Anda di halaman 1dari 4

Kamis, 06 Jumadil Akhir 1443

NAMA : RISKA JAINUDDIN

NIM : 2020203869201010

PRODI : SOSIOLOGI AGAMA

Situasi Keagamaan, Corak Hidup Keagamaan, Madzhab dan Firkah dalam Islam
Sumber Buku : Sejarah Peradaban Islam Sumbangan Peradaban Dinasti-dinasti Islam Oleh
Saepul Bahri

1. Situasi Keagamaan

Permusuhan dari perpecahan ummat Islam, boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi
Muhammad SAW, tetapi perpecahan itu mulai reda, karena terpilihnya Abu Bakar menjadi
Khalifah. Setelah beberapa lamanya Abu Bakar memegang kekhalifahan, mulai timbulnya
kembali perpecahan, yang dihembuskan oleh orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-
orang yang mengumumkan dirinya menjadi Nabi seperti Musailamatul-Kazzab, Thulaihah,
Sajah dan Al-Aswad al-Ansy. Di samping itu ada pula golongan-golongan yang tidak mau
membayar zakat kepada Abu Bakar. Padahal tadinya mereka semua membayar zakat pada
Nabi. Akan tetapi semua perselisihan itu segera dapat diatasi dan di persatukan kembali,
karena kebijakan khalifah Abu Bakar. Maka selamatlah kekuasaan Islam yang muda itu dari
ancaman fitnahan yang akan menghancur-leburkan.

Dalam masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, Usman dipergunakan dengan sebaik-
baiknya mengerahkan semua tenaga kaum Muslimin untuk menyiarkan dan mengembangkan
Islam keseluruh alam. Tetapi setelah Islam meluas kemana-mana, tiba-tiba diakhir khalifah
Usman, terjadi sesuatu cedera yang ditimbulkan oleh tindakan Usman yang kurang disetujui
oleh pendapat umum. Menurut pendapat umum, sebagian tindakan Usman kurang sesuai
dengan perkembangan zaman. Sebab itu pandangan umum menjadi kurang senang
terhadapnya. Apalagi terhadap pelaksana-pelaksanaya, yang tidak beres dalam pekerjaanya,
karena kurang pengawasan Saidina Usman sendiri.

Inilah asalnya fitnah yang membuka kesempatan untuk orang-orang yang lapar
kedudukan, menggulingkan pemerintah Usman. Fitnah ini mengakibatkan terbenuhnya
Saidina Usman. Setelah itu maka Ali terpilih menjadi khalifah. Akan tetapi sayang pilihannya
itu tanpa suara bulat, karena ada golongan yang tidak ingin menyetujui pengangkatan itu.
Bahkan ada yang menentang pengangkatan tersebut yang menuduh Ali ikut campur atau
sekurang-kurangnya membiarkan komplotan pembunuh Usman. Semenjak itulah,
berpangkalah perpecahan umat Islam hingga menjadi beberapa partai atau golongan
diantaranya golongan yang setuju atas pengangkatan Ali, golongan yang mula-mula patuh
sutuju, tetapi setelah terjadi perpecahan, menjadi golongan yang netral, golongan yang
terang-terangan melawan Ali dan muncul berbagai aliran-aliran.
2. Corak Kehidupan

