Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS PSIKOLOGI

MODUL 4
PSIKOLOGI ISLAM 3

Materi 4
Indikator-indikator tentang Kesehatan mental berdasarkan Perspektif Islam

Disusun oleh : Umar Yusuf

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


2021
1. Sub Capaian Mata kuliah
Mahasiswa mampu menguraikan indikator mental sehat dan faktor – faktor yang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental dalam Al Qur’an, Hadist dan hasil
riset para ilmuwan muslim .

2. Pengalaman Belajar Mahasiswa


1. Mahasiswa memperoleh gambaran materi perkuliahan dari paparan dosen.

2. Mahasiswa mengeksplorasi materi dari media digital dan buku – buku.rujukan sesuai
dengan panduan melalui modul

3. Melalui penugasan mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan


menyusun makalah untuk dipresentasikan di kelas.
4. Mahasiswa melakukan presentasi materi secara berkelompok, dan dilanjutkan dengan
diskusi dalam kelas.

3. Pengantar
Sebagaimana telah dijelaskan pada perkuliahan sebelumnya, bahwa individu
dinyatakan sehat mental adalah mereka yang menunjukkan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan diri maupun lingkungan sosialnya. Akan tetapi dalam
pandangan Islam, seseorang dinyatakan sehat mental, bukan hanya semata mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan lingkungan social semata, tetapi juga
mampu menyesuaikan diri dengan norma dan nilai-nilai spiritual dan religiousitasnya.
Yang dalam hal ini tercermin dalam keimanan dan keislamannya. Namun hal yang
juga menjadi perhatian Islam bahwa seseorang dinyatakan sehat mental jika mereka
pun mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya secara harmonis,
disertai kreativitas dan inovasinya untuk menciptakan bukan saja keselarasannya,
namun juga kenyamanannya.

4. Meteri Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah berkaitan dengan indicator-indikator Kesehatan
menurut para ahli psikologi Islam. Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah Musfir, M.
Audah, Utsman Najati.
A. Indikator Kesehatan Mental Menurut Musfir (2005)
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Musfir bahwa individu yang sehat mental
adalah individu yang menunjukkan kematangan emosi dan sosial, yang
disertai adanya kesesuaian dengan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, serta
ia memikul tanggung jawab kehidupan, serta berbagai permasalahan yang
menghadangnya, dengan diiringi adanya rasa dalam menerima realitas
kehidupan, rasa keridhaan, dan kebahagiaan apa yang terjadi. Dengan
demikian indikasi kesehatan mental dalam perspektif Islam tampak dalam hal-
hal sebagai berikut:
1. Sisi spiritualitas; adanya keimanan kepada Allah, konsisten dalam
melaksanakan ibadah kepadaNya (Qs al-Ma’arij (70:23 & 35), menerima
takdir dan ketetapan yang telah digariskan oleh-Nya (Qs al-Baqarah (2:216),
selalu merasakan kedekatan kepada Allah (QS Qaf (50:16), memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal (QS an-Nisa (4:29), dan selalu
berdzikir kepada Allah ( Al-A’raf (7:205).
2. Sisi sosial; cinta kepada orang tua, anak, pasangan hidup (suami/istri) (QS al-
Isra (17:24), suka membantu orang-orang yang membutuhkan amanah (QS al-
Insan (76:8), berani mengatakan kebenaran (Qs an-Nisa 4:135), menjauhi
segala yang dapat menyakiti manusia (QS as-Syura 42:42) (berbohong,
menipu mencuri, berzinah, membunuh, sumpah palsu, memakan harta anak
yatim, fitnah, iri, dengki, menggunjing, gosif, khianat atau (menzalimi orang
lain), jujur kepada orang lain, suka bekerja Qs At-Taubah 9:105), dan mampu
membawa tanggung jawab sosial (Qs az-Zariyat 51:19)
3. Sisi biologis: terhindarnya tubuh dari segala bentuk penyakit dan cacat fisik
dengan senantiasa adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan tubuh
dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan
kemampuannya (pakaian yg bersih (Qs: al-Mudatsir 74:4); pola makan yg
sehat dan tidak berlebih-lebihan QS al-A’raf 7:31); Qs ar-rad 13:4); istirahat
yang cukup (Qs Yunus 67, al-furqan 47 ; an-Naba 9-11); anjuran olah raga QS
al-anfal 8:60).
Sementara M. Audah Muhammad berpendapat indicator kesehatan mental adalah
sebagai berikut:
1. Dimensi spiritual: beriman kepada Allah, ibadah,memenuhi dorongan/ motif
dengan cara-cara yang halal.
2. Dimensi psikis: menerima diri apa adanya, tidak memiliki iri dan
dengki serta sejenisnya.
3. Dimensi sosial: mencintai orang tua, mencintai istri, mencintai anak, menjauhi
segala hal yang dapat menyakiti sesama.
4. Dimensi biologis: tubuh sehat dan jauh dari penyakit.

