Anda di halaman 1dari 17

PEMIKIRAN TEOLOGI AWAL ISLAM

( KHAWARIJ & MURJI’AH )

Disusun oleh :

1. MITHA FARIHATUL WARDANIA (19620007)


2. ANISA SAFARI PUTRI (19620045)
FIRQOH KHAWARIJ
Sejarah Timbulnya

Awal mula kaum Khawarij adalah orang orang yang mendukung Sayyidina
Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi akhirnya mereka membencinya karena
dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim
yang sangat mengecewakan sebagaimana mereka juga membenci
Mu’awiyah karena melawan Sayyidina Ali yang sah.

Khawarij adalah berasal dari kata kerja “Kharaja” (telah keluar) dan
mereka disebut Khawarij karena mereka telah keluar dari golongan Ali ra,.
Padahal mereka adalah sebagian dari pengikutnya. Mereka sendiri
menyebutkan diri mereka dengan “syurah” (pembeli), yang berarti mereka
membeli kehidupan akhirat dengan kehidupan duniawi.
Dalam pertempuran Shiffin, Ali ra. hampir saja mendapat kemenangan .
Akan tetapi, Muawiyah setelah merasa dirinya mengalami kakalahan ia
lantas mengadakan medan siasat dan tipu daya. Muawiyah didampingi
oleh ahli siasat arab yang lihai yaitu Amru Ibnul ‘Ash .

Ali merasa bahwa itu hanyalah tipu muslihat musuh. Akan tetapi,
sayangnya pedang-pedang tentaranya sudah tumpul, karena itu banyak
diantara mereka yang mundur dan terus mengabulkan keinginan musuh.
Ali berusaha mengajak mereka melanjutkan pertempuran hingga berhasil
mendapat kemenangan . Mereka yang membangkang terhadap Ali berada
dibawah pimpinan Al- Asy’ats Ibnu Qais Al-Kindi yang berkata untuk
mengajak kepada kitab Allah tetapi justru mengajak untuk menggunakan
pedang.
Ali ra mengirim utusan kepada AL-Asytar memintanya datang tetapi
Asytar menolak. Setalah mengetahui jawaban Asytar mereka menuduh Ali
yang telah menghasut al-Asytar untuk meneruskan pertempuran.
Demikian al-Asy’ats dkk berhasil mendapatkan keinginannya, tetapi ini
merupakan permulaan perpecahan dan peperangan yang sangat kejam,
sebab Asytar dan pengikutnya dianggap sebagai penghianat,

Dengan demikian mulailah babak baru tentang perselisihan yang terjadi


dikalangan tentara Ali. Orang-orang Syam sepakat untuk memlih Amru
Ibnu ’Ash yang merupakan ahli siasat arab yang sudah terkenal. Kerana
terjadi perselisihan dengan Muawiyah akhirnya sebagian besar pengikut
Ali mengajukan Abu Musa al-Asy’ari. Kedua pihak menetapkan Daumatul
Jandal sebagai tempat perdamaian dengan ketentuan bahwa tahkim
tersebut akan dilaksanakan di bulan Ramadhan.
Ajaran-ajaran pokok firqoh Khawarij

Ajaran –ajaran pokok firqoh Khawarij adalah khilafah, dosa, dan iman.
Mereka menghendaki kedudukan khalifah dipilih secara demokrasi
melalui pemilihan bebas. Menurut Sunny, khalifah haruslah seorang
penguasa yang bebas tanpa kekurangan-kekurangan pribadi, berwatak
baik, mempunyai kesanggupan untuk mengurus soal-soal negara dan
memimpin jamaah waktu sholat.

Dosa yang ada hanyalah dosa besar saja, tidak ada pembagian dosa
besar dan dosa kecil. Pendapat Khawarij ini berbeda dengan pendapat
paham Sunny yang membagi dosa menjadi dua. Dosa kecil disebut
sayyi’at sedangkan dosa besar disebut khabair yang banyak diterangkan
dalam al-qur’an danhadis mengenai ancaman-ancamannya.

