Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS PSIKOLOGI

MODUL 2
PSIKOLOGI ISLAM 3

Materi 2
Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam
Disusun oleh : Umar Yusuf

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


2021
Modul Pertemuan 2
Capaian pembelajaran:
Mahasiswa mampu menguraikan pengertian, ruang lingkup dan sejarah kesehatan
mental dan abnormalitas dalam perspektif Islam

Pengalaman Belajar Mahasiswa:


1. Mahasiswa melakukan eksplorasi materi pembelajaran dari sumber – sumber
pembelajaran secara online dan offline, sesuai panduan yang dipaparkan dalam
modul

2. Mahsiswa melalui analisis dan asosiasi melakukan diskusi mengenai sejarah


Kesehatan mental dalam islam dengan dipandu oleh dosen

3. Mahasiswa Bersama- sama dosen menyimpulkan materi pembelajaran

Materi Pembelajaran
a. Pengantar

Pemahaman tentang Kesehatan mental dan abnormalitas telah dimulai sejak


Plato, akan tetapi dalam pandangan Islam, kesehatan mental pertama kali dikemukakan
oleh al-Kindi, terutama dalam menjelaskan tentang sebab-musabab tentang gangguan
depresi dan upaya penanganannya. Al-Kindi mengemukakan penyebab gangguan
depresi adalah berkaitan dengan tidak tercapainya apa yang diinginkan atau hilangnya
sesuatu yang dimilikinya yang bersifat inderawi. Oleh kerena itu untuk mengembalikan
seseorang ke dalam kondisi sehat mental maka harus membuka keinginan dan
kecintaannya ke dalam dunia yang bersifat rasional.
Sepertinya semua ilmuan islam dalam menjelaskan tentang Kesehatan mental
dan abnormalitas pada dasarnya berkembang dari keterpakuannya terhadap kebutuhan
jasmaniah atau dunia inderawi dibandingkan dengan penggunaan peranan akalnya.
b. Perbedaan Kesehatan Mental dan Psikologi Abnormal
Sebelum membahas tentang sejarah perkembangan Kesehatan mental dalam
Perspektif Islam, terlebih dahulu perlu dijelaskan perbedaan antara Kesehatan mental
dan psikologi abnormal, meskipun keduanya seringkali terkesan tumpeng tindih.
Kesehatan mental sebagaimana telah dijelaskan pada pertemuan terdahulu
adalah “keadaan sejahtera di mana individu menyadari kemampuannya sendiri, dapat
mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat,
dan mampu membuat kontribusi kepada komunitasnya” (WHO, 2021).
Kesejahteraan yang dimaksud dari definisi di atas adalah sejahtera secara
emosional, psikologis, dan sosial, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap cara
berpikir, merasa, dan bertindak.
Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk
memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang
mengalaminya. Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang
perilaku abnormal dibandingkan studi terhadap gangguan mental (atau psikologis).
Fokus psikologi abnormal adalah pada pola emosi, pikiran, dan perilaku yang
dapat menjadi tanda kondisi kesehatan mental (Cherry K, 2021). Artinya Jika suatu
perilaku menimbulkan masalah pada kehidupan seseorang atau mengganggu orang lain,
maka ini akan menjadi perilaku yang "tidak normal". Dalam kasus seperti itu, perilaku
tersebut mungkin memerlukan beberapa jenis intervensi kesehatan mental.
Selain itu topik utama dalam psikologi abnormal adalah studi yang berkaitan
dengan pemahaman, diagnosis, pengobatan, serta pencegahannya atas gangguan
psikologis yang dialaminya. Gangguan psikologis di sini didefinisikan sebagai pola
perilaku atau gejala psikologis yang berdampak pada berbagai bidang kehidupan.
Untuk memahami perilaku abnormal, psikolog menggunakan acuan DSM
(diagnostic and statistical manual of mental disorder). DSM adalah sistem klasifikasi
gangguan-gangguan mental yang paling luas diterima. DSM menggunakan kriteria
diagnostic spesifik untuk mengelompokkan pola-pola perilaku abnormal yang
mempunyai ciri-ciri klinis yang sama dan suatu sistem evaluasi yang
multiaksiel. Sistem DSM terdiri dari 5 klasifikasi yang juga mempunyai kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahan utama. Penilaian perilaku abnormal dapat ditelaah
menggunakan berbagai cara (metode) salah satunya metode-metode assessment yang
harus reliabel dan valid yang dapat diukur melalui beberapa cara yang tetap
memperhitungkan faktor-faktor budaya dan etnik yang juga penting untuk dilakukan.
Metode-metode tetap assessment meliputi wawancara klinis, tes psikologi, assessment
neuropsikologis, behavioral assessment dan assessment kognitif. Selain itu para
peneliti dan klinisi penting unuk mempelajari fungsi fisiologis yang akan mengungkap
