Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ETIKA PROFESI

( Menghindari 4 Penyakit Hati)

Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Asuransi Syariah

Dosen Pembimbing : Jajuli, M.E

Di Susun Oleh Kelompok 10 :

Nola Dea Dewi 201430100

Indria Chaeri Mundini 191430094

PROGRAM STUDI ASURANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah SWT atas segala rahmat – nya sehingga
makalah ini dapat tersusun dengan selesai. Tak pula kami haturkan shalawat serta
salam kepada junjungan Rasullah Muhammad saw. Penulisan makalah yang berjudul
“ Menghindari 4 Penyakit Hati ”bertujuan untuk memenuhi tugas dari makalah
kuliah “Etika Profesi Asuransi Syariah”.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Mata Kuliah
Etika Profesi Asuransi Syariah Bapak Jajuli. M.E. kami juga engucapkan terimakasih
kepada teman – teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya ilmilah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab
itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi berbagai pihak aamin.

Serang, 23 mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4 1.
LATAR BELAKANG ............................................................................... 4 2.
RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 5 3.
TUJUAN...................................................................................................... 5 BAB
II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Pengertian Penyakit Hati ...................................................................... 6
B. Cara Menghindari Sikap Berburuk Sangka ( su'udzon) .................. 12
C. .Bahaya Ghibah dalam Pandangan Islam ................................................ 19
BAB III ................................................................................................................. 27
PENUTUP ............................................................................................................ 27
KESIMPULAN ................................................................................................ 27
SARAN ............................................................................................................. 27
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Penyakit Hati Dalam Islam - Islam adalah agama samawi yang didasarkan pada
keyakinan akan satu Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah. Ajaran Islam didasarkan pada
Al-Quran, yaitu kitab suci sebagai wahyu Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam dan merupakan nabi terakhir dan penyempurna agama.

Islam memiliki lima rukun iman dan lima rukun Islam sebagai panduan bagi umatnya
untuk mengembangkan hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Selain itu, Islam
juga memiliki ajaran moral yang mengajarkan untuk memelihara hubungan baik
dengan orang lain, berbuat baik, berjihad melawan kejahatan dan keburukan, serta
menumbuhkan kepedulian dan rasa empati terhadap sesama manusia.

Bagi umat Islam, ibadah merupakan bagi1.an yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk shalat lima waktu, puasa Ramadan, zakat, dan haji. Selain itu,
umat Islam juga dianjurkan untuk membaca Al-Quran dan mengaji, serta
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan amal untuk membantu sesama. Meski begitu,
keimanan seseorang terkadang bisa naik dan turun. Salah satu penyebab turunnya
iman adalah karena penyakit hati. Penyakit hati dalam Islam sendiri dapat
mempengaruhi kualitas ibadah dan keikhlasan seseorang dalam beribadah maupun
bermuamalah.

Dalam lingkungan masyarakat terdapat hal – hal yang menjadi suatu kebiasaan dalam
kalangan masyarakat. Kebiasaan ini terjadi karna adanya suatu perkumpulan antara
satu dengan yang lain nya,. Hal ini terjadi karna adanya perasaan yang tidak enak yang
muncul pada satu individu, yang dibawa pada satu golongan atau kelompok.

Dikalangan masyarakat ini sering di anggap sepele ataupun dianggap biasa, kebiasaan
nya biasa di sebut dengan ngerumpi atau bisik – bisik tetangga, hal ini adalah sebuah
penyakit yang tidak bisa di hapus dengan sekejap, karena ini sudah menjadi ta’biat
yang menyebar di kalangan masyarakat.

Itu adalah salah satu penyakit hati yang ada dalam masyarakat untuk itu kami
mengangkat judul “ Menghindari 4 Penyakit Hati” agar tidak lagi menjadi kebiasan
buruk yang merata.

4
2. RUMUSAN MASALAH

a. Apa Pengertian Penyakit Hati ?


b. Apa Pengertian berburuk sangka,ghibah,tajasus,mengadu domba ?
c. Bagaimana cara menghindari 4 penyakit hati ?

3. TUJUAN

a. Untuk mengetahui cara menghindari dari penyakit hati


b. Untuk mengetahui bahaya adu domba.buruk sangka,tajasus

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Penyakit Hati

Penyakit adalah perasaan yang tidak enak yang ada pada diri manusia sehingga
menyebabkan hati nya merasa tidak tenang,gelisah dan juga waswas. Perasaan yang
tidak enak itu tidak seperti virus yang menyerang komputer.Ia menyerang karna ada
nya sesuatu yang tidak beres didalam pikiran dan hati manusia. Tidak peduli laki- laki
– perempuan, muda- tua, maupun kaya – miskin.

Jika pikiran dan hati manusia itu telah diserang oleh virus yang membahayakan iman-
islam tersebut, maka sulit bagi manusia untuk mengendalikan nya, sebab sekali ia
telah menempel di dalam hati dan pikiran manusia. Semakin sulit bagi manusia untuk
menghalau proses penyebaran nya. 1

1. Berburuk sangka ( Su'udzon)

Berburuk sangka adalah salah satu sifat buruk yang dapat merusak pikiran dan
menghambat hubungan silaturrahim di antara manusia. Jika sikap ini terdapat di
dalam diri seseorang, maka yang dirusaknya adalah pikiran, ide, dan pandangannya.
Hal yang kedua yang dirusak oleh sikap berburuk sangka adalah hubungannya dengan
orang lain. Kalau setiap manusia memiliki sikap berburuk sangka di dalam diri
mereka, maka hubungan antara dia dan orang lain pasti tidak baik.

Berburuk sangka, yang dalam Bahasa Arabnya adalah “su’-u al-dzhann-i” adalah
suatu sifat yang sangat berbahaya, tidak hanya bagi diri dan peribadi yang memiliki
sikap itu, tetapi juga akan berbahaya dalam hubungannya dengan sesama. Orang yang
memiliki sikap seperti ini selalu muncul di dalamnya pikiran-pikiran yang buruk,
pikiran-pikiran negative, dan pandangannya yang tidak benar terhadap orang lain.

Kalau sikap iri pada awalnya bersumber dari dalam hati seseorang, maka sikap
berburuk sangka ini bersumber dari otak dan pikiran manusia. Ini berarti bahwa sikap
berburuk sangka ini ada di dalam diri seseorang dan tidak ada yang tahu sifat ini
kecuali dirinya. Tidak ada orang lain yang tahu tentang sikap buruk sangka itu, karena
tersembunyi di dalam pikiran manusia. Yang tahu ada keberadaannya, atau tidak di
dalam hati setiap orang adalah dirinya sendiri. Kemudian sikap buruk sangka itu
berwujud dalam bentuk sikap, ucapan, atau kata-kata yang keluar dari mulut
pemiliknya. Dari sinilah baru orang lain tahu, bahwa di dalam hatinya ada buruk
sangka.

1 Ahmad Barosi, S.Ag penyakit hati penyembuhannya, hlm 21

6
Apa bahaya sikap berburuk sangka bagi diri seseorang? Sikap iri sangat berbahaya
karena sikap ini akan memenuhi otak dan pikiran seseorang yang sempit itu. Orang
yang memiliki sikap buruk sangka, maka saraf-saraf otak akan terganggu karena
terpenuhi dengan pikiran-pikiran yang negatif. Saraf-saraf yang akan melahirkan
pikiran-pikiran yang positif tidak dapat berfungsi dengan baik karena tertutup oleh
pikiran-pikiran negatif. Orang-orang yang memiliki sikap buruk sangka memiliki
subjektivitas pemikiran yang tinggi. Semua kebenaran ada padanya. Semua yang
hebat ada padanya. Semua kebaikan ada pada dirinya. Hanya dirinyalah satu-satu
manusia yang baik. Orang yang seperti ini mempunyai pandangan yang tidak
seimbang antara dirinya dengan orang lain yang ada di sekitarnya.

Kalau ada orang lain yang memiliki kelebihan daripada dirinya, dia akan
berpandangan dan mengatakan bahwa kelebihan yang ada pada orang itu bukanlah
kelebihan yang diperoleh dengan cara yang benar. Kelebihan yang diperolehnya itu
adalah dengan cara yang tidak benar. Kalau ada orang lain yang menduduki suatu
jabatan yang lebih tinggi daripadanya, dia akan berkata, mislanya, bahwa jabatannya
itu diraihnya bukan dengan jalan yang benar, tetapi diperoleh dengan jalan tidak
benar. Kalau ada orang lain yang melakukan sesuatu, maka sesuatu itu dipandangnya
tidak benar.Apa bahaya sifat buruk sangka dalam hubungannya dengan orang lain?
Sifat buruk sangka ini sebenarnya akan melahirkan suatu sikap yang memandang
bahwa orang lain selalu salah, selalu tidak benar. Apa yang diraih oleh orang lain
dipandangnya diraih dengan cara yang tidak benar. Sikap ini muncul karena adanya
anggapan bahwa dirinyalah yang baik, dan orang lain yang lebih daripadanya tidak.

Seseorang yang datang kepadanya dengan tujuan yang baik, diapandangnya datang
untuk sesuatu yang tidak baik. Pendekanya, orang yang memiliki buruk sangka pasti
memandang orang lain selalu dalamm posisi yang tidak benar, tidak baik. Bisa Anda
bayangkan, kalau pikiran dan otak Anda penuh dengan pandangan dan pikiran yang
negatif seperti itu. Yang selalu ada dalam pikirannya adalah pertanyaan-pertanyaan
seperti ini. Mengapa dia bisa demikian? Mengapa dia bisa mendapatkan seperti itu?
Mengapa dia bisa memperoleh yang demikian? Jawabannya yang diberikannya adalah
semua negatif.

Buruk sangka di dalam pikiran kita akan membuat saraf-saraf berpikir menjadi berat
dalam bekerja karena dia bekerja untuk memikirkan hal-hal yang buruk bagi orang
lain. Kalau saja kita memiliki pikiran yang positif, saraf-saraf otak itu akan bekerja
dengan ringan. Orang-orang yang pemikiran yang positif akan menjadi ringan beban
pikirannya karena semua itu akan menimbulkan pengaruh yang baik akan pikiran
manusia.

Penyakit buruk sangka ini sangat berbahaya bagi seseorang. Orang seperti ini tidak
akan memiliki sikap positif terhadap orang lain. Semua orang akan dipandangnya
negative. Sebaliknya, orang yang berpikiran pisitif selalu memandapa orang lain

7
dengan sudut pandang yang baik. Bahkan, orang lain yangs udah jelas salah bagi
dirinya, nahkan masih menganggap orang itu adalah orang baik.

2. Menjelek - jelekan (Ghibah)

Setiap umat muslim pasti tidak ingin dirinya masuk ke dalam jeratan dosa. Menaati
perintah Allah SWT dan menjauhi setiap apa yang dilarang oleh agama merupakan
kewajiban bagi umat Islam. Namun, ada perbuatan dosa yang sering dilakukan
manusia tanpa mereka sadari. Perbuatan dosa tersebut adalah ghibah. Meski identik
dengan perempuan, namun laki-laki pun terkadang juga tidak bisa menghindari
perbuatan ghibah ini. Ketika sedang asyik berkumpul atau berinteraksi dengan teman,
terkadang kita tidak bisa mengontrol pembicaraan sehingga tanpa sadar kita sudah
menggunjing seseorang.

Ghibah adalah perbuatan di mana kita membicarakan aib atau keburukan orang lain.
Ghibah adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk
dalam perbuatan dosa besar. Bahkan meskipun yang dibicarakan itu sesuai kenyataan,
ghibah tetaplah perbuatan yang zalim.

Meski ghibah sulit dihindari, namun kita harus tetap mencoba untuk menghindari
perbuatan dosa ini. Allah SWT sendiri mengibaratkan pelaku ghibah seperti memakan
daging saudaranya yang sudah mati.

"Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka
tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang." (Q.S Al Hujurat :
12).

Ghibah adalah perbuatan yang termasuk dalam golongan dosa besar. Selain firman
Allah SWT pada surat Al Hujurat yang telah disebutkan sebelumnya, Rasulullah
SAW juga pernah menjelaskan masalah ghibah ini kepada para sahabat, Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang
lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak
suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan
sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan
berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah
memfitnahnya.” (HR. Muslim).
Dilansir dari rumaysho.com, Imam Nawawi juga ikut menjelaskan bahwa ghibah
adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat pembicaraan. (Syarh
Shahih Muslim, 16: 129).

Dalam Al Adzkar, Imam Nawawi menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang amat
jelek, namun tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan

8
seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada
orang lain, namun yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk
diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan,
agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak,
pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya,
kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi
melalui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau
semisal itu.”

Ulama telah bersepakat bahwa hukum dari ghibah adalah haram. Ghibah adalah dosa
besar. Perbuatan ghibah juga sama halnya dengan menjatuhkan kehormatan,
mencemarkan nama baik, dan menginjak wibawa orang yg kita gunjing. Dalam kitab
Bidayatul Hidayah karya Al Ghazali menerangkan bahwa membicarakan kejelekan
orang lain lebih keji dari pada 30 kali perbuatan zina.

3. Memata-matai ( Tajassus)

Tajassus kalau dalam istilah kita dinamakan dengan memata-matai (spionase) atau
mengorek-orek berita. Sehingga dalam lingkungan pesantren kata itu sering kali
digunakan dan menyebutnya sebagai ‘jaasuus’ atau mata-mata. Namun dalam kamus
literatur bahasa Arab, misalnya kamus Lisan al-‘Arab karangan Imam Ibnu Manzhur,
tajassus berarti “bahatsa ‘anhu wa fahasha” yaitu mencari berita atau menyelidikinya.