Latar belakang Khawarij membagi dosa menjadi satu macam agar orang
islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat diperangi dan
dapat dirampas harta bendanya. Dengan berdalih mereka berdosa, dan
setiap yang berdosa adalah kafir.
Menurut paham Sunni, unsur iman adalah membenarkan dalam hati (at-
tashdiq bil qolbi) dan pengakuan dengan ucapan lisan (al-iqrar bil lisan).
Sejak orang menyatakan pengakuannya dengan membaca syahadat, maka
orang itu sudah menjadi muslim dan berlaku baginya hukum islam.
Mengenai amal ibadah , mengenai sholat, puasa, zakat dll adalah merupakan
kesempurnaan iman.

Perkembangan Firqoh Khawarij

Ciri khusus orang-orang khawarij meempunyai pandangan yang radikal


dan ektrem, kecuali aliran al-ibadiyah yang pendapatnya agak moderat.
Adapaun aliran khawarij yang radikal, antara lain aliran al-’ajaridah ;
mereka berpendapat :
1. Tidak mengakui surat yusuf sebagai ayat al-quran
2. Tidak menghalalkan harta bendanya kecuali pemiliknya dibunuh.
3. Menghalalkan menikahi cucu perempuannya sendiri dan cucu
kemenakannya. Karena yang dilarang dalam al-quran adalah menikahi
anak perempuannya sendiri atau menikahi kemenakan perempuan.
Menurut ahli sejarah jumlah kelompok kaum khawarij terpecah belah
menjadi 20 golongan. Tetapi, yang terkenal diantaranya 6 golongan besar,
diantaranya :

1. Al-Muhakkimah
Merupakan golongan khawarij asli dan terdiri dari pengikut Ali. Bagi
kedua pengatara Amr Ibn al-Ash dan Abu Musa al-Asy’ari dan semua
orang yang menyetujui arbitrase bersalah dan menjadi kafir. Selanjutnya,
huku kafir ini mereka luaskan, artinya termasuk kedalamnya tiap orang
yang berbuat dosa besar.

2. Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah
golongan al-muhakkimah hancur adalah golongan al-azariqah. Daerah
kekuasan ini terletak doperbatasan antara Irak dan Iran. Nama ini diambil
dari Nafi’ Ibn al-Azraq. Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’
sendiri dan kepadanya diberi gelar Amir al-Mu’minin. Kaum ini sikapnya
lebih radikal dari al-Muhakkimah, mereka tidak lagi memakai sisi kafir
tetapi musyrik/polytheis.
3. Al-Najdat
Najdah Ibn Amir al-Hanafi pada mulanya ingin bergabung dengan
golongan al-azariqah. Tetapi, dalam golongan yang tersebut akhir ini
timbul perpecahan. Sebgian dari pngikut Nafi’ Ibn al-Azraq, tidak dapat
menyetujui paham bahwa orang Azraqi yang tak mau berhijrah kdalam
lingkungan al-Azariqah adalah musyrik. Dalam kalangan al-Khawarij
golongan inilah kelihatannya yang pertama membawa paham Taqiiah,
yaitu merahasiakan dan tidak menyatakan keyakinan untuk keamanan
diri seseorang.

4. Al-Ajaridah
Kaum al-Ajaridah bersifat lebih lunak karena menurut paham mereka
berhijrah bukanlah kewajiban sebgaiamana diajarkan oleh Nafi’ Ibn al-
Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Dengan demikian
kaum ajaridah boleh tinggal diluar daerah dan tidak dianggap kafir. Kaum
al-ajaridah mempunyai paham puritanisme. Sebagai golongan khawraij
lain. Folongan al-jaridah terpecah belah menjadi golongan kecil,
diantaranya : Maimuniah, al-Hamziah, dan golongan al-Syu’aibiah
5. Al-Sufriah
Pemimpin golongan ini adalah Ziad Ibn al-Asfar, dalam paham ini mereka
dekat dengan golongan al-azariqah dan oleh karena itu juga merupakan
golongan yang ekstrim. Tetapi hal yang membuat mereka kurang ekstrim
antara lain : Pendapat bhawa orang sufriah yang tidak berhijarh tidak
dipandang kafir, mereka tidak berpendapat anak-anak kaum musyrik
boleh dibunuh, dan tidak semua mereka berpendapat bahwa orang yang
berbuat dosa besar menjadi musyrik.

