Muhammad Alwi
Muh Archam Misbahurozzaqi
Sitti Aisyah
Semua sekte dalam Syi'ah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali
bin Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun
setelah itu muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein
bin Ali. Dalam hal ini muncul dua pendapat. Pendapat kelompok pertama
yaitu imamah beralih kepada Ali bin Husein, putera Husein bin Ali,
sedangkan kelompok lainnya meyakini bahwa imamah beralih kepada
Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali bin Abi Thalib dari isteri bukan
Fatimah.
Akibat perbedaan antara dua kelompok ini maka muncul beberapa sekte
dalam Syi'ah. Para penulis klasik berselisih tajam mengenai pembagian
sekte dalam Syi'ah ini. Akan tetapi, para ahli umumnya membagi sekte
Syi'ah dalam empat golongan besar, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah
dan Kaum Gulat.
Yaitu sebagai berikut :
1. Al-Kaisaniyah
Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad SAW telah
menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti dengan penunjukan yang jelas
dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu
Bakar, Umar, maupun Utsman. Bagi mereka persoalan imamah adalah salah suatu
persoalan pokok dalam agama atau ushuludin.
Sekte imamah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan yang besar adalah
golongan Isna' Asyariyah atau Syi'ah dua belas. Golongan terbesar kedua adalah
golongan Isma'iliyah. Golongan Isma'iliyah berkuasa di Mesir dan Baghadad.[26]
Disebut juga Tujuh Imam. Dinamakan demikian sebab mereka percaya bahwa imam
hanya tujuh orang dari 'Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh
ialah Isma'il. Urutan imam mereka yaitu:
1. Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2. Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan Al-Mujtaba
3. Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain Asy-Syahid
4. Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5. Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad Al-Baqir
6. Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far Ash Shadiq
7. Ismail bin Ja'far (721 – 755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak
Musa al-Kadzim.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya:
(1) Ilmu al-Faidh al-Ilahi, yang Allah melimpahkannya pada imam. Maka
dengan itu imam-imam, mempunyai kedudukan di atas manusia pada
umumnya dan beilmu belebihi manusia lainnya. Mereka secara khusus
mempunyai ilmu yang tidak dimiliki orang lain. Baginya mengetahui ilmu
Syari’at melebihi apa yang diketahui.
(2) Sesungguhnya iman itu tidak harus tampak dan di kenal masyarakat,
tetapi boleh jadi samar bersembunyi. Namun demikian tetap harus ditaati.
Dialah al-Mahdi yang member petunjuk kepada manusia, sekalipun dia tidak
tampak pada beberapa waktu. Dia tentu muncul, dan hari kiamat tidak akan
dating sampai al-Mahdi itu muncul, memenuhi bumi ini dengan keadilan,
sebagaimana kejahatan dan kezaliman telah merajalela.
(3) Sesungguhnya imam itu tidak bertanggungjawab di hadapan siapa pun.
Seorang pun tidak boleh menyalahkannya, apa pun yang diperbuatnya.
Masyarakat harus membenarkan bahwa apa yang diperbuatnya adalah baik,
tidak ada kejelekan sedikitpun. Sebab imam mempunyai ilmu yang tidak
dapat dicapai orang lain. Karena itulah mereka menetapkan bahwa imam itu
ma’shum.
4. Al-Ghaliyah
Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya bertambah dan naik.
Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui
batas. Syi’ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-
lebihan atau ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi’ah ekstrem
(ghulat) adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang
mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad.
Gelar ektrem (ghuluw) yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan
pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa orang yang secara khusus dianggap
Tuhan dan ada juga beberapa orang yang dianggap sebagai Rasul setelah Nabi
Muhammad. Selain itu mereka juga mengembangkan doktrin-doktrin ekstrem lainnya
tanasukh, hulul, tasbih dan ibaha.
Sekte-sekte yang terkenal di dalam Syi’ah Ghulat ini adalah Sabahiyah, Kamaliyah,
Albaiyah, Mughriyah, Mansuriyah, Khattabiyah, Kayaliyah, Hisamiyah, Nu’miyah,
Yunusiyah dan Nasyisiyahwa Ishaqiyah. Nama-nama sekte tersebut menggunakan nama
tokoh yang membawa atau memimpinnya. Sekte-sekte ini awalnya hanya ada satu,
yakni faham yang dibawa oleh Abdullah Bin Saba’ yang mengajarkan bahwa Ali adalah
Tuhan. Kemudian karena perbedaan prinsip dan ajaran, Syi’ah ghulat terpecah menjadi
beberapa sekte. Meskipun demikian seluruh sekte ini pada prinsipnya menyepakati
tentang hulul dan tanasukh. Faham ini dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno
yang ada di Irak seperti Zoroaster, Yahudi, Manikam dan Mazdakisme.
Adapun doktrin Ghulat menurut Syahrastani ada enam yang membuat mereka ektrem
yaitu:
(1) Tanasukh yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat
pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut agama Hindu
berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah
dan diberi pahala dengan cara berpindah dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih
tinggi. Syi’ah Ghulat menerapkan faham ini dalam konsep imamahnya, sehingga ada yang
menyatakan seperti Abdullah Bin Muawiyah Bin Abdullah Bin Ja’far bahwa roh Allah
berpindah kepada Adam seterusnya kepada imam-imam secara turun-temurun.
(2) Bada’ yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya sejalan
dengan perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga sebaliknya. Syahrastani
menjelaskan lebih lanjut bahwa bada’ dalam pandangan Syi’ah Ghulat memiliki bebrapa
arti. Bila berkaitan dengan ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan
dengan yang diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak maka artinya
memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum yang
diterapkanNya. Bila berkaitan dengan perintah maka artinya yaitumemerintahkan hal lain
yang bertentangan dengan perintah yang sebelumnya.Faham ini dipilih oleh Mukhtar
ketika mendakwakan dirinya dengan mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik melalui
wahyu yang diturunkan kepadanya atau melalui surat dari imam. Jika ia menjanjikan
kepada pengikutnya akan terjadi sesuatu, lalu hal itu benar-benar terjadi seperti yang
diucapkan, maka itu dijustifikasikan sebagai bukti kebenaran ucapannya. Namun jika
terjadi sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan menghendaki bada’
(3) Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat
mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi. Faham
raj’ah dan mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte dalam Syi’ah. Namun
mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali. Sebagian
mengatakan bahwa yang akan kembali itu adalah Ali dan sebagian lagi
megatakan bahwa yang akan kembali adalah Ja’far As-Shaddiq, Muhammad
bin Al-Hanafiyah bahkan ada yang mengatakan Mukhtar ats-Tsaqafi.
(4) Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan
Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham hululiyah dan tanasukh
dengan khaliq.
(5) Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua
bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah ghulat berarti
Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
(6) Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan
kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak
dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali diperkenalkan oleh
Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686 M di Kufa ketika
mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam Mahdi.
Ajaran-ajarn Syiah
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para
pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan
al ma’ad, yaitu sebagai berikut:
1. At tauhid
Kaun Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung
semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa
dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut mereka Allah
memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan
tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir
(berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal),
qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-
kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah
SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada
Allah SWT. Sifat ini meliputi antara tersusun dari beberapa bagian, berjisim,
bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan
tambahan dari Dzat yang telah dimiliki-Nya.
2. Al ‘adl