Pandangan Benar
dan Pandangan Sesat
Dipetik dari :
Ceramah Master Wen‐zhu
Judul :
正見與邪見
www.smamituofo.blogspot.com
2
Daftar Isi
Pandangan Benar dan Pandangan Sesat....................................................................5
3.3. Kesimpulan.............................................................................................32
3
5.1. Kemunculan Seribu Buddha......................................................................35
5.2. Mengenal Dvipa.........................................................................................37
Daftar Pustaka..........................................................................................................50
4
Pandangan Benar dan Pandangan Sesat
Pandangan adalah pemahaman, latar belakang sosial setiap insan adalah tidak sama,
adat istiadat yang berbeda, pemikiran dan sudut pandang juga berbeda, semua ini
mengakibatkan pandangan atau pemahaman setiap manusia itu berbeda; sulit untuk
menentukan apakah pandangan orang lain itu adalah benar atau sesat, hanya
berdasarkan benar dan salah, lurus atau menyimpang, akal sehat, dan keuntungan
atau kerugian bagi manusia, untuk membedakannya.
Pandangan dan pemahaman manusia, lurus dan tidak menyimpang, bukan palsu,
sesuai dengan akal sehat, juga sesuai dengan standar prilaku moral dalam
masyarakat; yang dapat mengajarkan pikiran, ucapan dan tindakan yang benar dan
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, harusnya ini adalah pengetahuan benar
dan pandangan benar.
Setiap yang bertentangan dengan kebenaran, ucapan dan tindakan sesat yang sama
sekali tidak memiliki landasan atau dasar, menjebak manusia sehingga
menyimpang dari jalur yang benar, apalagi yang menuntun manusia ke arah
kepercayaan takhayul, sehingga masuk ke dalam jalan yang sesat, mencelakai
pandangan dan pemahaman jiwa raganya, maka ini boleh dikatakan sebagai
pengetahuan sesat dan pandangan sesat.
5
Sekarang mari kita membahas tiga poin berikut ini untuk menjelaskannya:
Akhirnya kalau bukan pesimis maka akan melewati hidup tanpa tujuan dan
sia-sia. Maka itu, manusia mesti memiliki pengetahuan benar dan pandangan benar,
barulah dapat menghadapi kenyataan, berjuang dengan optimis, berani meraih
kemajuan, membangun dan mewujudkan cita-cita kehidupan.
Maka itu baik dalam menjadi manusia seutuhnya ataupun dalam menangani
persoalan juga diperlukan pengetahuan benar dan pandangan benar, mengenali
lingkungan, dimulai dari karir atau mata pencaharian yang benar, yang memberi
manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, menciptakan berkah bagi
masyarakat, sehingga diri sendiri saat hidup dapat memberi manfaat bagi dunia ini,
saat meninggal dunia juga dapat meninggalkan manfaat bagi generasi selanjutnya,
meninggalkan nama harum sepanjang masa.
Kalau tidak demikian, maka seperti sebagian orang yang membabi buta
mengikuti tren, tidak tahu membedakan Dewa dan Buddha, tidak tahu
membedakan mana yang sesat dan benar, bahkan salah paham pada Buddha,
mengira bahwa Buddha, Bodhisattva dan para setan malaikat adalah serupa,
memuja-muja supaya dapat hoki, sedangkan yang tidak memuja akan ditimpa
musibah; dari kegiatan pemujaan akhirnya berubah jadi sebuah keharusan
menyembahyanginya, bahkan Dewa Langit, Dewa Bumi, malaikat dan setan,
Malaikat Pohon, juga menjadi objek pemujaan. Semua tindakan ini termasuk
pengetahuan sesat dan pandangan sesat, tetapi mereka malah menganggap dirinya
sebagai siswa Buddha, memaksa dan mengotori Ajaran Buddha dengan
kepercayaan takhayul.
Ada pula yang masuk pintu Ajaran Buddha dengan tujuan untuk mengejar
ketenaran dan keuntungan, di hadapan rupang Buddha memohon berkah dan usia
panjang, memohon agar anak dan cucunya senantiasa sejahtera, memohon agar
7
bisnisnyya lancar…
…………beegitu banyak permohhonan yangg diajukan; atau ada juga
yang deemi mengeejar ketenaaran dan keuntungann, salah meenafsirkan sutra Budddha,
uci dan bijak.
menfitnnah insan su
Maaka itu sayaa mengataakan : “Panndangan beenar, baik terhadap upaya u mennjadi
manusiaa seutuhny ya, dalam menangani
m segala perrsoalan, daan belajar Ajaran
A Budddha
melatih diri, adalaah sedemikkian pentinngnya”.
8
Bab 2. Bahaya dari Pandangan Sesat
Pandangan sesat yang memutarbalikkan fakta, berbohong tentang berkah dan
petaka, membingungkan dan meracuni manusia dunia, bukan hanya mencelakai
jiwa raga manusia, bahkan juga merusak ketenteraman masyarakat. Terutama
ajaran sesat yang menyesatkan orang-orang dengan teori-teori yang tidak berdasar,
lebih mengacaukan hati manusia, mengancam keamanan, membahayakan
masyarakat.
Ada pula seorang gadis yang bernama Elizabeth yang mengaku mampu
melihat masa depan, percaya bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2000. Bahkan
ada orang yang memimpin sekelompok pengikut, bersembunyi ke tempat yang sepi
dan jauh dari hunian manusia, menyuruh pengikutnya agar memisahkan diri dari
dunia luar, tidak boleh bertemu dengan sanak keluarga atau menjalin komunikasi,
sepenuh hati menanti datangnya hari kiamat, mungkin dengan demikian masih bisa
memperoleh pengampunan dari Tuhan.
Tindakan yang penuh putus asa ini, bukan hanya mencelakai diri sendiri
bahkan juga mencelakai orang lain, menghancurkan masa depan, mengancam
kesejahteraan masyarakat, menuntun orang ke jalan buntu.
