Anda di halaman 1dari 3

Syiah dalam konteks hukum dan islam

Syiah dalam konteks islam

Sejarah kemunculan syiah. Syiah menurut etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut
seseorang, selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul diatas suatu perkara. Adapun
menurut terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib
lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin, begitu
pula sepeninggal beliau (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal karya Ibnu Hazm)

Syiah mulai muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa kekhalifahan Abu
Bakar, Umar, masa-masa awal kekhalifahan Utsman yaitu pada masa tahun-tahun awal jabatannya,
Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada akhir kekhalifahan Utsman terjadilah
berbagai peristiwa yang mengakibatkan timbulnya perpecahan, muncul lah kelompok pembuat
fitnah dan kezhaliman, mereka membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-
belah. Pada masa kekhalifahan Ali juga muncul golongan syiah akan tetapi mereka menyembunyikan
pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya kepada Ali dan para pengikutnya. Saat itu
mereka terbagi menjadi tiga golongan, yaitu :

 Golongan yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte ini Ali membakar
mereka dan membuat parit-parit di depan pintu masjid Bani Kandah untuk membakar
mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia
mengatakan, “Suatu ketika Ali memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah yang
menuhankan Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar mereka
karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah (dibakar), akan tetapi
aku pasti akan memenggal batang leher mereka, karena Nabi bersabda:
“Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia“
 Golongan Sabbah (pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah bin Saba’) bahwa
ia pernah mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa
Ali mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri
 Golongan Mufadhdhilah, yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar.
Padahal telah diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad bahwa beliau bersabda,
“Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”.

Riwayat semacam ini dibawakan oleh imam Bukhari dalam kitab shahihnya, dari Muhammad bin
Hanafiyyah bahwa ia bertanya kepada ayahnya, siapakah manusa terbaik setelah Rasulullah, ia
menjawab Abu Bakar, kemudian siapa? dijawabnya, Umar.

Dalam sejarah syiah mereka terpecah menjadi lima sekte yang utama yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah
(rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat dan Ismailliyah. Dari kelima sekte tersebut lahir sekian banyak cabang-
cabang sekte lainnya. Dari lima sekte tersebut yang paling penting untuk diangkat adalah sekte
imamiyyah atau rafidhah yang sejak dahulu hingga saat ini senantiasa berjuang keras untuk
menghancurkan islam dan kaum muslimin, dengan berbagai cara kelompok ini terus berusaha
menyebarkan berbagai macam kesesatannya, terlebih setelah berdirinya negara syiah, Iran yang
menggulingkan rezim Syah Reza Pahlevi. Rafidhah menurut bahasa arab bermakna meninggalkan,
sedangkah dalam terminologi syariat bermakna mereka yang menolak kepemimpinan abu bakar dan
umar, berlepas diri dari keduanya, mencela lagi menghina para sahabat nabi. Pencetus paham syiah
ini adalah seorang yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang bernama Abdullah bin saba’ al-himyari,
yang menampakkan keislaman di masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Abdullah bin Saba’
mengenalkan ajarannya secara terang-terangan, ia kemudian menggalang massa, mengumumkan
bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi Muhammad seharusnya jatuh ke tangan Ali bin Abi
Thalib karena petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (menurut persangkaan mereka). Menurut
Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah mengambil alih kedudukan
tersebut. Dalam Majmu’ Fatawa, 4/435, Abdullah bin Shaba menampakkan sikap ekstrem di dalam
memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah
seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa). Keyakinan itu berkembang terus-menerus dari
waktu ke waktu, sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Ali yang mengetahui sikap
berlebihan tersebut kemudian memerangi bahkan membakar mereka yang tidak mau bertaubat,
sebagian dari mereka melarikan diri. Abdullah bin Saba’, sang pendiri agama Syi’ah ini, adalah
seorang agen Yahudi yang penuh makar lagi buruk. Ia disusupkan di tengah-tengah umat Islam oleh
orang-orang Yahudi untuk merusak tatanan agama dan masyarakat muslim. Awal kemunculannya
adalah akhir masa kepemimpinan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan. Kemudian berlanjut di masa
kepemimpinan Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Dengan kedok keislaman, semangat amar ma’ruf nahi
mungkar, dan bertopengkan tanassuk (giat beribadah), ia kemas berbagai misi jahatnya. Tak hanya
aqidah sesat (bahkan kufur) yang ia tebarkan di tengah-tengah umat, gerakan provokasi massa pun
dilakukannya untuk menggulingkan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan. Akibatnya, sang Khalifah terbunuh
dalam keadaan terzalimi. Akibatnya pula, silang pendapat diantara para sahabat pun terjadi.
Rafidhah pasti Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah membenci
Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah, sekte syiah yang paling ringan
kesalahannya.

Taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran :

 Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya.
 Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah.
 Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-
lawan syiah.
 Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan

Dan ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat mengenali sejumlah ciri – ciri berikut :

 Mengenakkan songkok hitam dengan bentuk tertentu


 Tidak shalat jumat
 Mayoritas pengikut syiah selalu membawa At – Turbah Al – Husainiyah, yaitu batu/tanah
yang digunakkan menempatkan kening ketika sujud
 Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman,
mayoritas sahabat nabi, dan para istri Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam
 Orang Syiah tidak berpuasa pada hari asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari
tersebut

Syiah dalam konteks hukum di indonesia

Ada yang menduga Syiah datang pada abad ke- 12 Masehi, ada yang percaya bahwa orang-orang
Syiah sudah datang ke Kepulauan Nusantara jauh sebelum abad ke-12 itu. Ada yang meyakini ajaran
Syiah dibawa oleh orang-orang Persia, namun ada juga yang meyakini Syiah diperkenalkan oleh
orang-orang Arab langsung. Majelis Ulama Indonesia, MUI, menyatakan tidak pernah melarang
ajaran Syiah di Indonesia kecuali menghimbau umat Islam agar meningkatkan kewaspadaan tentang
kemungkinan beredarnya kelompok Syiah yang ekstrim. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas
mengatakan setiap kelompok agama, termasuk Syiah, Ahmadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), serta
Muhammadiyah memiliki kedudukan dan hak yang sama di muka hukum. Yaqut menegaskan negara
wajib melindungi mereka sebagai warga negara. Menurutnya, Indonesia adalah milik bersama dan
bukan satu golongan tertentu. Yaqut mengatakan pelindungan terhadap seluruh umat beragama
adalah mandat yang akan dilaksanakan Kementerian Agama. Dari semua hal di atas, bisa
disimpulkan bahwa pemahaman – pemahaman sesat seperti syiah ini sudah menyebarluas bahkan di
perbolehkan di negara ini, sedangkan pada zaman dulu hal ini sangat ditentang oleh para sahabat –
sahabat Nabi. Maka dari itu pentingnya pemahaman dasar dari suatu pemikiran harus benar – benar
dipahami bukan sekedar hanya tahu saja, karena bisa terjadi suatu hal buruk yang akan terjadi di
masa depan, seperti diperbolehkannya Syiah. Hal ini harus serius untuk di selesaikan, karena akan
berdampak buruk di masa depan jika terus seperti ini. Contohnya, di masa khalifah sejak munculnya
Syiah ini, banyak terjadinya perpecahan, dan banyak yang murtad. Jika dipikirkan baik-baik, apa yang
akan terjadi jika hal tersebut terulang kembali di masa sekarang terutama di negara Indonesia ini.
Wallahu alam.

Anda mungkin juga menyukai