6. Al-Ibadiyah
Golongan ini adalah golongan yang paling moderat dari semua golongan
khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad pada tahun 686 M,
tetapi memisahkan diri dari golongan al-azariqah. Paham moderat
golongan ini dilihat dari ajarannya antara lain : Orang islam yang tak
sepaham dengan mereka bukanlah mukmin ataupun musyrik tetapi kafir,
orang islam yang ebrbuat dosa besar adalah muwahhid yang
mengesakan Tuhan tetapi bukan mukim dan bukan kafir al-millah, yaitu
kafir agama, harta yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan
senjata. Emas dan perak harus dikembalikan kepada pemiliknya.
FIRQOH MURJI’AH

Sejarah Timbulnya

Munculnya firqoh murji’ah adalah dengan latar belakang politik.


Sewaktu pusat pemerintahan islam pindah ke Damaskus maka mulai
tampak kurang taatnya beragama kalangan bani umayyah, berbeda dengan
khulafaur rasyidin. Dipandang dari sisi politik, pendapat golongan murji’ah
memang menguntungkan penguasa bani umayyah. Sebab dengan demikian
berarti membendung kemungkinan terjadinya pemberontakan terhadap
abni umayyah.
Sekalipun khaliffah dan pembantu-pembatunya itu kejam mereka tetap
muslim. Pendapat ini berbeda dengan pendirian golongan khawarij yang
mengatakan bahwa berbuat dzalim, berdosa besar itu adalh kafir.
Pemimpin murji’ah ini adalah Hasan bin Bilal al-Muzni, Abu Salat as-
samman, Tsauban Dliror bin Umar. Penyair murji’ah yang terkenal pada
pemerintahan bani umayyah yang mengarang syair kepercayaan kaum
murji’ah ialah Tsabit bin Quthanah.
Ajarannya dan Perkembangannya

Apabila yang menjadi asas golongan mu’tazilah ialah “ushulul khamsah”


dan golongan syiah yang berasas tentang “imamah”, maka golongan murji’ah
berasas tentang batasan pengertian “iman”. Menurut ahlus sunnah iman
terdiri dari tiga unsur, yaitu membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan
lisan dan menyertainya dengan amal perbuatan.

Mengenai orang yang lalai dalam kewajiban atau dia melakukan dosa
besar, maka sebagian dari tokoh-tokoh murjiah berpendapat ; tiadalah
mungkin menentukan hukum bagi orang itu di dunia ini; hal itu haruslah
ditangguhkan (diserahkan saja) kepada tuhan untuk menentukannya dihari
kiamat. Dari sini, timbullah istilah “murjiah” yaitu berasal dari kata “irja’”
yang berarti “menangguhkan”.
Masalah iman ini menimbulkan beberapa masalah. Seperti apakah
iman itu dapat bertambah atau tidak. Karena golongan murji’ah
berpendirian bahwa iman itu membenarkan dalam hati saja atau
membenarkan dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan. Maka
kebanyakan mereka mengatakan iman itu tidak bertambah dan tidak
berkurang sebab membenarkan dengan hati itu tidak diucapkan, dan
mengikrarkan dengan lisan itu adakalanya benar dan tidak. Maka iman
tidak dapat bertambah dan berkurang.

Golongan murji’ah dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan


moderat dan golongan ekstrem. Golongan moderat berpendapat bahwa
orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir dan tidak kekal dalam
neraka, tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa
yang dilakukannya dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan
mengampuni dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka
sama sekali. Dalam golongan murji’ah ini termasuk Al- hasan ibn
Muhammad ibn Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa
ahli hadits. Jadi bagi golongan ini orang islam yang berdosa besar masih
tetap mukmin.
Golongan ekstrem yang dimaksud adalah Al-Jamiah, pengikut-pengikut
Jahm ibn Shofwan. Menurut golongan ini orang islam yang percaya kepada
tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi
kafir, karena iman dan kufur tempatnya dalah dalam hati, bukan dalam
bagian lain dari tubuh manusia. Bahkan orang demikian juga tidak menjadi
kafir sungguhpun dia menyembah berhala, menjalankan ajaran-ajaran agama
yahudi atau agama kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya
pada trinity, dan kemudian mati. Orang yang demikian bagi Allah tetap
merupakan mukmin yang sempurna.

