Anda di halaman 1dari 4

Konsep Kesehatan Mental Menurut Al-Ghazali

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Islam 3

Dosen Pengampu: Dr. Eneng Nurlaili Wangi, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun oleh:
Kelompok 3

Aqyla Halwa Andhina R (10050019177)


Sabila Nadhirah Kurnia (10050019180)
Anabila Zahra Auliya (10050019187)
Diva Athiya Khairunnisa (10050019190)
Fernanda Dwi Fadhilah (10050019197)
Aulia Zayna Shaliha (10050019198)

Kelas E

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2021
Kesehatan mental, indikator mental sehat, dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan mental menurut Al-Ghazali

Al Ghazali membagi komponen kesehatan mental menjadi tiga yaitu :


1. Pada tingkat terendah disebut dengan nafs ammarah. Individu dengan nafsu amarah
ini lebih dikendalikan oleh mengejar kesenangan semata dan perilaku jahat atau
tingkah laku yang tidak diinginkan.
2. Tingkat kedua adalah nafs lawwamah yang mewakili nurani atau indra perorangan
berupa moralitas dan menurut Freud nampaknya berfungsi seperti superego. Pada
tahap ini perkembangan akal sudah berkembang baik, namun juga namun kekuatan
nafsu masih sangat kuat, sehingga sering terjadi konflik antara keduanya.
3. Tingkat ketiga nafs muthmainnah mengacu pada aspek diri yang merupakan sumber
ketenangan bagi individu. Pada tahap ini kedudukan akal sudah sangat mengendalikan
nafs al-ammarahnya. Oleh karena itu individu yang sudah menunjukkan nafs
mutmainnah ini jiwanya akan lebih tenang.

Menurut Al-Ghazali kesehatan mental dilihat sebagai model yang terdiri dari kekokohan
aqidah, terbebas dari penyakit hati, berkembangnya akhlak yang mulia, terbinanya adab yang
baik dalam hubungan sosial, serta tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.
a) Kekokohan aqidah
Aqidah yang kuat akan membuat individu mengetahui tujuan hidupnya, sehingga
tidak mengalami keterasingan dalam hidupnya.
b) Bebas dari penyakit hati
Penyakit hati merupakan sumber ketegangan dalam hidup, sehingga dengan terbebas
dari penyakit hati maka hidup akan lebih mengacu pada hal yang realistis dan akan
mendapat kedamaian.
c) Akhlak mulia
Akhlak mulia merefleksikan tindakan-tindakan yang baik karena akhlak merupakan
perangai atau watak yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan yang menimbulkan
perbuatan tertentu dari dirinya.
d) Hubungan sosial yang baik
Dalam hubungan sosial, orang yang mentalnya sehat mampu menerima orang lain apa
adanya, berempati pada orang lain, merasa nyaman berhubungan dengan orang lain,
menghargai pendapat orang lain, merasa sebagai bagian dari kelompok, serta mampu
memenuhi tuntutan hidup dalam lingkungan sosialnya.
e) Bahagia dunia dan akhirat
Orang yang memiliki kesehatan mental lah yang dapat merasa bahagia, mampu,
berguna, dan mampu menghadapi kesulitan dan rintangan dalam hidup.

Indikator kesehatan mental menurut Al-Ghazali didasarkan kepada seluruh aspek kehidupan
manusia baik habl minallah, habl min al-nas, dan habl min al-alamin. Menurutnya ada tiga
indikator yang menentukan kesehatan mental seseorang yaitu:
a) Keseimbangan yang terus menerus antara jasmani dan rohani dalam kehidupan
manusia.
b) Memiliki kemuliaan akhlak dan kezakiyahan jiwa, atau memiliki kualitas iman dan
takwa yang tinggal.
c) Memiliki makrifat tauhid kepada Allah.

Al-Ghazali memandang bahwa keabnormalan mental identik dengan akhlak yang buruk.
Akhlak yang baik dikategorikan sebagai sifat para rasul Allah, perbuatan para al- Shiddiqin
paling utama. Sedangkan akhlak yang buruk dinyatakan sebagai racun yang berbisa yang
dapat membunuh, atau kotoran yang bisa menjauhkan seseorang dari Allah SWT. Disamping
itu akhlak yang buruk juga termasuk ke dalam langkah setan yang bisa menjerumuskan
manusia masuk dalam perangkapnya.

Selanjutnya Al-Ghazali menyatakan bahwa manusia yang mengalami gangguan mental


berarti dia dalam keadaan sakit (terganggu mentalnya) kecuali manusia yang dikehendaki
oleh Allah SWT untuk tidak sakit mentalnya, seperti nabi dan rasul Allah. Orang yang
terganggu mentalnya memiliki sifat-sifat seperti nifak, memperturutkan hawa nafsu, berlebih-
lebihan dalam berbicara, marah, iri hati/dengki, cinta keduniaan, cinta harta, riya, takabur,
sombong, dan ghurur. Al-akhlak al-mazmumah inilah yang dipandang sebagai gangguan
mental karena akhlak tersebut dapat merusak ketenangan dan ketentraman mental (jiwa).
Lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskankan akhlak adalah suatu perangai (watak, tabiat) yang
menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan
tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau atau direncanakan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Apipudin. (2016). Peningkatan kesehatan mental melalui pembinaan akhlak (analisis


pemikiran al-ghazali). Jurnal Ilmiah Pendidikan, 10(2), 92-103.

Hasan, A. P. (2017). Terapan konsep kesehatan jiwa imam al-ghazali dalam bimbingan dan
konseling islam. Jurnal Penelitian Bimbingan dan Konseling, 2(1), 10-22. DOI:
http://dx.doi.org/10.30870/jpbk.v2i1.3016

Zulkarnain, Z., & Fatimah, S. (2019). Kesehatan mental dan kebahagiaan: Tinjauan psikologi
islam. Mawa’izh : Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan, 10(1), 18-38.
DOI:10.32923/maw.v10i1.715

Anda mungkin juga menyukai