bagaimana bekerjanya otak dan struktur dari otak.
Dari penjelasan di atas tampak fokus Kesehatan mental lebih pada kesejahteraan
individu dan pengembangannya, sedangkan psikologi abnormal lebih pada diagnosis,
pencegahan dan penanganannya.
C. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental dan Psikologi Abnormal dalam Perspektif
Islam.
(1). Al-Kindi (lahir: 801 - wafat: 873),
Kesehatan mental dalam pandangan Islam pertama kali dikemukakan oleh al-
Kindi. Menurut al-Kindi, pusat daya jiwa adalah otak. Oleh karena itu otak selalu
berdekatan atau identik dengan kesedihan dan kesenangan.
Dalam hal ini kesedihan menurut Al-Kindi merupakan gangguan psikis
(neurosis) yang terjadi karena kehilangan hal-hal yang dicintai dan diinginkan.
Kecintaan dan keinginannya yang bersifat indrawi, akan menjadi sasaran gangguan
kesedihan dan keinginan. Karena keinginan dan kecintaan bersifat inderawi akan
mengalami kehancuran dan kemusnahan. Sedangkan kecintaan yang bersifat rasional
selalu abadi dan konstan, serta tidak akan mengalami kehancuran dan kehilangan. Itu
sebabnya, orang yang ingin bahagia dan mencegah dirinya dari gangguan kesedihan,
maka ia harus menjadikan kecintaan dan keinginannya ke dunia rasional bukan pada
dunia inderawi.
(2). Abu Bakar-Ar-Razi (lahir 865 M dan wafat pada tahun 925 M)
Pemikiran Abu Bakar ar-Razi tentang Kesehatan Mental menjelaskan bahwa
terdapat adanya dua prinsip penting dalam membahas topik perbaikan jiwa. Prinsip
tersebut adalah darûrah tahakkum al-aql fi al-hawâ (Urgensi pengendalian akal atas
hawa nafsu) danqam’u al hawâ wa asysyahwât(pencegahan hawa nafsu dan syahwat).
Berikut adalah contoh akhlak jiwa yang hina dan metode terapinya.
1) Cinta dan Asmara
Ar-Razi dalam pembahasannya mengenai kenikmatan dan penderitaan ini sangat
berkaitan dalam hal asmara. Orang yang kasmaran menurutnya adalah orang yang
umumnya hanya membayangkan kenikmatan yang akan diperoleh tanpa akan
terbetik dihatinya penderitaan dan sakit yang akan dialami dalam waktu yang
panjang. Bahkan ar-Razi dengan keras mengutuk cinta sebagai suatu keberlebihan
dan ketundukan kepada hawa nafsu. Ia juga mengutuk kepongahan dan kelengahan,
karena hal itu menghalangi orang dari belajar lebih banyak dan bekerja lebih baik.
Menurut ar-Razi, jika seseorang yang kasmaran memikirkan kadar penderitaan
dalam asmara, maka ia tidak akan menjadikan asmara sebagai hal yang berharga,
sehingga perhatiannya terhadap asmara berkurang.
2) Ujub
Ujub muncul ketika seseorang memandang lebih terhadap dirinya, sehingga dia
menginginkan pujian yang melebihi seharusnya. Sifat ini membuat seseorang
memandang orang lain tidak lebih utama daripada dirinya. Sifat ujub ini dapat di
atasi dengan cara mengenal aib sendiri melalui orang lain yang dekat dengannya
atau bila perlu meminta tolong kepada musuh, yang secara teori mengetahui aib,
kesalahan dan kelemahan yang dimilikinya.
3) Iri
Keirihatian merupakan perpaduan kekikiran dan ketamakan. Orang yang irihati
adalah orang yang merasa sedih bila orang lain memperoleh sesuatu kebaikan,
meski tak ada keburukan pun menimpa dirinya. Bila keburukan yang menimpa
dirinya, maka yang muncul bukan hanya keirihatian tetapi permusuhan. Bagi orang
menyenangkan dirinya dengan yang dibutuhkannya, maka di dalam jiwanya tiada
tempat bagi keirihatiannya.
4) Kemarahan dan Dusta
Kemarahan muncul dari binatang agar mereka dapat melakukan pembelaan
terhadap bahaya yang mengancam. Bila berlebihan hal ini sangat berbahaya bagi
mereka. Dusta adalah suatu kebiasaan buruk. Dusta dibagi menjadi dua: untuk
kebaikan dan untuk kejahatan. Bila dusta untuk kebaikan, maka hal itu terpuji:
tetapi sebaliknya, apabila untuk kejahatan maka hal itu tercela. Oleh karena itu, nilai
dusta terletak pada niat.
5) Kikir dan Tamak
Sifat kikir tidak dapat ditolak keseluruhannya. Nilainya terletak pada alasan
melakukannya. Bila kekikiran tersebut disebabkan oleh rasa takut menjadi miskin
dan rasa takut akan hal masa depan, maka ini tidaklah buruk. Tetapi jika hal ini
dilakukan sekedar ingin mencari kesenangan, maka hal ini adalah buruk. Oleh
karena itu harus ada pembenaran terhadap kekikiran seseorang; bila hal itu
mempunyai alasan yang dapat diterima, maka ini bukanlah kejahatan, tetapi jika
sebaliknya, maka ini harus diperangi. Ketamakan adalah suatu keadaan yang sangat
buruk dan dapat menimbulkan rasa sakit dan bencana. Mabuk dapat menyebabkan
malapetaka dan sakitnya jiwa dan raga.

