NIM : 210104036
Prodi : UAS Aswaja 3
Syi’ah Az-Zaidiyah
Syi’ah Az-Zaidiyah, yaitu Syi‟ah pengikut Imam Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin
Abi Thalib.
Pokok–pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah,yaitu :
a. Di antara mazhab Zaydiyah berpendapat bolehnya membaiat dua orang imam pada satu
daerah, yang mana masing-masing imam itu menjadi imam yang dia ke luar padanya
(daerah tempat tingganya). Selama iaberhias dengan sifat – sifat yang telah disebutkan,
dan selama pemilihan Ahlul Halli Wan’Aqdi itu berjalan bebas. Dari sini dapat dipahami,
sesungguhnya mereka tidak diperbolehkan berdirinya dua imam pada satu daerah.
Karena yang demikian itu mendorong masyarakat membaiat dua orang imam pada satu
daerah, dan demikian itu suatu yang dilarang berdasarkan hadis yang shahih.
b. Orang-orang Zaidiyah tidak mempercayai bahwa imam yang telah diwasiatkan oleh Nabi
Saw, itu telah ditunjuk nama dan orangnya, melainkan diberitahukannya dengan
sifatnya saja. Bahwa sifat-sifat yang telah ditentukan ini menjadikan Imam Ali ra, dialah
imam sesudah Nabi Saw. Dan sesudah Ali, imam itu diisyaratkan hendaklah dari Bani
Fathimiyah, artinya anak keturunan Fathimah ra. (tidak termasuk Muhamad al-
Hanafiyah, putra Ali dari istri yang lain).
c. Bertolak dari doktrin tentang al- imamahal-mafdu, Syi’ah Zaidiyah berpendapat bahwa
kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khathab adalah sah dari sudut pandang Islam.
Mereka tidak merampas kekuasaan dari tangan Ali binAbi Thalib.
d. Orang-orang Zaidiyah berkeyakinan bahwa orang yang berdosa besar kekal dalam
neraka, selama dia tidak bertobat dengan tobat yang sebenar-benarnya.
Syi’ah Sab’iyah
Istilah Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh) dianologikan dengan Sy’ah Itsna Asyariyah.
Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah Sab’iyah hanya mengakui tujuh
Imam, yaitu Ali, Hasan, Husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq,
dan Ismail bin Shadiq, Syi’ah Sab’iyah disebut juga Syi’ah Ismailiyah. Pokok ajaran yaitu :
a. Ajaran sab’iyah lainnya pada dasarnya sama dengan ajaran sekte-sekte syi’ah lainnya.
Perbedaannya terletak pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek batin pada setiap
yang lahir, dan penolakkannya terhadap Al-Mahdi AlMumtadzar. Sebagaimana telah
dijelaskan, kelompok ini berpendapat bahwa imam, walaupun kelihatan melakukan
kesalahan dan menyimpang dari syariat, ia tidaklah menyimpang karena mempunyai
pengetahuan yang tidak dimiliki manusia biasa.
b. Tuhan mengambil tempat dalam diri imam.Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah
satu orang Khalifah Dinasti Fatimiyah, Al-hakim bin Amrillah, berkeyakinan bahwa
dalam dirinya terdapat Tuhan sehingga ia memaksa rakyat untuk menyembahnya.
3. Khawarij
Khawarij berasal dari kata Kharaja yang berarti keluar. Nama tersebut diberikan kepada
mereka karena mereka menyataka diri keluar dari barisan Ali Bin Abi Thalib dalam
persengketaannya dengan Muawiyah. Faktor timbulnya khawarij
1. Tindakan Utsman menjatuhkan gubernur-gubernur yang diangkat oleh Umar Ibn al-Khattab
menimbulkan reaksi-reaksi yang sangat keras terhadap Utsman, sehingga timbullah
pemberontakan -pemberontakan yang membawa kepada terbunuhnya khalifa Utsman Ibn
al-Affan.
2. Pengangangkatan Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah yang keempat, mendapat tantangan
hebat, terutama dari Thalhah, Zubair dan Aisyah, bahkan juga dari Mu’awiyah. Mereka tidak
mau mengakui pengangkatan Ali sebagai khalifah.
3. Dalam usaha mengadakan perdamaian antara Ali dengan Mu’awiyah, ditempuh melalui
arbitrase (tahkim) yang dilakukan oleh Abu Musa al-Asy’ari, sebagai wakil dari Ali, dan Amr
Ibn al-Ash, sebagai wakil dari pihak Mu’awiyah. Karena kelicikan dan kecurangan Amr ibn
alAsh-lah, maka Abu Musa al-Asy’ari dapat dikalahkan, sehingga
Mu’awiyah diangkat sebagai khalifah.
4. Kaum Khawarij memandang Ali telah melakukan kesalahan karena telah menerima tahkim
dari manusia dan tidak mau berpegang kepada hukum Allah. Orang yang tidak mau
berpegang kepada hukum Allah ia adalah kafir, keluar dari Islam, karena itu boleh
dibunuh atau diperangi.
5. Dikemudian hari kaum Khawaruj terpecah-pecah dalam beberapa sub-sekte, di antaranya
ialah Al-Muhakkimah, Al-Azariqah, AlNajdat, Al-Ajaridah, Al-Sufriyah, dan Al-Ibadiyah.
