Anda di halaman 1dari 17

PERAWATAN ROHANI ISLAM BAGI ORANG SEHAT VERSI 2

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Warois

dosen pengampu :Asriyanti Rosmalina M. Ag

Di Susun Kelompok 7:

TATI SULASTRI 2008306156


ULFAH AULIA H 2008306159
RISMAWATI 2008306170

BKI 5E
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kemudahan sehingga kami dapat
merampungkan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolongan dan rahmat-NYA kami tidak
dapat menyelesaikan makalah ini dehgan baik, sholawat serta salam tak henti-hentinya kami
panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabatnya, yang
setia mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Rasa syukur tak kurang kurangnya kami lantunkan atas terselesaikannya makalah
yanginsyaallah bermanfaat ini, karnanya penyusun banyak mengambil banyak pengalaman
dan pelajaran baru. Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul " Perawatan Rohani
Islam Bagi Orang Sehat Versi 2" ini penyusun berharap pembaca akan lebih mengerti dan
paham tentang makna, tujuan dan fungsi filsafat.
Tim penyusun tentu sangat menyadari banyaknya kesalahan dan kekurangan di dalamnya,
oleh karna itu kami meminta kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi kedepannya. Kemudian kami memohon maaf yang
sebesar besarnya apabila banyak kesalahan baik dalam penulisan Nama, Kata, atau bahkan
Singkatan. Kami juga berterima kasih atas sumber-sumber yang telah memberi kami banyak
referensi.

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya.

Cirebon, 4 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Maksud dan Tujuan...............................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN

A. Hakikat manusia dalam islam...............................................................................


B. Pribadi sehat dan tidak sehat ................................................................................
C. Karakteristik mental yang sehat............................................................................
D. Ciri mental tidak sehat..........................................................................................
E. Prinsip dalam memelihara Kesehatan mental........................................................
F. Pengelompokan Kesehatan mental........................................................................

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Secara historis keberadaan petugas Warois di rumah sakit,diawali oleh suatu peristiwa
atau keadaan pada tahun 2002, dimana terjadi trend menarik, yakni meningkatnya perhatian
di kalangan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kesehatan, termasuk di dalamnya
penyembuhan dari pelbagai penyakit, melalui kesadaran akan pentingnya nilai-nilai
reliugiusitas. Di toko-toko buku terpampang buku-buku katagori best seller (terlaris), hampir
dipastikan bukubuku tersebut bertema tentang penyembuhan (Lealling) yang menekannkan
pentingnya pendekatan spiritualitas dalam proses penyembuhan penyakit. Hal ini menandai
munculnya fenomena integrasi antara dua paradigma yang sebelumnya berjalan sendiri-
sendiri, yakni paradigma psiko religi Islam yang selama ini milik para ahli hikmah atau tabib
dan paradigma medis, milik para dokter modern dan Rumah Sakit.
Diakui para ahli, bahwa kesehatan masyarakat sangat berkait erat dengan nilai-nilai
religiusitas. Sebagaimana yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat (2002), bahwa banyak yang
memilki penyakit dan penderitaan yang bersifat mental disebabkan karena merasa telah
melangggar ajaran agama, atau merasa gelisah karena keyakinannya goncang (Daradjat, 2002
:7). Di Rumah Sakit milik pemerintah, bisa dikatakan terlambat menyediakan layanan
bimbingan keruhanian terhadap mereka yang ditimpa musibah penyakit. Di rumah sakit –
rumah sakit milik yayasan organisasi keagamaan, selalu tersedia jasa pembimbing ruhani
yang siap memandu setiap pasien (dengan tidak memperhatikan agama apa yang di anut si
pasien) untuk dibimbing dan dituntun (di-talqin) sesuai dengan keyakinan mereka. Ini
sesungguhnya kekhilafan dan sekaligus merupakan wilayah garapan dakwah bi ahsani
(penyampaian pesan dakwah melalui bahasa lisan)dan bi ahsani amal (penyampaian pesan
dakwah melalui bahasa perbuatan) sangat strategis yang menjadi kewajiban kalangan Muslim
untuk melakukannya. Sebab salah satu fungsi al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam
adalah syifa (penyembuh bagi penyakit penyakit). Agama memiliki pengaruh yang sangat
penting bagi kesehatan mental manusia. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa manusia tidak
dapat mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa adanya agama (Zakiah, 2002).
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang teridentifikasi dari penjelasan latar belakang diatas dapat
dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Hakikat manusia dalam islam?
2. Bagaimana pribadi sehat dan tidak sehat?
3. Bagaimana karakteristik mental yang sehat?
4. Bagaimana ciri mental yang tidak sehat?
5. Bagaimana prinsip dalam memelihara Kesehatan mental?
6. Bagaimana pengelompokan kesehatn mental ?