Sementara dalam kamus karangan orang Indonesia, misalnya dalam kamus Al-
Bishri, tajassus berasal dari kata “jassa-yajussu-jassan” kemudian berimbuhan huruf ta
di awal kalimat dan di-tasydid huruf sin-nya maka menjadi kata “tajassasayatajassasu-
tajassusan” yang berarti menyelidiki atau memata-matai Dari pengertian tersebut,
maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa tajassus adalah mencari-cari kesalahan orang
lain dengan menyelidikinya atau memata-matai. Dan sikap tajassus ini termasuk sikap
yang dilarang dalam Alquran maupun hadis.

4. Adu Domba (Namimah)

Namimah adalah istilah dalam Islam yang digunakan dalam untuk menggambarkan
perilaku adu domba. Sehingga namimah adalah menyampaikan cerita yang tidak
benar, tidak baik dan tidak disenangi untuk menimbulkan kerusakan, kebencian
hingga permusuhan diantara dua orang atau lebih. Namimah adalah salah satu
penyakit dalam masyarakat, yang digunakan untuk memutus tali persaudaraan. Tidak
terbatas pada lingkup keluarga dan pertemanan, namimah juga bisa berarti saat anda
mengetahui rahasia seseorang dan mempublikasikan rahasia tersebut untuk
menjatuhkan orang tersebut. Namimah adalah perilaku yang dapat membahayakan
banyak orang, tidak hanya pada korbannya namun juga bisa membahayakan orang-
orang disekitar korban secara luas. Sehingga penting untuk menghindarkan diri dari
segala bentuk namimah atau adu domba yang ada di masyarakat.

9
Namimah merupakan kata dalam bahasa Arab yang memiliki artinya menceritakan
keburukan seseorang kepada orang lain dengan maksud agar pendengarnya
mencelakakan orang yang dijelekkan dan hal ini membuat orang yang mengucapkan
keburukan tersebut menjadi bahagia dan puas. Sehingga namimah mengacu pada
tindakan menyampaikan informasi percakapan dengan satu orang ke orang lain
dengan maksud agar timbul kerusakan, kebencian, dan permusuhan di antara
keduanya. Ini adalah penyakit yang merajalela di masyarakat kita.

Namimah adalah kombinasi dari dua dosa, yaitu mengatakan hal-hal buruk tentang
manusia lain dan memiliki keinginan dan niat yang merugikan orang lain, itulah
sebabnya Namimah adalah dosa besar yang harus dihindari.

Ada perintah tegas terhadap Namimah dalam Quran Surat Al-Qalam ayat 10-11
َ
ٍ َّّ‫َو َل تطُِ ْع ُك َّل َحل‬
‫ف َّم ِهي ٍن‬

Artinya: Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina

‫از َّم َّشا ٍۭ ٍٓء بِن َِم ٍيم‬


ٍ ‫هَ َّم‬
Artinya: Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah,

Selain itu, Rasulullah (SAW) juga bersabda, “ Qata'at ( kata lain untuk orang yang
mengatakan hal-hal buruk tentang orang dengan niat untuk menyakiti mereka) tidak
akan masuk Jannah (surga)".2

Menurut al-Baghawi, adu domba adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan
untuk mengadu antara seseorang dengan si pembicara.Sedangkan Menurut Imam al-
Ghazali, adu domba adalah mengungkapkan sesuatu yang tidak suka untuk diungkap
baik oleh orang yang mengungkapkan, orang yang diungkap, atau pun orang yang
mendengar ungkapan tersebut, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, baik
berupa aib atau pun pujian.Adu domba dalam pandangan islam melarang umatnya
melakukan adu domba karena menghancurkan hubungan yang sudah terbangun kokoh
sehingga perintah untuk saling mengenal dan saling berbuat baik akan di tinggalkan.
Selain hubungan yang hancur, adu domba akan memberikan beberapa dampak negatif
lain nya yaitu :

a. Mendapatkan Dosa

Rasulullah Saw mengajarkan sahabatnya untuk tidak melakukan adu domba. Sikap itu
akan membawa dosa dan siksa pada pelakunya dan kehancuran bagi orang-orang yang
diadu domba. Rasulullah Saw bersabda: “Dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah Saw
melewati sebuah kebun di Madinah atau Makkah beliau mendengar suara dua orang
yang sedang disiksa dalam kuburnya. Nabi bersabda, “Keduanya sedang disiksa dan
tidaklah keduanya disiksa karena masalah yang sulit untuk ditinggalkan”. Kemudian
2https://www.liputan6.com/hot/read/5172310/namimah-adalah-adu-domba-pahami-
dalilbahaya-dan-cara-menghindari.15mei 2023.22.16

10
beliau kembali bersabda, “Mereka tidaklah disiksa karena dosa yang mereka anggap
dosa besar. Orang yang pertama tidak menjaga diri dari percikan air kencingnya
sendiri. Sedangkan orang kedua suka melakukan adu domba”. (HR. Bukhari).

b. Merupakan Hamba Yang Buruk

Umat Islam diperintahkan untuk senantiasa berbuat baik dan menjaga hubungan
dengan manusia lainnya. Hal itu menjadikan kita seorang muslim sejati. Rasulullah
Saw bersabda: “Seorang muslim (yang baik) adalah seseorang, yang kaum muslimin
selamat dari lisan dan tangannya. (HR. Bukhari).

c. Menimbulkan Sikap Membenci

Sikap adu domba akan menghancurkan hubungan manusia. Dalam proses hancurnya
hubungan manusia, sikap saling membenci akan ada sebagai perantaranya. Rasulullah
Saw bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain, dia tidak
menzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh), barang siapa yang
memenuhi keperluan saudaranya (Muslim) niscaya Allah akan memenuhi
keperluannya, barang siapa yang menghilangkan kesusahan seorang Muslim niscaya
Allah akan menghilangkan kesusahan-kesusahannya pada Hari Kiamat, dan barang
siapa menutupi aib seorang Muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya pada Hari
Kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim).3

3
https://www.liputan6.com/hot/read/5172310/namimah-adalah-adu-domba-pahami-
dalilbahaya-dan-cara-menghindari.15mei 2023.22.09

B. Cara Menghindari Penyakit Hati

Penyakit hati biasanya diatasi dengan cara selalu mengingat dosa setiap saat. Maka
dari itulah, selalu bersyukur dengan hal apapun yang dimiliki, baik itu sekecil apapun
adalah hal yang wajib. Sebaiknya jangan memikirkan atau bahkan membenci orang
lain karena nikmat yang diberikan Allah. Justru, doakan saja orang-orang yang lebih
beruntung supaya hati menjadi lebih tentram dan nyaman. Dengan begitu, hal ini
membuktikan bahwa Anda sudah memahami makna pengertian penyakit hati dalam
islam yang sebenarnya.

