Anda di halaman 1dari 5

FAKULTAS PSIKOLOGI

MODUL 10
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MENTAL

DOSEN:
Dr. Umar Yususf M.Si, Psikolog
Dr. Lilim Halimah BHSc, MHSPY
Dr. Eneng Nurlailiwangi M.Psi, Psikolog
Eni N. Nugrahawati Dra, M.Pd, Psikolog

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


2021
MODUL PERTEMUAN 10
Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental dari perspektif Qur’an dan sunnah, dan
pendapat para ilmuwan muslim

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Mahasiswa mampu menguraikan faktor – faktor yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
mental dalam Al Qur’an, Hadist dan hasil riset para ilmuwan muslim.

Pengalaman Belajar Mahasiswa


1. Melalui penugasan yang kontekstual mahasiswa melakukan eksplorasi materi pembelajaran
sebagai bahan diskusi dan penyusunan makalah / mindmap.

2. Mahasiswa melakukan diskusi materi faktor – faktor yang mempengaruhi Kesehatan mental
dari perspektif Islam secara berkelompok, dan dilanjutkan dengan diskusi kelas.

MATERI PEMBELAJARAN
Materi pembelajaran modul 10 untuk pertemuan 11 merupakan materi lanjutan dari modul 9
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KESEHATAN MENTAL
Penyebab masalah pada kesehatan mental dianggap kompleks dan bervariasi tergantung pada
gangguan tertentu dan kondisi individu yang bersangkutan. Masalah pada kesehatan mental
meliputi berbagai penyebab antara lain: biologis, trauma psikologis, pengalaman masa kecil
yang merugikan kondisi sosial ekonomi, dan budaya. Faktor biologis dan psikologis sudah
dibahas dalam modul 9, dan dalam modul 10 akan membahas dua faktor lainnya yaitu faktor
sosial budaya dan faktor religius.
3. Faktor Sosial Budaya
Terdapat tiga sub aspek dalam membahas faktor sosial budaya:
 Harapan sosial dan harga diri
 Kemiskinan
 Komunitas dan sosial budaya

Harapan sosial dan harga diri


Bagaimana individu memandang diri mereka sendiri pada akhirnya menentukan siapa
mereka, kemampuan mereka, dan apa yang mereka bisa. Memiliki harga diri yang terlalu
rendah dan juga terlalu tinggi dapat merusak kesehatan mental seseorang. [96] Harga diri
seseorang memainkan peran yang jauh lebih besar dalam kebahagiaan dan kualitas hidup
mereka secara keseluruhan. Harga diri yang buruk baik itu terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat mengakibatkan agresi, kekerasan, perilaku mencela diri sendiri, kecemasan, dan
gangguan jiwa lainnya.
Kemiskinan
Beberapa studi menunjukkan bahwa ada korelasi langsung antara kemiskinan dan
permasalahan mental. Semakin rendah status sosial ekonomi seseorang maka semakin tinggi
risiko penyakit jiwa. Pada golongan miskin dua sampai tiga kali lebih mungkin untuk
mengembangkan penyakit mental daripada mereka yang berasal dari kelas ekonomi yang
lebih tinggi. Tingkat efisiensi dan harga diri yang rendah biasanya dialami oleh anak-anak dari
keluarga yang kurang beruntung atau mereka yang berasal dari kelas ekonomi bawah. Para
ahli teori perkembangan anak berpendapat bahwa kemiskinan yang terus-menerus
menyebabkan tingginya tingkat psikopatologi dan konsep diri yang buruk.

Komunitas dan sosial budaya


Masalah dalam komunitas atau budaya, termasuk kemiskinan, pengangguran atau setengah
pengangguran, kurangnya kohesi sosial, dan migrasi, telah dikaitkan dengan perkembangan
gangguan mental. Stres dan ketegangan yang terkait dengan posisi sosial ekonomi (status
sosial ekonomi (SES) atau kelas sosial) telah dikaitkan dengan terjadinya gangguan mental
utama, dengan posisi pendidikan, pekerjaan, ekonomi atau sosial yang lebih rendah atau lebih
tidak aman umumnya terkait dengan lebih banyak gangguan mental.

Penelitian yang dilakukan oleh Holingshead dan Redlich (Notosoedirdjo & Latipun, 2007)
menemukan bahwa stratifikasi sosial yang ada di masyarakat ternyata berhubungan dengan
jenis gangguan mentalnya. Terdapat distribusi gangguan mental secara berbeda antara
kelompok masyarakat yang berada pada strata sosial tinggi dengan strata sosial yang rendah.
Dalam berbagai studi dipahami bahwa kelompok strata sosial rendah memiliki prevalensi
yang lebih tinggi terhadap gangguan psikiatrik dibanding dengan kelompok kelas sosial tinggi
(Heller, dalam Notosoedirdjo & Latipun, 2007).
Dinamika sosial seperti interaksi sosial banyak dikaji dalam kaitannya dengan gangguan
mental, rendahnya interaksi sosial yang berimplikasi pada gangguan mental.
Faris dan Dunham (Notosoedirdjo & Latipun, 2007) mengemukakan bahwa kualitas interaksi
sosial individu sangat mempengaruhi kesehatan mentalnya. Lingkungan kehidupan serta
tatanan sosial sedikit banyak mempengaruhi dinamika dan kesehatan mental individu. Dalam
berbagai studi terungkap bahwa hubungan interpersonal memiliki implikasi yang signifikan
dalam peningkatan kesehatan mental individu.

Faktor religiusitas dan spiritualitas


Zakiah Daradjat berpendapat bahwa ketenangan batin dapat ditemukan melalui penyesuaian diri
secara pasrah, yaitu menyerahkan semua persoalan hidup kepada Allah yang Maha Kuasa dan
Maha Segalanya. Zakiah Daradjat juga berpendapat bahwa tanpa Allah psikis manusia tidak dapat
merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Keyakinan terhadap kekuasaan Allah dan
ritual-ritual keagamaan merupakan penolong bagi manusia untuk memenuhi kekosongan batin
atau psikis. Agama dimaknai sebagai unsur yang terpenting dalam kehidupan dan agama sangat
menentukan dalam pembangunan psikis, batin atau mental bagi manusia. Sehingga dapat
dipahami bahwa kesehatan mental dapat dipengaruhi oleh keyakinan tentang ketuhanan dan
praktek peribadatan.
Individu yang semakin jauh dari keyakinan terhadap Tuhan dan seringkali menunjukan perilaku –
perilaku yang bertentangan dengan aturan agama, maka memungkinkan semakin tidak tenang
dalam hidupnya, seperti yang dijelaskan dalam Qur’an Surah Ar Ra’du (13): 28

“Yaitu orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allaha hati menjadi tentram.”

Keyakinan yang kuat terhadap ketuhanan / tauhid dan melakukan ibadah sesuai dengan yang
disyaria’tkan agama, dapat mempengaruhi kondisi mental manusia, diantaranya karena:

• Agama membentengi manusia dari melakukan perbuatan buruk


• Agama mengajarkan manusia menunjukkan sifat – sifat terpuji dalam berperilaku, sehingga
membimbing manusia menjadi lebih ikhlas, sabar, syukur dan ridha dalam menjalani kehidupan
yang memunculkan perasaan yang tentram dan pemikiran yang realistik.
• Agama dapat menjelaskan kepada manusia hal yang benar dan yang salah, sehingga manusia
dapat memilih dengan memikirkan konsekwensi dari suatu perilaku.

Terdapat faktor lain yang terkait dengan keyakinan dalam agama, yaitu adanya intervensi dari
Syaitan / Iblis. Munculnya perilaku – perilaku yang menyimpang yang dapat mengakibatkan
terganggunya kesehatan mental dapat terjadi karena manusia tidak dapat mengalahkan
godaan syaitan.

Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh dari religiusitas, spiritualitas
terhadap kesehatan mental. Salah satunya:
https://journal.uii.ac.id/Psikologika/article/view/8580

MATERI DISKUSI :
Untuk kemudahan mempelajari materi ini, silakan cari penjelasan mengenai pertanyaan
dibawah ini:
1. Bagaimana kondisi sosial, budaya dan komunitas dapat berkontribusi terhadap
permasalahan mental, berikan contoh – contoh kongrit yang ada di sekitar anda.
2. Bagaimana Iman, Islam dan Ihsan dapat berkontribusi terhadap kesehatan mental?
3. Apakah ada perbedaan antara agama yang berbeda – beda dalam pengaruhnya terhadap
kesehatan mental, beri contohnya.

TUGAS 10:
Setelah mahasiswa melakukan eksplorasi mengenai kedua faktor – faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental, lakukan eksplorasi lebih mendalam dari artikel – artikel
ilmiah pada jurnal terakreditasi mengenai factor- faktor tersebut, dan buatlah makalah
sebagai hasil literature review.

Anda mungkin juga menyukai