Anda di halaman 1dari 13

ALIRAN KHAWARIJ

Oleh
NAMA : Anggie Kurniati
NIM : 2020010415
NAMA : Salamiah
NIM : 2020010433

MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MATA KULIAH ILMU KALAM


DOSEN PEMBIMBING : Sabaruddin S.,S.Pd.I.,M.Sos

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH HAMZAH FANSURI


KOTA SUBULUSSALAM
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khawarij dalam terminology ilmu kalam merupakan suatu sekte atau
kelompok atau aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan
barisan karena ketidak sepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase
(Tahkim). Munculnya aliran khawarij dilatar belakangi dari keputusan Ali bin Abi
Thalib yang menerima ajakan kelompok bughat (pemberontak) untuk
menghentikan peperangan dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M.
Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada di
pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah dibai’at
mayoritas umat islam, sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena
memberontak khalifah yang sah. Kelompok khawarij merasa sangat kecewa
ketika Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah dan mengangkat Muawiyah
menjadi khalifah pengganti Ali. Pada saat itu juga orang-orang khawarij keluar
dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Itulah sebabnya khawarij disebut
juga dengan nama Hururiah, kadang-kadang mereka disebut dengan syurah dan
Al-Mariqah. Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di Hurura, dan
kelompok khawarij melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan Ali.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran khawarij ?
2. Bagaimanakah proses terjadinya perkembangan aliran khawarij ?
3. Apa pokok-pokok ajaran aliran khawarij ?
4. Apa kelebihan dan kelemahan aliran khawarij ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian aliran khawarij.
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan aliran khawarij.
3. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran aliran khawarij.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan aliran khawari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ALIRAN KHAWARIJ


Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Ini yang mendasari
Syahrastani untuk menyebut khawarij tehadap orang yang memberontak imam
yang sah. Berdasarkan pengertian etimonologi ini pula, khawarij berarti setiap
muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.[1]
Ada pendapat yang mengatakan bahwa pemberian nama itu didasarkan
atas ayat 100 dari Surat Al-Nisa’,yang didalamnya disebutkan:”keluar dari rumah
lari kepada Allah dan Rasul-Nya’’.Dengan demikian kaum khawarij memandang
diri mereka sebagaiorang yang meniggalkan rumah dari kampong halamannya
untuk mengabdikan diri kepada Allah Dan Rasul –Nya. [2]
Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah
suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang
menerima arbitrase (tahkim). Dalam perang Siffin pada tahun 37 H/648 M,
dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal
persengkataan khalifah. Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan
pasukannya berada di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang
telah dibai’at mayoritas umat islam, sementara Muawiyah berada di pihak yang
salah karena memberontak khalifah yang sah. Lagi pula berdasarkan estimasi
khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi
karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah, kemenangan yang
hampir diraih itu menjadi raib.
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok
Muawiyah sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan itu. Namun, karena
desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra seperti Al-Asy’ats bin Qais,

1.Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hal 49
2. Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2002, hal. 13

3
Mas’ud bin fudaki At-Tamimi, dan zaid bin Husein Ath-Tha’i. dengan sangat
terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukannya) untuk
menghentikan peperangan.
Setelah menerima ajakan damai.Ali bermaksud mengirimkan Abdullah
bin Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam)nya, tetapi orang-orang khawarij
menolaknya. Mereka beralasan bahwa Abdullah bin Abbas berasal dari kelompok
Ali sendiri. Kemudian mereka mengusulkan agar Ali mengrim Abu Musa Al-
Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah.
Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh
utusannya, dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat
mengecewakan orang–orang khawarij. Mereka membelot dengan mengatakan,
’’Mengapa kalian berhukum kepada manusia. Tidak ada hukum selain hukum
yang ada di sisi Allah.” Imam Ali menjawab. ”Itu adalah ungkapan yang benar,
tetapi mereka artikan dengan keliru.” Pada saat itu juga orang-orang khawarij
keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Itulah sebabnya khawarij
disebut juga dengan nama Hururiah. Kadang-kadang mereka disebut dengan
syurah dan Al-Mariqah.
Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di Harura. Di Harura
kelompok khawarij melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan juga Ali.
Mereka mengangkat seorang pimpinan yang bernama Abdullah bin Shahab Ar-
Rasyibi.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN TOKOH-TOKOH ALIRAN


KHAWARIJ
Sebagaimana telah dikemukakan, khawarij telah menjadikan imamah-
khalifah [politik] sebagai doktrin sentral yang memicau timbulnya doktrin-doktrin
teologis lainnya. Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan kelompok
khawarij menyebabkan mereka sangat rentan pada perpecahan, baik secara
internal kaum khawarij sendiri, maupun secara eksternal dengan sesama
kelompok islam lainnya.