Terutama pada tahun kemarin, kejadian ini terjadi di Texas, Amerika Serikat,
kelompok aliran sesat yang dipimpin oleh David, membangun kubu pertahanan
sendiri, menyimpan senjata dan amunisi, menangkap wanita dan anak-anak,
melakukan pemberontakan melawan pemerintah federal Amerika Serikat.
9
Ada lagi seorang gadis yang baru tamat kuliah, malangnya tidak memiliki
pengetahuan benar sehingga jatuh dalam kelompok aliran sesat ini, akhirnya
dicelakai oleh ajaran sesat.
Ajaran Buddha yang penuh kecemerlangan dan terbuka, bajik dan tidak jahat,
benar tanpa kepalsuan, namun sayangnya malah terkena hembusan angin sesat, ada
yang menyamar jadi Bhiksuni, mengaku telah mencapai pencerahan tertinggi. Ada
pula yang menyamar dan mengaku adalah Buddha tulen, bahkan memberi gelar
pada dirinya sendiri sebagai Lokanatha. Sesat dan diliputi ketidaktahuan (Avidya),
memutuskan akar kebajikan orang lain, membunuh jiwa kebijaksanaan orang lain.
Para pengikut kelompok sesat ini yang oleh karena ketidaktahuan, jadi takut
disambar petir, akibatnya mau saja dikendalikan oleh orang kelompok sesat, tidak
berani melawan perintah kelompok sesat, bahkan sampai ajal menjemput juga
tidak berani kembali ke jalan yang benar.
10
Tiga tahun yang silam, ada orang yang datang menjelaskan padaku mengenai
jejak Bodhisattva Maitreya, untuk meluruskan hati manusia, menghindari manusia
dari ucapan-ucapan sesat. Hari ini, jalinan jodoh ini telah masak, mengikuti apa
yang tertera di dalam sutra Buddha, untuk menjelaskan isu kiamat dan fakta yang
sesungguhnya dari Bodhisattva Maitreya akan turun ke dunia untuk mencapai
KeBuddhaan dan membabarkan Dharma.
11
Bab 3. Petunjuk dari Pandangan Benar
Mengenai petunjuk dari pandangan benar Ajaran Buddha, berikut ini ada tiga
poin untuk menjelaskannya :
Kehidupan manusia tidaklah kekal, maka itu waktu tidak berhenti berputar,
proses lahir, tua, sakit dan mati, bertumimbal lahir tanpa henti. Benda mati juga
tidak kekal, mengalami proses muncul, berlangsung, berubah dan musnah,
mengalami siklus yang tiada henti.
Dunia tidak kekal, setiap saat berubah tanpa henti, mengalami proses
pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, mengalami siklus tanpa henti.
Ketika dunia baru terbentuk, memberi kehidupan kepada makhluk hidup,
segalanya masih begitu alamiah dan indah. Tetapi bahan material yang
membentuk alam, yakni unsur tanah, air, api dan angin, mengalami perubahan
tanpa henti, sehingga keadaan alam pun ikut berubah; selain itu lingkungan alam
juga mengalami perusakan dari manusia, kian hari kian menua, akhirnya
kerusakan tersebut sudah di ambang batas, terjadilah apa yang disebut dengan
kiamat.
Seperti gedung pencakar langit di Hong Kong yang sudah tua usianya,
harus dirobohkan dan dibangun kembali, gedung baru kemudian akan menjadi tua,
dan dirobohkan lalu dibangun lagi, demikianlah siklus ini berjalan tanpa henti.
Catatan :
20 kalpa kecil = 1 kalpa menengah
12
4 kalpa menengah = 1 kalpa besar
4 kalpa menengah mencakup proses “pembentukan, berlangsung, rusak dan
kosong” = 1 kalpa besar
Menurut perhitungan dalam Ajaran Buddha, waktu yang paling singkat disebut
sebagai sekejab, waktu yang paling panjang disebut sebagai satu kalpa. Kalpa itu
ada kalpa besar, kalpa menengah dan kalpa kecil, juga ada yang disebut sebagai
masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Kalpa besar masa sekarang ini disebut sebagai Bhadra-kalpa. Bermula dari
usia manusia yang hanya tersisa 10 tahun saja, setiap melewati seratus tahun akan
bertambah setahun, demikianlah selanjutnya hingga usia manusia mencapai 84 ribu
tahun, lalu kembali berkurang, setiap seratus tahun akan berkurang setahun, hal ini
akan berlangsung hingga usia manusia cuma tinggal 10 tahun saja, periode proses
pertambahan dan pengurangan ini disebut sebagai satu kalpa kecil.
Lebih dari 6000 tahun mendatang, ketika usia rata-rata manusia hanya tersisa
10 tahun, kejahatan yang dilakukan manusia semakin ekstrim tiada batas lagi, lobha
(ketamakan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan) meningkat terlampau tajam,
kejahatan banyaknya jauh melampaui kebajikan, tiada belas kasih lagi, sesama
manusia bila bertatap muka bukannya saling menyapa, namun yang muncul adalah
niat saling membunuh, tangan tidak menggenggam smartphone lagi tapi menggenggam
senjata tajam.
13
Oleh karena dipengaruhi kekuatan karma, sehingga kalpa pembunuhan akan
berlangsung selama tujuh hari, yang disebut dengan “Kalpa pembunuhan dan
peperangan”.
Oleh karena hati manusia sudah sedemikian jahat dan beracun, membunuh
orang-orang yang tidak berdosa, sementara itu makhluk hidup akan memuntahkan
hawa beracun, wabah penyakit merajalela, yang terserang langsung mati, kejadian
ini akan berlangsung selama tujuh bulan lamanya, ini disebut sebagai “Bencana
wabah penyakit”.
