Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI AGAMA

“ASPEK-ASPEK PSIKOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN


BERAGAMA”

OLEH

KELOMPOK : 2

YASIR ARAFAH 30100118124


SASTI SURYA PRAMESTI 30100118125
SYAMSINAR 30100118126
AHMAD FAUZAN ASHAL 30100118127
AGUS BUDIARJO 30100118128

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT DAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir
akan tetapi,kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut
juga di butuhkan oleh manusia lainya. Karena manusia selalu
membutuhkan pegangan hidup yg di sebut agama karena manusia
merasa bahwa dalam jiwanya ada sesuatu perasaan yang mengakui
adanya yang mahas kuasa tempat mereka berlindung dan memohon
pertolongan.
Hubungan manusia dengan sesuatu yg di anggap adikkodrati [super
natural] memiliki latar belakang yang sudah lama dan cukup panjang.
Latar belakang ini di liat dari pernyataan para ahli ahli yg memiliki di
siplin ilmu. Begitupun juga agamawan dari berbagai agama yang ada
mengemukakan bahwa berdasarkan informasi kitab suci, hubungan
manusia dengan zat yang adikkotrati hubungan antara makluk ciptaan
dan sang pencipta.
Para psikolog mencoba melihat hubungan tersebut dari sudut pandang
psikologi. Menurut mereka hubungan manusia dengan kepercayaanya
ikut di pengaruhi dan juga ikut mempegaruhi faktor kejiwaan. Proses
dan system hubungan ini mennurut meraka dapat di kaji secara empris
dengan menggunakan pendekatan psikologi. Menurut agamawan
selanjutnya, bahwa memang pada batas batas tertentu, barangkali
permasalah agama dapat di lihat sebagai fenomena yg secara empiris
dapat di pelajari dan di teliti.wilayah khusus yang sama sekali tak
mungkin atau di larang di kaji secara empiris.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Beragama
1. Pengertian kecerdasan

Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan bahasa Arab


disebut al-dzaka menurut arti bahasa adalah pemhaman, kecepatan, dan
kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami
sesuatu secara cepat dan sempurna.

Pada mulanya kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur


akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya
bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majah al-ma’rifat). Namun pada
perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan semata-
mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur kalbu yang perlu
mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afiktif (al-
infi’ali), seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan agama.

2. Macam-macam agama
a. Kecerdasan intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan
proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkabn dan menilai atau
mempertimbangkan sesuatu. Atau, kecerdasan yang berhubungan dengan
strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika.
Melalui tes IQ (intelligence quotient) tingkat kecerdasaan seseorang
dapat dibandingkan dengan tinglkat kecerdasan orang lain. Dengan kehadiran
konsep baru tentang kecerdasan maka IQ tidak lagi bermakna intelegence
quotient melainkan intelektual quotient
Menurut Kohnstam kualitas kecerdasan intelektiual dapat dikembangkan
dengan beberapa syarat:
1) Bahwa pengembangan tersebut hanya sampai batas kemampuan, dan
tidak dapat melebihinya. Setiapp orang mempunyai batas kemampuan
berbeda.
2) Bahwa pengembangan teresebut tergantung kepada cara berpikir yang
metodis.

Tinggi rendahnya kecerdasan intelektual seseorang dipengaruhi oleh beberapa


factor yaitu:

1) Pembawaan, yaitu kesanggupan yang dibawa semenjak lahir dan setiap


orang tidak ada yang sama.
2) Kematangan, yaitu saat munculnya daya intelek yang siap untuk
dikembangkan mencapai puncaknya(masa peka).
3) Lingkungan, yaitu factor luar yang mempengaruhi intelegensi pada masa
perkembangannnya.
4) Minat, yaitu factor penggerak dalam perkembangan intelegensi.
b. Kecerdasan emosional
1. Pengertian kecerdasaan emosional
Kecerdasan emosional merupakan sebuah istilah baru yang pertama kali
ditemukan oleh Salovey., psikolog dari universitas Yale, dan Mayer dan
Universitas New Hampeshire pada tahun 1990. Namun istilah tersebut
menjadi popular ditengah-tengah masyarakat setelah Goleman menulis
buku yang berjudul Emotional Intelligence.
2. Aspek-aspek kecerdasan emosional
Ari Ginanjar mengemukakakn aspek-aspek yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional dan spiritual, seperti:
a) Konsistensi (istiqomah)
b) Kerendahan hati (tawadhu)
c) Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
d) Ketulusan (ikhlas), dan totalitas (khaffah)
e) Keseimbangan (tawazun), dan
f) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

Sedangkan Jalaluddin Rahmat mengemukakan bahwa untuk memperoleh


kecerdasan emosional yang tinggib(matang), harus di lakukan hal-hal
sebagai berikut:

a) Musyarathah, berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan


perbuatan baik dan membuang perbuatan buruk.
b) Muraqabah, memonitor reaksi dan perilaku sehari-hari
c) Muhasabah, melakukan perhitungan baik dan buruk yang pernah
dilakukan, dan
d) Mu’atabah dan mu’aqahah, mengecam keburukan yang dikerjakan
dan menghukum diri sendiri(sebagai hakim sekaligus sebagai
terdakwa).
c. Kecerdasan moral
Kecerdasan moral ialah kemampuan untuk merenungkan mana yang
benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan
intelektual pikiran manusia. Indikator kecerdasan moral adalah bagaimana
seseorang memiliki pengetahuan tentang moral yang baik dan benar, kemudian
ia mampu mengintternalisasikan moral yang benar ke dalam kehidupan nyata
dan menghindarkan diri dari moral yang buruk.
Menurut Abdul Mujib kecerdasan moral bisa di capai dengan menghafal
atau mengingat kaedah atau aturan yang di pelajari di delam kelas melainkan
membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar.
d. Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama yang mengajak manusia
untuk cerdas memilih salah satu agama, ia merupakan sebuah konsep yang
berhubungan bagaimana seseorang mempunyai kecerdasan dalam mengelolah
makna-makna, nilai-nilai dan kualitas kehidupan spritualnya.
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidupseseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQadalah
landasan diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ
merupakan kecerdasan tertinggi kita.
e. Kecerdasan qalbiah
Kecerdasan qalbiah adalah sejumlah kemampuan diri secara cepat dan
sempurna, untuk mengenal kalbu dan aktivitas-aktivitasnya, mengelola dan
mengespresikan jenis-jenis kalbu secara benar, memotivasi kalbuuntuk
membina hubungan moralitas dengan orang lain dan hubungan ubudiyah
dengan Tuhan.
B. Motivasi Beragama

1. Pengertian Motivasi
Motivasi itu sendiri merupakan istilah yang lebih umum digunakan untuk
menggantikan terma “motif-motif” yang dalam bahasa inggris disebut dengan
motive yangberasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang
bergerak.
Menurut Stagner sebagaimana di setir oleh Hasan Laggulung menyatakan
bahwa sebagian ahli psikolog memebagi motivasi manusia kepada tiga
bagian yaitu:
a. Motivasi biologis, yaitu moytivasi dalam bentuk primer atau dasar yang
menggerakkan kekuatan seseorang yang timbul sebagai akibat dari
kebutuhan organic tertentu, seperti lapar, dahaga, dan kekurangan udara,
letih, dan menjauhi rasa sakit.
b. Motivasi emosi, seperti rasa takut, marah, gembira, cinta, benci, jijik, dan
sebagainya.emosi-emosi seperti menunjukkan adanya keadaan-keadaan yang
mendorong seseorang untuk bertingkah laku tertentu.
c. Motivasi nilai dan minat, nilai dan minat seseorang itu bekerja sebagai
motivasi yang mendorong seseorang bertingkah laku sesuai dengan nilai dan
minat yang dii milikinya.
2. Peran Motivasi
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia, setidaknya
ada empat peran motivasi itu, yaitu pertama, motivasi berfungsi sebagai
pendorong manusia dalam berbuat sesuatu, sehingga menjadi unsur penting
dan tingkah laku atau tindakan manusia. Kedua, motivasi berfungsi untuk
menentukanarah dan tujuan. Ketiga, motivasi berfungsi sebagai penyeleksi atas
perbuatan yang akan di lakukan oleh manusia baik atau buruk, sehingga
tindakannya selektif. Keempat, motivasi berfungsi sebagai penguji sikap
manusia dalam beramal, benar atau salah, sehingga bisa di lihat kebenaran atau
kesalahannya. Jadi motivasi itu berfungsi sebagai pendorong, penyeleksi,
penentu, dan penguji sikap manusia dalam kehidupannya.
3. Jenis Motivasi Beragama
a. Motivasi Beragama Dalam Psikologi

