Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN DAN SEJARAH BERDIRINYA

KELOMPOK KHAWARIJ
1.Aliran Khawarijj
A.Pengertian khawarij
Khawarij secara bahasa diambil dari Bahasa Arab
khowaarij, secara harfiah berarti mereka yang keluar,
muncul,timbul, atau memberontak . Istilah khowarij adalah
istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam islam yang
pada awalnya mengakui dan mengikuti kekuasaan Ali bin Abi
Thalib dan lalu meninggalkanya. Pertama kali muncul pada
pertengahan abad ke-7, berpusat di daerah yang kini terletak di
bagian negara Irak Selatan dan merupakan bentuk yang
berbeda dari kaum sunni dan syiah.
Kebanyakan dari kaum Khawarij adalah Masyarakat Arab yang
tinggal di kawasan pegunungan dan karena itu hidup dengan
sangat sederhana. Mereka sangat keras hati tetapi amat taat
menjalankan agama. Karena pemikirannya yang sederhana,
Khawarij mengartikan Al Quran benar-benar secara tekstual;
tetapi
betapa
pun
beratnya
mereka
toh
tetap
melaksanakannya.
Aliran Khawarij dipergunakan oleh kalangan Islam untuk
menyebut sekelompok orang yang keluar dari barisan Ali bin
Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya
yang telah menerima tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok
Muawiyyah yang dikomandoi oleh Amar ibnu Ash dalam
Perang Shiffin (37H/657).
B.Doktrin Ajaran
Secara umum, ajaran-ajaran pokok golongan ini adalah
kaum muslimin yang berbuat dosa besar adalah kafir.
Kemudian, kaum muslimin yang terlibat dalam perang jamal,
yakni perang antara Aisyiah, Thalhah, dan dan Zubair melawan
Ali bin Abi Thalib dihukumi kafir. Kaum Khawarij memutuskan

untuk membunuh mereka berempat tetapi hanya berhasil


membunuh Ali. Menurut mereka Khalifah harus dipilih rakyat
serta tidak harus dari keturunan Nabi Muhammad SAW dan
tidak mesti keturunan Quraisy. Jadi, seorang muslim dari
golongan manapun bisa menjadi kholifah asalkan mampu
memimpin dengan benar.
Dalam upaya kafir mengkafirkan ini, terdapat suatu golongan
yang menolak ajaran kaum Khawarij yang mengkafirkan orang
mukmin yang melakukan dosa besar. Sehingga mereka
membentuk sautu golongan yang menolak ajaran pengkafiran
tersebut, golongan ini disebut dengan golangan Murjiah.
Berikut pokok-pokok doktrin ajaran aliran Khawarij
a.Setiap ummat Muhammad yang terus menerus melakukan
dosa besar hingga matinya belum melakukan tobat, maka
dihukumkan kafir serta kekal dalam neraka.
b.Membolehkan tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara,
bila kepala negara tersebut khianat dan zalim.
c.Ada faham bahwa amal soleh merupakan bagian essensial
dari iman. Oleh karena itu, para pelaku dosa besar tidak bisa
lagi disebut muslim, tetapi kafir. Dengan latar belakang watak
dan karakter kerasnya, mereka selalu melancarkan jihad
(perang suci) kepada pemerintah yang berkuasa dan
masyarakat pada umumnya.
d.Keimanan itu tidak diperlukan jika masyarakat dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun demikian, karena
pada umumnya manusia tidak bisa memecahkan masalahnya,
kaum Khawarij mewajibkan semua manusia untuk berpegang
kepada keimanan, apakah dalam berfikir, maupun dalam
segala perbuatannya. Apabila segala tindakannya itu tidak
didasarkan kepada keimanan, maka konsekwensinya
dihukumkan kafir.
Dengan mengutip beberapa ayat Al-Quran, mereka berusaha
untuk mempropagandakan pemikiran-pemikiran politis yang
berimplikasi teologis itu, sebagaimana tercermin di bawah ini :

a. Mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar; sedangkan


Usman dan Ali, juga orang-orang yang ikut dalam Perang
Unta, dipandang telah berdosa.
b. Dosa dalam pandangan mereka sama dengan kekufuran.
Mereka mengkafirkan setiap pelaku dosa besar apabila ia tidak
bertobat. Dari sinilah muncul term kafir dalam faham kaum
Khawarij.
c .Khalifah tidak sah, kecuali melalui pemilihan bebas diantara
kaum muslimin. .
d. Ketaatan kepada khalifah adalah wajib, selama berada pada
jalan keadilan dan kebaikan. Jika menyimpang, wajib diperangi
dan bahkan dibunuhnya.
e. Mereka menerima Al Quran sebagai salah satu sumber
diantara sumber-sumber hukum Islam.
f. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Ustman) adalah
sah, tetapi setelah tahun ke-7 kekhalifahannya Utsman r.a.
dianggap telah menyeleweng.
g. Khalifah Ali adalah sah, tetapi setelah terjadi arbitras
(tahkim) ia dianggap telah menyeleweng.
h. Muawiyah dan Amr bin Al-Asy dan Abu Musa Al-Asyari juga
dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir.
Selain pemikiran-pemikiran politis yang berimplikasi teologis,
kaum Khawarij juga memiliki pandangan atau pemikiran
(doktrin-doktrin) dalam bidang sosial yang berorientasi pada
teologi, sebagaimana tercermin dalam pemikiran-pemikiran
sebagai berikut :
a. seorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim,
sehingga harus dibunuh. Yang sangat anarkis lagi, mereka
menganggap seorang muslim bisa menjadi kafir apabila tidak
mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir dengan
resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula.
b. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan
golongan mereka, bila tidak ia wajib diperangi karena dianggap
hidup di negara musuh, sedangkan golongan mereka dianggap
berada dalam negeri islam,
c.Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang
menyeleweng,

d. Adanya waad dan waid (orang yang baik harus masuk


kedalam surga, sedangkan orang yang jahat harus masuk
neraka),
e .Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari
tuhan,
f.Quran adalah makhluk,
g.Memalingkan ayat-ayat Al Quran yang bersifat mutasyabihat
(samar)
Jadi secara umum pokok ajaran aliran Khawarij adalah
a.Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan
harus di bunuh.
b.Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara
Aisyah, Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para
pelaku
tahkimtermasuk
yang
menerima
dan
mambenarkannya di hukum kafir;
c.Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
d.Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap
orang muslim berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi
syarat-syarat.
e.Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan
bersikap adil dan menjalankan syariat islam, dan di jatuhi
hukuman bunuh bila zhalim.
f.Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh
dari masa kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah
menyeleweng,
g.Khalifah Ali dianggap menyelewing setelah terjadi Tahkim
(Arbitrase).
Tokoh tokoh Khawarij
a.'Abdullah bin Wahhab ar-Rasyidi
b.Urwah bin Hudair
c.Mustarid bin Sa'ad
d.Hausarah al-Asadi
e.Quraib bin Maruah
f.Nafi' bin al-Azraq
g.'Abdullah bin Basyir

h.Najdah bin Amir al-Hanafi


Sekte Dalam Aliran Khawarij
Munculnya banyak cabang dan sekte Khawarij ini diakibatkan
banyaknya perbedaan dalam bidang akidah yang mereka anut
dan banyaknya nama yang mereka pergunakan sejalan
dengan perbedaan akidah mereka yang beraneka ragam itu.
Asy-syakah menyebutkan adanya delapan firqah besar, dan
firqah-firqah ini terbagi lagi menjadi firqah-firqah kecil yang
jumlahnya sangat banyak. Perpecahan ini menyebabkan
gerakan kaum Khawarij lemah, sehingga mereka tidak mampu
menghadapi kekuatan militer Bani Umayyah yang berlangsung
bertahun-tahun.
Menurut Prof. Taib Thahir Abdul Muin, bahwa sebenarnya ada
dua golongan utama yang terdapat dalam aliran Khawarij,
yakni :
a.Sekte Al-Azariqoh
Nama ini diambil dari Nafi Ibnu Al-Azraq, pemimpin utamanya,
yang memiliki pengikut sebanyak dua puluh ribu orang. Di
kalangan para pengikutnya, Nafi digelari amir al-mukminin.
Golongan al-azariqoh dipandang sebagai sekte yang besar dan
kuat di lingkungan kaum Khawarij.
Dalam pandangan teologisnya, Al-Azariqoh tidak menggunakan
term kafir, tetapi menggunakan term musyrik atau politeis. Yang
dipandang musyrik adalah semua orang yang tidak sepaham
dengan ajaran mereka. Bahkan, orang Islam yang tidak ikut
hijrah kedalam lingkungannya, dihukumkan musyrik.
Karena kemusyrikannya itu, kaum ini membolehkan membunuh
anak-anak dan istri yang bukan golongan Al-Azariqoh.
Golongan ini pun membagi daerah kekuasaan, yakni dar alIslam dan dar al-kufur. Dar al-Islam adalah daerah yang
dikuasai oleh mereka, dan dipandang sebagai penganut Islam
sebenarnya. Sedangkan Dar al-Kufur merupakan suatu wilayah
atau negara yang telah keluar dari Islam, karena tidak sefaham
dengan mereka dan wajib diperangi.
b.Sekte Al-Ibadiah