11
1. Cara Menghindari Berburuk Sangka ( su'udzon)

Islam memberikan kecaman yang keras kepada mereka yang berperilaku berdasarkan
prasangka. Kita tahu istilah bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Tentu
saja, karena fitnah sangat mungkin lahir dari prasangka yang ada di dalam pikiran
kita. Lebih jelas lagi, Allah menegaskan terkait dengan prasangka yang sangat
mungkin memunculkan pergunjingan dengan kecaman yang keras, masih di dalam
Q.S Al Hujuraat: 12.

“Dan janganlah kalian saling menggunjingkan yang lain. Apakah kalian suka menjadi
orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri yang sudah mati? maka tentulah
kamu merasa benci atau jijik untuk memakannya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat dan maha penyayang.” (Q.S. Al Hujuraat:
12).

Landasan moral dari ayat di atas, tentunya dapat menjadi motivasi bagi Muslim untuk
menjauhi prasangka yang negatif terhadap orang lain. Pertanyaannya kemudian,
bagaimana psikologi dapat membantu proses individu untuk menjauhkan diri dari
kecenderungan berprasangka negatif terhadap yang lain? Beberapa poin yang kita
bangun berdasarkan level pikiran dan perasaan kita di bawah ini insya Allah
bermanfaat bagi kita semua.

Landasan moral dari ayat di atas, tentunya dapat menjadi motivasi bagi Muslim untuk
menjauhi prasangka yang negatif terhadap orang lain. Pertanyaannya kemudian,
bagaimana psikologi dapat membantu proses individu untuk menjauhkan diri dari
kecenderungan berprasangka negatif terhadap yang lain?

Beberapa poin yang kita bangun berdasarkan level pikiran dan perasaan kita di bawah
ini insya Allah bermanfaat bagi kita semua.

1. tekankan bahwa pikiran kita atau apa yang kita pikirkan, really matters. Ia bisa
menjadi akar dari banyak persoalan, baik yang sifatnya individual maupun
sosial. Kita perlu mengelola pikiran kita agar senantiasa objektif dan hati-hati.
Kalaupun ia mengandung bias, usahakan agar output-nya bernilai positif.
Bahasa kerennya, positive thinking. Tetapi tetap saja, poin utamanya adalah
objektifitas dan kejujuran dalam memberikan penilaian atau menarik
kesimpulan.
2. fokus pada apa yang kita rasakan, maka kita perlu berusaha untuk
menumbuhkan perasaan positif di dalam diri kita. Perasaan positif ini dapat
dimunculkan dengan mengelola pikiran maupun perilaku kita. Pikiran positif
akan memberikan dampak emosi yang positif. Perilaku positif pun demikian.
Misalnya apa yang kita rasakan setelah kita memberikan sesuatu kepada orang
lain. Orang lain tersebut bisa jadi merasa bahagia, karena menerima apa yang

12
dia butuhkan. Dan kita pun boleh jadi merasa lebih bahagia, karena
membahagiakan orang lain. Begitulah, energi negatif yang muncul dalam
prasangka, ibarat kotoran yang masuk di dalam air. Ia dapat dibersihkan
dengan terus menerus menambahkan air yang jernih ke dalamnya. Cara
“menambahkan air” adalah dengan yang pertama memahami terlebih dahulu
prasangka negatif itu muncul karena map (peta) pikiran kita yang sangat
sempit. Kita tidak memiliki cukup banyak alternatif informasi untuk
memberikan penilaian terhadap situasi eksternal yang kita hadapi. Kedua,
perluas map pikiran kita. Semakin lengkap dan detail peta yang kita miliki
maka semakin kecil peluang untuk tersesat. Demikian juga ketika kita
memberikan penilaian terhadap orang, kelompok atau situasi, semakin detail
informasi, semakin lengkap gambarannya maka semakin kecil peluang kita
melakukan kesalahan judgment. Cara memperluas peta pikiran adalah dengan
bertanya, melakukan klarifikasi dan dalam Islam dikenal konsep bertanya
yang keren yaitu tabayyun.

Cara mengatasi su’udzhon menurut waked yusuf :


a. membangun akidah yang benar yang berpegang diatas berprinsip
hus’nudzhon pada allah, rasulnya, dan orang – orang mukmin.
b. Melakukan tarbiyah dalam rangka mengkokohkan akidah dalam diri
c. Membiaskan diri untuk komitmen dengan adab – adab islam di dalam
menghukumi segala sesutau.
d. Menjauhkan diri dari maslah – masalah subhat
e. Berusaha untuk ada dalam lingkungan yang baik
f. Mujahadah dan berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu dan
syahwat

g. Mempresefdiksn manusia dan realitas sekarang dan bukan masa lalu


nya
h. Senantiasa membaca buku orang – orang yang saleh
i. Membutuhkan suplemen yang bisa memproteksi dan memberikan
kekebalan terhadap hati dan pikran agar kita tidak mudah terhasut
buruk sangka. Yaitu sebagai berikut :
• Jangan mencari kekurangan orang lain
• Muhasabah diri setiap hari
• Perbaiki dan bersihkan diri dari sifat buruk

2. .Hukum Su’udzon

a. Haram (Su’udzon Kepada Allah )


Allah berfirman : “ Dan jangan kamu menuruti kebanykan orang – orang
di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan mu dari jalan allah,

13
mereka tidak lain hanya mengikuti perasngkaan belaka, dan tidak lain
meraka hanya berdusta (terhadap allah)”.(QS.6 : 116).
b. Su’udzon kepada rasull
c. Su’udzon kepada orang – orang mukmin yang dikenal dengan kebaikan
nya. Allah berfirman : “ Hai orang – orang beriman jauhilah kebanyakan
dari prasangka sesungguhnya sebgian persangka itu adalah dosa”.
(QS.49.12).
d. Wajib (Su’udzon kepada orang kafir secara terang – terangan dengan
kekufuran nya dengan permusuhan nya kepada allah, rasullah dan orang–
orang mukmim yang soleh. Allah Berfirman : “(Bagimana bisa ada
perjanjian dari sisi allah dan rasul nya dari sisi orang – orang yang
musrikin),padahal jika memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka
kita memiliki hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula
mengindahkan) terhadap perjanjian. Mereka menyenangkan hati mu
dengan mulutnya, padahal hatinya menolak.dan kebanykan merka adalah
orang – orang yang fasik (tidak menepati janji) (QS.9 :8)”.
e. Su,udzon kepada orang muslim yang di kenal secara terang – terangan
berbuat maksiat, menghalangi jalan allah dsn tidsk komitmen terhadap
islam.

3. Sebab Su’udzhon
1. Niat yang buruk
2. Tidak terbiasa menggunakan kaidah yang benar dalam menghukumi
sesuatu.
Kaidah tersebut ialah :
a. Melihat segala sesuatu dari lahiriyahnya dan menjadikan batiniyah nya
menjadi urusan allah.
b. Selalu mendasarkan atas bukti – bukti
c. Memantaskan benaran bukti – bukti tersebut
d. Bukti tersebut tidak saling bertentangan dengan satu dan lainnya
e. Lingkungan yang buruk akhlak nya
f. Mengikuti hawa nafsu
g. Terjatuh dalam masalah syubhat
h. Tidak memperhatikan adab – adab islam dalam berkomunikasi, adab
komunikasi adalah :
• Tidak di perbolehkan berkomukasi berdua dan lebih baik
bertiga
• Pembicaraan baik nya dalam kebaikan dan ketaatan
i. Mengabaikan masa kini yang baik dan hanya terpaku kepada masa lalu
yang buruk. 3
3 .wakid yusuf, Buruk sangka dan cara mengatasinya,2016.15Mei2023.01.11

14
4. Larangan su’udzhon menurut ulama

 Diriwayatkan oleh malik dari Abu Hurairah RA, bahwa rasulullah SAW
bersabda : ‫اود ساح تالو الو او ضعاب ت الو اورب ادت اون وك و ال لهداب ع ن وخا‬
‫یدحال ال و الوااو س سجت او س سجت الو او س‬ ‫ف تم ا مكای ا ن ظالو ن اف ن ظال ث‬
‫فات ن‬
‫ق ھ ی لع‬
Artinya: Jauhilah prasangka karena prasangka itu adalah cerita yang paling
dusta , dan janganlah kamu saling memaki, saling mencari kesalahan , saling
membanggakan , saling ber iri ,saling membenci dan jadilah kamu hamba –
hamba allah yang bersaudara .

 Diriwayatkan oleh abu ya’la dari barra’ ban azib bahwa rasulullah bersabda
dalam satu khotbahnya :
‫ھ ناف ن ك ع ب تی ةروع ھ یخا ع ب تی هللا ھ تاروع ن مو ع ب تی هللا ھ تروع دحال ی ای ن مر‬
‫اروع ث( ھح ض فی ی ف‬ŽŽ‫ه ت‬ŽŽ‫شعم ن ما ھ نا س لب الو اوب ت فت ن یم ل سمال الو اوع ب تت م ی‬
) ‫ف وج ھ ت یب‬
Artinya: Wahai orang- orang yang beriman dengan lidahnya, janganlah kamu
menggunjingi orangorang islam dan janganlah kamu mencari aurat (hal yang
dirahasiakan ) mereka . karena barang siapa mencari- cari aurat saudaranya
allah akan mencari auratnya dan siapa yang dicari auratnya oleh allah pasti
akan terbukalah auratnya itu walaupun ia ditengah- tengah rumahnya.

Suudzon adalah akhlak yang sangat tidak terpuji atau tercela, karena arti dari suudzon
adalah berburuk sangka kepada orang lain, dan suudzon juga merupakan bibit awal
dari penyakit hati. (dalam Shihab, 2002) Allah berfirman : “Barangsiapa yang
menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan
akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia
melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat
melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” (QS 22:15).

Sikap-sikap seperti ini biasanya muncul karena kita sering terburu-buru berprasangka
terhadap suatu kejadian yang belum tentu jelas. Atau kita kurang tegas dalam
menyikapi satu kejadian (QS. Yunus 36).

Maka yang dihasilkan adalah emosi yang tidak stabil, merasa diri menang, dan tidak
mau mendengarkan pendapat orang lain. Adapun ciri ciri suudzon, yaitu: Selalu
berpikir negatif kepada orang lain, Merasa diri paling benar, Tidak mau
mendengarkan nasihat dari orang lain, Tidak memiliki hubungan sosial yang baik,
Emosi yang tidak stabil, Suka marah karena sesuatu tidak sesuai dengan
keinginannya. Selain dari itu seorang mukmin diwajibkan untuk tidak selalu mencari
keburukan orang lain atau bahkan merasa yakin terhadap keburukan orang lain, serta

15
orang mukmin juga di wajibkan untuk tidak selalu membicarakan kejelekan orang lain
atau menggunjingnya . Sehingga dalam ayat tersebut pantaslah jika di umpamakan
memakan danging orang mati yang hukumnya tidak halal untuk di makan kecuali
dalam keadaan darurot dan dalan ayat itu merupakan larangan bagi orang mukmin
bukan menjadi larangan bagi orang kafir.4

5. Cara menghindari sikap mejelek - jelekan ( ghibah)

Ghibah adalah perbuatan haram yang sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, kita harus
tetap waspada dengan perbuatan dosa ini. Dilansir dari brilio.net, berikut kami berikan
bagaimana cara menghindari ghibah:

1. Berkumpul dengan orang sholeh

Pergaulan dan perkumpulan merupakan salah satu sumber ghibah yang paling besar.
Oleh karena itu, untuk terhindar dari perbuatan dosa ini, ada baiknya kita bijak
memilih dengan siapa kita harus berkumpul. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW
bersabda: "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual
minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan
kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai
besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau
tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Menjaga lidah

Secara tidak sadar, kita bisa saja terjebak dalam perbuatan ghibah jika tidak menjaga
lidah dan mulut. Ketika apa yang dibicarakan sudah mulai mengarah ke hal yang tidak
baik, segera berhenti dan ganti topik dengan hal lain yang lebih bermanfaat. Dari Sahl
bin Sa'ad ra, Rosulullah SAW pernah bersabda:

"Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa


yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah, serta antara
kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan surga
untuknya." (Muttafaq 'alaih).

3. Intropeksi diri

Sebelum terlena dengan pembicaraan seru saat berkumpul dengan teman-teman, yang
berpotensi dapat membawa seseorang melakukan ghibah, alangkah baiknya kita

4 Jurnal Psikologi Terapan [JPT] Volume 2 Nomor 1 Juli 2019 ISSN: 2597-663X 1 Prasangka dan
Suudzon: Sebuah Analisa Komparatif Dari Perspektif Psikologi Barat dan Psikologi Islam Indah
Elfarian

16
berintropeksi diri terlebih dahulu. Dengan intropeksi diri, akan membuat kita merasa
enggan dan malu jika membicarakan orang lain, karena kita akan berpikir bahwa diri
sendiri masih memiliki banyak kesalahan yang harus dibenahi.

4. Perbanyak berpikir positif

Pikiran positif akan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan seseorang.
Pikiran positif juga akan meminimalisir munculnya pikiran buruk terhadap apa pun,
termasuk kepada orang lain. Jadi, ketika pembicaraan mulai mengarah pada ghibah,
kita bisa menolak dengan perlahan dan tetap berprasangka baik kepada orang yang
akan dibicarakan tersebut.

