Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

NAMA : Netti Herawati


Sitti Aisyah
Nur Putri Ramadani
NIM : 30100118143
30100118122
30100118131
Jur/Prodi : Aqidah Filsafat Islam
FAKULTAS : Ushuluddin Filsafat dan Politik
JUDUL : Tradisi Mappatabe’ di Desa Lentu Kecamatan Bontoromba Kabupaten
Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan (Tinjauan Akhlak)

A. Latar Belakang Masalah


Nabi Muhammad SAW adalah sebagai satu-satunya manusia yang telah melahirkan
sebuah doktrin tentang bagaimana manusia seharusnya bertindak dan berinteraksi baik
dengan pencipta maupun dengan ciptaannnya.1 Dewasa ini kalau kita melihat situasi
bangsa kita sangatlah menyedihkan. Akhlak masyarakat semakin hari semakin merosot,
tatakram sudah putus dimata masyarakat, sopan santun terabaikan antara tua dan muda.
Indonesia merupakan negara yang memilki berbagai macam bahasa, yang dimana tiap
daerah memilki ciri khusus pada tiap bahasa dan logatnya masing-masing. Namun tidak
ha yaitu, di indonesia juga memilki banyak tradisi yang dimana pada tradisi tersebut
merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang dan masih ada sampai
sekarang. Namun, tradisi yang dilakukan adalah yang melanggar dan melenceng dari
norma-norma agama.2
Terdapat sekitar lebih dari tiga ratus suku bangsa yang tersebar di berbagaia pulau di
indonesia. Setiap suku bangsa memiliki keunikan dan identitas budaya tersendiri yang
membedakannya dengan suku bangsa lain. Namun hal tersebut bukanlah menjadi
penghalang untuk menjadi suatu bangsa yang besar dan disegani oleh bangsa-bangsa lain

1
Muhammad Abdurrahman, AKHLAK Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, (Cet. I; Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2016), h. 1.
2
Muhammad Abdurrahman, AKHLAK Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, h. 2.
disekitarnya.3 Dapat diketahui bahwa etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia
kemudian menetapkan hukum baik atau buruk. Akan tetapi bukanlah semua perbuatan
itu dapat diberi hukum seperti ini, karena :
Perbuatan manusia itu ada yang timbul tiada dengan kehendak, seperti bernapas,
detak jantung dan memicingkan mata dengan tiba-tiba waktu berpindah dari gelap le
cahaya, maka inilah bukan pokok persoalan etika, dan tidak dapat memberi hukum “ baik
atau buruk”, dan bagi yang menjalankan tiada dapat kita sebut orang yang baik atau
orang yang buruk, dan tidak dapat di tuntut. Dan adapula perbuatan yang timbul karna
kehendak dan setelah dipkir matang-matang akan buah dan akibatnya, sebagaiman orang
yang melihat pendirian rumah sakit yang dapat memberi manfaat kepada penduduknya
dan meringankan penderitaan sesama, kemudian ia lalu bertindak mendirikan rumah
sakit itu.
Juga seperti orang yang bermaksud akan membunuh musuhnya, lalu memikirkan
cara-caranya dengan pikiran yang tenang, kemudian ia melakukan apa yang ia
kehendaki. Inilah perbuatan yang disebut perbuatan kehendak. Perbuatan mana yang
diberi hukum baik atau buruk, dan segala perbuatan manusia diperhitungkan atas dasar
itu.
Selain daripada itu, ada satu perbuatan yang menyerupai kedua perbuatan tersebut,
yang sering tidak nyata (tersembunyi) hukumnya. Contohnya setengah orang ada yang
melakukan perbuatan diwaktu ia tidur, maka ia apabila ia membakar rumah di dalam
keadaan itu atau memadamkan api yang akan membakar rumah, adakah ia bertanggung
jawab atas perbuatannya menurut hukum etika, sehingga ia dianggap berdosa dalam
lakunya yang pertama dan terpuji karena perbuatannya yang kedua?, selain itu terkadang
seseorang terkena penyakit lupa, sehingga ia meninggalkan perbuatan yang semesetinya
ia harus melakukannya diwaktu itu. Dan terkadang pimkiran seseorang hanya terlihgat
pada suatu perbuatan, seperti orang asyik menupas soal-soal ilmu ukur/ membaca
riwayat yang menarik, sehingga ia lupa akan janjinya/ atau kewajiban belajar.4
Di provinsi sulawesi selatan terdiri dari empat suku, yaitu: Bugis, Makassar,Toraja,
dan Mandar. Namun disini kita akan berpokus pada suku makassar. Yang dimana pada
suku makassar ada tradisi atau kebiasaan yang masih dilakukan dan berkaitan dengan