Golongan ini merupakan golongan yang paling moderat dari


seluruh sekte Khawarij. Nama golongan ini diambnil dari
Abdullah Ibnu Ibad, yang pada tahun 686 M. memisahkan diri
dari golongan Al-Azariqoh.
Adapun faham-fahamnya yang dianggap moderat itu, antara
lain :
1)Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah
mukmin dan bukan pula musyrik, tetapi kafir. Orang Islam
demikian, boleh mengadakan hubungan perkawinan dan
hukum waris. Syahadat mereka diterima, dan membunuh
mereka yang tidak sefaham dihukumkan haram.
2)Muslim yang melakukan dosa besar masih dihukumkan
muwahid, meng-esa-kan Tuhan, tetapi bukan mukmin. Dan
yang dikatakan kafir, bukanlah kafir agama, tetapi kafir akan
nikmat. Oleh karenanya, orang Islam yang melakukan dosa
besar tidak berartyi sudah keluar dari Islam.
3)Harta kekayaan hasil rampasan perang yang boleh diambil
hanyalah kuda dan senjata. Sedangkan harta kekayaan
lainnya, seperti emas dan perak, harus dikembalikan kepada
pemiliknya.
4)Daerah orang Islam yang tidak sefaham dengan mereka,
masih merupakan dar at-tauhid, dan tidak boleh diperangi.

Aliran dalam Islam mulai tampak pada saat perang Siffin (37 H)
khalifah 'Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah. Pada saat
tentara 'Ali dapat mendesak tentara Mu'awiyah maka
Mu'awiyah meminta diadakan perdamaian. Sebagian tentara
'Ali menyetujui perdamaian ini, dan sebagian lagi menolaknya.
Kelompok yang tidak setuju ini akhirnya
memisahkan diri dari 'Ali dan membentuk kelompok sendiri
yang akhirnya terkenal dengan nama Khawarij. Mereka
menganggap Ali, Mu'awiyah dan orang-orang yang menerima
perdamaian ini telah berbuat salah (dosa besar) karenanya

mereka bukan mukmin lagi dan boleh dibunuh. Masalah dosa


besar ini kemudian menimbulkan 3 aliran
teologi dalam Islam yaitu : Khawarij, Murji'ah dan
Mu'tazilah.1Masalah
kepemimpinan
ini
kemudian
menyebabkan munculnya kelompok yang menganggap yang
berhak adalah
'Ali dan keturunannya (Syi'ah) dan kelompok yang
berseberangan dengannya (Ahlus Sunnah wal Jama'ah).
Dan akibat pengaruh agama lain dan filsasat pada umat Islam
maka muncullah kelompok yang menyatakan bahwa manusia
mempunyai kebebasan dalam berkendak dan perbuatannya
(Qadariyyah) dan kelompok yang berpendapat sebaliknya
(Jabariyyah). Setelah itu banyak bermunculan aliran-aliran baru
dalam agama Islam.
Dalam tulisan yang singkat ini penulis akan berusaha
menguraikan aliran-aliran Islam yang ada terutama yang ada di
Indonesia dan pendapat-pendapat mereka. Pembagian aliranaliran Islam pada zaman terdahulu.
Yang perlu diperhatikan disini, bahwa perselisihan yang terjadi
pada masalah keyakinan pada umat Islam pada zaman dahulu
tidaklah pada inti dari keyakinan (lubbul aqidah),
tetapi masalah-masalah filsafat dan sama sekali tidak
menyentuh inti keyakinan seperti keesaan Allah, Iman kepada
para rasul dan hari akhir, iman kepada malaikat, dan bahwa
yang diberitakan oleh Nabi Muhammad adalah benar.
2. Syi'ah
Sy'iah menurut bahasa berarti pengikut dan penolong, dan
diucapkan untuk sekelompok manusia yang bersatu/berkumpul
dalam satu masalah, dan kepada setiap orang yang menolong
seseorang dan berhimpun membentuk suatu kelompok
padanya.
Kemudian kata ini dipergunakan untuk kelompok yang
menolong dan membantu khalifah 'Ali dan keluarganya, lalu
menjadi nama khusus bagi kelompok ini. 3