Juga oleh karena hati manusia sudah sesat dan berpandangan sesat, tidak
tahu lagi membedakan benar dan salah, tidak memilih mata pencaharian yang
benar, sehingga Dewa dan Naga jadi marah, untuk jangka waktu yang lama tidak
menurunkan hujan, terjadi bencana kekeringan dan panen gagal, banyak manusia
yang mati kelaparan; sedangkan yang masih hidup akan mengutip tulang-tulang
orang mati, lalu direbus dan supnya diminum untuk bertahan hidup, ataupun
mengganjal perut dengan makan kulit pohon, kejadian ini akan berlangsung selama
tujuh tahun lamanya, disebut sebagai “Bencana Kelaparan dan Gagal Panen”.
Sementara itu orang-orang yang berhasil lolos dari “Kalpa Pembunuhan dan
Peperangan”, lolos dari “Bencana wabah penyakit”, tidak mati dalam bencana
besar, setelah melewati malapetaka tersebut, akhirnya menyadari balasan dari
perbuatan baik dan jahat, kembali ke jalan yang benar, dengan demikian usia
manusia kembali bertambah, setiap seratus tahun bertambah setahun, sampai
akhirnya usia manusia mencapai 84 ribu tahun, saat itu Bodhisattva Maitreya turun
dari Surga Tusita, lahir ke Alam Manusia, serupa juga dengan Buddha Sakyamuni,
Bodhisattva Maitreya akan melewati delapan tahapan kehidupan, memutar roda
Dharma dan menyelamatkan para makhluk.
Catatan :
Delapan tahapan kehidupan yang dilalui oleh setiap Buddha adalah :
1. Turun dari Surga Tusita
2. Memasuki kandungan ibunda
3. Keluar dari kandungan (lahir ke dunia)
4. Meninggalkan keduniawian
5. Menaklukkan Mara
6. Mencapai KeBuddhaan
7. Membabarkan Dharma
14
8. Memasuki Parinirvana
Catatan :
Urutan para Buddha yang telah muncul di dunia dan yang akan muncul di dunia :
1. Krakucchanda Buddha
2. Kanakamuni Buddha
3. Kasyapa Buddha
4. Sakyamuni Buddha
5. Maitreya Buddha – Calon Buddha, masih belum turun ke dunia
Setelah Buddha Maitreya, di urutan selanjutnya masih ada 995 Buddha yang akan
muncul di dunia (Pada periode Bhadrakalpa akan muncul seribu Buddha), yang
berada di urutan selanjutnya (Buddha pada urutan yang ke-6) adalah Simha
Buddha, dan yang berada pada urutan terakhir (Buddha pada urutan yang ke-1000)
yakni Rudita Buddha.
Dapat diketahui bahwa dari empat periode alam ini yakni muncul, berlangsung,
rusak dan kosong, para Buddha hanya akan muncul pada periode keberlangsungan,
sedangkan periode muncul, rusak dan kosong tidak ada Buddha yang muncul.
Catatan :
1 kalpa besar =4 kalpa menengah
1 kalpa menengah= 20 kalpa kecil
4 kalpa menengah mencakup proses “pembentukan (20 kalpa kecil), berlangsung
(20 kalpa kecil), rusak (20 kalpa kecil) dan kosong (20 kalpa kecil)” = 1 kalpa
besar (kalpa besar masa sekarang ini disebut Bhadrakalpa)
Pada permulaan kalpa rusak, terlebih dulu yang musnah adalah para makhluk,
sampai pada kalpa kecil yang terakhir yakni kalpa kecil yang ke-20, alam mulai
mengalami kerusakan. Ketika para makhluk hidup mengalami pemusnahan,
diantaranya adalah para makhluk di enam alam tumimbal lahir, setelah meninggal
dunia, mereka akan mengikuti karma yang diperbuat dan bertumimbal lahir ke
alam lainnya, atau juga menuruti tekadnya terlahir di Negeri Buddha, sedangkan
makhluk di Alam Neraka yang hukumannya belum habis akan dipindahkan ke
Neraka di penjuru alam lainnya untuk meneruskan menjalani siksaan.
15
Seperti yang disebutkan dalam Ksitigarbha Sutra : “Ketika alam ini rusak, maka
dikirim ke alam lainnya, setelah alam lainnya rusak, dikirim lagi ke penjuru
lainnya. Hukuman di Neraka Avici adalah sedemikian rupa”.
Dapat diketahui bahwa buah akibat dari perbuatan adalah bagaikan bayangan
mengikuti diri, meskipun planet Bumi telah musnah, namun balasan akibat
perbuatan juga belum usai, bahkan masih dikirim ke Neraka di penjuru lainnya,
untuk meneruskan menjalani siksaan.
Ketika alam semesta mengalami kehancuran, Langit dan Bumi sudah tidak
terdapat makhluk hidup lagi, tiga bencana besar akan terjadi secara berturut-turut.
Yang pertama adalah bencana api, muncul tujuh buah matahari, air sungai dan laut
mengering, kobaran api menjulang hingga mencapai Brahmaloka; ke arah bawah
hingga mencapai Neraka Avici, ke arah atas hingga mencapai Alam Jhana Pertama,
seluruh pegunungan, sungai, daratan, termasuk istana Alam Surga di Kamaloka,
juga akan jadi abu. Disusul kemudian bencana air, segalanya akan hanyut dan
ditenggelamkan oleh bencana air. Yang terakhir adalah bencana angin, segala
sesuatu saling bertubrukan dan hancur menjadi debu.
16
3.2. Jejak Bodhisattva Maitreya
Ketika dunia memasuki tahap keberlangsungan, pada kalpa kecil yang ke-
10, saat usia manusia mencapai 84 ribu tahun, yang berjarak dari waktu
sekarang adalah 5,67 miliar tahun lagi, Bodhisattva Maitreya akan terlahir
di dunia ini.
Saat itu Buddha Maitreya membabarkan Sutra “Da Ci San Mei Guang
Da Bei Hai Yun Jing”, bila ada yang mendengarnya, akan melampaui
berkalpa-kalpa karma buruk samsara, pasti mencapai KeBuddhaan.