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan berdasarkan makalah yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Hakikat manusia dalam islam.


2. Untuk mengetahui pribadi sehat dan tidak sehat.
3. Untuk mengetahui karakteristik mental yang sehat.
4. Untuk mengetahui ciri mental yang tidak sehat.
5. Untuk mengetahui prinsip dalam memelihara Kesehatan mental.
6. Untuk mengetahui pengelompokan kesehatn mental.
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM


Hubungan horizontal dibangun melalui hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan
orang lain. Hubungan dengan dia sendiri dimulai dengan mengenali diri, memaksimalkan
potensi yang baik, dan mengendalikan potensi jelek yang terdapat pada dirinya sendiri. Jujur.
Berani, bertanggung jawab, ikhlas, konstruktif, komitmen dalam melaksanakan kewajiban,
merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki dalam membangun hubungan dengan diri sendiri.
Hubungan manusia dengan orang lain dapat dibina dengan sikap saling menghormati,
tenggang rasa, suka menolong, empati, mencintai, adil, rendah hari dan lain sebagainya.
Hubungan dengan orang lain meliputi hubungan dengan anggota keluarga, orangtua,
tetangga, istri, suami, anak, dan masyarakat yang lebih luas.
Hubungan diagonal dibangung melalui hubungan dengan alam semesta. Hubungan
dengan alam akan tercipta jika seseorang ikut memelihara kelestarian alam, menikmati
keindahan alam, dan tidak mengeksplorasi alam. Hal tersebut dapat terwujud apabila
seseorang menyadari bahwa alam juga merupakan makhluk Allah SWT. Ciptakan dan harus
dimuliakan (Usman, 2004).
Menurut konsep konseling, manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhuk biologis,
makhluk pribadi, dan makhluk sosial. Ayat-ayat Al-Qur’an menerangkan ketiga komponen
tersebut. Selain itu Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk religius
dan ini meliputi tiga komponen lainnya, artinya manusia sebagai makhluk biologis, makhluk
pribadi, makhluk sosial dan juga sebagai makhluk religius (Anwar, 2017: 39).
1. Manusia Sebagai Makhluk Biologis

Manusia sebagai mahluk biologis dalam konsep psikologis memiliki kecenderungan yang
mendasar menentukan kepribadian manusia, yaitu berupa insting Pada dasarnya manusia
hidup mengikuti tuntunan dan kebutuhan dari insting. Kecenderungan manusia tersebut
menurut penjelasan Al-Qur’an memiliki keselarasan dengan insting ini dan disebut nafsu
sexual, kepuasan-kepuasan yang bersifat materi duniawi yang menuntut untuk sipenuhi
dengan cepat dan memaksakan diri serta cenderung melampaui batas (Q.S Al-Imran ayat
14, Al-Araf ayat 80 dan Anaml ayat 55).
Al-hawa merupakan dorongan-dorongan tidak rasional, sangat mengedepankan
kemampuan dan kehebatan diri sendiri, rasa marah atau kasian. Hiba atau sedih, dendam atau
benci yang berupa sebuah emosi atau sentimen. Maka dengan begitu orang yang selalu
mengikuti al-hawa akan menyebabkan dirinya tersesat dari jalan Allah (Q.S An-Nisa ayat
135, surat Shad ayat 26, dan surat An-naziat ayat 40-41).
Ada tiga jenis hawa nafsu yang paling poko, yaitu:

a) Nafsu Mutma’innah (Jiwa yang tenang) b) Nafsu lawamah (Jiwa yang menyesali diri
sendiri)
b) Nafsu amarah (Jiwa yang selalu menyeru kepada kejahatan) Artinya: “wahai jiwa-jiwa
yang tenang.” (QS. ALBaqarah: 27) Artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat. Dan aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”. (QS. Al-Qiyamah: 1-2).

Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesaluhan). Karena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yusuf: 53)

Ibnu Qoyyim memberikan pendapat yang dilandasi pada Al-Qur’an, hadits, ijma sahabat,
argumentasi akal dan fitrah. Beliau menyebutkan bahwa banyak ayat Al-Qur’an dan hadits
yang mengatakan kebenaran mengenai pendapat jiwa ini beliau menjelaskan bahwa
manusia itu memiliki satu jiwa, namun memiliki tiga sifat dan dinamakan sifat
mendominasinya. Yang ada jiwa yang disebut muthma’innah (jiwa yang tenang) karena
ketenangannya dalam beribadah, bermahabbah, beinabah, bertawakal, serta keikhlasan dan
kedamaiannya kepada Allah SWT. Ada jiwa yang bernama nafsu lawwamah (jiwa yang
menyesali diri sendiri) karena selalu tidak berada dalam keadaan dan ia selalu mencela atau
dengan kata lain, selalu ragu-ragu, menerima dan mencela secara bergantian. Ada juga yang
mengatakan bahwa nafsu lawwamah di sebut demikian karena orang tersebut selalu
berperilaku mencela. Sedangkan nafsu amarah merupakan nafsu yang menyuruh pada
keburukan dan kejahatan.

2. Manusia Sebagai Makhluk Pribadi

Menurut konsep konseling seperti yang dikemukakan pada pendekatan client center
therapy. Pendekatan terapi eksistensial, pendekatan terapi gestal:. Pendekatan rasional
emotiv terapi dan pendekatan terapi realita. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki
ciri-ciri kepribadian pokok, yaitu meliputi:

a) Memiliki kecendrungan akal untuk berfikir rasional dan mampu untuk hidup sehat,
kreatif, produktif, dan efektiv. B) Memiliki kesadaran diri
b) Memiliki kebebasan untuk memilih dan bertanggungjawab
c) Merasakan kecemasan sebagai bagian dari kondisi hidup
e) kesadaran akan adanya kematian dan ketiadaan diri
f) Selalu terlibat dalam proses aktualisasi
3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut konsep konseling yang telah diungkapkan dalam pendekatan terapi adler,
pendekatan terapi behavioral, dan pendelkatan terapi transaksional. Manusia memiliki sifat
dan ciri-ciri pokok, yaitu meliputi:

a) Manusia sebagai agen positif yang bergantung pada pengaruh lingkungan, dan juga
sekaligus sebagai produser terhadap lingkungan.
b) Perilaku manusia sangat dipengaruhi pada kehidupan masa kanak-kanaknya, yaitu
pengaruh orang tua atau orang lain yang signifikan dalam memberikan pola asuh kepada
anak anaknya
d) Sebuah keputusan awal yang telah dibuat dapat dirubah atau ditinjau kembali.

e) Manusia selalu terlibat dalam menjalin hubungan dengan orang lain meliputi cinta
kasih dan kekeluargaan.