( Buku : 1. Drs.Hasan Basri M.Ag, Drs Murif Yahya,M.Pd, Tedi Priatna ,M.Ag, Ilmu Kalam
Sejarah dan Pokok pikiran Aliran-Aliran,Penerbit:Azkia Putaka Utama,2007).
5. Qadariyah
- Menurut paham Qodariyah, manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat dan
menentukan cara hidupnya, sesuai dengan yang dikehendakinya. Menurut paham
Jabariyah, manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan menentukan
perbuatannya sendiri. Semua kehendak dan perbuatan manusia sudah ditentukan oleh
Tuhan sejak azali.
- Dampak Jabariyah dalam kehidupan sehari-hari Manusia akan menjadi malas, tidak kreatif,
menyerah sebelum bertanding dan pasrah terhadap apa pun juga. Selain itu yang lebih
berbahaya adalah selalu menyalahkan Tuhan untuk semua perbuatan buruk yang mereka
lakukan. Selain itu mereka selalu mencari kambing hitam dari setiap kegagalan dan
kesalahan yang mereka lakukan. Semua kekeliruan ini berasal dari pemikiran bahwa
manusia diibaratkan benda mati. Sebagai benda mati tentu saja tidak mampu melakukan apa
pun.
- Dampak aliran Qadariyah dalam kehidupan sehari- hari yang terjadi antara lain manusia
akan merasa berkuasa atas dirinya sendiri dan cenderung akan berbuat semaunya. Padahal
ada Allah yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Lalu dampak positif yang timbul dari
Aliran Qadariyah antara lain, manusia menjadi lebih percaya diri dalam menjalankan suatu
aktifitas.
( Sumber Buku : Drs.Hasan Basri M.Ag, Drs Murif Yahya,M.Pd, Tedi Priatna,M.Ag, Ilmu
Kalam Sejarah dan Pokok pikiran Aliran-Aliran,Penerbit:Azkia Putaka
Utama,2007).
6. Aliran Wahabi
a. Aliran Wahabi
Golongan Wahabi adalah pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, sebuah gerakan separatis
yang muncul pada masa pemerintahan Sultan Salim III (1204-1222). Gerakan ini berkedok
memumikan tauhid dan menjauhkan umat manusia dari kemusyrikan. Muhammad bin
Abdul Wahab dan para pengikutnya menganggap bahwa selama 600 tahun umat manusia
dalam kemusyrikan dan dia datang sebagai mujtahid yang memperbaharui agama mereka.
Gerakan
Wahabi muncul melawan kemampuan umat Islam dalam masalah akidah dan syari’ah,
karenanya gerakan ini tersebar dengan peperangan dan pertumpuan darah. Pada tahun
1217 H Muhammad bin Abdul Wahab bersama pengikutnya menguasai kota Thaif,
kemudian memperluas kekuasaannya seperti kota Makkah, Madinah, Jeddah dan kota-kota
lainnya. Hingga akhirnya pada tahun 1226 H Sultan Mahmud Khan II turun tangan dengan
memerintahkan Raja Mesir Muhammad Ali Basya untuk membendung gerakan Wahabi.
Diantara ajarannya adalah mengkafirkan umat Islam yang ziarah kubur, mereka hanya
bertawassul, dan membalikkan ayat yang sebetulnya turun sebagai peringatan untuk kaum
kafir yang pergunakan untuk mengkafirkan umat Islam.
a. Menurut saya Aliran wahabi adalah paham yang ketat dan tanpa toleransi serta dengan ciri
membid’ahkan orang yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Pemahaman mereka
telah melampaui batas tentang penetapan definisi ketauhidan, dan pendukung wahabi
terlalu mudah membid’ahkan, mengkafirkan atau menyesatkan orang lain. Menurut saya
paham Wahhabisme di Indonesia terbilang cukup pesat karena Indonesia yang sebelumnya
sering disebut sebagai contoh masyarakat Muslim yang lembut dan sejuk, perlahan
mengalami radikalisasi akibat pengaruh ideologi dan kebudayaan luar.
(sumber Buku : (Sumber Buku : Dr. H. Subaidi, M.Pd. Pendidikan Islam Risalah
Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah, UNISNU PRESS,2019)
7. Alssunnah Waljama,ah
Ahlussunnah waljama'ah merupakan aliran yg paling moderat diantara sekian banyak aliran
dalam Islam karena mereka menyakini ke Kuasaan Allah swt dan menghargai ikhtiyar (akal)
manusia. Demikian juga dalam bidang fikih, pendapat-pendapat Imam Syafi’i dan para
pengikut/muridnya dianggap paling moderat yaitu mengabungkan antara dalil naqly (al-
Qur’an dan as-Sunnah) dan aqly (ijtihad : ijma’ dan qiyas).
Dalam bidang tashawwuf, ajaran-ajaran al-Junaidi dan al-Ghazali dianggap moderat, yaitu
menggabungkan antara syariah/fikih dan haqiqat/substansi.
Selain dianggap sebagai model berpikir moderat (wasathiyyah) dan ihtiyath (kehati-
hatian/antisapatif) dalam bidang ibadah, alasan mengikuti Ahlussunnah wal Jama’ah juga
dikarenakan para sahabat Nabi perlu diikuti, karena merekalah yang mengetahui dan
memahami terhadap semua yang dilakukan oleh Nabi.