17
Pada saat itu ada seorang Brahmana yang bernama “Yi Qie Zhi Guang
Ming”, cerdas dan bijaksana, berpengetahuan luas, terpelajar dan berbakat,
serta memiliki daya ingat yang tajam, membangkitkan keyakinan dan
menjadi siswa Buddha, membangkitkan Bodhicitta, membaca Sutra “Da
Ci San Mei Da Bei Hai Yun Jing”, lalu melimpahkan jasa kebajikan ini,
semoga pada kalpa yang akan datang, pasti mencapai KeBuddhaan dengan
nama Maitreya.
Bodhisattva Maitreya yang pada waktu itu terlahir pada jaman dimana
terjadi bencana kelaparan, namun Beliau lebih memilih untuk mengorb-
ankan diriNya, juga takkan tega memakan daging makhluk
18
hidup, bahkan membangkitkan tekad setiap kelahiran takkan timbul niat
membunuh, hingga mencapai KeBuddhaan, dengan mengamalkan sila
tidak membunuh, juga melarang siswa-siswaNya mengkonsumsi daging,
dapat dilihat hati maitriNya yang begitu luas, tiada yang dapat
mengunggulinya, maka itu Beliau bermarga Ci (Maitri).
Juga di dalam Sutra “Da Sheng Ben Sheng Xin Di Guan Jing” menyebutkan
bahwa: “Pangeran Dharma Bodhisattva Maitreya, sejak permulaan membangkitkan
niat melatih diri, tidak mengkonsumsi daging, oleh karena jalinan jodoh ini maka
itu bermarga Ci”.
Kesimpulan dari petikan sutra di atas adalah Bodhisattva Maitreya yang oleh
karena pada masa kelahiran lampauNya, menjalankan Maitri (cinta kasih
19
universal), senantiasa melatih Samadhi Maitri, mengembangkan Maitri kepada
semua makhluk, maka itu bermarga Ci (Maitri).
Saat baru lahir sudah sempurna akan 32 tanda utama dan 80 tanda sekunder
Buddha, ayahandanya begitu gembira sehingga mengundang peramal untuk
meramal masa depan anaknya; peramal merasa anak ini sungguh istimewa,
sehingga bertanya keadaan saat kelahirannya, ayahnya menjawab: “Sejak
mengandung anak, sifat ibunda berubah jadi lembut, dengan maitri atau cinta kasih
universal mengasihi penderitaan dan kesusahan”.
Maka itu diberi nama sebagai Maitreya, yang bermakna : Insan yang berhati
maitri.
Catatan :
Delapan tahapan kehidupan yang dilalui oleh setiap Buddha adalah :
1. Turun dari Surga Tusita
2. Memasuki kandungan ibunda
3. Keluar dari kandungan (lahir ke dunia)
4. Meninggalkan keduniawian
5. Menaklukkan Mara
6. Mencapai KeBuddhaan
7. Membabarkan Dharma
8. Memasuki Parinirvana
20
3.2.2. Pewaris Jubah dan Patra Buddha Sakyamuni
Yang Ariya Upali, oleh karena hal ini jadi timbul keraguan, lalu
bertanya pada Sang Buddha : “Meskipun orang ini sudah menjadi
anggota Sangha, tapi malah tidak melatih samadhi, tidak memutuskan
kekotoran batin, tapi Bhagava malah memberi ramalan pencapaian
KeBuddhaan padanya. Orang ini saat menjelang ajal, akan terlahir di
alam mana?”
21
Setiap praktisi yang mempelajari Dharma Buddha Sakyamuni, dengan
tekun menimbun jasa kebajikan, membaca sutra Aliran Mahayana, atau
membersihkan stupa, lalu membangkitkan tekad terlahir di Surga Tusita,
belajar pada Bodhisattva Maitreya, semuanya juga dapat mendengar
pembabaran Buddha Dharma dan mencapai pencerahan.
Maka itu bagi praktisi yang bertekad terlahir di Surga Tusita, tidak
boleh sampai silap dan salah langkah, mesti bertekad terlahir di wilayah
dalam Surga Tusita dan jangan sampai salah langkah sehingga terlahir
di wilayah luar, tempat yang sesat, kalau salah langkah dan terlahir di
wilayah luar maka akan mengalami kemerosotan batin dan akhirnya
malah mengalami kejatuhan.
Tetapi para anggota Sangha, tidak ada satupun yang berani menerima
persembahan jubah emas tersebut, akhirnya dialihkan kepada Maitreya,
Maitreya begitu bersukacita menerima persembahan jubah emas ini;
bahkan selalu mengenakannya ketika mengikuti Buddha Sakyamuni
berkelana.
22
Tubuh Maitreya sendiri memang sudah berwarna keemasan, sekarang
ditambah pula mengenakan jubah keemasan, sehingga penampilannya
begitu indah dan istimewa, berwibawa tiada bandingnya, membawa
mangkok dan berpindapatra, kemanapun Beliau menuju, akan dikelilingi
orang banyak.
23
3.2.3. Menjelma di Dunia
Membuka lahan untuk ditanami sayur dan buah, siang hari bekerja keras,
malam hari melatih diri, demikianlah dia menjalani pertapaan keras selama
tujuh tahun lamanya.
24
Suatu hari dalam samadhinya, Fu Xi tiba-tiba bertemu dengan Buddha
Sakyamuni, Buddha Jin Su dan Buddha Dipankara. Tidak lama kemudian,
empat jenis siswa Buddha (Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika) berdatangan
melakukan namaskara dan belajar padanya.
Malam hari, paman kakek bermimpi ada seorang malaikat berkata padanya :
“Anda begitu congkak, tidak sudi mendengar ajaran Suciwan”. Tiba-tiba
melihat keistimewaan tubuh keemasan Bodhisattva Maitreya, lalu terbang di
angkasa, saat itu paman kakek berusaha mengejar Bodhisattva, tiba-tiba muncul
dinding raksasa yang menutupi angkasa, Bodhisattva dapat menembusi dinding
tersebut dengan bebas tanpa rintangan, sementara paman kakek tidak mampu
melewatinya. Ketika terbangun, paman kakek merasa amat menyesal.