Al-quran menerangkan bahwa meskipun manusia memiliki potensi fitrah yang selalu
menuntut pada aktualisasi iman dan takwa. Namun manusia juga dapat dipengaruhi oleh
lingkungan atau merupakan agen positif yang tergantung pada lingkungan individu
terutama pada usia kanak-kanak. Karena kehidupan masa kanak-kanak tersebut memiliki
potensi untuk mudah dipengaruhi, maka tanggungjawab dari orang tuanya sangan
ditekankan untuk dapat membentuk kepribadian anak anak secara baik. Seperti firman
Allah yang termaktub pada Q.S At-Tahrim ayat 6 yang artinya sebagai berikut:

“Wahai orang-orang yang beriman? Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar. Dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6)

Namun demikian setelah manusia pada usia dewasa yaitu ketika akal dan kalbu sudah
mampu berfungsi secara penuh, maka manusia tersebut mampu merubah berbagai
pengaruh masa kanak-kanak yang menjadi kepribadiannya (keputusan awal) yang
dipandang tidak lagi cocok (Q.S Ar-ra’du ayat 85 dan Al-Hasyr ayat 18).
4. Manusia Sebagai Makhluk Religius
Manusia sebagaimana makhluk religius kedudukan sebagai abidullah dan sebagai
khalifatullah di muka bumi. Abidullah merupakan pribadi yang mengabdi dan beribadah
kepada Allah sesuai dengan QS. Adz-Dzariyat a 56 (Anwar: 2014: 42) yang artinya
sebagai berikut:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan mereka beribadah kepadaku”. (QS.
Adz-Dzariyat: 56)
B. PRIBADI SEHAT DAN TIDAK SEHAT

1. Pribadi Sehat
Berdasarkan konsep dari konseling bahwa manusia yang memiliki pribadi yang sehat yaitu
pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan din sendiri, dengan orang lain
dan dengan lingkungan sosialnya. Al-Qur’an menerangkan bahwa pribadi yang sehat
merupakan pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap diri sendiri,
terhadap orang lain, terhadap lingkungan sosial, dan juga menerapkan pribadi yang mampu
mengatur diri dalam hubungannya terhadap Allah SWT (Anwar, 2014: 50).

Mampu Mengatur Diri Dalam Hubungannya Terhadap Diri Sendiri


Menurut konsep konseling. Seperti yang telah dikemukakan dalam teori psikoanalisis
eksistensial, terapi terpusat pada pribadi dan rasional emotif terapi. Pribadi yang mampu
mengatur hubungannya terhadap diri sendiri memiliki ciri-ciri diri dalam Pokok seperti
berikut

1) Ego berfungsi penuh, serta serasinya fungsi id ego dan super ego
2) Terbebas dari rasa cemas
3) Keterbukaan terhadap pengalaman hidup
4) Merasa percaya diri
5) Sumber evaluasi internal
6) Kongruensi
7) Menerima pengalaman dan bertanggungjawab
8) Kesadaran yang meningkat untuk tumbuh secara berlanjut
9) Tidak terbelenggu dengan ide yang tidak rasional 10) Menerima diri sendiri

a. Mampu Mengatur Diri Dalam Hubungannya Terhadap Orang Lain

Menurut konsep konseling, seperti yang telah dikemukakan dalam terapi Adler behaviora,
Transaksional, dan Terapi Realita, bahwa pribadi yang mampu mengatur diri dalam
hubungannya terhadap orang lain memiliki ciri-ciri kepribadian pokok seperti berikut:

1) Mau berkarya, menyumbang, dan mau memberi serta menerima


2) Memandang diri dan orang lain secara positif 3) Berfikir bahwa diri penting dan
berharga bagi orang lain
3) Memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus mengganggu atau merugikan orang lain.
Selain ciri-ciri kepribadian pokok di atas, juga melaksanakan perintah Allah dan juga
menjauhi apa yang dilarang-Nya, serta selalu berbuat adil kepada siapapun dalam arti penting
dan berharga bagi orang lain seperti pada QS. Ali-Imran ayat 104 yang artinya:
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru pada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang berutung”. (QS. Ali-Imran: 104).