3
Takko Bandung, Berkarakter Nilai “Maritm” Sawerigading Meraih Cita dan Cinta, (Cet. V;
Yogyakarta: Ombak, 2014), h. 2.
4
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak,) (Cet.VIII; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995), h. 3-4.
akhlak terkhusu pada masyarakat di desa lentu, kecamatan bontoramba kabupaten
jeneponto. Yang dimana pada masyarakat disana masih memegang kebudayaan tersebut
Perlu diketahui bahwa masyarakat makassar juga memilki ciri khas dari berbagai
macam daerahnya masing-masing. Hanya saja pelaksanaan dan ritualnya yang berbeda.
Namun, yang dibahas di sini adalah suatu tradisi yang ada di desa lentu kecamatan
bontoramba kabupaten jeneponto, sulawesi selatan memiliki suatu tradisi tentang
bagaimana suatu bentuk penghormatan, menghargai orang, baik itu kepada sesama
maupun yang lebih tua dari kita dengan caramappattabe’ (permisi).
Budaya mappattabe ini sangat erat kaitannya dengan tatakrama. Memang mappattabe
terdengar sangat mudah sekali dilakukan. Namun, untuk mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari masih sangatlah susah. Apalagi dilihat pada zaman modernisasi
sekarang banyak yang kurang memeperdulikan tradisi ini lagi. Padahal tradisi ini sangat
penting untuk diajarkan kepada anak-anak mengenai sopan santun tidak hanya kepada
orangtua, masyarakat tetapi juga kepada sesama karena pengaruh modernisasi/
perkembangan teknologi sangatlah memiliki pengaruh. Memang perkembangan
teknologi dapat membantu atau mempermudah masyarakat dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Namun ada juga dampak negatifnya, diman dilihat realitanya sekarang
banyak anak-anak yang terpengaruh oleh teknologi yang dapat men gakibatkan
kemorosotan moral. Sopan santun kepada orang tua kurang dilihat daripada saat
berbicara, suka membantah dan menghiraukan nasihat yang diberikan oleh orang tua.5
Sesungguhnya islam dan akhlak adalah sesuatu yang tidak terpisahkan, barangsiapa
yang baik keislamannya pasti baik pula akhlaknya dan barangsiapa yang buruk
akhlaknya maka itu tidak terlepas karena buruknya keislamannya. Hal itu karena
gambaran islam yang sebanrnya adalah pada pribadi Rasulullah SAW, yang Allah SWT
telah memuji beliau dengan firman-Nya dalam Q.S. Al-Qalam: 4.
    