Menurut Asy-Syihristaniy Syi'ah adalah kelompok yang


mengikuti Khalifah 'Ali dan menyatakan kepemimpinannya baik
secara nash ataupun wasiat yang adakalanya secara jelas
ataupun
samar,
dan
mereka
berkeyakinan
bahwa
kepemimpinan (Imamah) tidak
keluar dari anak-anaknya, dan jika keluar darinya maka itu
terjadi secara zalim atau sebab taqiyah darinya. 4
Para sejarawan berbeda pendapat akan awal munculnya
Syi'ah, diantaranya :
- muncul sejak zaman Nabi Muhammad SAW (pendapat ulama
Syi'ah)
- muncul bersamaan setelah wafatnya Rasulullah (Ahmad
Amin)
- muncul pada akhir pemerintahan Utsman bin Affan
(Muhammad Abu Zahrah)
- muncul setelah terbunuhnya Utsman pada tahun 36 H
(pendapat Orientalis Yulius W)
- muncul setelah terbunuhnya Al-Husein (Dr. Samiy AnNasysyar)
- muncul di akhir abad pertama hijriyyah ( Dr. 'Irfan Abdul
Humaid) 5
Menurut sebagian ahli sejarah madzhab ini disebarkan pertama
kali oleh Abdullah bin Saba yaitu seorang Yahudi yang purapura masuk Islam, dan hampir dibunuh oleh Ali. 6
3 Nasy-atusy Syi'ah, Prof. Dr. Maghfur Utsman, hal : 5
4 Al-Milal wan Nihal, hal : 146/juz 1
5 Nasy-atusy Syi'ah, Prof. Dr. Maghfur Utsman, hal : 14
6 Mengapa Kita Menolak Syiah, LPPI, hal 5
Dr. Fuad Mohammad Fachruddin membagi Syi'ah menjadi 4
macam aliran :
- Ekstrimis (al-Ghulatiyyah), sekarang sudah tidak ada lagi.
- Ismailiyah dan cabang-cabangnya,.
Tersebar di India, Pakistan, Afrika Utara , Eropa dan Amerika.
- Zaidiyyah,
Tersebar di Yaman dan sekitarnya.

- 12 Imam (Itsna 'Asyariyyah/Imamiyyah),


Syi'ah yang paling banyak mempunyai pengikut di dunia
tersebar di Iran, Irak, Lebanon, India, Pakistan dan bahkan di
Arab Saudi serta negara-negara Teluk. Diperkirakan
pengikutnya sekitar 120 juta orang.7
Pendapat-pendapat mereka :
- Mengkafirkan sahabat Nabi yang tidak mendukung Ali (kecuali
Syiah Zaidiyah sekarang-pen)
- Kepemimpinan (Imamah) merupakan satu dari beberapa
pokok keimanan.
- Memandang Imam Itu ma'shum (orang suci)
- Wajib adanya Imam yang tersembunyi (Al-Imam Al- Mastur)
- Al-Quran yang sekarang mengalami perubahan dan
pengurangan, sedangkan yang asli berada di tangan Al-Imam
Al-Mastur (Syi'ah Imamiyah)
- Tidak mengamalkan hadits kecuali dari jalur keluarga Nabi
Muhammad (Ahli Bait), (kecuali madzhab Zaidiyyah-pen)
- Memperbolehkan taqiyah
- Tidak menerima ijma dan qiyas (kecuali madzhab Zaidiyyahpen)
7 Sejarah perkembangan pemikiran dalam Islam, hal : 57
- Wajib sujud di atas tanah atau batu (Syi'ah Imamiyah)
- Memperbolehkan nikah mut'ah (Syi'ah Imamiyah)
- Tidak melakukan shalat Jumat karena Imam yang asli tidak
ada (Syi'ah Imamiyah)
3. Murji'ah
Murji'ah berasal dari kata Irja yang berarti menangguhkan.
Kaum Murjiah yang muncul pada abad I Hijriyyah merupakan
reaksi akibat adanya pendapat Syiah yang mengkafirkan
sahabat yang menurut mereka merampas kekhalifahan dari Ali,
dan pendapat Khawarij yang mengkafirkan kelompok Ali dan
Muawiyah. Pada saat itulah muncullah sekelompok umat Islam
yang menjauhkan dari pertikaian, dan tidak mau ikut
mengkafirkan atau menghukum salah dan menangguhkan
persoalannya sampai dihadapan Allah SWT. Pada asalnya
kelompok tidak membentuk suatu madzhab, dan hanya