Nico Syukur Dister Ofm, dalam bukunya “pengalaman dan Motivasi


Beragama”, mengatakan, bahwa ada empat motivasi yang menyebabkan orang
beragama, yang dapat di simpulkan sebagai berikut:

1) Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustasi


2) Agama Sebagai Sarana Untuk Menjaga Kesusilaan
3) Agama Sebagai Sarana Untuk Memuaskan Intelektual Yang Ingin Tahu
4) Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Ketakutan
b. Motivasi Beragama Dalam Islam

Di dalam ajaran islam ada dua jenis motivasi beragama, yaitu (1) Motivasi
beragama yang rendah, dan (2) Motivasi beragama yang tinggi.

a) Motivasi beragama karna di dorong oleh perasaan jah dan riya’, seperti
motivasi orang lain dalam beragama karena ingin kepada kemuliaan dan
keriya’an dalam kehidupan masyarakat.
b) Motivasi beragama karena ingin mematuhi orang tua dan menjauhkan
larangannya.
c) Motivasi beragama karena demi gengsi atau prestise, seperti ingin mendapat
predikat alim atau taat.
d) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
sesuatu atau seseorang, seperti motivasi seseorang dalam shalat
untukmenikah.
e) Motivasi beragama karena disorong oleh keinginan untuk melepaskan diri
dari kewajiban agama.
Sedangkan diantara motivasi beragama yang tinggi dalam islam adalah sebagai
berikut:
a) otivasi beragama karena di dorong oleh keinginan untuk mendapatkan surga
dan menyelamatkan diri dari azab neraka.
b) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah.
c) Motivasi beragama karena didorong keinginan untuk mendapatkan
keridhaan Allah dalam hidupnya.
d) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
e) Motivasi beragama katena didorong ingin hulul (mengambil tempat untuk
menjadi satu dengan Tuhan).
f) Motivasi beragama karena didorong oleh kecintaan (mahabbah) kepada
Allah SWT.
g) Motivasi beragama karena ingin mengetahui rahasia Tuhan dan perstursn
Tuhan tentangsegala yang ada (ma’rifah)
h) Motivasi beragama karena di dororng olrh kringinanuntuk al-ittihad (bersatu
dengan Tuhan)
C. Sikap Beragama
1. Pengertian Sikap

Menurut pendapat Oemar Hamalik, sikap merupakan tingkat afektif yang


positif dan negative yang berhubungan dengan objek psikologis. Positif dapat
diartikan senang, sedangkan negative berarti tidak senang atau menolak.

Pada esensi sikap terdapat tiga komponen yang bekerja secara kompleks
yaitu: (1) komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau
dipersepsikan tentang objek, (2) komponen afiksi dikaitkan dengan apa yang
dirasakan terhadap obyek (senang atau tidak senang), (3) komponen konasi
berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap onjek.