Dan QS. At-Tahrim ayat 6 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhaup ada yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (At Tahrim:6)

Serta pada QS. Al-Maidah ayat 8 yang artinya:


“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah
(ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan jalanlah kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adik. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat
dengan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap
apa yang kamu kerjakan(QS. Al-Maidah: 8).

b. Mampu Mengatur Diri Dalam Hubungannya Terhadap Lingkungan

Menurut konsep dalam konseling, seperti yang telah dikemukakan dalam teori Adler
dan Behavioral bahwa pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap
lingkungan merupakan pribadi yang dapat berinteraksi lingkungannya dan mampu
menciptakan atau dengan mengolah lingkungannya dengan baik. Seperti yarg di
terangkan dalam Al-Qur’an bahwa Allah menciptakan semua yang ada di bumi
merupakan untuk kepentingan manusia yang terdapat pada surat QS. Al-Baqarah ayat
29(Anwar, 2014: 44).

c. Mampu Mengatur Diri Terhadap Allah SWT Dalam Hubungannya

Konsep konseling tidak ada yang menerangkan mengenai mengatur diri dalam
hubungannya dengan Allah SWT. Al-Qur’an menerangkan bahwa pribadi yang mampu
mengatur diri terhadap hubungannya dengan Allah SWT merupakan pribadi yang selalu
meingkatkan keimanannya yang dibuktikan dengan melaksanakan ibadah dengan benar
dan ikhlas menjalankan muamalah dengan benar dan dengan niat yang ikhlas seperti
pada QS. Az-Zumar ayat 2, QS. Al-Bayyinah ayat 5 dan QS. At-Taubah ayat 105
(Anwar, 2014: 45).
2. Pribadi Tidak Sehat

Pribadi tidak sehat berdasarkan konsep konseling merupakan pribadi yang tidak
mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan orang lain.
Maupun dengan lingkungan sekitar. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang
menerangkan tentang pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya diri
sendiri. Dengan orang lain. Dan lingkungan, serta menerangkan pula menganai pribadi
yang tidak mampu mengatur diri sendiri dalam hubungannya terhadap Allah SWT
(Anwar. 2014: 45).

Di dalam Al-Qur’an menjelaskan mengenai pribadi yang tidak mampu dalam


mengatur diri dalam hubungannya dengan orang lain yaitu pribadi yang bakhil atau
kikir dalam arti egois yang tidak menyumbangkan atau membelanjakan hartanya di
jalan mau kebajikan seperti yang dijelaskan Al-Qur’an pada QS. Al Lail ayat 8, QS.
Ali-Imran ayat 175 dan QS. Muhammad ayat 38, memiliki sifat marhun dan takabbur
yaitu sombong dan merasa diri lebih besar dan berharga dari pada orang lain (Al-Isra
ayat 37, Lukman ayat 18), orang memiliki kepribaan seperti ini akan dengan mudah
melakukan hal-hal yang bersifat negatif terhadap orang lain, seperti su’udzon (berburuk
sangka), tajassus (gemar mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi kesalahan sendiri
tidak diperdulikan), dan ghibah (menggunjing sesama) (QS. Al-Hujurat ayat 12)
(Anwar, 2014: 47).

a. Tidak mampu mengatuh diri dalam hubungannya terhadap Aallah SWT

Berdasarkan Al-Qur’an bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam
hubungannya terhadap Allah yaitu pribadi yang kufur dan melakukan syirik. Pribadi
yang kufur merupakan pribadi yang tidak beriman dan tidak mau menjalankan
syari’at yang ditetapkan oleh Allah (hukum-hukum Allah), dan juga sebagai kufur
orang yang sengaja dengan syukur atas segala nikmat ya Allah berikan (kufur
nikmat). Dalam melaksanakan muamalah, orang yang memiliki pribadi yang kufur
cenderung berperilaku dzalim, mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan
orang lain. Di samping itu, dosa yang sangat besar terhadap Allah SWT yaitu
perbuatan syirik dengan menyekutukan Allah. Orang yang memiliki pribadi yang
melakukan syirik ini mengaku bahwa Allah adalah Tuhannya, namun amal
perbuatannya dilakukan bukan karena Allah, melainkan karena yang lain, seperti pada
roh halus atau semata-mata untuk manusia baik berupa melakukan ibadah maupun
berupa melakukan Muamalah (Anwar, 2014: 47).

