarga Mara dan setan.

33 
 
Bab 4. Bukti Ilmiah
Atau ada juga orang yang merasa curiga dan ragu pada kebenaran
yang tercantum di dalam sutra Buddha, namun yang jelas, kita tahu
bahwa manusia kalau berbohong pasti ada alasannya. Banyak orang
yang berbohong demi menutupi kekurangannya, atau demi melindungi
ketenaran dan keuntungannya, atau harga dirinya, sehingga terpaksa
berbohong, memakai topeng untuk melewati hidupnya.

Sedangkan Buddha Sakyamuni sejak awal telah meninggalkan duniawi,


memiliki berkah dan kebijaksanaan yang sempurna, jasa kebajikan yang
sempurna, maka itu apa yang dibabarkanNya takkan tercampur dengan
ketenaran dan keuntungan pribadi, nafsu keinginan dan khayalan,
tetapi tujuanNya murni demi memberi manfaat bagi semua makhluk.
Maka itu Sang Buddha mengatakan yang sebenarnya, sejujurnya dan
tidak berbohong.

Kebenaran yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni telah dibuktikan


secara ilmiah. Contohnya Buddha mengatakan bahwa di dalam
semangkok air, terdapat 84 ribu bakteri. Bersamaan itu pula ilmuwan
menemukan di alam semesta ini terdapat planet yang jumlahnya tak
terhitung, yang mungkin dihuni oleh banyak makhluk; seperti yang
diungkapkan oleh Astronot Dr Sally K.Ride, di alam semesta ini terdapat
planet yang tak terhitung, teknologi mereka lebih maju daripada bumi,
kehidupan yang mereka jalani lebih mulia daripada manusia, merupakan
makhluk yang cerdas, makhlukmakhluk ini memenuhi alam semesta.

Pernyataan ini membuktikan kebenaran yang dibabarkan oleh Buddha


Sakyamuni, yakni sepuluh penjuru alam adalah tak terhitung jumlahnya,
para makhluk juga tak terhitung jumlahnya, dan diantara alam-alam
yang tak terhitung, negeri para Buddha, kewibawaan lingkungan
alamNya, jauh melampaui apa yang dibayangkan oleh manusia.

34
Bab 5. Artikel Pelengkap

5.1. Kemunculan Seribu Buddha

Urutan kemunculan seribu Buddha di dunia adalah sebagai berikut :

Kalpa kecil ke-1 hingga kalpa ke-8, tidak ada Buddha yang muncul di dunia.

Kalpa kecil ke-9 dari kalpa pengurangan usia, dimana usia manusia tinggal 60
ribu tahun, Krakucchanda Buddha muncul di dunia, sebagai Buddha di urutan
pertama yang muncul pada Bhadra-kalpa.

Ketika usia manusia terus mengalami pengurangan hingga tinggal 40 ribu


tahun, Kanakamuni Buddha muncul di dunia, sebagai Buddha di urutan kedua dari
Bhadra-kalpa.

Lalu usia manusia akan terus berkurang hingga tinggal 20 ribu tahun, Kasyapa
Buddha muncul di dunia.

Lalu usia manusia terus berkurang hingga tinggal seratus tahun, Sakyamuni
Buddha muncul di dunia, sebagai Buddha di ururan ke-4 dari Bhadra-kalpa.

Pada kalpa kecil ke-10, ketika usia manusia bertambah hingga menjadi 84 ribu
tahun, Maitreya Buddha muncul di dunia, sebagai Buddha di urutan ke-5 dari
Bhadra-kalpa.

Kalpa kecil ke-11 sampai ke-14, tidak ada Buddha yang muncul di dunia.

35 
 
Kallpa kecil kee-15, ada 994
9 Buddhha berturut--turut munncul di duniia.

Kallpa kecil kee-16 sampai ke-19, tiidak ada Buddha


B yanng muncul di dunia.

Kallpa kecil ke-20,


k Rudita Buddhaa muncul di
d dunia, sebagai Buddha di urrutan
ke-10000 atau yang
g terakhir dari
d Bhadraa-kalpa.

Bhaadra-kalpa adalah kallpa besar dimana


d muuncul seribuu Buddha di
d dunia.

36 
 
5.2. Empat Dvipa
Menurut Ajaran Buddha, Gunung Sumeru (gunung tertinggi di alam semesta)
dikelilingi oleh Empat Dvipa, yakni Purvavideha, Jambudvīpa, Aparagodaniya dan
Uttarakuru.