Saat itu ada seorang Sramana yang bernama Hui Ji (konon adalah jelmaan
Bodhisattva Avalokitesvara) datang ke gunung dan melakukan penghormatan
pada Fu Xi (Bodhisattva Maitreya). Bodhisattva Maitreya membabarkan pada
Sramana ini tentang Dharma Anuttara-samyaksambodhi. Kemudian Hui Ji
menyebarluaskan Dharma ke seluruh pelosok, sambil berkata : “Pertapa Fu
Xi adalah jelmaan Bodhisattva Maitreya”.
26
mengutus muridnya pergi ke istana untuk mengantar surat kepada Kaisar
Liang Wu-di.
Kaisar Liang Wu-di bukan hanya meyakini Ajaran Buddha dan merenovasi
vihara, mempersembahkan dana makanan kepada Sangha, menyalin sutra,
bahkan sering mengadakan kegiatan ceramah Dharma.
Suatu hari, Kaisar Liang Wu-di hendak memberi ceramah Dharma, sengaja
menyisakan satu tempat khusus buat Fu Xi. Ketika kaisar memasuki ruang
kebaktian, seluruh hadirin dan petinggi istana, langsung berdiri menyambut
kedatangan kaisar, hanya Fu Xi yang masih duduk di sana dan tidak
bergerak, salah seorang pejabat menteri bertanya padanya : “Kenapa anda
tidak berdiri memberi hormat?”
Lalu berkata pada siswaNya yakni Pu Jian dan Pu Cheng : “Saya datang
dari surga tingkat ke-4 dari Kamaloka demi menyelamatkan para makhluk,
kalian harus menjaga karma yang dilakukan melalui tubuh, ucapan, pikiran,
giat melatih Enam Paramita, menjalani Dharma Pertobatan, menghindari
jatuh ke tiga alam penderitaan”. Selesai berkata, Fu Xi meninggal dunia
dalam usia 73 tahun.
27
Bhiksu kantong kain, muncul pada akhir Dinasti Tang. Selalu menetap di
Kabupaten Fenghua, Provinsi Zhejiang, marga keluarganya tidak jelas, orangorang
menyebutnya sebagai Bhiksu kantong kain, nama aslinya adalah Qi-ci.
Bhiksu kantong kain selalu tertawa, gendut, tidur dan menetap di mana saja,
perawakannya serupa orang kurang waras.
Ke mana saja selalu membawa buntelan atau kantong kain, dan sebatang tongkat
untuk memikul buntelannya, berkelana ke mana-mana. Setelah berpindapatra,
maka makanan tersebut hanya digigitnya sekali, lalu dimasukkan ke dalam
buntelannya. Setelah buntelannya penuh dengan makanan, lalu dibagikan
kepada anak-anak, maka itu setiap dusun yang dilewatinya, anak-anak suka
mengerumuninya, menantinya membagi makanan.
Setiap musim dingin tiba, Bhiksu Kantong selalu berbaring di atas salju yang
membeku, namun salju tidak mengenai tubuhnya; ketika musim hujan tiba,
beliau malah mengenakan sandal basah dan berlarian di dusun; ketika musim
panas tiba, dia malah naik ke jembatan yang tinggi dan berbaring di sana.
Ketika ada yang bertanya padanya tentang ramalan baik dan buruk, maka beliau
akan menjawabnya dengan jelas, bahkan sangat tepat sekali, sayangnya masyarakat
tidak tahu mengenaliNya, mereka mengira kalau Bhiksu Kantong baik ucapan
maupun tindakannya adalah kurang waras, padahal ucapannya selalu mengandung
ajaran Zen didalamnya.
Suatu kali, Bhiksu Kantong berjalan di belakang anggota Sangha, Bhiksu kantong
mengejarnya lalu menepuk bahu anggota Sangha tersebut, anggota Sangha jadi
menoleh ke belakang, Bhiksu Kantong berkata : “Berikan saya satu koin uang”.
Bhiksu Bao Fu pernah bertanya padanya : “Apa inti dari Buddha Dharma?”
Bhiksu Kantong meletakkan buntelannya.
28
Suatu hari Bhiksu Kantong berdiri di perempatan jalan, ada seorang Master
Dhyana bertanya padanya : “Apa yang anda lakukan di sini?”
Tiba-tiba Bhiksu Kantong menjulurkan tangannya : “Beri saya satu koin uang”.
Pada tahun 916 Masehi, bulan 3 hari ke-3, Bhiksu Kantong Kain tertawa dan
memberitahu pada orang banyak : “Tahun depan pada bulan dan tanggal yang
sama dengan hari ini, saya akan memetik buah Maitreya untuk
dipersembahkan buat semua orang”.
Tahun berikutnya pada bulan 3 hari ke-3, di teras Vihara Yue Wu, dalam
posisi duduk bersila di atas batu, Bhiksu Kantong Kain meninggal dunia.
Gatha terakhirnya berbunyi : “Maitreya Oh Maitreya, menjelma dalam tubuh
jelmaan yang tak terhingga, setiap saat membabarkan ajaran pada manusia di
dunia, namun sayangnya manusia di dunia tidak bisa mengenali”.
Sejak itu masyarakat barulah menyadari bahwa Bhiksu Kantong Kain ternyata
adalah jelmaan Bodhisattva Maitreya.
29
3.2.4. Keindahan Bumi Kelak Saat Lahirnya
Bodhisattva Maitreya
Ada sebuah kota besar yang bernama Kethama, permukaan tanahnya luas
dan rata, dibentuk oleh tujuh mustika, di dalam kota tersebut terdapat paviliun
tujuh mustika, indah menakjubkan, jalanan lapang dan bersih, mengungguli
Alam Surga, para penduduk memiliki tubuh yang bersinar terang, tidak perlu
pancaran sinar mentari dan rembulan.