b. Tidak Mampu Mengatur Diri Dalam Hubungannya Terhadap Lingkungan

Pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap lingkungannya
menurut konsep konseling yang dikemukakan dalam terapi Adler dan Terapi Behavioral
adalah pribadi yang tidak mampu berinteraksi dan mengelola lingkungannya dengan baik,
sehingga dapat melakukan hal-hal yang bisa merusak lingkungan. Al-Qur’an menerangkan
bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap lingkungan
merupakan pribadi yang tidak mampu untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan
baik, sehingga ia tidak perduli dengan kerusakan lingkungan, atau bahkan ia dapat
melakukan sesuatu yang merusak lingkungannya dan tidak mampu membuat
lingkungannya menjadi kondusif bagi kehidupan. Seperti dalam QS. Ar-Rum ayat 41, Al-
Baqarah ayat 204-205, dan Al-Qasa ayat 77 yang menjelaskan bahwa terjadinya kerusakan
di bumi melainkan karena perbuatan tangan manusia (Anwar. 2014: 48).
Orang yang sehat mentalnya menggambarkan perilaku atau respon-responnya terhadap
situasi dalam memenuhi kebutuhanya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan
atau orang lain. Dia memiliki prinsip bahwa tidak akan mengorbankan hak orang lain
demi kepentingan dirinya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktifitasnya di
rujukan untuk mencapai kebahagian bersama.

C. KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT

Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya menurut Syamsu Yusuf (1987) yakni:

a. Aspek fisik
Pribadi yang sehat mentalnya memiliki perkembangan diri yang normal, berfungsi
untuk melakukan tugas tugasnya, sehat dan tidak sakit-sakitan.
b. Aspek psikis

Pribadi terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki insight yang sehat mentalnya
memiliki respek terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki insight dan rasa
humor, memiliki respon emosional wajar, mampu berfikir realistik dan onjektif,
terhindar yang dari gangguan-gangguan psikologis, bersifat kreatif dan inovatif,
bersifat terbuka dan fleksibel tidak difensif. Memiliki perasaan menyatakan
pendapat dan bertindak. Bebas memilih,

c. Aspek sosial Prinadi yang sehat mentalnya memiliki perasaan empati dan rasa kasih
sayang (affection) terhadap orang lain. Serta senang untuk memberikan pertolongan
kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap altruis), mampu
berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
Bersikap toleran dan mau menerina tanpa memandang kelas sosial, tingkat
pendidikan, politik, agama, suku, ras atau warna kulit.

d. Aspek moral-Religius
Pribadi yang sehat mentalnya yakni Beriman kepada Allah SWT.. taat mengamalkan
ajaran-Nya, jujur, amanah (bertanggung jawab dan dapat dipercaya), dan ikhlas dalam
beramal.
D. CIRI MENTAL TIDAK SEHAT
Uraian diatas, menunjukkan ciri-ciri mental yang sehat. Sedangkan ciri-ciri mental yang
tidak sehat ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy);
2. Perasaan tidak aman (insecurity)
3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence);
4. Kurang memahami diri (self-understanding)
5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial;
6. Ketidakmatangan emosi:
7. Kepribadiannya terganggu;
8. Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (Yusuf, 2009).

Solusi terbaik untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan cara
mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan mental seseorang
dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat pada dirinya sendiri
semaksimal mungkin untuk mencapai Ridho Allah SWT., serta dengan mengembangkan
seluruh aspek kecerdasan baik kecerdasan spiritual, kecerdasan emosi dan kecerdasan
intelektual.
E. PRINSIP DALAM MEMELIHARA KESEHATAN
Manusia dapat memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan prinsip-prinsip
dalam kehidupannya, yakni:

1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri dengan positif:
2. Memiliki interaksi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam menghadapi
problematika hidup khususnya dalam mengatasi stress.
3. Mampu mengaktualisasi diri secara optimal guna berproses mencapai kematangan:
4. Mampu bersosialisasi dan menerima kehadiran orang lain:
5. Menemukan minat dan kepuasan dalam bekerja pada
6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan pekerjaan yang dilakukan; Makna
dan tujuan hidup bagi hidupnya;
7. Mawas diri dan memiliki self control terhadap segala kegiatan yang muncul
8. Memiliki perasaan benar dan sikap yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki keterbatasan seringkali mengalami perasaan
takut, cemas, sedih, dilema dan sebagainya, dalam psikologi gangguan jiwa dan penyakit jiwa
dikenal dengan istilah psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi, yaitu Neurosis dan
Psikosis. Sementara H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi enam macam, selain dua
yang sudah disebutkan diatas dia mengemukakan yang lainnya yakni psikomatik, kelainan
kepribadian, deviasi seksual dan retardasi mental.
F. PENGELOMPOKAN KESEHATAN MENTAL
Sedangkan kategori atau pengelompokkan kesehatan mental adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Somatofarm, gajalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organik dan
faktor-faktor psikologis.
2. Gangguan Disosiatif, perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran. Ingatan, atau identitas
yang disebabkan masalah emosional.
3. Gangguan Psikoseksual, termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi,
pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
4. Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai Gangguan jiwa, mencakup banyak masalah yang
dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan. Kesulitan
orangtua, perlakuan kejam pada anak.
5. Gangguan Kepribadian, pola perilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan
cara-cara yang tidak dewasa yang tidak tepat dalam mengatasi stress atan penyelesaian
masalah.
6. Gangguan yang Terlihat Sejak Bayi, masa kanak-kanak atau remaja, meliputi
keterbelakangan mental, hiperaktif. Emosi pada kanak-kanak. Gangguan dalam hal makan.
7. Gangguan Jiwa Organik, terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak
atau pada ke abnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-
lain.
8. Gangguan Pengguna Zat-zat. Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin,
kokain, dan obat-obatan yang dapat merubah perilaku.
9. Gangguan Skisofrenik merupakan serangkaian gangguan Yang didasari dengan hilangnya
kontak dengan realitas, Sehingga pikiran, persepsi, dan perilaku kacau dan aneh.
10. Gangguan Paranoid merupakan gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat
permusuhan yang berlebihan disertai dengan perasaan yang dikejar-kejar.
11. Gangguan Afektif merupakan gangguan masalah hati (mood) yang tidak normal, penderita
mungkin mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti saat
gembira dan depresi.
12. Gangguan Kecemasan merupakan gangguan yang dimana rasa cemas merupakan sebagai
gejala utama atau rasa cemas yang dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi
tertentu yang ditakuti (Darajat, 1994).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya hidup
merupakan proses penyesuaian diri terhadap seluruh aspek kehidupan, orang yang tidak
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya maka akan gagal dalam menjalani
kehidupannya. Manusia diciptakan untuk hidup berdampingan, bermasyarakat, saling
membutuhkan satu sama lain dan selalu berinteraksi.
Kemudian Banyak cara yang bisa di lakukan untuk merawat rohani islam menghindari
stress dengan cara terbuka dan berbagi cerita ke orang lain, menjadi pribadi yang sehat
Berdasarkan konsep dari konseling bahwa manusia yang memiliki pribadi yang sehat yaitu
pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan din sendiri, dengan orang lain
dan dengan lingkungan sosialnya. Al-Qur’an menerangkan bahwa pribadi yang sehat.
Serta Mampu Mengatur Diri Dalam Hubungannya Terhadap Diri Sendiri Menurut konsep
konseling. Seperti yang telah dikemukakan dalam teori psikoanalisis eksistensial, terapi
terpusat pada pribadi dan rasional emotif terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Rosmalina , A. (2021). Perawatan Rohani Islam (Warois) dalam Bimbingan Konseling


Islam.
(T. Khaerunnisa, Ed.) Cirebon: CV. ELSI PRO.

Anda mungkin juga menyukai