4
Para pengamat berbeda pendapat tentang jumlah sekte yang terbentuk
akibat perpecahan yang terjadi dalam tubuh Khawarij.Al-Bagdadi mengatakan
bahwa sekte ini telah terpecah menjadi 18 subsekte. Adapun, Al-Asfarayani,
seperti dikutip Bagdadi, mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22
subsekte.
Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, tokoh-tokoh yang
disebutkan di atas sepakat bahwa subsekte Khawarij yang besar terdiri dari
delapan macam, yaitu:
1. Al-Muhakkimah
2. AL-Azriqah
3. An-Nadjah
4. Al-Baihasiyah
5. Al- Ajaridah
6. As-Saalabiyah
7. Al-Abadiyah
8. As-Sufriyah
Semua sub sekte itu membicarakan persoalan hukum bagi orang yang
berbuat dosa besar, apakah ia masih dianggap mukmin atau telah menjadi kafir.
Tampaknya, doktrin teologi ini tetap menjadi primadona dalam pemikiran mereka,
sedangkan doktrin-doktrin lain hanya pelengkap saja. Sayangnya, pemikiran
subsekte ini lebih bersifat praktis daripada teoretis, sehingga criteria mukmin atau
kafirnya seseorang menjadi tidak jelas. Hal ini menyebabkan-dalam kondisi
tertentu-seseorang dapat disebut mukmin dan pada waktu yang bersamaan disebut
sebagai kafir.
Tindakan kelompok Khawarij ini merisaukan hati umat Islam saat itu,
sebab dengan cap kafir yang diberikan salah satu subsekte tertentu Khawarij,
jiwa seseorang harus melayang, meskipun oleh subsekte lain ia masih dikategori
mukmin. Bahkan, dikatakan bahwa jiwa seorang yahudi atau majusi masih
lebih berharga dibandingkan dengan jiwa seorang mukmin.Dengan demikian
khawrij yng agak lunak yaitu Sakte Nadjiyah dan Ibadiyah. Keduanya
membedakan antara fakir nikmat dan fakir agama. Kafir nikmat hanya melakukan

5
dosa dan tidak berterima kasih kepada allah. Orang semacam itu tidak perlu
dikucilkan dari masyarakat. Semua aliran yang bersifat radikal. Pada
perkembangan lebih lanjut, dikategorikan sebagai aliran khawarij, selama
didalamnya terdapat indikasi doktrin yang indentik dengan aliran ini. Berkenaan
dengan persoalan ini Harun Nasuion mengidentifikasi beberapa indikasi aliran
yang dapat dikategorikan sebagai aliran khawarij, yaitu:
a. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka walaupun
orang itu adalah penganut agama islam.
b. Islam yang benar adalah islam yang mereka fahami dan amalkan, sedangkan
islam sebagaimana yang difahami dan diamalkan golongan lain tidak benar,
c. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke
islam yang sebenarnya, yaitu islam seperti yang mereka pahami dan amalkan.
d. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sefaham dengan mereka adalah
sesat, maka mereka memilih iman dari golongan mereka sendiri, yakni imam
dalam arti pemuka agama dan pemuka pemerintahan,
e. Mereka bersifat fanatik dalam faham dan tidak segan-segan menggunakan
kekerasan dan membunuh unuk mencapai tujuan mereka.

Sifat –sifat khawarij lainnya yaitu sebagai berikut;


a. Mencela dan menyesatkan,
b. Buruk sangka,
c. Berlebih-lebihan dalam beribadah,
d. Keras terhadap sesama muslim dan memudahkan yang lainnya,
c. Sedikit pengalamannya
Hal ini digambarkan dalam hadits bahwa orang-orang yang khawarij umurnya
masih muda-muda yang hanya mempunyanyi bekal semangat.[3]

C. POKOK-POKOK AJARAN ALIRAN KHAWARIJ


Di antara pokok-pokok ajaran aliran khawarij adalah berikut ini:
a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam,

3. Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hal. 53-56

6
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap
orang muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat,
c. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau
melakukan kezaliman,
d. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Ustman) adalah sah, tetapi
setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap telah
menyeleweng,
e. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia dianggap
telah menyeleweng,
f. Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir,
g. Pasukan perang Jamal yang melawan Ali juga kafir,
h. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus
dibunuh. Yang sangat anarkis (kacau) lagi, mereka menganggap bahwa
seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh
muslim lain yang telah dianggap kafir dengan risiko ia menanggung beban
harus dilenyapkan pula,
i. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila
tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al-
harb (negara musuh), sedang golongan mereka sendiri dianggap berada
dalam dar al-islam (negara islam),
j. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,
k. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan
orang yang jahat harus masuk ke dalam neraka),
l. Amar ma’ruf nahi munkar,
m. Memalingkan ayat-ayat Al-Quran yang tampak mutasabihat (samar),
n. Quran adalah makhluk,
o. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
Bila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum
khawarij dapat dikategorikan dalam tiga kategori: politik, teologi dan sosial. Dari

7
poin a sampai dengan poin g dikategorikan sebagai doktrin politik sebab
membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya
tentang kepala Negara (Khilafah).
Melihat pengertian politik secara praktis-yakni kemahiran bernegara,
atau kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan,
atau kemahiran mengenai latar belakang, motivasi dan hasrat mengapa manusia
ingin memperoleh kekuasaan-Khawarij dapat dikatakan sebagai sebuah partai
politik. Politik juga ternyata merupakan dokrin Khawarij yang timbul sebagai
reaksi terhadap keberadaan Muawiyah yang secara teoretis tidak pantas
memimpin negara, karena ia seorang tulaqa. Kebencian ini bertambah dengan
kenyataan bahwa keislaman Muawiyah belum lama.
Mereka menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak pantas. Jalan
pintas yang ditempuhnya adalah membunuhnya, termasuk orang yang
mengusahakannya menjadi khalifah. Dikumandangkanlah sikap bergerilya untuk
membunuh mereka. Dibuat pulalah doktrin teologi tentang dosa besar
sebagaimana tertera pada poin h dan k. Akibat doktrinnya yang menentang
pemerintah. Khawarij harus menanggung akibatnya. Mereka selalu dikejar-kejar
dan ditumpas oleh pemerintah. Kemudian perkembangannya, sebagaimana
dituturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-
sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan Arabia Selatan.[4]
Kaum khawarij mempunyai sikap yang berlebih-lebihan, sehingga mereka
mengafirkan siapa saja yang berdiri di luar golongan mereka.Di samping
itu,mereka menuntut sekeras-kerasnya, supaya pemerintah dibentuk secara publik.
Yang menentang pendirian ini pun mereka anggap kafir pula.Lama juga usaha
mereka ini baru dapat dilumpuhkan, yaitu sehingga berkobarnya api peperangan
yang banyak sekali menelan korban kaum muslimin. Akhirya mereka lari kocar-
kacir, bertebaran di pinggir-pinggir negeri Islam. Namun begitu, mereka tidak
jera-jeranya menimbulkan huru-hara. Sisa-sisa mereka hingga sekarang masih
terdapat di tepi-tepi negeri Afrika dan di pinggir-pinggir jazirah Arab.[5]

4. Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hal 49-56
5. Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Bulan Bintang, 1963 hal. 9

8
Doktrin teologi Khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas
langsung dari doktrin sentralnya, yakni doktrin politik. Radikalitas itu sangat
dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal-usul mereka
yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu
menyebabkan watak watak dan pola pikirnya menjadi keras, berani, tidak
bergantung pada orang lain, dan bebas. Namun, mereka fanatik dalam
menjalankan agama. Sifat fanatic itu biasanya mendorong seseorang berpikir
simplisitis; berpengetahuan sederhana; melihat pesan berdasar motivasi pribadi,
dan bukan berdasarkan pada data dan konsistensi logis; bersabdar lebih banyak
pada sumber pesan (wadah) daripada isi pesan; mencari informasi tentang
kepercayaannya; dan menolak, mengabaikan, dan mendistorsi pesan yang tidak
konsisten dengan system kepercayaannya.
Orang-orang yang mempunyai prinsip Khawarij ini sering menggunakan
cara kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa
kekerasan pernah memegang peranan penting.
Adapun doktrin-doktrin selanjutnya yakni dari poin j sampai o, dapat
dikategorikan sebagai doktrin teologis sosial. Doktrin ini memperlihatkan
kesalehan asli kelompok Khawarij sehingga sebagian pengamat menganggap
doktrin ini lebih mirip dengan doktrin Mu’tazilah, meskipun kebenaran adanya
doktrin ini dalam wacana kelompok Khawarij patut dikaji lebih mendalam. Dapat
diasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama,
sebagaimana dilakukan kelompok Khawarij, cenderung berwatak
tekstualis/skripturalis sehingga menjadi fundamentalias. Kesan skripturalis dan
fundamentalias itu tidak Nampak pada doktrin-doktrin khawarij pada poin j
sampai o. Namun, bila doktrin teologis-sosial ini benar-benar merupakan doktrin
Khawarij, dapat diprediksikan bahwa kelompok Khawarij pada dasarnya
merupakan orang-orang baik. Hanya saja, keberadaan mereka sebagai kelompok
minoritas penganut garis keras, yang aspirasinya dikucilkan dan diabaikan
penguasa, ditambah oleh pola pikirnya yang simplistis, telah menjadikan mereka
bersikap ekstrim.

9
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ALIRAN KHAWARIJ

1. Kelebihan

a. Pembelaan terhadap situasi negara dan didasarkan dalam al-qur’an.


b. Berfikir selalu komunalistik tidak individualistik.
c. Tidak pernah mengikuti adanya kharisma khusus kepada pemimpin.

2. Kelemahan

a. Keras kepala dan memudahkan dalam hal ibadah dan yang lainnya.

b. Pelaku dosa besar adalah kafir.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Khawarij adalah aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang
keluar meninggalkan barisan karena ketidak sepakatan terhadap Ali yang
meneriam paham tahkim. Khawarij terdiri dari delapan golongan, yaitu:

a. Al-Muhakkimah
b. Al-azariqah
c. Al-nadjat
d, Al-Baihasiyah
e. Al-Ajaridah
f. As-Saalabiyah
g. Al-ibadiyah
h. Al-sufriyah

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Abdul Rozak,.. M.Ag, Drs Rosihon Anwar, M.Ag, ilmu kalam, Pustaka setia.
Bandung,,2007

Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Bulan Bintang, 1963

Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2002,

12
13

Anda mungkin juga menyukai