5.Saling mengingatkan

Ketika ada seorang teman yang mulai menggunjing orang lain, maka sebagai seorang
muslim, hendaknya kita mengingatkan mereka bahwa ghibah adalah perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT. Hal ini juga sudah tercatat dalam Alquran yang artinya,
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran." (Q.S Al Ashr : 1-3).

6.Perbanyak Istighfar

Seorang muslim sudah semestinya selalu mengingat Allah SWT dengan


memperbanyak istighfar kapan pun dan di mana pun. Hal ini untuk memohon
ampunan atas segala dosa yang ia sengaja maupun tidak disengaja. Dengan
memperbanyak istighfar, juga bisa menjadi pelindung dari perbuatan dosa sehingga
kita terhindar dari perbuatan ghibah karena merasa takut dengan dosanya.

6. Dalil Mengenai Larangan Mengghibah

Beberapa dalil mengenai larangan berbuat ghibah dalam Al-Qur’an dan hadist:

1. Dalil Al-Qur’an, Allah SWT berfirman yang artinya;

• “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. 49 : 12).

17
• “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q. S. Al-
Hujurat : 12).

2. Dalil hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya;

• Diriwayatkan oleh Said bin Zaid RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Sesungguhnya riba yang paling bahaya adalah berpanjang kalam (ucapan)
dalam membicarakan (keburukan) seorang muslim dengan (cara) yang tidak
benar.” (H. R. Abu Daud).
• Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah; “Kami pernah bersama Nabi
tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak mengenakan. Kemudian Rasulullah
berkata; ‘Tahukah kamu, bau apakah ini? Ini adalah bau orang-orang yang
mengghibah (menggosip) kaum mukminin.”

C. Bahaya Penyakit Hati

Bahaya Penyakit Hati Menurut Agama Islam Penyakit-penyakit hati lebih


mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada
penyakitpenyakit tubuh ditinjau dan berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan
dan paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudarat atas
seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagia di dunia dan di akhirat; dan
bermudarat bagi akhiratnya, yaitu tempak kediaman yang baqa, kekal, dan abadi.

Adapun penyakit tubuh tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang kecuali di


dunianya yang fana yang segera sima, serta tubuhnya yang menjadi sasaran penyakit
akan hancur luluh dalam waktu yang cepat. Apalagi penyakit tubuh itu sebenarnya
amat berfaedah bagi seseorang dalam agama dan akhiratnya. Sebab, Allah Swt.
menyediakan pahala yang sangat besar bagi si penderita sakit, di samping banyak
faedah dan manfaat lainnya yang segera ataupun pada waktu mendatang, sesuai
dengan yang disebutkan dalam berbagai ayat dan hadis tentang pahala yang disediakan
pada penyakit dan bencana yang menimpa tubuh.

1. Bahaya Ghibah dalam Pandangan Islam

Ghibah merupakan perbuatan yang tergolong dalam dosa besar, sebagaimana Imam
Al-Qurthubi ungkapkan dalam kitab Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, bahwasanya
ghibah itu sebanding dengan dosa zina, pembunuhan, dan dosa besar lainnya.
Sedangkan menurut Hasan Al Bashri, perbuatan bergunjing lebih cepat merusak

18
agama dibandingkan dengan penyakit yang menggerogoti tubuh. Ghibah sendiri
membahayakan baik bagi orang yang dibicaraka, diri sendiri, bahkan masyarakat
.
1. Mendapat murka Allah SWT

Seorang muslim yang mempergunjingkan saudaranya dalam hal bukan ghibah yang
diperbolehkan, sama saja artinya ia telah menghina makhluk ciptaan Allah. Selain itu,
ia juga telah melanggar larangan Allah SWT, sehingga pantas jika ia mendapat
kemarahan dan kemurkaan dari Allah SWT. Tiada ada balasan kepada orang yang
mendapat kebencian dari pada Allah SWT. Kecuali siksa neraka.

2. Hatinya menjadi keras

Ghibah yang buruk itu dimana bibirnya terasa seperti diberi manisnya madu sehingga
sangat senang ketika membicarakan keburukan orang lain. Tidak jarang diiringi
dengan kata-kata yang tidak pantas atau umpatan. Dalam keadaan begini, bukan Allah
yang berada di hatinya, melainkan iblis yang turut bersarang di hati bahkan di
bibirnya. Tiada ada kebaikan atau keberkahan yang ia peroleh melainkan dosa.

3. Memicu terjadinya pertikaian dan perpecahan

Tidak ada yang senang ketika aibnya diumbar-umbar kepada khalayak. Sedangkan
mereka yang berghibah, artinya telah membeberkan sesuatu yang mungkin saja
memalukan dan sangat dirahasiakan. Saat hal demikian terjadi, tak jarang timbul rasa
kebencian yang akhirnya berujung pada permusuhan, pengrusakan, perkelahian,
bahkan sampai tindak kejahatan pembunuhan.

Andai kata dendam itu hanya dipendam sekalipun, pasti akan membuat hubungan di
antara keduanya menjadi renggang karena menyimpan perasaan tidak suka satu sama
lain.

4. Berani berbuat maksiat

Orang yang senang bergunjing berarti senang berbuat maksiat. Ia tidak malu
menceritakan aib saudaranya kepada orang lain bahkan ia justru merasa bangga
karena telah berhasil mempermalukan orang yang ia gunjing. Tidak ada lagi rasa
segan dan takut dalam berbuat dosa, maka tidak menutup kemungkinan perbuatan
maksiat lainnya juga akan ia lakukan.

5. Melenyapkan amal ibadah seorang mukmin

Dengan mengghibah, sebenarnya tanpa sadar seseorang sudah menghapuskan sendiri


kebaikan-kebaikan yang ia miliki. Dengan kata lain, ghibah dapat melenyapkan amal
ibadah.

19
6. Amal ibadah ditolak Allah

Ghibah juga menjadi penyebab mengapa amal ibadah seseorang tidak diterima di sisi
Allah SWT.

7. Allah menjadi murka

Ghibah menjadikan Allah murka sehingga Ia meninggalkan orang tersebut dan tidak
lagi melindunginya. Dalam keadaan demikian, adalah iblis menjadi lebih mudah
dalam mempengaruhi manusia sehingga ia pun semakin gencar berbuat maksiat
sekaligus semakin jauh dari Allah SWT. Artikel Terkait.5

H. Cara terhindar dari sikap Mata – Matai (Tajassus)

1. Perbanyak Huusnudzon.

2. Sibuk memperhatikan aib sendir, siapa yang sibuk dengan kebaikan akan lalai
dengan keburukan.

3. Mengetahui akibat buruk dari tajassus

Hendakhlah kita sebagai seorang muslim untuk menghindari sifat tajassus ini,
akibatnya pun sangat buruk bagi kita sendiri. Bahkan Allah melarang kita untuk
bersikap seperti itu. Dan jangan pula kita selalu suudzon dalam setiap situasi atau
masalah, hendaklah kita selalu husnudzon walau pada kenyataanya tidak sesuai
dengan ekspetasi kita.