Bagi al-salihiah, pengikut Abu al-hasan al-sahili, iman adalah mengetahui


tuhan dan kufr adalah tidak tahu pada tuhan. Dalam pengertian mereka
sembahyang, zakat,puasa,haji hanya menggambarkan kepatuhan dan tidak
merupakan ibadah kepada Allah, karena yang disebut ibadah adalah iman
kepadanya dalam arti mengetahui tuhan. Yang disebut ibadah hanyalah iman.
Golongan al-yunusiah mengambil kesimpulan bahwa melakukan maksiat atau
pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang.
Golongan al-ubaidiyah berpendapat demikian pula, tegasnya jika seseorang
mati dalam iman, dosa dan pekerjaan jahat yang dikerjakannya tidak
merugikan bagi yang bersangkutan. Muqatil ibn Sulaiman mengatakan
bahwa Perbuatan jahat banyak atau sedikitnya tidak merusakkan iman
seseorang, dan sebaliknya pula perbuatan baik tidak akan mengubah
kedudukan seorang musyrik atau politheis.

Pendapat ekstrem tersebut timbul dari pnegertian bahwa perbuatan atau


amal tidaklah sepenting iman, yang kemudian meningkat pada pengertian
bahwa hanya imanlah yang penting dan yang menetukan mukmin atau tidak
mukminnya seseorang ; perbuatan-perbuatan tidak mempunyai pengaruh
dalam hal ini. Oleh karena itu, ucapan dan perbuatan seseorang tidak mesti
mengandung arti bahwa ia tidak mempunyai iman. Yang penting ialah iaman
yang didalam hati.
Menurut al-Asy’ari iman adalah pengakuan dalam hati tentang keesaan
Tuhan dan kebenran Rasul. Orang yang berdosa besar jika meninggalkan
dunia tanpa taubat, nasibnya terletak ditangan Tuhan. Ada kemungkinan
Tuhan akan mengampuni dosanya, tetapi adapula kemungkinan Tuhan
tidak akan mengampuni dosanya dan akan menyiksanya sesuai dengan
dosa-dosa yang dibuatnya dan kemudian baru ia dimasukkan kedalam
surga, karena ia tak mungkin kekal tinggal dalam neraka..

Menurut al-Maturidiah iman adalah kepercayaan dalam hati yang


dinyatakan dengan lisan. Orang yang berdosa besar tidak akan kekal dalam
neraka sungguhpun ia meninggal dunia sebelum sempat bertaubat dari
dosa- dosanya. Nasibnya di akhirat terletak pada kehendak Allah ; orang
yang demikian mungkin memperoleh ampunan dan masuk surga, mungkin
pula dosanya tidak diampuni, dan oleh karena itu dimasukkan kedalam
neraka sesuai dengan kehendak Allah, dan kemudia baru dimasukkan
kedalam surga.
Dengan demikian pendapat-pendapat yang diterangkan oleh pemuka-
pemuka ahli sunnah pada dasarnya sama dengan pendapat yang
dikemukakan oleh kaum murji’ah moderat. Hal ini diakui sendiri oleh al-
Bazdawi ketika ia mnegatakan, “kaum mur’jiah pada umunya sependapat
dengan ahli sunnah wal jamaah

Sebagai keseimpulan, dikemukakan bahwa golongan murji’ah moderat,


sebagai golongan yang berdiri sendiri telah hilang dalam sejarah dan ajaran
mereka mengenai iman, kufr, dan dosa besar masuk dalam aliran ahlu
sunnah wal jamaah. Sedangkan golongan murji’ah ekstrem juga telh hilang
sebgai aliran yang berdiri sendiri tetapi dalam praktek masih terdapat
sebagian umat islam yang menjalakankan ajaran-ajaran ekstrem itu,
mungkin dengan tidak sadar bhawa mereka sebenrnya dalam hal ini
mengikuti ajaran-ajaran golongan murji’ah ekstrem.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai