Anda di halaman 1dari 10

Bab 1

A. Sejarah Timbulnya persoalan-persoalan Teologi Islam


Khilafah atau imamah (politik) merupakan persoalan yang pertama kali
menimbulkan perpecahan dari pertikaian antar umat Islam. Persoalan ini
muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Dalam menyelesaikan
hal ini, pandangan umat islam berbeda-beda. Perbedaan dalam politik ini
kemudian memunculkan beberapa firqoh-firqoh seperti khawarij, syiah,
Murjiah. Dalam sejarah, juga tidak pernah ditemukan keterangan yang
jelas, apakah Nabi Muhammad pernah menunjuk siapa yang berhak
menjadi khalifah atau pemimpin umat Islam setelah beliau wafat. Beliau
juga tidak pernah menjelaskan bagaimana system atau tata cara memilih
seorang khalifah pada saat itu. Timbulnya persoalan teologi yang
pertama ialah: timbulah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan
kafir dalam arti siapa yang telah keluar islam dan siapa yang masih
dalam islam, yang disebabkan pertempuran antara Ali dan Muawiyah
yang

merebutkan

menjadi

khalifah.

Persoalan

yang

kedua

ialah:

masihkah ia bisa dipandang orang mukmin ataukan ia sudah menjadi


kafir karena berbuat dosa besar.
Bab 2
B. Aliran Khawarij
(Arab: baca Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang
Keluar")

ialah

istilah

umum

yang

mencakup

sejumlah

aliran

dalam Islam yang awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Tholib, lalu
menolaknya.

Disebut Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka

dari dinul Islam dan pemimpin kaum muslimin. Awal keluarnya mereka
dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada Kholifatur Rosyid Ali bin Abi
Thalib ketika terjadi (musyawarah) dua utusan. Mereka berkumpul di
suatu tempat yang disebut Khouro (satu tempat di daerah Kufah).

Menurut

keyakinan

Khawarij,

semua

masalah

antara

Ali

dan

Muawiyah harus diselesaikan dengan merujuk kepada hukum-hukum


Allah

yang

tertuang

dalam

Surah

al-Maidah

Ayat

44

yang

artinya, Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan


Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir. Berdasarkan ayat ini, Ali,
Muawiyah dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir
karena mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk Al-Quran.
Dalam

aliran

Khawarij

terdapat

enam

sekte

penting,

yaitu

al-

Muhakkimah, al-Azariqah, an-Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan alIbadiyah.


Di antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah sebagai berikut :
1. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam
2.

Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab


3. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap
adil dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan
dibunuh kalau harus melakukan kezaliman.
Bab 3
C.

Aliran Syiah
Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib
dan keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw. wafat.
Sebagian menganggap Syiah lahir setelah Nabi Muhammad wafat, yaitu
pada suatu perebutan kekuasaan antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Pendapat yang paling populer tentang lahirnya golongan Syiah adalah
setelah gagalnya perundingan antara Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin
Abi Sufyan di Siffin. Perundingan ini diakhiri dengan tahkim atau arbitrasi.
Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali memberontak terhadap
kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali. Mereka itu disebut
golongan Khawarij atau orang-orang yang keluar, sedangkan sebagian

besar pasukan yang tetap setia kepada Ali disebut Syiah atau pengikut
Ali.
Beberapa sekte aliran Syiah, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.

Sekte Kaisaniyah

Kaisiniyah adalah sekte Syiah yang mempercayai Muhammad bin


Hanafiah sebagai pemimpin setelah Husein bin Ali wafat. nama
Kaisaniyah diambil dari nama seorang budak Ali yang bernama Kaisan.
2.

Sekte Zaidiah

Sekte ini mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal
Abidin sebagai pemimpin setelah Husein Bin Ali wafat. dalam Syiah
Zaidiyah,

seseorang

dapat

diangkat

sebagai

imam

apabila

memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah keturunan Fatimah binti
Muhammad saw. berpengatuhan luas tentang agama, hidupnya hanya
untuk beribadah, berjihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata, dan
berani. Selain itu sekte ini mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar
bin Khattab.
3.

Sekte Imamiyah

Sekte ini adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw.
telah menunjuk Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin atau imam sebagai
pengganti beliau dengan petunjuk yang jelas dan tegas. Oleh karena itu,
sekte ini tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Usman.
Sekte Imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan terbesar
adalah golongan Itsna Asyariyah atau Syiah Duabelas. Golongan kedua
terbesar adalah golongan Ismailiyah.
Bab 4
D. Aliran Murjiah
Aliran ini disebut Murjiah karena dalam prinsipnya mereka menunda
persoalan konflik antara Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, dan
kaum Khawarij pada hari perhitungan kelak. Oleh karena itu, mereka
tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan dan
siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang bertikai itu.

Dalam perkembangannya, aliran ini ternyata tidak dapat melepaskan diri


dari persoalan teologis yang muncul pada waktu itu. Ketika itu terjadi
perdebatan mengenai hukum orang yang berdosa besar. Kaum Murjiah
berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak dapat dikatakan
kafir selama ia tetap mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Nabi
Muhammad saw. sebagai rasul. Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah
Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah dan Abu Yusuf.
Kelompok ekstrem terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya
adalah

al-Jahamiyah,

as-Salihiyah,

al-Yunusiyah,

al-Ubaidiyah,

al-

Gailaniyah, as-Saubariyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.


Sementara itu, Abu Ala al-Maududi menyebutkan 2 doktrin pokok
ajaran Murjiah, yaitu
1. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal
atau perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman.
Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun
meninggalkan perbuatan yang difardhukan dan melakukan dosa besar.
2. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman,
setiap

maksiat

tidak

dapat

mendatangkan

mudharat

ataupun

gangguan atas seseorang untuk mendapatkan pengampunan, manusia


cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam
keadaan akidah tauhid.
Bab 5
E. Aliran Muktazilah
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij
dan aliran Murjiah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa
besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu
menjadi

murid

Hasan

al-Basri,

seorang

ulama

terkenal

di Basra,

mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan


bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara
mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir.

Aliran Mutazilah merupakan golongan yang membawa persoalanpersoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis. Dalam
pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat
nama kaum rasionalis Islam. Aliran Muktazilah mempunyai lima doktrin
yang dikenal dengan al-usul al- khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran
Muktazillah.
a.

At-Taauhid (Tauhid)

Berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep tauhid


menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut
pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b.

Ad-Adl

Pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa Tuhan wajib


berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya.
c.

Al-Wad wa al-Waid (Janji dan Ancaman).

Menurut Muktazilah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang


mukmin

ke

dalam

surga.

Begitu

juga

menempati

ancaman-Nya

mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam


neraka.
d.

Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).

Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa
besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang
mukmin, tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika
meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya.
Akan tetapi, siksanya lebih ringan daripada orang kafir.
e.

Amar Maruf Nahi Munkar


Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang
maruf dan menjauhi yang mungkar.