6) Kekhawatiran dan Persetubuhan yang berlebihan adalah tidak baik, sebab


keberlebihannya, tanpa alasan yang baik dapat menyebabkan terjadinya halusinasi,
melankolik dan kelayuan dini. Persetubuhan yang berlebihan, tidak baik bagi tubuh;
ia mempercepat proses penuaan, menjadikan lemah dan menimbulkan macam
penyakit lainnya. Sebaliknya sedikit mungkin melakukan persetubuhan, karena bila
dilakukan secara berlebihan menyebabkan lebih banyak akibat buruknya.
7) Sifat Sembrono dan Ambisi
Sifat sembrono dalam banyak hal juga mencelakakan. Tak perlu memburu-buru
kekayaan yang berlebihan, kecuali sedikit simpanan untuk keperluan mendadak dan
untuk keadaan buruk yang akan datang. Ambisi bisa menyebabkan berbagai
keanehan dan bencana. Adalah sangat baik jika dapat memperoleh kedudukan lebih
tinggi tanpa melalui berbagai keanehan dan hal-hal yang membahayakan; lebih baik
meninggalkan atau menghindari.
8) Hasud adalah kebencian seseorang terhadap orang lain yang mendapatkan
kebajikan. Sifat ini sangat berbahaya dan menyakiti jiwa sekaligus badan. Jiwa akan
menjadi lemah serta menimbulkan sejumlah gejala gangguan jiwa semisal, sedih,
letih dan kepikiran.
Ar-Razi mengemukakan bahwa, jika ingin terhindar dari gangguan jiwa atau
gangguan penyakit mental hendaknya ia mengguna-kan akal rasional, ar-Razi juga
menegaskan bahwa yang sering menggunakan hawa nafsu ketimbang akal akan
dihinggapi oleh penyakit mental.
(3). Al-Farabi (Lahir 872 M – meninggal 951M)
Pemikiran al-Farabi tentang kesehatan mental berkaitan dengan daya fantasi.
jika daya fantasi pada seseorang sangat kuat, tidak disibukan dengan hal-hal inderawi
yang masuk kedalamnya melalui indera, tidak sedang melayani daya rasional, maka ia
bisa mengkhayalkan segala hal yang diberikan akal aktif melalui peniruannya terhadap
hal-hal yang bersifat inderawi dan terlihat. Kemudian ia membuat sketsa untuk objek
inderawi itu di dalam daya pengindera-an.
Kesehatan jiwa atau kesehatan mental datang dari akal aktif manusia, jika akal
aktif dalam kondisi sehat, maka kondisi kesehatan mentalnya akan sehat. Jika akal
aktifnya sakit, maka kondisi kesehatan mentalnya akan sakit.
(4). Ibnu Miskawaih ( lahir 932 M dan meninggal 1030 M)
Menurut Miskawaih penguasaan nafsu merupakan dasar hakiki kesehatan
ruhani. Orang yang ingin menjaga kesehatan jiwa harus terus menerus melakukan
penalaran dan perenungan. Ia tidak boleh melupakan hal itu, karena jika jiwa
meninggalkan penalaran dan pemikiran, maka ia menjadi bodoh dan dungu, kehilangan
materi semua kebaikan dan terlepas dari potret kebaikan, serta kembali ketingkat
hewan. Sesungguhnya jenis-jenis penyakit jiwa yang dominan di antara manusia adalah
lawan dari empat yakni: keberanian, kehormatan diri, kearifan, keadilan.
Ibnu Miskawaih telah menggambarkan jenis-jenis kenistaan atau penyakit jiwa, ada
delapan yakni:
1. Kalap (kehilangan kendali diri) dan pengecut, dua sisi perilaku yang mengapit as-
syajâ’ah (keberanian);