Pada saat itu usia manusia adalah 84 ribu tahun, wanita baru mulai menikah
ketika usia mereka 500 tahun, selain itu juga tiada kekhawatiran dan wabah
penyakit.
Tetapi ketika mereka buang air, permukaan tanah akan terbelah, setelah
bersih, permukaan tanah akan menutup kembali, bahkan akan tumbuh Bunga
Lotus untuk menetralisir baunya.
Dapat dilihat bahwa kelak ketika Bodhisattva Maitreya turun ke dunia, para
makhluk memiliki pahala besar, akar kebajikan mendalam, semua ini juga berasal
dari kerja keras Buddha Sakyamuni yang berada dalam dunia yang diliputi oleh
30
lima kekkeruhan daan kejahatan, menaseehati manuusia agar menanam
m a
akar kebajiikan,
menimbbun berkah h kebajikaan. Maka itui mengappa setelah mencapai KeBuddhhaan,
Buddhaa Maitreyaa akan meemuji Budddha Sakyyamuni meskipun berada
dalam kondisi
k yan
ng sulit, juuga bisa berhasil menncapai KeB
Buddhaan, jasa kebajjikan
ini sunggguh tak terbayangkaan.
31
3.3. Kesimpulan
Semua yang telah kita bahas sebelumnya, baik mengenai isu kiamat,
maupun jejak dari Bodhisattva Maitreya, adalah berdasarkan sutra
yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, semoga praktisi sekalian
meyakini ucapan Buddha Sakyamuni.
32
3. Bodhisattva Maitreya masih belum mencapai KeBuddhaan
Bodhisattva Maitreya sekarang masih berdiam di Surga Tusita
wilayah dalam, mengajari para Dewa. Bodhisattva Maitreya
adalah calon Buddha. Setelah 5,67 miliar tahun lagi, barulah turun
dan lahir di dunia ini. Serupa dengan Buddha Sakyamuni,
Bodhisattva Maitreya juga akan melewati “Delapan Tahap
Kehidupan Seorang Buddha”, jadi bukan seperti ucapan sesat
yang mengatakan Lao Mu mengutus Buddha Maitreya menguasai
tahta langit.
33
Bab 4. Bukti Ilmiah
Atau ada juga orang yang merasa curiga dan ragu pada kebenaran
yang tercantum di dalam sutra Buddha, namun yang jelas, kita tahu
bahwa manusia kalau berbohong pasti ada alasannya. Banyak orang
yang berbohong demi menutupi kekurangannya, atau demi melindungi
ketenaran dan keuntungannya, atau harga dirinya, sehingga terpaksa
berbohong, memakai topeng untuk melewati hidupnya.
34
Bab 5. Artikel Pelengkap
Kalpa kecil ke-1 hingga kalpa ke-8, tidak ada Buddha yang muncul di dunia.
Kalpa kecil ke-9 dari kalpa pengurangan usia, dimana usia manusia tinggal 60
ribu tahun, Krakucchanda Buddha muncul di dunia, sebagai Buddha di urutan
pertama yang muncul pada Bhadra-kalpa.
Lalu usia manusia akan terus berkurang hingga tinggal 20 ribu tahun, Kasyapa
Buddha muncul di dunia.
Lalu usia manusia terus berkurang hingga tinggal seratus tahun, Sakyamuni
Buddha muncul di dunia, sebagai Buddha di ururan ke-4 dari Bhadra-kalpa.
Pada kalpa kecil ke-10, ketika usia manusia bertambah hingga menjadi 84 ribu
tahun, Maitreya Buddha muncul di dunia, sebagai Buddha di urutan ke-5 dari
Bhadra-kalpa.
Kalpa kecil ke-11 sampai ke-14, tidak ada Buddha yang muncul di dunia.
35
Kallpa kecil kee-15, ada 994
9 Buddhha berturut--turut munncul di duniia.
36
5.2. Empat Dvipa
Menurut Ajaran Buddha, Gunung Sumeru (gunung tertinggi di alam semesta)
dikelilingi oleh Empat Dvipa, yakni Purvavideha, Jambudvīpa, Aparagodaniya dan
Uttarakuru.
Kalpa terdiri dari kalpa besar, kalpa menengah dan kalpa kecil
Artikel berikut ini disusun dari isi ceramah Master Chin Kung yang berjudul 《彌
陀經疏鈔演義》
Kalpa adalah satuan yang digunakan dalam Ajaran Buddha untuk menghitung
waktu, ada kalpa kecil, kalpa menengah dan kalpa besar. Biasanya kita
menyebutkan kalpa kecil sebagai “kalpa penambahan dan pengurangan usia”.
Sutra menyebutkan, usia manusia yang paling panjang adalah 84 ribu tahun, ini
adalah batas usia manusia yang terpanjang; dari usia 84 ribu tahun, setiap seratus
tahun usia manusia akan berkurang setahun, pengurangan ini akan terus berlanjut
sampai usia manusia cuma tersisa 10 tahun saja, usia 10 tahun adalah batas usia
37
manusia yang terpendek; kemudian dari usia 10 tahun ini, setiap seratus tahun usia
manusia akan bertambah setahun, penambahan ini akan terus berlanjut sampai usia
manusia mencapai 84 ribu tahun, periode waktu selama penambahan dan
pengurangan ini disebut sebagai satu “kalpa kecil”.
20 kalpa kecil disebut sebagai satu “kalpa menengah”, 4 kalpa menengah disebut
sebagai satu “kalpa besar”.
Buddha Sakyamuni membabarkan, kita sekarang berada dalam satu kalpa besar ini,
di dunia ini akan muncul seribu Buddha, Buddha Sakyamuni merupakan Buddha
di urutan ke-4 dari kalpa besar ini, dan di urutan ke-5 adalah Buddha Maitreya.
