َأَال َوِهَى اْلَقْلُب. َو ِإَذ ا َفَسَد ْت َفَسَد اْلَج َس ُد ُك ُّلُه، َأَال َو ِإَّن ِفى اْلَجَسِد ُم ْض َغ ًة ِإَذ ا َص َلَح ْت َص َلَح اْلَجَس ُد ُك ُّلُه
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh
jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR.
Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Dan qalbu itu adalah raja, ia bisa mengenali Allah, dan sifat-sifat keindahan alam semesta ini
dikenali qalbu. Qalbu ini hanya diberikan kepada manusia. Maka sejatinya yang dihukum sebab dosa
itu pertama kali hati (qalbu), maka termasuk yang menjadi bagian dari qalbu adalah akal. orang yang
hilang nyawanya, hilang juga hatinya. Maka Imam Al-Ghazali dalam kitab itu mengatakan wajib bagi
manusia untuk sungguh-sungguh dalam mengenal qalbu. Sebab qalbu menurut Imam Al-Ghazali
adalah inti yang mulia dari jenisnya inti malaikat.
Sedangkan yang dimaksud terapi qalbu yaitu usaha untuk menyembuhkan, merawat orang
yang sakit rohani dengan menggunakan pendekatan bernuansa islami dalam hal ini terapi qalbu
dijadikan sebagai penggugah kesadaran pasien melalui pengobatan yang bernuansa islami dengan
sasaran untuk mewujudkan manusia yang berjiwa sehat. (Al-Halwani, 2002)
Terapi qalbu atau juga dikenal sebagai terapi ruhani adalah sebuah praktik yang berasal dari
ajaran Islam yang bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan hati atau qalbu seseorang dari
berbagai macam penyakit dan kelemahan, serta memperkuat iman dan taqwa. Terapi ini dapat
menyembuhkan masalah psikologis dan emosional seseorang melalui peningkatan keimanan dan
spiritualitas. Terapi ini merupakan salah satu jenis terapi yang berasal dari tradisi Islam.
Sejarah terapi qalbu dapat ditelusuri kembali ke masa Rasulullah Muhammad SAW yang
merupakan tokoh sentral dalam pengembangan konsep terapi qalbu. Rasulullah sendiri sering
melakukan terapi qalbu kepada para sahabatnya dengan memberikan nasihat dan bimbingan
spiritual untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka.
Setelah masa Rasulullah, terapi qalbu terus berkembang dan dipraktikkan oleh para ulama dan
ahli spiritual Islam, terutama di kalangan Sufi. Para sufi mengembangkan berbagai metode dan
teknik untuk membersihkan dan menyucikan hati, seperti dzikir, meditasi, tafakkur (merenung), dan
muhasabah (introspeksi diri).
Pada abad ke-12, terapi qalbu menjadi lebih terstruktur dengan munculnya kitab-kitab klasik
seperti "al-Risalah al-Qushayriyah" karya Abu al-Qasim al-Qushayri dan "Ihya' Ulum Addin" karya
Imam al-Ghazali. Kitab-kitab ini memberikan panduan yang lebih sistematis tentang terapi qalbu dan
menjadi acuan utama dalam praktik terapi qalbu hingga saat ini.
Dalam perkembangannya, terapi qalbu tidak hanya dipraktikkan oleh para ulama dan sufi,
tetapi juga oleh psikolog dan terapis modern yang mengakui manfaatnya dalam membantu
mengatasi berbagai masalah psikologis dan emosional. Namun, terapi qalbu tetap diakui sebagai
praktik yang berasal dari ajaran Islam dan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai agama.
Pada zaman modern, terapi qalbu semakin populer di kalangan umat Islam dan telah menjadi
bagian dari banyak program kesehatan mental yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga Islam dan
organisasi-organisasi masyarakat.