2. Pengertian Sikap Keagamaan

Sikap keagamaan tidak terlepas dari keberadaan agama. Apabila telah


terpola dalam pikiran bahwa agama itu sesuatu yang benar maka apa saja yang
menyangkut dengan agama akan membawa makna positif.

Mc. Nair dan Brown (1983) dalam penelitiannya menemukan bahwa


dukungan orang tua berhubungan secara signifikan dengan sikap siswa. Begitu
juga dengan Zakiah Daradjat (1988) mengatakan bahwa sikap keagamaan
merupakan perolehan dan bukan bawaan. Ia terbentuk melalui pengalaman
langsung yang terjadi dalam hubungannya dengan unsur-unsur lingkungan
materi dan social, misalnya rumah tanggatenteram, orang tertemtu, teman orang
tua, dan sebagainya.
D. Ketaatan Beragama

Ketaatan beragama membawa dampak positif kesehatan mental karena


pengelaman membuktikan bahwa seseorang yang taat beragama ia selalu
mengingat Allah SWT. Karena banyaknya seseorang mengingat Allah SWT,
jiwa akan semakin tenteram.

Ketaatan beragama pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk


stratifikasi social (kedudukan dalam masyarakat).

Untuk jelasnya dapat diperincikan sebagai berikut:

1) Faktor psikologis : kepribadian dan kondisi mental


2) Faktor umum : anak0anak, remaja, dan dewasa
3) Faktor kelamin : laki-laki dan wanita
4) Faktor pendidikan : orang awam, pendidikan menengah, dan intelektual
5) Faktor stratifikasi sosial : petani, buruh, karyawan, pedagang, dan
sebagainya.
E. Tingkah Laku Keagamaan
1. Pengertian Tingkah Laku
Dalam kamus bahasa Indonesia juga disebutkan bahwa tingkah laku
sama dengan perangai, kelakuan atau perilaku. Tingkah laku pada pengertian
ini lebih mengarah kepada aktiviyas seseorang yang didorong oleh unsur
kejiwaan yang disebut motivasi.
Pengertian tingkah laku itu juga dapat dibedakan menjadi dua macam,
yakni tingkah laku dalam pengertian sempit dan tingkah laku dalam pengertian
luas. Tingkah laku dlam pengertian sempit hanya mengcakup reaksi yang dapat
diamati secara umum dab obtektif. Sedangkan tingkah laku dalam pengertian
luas mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang, yang
meliputi ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjar, berpikir, berpendapat,
merasa, memepertimbangkan, dan sebagainya.

2. Pengertian tingkah laku keagamaan


Tingkah laku keagamaaan adalah segala aktivitas manusia dalam
kehidupan di dasarkan atas nilai-nilai agama yang di yakininya. Tingkah laku
keagamaan tersebut merupakan erwujudan dari rasa dan jiwa keagamaan
berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri.
Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didodrong oleh
adanya suatu sikap keagamaaan seperti dijelaskan sebelumnya merupakan
keadaan yang ada pada diri seseorang. Sikap keagamaan seperti dijelaskan
sebelumnya merupakan konsistensi antara kepercayaan terhadap semua agama
sebagai unsur konatif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektifdan
perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian bahwa aspek aspek perkembangan agama adalah proses
diri yang menerima agama sebagai keyakinan yang di anutnya. Proses
ini di tunjukan oleh sikap keberagaman yang positif dalam dimensi
keimana[ keyakinan]. Dalam aspek pengetahun agama kita dapat
memahami secara logis konsep konsep dasar agama. Dan
keberagamaanya pada tempat yang sesuai.
Kita sudah dapat memahami secara logis konsep konsep dasar
agama. Baik masalah ketuhanan maupun ataupun keperibadatan.
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami berikan kepada teman teman.
Apabila masih mengandung kekurangan dan kesalahan, kami
memohon maav sebesar besarnya.

Anda mungkin juga menyukai