Anda di halaman 1dari 3

BAB II

FAHAM YANG BERKEMBANG DI INDONESIA

A. Latar belakang munculnya berbagai Aliran dalam Islam

1.Peristiwa terbunuhnya khalifah Usman

Utsman bin affan berasal dari suku Qurays yang dilukiskan sebagai orang yang
dermawan.Kedermawanannya terbukti ketika ia ia pernah memberikan 940 ekor unta,60 ekor
kuda dan 10.000 dinar untukperang tabuk.Ia juga sangat berjasa dalam pengkodifikasian A
qur’an mejadi mushaf sebagaimana yang dibaca oleh jutaan umat islam di dunia .

Utsman diangkat menjadi khalifah melalui musyawarah yang dilakukan oleh Utsman bin
Affan,Ali bin Abi thalib,Thalhah bin Ubaidillah ,Zubair bin Awwam dan Saad bin abi waqash.Dan
yang terpilih menjadi khalifah untuk menggantikan umar adalah Utsman.

Setelah Utsman wafat kekhalifahan berpindah ke tangan Ali bin abi Thalib, namun
pengangkatan ali menjadi khalifah tidak dalam kondisi yang menguntungkan karena ia diangkat
dalam kondisi yang tidk stabil.Tak heran jika rongrongan terhdap kekkhilafahannya berdatangan
mulai dari Thalhah dan Zubair dan Muawiah. Tantangan keras muncul dari Muawiyah yang
menuduh Ali terlibat dalam terbunuhnya Utsman.Perseteruan tersebut akhirnya melahirkan
perang shiffin

2.Dampak Arbitrase

Kekisruhan politik akibat terbunuhnya Utsman pada tahun 35 H berlanjut di masa


Ali .Kekisruhan ini mencapai klimaks dengan meletusnya perang jamal(35 H/656M). Antara
pasukan ali dengan pasukan Aisyah yang dibantu oleh Zubair dan Thalhah yang disusul
dengan perang shiffin (36 H/657 M) antara pihak Ali dan Muawiyah.

Dalam arbitrase ini diangkat dua orang sebagai arbitreryaitu Amr bin ash (dari pihak Muawiyah)
dan Abu Musa Al asy’ari (dari pihak Ali).diantara keduanya ada kemufakatan untuk
menjatuhkan kedua pemuka itu,Ali dan Muawiyah.Abu Musa mengumumkn tentang penjatuhan
kedua orang yg saling bertentangan tersebut. Namun Amr bin ash hanya menyetujui
penjatuhan Ali dan menolak penjatuhan Muawiyah.

Dari segi politik perang shiffin yang berakhir dengan arbritase itu tidak diterima oleh kelompok
Ali dan menjadi alasan mereka untuk memisahkan diri dari golongan Ali.mereka membentuk
kelompok yang dinamakan dengan khawarij. Mereka mudah mengkafirkan orang yang berjalan
diluar hukum-hukum Tuhan,utamanya untuk membawa konsekuensi dosa-dosa.

B. Firqah-firqah dalam Islam

Firqah secara bahasa artinya golongan, kelompok atau sekte. Firqah-firqah ini lahir akibat
situasi politik yang ada.

Beberapa firqah yang ada dan penjelasan singkat mengenai ajarannya:

1. Syi,ah

Aliran syiah adalah kelompok pembela Ali bin Abi Thalib. Sebenarnya pembela Ali bin Abi
Thalib adalah para sahabat yang hanif (lurus). Mereka juga merupakan para sahabat pilihan.
Akan tetapi, dalam perkembangannya, ada seseorang yang bernama Abdullah bin Saba’, yaitu
seorang yahudi yang menyamar sebagai muslim dan berusaha mengajarkan untuk
mengkultuskan Ali dan keturunannya.diantara pengkultusan Ali adalah menyatakan bahwa Ali
dan keturunannya (para Imam) adalah Maksum terbebas dari dosa. Yang berhak atas
kekhalifahan adalah Ali, sedangkan Abu Bakar, umar dan Utsman telah merampas hak
kekhalifahan itu dari Ali, dan masih banyak lagi. Syi’ah kemudian trepecah menjadi beberapa
macam. Ada syi’ah Zayidiyah, Imamiyah,Itsnaasyariyah, dan sebagainya.
2. Khawarij

Golongan khawarij disebut demikian karena golongan ini keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib.
Golongan ini kecewa terhadap kebijaksanaan Ali untuk diajak Tahkim. Golongan ini
berpendapat bahwa keempat sahabat muliya yang menerima Tahkim, yaitu : Ali muawiyah, Abu
Musa Al Asy’ari,dan Amr bin Ash adalah kafir. Pada perkembangannya Khawarij menjadi aliran
kalam pertama dalam islam yang lahir pada abad pertama hijriyah.corak pemikiran khawarij
alam memehami nash Al-qur’an dan Hadits cenderung tekstual dan persial, sehingga
melahirkan pemahaman yang kaku,mudah mempvonis salah, menghukumikafir/musyrik kepada
yang tidak sependapat dengannya. Pengikut aliran khawarij didominasi oleh suku baduy dan
suku-suku lain dari arab selatan yang menolak hegemoni arab utara. Kondisi ini menyebabkan
tidak kuatnya daya pijakan, fanatisme yang berlebihan, wawasan keilmuan yang tidak memadai
dan cenderung statis sehingga memudakan terpecah dan membentuk kelompok sektarian.

3. Murji’ah

Kata murji’ah berasal dari kata arja’a yurji’u yang artinya mengembalikan. Aliran ini diberi
nama murji’ah karena berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tetap merupakan mukmin
dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukan terserah kepada Allah kan mengampuni
atau tidaknya. Jadi,hukum orang berdosa besar dikembalikan kepada Allah apakah terampuni
ataukah tidak.

4. Mu’tazilah

Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala artinya memisahkan diri. Aliran ini didirikan oleh Washil bin
Atha, yaitu murid hasan bashri yang memisahkan diri dari gurunya karena berbeda pendapat.
Keompok mu’tazilah tidak menerima pendapat mengenai status orang yang melakukan dosa
besar seperti yang telah diungkapkan oleh dua kelompok diatas. Menurut me’tazilah, mukmin
yang berdosa besar statusnya bukan kafir dan bukan mukmin. Orang yang serupa ini menurut
mereka mengambil posisi diantara posisi mukmin dan kafir yang dalam bahasa arab dikenal
dengan istilah al manzilah bainal manzilatain (posisi diantara dua posisi).

5. Qadariyah

Muncul dua aliran lagi dalam teologi islam yaitu Qadariyah yang berpandangan bahwa manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatanya.

6. jabbariyah

Jabariyah berasal dari kata jabbar artinya memaksa. Jabariyah berpendapat bahwa manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak perbuatannya. Manusia dalam tingkah
lakunya, menurut faham jabbariyah, manusia tidak mempunyai kebebasan dalam kehendak dan
perbuatannya. Manusia dalam semua tingkah lakunya, menurut faham jabbariyah, bertindak
dengan paksaaan Tuhan.

7. Faham Aswaja

Teologi baru dimotori oleh Abu Hasan al asy’ari,pada mulanya ia pengikut mu’tazilah namun
kemudian meninggalkan aliran tersebut kemudian membentuk aliran asyari’ah(935H).Teologi
baru lagi juga didirikan oleh Abu mansyur Al Maturidi (944H) yang selanjutnya terkenal dengn
aliran Maturidiyah..

Perkembangan selanjutnya saat ini yang tersisa hanya aliran Maturidiyah dan asyari’ah
saja,yang terkenal dengan ahlu sunah wal jama’ah.Aliran Maturidiyah banyak dianut umat islam
yang bermahzab Hanafi sedangkan aliran asyari’ah banyak di anut oleh islam sunni lainnya.

C. Mengaplikasikan Faham Aswaja di era Gobalisasi

Mengaplikasikan faham Aswaja tidak bisa jika hanya dilakukan dengan menanamkan doktrin
semata. Menurut M.Tolhah Hasan (2000:30) setidaknya ada tiga pendekatan dalam
mengaplikasikan faham Aswaja yaitu pendekatan doctrinal, pendekatam historis, pendekatan
kultural.
1. Pendekatan Doktrinal
Memahami ajaran aswaja mulai dari konsep keimanan terhadap tuhan, kedudukan masnusia
terhdap karyanya, dan permasalahan terhadap hal-hal ghoib yang dirumuskan dalam kitab-kitab
ilmu kalam sunni melalui diskusi atau pengajian baik formal maupun non formal.
2. Pendekatan Historis
Mempelajari fakta sejarah tentang bagaimana faham aswaja ini berkembang, dikembangkan
dan dipertahankan.
3. Pendekatan kultural
Dalam pendekatan ini, nilai-nilai aswaja dikembangkan dalam sikap kemasyarakatan dengan
mengakomodir kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di masyarakat.
Mengacu pada 3 pendekatan tersebut,maka aplikasi ajaran Aswaja pada masa sekarang akan
lebih relevan, tidak semata meyakini doktrin saja tetapi juga terealisasi dalam wujud nyata.

Anda mungkin juga menyukai