membenci soal-soal politik, tetapi kemudian terbentuklah suatu


madzhab dalam ushuluddin yang membicarakan tentang Iman,
tauhid dan lain-alin. Pemimpin dari kaum Murjiah adalah Hasan
bin Bilal (152 H). 8
Kaum Murji'ah dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Golongan moderat
Pendapat-pendapat mereka :
- Orang berdosa bukan kafir dan tidak kekal dalam neraka
b. Golongan Ekstrim
Pendapat-pendapat mereka :
8 I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah, KH Sirojuddin Abbas hal
180-181
- Orang Islam yang percaya pada Allah kemudian menyatakan
kekufuran secara lisan tidak menjadi kafir karena iman itu
letaknya di dalam hati, bahkan meskipun melakukan ritual
agama-agama lain.
- Yang dimaksud ibadah adalah iman, sedangkan shalat,
puasa, zakat dan haji hanya
menggambarkan kepatuhan
saja
- Maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidak merusak iman
( Al-Yunusiah)
- Menangguhkan hukuman orang yang berdosa di akhirat
4. Jabariyah
Jabariyah berasal dari kata jabr yang artinya paksaan.
Aliran ini ditonjolkan pertama kali Jahm bin Safwan (131 H),
sekretaris Harits bin Suraih yang memberontak pada Bani
Umayyah di Khurasan.
Meskipun demikian sebelumnya sudah ada dalam umat Islam
yang membicarakan tentang hal ini seperti surat sahabat Ibnu
Abbas dan seorang tabi-in al-Hasan al- Bashriy kepada
penganut paham ini. 9
Pendapat-pendapat mereka :
- manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan
kehendak dan perbuatannya tetapi dipaksa oleh Allah
- Iman cukup dalam hati saja walau tidak diikrarkan dengan
lisan 10

5. Qodariyah
Qodariyyah berasal dari kata qadr yang artinya mampu atau
berkuasa.
9 Tarikh Madzhabil Islamiyyah, Abu Zahrah, hal 103/juz I
10 I'tiqod Ahlus Sunnah wal Jama'ah, KH Sirojuddin Abbas hal
268-272
Pemimpin aliran ini yang pertama adalah Ma'bad al- Juhani
dan Ghailan ad-Dimasyqiy. Keduanya dihukum mati oleh
penguasa karena dianggap menganut paham yang salah.
Pendapat-pendapat mereka :
- Manusia sendirilah yang melakukan pebuatannya sendiri dan
Tuhan tidak ada hubungan sama sekali dengan perbuatannya
itu.
6. Mu'tazilah
Mu'tazilah berasal dari kata I'tazala yang berarti manjauhkan
diri.
Asal mula kata ini adalah suatu saat ketika al-Hasan al- Bahsriy
(110 H) sedang mengajar di masjid Basrah datanglah seorang
laki-laki bertanya tentang orang yang berdosa besar. Maka
ketika ia sedang berpikir menjawablah salah satu muridnya
Wasil bin Atha' (131
H) menjawab : "Saya berpendapat bahwa ia bukan mukmin
dan bukan kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya".
Kemudian ia menjauhkan diri dari majlis al-Hasan dan pergi
ketempat lain dan mengulangi pendapatnya. Maka al-Hasan
menyatakan : Washil menjauhkan diri dari kita (I'tazal 'anna). 11
Pendapat-pendapat mereka :
- Orang Islam yang berdosa besar bukan kafir dan bukan
mukmin tetapi berada di antara keduanya (al-Manzilah bainal
manzilatain)
- Tuhan bersifat bijaksana dan adil, tidak dapat berbuat jahat
dan zalim. Manusia sendirilah yang memiliki kekuatan untuk
mewujudkan perbuatannya
perbuatannya, yang baik dan jahat, iman dan kufurnya, ta'at
dan tidaknya.

11 Teologi Islam, Harun Nasution, hal: 40


- Meniadakan sifat-sifat Tuhan, artinya sifat Tuhan tidak
mempunyai wujud sendiri di luar zat Tuhan
- Baik dan buruk dapat ditentukan dengan akal
- Al-Quran bukan qadim (kekal) tetapi hadits (baru/diciptakan)
- Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat nanti
- Hanya mengakui Isra Rasulullah ke Baitul Maqdis tetapi tidak
mengakui Mi'rajnya ke langit
- Tidak mempercayai wujud Arsy dan Kursi Allah, Malaikat
pencatat amal (Kiraman Katibiin), Adzab (siksa) kubur.
- Tidak mempercayai adanya Mizan (timbangan amal), Hisab
(perhitungan amal), Shiratul Mustaqiim (Titian), Haud (kolam
nabi) dan Syafa'at nabi di hari Kiamat.
- Siksaan di neraka dan kenikmatan di surga tidak kekal (ikut
sebagian kelompok)
7. Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Kelompok ini disebut Ahlus Sunnah wal Jama'ah karena
pandapat mereka berpijak pada pendapat-pendapat para
sahabat yang mereka terima dari Rasulullah.
Kelompok ini disebut juga kelompok ahli hadits dan ahli fiqih
karena merekalah pendukung-pendukung dari aliran ini.. Istilah
Ahlus Sunnah wal Jama'ah mulai dikenal pada saat
pemerintahan bani Abbasy dimana kelompok Mu'tazilah
berkembang pesat, sehingga nama Ahlus Sunnah dirasa harus
dipakai untuk setiap manusia yang berpegang pada Al-Quran
dan Sunnah. Dan nama Mu'tazilah dipakai untuk siapa yang
berpegang pada ilmu kalam (theologische dialektik),

A.

Pengertian Mutazilah.

Kata Mutazilah berasal dari kata

yang artinya menyisihkan diri. Yaitu kaum

yang menyisihkan diri.[1] Kata-kata ini diulang dalam Al-quran sebanyak sepuluh kali yang kesemuanya
mempunyai arti sama yaitu al ibtid ani al syai-i : menjauhi sesuatu. Seperti dalam satu redaksi ayat :






(90

Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian
kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk melawan dan membunuh) mereka. (QS.
4:90)[2]
Aliran Mutazilah dalam menetapkan prinsip-prinsipnya selalu berpegang kepada akal (ratio).
Sebab itu mereka sangat mengutamakan ratio dan menempatkannya pada tingkat yang tinggi. Pada masa
berikutnya mereka bersandar kepada filsafat, terutama setelah timbul kebangkitan dan kemajuan dalam
bidang ilmiyah dalam Alam Islami juga sesudah filsafat diterjemahkan dari berbagai bangsa ke dalam
bahasa Arab. Pada masa itu filsafat merupakan senjata ampuh bagi musuh-musuh Islam untuk
menyerangnya. Maka kaum Mutazilah pun memekai filsafat sebagai senjata mereka untuk
mempertahankan Islam terhadap orang yang menyerang dan menantangnya. [3]
B.

Sejarah Lahirnya Aliran Mutazilah.


Ada beberapa sebab yang menerangkan kaum ini dinamakan kaum Mutazilah, yaitu:

a)

Ada seorang guru besar di Baghdad yang bernama syeh Hasan Bashri (wafat 110 H). Di antara muridnya
ada yang bernama Wasil bin Atha (wafat 131 H). Pada suatu hari Imam Hasan Bashri menerangkan bahwa
orang Islam yang telah iman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia kebetulan mengerjakan dosa besar,
maka orang itu tetap muslim tetapi muslim yang durhaka. Di akhirat nanti, kalau ia wafat sebelum taubat
dari dosanya, ia dimasukkan ke dalam neraka buat sementara untuk menerima hukuman atas perbuatan
dosanya, tetapi sesudah menjalankan hukuman ia dikeluarkan dari dalam neraka dan dimasukkan ke
dalam surga sebagaimana seorang Mumin dan Muslim.












[4].





Wasil bin Atha tidak sependapat dengan gurunya, lantas ia membentak, lalu keluar dari halaqah gurunya
dan kemudian mengadakan majlis lain di suatu pojok dari masjid Basrah itu.
Oleh karena itu, maka Wasil bin Atha dinamai kaum Mutazilah, karena ia mengasingkan diri dari gurunya.
Dan diikuti oleh temannya Umar bin Ubaid (wafat 145 H).
Sejarah tidak mencatat tanggal, hari dan bulan perceraian, tetapi ketika itu usia Wasil 40 tahun, yaitu usia
seseorang yang sudah bertanggung jawab, maka gerakan ini dimulai tahun 120 H, karena lahirnya Wasil
bin Atha adalah pada tahun 80 H.

Jadi dapat dikatakan bahwa permulaan munculnya faham Mutazilah adalah pada permulaan abad ke II
Hijriyah, dengan guru besarnya Wasil bin Atha dan Umar bin Ubaid. Dan yang berkuasa saat itu Khalifah
Hisyam bin Abdul Muluk dari Bani Umayyah (100-125 H).
b)

Ada pula yang mengatakan sebab dinamakan Mutazilah karena mengasingkan diri dari masyarakat.
Orang-orang Mutazilah pada mulanya adalah orang-orang Syiah yang patah hati akibat menyerahnya
Khalifah Hasan bin Ali bin Abi Thalib kepada Khalifah Muawiyah dari Bani Umaiyah.
Mereka menyisihkan diri dari siasah (politik) dan hanya mengadakan kegiatan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Demikian dikatakan oleh Abdul Hasan Tharaifi, pengarang buku Ahlul Hawa wal Bida,
yang dikutip oleh Muhammad Abu Zaharah dalam bukunya Asy Syafii , page 117.
Kalau ucapan Tharaifi ini benar, maka tanggal permulaan gerakan Mutazilah ini adalah sekitar tahun 40 H,
karena penyerahan pemerintahan Sayidina Hasan kepada Sayidina Muawiyah adalah pada tahun 40 H.
Baik dari Tharaifi maupun Muhammad Abu Zaharah tidak menerangkan nama orang-orang yang patah hati
itu dan juga tidak menerangkan tahun-tahunnya. Karena itu dalil Tharaifi ini tidak begitu kuat, apalagi
dilihat dalam kenyataannya, bahwa orang-orang Mutazilah dalam prakteknya bukan patah hati tetapi
banyak sekali mencampuri soal-soal politik dan bahkan sampai mendominasi Khalifah Al Mamun,
Khalifah al Mutashim dan Khalifah Al Watsiq. Dan bahkan di antara mereka ada yang duduk
mendampingi Kepala Negara sebagai penasehatnya.

c)

Ada penulis-penulis lain yang mengatakan bahwa kaum Mutazilah itu adalah kaum yang mengasingkan
diri dari keduniaan. Mereka memakai pakaian yang jelek-jelek, memakai kain yang kasar-kasar, tidak
mewah dan dalam hidupnya sampai kederajat kaum minta-minta (Darawisy).
Keterangan ini pun sangat lemah, karena dalam kenyataannya kemudian, banyak kaum Mutazilah yang
gagah-gagah, pakai rumah mewah-mewah, pakai kendaraan mewah-mewah, sesuai dengan kedudukan
mereka di samping Khalifah-khalifah.

d)

Pengarang buku Fajarul Islam Ahmad Amin, tidak begitu menerima semuanya itu. Persoalan kaun
Mutazilah bukan sekedar menyisihkan diri dari majlis guru, bukan sekedar menyisihkan diri dari
masyarakat atau sekedar tidak suka memakai pakaian mewah, tetapi lebih mendalam dari itu. Mereka
menyisihkan fahamnya dan Itiqadnya dari paham dan Itiqad umat Islam yang banyak.
Pendapat ini dikuatkan oleh pengarang kitab al Farqu bainal Firaq, yang menyatakan bahwa Syeh Hasan
Basri mengatakan ketika kedua orang itu menyisihkan diri bahwa mereka telah menjauhkan diri dari
pendapat umum.
Pendapat ini memang dekat pada kebenaran, karena dari dulu sampai sekarang fatwa-fatwa kaum
Mutazilah banyak yang ganjil-ganjil, banyak yang di luar dari faham Nabi dan sahabat-sahabat beliau. Jadi
mereka itu benar-benar Mutazilah (tergelincir) dalam arti kata sebenarnya. [5]

C.

Pokok-Pokok Ajaran Mutazilah.


Dasar-dasar pokok ajaran Mutazilah berkisar pada 5 soal:

1)

Tauhid
Tauhid kaum Mutazilah tidak mengakui adanya sifat-sifat Tuhan, tetapi Tuhan adalah Zat yang
tunggal tanpa sifat. Mereka menganut pendapat yang meniadakan sifat-sifat yang Qadim itu sama sekali.
Sebab, kalau seandainya memang ada sifat-sifat yang Qadim, tentulah akan ada beberapa Yang Qadim.
Dan ini adalah kepercayaan syirik. Mereka berkata bahwa Allah adalah Alim (Mengetahui) dengan dzatNya, Qadir (Kuasa) dengan dzat-Nya, Haiyun (Hidup) dengan dzat-Nya, Mutakallim (Berbicara) dengan
dzat-Nya. Bardasarkan keterangan tersebut maka mereka berkata, bahwa Al Quran adalah makhluk,
karena tak ada Yang Qadim kecuali Allah.
Karena

adanya

prinsip-prinsip

ini,

maka

musuh-musuh

Mutazilah

menggelari

mereka

denganMuattilah, sebab mereka telah meniadakan sifat-sifat Tuhan dan menghapuskannya. Dan karena

prinsip ini pula maka kepada orang-orang yang menetapkan adanya sifat-sifat Tuhan lalu diberikan
gelar Shifatiyah. Dan karena prinsip pertama dan kedua tersebut di atas, maka kaum Mutazilah sendiri
menyebut diri mereka dengan Ahlul adli wat tauhid (pengemban keadilan dan ketauhidan). [6]
2)