Terjemahanya:
“dan sesungguhnya engkau benar-benar berada diatas akhlak yang
agung.”6
Dengan berbekalan akhlak mulia, Muhammad SAW. Disegani dan dihormati baik
oleh kawan maupun lawan sekalipun ini sebuah perisai dan senjata yang paling ampuh
5
Amirsyah Oke, Sikap Tabe’ Kearifan Lokal Untuk Menghormati Orang Lain, http://www.kompasiana
com
6
Kementrian Agama Republik Indonesia,Al-Qur’An Al-Karim dan Terjemahannya,(Surabaya: Halim,
2014),h.564
yang dimiliki oleh Muhammad Saw. Dalam mengembangkan dakwahnya di Jazira Arab
sehingga panji-panji Islam berkibar di mana-mana. Inilah modal utama bagi setiap
manusia demi mencapai kemuliaan di dunia ini dan di akhirat kelak.
Islam mengatur bagaimana berakhlak antara manusia dengan Sang Maha Pencipta,
akhlak terhadap Rasulullah Saw. Sebagai pencetus doktrin akhlak, akhlak terhadap
orangtua (ibu bapak), akhlak terhadap guru, akhlak terhadap ulama, akhlak terhadap para
pemimpin, akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap makhluk, akhlak
bertetangga, akhlak bernegara, dan berbangsa, akhlak berpakaian, dan sebagainnya. Pada
intinya, di seluruh aspek kehidupan di dunia ini ada tata cara bagaimana seharusnya
berinteraksi dan bermuamalah baik dengan Allah ataupun dengan sesama makhluk
ciptaan-Nya. Di sinilah letaknya kelebihan risalah Islam yang dibawa oeh baginda Nabi
Saw. Dan beliaulah seorang pendiri institusi akhlak sejak dari peringkat TK hingga ke
tingkat universitas.7
Sikap sopan santun sangat perlu untuk diajarkan. Seperti tradisi budaya tabe’
(permisi) pada masyarakat bugis yang merupakan suatu tradisi yang ditinggalkan oleh
leluhur dan mewarisi sikap sopan santun bukan hanya melalui ucapan saja tetapi juga
dengan gerak. Hal tersebut perlu dijaga karena ini di peruntukkan bukan hanya kepada
yang muda ke yang tua tetapi juga sebaliknya. Sikap tabe’ tersebut dapat memunculkan
keakraban dan mempererat tali persaudaraan. Firman Allah dalam QS.Ali Imran ayat
112
  
    
    
   
 
   
  
 
   
   
 

7
Muhammad, Akhlak-akhlak Mulia, (Cet. I; Surakarta: Daar Al-Ghadd Al-Jadid, 2010), h.7-9.
Terjemahnya;
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jikamereka
berpegan kepada tali atau (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka
diliputi kerendahan. Dan demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-
ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang
demikian itu mereka durhaka dan melampaui batas.8
Namun, realita yang ada pada saat ini budayamappatabe’ perlahan mulai
luntur khususnya yang ada di desa Buhung Pitue. Di mana sikap tersebut mulai kurang di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada kalangan anak-anak dan remaja,
etika terhadap orang lain ataupun orang tua mulai kurang. Perlunya sopan santun
diajarkan dengan cara mappatabe’ agar anak-anak maupun remaja dapat lebih
mengetahui bagaimana cara menghargai dan berprilaku baik kepada sesamanya maupun
yang lebih tua.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus


Pada fokus penelitian dan deskripsi fokus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
NO Fokus Penelitian Deskripsi Fokus0
1 Pemahaman a. Pengertian
b. Dasarnya
2 Penerapan tradisi mappatabe’ a. Perkembangan penerapan dalam
bentuk ucapan
b. Penerapan dalam bentuk
tindakan
3 Tinjaun Akhlak a. Dasar
b. Penerapannya

C. Rumusan masalah
1. Bagaiman pemahaman masyarakat mengenai tradisi mappatabe’ ?
2. Bagaimana penerapan tradisi tradisi mappatabe’ ?
3. Bagaiman tinjauan akhlak terhadap tradisi mappatabe’ ?
D. Kajian Pustaka

8
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemahannya,
(Surabaya:Halim,2014), h. 64.
Dalam kajian pustaka menjelaskan dan mendeskripsikan literature baik berupa buku-
buku, tulisan maupun hasil penelitian yang pernah dilakukan dengan tema dan kajian
yang sama dan ada relevansinya dengan penelitian ini, sebagai berikut:
1. Buku yang berjudul “Akhlak-akhlak Mulia” tahun 2010 oleh Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Dalam buku ini menjelaskan Akhlak-akhlak
yang mulai yang dijadikan sebagai perilaku konsep perbuatan manusia.
2. Buku yang berjudul “Etika (Ilmu Akhlak)” tahun 1995 oleh Prof. Dr. Ahmadamin.
Dalam buku ini menjelaskan antara etika, akhlak, dan moral yang dijadikan
sebagai perilaku manusia yang baik.
3. Buku yang berjudul “Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia” tahun
2016 oleh Dr. Muhammad Abdurrahman, M.Ed. Dalam buku ini menjelaskan
bagaimana kita berakhlak kepada sesama manusia.
4. Buku yang berjudul “Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur” tahun 1976 oleh
Syekh Mushthafa Ghalayini. Dalam buku ini menjelaskan tentang akhlak dan
moral yang luhur yang dapat dipenuhi oleh seseorang muslim.
5. Tesis yang berjudul “Budaya Appatabe’ dikalangan masyarakat desa Panaikang
Kecamatan Pattalasang Kabupaten Gowa” yang ditulis oleh Salman alumnus
Universitas Islam Negeri Makassar. Dalam tesisnya penulis menunjukkan
pemahaman masyarakat terhadap budaya appatabe’ khususnya di kalangan
masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Pattalassang. Namun, sedikit berbeda
dengan peneliti yang dimana tradisi tabe’ yang dilakukan pada masyarakat Desa
Lentu Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto dan secara khusus mengkaji
tradisi tersebut dari sudut pandang akhlak.
6. Penelitian Haidir 2017, yang berjudul “Pembinaan Akhlak dalamm
Mengantisipasi Kenakalan Remaja di Kelurahan Bontolerung Kecamatan
Tinggimoncong Kab. Gowa”. Yang dimana pada penelitiannya mengenai upaya
pembinaan akhlak untuk meminimalisir kenakalan remaja yang menyimpang dari
ajaran-ajaran agama, sehingga para remaja selamat dari tindakan-tindakan yang
dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
Dari sumber tersebut, mampu memberikan gambaran kepada peneliti untuk
melakukan penelitian tentang Tradisi Mappatabe’ di Desa Lentu, Kecamatan
Bontoramba, Kabupaten Jeneponto (Tinjauan Akhlak).

E. Tujuan dan kegunaan penelitian


1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai tradisi mapatabe’di desa
Lentu, kecamatan Bontoramba kabupaten Jeneponto.
b. Untuk mengetahui pengaruh dari penerapan tradisi mappatabe’ pada
masyarakat setempat dalam kehidupan sehari-hari.
c. Untuk mengetahui tinjauan akhlak terhadap tradisi mappatabe’ di desa Lentu,
kecamatan Bontoramba kabupaten Jeneponto.
2. Kegunaan penelitian
a. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi yang sangat penting
bagi para pembaca, menambah wawasan tentangn tradisi mappatabe’ di desa
Lentu, kecamatan Bontoramba kabupaten Jeneponto.
b. Secara teoritis penelitian ini dilakukan agar dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan tentang tradisi mappatabe’ yang masih dilakukan sampai
sekarang.
F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai tahap-tahap yang harus dilalui
dalam suatu proses penelitian, atau ilmu yang membahas metode ilmiah dalam
mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.9 Upaya untuk
mewujudkan penulisan skripsi ini, metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif, yaitu proses penelitian yang
mengamati gejala sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. Creswell
mengatakan penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks.10 Penelitian
kualitati adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penggambaran terhadap
peristiwa yang ada di lapangan.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunkan dalam proses penyusunan skripsi ini sebagai
upaya untuk mengetahui berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat yang
berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam metode ini menggunakan
beberapa pendekatan antara lain:

9
Rianto Adi,Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum,(Jakarta: Granit, 2004),h.1
10
Juliansyah Noor,Pengantar Antropologi, Integrasi Ilmu dan Agama,(Makassar: Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat, 2015),h. 11
a. Pendekatan Sosiologis yang digunakan untuk mengamati sesuatu dengan
melihat dari segi sosial kemasyarakatan dan adanya interaksi antara
masyarakat satu dengan lainnya.11
b. Pendekatan Teologi, yakni pendekatan yang membahas tentang nilai-nilai
keilahian yang merujuk pada al-Qur’an dan hadis, meliputi segala peristiwa
yang berhubungan dengan manusia dan Tuhan.12
c. Pendekatan fenomenologi adalah berusaha memahami tingkah laku setiap
insan, baik dari segi kerangka berfikir maupun kerangka bertindaknya.13
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, seorang penelitian memperoleh informasi dengan cara
melakukan tekhnik pengumpulan data diantaranya:
a. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang
dilakukan secara sistematis.14 Metode Observasi adalah cara pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data-data awal dengan cara penelelitian
langsung kelapangan dan melakukan pengamatan yang tepat dan didukung dengan
penginderaan. Pengamatan ini kita harus terjung langsung kelapangan dan ikut
serta dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan bukan hanya melihat saja.
Dalam observasi ini kita langsung atau secara sengaja melihat suatu peristiwa atau
fenomena secara sistematis untuk mendaapatkan informasi yang kita cari setelah
terkumpul lalu melakukan pencatatan dan menganalisa. Jadi observasi yang
peneliti lakukan yaitu terjun langsung pada tradisi tersebut dengan hanya mencari
informasi awal mengenai tradisi tersebut belum mempertanyakan secara
mendalam.
b. Metode Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab
kepada infirman untuk menggali jawaban lebih dalam dan mencatat jawaban dari
yang mewawancarai yang terdiri atas berbagai lapisan masyarakat untuk

11
Hadari Nawawai,Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998),h. 62
12
Nurmaningsih, Aqidah Islam: Pilar Utama Manusia Beramal Ikhlas,(Cet.I, Makassar: Alauddin
University Press, 2011), h. 10
13
Syarifuddin Ondeng, Teori-Teori Pendekatan Metodologi Studi Islam, (Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h.177
14
Muhammad Idrus,Metodelogi Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif(ED.II;Erlangga: Jakarta,2009),h. 101
mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan lebih akurat.15 Metode
wawancara adalah peneliti mendapatkan data-data awal dengan secara langsung
bertanya/dialektika secara face to face antara peneliti dengan informan dan tidak
melupakan pedoman wawancara yang telah disusun. Di sini peneliti melakukan
wawwancara dengan cara mencatat terlebih dahulu apa-apa yang akan
dipertanyakan mengenai tradisi mappatabe’ agar terstruktur. Dalam hal ini,
peneliti memakai metode purposivesampling dengan cara mewawancarai lebih
runtut dan sistematis dengan mengambil informan yang dianggap tahu tentang apa
yang kita harapkan atau sebagai penguasa sehingga peneliti mudah untuk
mendapatkan tujuan dari peneliti serta mendata informan sebelum terjun langsung
kelapangan. Informan diantaranya yaitu penguasa (camat, lurah, dll), tokoh
agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat yang mengetahui tentang tradisi
mappatabe’.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara yang menjadi bukti penelitian dan yang
terpenting. Metode ini digunakan peneliti untuk menelusuri dan mencari secara
detail dan historis, sejumlah besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan
yang berbentuk dokumentasi dan apakah sesuai fakta yang terjadi dengan opini
yang ada. Peneliti menggunakan hp untuk mendapatkan foto-foto yang dianggap
penting.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipakai untuk memperoleh data-data penelitian yang
sudah memasuki tahap pengumpulan data di lapangan adalah peneliti itu sendiri harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luass sehingga mampu bertanya dan
menganalisa kondisi yang akan diteliti. Instrumen penelitian inilah yang akan
menggali data dari sumber-sumber informasi.
Adapun beberapa alat yang harus dipersiapkan oleh peneliti untuk mendapatkan
data, yaitu:
a. Kamera digunakan untuk mengambil gambar dan merekam video fakta yang
terjadi di lapangan sebagai hasil dokumentasi dari penelitian.
b. Pedoman wawancara, di mana peneliti membuat daftar pertanyaan secara runtut
yang akan ditanyakan kepada informan untuk memperoleh suatu informasi.