Dvipa dapat diartikan sebagai benua.

5.3. Mengenal Kalpa

Kalpa terdiri dari kalpa besar, kalpa menengah dan kalpa kecil

Artikel berikut ini disusun dari isi ceramah Master Chin Kung yang berjudul 《彌
陀經疏鈔演義》 

Kalpa adalah satuan yang digunakan dalam Ajaran Buddha untuk menghitung
waktu, ada kalpa kecil, kalpa menengah dan kalpa besar. Biasanya kita
menyebutkan kalpa kecil sebagai “kalpa penambahan dan pengurangan usia”.

Sutra menyebutkan, usia manusia yang paling panjang adalah 84 ribu tahun, ini
adalah batas usia manusia yang terpanjang; dari usia 84 ribu tahun, setiap seratus
tahun usia manusia akan berkurang setahun, pengurangan ini akan terus berlanjut
sampai usia manusia cuma tersisa 10 tahun saja, usia 10 tahun adalah batas usia

37 
 
manusia yang terpendek; kemudian dari usia 10 tahun ini, setiap seratus tahun usia
manusia akan bertambah setahun, penambahan ini akan terus berlanjut sampai usia
manusia mencapai 84 ribu tahun, periode waktu selama penambahan dan
pengurangan ini disebut sebagai satu “kalpa kecil”.

20 kalpa kecil disebut sebagai satu “kalpa menengah”, 4 kalpa menengah disebut
sebagai satu “kalpa besar”.

4 kalpa menengah disebut sebagai kalpa “pembentukan, keberlangsungan, rusak


dan kosong”, pada kalpa pembentukan, rusak dan kosong tidak ada Buddha yang
muncul di dunia, hanya pada kalpa keberlangsungan, Buddha akan muncul di
dunia.

Buddha Sakyamuni membabarkan, kita sekarang berada dalam satu kalpa besar ini,
di dunia ini akan muncul seribu Buddha, Buddha Sakyamuni merupakan Buddha
di urutan ke-4 dari kalpa besar ini, dan di urutan ke-5 adalah Buddha Maitreya.
Maka itu kalpa besar ini disebut sebagai “Bhadrakalpa”, yang bermakna bahwa
jumlah makhluk yang diselamatkan oleh Buddha dan Bodhisattva adalah sangat
banyak, insan bijak juga banyak jumlahnya.

Kalpa Menengah

1 kalpa besar adalah sama dengan 4 kalpa menengah, yakni 1 kalpa menengah
pembentukan, 1 kalpa menengah keberlangsungan, 1 kalpa menengah rusak dan 1
kalpa menengah kosong.

1. Kalpa pembentukan, merupakan urutan pertama dari 4 kalpa menengah atau


satu kalpa besar
2. Kalpa keberlangsungan, merupakan urutan kedua dari 4 kalpa menengah
atau satu kalpa besar
38 
 
3. Kalpa rusak, merupakan urutan ketiga dari 4 kalpa menengah atau satu kalpa
besar
4. Kalpa kosong, merupakan urutan keempat dari 4 kalpa menengah atau satu
kalpa besar

Bila ditotalkan maka 1 kalpa besar adalah 1.344.000.000 tahun

Seluruh alam di sepuluh penjuru dan dari tiga masa pasti harus melewati
empat jenis tahapan ini (pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong).

Kalpa Kecil

Usia manusia dihitung dari permulaan yakni 84 ribu tahun, setiap melewati seratus
tahun akan berkurang setahun, hingga akhirnya tersisa 10 tahun saja, kemudian dari
usia 10 tahun, setiap melewati seratus tahun akan bertambah setahun, hingga akhirnya
kembali mencapai 84 ribu tahun, satu periode waktu pengurangan dan penambahan
ini disebut sebagai satu kalpa kecil, bila dihitung maka satu kalpa kecil adalah
(84000-10)×100×2 = 16.798.000 tahun.

Empat Kalpa

Ketika usia manusia mencapai 84 ribu tahun, setiap melewati seratus tahun akan
berkurang setahun; pengurangan ini akan terus berlanjut hingga usia manusia cuma
tinggal 10 tahun saja. Kemudian dari usia 10 tahun ini, setiap melalui seratus tahun
akan bertambah setahun, penambahan ini akan terus berlanjut sampai usia manusia
kembali mencapai 84 ribu tahun. Satu periode penambahan dan pengurangan ini,
disebut sebagai 1 kalpa kecil. 20 periode penambahan dan pengurangan usia ini
disebut sebagai 1 kalpa menengah. Tahapan pembentukan, berlangsung, rusak dan
kosong, masing-masing tahapan tersebut lamanya 1 kalpa menengah, totalnya 4
kalpa menengah atau disebut sebagai 1 kalpa besar.

39
1. Kalpa Pembentukan (Vivarta-kalpa)
Kalpa pembentukan merupakan awal terbentuknya dunia, waktunya adalah
selama 20 kalpa kecil. Pada kalpa kecil pertama, oleh karena pada kalpa
silam sebelumnya, setelah mengalami kerusakan dan kosong, Alam
Abhassara-deva (alam cahaya) yakni alam tertinggi yang berada di Alam
Jhana kedua, angkasanya diliputi awan berwarna keemasan, turun hujan
deras, tertimbun di atas roda angin, membentuk roda air; ada angin besar
berhembus, meniup air dan muncul buih, lalu terbentuk Gunung Sumeru
(gunung tertinggi di alam semesta, bukan terletak di bumi) dan gunung-
gunung lainnya.

Saat itu seluruh makhluk berkumpul di Alam Abhassara. Para Dewa yang
jumlahnya sangat banyak, sehingga ruang hunian jadi sempit.

Para Dewa yang berkahnya berkurang, turun ke alam yang lebih rendah.
Pertama-tama, ada seorang Dewa yang meninggal dunia dari Alam
Abhassara, jatuh dan lahir di Alam Mahabrahma, menjadi Raja Brahma,
usianya 60 kalpa kecil.

Pada kalpa kecil ke-2, para Dewa dari Alam Abhassara, jatuh dan lahir di
Alam Brahma-purohita, usianya 40 kalpa kecil.

Kalpa kecil ke-3, para Dewa dari Alam Abhassara, jatuh dan lahir di Alam
Brahma-parisadya, usianya 20 kalpa kecil.

Demikianlah perlahan-lahan jatuh ke Kamaloka. Para Dewa Alam


Abhassara ada yang berkahnya sudah habis, jatuh ke alam manusia, namun
masih bisa terbang bebas di angkasa, tidak ada perbedaan rupa pria dan
wanita; di atas permukaan tanah muncul Oasis atau sumber air yang manis
rasanya, rasanya seperti madu yang lembut, maka itu coba mencicipinya,
setelah mencicipinya jadi kehilangan kemampuan gaib, juga kehilangan
cahaya tubuhnya.

40 
 
Dunia yang gelap gulita, angin hitam berhembus meniup lautan, muncullah
mentari dan rembulan, lalu terletak di bagian perut dari Gunung Sumeru,
menyinari empat dvipa, barulah ada siang dan malam.

Para makhluk yang telah mencicipi rasa tanah, bentuk rupa berubah jadi
kasar; mereka juga mengkonsumsi padi-padian alami, sehingga
meninggalkan residu (kotoran) di dalam tubuh, seiring dengan munculnya
nafsu keinginan, sehingga ada perbedaan pria dan wanita. Oleh karena
dorongan tabiat duniawi, sehingga muncullah nafsu indria, suami istri
tinggal bersama.

Para Dewa yang berasal dari Alam Abhassara setelah meninggal dunia, jatuh
dan lahir di Alam Manusia, masuk ke dalam kandungan ibundanya.

Pada saat itu padi tumbuh secara alami, bila pada pagi hari mereka
mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari
padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi
itu muncul. Namun perlahan jumlah populasi manusia menjadi banyak,
sehingga keserakahan mulai timbul, padi pun tidak tumbuh secara alami lagi.

2. Kalpa Keberlangsungan (Vivatasiddha-kalpa)


Kalpa ini merupakan kalpa yang aman untuk mempertahankan
keberlangsungan hidup. Lamanya juga 20 kalpa kecil. Pada kalpa kecil yang
ke-9, ketika usia manusia berkurang hingga tersisa 50 ribu tahun, Buddha di
urutan pertama dari Bhadra-kalpa, yakni Krakucchanda Buddha muncul di
dunia; ketika usia manusia berkurang hingga jadi 40 ribu tahun, Buddha di
urutan kedua dari Bhadra-kalpa, yakni Kanakamuni Buddha muncul di dunia;
ketika usia manusia berkurang hingga jadi 20 ribu tahun, Buddha di urutan
ketiga dari Bhadra-kalpa, yakni Kasyapa Buddha muncul di dunia; ketika

41 
 
usia manusia berkurang hingga cuma tersisa 100 tahun saja, Buddha di
urutan keempat dari Bhadra-kalpa, yakni Sakyamuni Buddha muncul di
dunia.