Keadilan.
Kaum Mutazilah menggunakan istilah keadilan yaitu karena manusialah yang menciptakan
perbuatan-perbuatannya sendiri, yang baik ataupun yang jelek. Dan karenanya ia berhak mendapatkan
pahala dan siksa. Dan Tuhan sama sekali bersih dari hal-hal yang jelek, aniaya dan perbuatan yang
dipandang kekafiran dan kemaksiatan. Sebab, kalau seandainya Tuhan memang menciptakan kezaliman,
berarti Ia adalah zalim. Mereka sepakat bahwa Allah Taala hanyalah berbuat yang patut dan baik.
Berdasarkan kepada prinsip tersebut, maka kaum Mutazilah ini juga disebut Aladliyah, yaitu orangorang

yang

menganut

pendapat

tentang

keadilan.

Dan

karenanya

mereka

juga

disebut

kaumQadariyah yaitu orang-orang yang menentang adanya Qadha dan Qadar.


Kaum Mutazilah sendiri tidak pernah menyebut-nyebut kedua istilah itu. Mereka bahkan membenci
akan gelar-gelar tersebut. Dan mereka tidak senang kalau kedua perkataan itu dipakai sebagai nama
mereka. Bahkan mereka berpendapat bahwa gelar-gelar tersebut sepantasnya dipakaikan kepada orang
yang menganut pendapat tentang adanya Qadar, dan bukan kepada orang-orang yang mengingkari
pendapat itu.
Yang menyebabkan kaum Mutazilah benci kepada gelar tersebut ialah sabda Rasulullah SAW:
Kaum Qadariyah adalah kaum Majusi Ummat ini, dan sabda: Kaum Qadariyah adalah musuh-musuh
Allah mengenai Qadar.
Itulah sebabnya kita dapati orang-orang yang menganut pendapat tentang adanya Qadar melekatkan
gelar tersebut kepada kaum Mutazilah dan sebaliknya kaum Mutazilahpun melekatkan gelar tersebut
kepada orang-orang yang menganut pendapat tentang adanya Qadar. [7]
3)

Janji baik dan janji buruk.


Tuhan telah berjanji kata Mutazilah, bahwa siapa yang durhaka akan dihukum-Nya dan siapa yang
mengerjakan pekerjaan baik akan diberi-Nya upah. Oleh karena itu, sekalian orang yang berbuat dosa tidak
akan diampuni-Nya lagi kalau ia wafat sebelum taubat, dan akan terus masuk neraka tak keluar lagi. Ini
sesuai dengan Janji-Nya.

4)

Tempat di antara dua tempat


Apabila orang Mumin berbuat dosa maka ia dihukum dalam neraka disuatu tempat, lain dari
tempatnya orang kafir. Nerakanya agak dingin, mereka tinggal di antara dua tempat, yakni antara surga
dan neraka.[8]
5)

Amar maruf nahi munkar


Adapun amar maruf dan nahi munkar adalah wajib bagi setiap orang Islam, sama dengan
kepercayaan kaum Ahlussunnah, akan tetapi yang maruf bagi kaum Mutazilah ialah hanya pendapat
mereka, bukan maruf yang sesuai dengan Al Quran dan Hadits. [9]
Kaum Mutazilah sepakat mengatakan bahwa akal manusia sanggup membedakan yang baik dari yang
buruk, sebab sifat-sifat dari yang baik dan yang buruk itu dapat dikenal. Dan manusia berkewajiban
memilih yang baik dan menjauhi yang buruk. Untuk ini, Tuhan tidak perlu mengutus Rasul-Nya. Apabila
orang tidak mau berusaha untuk mengetahui yang baik dan yang buruk itu ia akan mendapat siksaan dari
Tuhan. Begitu pula apabila ia tahu akan yang baik tetapi tidak diikutinya, atau ia tahu mana yang buruk
tetapi tidak dihindarinya.
Adapun mengutus Rasul, adalah merupakan pertolongan tambahan dari Tuhan [10], Agar orangorang yang binasa itu, binasanya adalah dengan alasan, dan orang yang hidup itu, hidupnya adalah
dengan alasan pula.

Anda mungkin juga menyukai