Bab 6
Aliran Qadariyah dan Jabariyah

Aliran Qadariyah yang menganggap bahwa manusia mempunyai qudrah


atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari
pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Allah. Dalam
sejarah perkembangan teologi Islam, tidak diketahui secara pasti kapan
aliran ini muncul.
Nama Jabariyah pada aliran Jabariyah berasal dari kata jabara yang
mengandung sarti memaksa. Menurut al-Syahrastani, Jabariyah berarti
menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan
perbuatan tersebut kepada Allah.
Bab 7
Aliran Ahlussunnah Waljamaah
Istilah ahlu sunnah dan jamaah ini timbul sebagai reaksi terhadap
paham-paham gilongan Muktazilah, yang telah dikembangkan dari tahun
100 H atau 718 M. Dengan perlahan-lahan paham Muktazilah tersebut
memberi pengaruh kuat dalam masyarakat Islam. Pengaruh ini mencapai
puncaknya pada zaman khalifah-khalifah Bani Abbas, yaitu Al-Makmun,
Al-Muktasim, dan Al-Wasiq (813 M-847 M). Pada masa Al-Makmun, yakni
tahun 827 M bahkan aliran Muktazilah diakui sebagai mazhab resmi yang
dianut negara.
Ajaran yang utama ialah paham bahwa Al-Quran tidak bersifat qadim,
tetapi baru dan diciptakan. Menurut mereka yang qadim hanyalah Allah.
Kalau ada lebih dari satu zat yang qadim, berarti kita telah
menyekutukan Allah. Menurut mereka Al-Quran adalah makhluk yang
diciptakan Allah.
BAB 8
Aliran Wahabi
Sebelum Muhammad Bin Abdul Wahab muncul, keadaan kaum muslimin
dijazirah arab sangat memprihatinkan. Baik dalam segi akidah maupun
dari segi peribadatan, sudah tidak lagi sesuai dengan ajaran islam yang
sebenarnya, bahkan kembali kepada karakter jahiliyah. Hamid
(2010/106). Setelah Abdul Wahab hadir dikalangan tersebut, beliau

mengamati keadaan dan berkeinginan untuk merubah keadaan tersebut


kembali ke islam murni.
Doktrin-doktrin wahabi
Secara umum tujuan gerakan wahabi adalah mengikis habis segala
bentuk takhayul, bidah, khurafat dan bentuk-bentuk penyimpangan
pemikiran dan praktik keagamaan umat islam yang dinilainya telah
keluar dari ajaran islam yang sebenarnya. Ada beberapa yang
didoktrinkan atau diajarkan dalam praktik gerakan ini, yaitu sebagai
berikut :
a. Semua objek peribadatan selain allah adalah palsu dan siapa saja yang
melakukannya harus menerima hukuman mati atau dibunuh.
b. Orang yang berusaha memperoleh kasih tuhannya dengan cara
mengunjungi kuburan orang-orang suci bukanlah orang orang yang
bertauhid, tetapi termasuk orang musyrik.
c. Bertawassul kepada nabi dan orang saleh dalam berdoa kepada Allah
termasuk perbuatan syirik.
BAB 9
Aliran Ahmadiyah
Mirza Ghulam Ahmad mengakui dirinya nabi dan Rosul utusan Tuhan. Dia
mengaku dirinya menerima wahyu yang turunnya di India, kemudian
wahyu-wahyu itu dikumpulkan seluruhnya, sehingga merupakan sebuah
kitab suci dan mereka beri nama kitab suci tadzkirah. Tadzkirah itu lebih
besar dari pada kitab suci Al-Quran.
Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan, dan Tahun sendiri, yaitu nama
bulan: 1.Suluh 2.Tabligh 3.Aman 4. Syahadah 5.hijrah 6. Ikhsan 7. Wafa 8.
Zuhur 9.Tabuk 10.Ikha 11.Nubuwah 12.fatah. sedang nama tahun mereka
adalah Hijri Syamsi (disingkat HS).
Ajaran mereka menganggap kita (yang bukan pengikut Ahmadiyyah) itu
kafir. Makanya, hal itulah yang bertentangan dengan akidah Islam yang
benar.

Ahmadiyah masuk di Indonesia tahun 1935, terutama di Jakarta, Jawa


Barat, Jawa Tengah, Sumatra Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB dan
lain-lain.
Aliran sesat Ahmadiyah sudah banyak dilarang secara local/daerah,
tetapi belum secara nasional. LPII dan Majlis Ulama Indonesia serta
organisasi-organisasi Islam tingkat pusat sudah mengirim surat kepada
pemerintah cq. Kejaksaan Agung RI tapi belum berhasil dan masih
memerlukan perjuangan yang lebih intensif lagi.
Hadits yang menyatakan bahwa aliran ahmadiyah bertentangan dengan
ajaran islam:
:
( )
Kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada Rasul dan Nabi
sesudahku. (HR. Tirmidzi).

BAB 10
Iman, Akal, dan Wahyu
Perbedaan yang terdapat antara aliran-aliran itu ialah perbedaan dalam
derajat

kekuatan

yang

diberikan

kepada

akal.