Sedangkan Utsman Najati (2005) menyatakan terdapat indikator-indikator


Kesehatan dalam perspektif Islam sebagai berikut:
(1). Sisi hubungan Individu dengan Tuhan-Nya.
Ini berkaitan dengan Iman Kepada Allah Swt, yang tidak ada sekutu dengan-Nya, iman
kepada kitab-kitabnya, rusul-rasulnya, dan malaikat-Nya, kepada hari akhirat dan
hisab, kepada qadha dan qadar. Ibadah kepada Allah ditandai dengan ketaatan,
keikhlasan, mengikuti segala perintahnya, dan menjauhi kemaksiatan.
(2). Hubungan dengan dirinya sendiri;
Individu sehat mental artinya individu tersebut mengenal dirinya sendiri, mengetahui
bakatnya, potensi dan kemampuan diri, ambisi dengan kapasitas dan kapabilitasnya,
serta selalu berusaha mewujudkan kesempurnaan insaniahnya sesuai dengan kapasitas
dan kapabilitas yang dimilikinya.
Individu sehat juga harus mengetahui berbagai kebutuhan, motif, dan keinginan-
keinginannya. Memuaskan hal tesebut dengan cara yang halal dan tak berlebihan.
Individu yang sehat mental mampu mengontrol bila ada yang bisa dipuaskan sampai ia
diberi kesempatan untuk memuaskannya di masa mendatang dengan cara-cara yang
hal. Seorang yang sehat mental mampu mengontrol motif, nafsu, dan syahwatnya yang
bertentangan dengan nilai agama, akhlak yang baik maupun norma-norma social.
Individu yang sehat mental mengetahui perasaan dan emosi yang terlintas dalam
dirinya. Dan mereka merasa bebas dan mampu mengungkapkan hal-hal yang baik,
indah, dan dapat diterima. Selain itu ia juga sanggup mengontrol hal-hal yang
dipandang buruk, rendah, dan dibenci. Ia pun bisa menahan amarah dan mengontrol
diri saat marah. Ia tidak membiarkan cintanya kepada seseorang atau sesuatu apapun
yang membuatnya lupa terhadap kewajiban dan tanggung jawab agama dan dunianya.
Individu yang sehat mental, ia memiliki rasa tanggung jawab, mandiri dalam mengurus
berbagai persoalan kehidupan, percaya diri, dan mampu mengekspresikan diri, dan
merasa bebas dalam berpendapat, memiliki kesanggupan untuk bersabar dan
menanggung berbagai tekanan dan kesulitan hidup, memiliki kemampuan untuk
berjuang demi mengatasi kesulitan hidup yang dihadapinya. Iapun rela menerima
kejadian-kejadian hidup yang tragis yang tidak bisa diatasinya seraya menghadapinya
dengan sabar dan jiwa yang rela akan segala keputusan dan ketentuan Allah. Di
samping itu, iapun merasa puas dan ridha dengan apapun jua yang telah diberikan dan
ditakdirkan kepadanya. Juga ia lurus dalam perilakunya, dan mampu mengungkapkan
pendapatnya dengan kebenaran, dan keberanian moral, dan berakhlak baik, dan
mengerjakan tugas dengan Amanah, ikhlas, professional dan sempurna. Ia selalu
cenderung mengerjakan pekerjaan/tugasnya konstruktif dan berfaedah, selalu
menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam hidup, serta
memperhatikan kesehatan fisik dan mentalnya.
(3). Hubungan dengan individu dengan orang lain.
Individu sehat mental secara umum, hubungan individu dengan sesamanya
berlangsung baik. Ia bersikap akrab dan mencintai sesama. Ia memperlakukan mereka
dengan baik dan penuh kasih saying, mengulurkan tangan untuk memberi bantuan dan
pertolongan kepada mereka. Ia senantiasa jujur dalam bertutur kepada mereka,
terpercaya dalam berinteraksi dengan mereka, serta tidak berbohong dan menipu. Di
samping itu ia tidak pernah menyakiti seseorang serta tidak merasa dengki, benci, hasud
kepada seseorang. Serta bersikap rendah hati, tidak sombong kepada orang lain.
Menghargai motif, perasaan, dan emosi orang lain dengan baik, menghormati pendapat
dan hak-hak mereka, dan memaafkan mereka yang berbuat buruk, meski mampu
membalasnya. Ia memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan senantiasa
melakukan hal-hal yang membawa kemasalahatan dan kemajuan masyarakat. Ia
cenderung memprioritaskan orang lain dan tidak suka bersikap egois.
Hubungan dengan keluarga, secara umum berlangsung baik, ia mencintai, menghargai
dan memperlakukan keluarga dengan baik. Iapun mencintai dan menyayangi anak-
anaknya, serta memperhatikan urusan mereka, serta mendidikn dan mengajari mereka
dengan baik. Selain itu ia, juga mencintai, menghormati, menyayangi, dan
memperlakukan orang tuanya dengan baik, senantiasa menghubungkan silaturahmi,
serta bergaul dengan baik dengan tetangga.
(4). Hubungan dengan alam semesta.
Individu yang sehat mental, ia mengetahui martabatnya sebagai seorang khalifah, dia
mengembang tanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan mengejawantahkan
peran Allah Swt dalam kehidupan. Individu sehat mental ia senantiasa merenungkan
ayat-ayat Allah yang ada di alam, memperhatikan makhluk-makhluk Allah, iapun
mengetahui adanya superioritas kekuasaaan Allah yang tak terbatas atas seluruh
makhluk, serta merasakan keindahan, kesempurnaan, dan keagungan-Nya. Dan ia pun
merasakan kenikmatan kehidupan di alam ini, dan ia merasakan segala keindahan di
dalamnya.
5. Simpulan;
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa orang dinyatakan sehat
mental apabila ia mampu menyesuaikan diri dengan Kehidupan spiritualnya, mampu
menyesuaikan dengan dirinya sendiri maupun menyesuaikan diri dengan orang lain.
Bahkan mampu menyeleraskan diri dengan alam semesta dengan didasari kreativias dan
inovasi yang bersifat professional.
Ekplorasi
1. Kumpulkan sejumlah ayat dan hadis yang terkait dengan tema-tema Kesehatan
mental, di luar apa yang telah dikemukan dan dijelaskan di atas?
2. Coba saudara kemukakan tentang fenomena disekitar lingkungan saudara yang terkait
dengan kondisi Kesehatan mental, apakah menurut saudara mereka menggambarkan
kondisi dengan sehat mental atau sebaliknya, dan Apa indikator-indikator yang
mendukung pernyataaan saudara.
3. Tugas yang saudara buat, dikemukakan dalam kolom assignment.

Kepustakaan
1. Musfir (2005) “ Konseling dan Psikoterapi Islam” terjemahan oleh Sari Nurlita dan
Mitahul Jannah. Gema Insani. Depok Indonesia.
2. Najati (2005). “Hadits dan Ilmu Jiwa”. Penerbit Pustaka. Bandung

Anda mungkin juga menyukai