2. Rakus dan pasif, dua sisi perilaku yang mengapit al-‘iffah (kehormatan diri);
3. kebodohan dan kedunguan, dua sisi yang mengapital-hikmah(kearifan);
4. Perilaku zalim dan terzalimi, dua sisi yang perilaku yang mengapit al-‘adâlah
(keadilan).
Itulah jenis-jenis penyakit yang bertentangan dengan keutamaan yang menjadi
dasar kesehatan jiwa.
(5). Ibnu Sina (lahir 980- meninggal 1037)
Pemikiran Ibnu Sina tentang Kesehatan Mental Islami Menurut Ibnu Sina :
Pertama, hasrat dan dorongan jiwa mengikuti imajinasi. Dalam hal ini imajinasilah
yang mendorong kehendak hasrat yang diinginkan.
Kedua, pengaruh pikiran terhadap tubuh, yaitu pengaruh emosi dan kemauan. Ibnu Sina
mengatakan berdasarkan pengalaman medisnya, bahwa sebenarnya secara fisik orang-
orang sakit, hanya dengan kekuatan kemauannyalah, dapat menjadi sembuh dan begitu
pula dengan orang-orang sehat dapat menjadi benar-benar sakit bila terpengaruh oleh
pikirannya bahwa ia sakit.
• Ketiga, sungguh emosi yang kuat, seperti rasa takut dapat merusak tempramen
organisme dan menyebabkan kematian, dengan mempegaruhi fungsi-fungsi vegetatif:
“ini terjadi apabila suatu penilaian bersemayam di dalam jiwa: penilaian, sebagai suatu
kepercayaan murni tidak mempengaruhi tubuh, tetapi berpengaruh apabila kepercayaan
ini diikuti rasa gembira dan rasa sedih.”.
• Keempat, rasa gembira atau sedih merupakan keadaan-keadaan mental dan keduanya
memiliki pengaruh di fungsi-fungsi vegetatif. Sebenarnya jika jiwa cukup kuat, jiwa
dapat menyembuhkan dan menyakitkan badan lain tanpa sarana apapun. Di sini Ibnu
Sina sangat maju dan melampaui psikologi modern yakni hipnosis dan sugesti
6). Al-Ghazali (lahir 1058 – meninggal 1111)
Al-Ghazali membagi komponen kesehatan mental menjadi tiga yaitu: Pada tingkat
terendah disebut dengan nafs ammarah. Individu dengan nafsu amarah ini lebih
dikendalikan oleh mengejar kesenangan semata dan perilaku jahat atau tingkah laku
yang tidak diinginkan.
Tingkat kedua adalah nafs lawwammah yang mewakili nurani atau indra
perorangan berupa moralitas. Pada tahap ini perkembangan akal sudah berkembang
baik, namun juga namun kekuatan nafsu masih sangat kuat, sehingga sering terjadi
konflik antara keduanya.
Tingkat ketiga nafs mutma'inna mengacu pada aspek diri yang merupakan
sumber ketenangan bagi individu. Pada tahap ini kedudukan akal sudah sangat
mengendalikan nafs al-ammarahnya. Oleh karena itu individu yang sudah
menunjukkan nafs mutmainnah ini jiwanya akan lebih tenang.
D. Eksplorasi
1. Kemukakan tentang perbedaan antara Kesehatan mental dan psikologi abnormal
menurut sejumlah ahli, minimal 5 ahli.
2. Kesimpulan apa yang bisa saudara ambil intisarinya dari pandangan ahli tentang
Kesehatan mental dan psikologi abnormal, baik dalam hal kesamaan maupun
perbedaannya.

1. "Jurnal Psikologi Abnormal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-12.


Diakses tanggal 2011-07-15.
2. Chery, K (2021) https://www.verywellmind.com/what-is-abnormal-psychology-
2794775

Anda mungkin juga menyukai