Perkembangan Islam dimasa Khalifah Al Rasyidin dan Dinasty Amawiyah meliputi


semua sektor kehidupan termasuk kehidupan keagamaan serta perlindungan dan jaminan
keagamaan bagi pemeluk agama lain (ahlulzimah). Ahluzimah ini adalah orang non-muslim
yang hidup dalam Negara Islam,sebagai balasan karena membayar pajak perorangan (jizyah)
yang telah ditentukan, menerima perlindungan dan keamanan. Orang-orang dzimmi yang
membayar jizyah diperbolehkan menjalankan ibadah agama mereka,menerima otonomi
komunal,harus dilindungi oleh umat islam jika ada serangan dari luar,dibebaskan dari wajib
militer,dibebaskan dari membayar zakat serta pajak-pajak yang dikenankan pada umat Islam.
Ahluzimah ini teridri dari pemeluk Yahudi ,masehi/nasrani, dan majusi.Tetapi yang banyak
dibicarakan kehidupannya dalam sejarah Islam,adalah Nasrani. Perlakuan terhadap agama
lain dipersamakan dengan perlakuan yang diberikan kepadanya. Terdapat variasi perlakuan
terhadap ahluzimah dizaman Rasulullah khulafaur Rasyidin dan Amawihayah. Pemeluk
agama masehi dimasa Rasulullah lebih banyak mendapat ruang gerak dan perlakuan yang
lunak dibanding dengan yang diperoleh bangsa Yahudi.

Pemeluk agama masehi berlaku lunak terhadap dakwah Rasulullah sejak periode
mekah. Raja Habsyi yang nasrani memberikan perlindungan dan jaminan keamanan terhadap
kelompok muhajirin muslim yang mendatangi wilayahnya. Baik terhadap kelompok
Muhajiin muslim yang dipimpin oleh Zubair bin Awwam maupun yang kedua yakni oleh
Ja’far bin Abi Thalib. Beda dengan Nasrani ,Yahudi telah memperlihatkan persaingan dan
permusuhan terhadap nabi dan pengikutnya sejak periode mekah.

Perkembangan agama Islam pada masa khulafaur rasyidin dan awal dinasty amawiyah
diwarnai oleh pertumbuhan aliran-aliran dalam bidang politik, kepercayaan,kebahasaan,ilmu
pengetahuan dan sebgainya.Aliran dapat juga disebut mahzab,firkah ,golongan,atau
partai,lahir dari sesuatu pergolakan yang terjadi dalam masyarakat.Biasayanya bersifat
menumbuhkan,mengembangkan,mengembangkan,mengoreksi,mengkritik, atau memperbaiki
gejala atau fenomena yang ada dalam masyarakat.Sebaliknya biasa pula berartimelawan atau
menghapuskan atau menandingi aliran yang telah lahir sebelumnya.

Pada Dinasti Umayyah membentuk jarak antara lapisan masyarakat muslim yang
berdarah Arab Murni dengan yang campuran apalagi dengan mereka yang non-Arab dan non-
muslim. Sedangkan pada masa Dinasti Abbasyiah tidak mempermasalahkan perbedaan antara
Islam dengan non-Islam, Arab dengan non-Arab. Bahkan pada struktur pemerintahan baik itu
Gubernur, Mentri, Panglima Perang pada masa itu di isi oleh orang Non-Arab dan Non-
Muslim.

3. Mazhab dan Firqa dalam Islam


Pada masa Dinasti Abbasiyah aspek ilmu fiqh atau hukum Islam muncul puluhan
aliran atau mazhab yang menawarkan metode dan pendapat yang beragam. Ada 4 mazhab
besar yang bertahan yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali. Semula pengelompokan aliran
atau mazhab fiqih ini lebih berdasarkan pada kota yang menjadi pusat pengembangannya,
yaitu mazhab madinah, damaskus, Mesir, dan lain-lain. Pada periode Abbasiyah, mazhab
fiqih lebih ditujukan kepada tokoh pemikir terbesarnya yaitu Imam Abu Hanifa, Imam Maliki
Bin Anas, Imam Muhammad Idris Al-Syafi’i dan Iman Ahmad bin Hanbal.
Dari setiap golongan ini kemudian memahami dan menyampaikan Islam sesuai versi
mereka masing-masing. Menurut Farid Zainal Effendi, aliran dalam Islam mulai muncul
ketika perang Siffin (37 H) antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah.Pada saat
itu kelompok Ali bin Abi Thalib berperang melawan kelompok Muawiyah hingga peristiwa
Tahkim menjadi penanda kemenangan pihak Ali bin Abi Thalib. Kekalahan tersebut menjadi
dasar Muawiyah untuk mengambil jalan damai dengan pihak Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi,
inisiatif Muawiyah untuk berdamai tersebut mendapat reaksi yang berbeda dari golongan Ali
bin Abi Thalib. Ada yang menyetujui perdamaian tersebut ada pula yang tidak dan berimbas
pada perpecahan golongan Ali bin Abi Thalib. Sejak saat itu, aliran Islam terus bertambah
yang memiliki pendapat dan pemikiran yang berbeda-beda tentang Islam.Dalam sebuah
riwayat dijelaskan bahwa umat manusia akan terpecah belah menjadi berbagai
golongan.Namun, diantara banyaknya golongan tersebut, hanya ada satu golongan yang akan
selamat dihari akhir.

Dikutip dari buku Teologi Al Banjar karya Khairil Anwar, munculnya firqa dalam
Islam dilatar belakangi oleh perbedaan dan perselisihan pandangan tentang masalah politik
dan teologi. Perbedaan pandangan inilah yang memudahkan satu firqah mengkufurkan firqa
lainnya. Adapun penyebab munculnya firqa dalam buku Hubungan Penguasa Rakyat yang di
tulis oleh Yahya Ismail yaitu:

 Cenderung berpendapat menurut pikirannya sendiri


 Tajamnya perselisihan dalam bidang fiqh
 Perselisihan dalam bidang asma, sifat, dan perbuatan Allah SWT.
 Hilangnya kekuasaan politik Islam dan runtuhnya Kekhalifaan
 Berani menetapkan kedudukan sahabat Nabi SAW tanpa dasar yang kuat
 Perbedaan Ijtihad dikalangan sahabat
 Fanatisme kesukuan bangsa Arab
 Perebutan jabatanKhalifah

Macam-macam firqah yang dikenal dalam Islam

a. Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja). Kaum atau golongan yang mengamalkan ajaran
agama Islam murni sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Firqah inilah yang telah dianut oleh mayoritas umat Islam di dunia pada umumnya,
termasuk di Indonesia.
b. Syiah. Kaum yang beri'tiqod bahwa Ali bi Abi Thalib adalah orang yang berhak
menjadi khalifah pengganti Rasulullah SAW. Sementara Abu Bakar, Umar, Usman
dianggap khalifah yang tidak sah, karena mengambil haknya Ali bin Abi Thalib.
c. Khawarij. Golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib karena menolak
tahkim (perdamaian) pasca Perang Shiffin. Mereka mempunyai semboyan "la hukma
illa lilahi" (tidak ada hukum kecuali dari Allah SWT). Para pemimpin khawarij antara
lain Urwa bin Khudair, Najdah bin Uwaimir, Mustaurid bin Saad, dan sebagainya.
d. Murji'ah. Kaum yang menangguhkan orang yang bersalah sampai di hadapan Tuhan.
Pemimpinnya Hasan bin Bilal al Muzn. Dikatakan Murjiah karena berpendapat
pelaku dosa besar tidaklah kafir dan tidak berpengaruh terhadap iman seseorang.
Sebab mereka percaya masih ada harapan (irja) dan ampunan (maghfiroh) dari Allah.
e. Mu'tazilah. Disebut dengan kaum yang menyisihkan diri karena mereka merupakan
kaum rasionalis yang hanya mengunakan akal saja.
f. Qodariyah. Paham yang percaya bahwa segala tindakan manusia dilakukan sendiri
oleh manusia, Tuhan tidak ikut mencampuri perbuatan manusia.
g. Jabariyah. Nama Jabariyah diambil dari kata jabara yang artinya memaksa. Paham ini
dinamakan Jabariyah karena berpendapat tidak ada ikhtiar bagi manusia (fatalisme).

Anda mungkin juga menyukai