Maka itu kalpa besar ini disebut sebagai “Bhadrakalpa”, yang bermakna bahwa
jumlah makhluk yang diselamatkan oleh Buddha dan Bodhisattva adalah sangat
banyak, insan bijak juga banyak jumlahnya.
Kalpa Menengah
1 kalpa besar adalah sama dengan 4 kalpa menengah, yakni 1 kalpa menengah
pembentukan, 1 kalpa menengah keberlangsungan, 1 kalpa menengah rusak dan 1
kalpa menengah kosong.
Seluruh alam di sepuluh penjuru dan dari tiga masa pasti harus melewati
empat jenis tahapan ini (pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong).
Kalpa Kecil
Usia manusia dihitung dari permulaan yakni 84 ribu tahun, setiap melewati seratus
tahun akan berkurang setahun, hingga akhirnya tersisa 10 tahun saja, kemudian dari
usia 10 tahun, setiap melewati seratus tahun akan bertambah setahun, hingga akhirnya
kembali mencapai 84 ribu tahun, satu periode waktu pengurangan dan penambahan
ini disebut sebagai satu kalpa kecil, bila dihitung maka satu kalpa kecil adalah
(84000-10)×100×2 = 16.798.000 tahun.
Empat Kalpa
Ketika usia manusia mencapai 84 ribu tahun, setiap melewati seratus tahun akan
berkurang setahun; pengurangan ini akan terus berlanjut hingga usia manusia cuma
tinggal 10 tahun saja. Kemudian dari usia 10 tahun ini, setiap melalui seratus tahun
akan bertambah setahun, penambahan ini akan terus berlanjut sampai usia manusia
kembali mencapai 84 ribu tahun. Satu periode penambahan dan pengurangan ini,
disebut sebagai 1 kalpa kecil. 20 periode penambahan dan pengurangan usia ini
disebut sebagai 1 kalpa menengah. Tahapan pembentukan, berlangsung, rusak dan
kosong, masing-masing tahapan tersebut lamanya 1 kalpa menengah, totalnya 4
kalpa menengah atau disebut sebagai 1 kalpa besar.
39
1. Kalpa Pembentukan (Vivarta-kalpa)
Kalpa pembentukan merupakan awal terbentuknya dunia, waktunya adalah
selama 20 kalpa kecil. Pada kalpa kecil pertama, oleh karena pada kalpa
silam sebelumnya, setelah mengalami kerusakan dan kosong, Alam
Abhassara-deva (alam cahaya) yakni alam tertinggi yang berada di Alam
Jhana kedua, angkasanya diliputi awan berwarna keemasan, turun hujan
deras, tertimbun di atas roda angin, membentuk roda air; ada angin besar
berhembus, meniup air dan muncul buih, lalu terbentuk Gunung Sumeru
(gunung tertinggi di alam semesta, bukan terletak di bumi) dan gunung-
gunung lainnya.
Saat itu seluruh makhluk berkumpul di Alam Abhassara. Para Dewa yang
jumlahnya sangat banyak, sehingga ruang hunian jadi sempit.
Para Dewa yang berkahnya berkurang, turun ke alam yang lebih rendah.
Pertama-tama, ada seorang Dewa yang meninggal dunia dari Alam
Abhassara, jatuh dan lahir di Alam Mahabrahma, menjadi Raja Brahma,
usianya 60 kalpa kecil.
Pada kalpa kecil ke-2, para Dewa dari Alam Abhassara, jatuh dan lahir di
Alam Brahma-purohita, usianya 40 kalpa kecil.
Kalpa kecil ke-3, para Dewa dari Alam Abhassara, jatuh dan lahir di Alam
Brahma-parisadya, usianya 20 kalpa kecil.
40
Dunia yang gelap gulita, angin hitam berhembus meniup lautan, muncullah
mentari dan rembulan, lalu terletak di bagian perut dari Gunung Sumeru,
menyinari empat dvipa, barulah ada siang dan malam.
Para makhluk yang telah mencicipi rasa tanah, bentuk rupa berubah jadi
kasar; mereka juga mengkonsumsi padi-padian alami, sehingga
meninggalkan residu (kotoran) di dalam tubuh, seiring dengan munculnya
nafsu keinginan, sehingga ada perbedaan pria dan wanita. Oleh karena
dorongan tabiat duniawi, sehingga muncullah nafsu indria, suami istri
tinggal bersama.
Para Dewa yang berasal dari Alam Abhassara setelah meninggal dunia, jatuh
dan lahir di Alam Manusia, masuk ke dalam kandungan ibundanya.
Pada saat itu padi tumbuh secara alami, bila pada pagi hari mereka
mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari
padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi
itu muncul. Namun perlahan jumlah populasi manusia menjadi banyak,
sehingga keserakahan mulai timbul, padi pun tidak tumbuh secara alami lagi.
41
usia manusia berkurang hingga cuma tersisa 100 tahun saja, Buddha di
urutan keempat dari Bhadra-kalpa, yakni Sakyamuni Buddha muncul di
dunia.
Pada kalpa kecil yang ke-10, ketika usia manusia kembali bertambah hingga
mencapai 80 ribu tahun, Buddha di urutan ke-5 dari Bhadra-kalpa, Maitreya
Buddha muncul di dunia.
Pada kalpa kecil ke-15, Buddha di urutan ke-6 dari Bhadra-kalpa, Simha
Buddha dan para Buddha lainnya yang keseluruhannya berjumlah 994
Buddha, akan muncul di dunia secara berturut-turut, membabarkan Dharma
dan menyelamatkan para makhluk.
Pada kalpa kecil yang ke-20, pada kalpa penambahan usia, Buddha Rudita
muncul di dunia, sehingga menyempurnakan jumlah seribu Buddha.
Selama tujuh hari lautan jadi kering sehingga tampak dasar lautnya, Gunung
Sumeru runtuh, angin berhembus ganas, membakar hingga ke Brahmaloka,
semuanya berubah jadi abu; bahkan tiga ribu maha ribu dunia juga dalam
waktu singkat musnah terbakar.