Kaum

mutazilah

berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat, Asyariyah


berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang lemah.
Semua aliran juga berpegang pada wahyu. Dalam hal ini perbedaan yang
terdapat antara aliran-aliran itu hanyalah perbedaan mengenai teks ayatayat al-quran dan hadits. Perbedaan inilah yang menimbulkan aliranaliran yang berlainan itu.
Pada hakikatnya semua aliran tersebut, tidaklah keluar dari islam, tetapi
tetap dalam islam. Dengan demikian tiap orang islam bebas memilih
salah satu dari aliran-aliran teologi tersebut, yaitu aliran mana yang
sesuai dengan jiwa dan pendapatnya. Hal ini tidak ubahnya pula dengan
kebebasan tiap orang islam memilih madzhab fiqih yang sesuai dengan
jiwa dan kecenderungannya. Disinilah kelihatan hikmah ucapan Nabi

Muhammad SAW Perbedaan faham di kalangan umatku membawa


rahmat.
BAB 11
Keadilan dan Qada dan Qadar Tuhan
Ada dua pokok pengertian mengenai keadilan Tuhan menurut dua aliran
pemikir Islam:
a. Keadilan menurut Asyariyah adalah keadilan raja absolute yang
memberi hukuman semaunya sendiri, tidak terikat pada suatu
kekuasaan, kecuali hanya kekuasaanya sendiri.
b. Keadilan menurut Mutazilah adalah keadilan raja konstitisional yang
kekuasaannya dibatasi oleh hukum, sekalipun hukum itu diciptakan
oleh dia sendiri. Dia memutuskan suatu hukuman sesuai dengan
hukum yang berlaku, bukan dengan wewenangnya sendiri.
Ada dua pokok pengertian Qodlo dan Qadar menurut ulama besar:
a. Pendapat Imam Abu Hasan Al- Asyari
Qadla adalah Iradah Allah yang bersifat azali yang berkaitan dengan
segala sesuatu dengan keberadaannya.
Qadar adalah penciptaan Allah akan sesuatu dengan kadar

ukuran

yang tertentu dengan qadla, zat/jenis dan sifatnya, perbuatan dan


keadaan ,waktu, tempat serta sebab-sebabnya.
b. Pendapat Abu Manshur Al-Maturidi
Qadla adalah penciptaan yang mengacu kepada pembentukan.
Qadar adalah penentuan, yakni menjadikan sesuatu dengan mudah
pada kadar yang telah ditentukan sebelum keberadaannya.
BAB 12
Sifat-sifat dan Perbuatan-perbuatan Tuhan
Sifat Tuhan Menurut Aliran :
a. Kaum Mutazilah menetapkan bahwa Tuhan tidak memiliki sifat
di luar zat-Nya, zat yang terisi sendiri dan tidak memerlukan
sifat-sifat yang terpisah.
b. Menurut Asyariyah sifat Allah itu abadi, sifat-sifat itu sama
sekali bukan zat-Nya yang sama abadinya dengan Allah, dan
sifat ini berada di luar zat-Nya.
c. Sedangkan Maturidiyah Bukhara yakni sifat- sifat Allah kekal
melalui kekekalan yang terdapat dalam esensi Tuhan itu sendiri

bukan melalui sifat-sifatnya dan mereka tidak mengakui bahwa


Tuhan itu tidak mengakui sifat jasmani, adapun ayat-ayat Alquran

yang

menggambarkan

sifat-sifat

jasmani

haruslah

ditakwil.
Perbuatan Tuhan
a. Kaum Mutazilah berpendapat Tuhan mempunyai kewajiban
terhadap seperti berbuat baik dan terbaik.
b. Kaum Asyariyah berpendapat Tuhan mempunyai kewajiban
tidak dapat diterima, karena bertentangan dengan faham
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan.
c. Kaum Maturidiyah Bukhara berpendapat

bahwa tidak adanya

kewajiban bagi Tuhan.1

1 Ringkasan di atas diperoleh dari cuplikan makalah per kelompok baik A


maupun B, serta Buku Ilmu Kalam.

10

Anda mungkin juga menyukai