Disusun oleh :
Awal mula kaum Khawarij adalah orang orang yang mendukung Sayyidina
Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi akhirnya mereka membencinya karena
dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim
yang sangat mengecewakan sebagaimana mereka juga membenci
Mu’awiyah karena melawan Sayyidina Ali yang sah.
Khawarij adalah berasal dari kata kerja “Kharaja” (telah keluar) dan
mereka disebut Khawarij karena mereka telah keluar dari golongan Ali ra,.
Padahal mereka adalah sebagian dari pengikutnya. Mereka sendiri
menyebutkan diri mereka dengan “syurah” (pembeli), yang berarti mereka
membeli kehidupan akhirat dengan kehidupan duniawi.
Dalam pertempuran Shiffin, Ali ra. hampir saja mendapat kemenangan .
Akan tetapi, Muawiyah setelah merasa dirinya mengalami kakalahan ia
lantas mengadakan medan siasat dan tipu daya. Muawiyah didampingi
oleh ahli siasat arab yang lihai yaitu Amru Ibnul ‘Ash .
Ali merasa bahwa itu hanyalah tipu muslihat musuh. Akan tetapi,
sayangnya pedang-pedang tentaranya sudah tumpul, karena itu banyak
diantara mereka yang mundur dan terus mengabulkan keinginan musuh.
Ali berusaha mengajak mereka melanjutkan pertempuran hingga berhasil
mendapat kemenangan . Mereka yang membangkang terhadap Ali berada
dibawah pimpinan Al- Asy’ats Ibnu Qais Al-Kindi yang berkata untuk
mengajak kepada kitab Allah tetapi justru mengajak untuk menggunakan
pedang.
Ali ra mengirim utusan kepada AL-Asytar memintanya datang tetapi
Asytar menolak. Setalah mengetahui jawaban Asytar mereka menuduh Ali
yang telah menghasut al-Asytar untuk meneruskan pertempuran.
Demikian al-Asy’ats dkk berhasil mendapatkan keinginannya, tetapi ini
merupakan permulaan perpecahan dan peperangan yang sangat kejam,
sebab Asytar dan pengikutnya dianggap sebagai penghianat,
Ajaran –ajaran pokok firqoh Khawarij adalah khilafah, dosa, dan iman.
Mereka menghendaki kedudukan khalifah dipilih secara demokrasi
melalui pemilihan bebas. Menurut Sunny, khalifah haruslah seorang
penguasa yang bebas tanpa kekurangan-kekurangan pribadi, berwatak
baik, mempunyai kesanggupan untuk mengurus soal-soal negara dan
memimpin jamaah waktu sholat.
Dosa yang ada hanyalah dosa besar saja, tidak ada pembagian dosa
besar dan dosa kecil. Pendapat Khawarij ini berbeda dengan pendapat
paham Sunny yang membagi dosa menjadi dua. Dosa kecil disebut
sayyi’at sedangkan dosa besar disebut khabair yang banyak diterangkan
dalam al-qur’an danhadis mengenai ancaman-ancamannya.
Latar belakang Khawarij membagi dosa menjadi satu macam agar orang
islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat diperangi dan
dapat dirampas harta bendanya. Dengan berdalih mereka berdosa, dan
setiap yang berdosa adalah kafir.
Menurut paham Sunni, unsur iman adalah membenarkan dalam hati (at-
tashdiq bil qolbi) dan pengakuan dengan ucapan lisan (al-iqrar bil lisan).
Sejak orang menyatakan pengakuannya dengan membaca syahadat, maka
orang itu sudah menjadi muslim dan berlaku baginya hukum islam.
Mengenai amal ibadah , mengenai sholat, puasa, zakat dll adalah merupakan
kesempurnaan iman.
1. Al-Muhakkimah
Merupakan golongan khawarij asli dan terdiri dari pengikut Ali. Bagi
kedua pengatara Amr Ibn al-Ash dan Abu Musa al-Asy’ari dan semua
orang yang menyetujui arbitrase bersalah dan menjadi kafir. Selanjutnya,
huku kafir ini mereka luaskan, artinya termasuk kedalamnya tiap orang
yang berbuat dosa besar.
2. Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah
golongan al-muhakkimah hancur adalah golongan al-azariqah. Daerah
kekuasan ini terletak doperbatasan antara Irak dan Iran. Nama ini diambil
dari Nafi’ Ibn al-Azraq. Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’
sendiri dan kepadanya diberi gelar Amir al-Mu’minin. Kaum ini sikapnya
lebih radikal dari al-Muhakkimah, mereka tidak lagi memakai sisi kafir
tetapi musyrik/polytheis.
3. Al-Najdat
Najdah Ibn Amir al-Hanafi pada mulanya ingin bergabung dengan
golongan al-azariqah. Tetapi, dalam golongan yang tersebut akhir ini
timbul perpecahan. Sebgian dari pngikut Nafi’ Ibn al-Azraq, tidak dapat
menyetujui paham bahwa orang Azraqi yang tak mau berhijrah kdalam
lingkungan al-Azariqah adalah musyrik. Dalam kalangan al-Khawarij
golongan inilah kelihatannya yang pertama membawa paham Taqiiah,
yaitu merahasiakan dan tidak menyatakan keyakinan untuk keamanan
diri seseorang.
4. Al-Ajaridah
Kaum al-Ajaridah bersifat lebih lunak karena menurut paham mereka
berhijrah bukanlah kewajiban sebgaiamana diajarkan oleh Nafi’ Ibn al-
Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Dengan demikian
kaum ajaridah boleh tinggal diluar daerah dan tidak dianggap kafir. Kaum
al-ajaridah mempunyai paham puritanisme. Sebagai golongan khawraij
lain. Folongan al-jaridah terpecah belah menjadi golongan kecil,
diantaranya : Maimuniah, al-Hamziah, dan golongan al-Syu’aibiah
5. Al-Sufriah
Pemimpin golongan ini adalah Ziad Ibn al-Asfar, dalam paham ini mereka
dekat dengan golongan al-azariqah dan oleh karena itu juga merupakan
golongan yang ekstrim. Tetapi hal yang membuat mereka kurang ekstrim
antara lain : Pendapat bhawa orang sufriah yang tidak berhijarh tidak
dipandang kafir, mereka tidak berpendapat anak-anak kaum musyrik
boleh dibunuh, dan tidak semua mereka berpendapat bahwa orang yang
berbuat dosa besar menjadi musyrik.
6. Al-Ibadiyah
Golongan ini adalah golongan yang paling moderat dari semua golongan
khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad pada tahun 686 M,
tetapi memisahkan diri dari golongan al-azariqah. Paham moderat
golongan ini dilihat dari ajarannya antara lain : Orang islam yang tak
sepaham dengan mereka bukanlah mukmin ataupun musyrik tetapi kafir,
orang islam yang ebrbuat dosa besar adalah muwahhid yang
mengesakan Tuhan tetapi bukan mukim dan bukan kafir al-millah, yaitu
kafir agama, harta yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan
senjata. Emas dan perak harus dikembalikan kepada pemiliknya.
FIRQOH MURJI’AH
Sejarah Timbulnya
Mengenai orang yang lalai dalam kewajiban atau dia melakukan dosa
besar, maka sebagian dari tokoh-tokoh murjiah berpendapat ; tiadalah
mungkin menentukan hukum bagi orang itu di dunia ini; hal itu haruslah
ditangguhkan (diserahkan saja) kepada tuhan untuk menentukannya dihari
kiamat. Dari sini, timbullah istilah “murjiah” yaitu berasal dari kata “irja’”
yang berarti “menangguhkan”.
Masalah iman ini menimbulkan beberapa masalah. Seperti apakah
iman itu dapat bertambah atau tidak. Karena golongan murji’ah
berpendirian bahwa iman itu membenarkan dalam hati saja atau
membenarkan dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan. Maka
kebanyakan mereka mengatakan iman itu tidak bertambah dan tidak
berkurang sebab membenarkan dengan hati itu tidak diucapkan, dan
mengikrarkan dengan lisan itu adakalanya benar dan tidak. Maka iman
tidak dapat bertambah dan berkurang.