Anda di halaman 1dari 11

Kelompok Syi’ah,

Khawarij dan
Murji’ah
Oleh:

Kelompok 11

Fitri Siti Nur Azizah 1202040045

Lathifah Ghina Ashri 1202040058

Mila Meilani 1202040073


Aliran Syi’ah
Syiah berasal dari Bahasa Arab (‫" )شيعة‬Syī`ah“, yang merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk
jamaknya adalah "Syiya'an". Pengikut Syiah disebut "Syī`ī" (‫)شيعي‬.

"Syiah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah "Syi`ah `Ali" ( ‫ )شيعة علي‬yang berarti "pengikut
Ali", yang berkenaan dengan turunnya Q.S. Al-Bayyinah ayat "khair al-bariyyah", saat turunnya ayat
itu Nabi Muhammad bersabda, "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung
- ya 'Ali anta wa syi'atuka hum al-faizun“.

Kata "Syiah" menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu
juga bermakna: Kaum yang berkumpul atas suatu perkara.
Adapun menurut terminologi Islam, kata ini bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu
Thalib adalah yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk
kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya.
Syiah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syiah) adalah sumber pengetahuan
terbaik tentang Qur'an dan Islam. Secara khusus, Syi'i berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu
sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah
Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Sunni. Menurut keyakinan
Syiah, Ali berkedudukan sebagai khalifah dan imam melalui washiat Nabi Muhammad.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Ahlus Sunnah menjadikan perbedaan pandangan yang
tajam antara Syiah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal
lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Syi'i berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang
lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.

Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syiah mengakui otoritas Imam Syiah (juga dikenal
dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syiah berbeda
dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
Aliran Syiah dalam sejarahnya terpecah-pecah dalam masalah Imamiyyah. Sekte terbesar adalah Dua
Belas Imam, diikuti oleh Zaidiyyah dan Ismailiyyah. Ketiga kelompok terbesar itu mengikuti garis
yang berbeda Imamiyyah, yakni:

1. Dua Belas Imam. Disebut juga Imamiyyah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas Imam) karena mereka
percaya bahwa yang berhak memimpin kaum Muslim hanyalah para Imam dari Ahlul-Bait, dan
mereka meyakini adanya dua belas Imam. Aliran ini adalah yang terbesar di dalam Syiah.
2. Zaidiyyah. Disebut juga Syiah Lima Imam karena merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain
bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah
sebelum 'Ali tidak sah.
3. Ismailiyyah. Disebut juga Syiah Tujuh Imam karena mereka meyakini tujuh Imam, dan mereka
percaya bahwa Imam ketujuh ialah Isma'il.
Aliran Khawarij
Khawarij berasal dari kata kharaja, artinya ialah keluar, dan yang dimaksudkan disini ialah mereka
yang keluar dari barisan Ali sebagai diterimanya arbitse oleh Ali. Tetapi sebagaian orang berpendapat
bahwa nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka dengan
maksud berjihad di jalan Allah. Hal ini di dasarkan pada QS An-Nisa: 100. Berdasarkan ayat tersebut,
maka kaum khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah atau kampung
halamannya untuk berjihad.

Ajaran Khawarij bermula dari masalah pandangan mereka tentang kufur. Kufur (orang-orang kafir),
berarti tidak percaya. Lawannya adalah iman (orang yang dikatakan mukmin) berarti percaya. Di
masa Rasulullah kedua kata itu termanifestasi secara tajam sekali, yakni orang yang telah percaya
kepada Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang tidak percaya
kepada Allah tersebut. Dengan kata lain, mukmin adalah orang yang telah memeluk agama Islam
sedangkan kafir adalah orang yang belum memeluk agama Islam.
Bila pada masa Rasulullah istilah kafir hanya dipakai untuk mereka yang belum memeluk Islam,
kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan memasukkan orang yang telah beragama Islam ke
dalamnya. Yakni orang Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakannya bukanlah hukum
Allah.

Secara umum, konsep mereka tentang iman bukan pembenaran dalam hati semata-mata. Pembenaran
hati (al-tasdiq bi al-qabl) menurut mereka, mestilah disempurnakan dengan menjalankan perintah
agama. Seseorang yang telah memercayai bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu
utusan Allah, tapi ia tidak melakukan kewajiban agama, berarti imannya tidak benar, maka ia akan
menjadi kafir.

Pengikut Khawarij terdiri dari suku Arab Badui yang masih sederhana cara berpikirnya. Jadi sikap
keagamaan mereka sangat ekstrem dan sulit menerima perbedaan pendapat. Mereka menganggap
orang yang berada di luar kelompoknya adalah kafir dan halal dibunuh. Sikap picik dan ekstrem ini
pula yang membuat mereka terpecah menjadi beberapa sekte.
Berbeda dengan kelompok Sunni dan Syi‟ah, mereka tidak mengakui hakhak istimewa orang atau
kelompok tertentu untuk menduduki jabatan khalifah. Khawarij tidak memandang kepala negara
sebagai orang yang sempurna. Ia adalah manusia biasa juga yang tidak luput dari kesalahan dan dosa.
Karenanya, mereka menggunakan mekanisme syura untuk mengontrol pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan. Kalau ternyata kepala negara menyimpang dari semestinya, dia dapat diberhentikan
atau dibunuh.

Tokoh-tokoh Dalam Aliran Khawarij: Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi,
Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, dan 'Abdullah bin Basyir.

Doktrin-Doktrin Khawarij :
• Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam
• Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab
• Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat
Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila melakukan kedzaliman.
• Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh Ustman dianggap menyeleweng.
Dan khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia dianggap menyeleweng.
• Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy‟ari juga dianggap menyeleweng dan telah
menjadi kafir.
• Pasukan perang jamal yang melawan Ali kafir.
• Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh dan seseorang
muslim dianggap kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lainnya yang telah dianggap kafir.
• Setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
• Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng.
• Orang yang baik harus masuk surga dan orang yang jahat masuk ke neraka.
• Qur‟an adalah makhluk
• Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan
Aliran Murji’ah
Aliran Murji'ah adalah golongan yang terdapat dalam Islam yang muncul dari golongan yang tak
sepaham dengan Khawarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khawarij
Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:

1. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati.


2. Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak dihukum kafir.

Murji'ah pada awalnya muncul disebabkan persoalan-persoalan politik terutama masalah Khilafah
yaitu siapa yang paling berhak mengganti posisi Utsman Bin Affan sebagai Khalifah setelah beliau
terbunuh. Persoalan Khilafah ini telah menyebabkan timbulnya pertentangan dan perpecahan dalam
Islam. Golongan yang bertentangan itu diantaranya Khawarij yang pada mulanya merupakan
pendukung Ali Bin Abi Thalib, tetapi kemudian jadi memusuhi Ali Bin Abi Thalib dikarenakan
menurut kaum Khawarij bahwa Ali Bin Abi Thalib telah melakukan kesalahan yang teramat fatal.
Adapun kaum Murji'ah terbagi menjadi dua golongan yaitu;

• Murji'ah Moderat berpendapat bahwasanya orang yang melakukan dosa besar bukanlah kafir dan
tidak kekal di neraka melainkan akan dihukum di neraka sesuai dengan besarnya dosa yang telah
dilakukan.
• Murji'ah Ekstrem berpendapat setiap muslim yang beriman kepada Allah dan kemudian
menyatakan kekufuran secara lisan dia tidak dikatakan kafir, karena iman dan kafir tempatnya
didalam hati bukan pada bagian lain dari tubuh manusia, sekalipun seseorang itu menyembah
berhala bagi Allah orang itu tetap seorang yang sempurna keimanannya.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai