Anda di halaman 1dari 20

AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL

Kesehatan Mental :
Secara Umum: Absennya seseorang dari gangguan jiwa/penyakit
jiwa.
Musthafa fahmi : 1) Pola negatif : kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari neurosis dan psikosis. 2) Pola positif :
kesehatan mental adal;ah kemampuan individu dalam penyesuaian
thd diri sendiri dan lingkungan sosialnya.
Hanna Djumhana Bastaman: 1) Pola simtomatis: berkaitan dengan
gejala (simtom), keluhan, dan gangguan.2) pola penyesuaian diri :
berkaitan dengankeaktifan seseorang dalam memenuhi tuntutan
lingkungan tanpa kehilangan harga diri.3)Pola pengembangan diri :
berkaitan dengankualitas khas insani mis: kreativitas,produktifitas,
kecerdasan dan tanggung jawab.4) Pola agama :beerkaitan dengan
ajaran agamanya.
Zakiyah Daradjat: terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi jiwa dan terciptanya penyesuaian diri antara
manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup
yang bermakna dunia dan akhirat.
Indikator kesehatan mental
menurut WHO :
 Bebas dari ketegangan dan kecemasan
 Menerima kekecewaan sebagai pelajaran di kemudian
hari.
 Dapat menyesuaiakan diri secara konmstruktif pada
kenyataan meskipun kenyataan itu pahit.
 Dapat berhubungan dengan orang lain dan tolong
menolong yang memuaskan.
 Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
 Dapat merasakan kepuasan dari perjuangan hidupnya.
 Dapat mengarahkan rasa permusuhan pada
penyelesaikan yang kreatif dan konstruktif.
 Mempunyai rasa kasih sayang dan butuh disayangi
 Mempunyai spiritual atau agama.
Apakah gangguan jiwa itu?
Salah satu definisi gangguan jiwa
dikemukakan oleh F.H Kanfer dan Arnold
P Gonstein, menyatakan bahwa gangguan
jwa adalah kesulitan yang dihadapi oleh
seseorang karena hubungannya dengan
orang lain, kesulitan karena persepsinya
tentang kehidupan dan sikapnya terhadap
diri sendiri.
Ciri-ciri orang yang mengalami
gangguan jiwa :
Hadirnya perasaaan cemas dan perasaan tegang
di dalam diri.
Merasa tidak puas dalam artian negatif terhadap
perilaku sendiri.
Perhatian yang berlebihan terhadap problem
yang dihadapi.
Ketidakmampuan untuk berfungsi secara efektif
di dalam menghadapi problem.
Kadangkala ciri-iri tersebut tidak dirasakan oleh
penderita, justru yang merasakan adalah
masyarakat di sekitarnya.
Sebab-sebab gangguan jiwa:
Sigmund Freud,gangguan jiwa terjadi
karena tidak dapat didamaikannya
tuntutan Id dengan tuntutan super ego.
Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat
memberikan kepuasan diri, tetapi
perbuatan tersebut akan mendapat celaan
masyarakat. Konflik tidak terselaiesaikan
antara keinginan diri dan tuntutan
masyarakat ini akibatnya akan
mengantarkan orang pada gangguan jiwa.
Lanjut…..
Abraham Maslow, menyatakan bahwa
ganggguan jiwa terjadi dikarenakan orang
tidak dapat memuaskan macam-macam
kebutuhan jiwa mereka. Kebutuhan-
kebutuhan itu : kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
akan kasih sayang, kebutuhan akan harga
diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Lanjut……
Adler, mengemukakan bahwa terjadinya
gangguan jiwa disebabkan oleh tekanan
dari perasaan rendah diri yang berlebihan.
Kegagalan-kegagalan untuk memenuhi
dorongan untuk superior akan
menyebabkan kecemasan dan ketegangan
emosi.
Kesimpulan:
Gangguan jiwa disebabkan oleh karena
ketidakmampuan manusia untuk
mengatasi konflik di dalam diri,tidak
terpenuhinya kebutuhan hiodup, perasaan
kurang diperhatikan dan perasaan rendah
diri.
Agama dan kesehatan mental :
Sebelum perang dunia kedua literatur
dalam bidang psikologi agama dan
psikoterapi boleh dikatakan belum
muncul, akan tetapi sudah mulai
berkembang keinginan untuk memadukan
agama dan psikoterapi.
E. Mansell Patiison (1969) :membuat lima kategori
polarisasi pendapat para ahli psikologi yang terlibat
dalam psikoterapi :

