MODUL 4
PSIKOLOGI ISLAM 3
Materi 4
Indikator-indikator tentang Kesehatan mental berdasarkan Perspektif Islam
2. Mahasiswa mengeksplorasi materi dari media digital dan buku – buku.rujukan sesuai
dengan panduan melalui modul
3. Pengantar
Sebagaimana telah dijelaskan pada perkuliahan sebelumnya, bahwa individu
dinyatakan sehat mental adalah mereka yang menunjukkan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan diri maupun lingkungan sosialnya. Akan tetapi dalam
pandangan Islam, seseorang dinyatakan sehat mental, bukan hanya semata mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan lingkungan social semata, tetapi juga
mampu menyesuaikan diri dengan norma dan nilai-nilai spiritual dan religiousitasnya.
Yang dalam hal ini tercermin dalam keimanan dan keislamannya. Namun hal yang
juga menjadi perhatian Islam bahwa seseorang dinyatakan sehat mental jika mereka
pun mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya secara harmonis,
disertai kreativitas dan inovasinya untuk menciptakan bukan saja keselarasannya,
namun juga kenyamanannya.
4. Meteri Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah berkaitan dengan indicator-indikator Kesehatan
menurut para ahli psikologi Islam. Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah Musfir, M.
Audah, Utsman Najati.
A. Indikator Kesehatan Mental Menurut Musfir (2005)
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Musfir bahwa individu yang sehat mental
adalah individu yang menunjukkan kematangan emosi dan sosial, yang
disertai adanya kesesuaian dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, serta
ia memikul tanggung jawab kehidupan, serta berbagai permasalahan yang
menghadangnya, dengan diiringi adanya rasa dalam menerima realitas
kehidupan, rasa keridhaan, dan kebahagiaan apa yang terjadi. Dengan
demikian indikasi kesehatan mental dalam perspektif Islam tampak dalam hal-
hal sebagai berikut:
1. Sisi spiritualitas; adanya keimanan kepada Allah, konsisten dalam
melaksanakan ibadah kepadaNya (Qs al-Ma’arij (70:23 & 35), menerima
takdir dan ketetapan yang telah digariskan oleh-Nya (Qs al-Baqarah (2:216),
selalu merasakan kedekatan kepada Allah (QS Qaf (50:16), memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal (QS an-Nisa (4:29), dan selalu
berdzikir kepada Allah ( Al-A’raf (7:205).
2. Sisi sosial; cinta kepada orang tua, anak, pasangan hidup (suami/istri) (QS al-
Isra (17:24), suka membantu orang-orang yang membutuhkan amanah (QS al-
Insan (76:8), berani mengatakan kebenaran (Qs an-Nisa 4:135), menjauhi
segala yang dapat menyakiti manusia (QS as-Syura 42:42) (berbohong,
menipu mencuri, berzinah, membunuh, sumpah palsu, memakan harta anak
yatim, fitnah, iri, dengki, menggunjing, gosif, khianat atau (menzalimi orang
lain), jujur kepada orang lain, suka bekerja Qs At-Taubah 9:105), dan mampu
membawa tanggung jawab sosial (Qs az-Zariyat 51:19)
3. Sisi biologis: terhindarnya tubuh dari segala bentuk penyakit dan cacat fisik
dengan senantiasa adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan tubuh
dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan
kemampuannya (pakaian yg bersih (Qs: al-Mudatsir 74:4); pola makan yg
sehat dan tidak berlebih-lebihan QS al-A’raf 7:31); Qs ar-rad 13:4); istirahat
yang cukup (Qs Yunus 67, al-furqan 47 ; an-Naba 9-11); anjuran olah raga QS
al-anfal 8:60).
Sementara M. Audah Muhammad berpendapat indicator kesehatan mental adalah
sebagai berikut:
1. Dimensi spiritual: beriman kepada Allah, ibadah,memenuhi dorongan/ motif
dengan cara-cara yang halal.
2. Dimensi psikis: menerima diri apa adanya, tidak memiliki iri dan
dengki serta sejenisnya.
3. Dimensi sosial: mencintai orang tua, mencintai istri, mencintai anak, menjauhi
segala hal yang dapat menyakiti sesama.
4. Dimensi biologis: tubuh sehat dan jauh dari penyakit.
Kepustakaan
1. Musfir (2005) “ Konseling dan Psikoterapi Islam” terjemahan oleh Sari Nurlita dan
Mitahul Jannah. Gema Insani. Depok Indonesia.
2. Najati (2005). “Hadits dan Ilmu Jiwa”. Penerbit Pustaka. Bandung