PSIKOLOGI AGAMA
OLEH
KELOMPOK : 2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir
akan tetapi,kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut
juga di butuhkan oleh manusia lainya. Karena manusia selalu
membutuhkan pegangan hidup yg di sebut agama karena manusia
merasa bahwa dalam jiwanya ada sesuatu perasaan yang mengakui
adanya yang mahas kuasa tempat mereka berlindung dan memohon
pertolongan.
Hubungan manusia dengan sesuatu yg di anggap adikkodrati [super
natural] memiliki latar belakang yang sudah lama dan cukup panjang.
Latar belakang ini di liat dari pernyataan para ahli ahli yg memiliki di
siplin ilmu. Begitupun juga agamawan dari berbagai agama yang ada
mengemukakan bahwa berdasarkan informasi kitab suci, hubungan
manusia dengan zat yang adikkotrati hubungan antara makluk ciptaan
dan sang pencipta.
Para psikolog mencoba melihat hubungan tersebut dari sudut pandang
psikologi. Menurut mereka hubungan manusia dengan kepercayaanya
ikut di pengaruhi dan juga ikut mempegaruhi faktor kejiwaan. Proses
dan system hubungan ini mennurut meraka dapat di kaji secara empris
dengan menggunakan pendekatan psikologi. Menurut agamawan
selanjutnya, bahwa memang pada batas batas tertentu, barangkali
permasalah agama dapat di lihat sebagai fenomena yg secara empiris
dapat di pelajari dan di teliti.wilayah khusus yang sama sekali tak
mungkin atau di larang di kaji secara empiris.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecerdasan Beragama
1. Pengertian kecerdasan
2. Macam-macam agama
a. Kecerdasan intelektual
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan
proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkabn dan menilai atau
mempertimbangkan sesuatu. Atau, kecerdasan yang berhubungan dengan
strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logika.
Melalui tes IQ (intelligence quotient) tingkat kecerdasaan seseorang
dapat dibandingkan dengan tinglkat kecerdasan orang lain. Dengan kehadiran
konsep baru tentang kecerdasan maka IQ tidak lagi bermakna intelegence
quotient melainkan intelektual quotient
Menurut Kohnstam kualitas kecerdasan intelektiual dapat dikembangkan
dengan beberapa syarat:
1) Bahwa pengembangan tersebut hanya sampai batas kemampuan, dan
tidak dapat melebihinya. Setiapp orang mempunyai batas kemampuan
berbeda.
2) Bahwa pengembangan teresebut tergantung kepada cara berpikir yang
metodis.
1. Pengertian Motivasi
Motivasi itu sendiri merupakan istilah yang lebih umum digunakan untuk
menggantikan terma “motif-motif” yang dalam bahasa inggris disebut dengan
motive yangberasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang
bergerak.
Menurut Stagner sebagaimana di setir oleh Hasan Laggulung menyatakan
bahwa sebagian ahli psikolog memebagi motivasi manusia kepada tiga
bagian yaitu:
a. Motivasi biologis, yaitu moytivasi dalam bentuk primer atau dasar yang
menggerakkan kekuatan seseorang yang timbul sebagai akibat dari
kebutuhan organic tertentu, seperti lapar, dahaga, dan kekurangan udara,
letih, dan menjauhi rasa sakit.
b. Motivasi emosi, seperti rasa takut, marah, gembira, cinta, benci, jijik, dan
sebagainya.emosi-emosi seperti menunjukkan adanya keadaan-keadaan yang
mendorong seseorang untuk bertingkah laku tertentu.
c. Motivasi nilai dan minat, nilai dan minat seseorang itu bekerja sebagai
motivasi yang mendorong seseorang bertingkah laku sesuai dengan nilai dan
minat yang dii milikinya.
2. Peran Motivasi
Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia, setidaknya
ada empat peran motivasi itu, yaitu pertama, motivasi berfungsi sebagai
pendorong manusia dalam berbuat sesuatu, sehingga menjadi unsur penting
dan tingkah laku atau tindakan manusia. Kedua, motivasi berfungsi untuk
menentukanarah dan tujuan. Ketiga, motivasi berfungsi sebagai penyeleksi atas
perbuatan yang akan di lakukan oleh manusia baik atau buruk, sehingga
tindakannya selektif. Keempat, motivasi berfungsi sebagai penguji sikap
manusia dalam beramal, benar atau salah, sehingga bisa di lihat kebenaran atau
kesalahannya. Jadi motivasi itu berfungsi sebagai pendorong, penyeleksi,
penentu, dan penguji sikap manusia dalam kehidupannya.
3. Jenis Motivasi Beragama
a. Motivasi Beragama Dalam Psikologi
Di dalam ajaran islam ada dua jenis motivasi beragama, yaitu (1) Motivasi
beragama yang rendah, dan (2) Motivasi beragama yang tinggi.
a) Motivasi beragama karna di dorong oleh perasaan jah dan riya’, seperti
motivasi orang lain dalam beragama karena ingin kepada kemuliaan dan
keriya’an dalam kehidupan masyarakat.
b) Motivasi beragama karena ingin mematuhi orang tua dan menjauhkan
larangannya.
c) Motivasi beragama karena demi gengsi atau prestise, seperti ingin mendapat
predikat alim atau taat.
d) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
sesuatu atau seseorang, seperti motivasi seseorang dalam shalat
untukmenikah.
e) Motivasi beragama karena disorong oleh keinginan untuk melepaskan diri
dari kewajiban agama.
Sedangkan diantara motivasi beragama yang tinggi dalam islam adalah sebagai
berikut:
a) otivasi beragama karena di dorong oleh keinginan untuk mendapatkan surga
dan menyelamatkan diri dari azab neraka.
b) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah.
c) Motivasi beragama karena didorong keinginan untuk mendapatkan
keridhaan Allah dalam hidupnya.
d) Motivasi beragama karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
e) Motivasi beragama katena didorong ingin hulul (mengambil tempat untuk
menjadi satu dengan Tuhan).
f) Motivasi beragama karena didorong oleh kecintaan (mahabbah) kepada
Allah SWT.
g) Motivasi beragama karena ingin mengetahui rahasia Tuhan dan perstursn
Tuhan tentangsegala yang ada (ma’rifah)
h) Motivasi beragama karena di dororng olrh kringinanuntuk al-ittihad (bersatu
dengan Tuhan)
C. Sikap Beragama
1. Pengertian Sikap
Pada esensi sikap terdapat tiga komponen yang bekerja secara kompleks
yaitu: (1) komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau
dipersepsikan tentang objek, (2) komponen afiksi dikaitkan dengan apa yang
dirasakan terhadap obyek (senang atau tidak senang), (3) komponen konasi
berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap onjek.