Pada kalpa kecil yang ke-10, ketika usia manusia kembali bertambah hingga
mencapai 80 ribu tahun, Buddha di urutan ke-5 dari Bhadra-kalpa, Maitreya
Buddha muncul di dunia.

Pada kalpa kecil ke-15, Buddha di urutan ke-6 dari Bhadra-kalpa, Simha
Buddha dan para Buddha lainnya yang keseluruhannya berjumlah 994
Buddha, akan muncul di dunia secara berturut-turut, membabarkan Dharma
dan menyelamatkan para makhluk.

Pada kalpa kecil yang ke-20, pada kalpa penambahan usia, Buddha Rudita
muncul di dunia, sehingga menyempurnakan jumlah seribu Buddha.

3. Kalpa Kerusakan (Samvarta-kalpa)


Juga disebut sebagai kalpa kehancuran. Lamanya juga 20 kalpa kecil.
Seperti ketika bencana api muncul, akan menghancurkan hingga Alam Jhana
Pertama.

Dari Alam Neraka sampai Brahmaloka, setelah melewati 19 kalpa kecil,


para makhluk akan mengalami kemusnahan total. Yang tersisa hanyalah
alam terbuka yang lapang dan kosong, pada kalpa yang terakhir, yakni kalpa
kecil yang ke-20, barulah merusak atau memusnahkan alam.

Selama tujuh hari lautan jadi kering sehingga tampak dasar lautnya, Gunung
Sumeru runtuh, angin berhembus ganas, membakar hingga ke Brahmaloka,
semuanya berubah jadi abu; bahkan tiga ribu maha ribu dunia juga dalam
waktu singkat musnah terbakar.

(Brahmaloka menunjuk pada Alam Jhana Pertama)

42 
 
4. Kalpa kosong (Samvartasiddha-kalpa)
Lamanya juga 20 kalpa kecil. Setelah kalpa kehancuran berlalu, dari Alam
Jhana Pertama ke bawah (hingga Neraka), semuanya jadi kosong, ibarat
lubang yang gelap gulita, tidak ada siang dan malam, mentari dan rembulan,
yang ada hanya gelap gulita, inilah yang disebut kalpa kosong.

43
5.4. Leluhur Manusia Berasal Dari Alam Abhassara

Mengapa planet bumi kita ini ada manusianya?

Dari mana asal usul leluhur manusia?

Di dalam Ajaran Buddha (Ekottaragama-sutra) dan masih banyak sutra lainnya,


ada tercatat dengan jelas, yang menyebutkan manusia pertama di planet bumi
adalah berasal dari “Alam Abhassara”.

Dimanakah letak Alam Abhassara? 31 alam kehidupan dapat dikategorikan dalam


tiga kelompok besar yakni “Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka”. Rupaloka masih
dibagi jadi 4 tingkatan Alam Jhana yakni Alam Jhana pertama, Alam Jhana kedua,
Alam Jhana ketiga dan Alam Jhana keempat. Alam Abhassara merupakan alam
tertinggi dari Alam Jhana kedua.

Mengapa disebut sebagai Alam Abhassara?

Para Dewa di Alam Abhassara, saat berbicara bukanlah melalui perantaraan suara,
namun melalui perantaraan cahaya, cahaya keluar dari mulut, Dewa lainnya yang
melihat cahaya tersebut dapat memahami apa yang hendak disampaikan temannya
tersebut. Oleh karena dengan cahaya menggantikan suara, maka itu disebut Alam
Abhassara (cahaya suara).

Lantas mengapa manusia bisa turun dari Alam Abhassara?

44 
 
5.4.1. Terbentuknya Planet Bumi

Alam semesta mengalami empat proses tahapan yakni “pembentukan,


berlangsung, rusak dan kosong”, setiap tahapan adalah satu kalpa menengah,
4 tahapan adalah 4 kalpa menengah, bila digabungkan adalah 1 kalpa besar.

Ketika alam semesta sampai pada akhir periode kalpa rusak, ada bencana api
yang menghancurkan Neraka, bumi dan planet lainnya, dan seluruh alam di
Kamaloka, kebakaran dahsyat ini bahkan mencapai Rupaloka, yakni Alam
Jhana Pertama, para Dewa dan para makhluk lainnya yang baik hati, dengan
sendirinya memperoleh penyelamatan, sejak awal sudah berada di Alam
Abhassara, menikmati berkah Alam Dewa.

Alam Semesta setelah melewati tahapan kosong 20 kalpa kecil kemudian,


lalu kembali lagi mengalami awal proses pembentukan, bermula dari di
angkasa Alam Abhassara muncul awan berwarna keemasan, lalu turun hujan
deras; setelah hujan reda, muncullah Alam Jhana Pertama dan Alam Dewa
atau alam surga lainnya yang ada dibawahnya.

Bahan materi hujan yang tersisa di angkasa, melalui rotasi besar, perlahan
jadi padat, lalu muncul lagi dari angkasa bulatan-bulatan besar dan kecil atau
ada planet yang bentuknya oval, tentu saja planet bumi kita termasuk salah
satu diantaranya, dan juga rembulan, bahkan juga termasuk Neraka dan alam
lainnya yang berada di atasnya; oleh karena panas yang ekstrim sehingga
dapat berotasi pada sumbunya, terbentuklah banyak mentari, yakni seperti
yang dikatakan ahli astronomi sebagai bintang, planet dan satelit.

Setelah adanya matahari, masing-masing planet memiliki orbitnya tersendiri


dan mengelilingi tata surya masing-masing, selain berevolusi juga berotasi,
terjadilah siang dan malam, hari, bulan, tahun dan empat musim. Hanya saja
waktu yang dibutuhkan setiap planet untuk berevolusi dan berotasi adalah
berbeda-beda, sehingga waktu di bumi dengan planet lain adalah berbeda.

45 
 
5.4.2. Para Dewa dari Alam Abhassara datang ke
Bumi

Saat permulaan terbentuknya kembali planet Bumi, kerak bumi masih belum
sepenuhnya kering, permukaan tanah masih tampak berwarna krim, dari atas
langit akan tampak planet bumi terang sekali, menyinari sampai di kejauhan,
para Dewa Dewi yang berada di Alam Abhassara yang berkahnya sudah
habis, merasa penasaran dan mencoba berjelajah ke planet berwarna krim
yang terang tersebut, mereka terbang melayang sampai ke bumi, berjalan-
jalan mengelilingi permukaan bumi, ketika melihat ada oasis (sumber air)
yang muncul dari permukaan tanah, mereka mencoba mencicipinya, rasanya
amat manis, serupa dengan madu gurih.

Oleh karena rasanya lezat, sehingga setiap insan jadi rakus dan terus
mencicipinya, perlahan tubuh mereka berubah jadi kasar dan berat, sehingga
kehilangan kemampuan untuk terbang, kehilangan jubah surgawi, dan tidak
bisa pulang kembali ke Alam Abhassara.

Para Dewa Dewi yang semula memiliki rupa yang indah menakjubkan,
bercahaya dan cantik rupawan, kebijaksanaan dan kewibawaan, kemampuan
gaib, kini perlahan jadi lenyap, mata Dewa dan telinga Dewa kini berubah
jadi mata dan telinga manusia; juga kehilangan kemampuan mengingat masa
lampaunya; tidak bisa membaca isi pikiran orang lain lagi; dari mulutnya
juga tidak bisa muncul cahaya lagi, kini mereka berbicara harus
mengandalkan lidah untuk mengeluarkan suara, mereka telah menjadi
manusia awam yang tinggal di Planet Bumi.

46 
 
5.4.3. Generasi Penerus Manusia

Setelah generasi pertama manusia menetap di Planet Bumi, pertama-tama


mereka makan dari sumber air yang manis, lalu tanaman yang tumbuh di
atas permukaan tanah, lalu padi-padian, saat itu usia manusia masih begitu
panjang, tidak ada wabah penyakit, kemudian mereka mulai bercocok tanam
dan menanami sayur dan buah.

Perlahan mereka mulai menyebar dan hidup berkelompok, sehingga setiap


wilayah memiliki bahasa tersendiri, tidak ada transportasi, sehingga muncul
banyak ragam bahasa di dunia.

Perlahan generasi pertama manusia mulai menjalin hubungan asmara dan


kemudian melahirkan generasi kedua, ketiga dan berikutnya. Dan pada saat
itu permukaan tanah mulai tumbuh pepohonan, manusia menggunakan
dedaunan untuk dijadikan pakaian.

Dari kejauhan, tampak cahaya bumi telah berubah jadi warna hijau, juga
mulai ada perpisahan antara samudra dengan daratan, para Dewa jadi tidak
berani datang ke bumi lagi.

Manusia di bumi mulai berkeluarga dan memiliki anak dan cucu,


demikianlah populasi manusia di planet Bumi kian bertambah, tabiat
Surgawi yang semula terpuji kini telah berubah jadi lobha (tamak), dosa
(kebencian) dan moha (kebodohan)……, barulah kemudian muncul Alam
Asura, Alam Binatang, Alam Setan Kelaparan dan Neraka, sehingga
menjadi enam alam tumimbal lahir.

Pola pikir dan kehidupan manusia yang semula begitu sederhana kini
berubah jadi rumit, sebagian kelompok manusia mulai berburu, kemudian
bisnis mulai berkembang, demi menjaga keamanan kelompoknya, mulai ada
sistem pemerintahan; dari bahasa berkembang menjadi tulisan dan
kebudayaan pun berkembang.

47 
 
Era kuno perlahan lenyap dan digantikan dengan peperangan antar kerajaan,
lalu era modern muncul dengan bom atom dan kini adalah era angkasa luar.

5.4.4. Masa Depan Penduduk Bumi

Setelah leluhur manusia tiba di bumi, saat itu usia manusia adalah 84 ribu
tahun, oleh karena menjauhi kebajikan dan melakukan kejahatan, setiap
melewati periode seratus tahun, usia mereka akan berkurang setahun,
perlahan usia manusia semakin pendek, hingga akhirnya cuma 10 tahun saja.

Setelah melalui beragam bencana, akhirnya manusia jadi sadar dan


melakukan kebajikan, usia mereka kembali bertambah hingga akhirnya
kembali mencapai 84 ribu tahun, lalu oleh karena berbuat jahat, usia mereka
kembali berkurang, demikianlah satu periode penambahan dan pengurangan
usia disebut sebagai satu kalpa kecil, 20 kalpa kecil disebut sebagai satu
kalpa menengah.

Setelah melewati tahapan “pembentukan” kini adalah tahapan


“keberlangsungan”, setelah melewati 20 kalpa kecil kemudian, sampailah
pada tahapan “rusak” atau kehancuran.

Pada tahapan kemusnahan ini, segalanya mengalami kerusakan total, sumber


daya sudah terkuras sampai kering, bumi telah terluka parah dan mengalami
kerusakan. Tahapan ini juga berlangsung 20 kalpa kecil, air samudra kering
kerontang, terakhir adalah munculnya tiga bencana besar yakni bencana
angin besar, bencana api besar, bencana air besar, inilah yang disebut
dengan Hari Kiamat, setelah bumi hancur lebur, masuklah ke tahapan
“kosong”.

48 
 
Pada kalpa kosong ini juga akan berlangsung selama 20 kalpa kecil, di
angkasa Alam Abhassara, muncul awan berwarna kuning keemasan, turun
hujan deras, mulailah tahapan pembentukan alam semesta yang baru.

Kesimpulannya alam semesta ini akan mengalami tahapan “pembentukan,


berlangsung, rusak dan kosong”, total waktunya adalah 80 kalpa kecil, yakni
1 kalpa besar.

Kalpa besar sekarang ini adalah “Bhadrakalpa”, di mana pada tahapan


keberlangsungan, selama 20 kalpa kecil, akan muncul seribu Buddha.
Sekarang adalah Buddha Sakyamuni yang berada di urutan ke-4 dari seribu
Buddha. Sedangkan yang berada di urutan ke-5 adalah Buddha Maitreya dan
kelak baru turun ke dunia, sekarang Bodhisattva Maitreya masih berada di
Surga Tusita dan masih belum mencapai KeBuddhaan!

49 
 
Daftar Pustaka
 
1. 正見與邪見~文珠法師講述
http://book.bfnn.org/books2/1924.htm 
 
 

2. 千佛出世次序
http://baike.baidu.com/view/901481.htm

3. 四大部洲
https://zh.wikipedia.org/wiki/%E5%9B%9B%E5%A4%A7%E9%83%A8%E6%B4%B2 

4. 劫
http://new.jingzong.org/Item/2606.aspx 

5. 人类的祖先是从光音天来的
http://www.fomen123.com/fo/fojiao/yuzhou/9569.html 

Arsip   
www.lafalamituofo.blogspot.com 
50 
 
51 
 

Anda mungkin juga menyukai