42
4. Kalpa kosong (Samvartasiddha-kalpa)
Lamanya juga 20 kalpa kecil. Setelah kalpa kehancuran berlalu, dari Alam
Jhana Pertama ke bawah (hingga Neraka), semuanya jadi kosong, ibarat
lubang yang gelap gulita, tidak ada siang dan malam, mentari dan rembulan,
yang ada hanya gelap gulita, inilah yang disebut kalpa kosong.
43
5.4. Leluhur Manusia Berasal Dari Alam Abhassara
Para Dewa di Alam Abhassara, saat berbicara bukanlah melalui perantaraan suara,
namun melalui perantaraan cahaya, cahaya keluar dari mulut, Dewa lainnya yang
melihat cahaya tersebut dapat memahami apa yang hendak disampaikan temannya
tersebut. Oleh karena dengan cahaya menggantikan suara, maka itu disebut Alam
Abhassara (cahaya suara).
44
5.4.1. Terbentuknya Planet Bumi
Ketika alam semesta sampai pada akhir periode kalpa rusak, ada bencana api
yang menghancurkan Neraka, bumi dan planet lainnya, dan seluruh alam di
Kamaloka, kebakaran dahsyat ini bahkan mencapai Rupaloka, yakni Alam
Jhana Pertama, para Dewa dan para makhluk lainnya yang baik hati, dengan
sendirinya memperoleh penyelamatan, sejak awal sudah berada di Alam
Abhassara, menikmati berkah Alam Dewa.
Bahan materi hujan yang tersisa di angkasa, melalui rotasi besar, perlahan
jadi padat, lalu muncul lagi dari angkasa bulatan-bulatan besar dan kecil atau
ada planet yang bentuknya oval, tentu saja planet bumi kita termasuk salah
satu diantaranya, dan juga rembulan, bahkan juga termasuk Neraka dan alam
lainnya yang berada di atasnya; oleh karena panas yang ekstrim sehingga
dapat berotasi pada sumbunya, terbentuklah banyak mentari, yakni seperti
yang dikatakan ahli astronomi sebagai bintang, planet dan satelit.
45
5.4.2. Para Dewa dari Alam Abhassara datang ke
Bumi
Saat permulaan terbentuknya kembali planet Bumi, kerak bumi masih belum
sepenuhnya kering, permukaan tanah masih tampak berwarna krim, dari atas
langit akan tampak planet bumi terang sekali, menyinari sampai di kejauhan,
para Dewa Dewi yang berada di Alam Abhassara yang berkahnya sudah
habis, merasa penasaran dan mencoba berjelajah ke planet berwarna krim
yang terang tersebut, mereka terbang melayang sampai ke bumi, berjalan-
jalan mengelilingi permukaan bumi, ketika melihat ada oasis (sumber air)
yang muncul dari permukaan tanah, mereka mencoba mencicipinya, rasanya
amat manis, serupa dengan madu gurih.
Oleh karena rasanya lezat, sehingga setiap insan jadi rakus dan terus
mencicipinya, perlahan tubuh mereka berubah jadi kasar dan berat, sehingga
kehilangan kemampuan untuk terbang, kehilangan jubah surgawi, dan tidak
bisa pulang kembali ke Alam Abhassara.
Para Dewa Dewi yang semula memiliki rupa yang indah menakjubkan,
bercahaya dan cantik rupawan, kebijaksanaan dan kewibawaan, kemampuan
gaib, kini perlahan jadi lenyap, mata Dewa dan telinga Dewa kini berubah
jadi mata dan telinga manusia; juga kehilangan kemampuan mengingat masa
lampaunya; tidak bisa membaca isi pikiran orang lain lagi; dari mulutnya
juga tidak bisa muncul cahaya lagi, kini mereka berbicara harus
mengandalkan lidah untuk mengeluarkan suara, mereka telah menjadi
manusia awam yang tinggal di Planet Bumi.
46
5.4.3. Generasi Penerus Manusia
Dari kejauhan, tampak cahaya bumi telah berubah jadi warna hijau, juga
mulai ada perpisahan antara samudra dengan daratan, para Dewa jadi tidak
berani datang ke bumi lagi.
Pola pikir dan kehidupan manusia yang semula begitu sederhana kini
berubah jadi rumit, sebagian kelompok manusia mulai berburu, kemudian
bisnis mulai berkembang, demi menjaga keamanan kelompoknya, mulai ada
sistem pemerintahan; dari bahasa berkembang menjadi tulisan dan
kebudayaan pun berkembang.
47
Era kuno perlahan lenyap dan digantikan dengan peperangan antar kerajaan,
lalu era modern muncul dengan bom atom dan kini adalah era angkasa luar.
Setelah leluhur manusia tiba di bumi, saat itu usia manusia adalah 84 ribu
tahun, oleh karena menjauhi kebajikan dan melakukan kejahatan, setiap
melewati periode seratus tahun, usia mereka akan berkurang setahun,
perlahan usia manusia semakin pendek, hingga akhirnya cuma 10 tahun saja.
48
Pada kalpa kosong ini juga akan berlangsung selama 20 kalpa kecil, di
angkasa Alam Abhassara, muncul awan berwarna kuning keemasan, turun
hujan deras, mulailah tahapan pembentukan alam semesta yang baru.
49
Daftar Pustaka
1. 正見與邪見~文珠法師講述
http://book.bfnn.org/books2/1924.htm
2. 千佛出世次序
http://baike.baidu.com/view/901481.htm
3. 四大部洲
https://zh.wikipedia.org/wiki/%E5%9B%9B%E5%A4%A7%E9%83%A8%E6%B4%B2
4. 劫
http://new.jingzong.org/Item/2606.aspx
5. 人类的祖先是从光音天来的
http://www.fomen123.com/fo/fojiao/yuzhou/9569.html
Arsip
www.lafalamituofo.blogspot.com
50
51