15
S.Nasution,Metode Resarch Penelitian Ilmiah (Cet.X; Jakarta: Bumi Aksara,2008), h. 133
c. Buku catatan dan alat tulis, digunakan oleh peneliti untuk mencatat informasi dan
data-data dari informan.
d. Studi pustaka, yaitu membaca dan mencari buku-buku yang membahas dan sesuai
dengan masalah yang diteliti.16
5. Tekhnik pengolahan dan Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dari sumber data di lapangan, maka selanjutnya
data tersebut dianalisa secara deskripsif kulitatif. Tekhnik Pengolahan dan Analisis
data dalam penelitian kulaitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama
dilapangan, dan setelah di lapangan. Adapun tekhnik pengolahan dan analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction) adalah bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dapat diambil. Penulis mengelola data dengan bertolak dari teori untuk
mendapatkan kejelasan pada masalah, baik itu data yang terdapat di lapangan
maupun yang terdapat pada kepustakaan. Data yang dikumpulkan, dipilih
secara selektif dan disesuaikan dengan permasalahan yang dirumuskan dalam
penelitian. Proses memilih, menyerderhanakan, menfokuskan, mengabstraksi
dan mengubah data kasar yang muncul dari lapangan.17
b. Penyajian Data (Data Display), setelah direduksi data yang akan disajikan
untuk kemudian disusun sehingga mempu memberi sekumpulan informasi.
Miles mengatakan bahwa penyajian data merupakan kegiatan analisis
merancang deretan dan kolom-kolom sebuah metrik untuk data kualitatif, dan
menentukan jenis dan bentuk data yang dimasukan ke dalam kotak-kotak
metrik.18
c. Penarikan kesimpulan (Consclusion Drawing/Verification), merupakan begian
akhir dari analisis data yang memunculkan suatu kesimpulan yang akurat dan
mendalam dari suatu data hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan
masalah. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi dari data-data yang telah
diperoleh yaitu dengan cara setelah hipotesis tadi diuji dan sesuai dengan

16
Saifuddin Anwar,Metode Penelitian,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),h. 120
17
Sugiyono,Metode Penulisan Kualitatif dan R&D,(Cet. VI; Bandung:Alfabeta,2009),h. 148
18
Miles Matthew dan Michael Hubeman,Analisis Data Kualitatif Penerjemah TjeTjep Rohendi
Rohidi,(Jakarta: UII Press, 2007),h. 16
permasalahan yang diteliti maka dilakukan verifikasi data dan disimpulkan
dengan benar agar mendapatkan informasi yang benar, detail dan bermakna.19

19
Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabet, 2015),h. 345
1. KOMPOSIS BAB

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Tinjaun Pustaka
E. Tujuan dan Kegunaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tradisi Mappatabe’
B. Konsep Akhlak

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian


B. Metode Pendekatan
C. Sumber dan Tekhnik Pengumpulan Data
D. Instrumen Penelitian
E. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


B. Pemahaman Masyarakat terhadap Tradisi Mappatabe’ di Desa
Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.
C. Penerapan Tradisi Mappatabe’ di kalangan Masyarakat Desa
Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.
D. Tinjuan Akhlak terhadap Tradisi Mappatabe’ di Desa Lentu,
Kecamatan Bontoromba, Kabupaten Jeneponto.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Implikasi
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Muhammad. Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia,Cet.I, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2016

Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum,Jakarta:Granit, 2004


Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak),Cet.VIII, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995

Anwar,Saifuddin.Metode Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.


Bandung, Takko. Berkarakter Nilai “Maritm” Sawerigading Meraih Cita dan Cinta, Cet.V,
Yogyakarta: Ombak, 2014

Idrus, Muhammad.Metodologi Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,


ED.II; Erlangga: Jakarta, 2009

Kementrian Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, Surabaya:


Halim, 2014

Matthew, Miles dan Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif Penerjemah TjepTjep
Rohendi Rohidi, Jakarta: UII Press, 2007
Muhammad. Akhlak-Akhlak Mulia,Cet.I, Surakarta: Daar Al-Ghadd Al-Jadid, 2010

Nasution,S.Metode Resarch Penelitian Ilmiah,Cet.X; Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998

Nurmaningsih. Aqidah Islam: Pilar Utama Manusia Beramal Ikhlas, Cet.I, Makassar:
Alauddin University Press, 2011
Oke, Amirsyah. Sikap Tabe’ Kearifan Lokal Untuk Menghormati Orang Lain,
http://www.kompasiana.com

Ondeng, Syarifuddin. Teori-Teori Pendekatan Metodologi Studi Islam, Makassar: Alauddin


University Press, 2013

Sugiyono. Metode Penulisan Kualitatif dan R&D, cet. VI;Bandung: Alfabeta, 2009

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2015

Anda mungkin juga menyukai