Meskipun terapi qalbu memiliki akar yang kuat dalam tradisi Islam, konsep ini juga telah
menarik minat dari para peneliti dan praktisi kesehatan mental non-Muslim. Banyak ahli psikologi
dan terapis kognitif-behavioral juga telah mulai mempelajari terapi qalbu dan mencari cara untuk
mengintegrasikan aspek-aspek dari terapi ini ke dalam pendekatan terapi modern yang lebih umum
dikenal.
Akibat terlalu cinta dunia, rasa iri terhadap nikmat yang dimiliki orang lain akan mulai
menyelinap dalam qalbu-nya. lalu muncul sifat sombong karena telah merasa memiliki segalanya,
kemudian bersemi keinginan untuk memamerkan apa yang telah diperolehnya. Dari sini kemudian
tumbuh sikap menghalalkan segala cara asal tujuan dapat tercapai. Yang penting hasil. Tak peduli
bagaimana proses yang dilaluinya. Sebagaimana penyakit jasmani, penyakit Qalbu juga terdapat
terapi pengobatannya. Ia senantiasa hinggap dan menghilang dari qalbu manusia sesuai kondisi dan
kemauan manusia itu sendiri untuk menyembuhkannya. Setiap kali penyakit itu menimpa dan
muncul segera sedini mungkin dihindari dan diupayakan obat penawarnya sebelum berkarat dan
mendarah daging sehingga sulit untuk dibasmi. Sebab, penyakit qalbu yang menimpa diri seseorang,
dapat berimplikasi negatif bagi kehidupannya.
Ada beberapa terapi penawar agar Qalbu senantiasa jernih dan bersih serta terhindar dari
endapan penyakit. Tidak menjadi sarang penyakit. Dalam buku ini dijelaskan ada lima terapi. Tetapi
jika diperas diambil saripatinya, maka hanya akan menjadi 2 point saja, yaitu Dzikrullah dan
Tadabbur. (Abdusshomad, 2005). Qalbu yang selalu berdzikir kepada Allah Swt, akan timbul kesejukan
jiwa, sehingga seseorang akan menjadi lapang dalam menghadapi segala pernik-pernik problematika
kehidupan. Buahnya yang dapat dipetik, ia tidak akan silau atas kenikmatan yang dimiliki orang
lain. Begitu juga ia tidak akan sombong dengan kelebihan yang dimilikinya. Ikhtiar penyembuhan
penyakit qalbu yang kedua adalah dengan melakukan tadabbur. Tadabbur adalah merenungkan
hakikat kehidupan manusia di dunia serta memikirkan tentang apa yang sedang menimpa dirinya.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah. Kalau kita renungkan semua hal yang ada di
dunia ini esensinya milik Allah. Dia-lah juga yang mengaturnya dengan penuh bijaksana. Jadi, sifat
iri sama sekali tidak ada manfaatnya. Itu hanya perbuatan sia-sia.
Referensi
Syukri. (2019). Psikoterapi Islam. Jurnal Kewahyuan Islam, 1(1), 97–104. Retrieved from
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/alijaz/article/view/5421
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode Sufistik (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2004), 259. 262.
A. Rivay Siregar, Tasawuf; Dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufism (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 245.
247.
Sri Mulyati, 253-289. (Jakarta: Kencana, 2005), 275. Lihat juga Http://www.suryalaya.org/riwayat1.html Tanggal
akses 8 Maret 2009.
Aba Firdaus Al-Halwani, Manajemen Terapi Qolbu, (Yogyakarta, Media Insani), 2002, 6
K.H. Muhyiddin Abdusshomad. Penuntun Qolbu Kiat Meraih Kecerdasa Spiritual. PP Nurul Islam : (Jember,
Desember 2005). 66, 82-88. Lihat juga Https://www.nu.or.id/pustaka/qolbu-sentra-kehidupan-manusia-
HRNUE. Lihat juga Https://www.nu.or.id/nasional/gus-mus-jelaskan-makna-qolbu-7sO1c