Kelompok yang dinamakan spiritual reductionist,


yang beranggapan bahwa gangguan jiwa adalah
disebabkan dosa kepada tihan, usaha untuk
menyembuhkan gangguan jiwa adalah penyarahan
diri secara total kepada tuhan. Menurut kelompok
ini terjadinya gangguan jiwa manusia modern
disebabkan oleh kehidupan yang sekularistik yang
memisahkan sama sekali peranan agama di dalam
kehidupan manusia.
Lanjut …..
Kelompok material reductionist. Beranggapan
bahwa agama tidak memberi relevansi dalam
proses penyembuhan penyakit jiwa. Kelompok
ini sangat ateis yang menolak kehadiran agama
dalam psikoterapi. Tokoh populermya adalah
Sigmund Freud yang beranggapan bahwa agama
adalah simbolisasi dari kekuasaan ayah sebagai
saingan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Jadi ketakutan kepada Tuhan merupakan simbol
ketakutan kepada ayah.
Lanjut …….
Kelompok alternativistik. Menurut kelompok ini
gangguan jiwa bersifat psikologik, bukan karena
dosa kepada Tuhan, namun psikoterapist maupun
agamawan dapat menyembuhkan gangguan jiwa.
Kelompok dualist, menyatakan bahwa gangguan
jiwa adalah problem yang sifatnya psikologik
dan problem agama. Seseorang yang mempunyai
keahlian apakah dia psikoterapis ataukah pemuka
agama dapat menyembuhkan gangguan jiwa.
Lanjut…….
Kelompok specialist, menyatkan gangguan jiwa
dapat bersifat psikologikdan dapat pula bersifat
keagamaan.Siapa penyembuh gangguan jiwa
menurut kelompok ini sangat tergantung dari
sifat gangguan. Kalau bersifat psikologik maka
psikoterapislah yang harus menyembuhkan,
sedangkan kalau bersifat konflik agama maka
agamawanlah yang harus menyembuhkannya.
Lanjut……
Fakta mengelompokkan sebagaimana di
atas ternyata sulit dilakukan, karena
banyaknya pendapat tentang peranan
agama dalam kesehatan mental, tetapi
sulit untuk dimasukkan dalam kelompok
mana.
Contoh :
 William James : tidak ragu lagi bahwa terapi yang
terbaik bagi keresahan jiwa adalah keimanan kepada
Tuhan.Keimanan kepada tuhan adalah salah satu
kekuatan yang tidakboleh tidak harus dipenuhi untuk
membimbing seseorang dalam hidup ini. Tuhan dan
manusia terdapat ikatan yang tak terputus. Apabila
manusia menunndukkan diri di bawah pengarahan-Nya,
cita-cita dan keinginan manusia akan tercapai, manusia
terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangan
dan selalu siap untuk menghadapi malapetaka yang
terjadi.
Lanjut …..
Carl gustav Jung, mengatakan bahwa selama
tiga puluh tahun yang lalu, pribadi-pribadi dari
berbagai bangsa di dunia telah melakukan
konseling dengannya dan diapun telah banyak
menyembuhkan para pendeita gangguan jiwa.
Semua pasien yang pernah diobatnya yang
usianya diatas 30 tahun memiliki problem yang
bersumber pada agama. Pasien baru sembuh
setelah mereka kembali pada wawasan agama.
Lanjut……..
A.A Brill dan Henry Link. Mereka berpendapat
bahwa orang-orang yang benar-benar religius
tidak akan pernah menderita sakit jiwa.
Arnold Toynbee, menyatakan bahwa agama
penting bagi kehidupan, Krisis yang dialami
oleh orang-orang eropa pada zaman modern ini
oleh karena kemiskinan spirituiil yang jalan
untuk menyembuhkannya tidada lain dengan
kembali kepada agama.
Dll. Termasuk psikologi humanistik.
Hubungan Agama dan kesehatan
mental
o Ada hubungan yang erat antara agama dengan
kesehatan mental, bahkan bisa berfungsi sebagai
psikoterapi.
o Agama merupakan bagian dari kehidupan
pribadi manusia sehingga besar pengaruhnya
terhadap tingkah lakunya, yang pada gilirannya
mempengaruhi kesehatan mentalnya.
o Penyerahan diri kepada Tuhan menjadikan
orang optimis dalam berperilaku.
o Agama memberikan makna bagi kehidupan
Agama dalam pandangan psikologi :
Sigmund Freud : Agama adalah ilusi. Ketakutan
pada tuhan : ketakutan pada ayah.
Behavioristik : Kurang memperhatikan. Tingkah
laku termnasuk agama adalah hasil dari
hubungan stimulus dan respon.
Humanistik. Maslow mengungkap 5 kebutuhan
manusia : fisiologis, rasa aman, rasa kasih
sayang, harga diri dan aktualisasi diri.Salah satu
ciri dari orang yang teraktualisasi diri :
mengalami pengalaman puncak transenden yang
melahirkan orang yang sehat super-super,
mistik,dan saleh.
Prof. Dr.Muhammad Mahfud Abd al
Qodir:
 Mempelajari hubungan agama dan kesehatan mental
melalui teori biokimia.
 Menurutnya ada 9 jenis kelenjar hormon pada manusia
salah satunya adalah kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon adrenalin dan non adrenalin.
Adrenalin meningkat maka orang menjadi pesimis,
takut, lemah. Non adrenalin meningkat maka orang
menjadi senang, nikmat. Hal ini dipengaruhi emosi.
 Jika manusia dalam keadaan normal seimbang hormon
dan kimiawinya, maka ia akan selalu dalam keadaan
aman. Pergeseran ke kanan atau ke kiri bisa berbahata
dan ini dipengaruhi oleh keimanan.

Anda mungkin juga menyukai