I.Larangan Bersikap Memata – matai Tajassus

1. Larangan dari Alquran

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫يَا أيَُّهَا ال َِّذينَ آ َمن ُوا اجْ تنَبِ ُوا َكثِيرًا ِّ ِمنَ الظَّ ِّ ِن ِإ َّن ب َْع‬
‫ض الظَّ ِّ ِن ِإث ْ ٌم ۖ َو َل ت َج َّسسُوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena


sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)

Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala melarang kita untuk mencari-cari kesalahan orang
lain. Entah itu dengan kita menyelidikinya secara langsung atau dengan bertanya

5 https://dalamislam.com.pada tanggal diakses15MEI2023.3.24

20
kepada temannya. Tajassus biasanya merupakan kelanjutan dari prasangka buruk
sebagaimana yang Allah Ta’ala larang dalam beberapa kalimat sebelum pelarangan
sikap tajassus.

2. Larangan dari hadis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ث َو َل ت َح َّسسُوا َو َل ت َج َّسسُوا َو َل ت َحا َسد ُوا َولَت َداَب َُروا َولَتبَا َ َغضُوا‬
ِ ‫ذب ْال َح ِد ْي‬
َُ ‫إن الظَّ َّن أ َْك‬َِّ َ‫ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن ف‬
‫َو ُكوْ ن ُوا ِعباَدهَّللَا ِ إحْ َوانًا‬

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk


adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang
lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling
membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

3. Perkataan Ulama Salaf tentang Tajassus

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,

‫ظ ظن‬ŽŽ‫ة تظن‬ŽŽ‫رجت ب ك لم‬ŽŽ‫ك من خ‬ŽŽ‫خیر اي َّ الظ ال مؤمن أخ ی‬، ‫امحمال ي ال خ یر ف ي ل ها ت جد وأن ت‬


‫وال‬

“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang
mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu
membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik.”

Syekh Abu Bakar bin Jabir al-Jazairi rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ke
12 dari surat Al-Hujurat, “haram mencari kesalahan dan menyelidiki aib-aib kaum
muslimin dan menyebarkannya serta menelitinya”

Syekh As-Sa’di rahimahullah berkata, “janganlah kalian meneliti aurat (aib) kaum
muslimin dan janganlah kalian menyelidikinya.”

Murid dari Syaikh as-Sa’di yaitu Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
rahimahullah juga berkata, “tajassus yaitu mencari aib-aib orang lain atau menyelidiki
kejelekan saudaranya”

Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh juga
menuturkan ketika menafsirkan ayat di atas sebagai berikut, “maksudnya adalah atas
sebagian kalian. Kata ‘tajassus’ lebih sering digunakan untuk suatu kejahatan.
Sedangkan kata ‘tahassus’ seringkali digunakan untuk hal yang baik. Sebagaimana
yang difirmankan Allah Ta’ala, yang menceritakan tentang nabi Ya’qub ‘alaihissalam,
di mana Dia berfirman dalam surat Yusuf ayat 87.

21
‫ني ْاذهَب ُوا فَت َح َّسسُوا ِم ْن ي ُوسُفَ َوأ َِخي ِه‬
َِّ َ‫يَا ب‬

(Ya’qub berkata) “Wahai anak-anakku, pergilah kalian, carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya…” (QS. Yusuf: 87)

Namun terkadang kedua kata tersebut digunakan untuk menunjukkan hal yang buruk,
sebagaimana ditegaskan dalam hadis sahih di atas.”

Imam Abu Hatim al-Busti rahimahullah berkata, “tajassus adalah cabang dari
kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari
keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak
mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu
berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan
membuatnya menderita.”

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, dan nikmat bersaudara


sesama muslim itu sangat besar. Menjaga persaudaraan sesama muslim itu wajib bagi
kita semua, dan kita harus menghindari sikap perpecahan sesama saudara bahkan kita
harus menghindari sikap “TAJASSUS” atau mencari kesalahan orang lain. Tajassus
itu upaya setan untuk membuat muslim terpecah belah bahkan saling membenci.

Persaudaraan sesama muslim juga harus terbina dengan baik, dan harus mencintai
karna Allah dan juga membenci karna Allah. serta persaudaraan sesama muslim harus
dibangun diatas akhlak mulia, jangan di bangun diatas akhlak yang buruk. Dan kita
juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merusak persaudaraan. Allah berfirman :

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S Al-Hujurat : 10)

Makna tajassus adalah seseorang memata matai saudara sesama muslim untuk
mendapatkan kesalahannya maupun kekeliruannya, ntah menggunakan alat tertentu
atau menyuruh seseorang untuk memata-matainya.

Dari ayat diatas, jangan lah kita mencari-cari aurat (aib) kaum Muslimin. Jangan pula
sebagian dari kalian berbicara tentang sebagian yang lain di belakangnya dengan
sesuatu yang dia benci. Apakah seseorang di antara kalian mau makan daging
saudaranya yang sudah mati? Kalian tidak menyukai itu, maka tinggalkanlah ghibah.
Takutlah kalian kepada Allah dalam perintah dan laranganNya. Sesungguhnya Allah
maha menerima taubat hambanya.
Sesungguhnya anak adam tak luput dari kesalahan selama ia masih hidup. Tajassus di
awali dengan dosa sebelumnya, yaitu suudzon. Allah melarang kita untuk suudzon.
Karna dari hal kecil saja seperti suudzon akan menimbulkan dosa pada diri kita.
Berhati-hatilah kalian pada suudzon, karna itu sedusta-dustanya ucapan. Dan

22
seseorang yang awalnya sudah suudzon akan terus mencari kesalahan saudaranya lalu
ia akan menggibahi nya dan dari gibah itu sudah menjadi hasutan setan.

Tajassus ini memiliki beraneka ragam bentuk-bentuknya, yaitu :

1. bertanya kepada anak kecil, biasanya ada beberapa orang yang menggunakan
cara ini. biasanya orang dewasa bertanya pada anak kecil, seperti “Mamah
kamu lagi berantem ya sama papah kamu?” atau “papah kamu ko begini
begitu ya”. Dan anak kecil yang polos tidak tau apa-apa pun menjawab dengan
jujur, dari jawaban itulah mulai ada pergibahan bahkan mulai memata-matai
seseorang untuk mencari kesalahannya.
2. melemparkan prasangka yang tidak jelas sumbernya. Point kedua ini biasanya
sering terjadi, seperti seseorang berprasangka buruk ke si fulanah tapi
sumbernya tidak jelas dari mana. hanya dari sumber yang simpang siur. dan
prasangka itu ia beberkan ke orang lain dan munculah gibah dan juga tajassus.

4. Cara terhindar dari sikap tajassus

1. Perbanyak Huusnudzon.

2. Sibuk memperhatikan aib sendir, siapa yang sibuk dengan kebaikan akan lalai
dengan keburukan.

3. Mengetahui akibat buruk dari tajassus

Hendakhlah kita sebagai seorang muslim untuk menghindari sifat tajassus ini,
akibatnya pun sangat buruk bagi kita sendiri. Bahkan Allah melarang kita untuk
bersikap seperti itu. Dan jangan pula kita selalu suudzon dalam setiap situasi atau
masalah, hendaklah kita selalu husnudzon walau pada kenyataanya tidak sesuai
dengan ekspetasi kita.

5. Nasihat Bagi Yang Suka Mencari Kesalahan Orang Lain

Cukuplah buat kita sebuah untaian perkataan seorang imam yaitu Imam Abu Hatim
bin Hibban Al-Busthi berkata dalam sebuah kitabnya yang dikutip oleh Syekh Abdul
Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr dalam tulisannya sebagai berikut, ”Orang yang
berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan
tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya
orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan
orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia
melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat
kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk

23
memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka
hatinya akan buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan
kejelekan dirinya.”[10].6

J.Cara Menghindari sikap mengadu domba (Namimah)

Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan oleh umat muslim untuk mencegah dan
menghindari namimah. Mulai dari membentengi diri dengan bertakwa kepada Allah
SWT hingga jeli dan waspada dalam menerima segala macam informasi yang belum
jelas kebenarannya. Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk
menghindari namimah :

1. Bertakwa kepada Allah SWT. Dengan bertakwa maka Allah SWT akan selalu
menjaga lidah kita karena Allah SWT selalu mengawasi segala tingkah laku dan
perbuatan kita didunia.

2. Menjauhi berita yang isinya tidak jelas kebenarannya, seperti gosip dan
beritaberita lainnya yang provokatif.

3. Menghindari dan menjauhi orang-orang yang suka melakukan adu domba atau
namimah.

4. Tidak mudah percaya saat mendengar kabar atau berita yang datang tanpa bukti
yang jelas dan nyata.

5. Melakukan pengecekan ulang dari kebenaran setiap berita atau kabar yang kita
dengar. Dengan mengecek kebenaran maka kita akan mengetahui mana yang salah
dan benar, selain itu kita juga menjadi tidak mudah terpengaruh jika berita yang
disampaikan tidak benar.

A. Dalil-Dalil Tentang Namimah

Merupakan salah satu dosa besar yang harus dihindari oleh semua umat beriman,
bahaya namimah telah banyak disampaikan dalam Al-Quran dan Hadist. Berikut
beberapa dalil-dalil tentang namimah.

1. Al Hujurat ayat 6

َ‫بجهَالَ ٍة فَتصُْ بِحُوا َعلَى َمافَع ْلَت ُْم نَا ِد ِمين‬ ُ ‫يَاأيَُّهَا ال َِّذينَ َءا َمن ُوا ِإن َجآ َء ُك ْم فَا ِس‬
ُِ ‫ق ُُ بنِبٍَإ فتَبَيَّن ُوا أنَ ت‬
َِ ‫صيب ُوا قَوْ ًما‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu

6 https://muslim.or.id/19535-larangan-tajassus-mencari-cari-kesalahan-oranglain.html,diakses
pada tanggal 16 mei 2023.

24
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. (Q. S. Al-Hujurat : 6).

2.Hadist HR. Muslim no. 105

Namimah adalah suatu dosa. a besar yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam
neraka. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َل ي َْد ُخ ُل ال َجنَّةَ نَ َّما ٌم‬

Artinya : Tidak masuk surga pelaku namimah (HR. Muslim no. 105)

B. Bahaya Namimah Atau Adu Domba

Adu domba atau namimah adalah tindakan menyebarkan suatu berita yang
didalamnya berisi kebohongan, yang berita tersebut digunakan untuk membuat
kerusakan, kebencian hingga perpecahan pada dua individu atau kelompok
masyarakat.

Perbuatan namimah adalah perbuatan yang tercela dan sangat berdosa, karena dapat
menimbulkan banyak kerusakan dan bahaya bagi banyak orang. Berikut ini adalah
bahaya-bahaya namimah atau adu domba dalam Islam :

1. Pelaku namimah atau adu domba bisa menyebabkan orang tersebut disiksa di
akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota Madinah atau
Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang diazab di kubur.
rasulullah bersabda,

ِ ‫ َو َكانَ اآل َخ ُر ي َم‬،‫ َكانَ أ َحَدهُُ َما َل ي َْستت َُِر ِم ْن بَوْ لِ ِه‬،‫ بلَ َى‬،‫ير‬
‫ْشي بِال ن َِّمي َم ِة‬ ِ ََّ‫ي ُع َذ ب‬
ِ ‫ َو َما ي ُع َذبَّا َ ِن‬،‫ان‬
ٍ ِ‫في َكب‬
“Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, namun
sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi
diri ketika kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba
(namimah).” (HR. Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292).

2. Pelaku adu domba atau orang yang suka melakukan namimah akan masuk neraka.

3. Menyebabkan perpecahan atau pertikaian antar sesama saudara baik individu


maupun dalam kelompok masyarakat.

4. Ketentraman dan kedamaian akan terganggu, dan menyebabkan kerusuhan,


perkelahian hingga peperangan. Yang mana selanjutnya dapat menyebabkan
kerusakan pada lingkungan dan orang-orang sekitar.

25
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan penjabaran diatas dapat ditarikan kesimpulan bahwa kita sebgai mahkluk
sosial maupun beragama janganlah kita membuat diri kita masuk dari memiliki ke 4
penyakit tersebut. Penyakit hati juga merupakan suatu perasaan yang tidak enak yang
ada pada diri manusia, sehingga menyebabkan manusia memiliki rasa tidak tenang,
gelisah, waswas.

SARAN

Penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari
kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
15 kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di
atas.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://fitk.uinjkt.ac.id/berburuk-sangka-adalah-perusak-pikiran-dan-
penghambatsilaturrahim-2/

https://fpscs.uii.ac.id/blog/2020/07/08/mengapa-dan-bagaimana-
menghindariprasangka-buruk-suudzon/

https://www.merdeka.com/jabar/ghibah-adalah-perbuatan-menggunjing-oranglain-
begini-cara-menghindarinya-kln.html

https://muslim.or.id/19535-larangan-tajassus-mencari-cari-kesalahan-oranglain.html

https://wlnsari01.wordpress.com/2020/05/28/stop-tajassus-mencari-kesalahanorang-
lain/

https://www.liputan6.com/hot/read/5172310/namimah-adalah-adu-dombapahami-dalil-
bahaya-dan-cara-menghindari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-
namimah/ https://wislah.com/adu-domba-pengertian

Raudhah al-‘Uqala wa Nuzhah al-Fudha https://muslim.or.id/19535-larangantajassus-


mencari-cari-kesalahan-orang-lain.html0.

27

Anda mungkin juga menyukai