Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai- nilai dalam berikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan bergama. Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Kematangan beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama tersebut dalam hidupnya. Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis. puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitasi). Pencapaian tingkat abilitasi tertentu bagi perkembangan rohani biasa disebut dengan istilah kematangan (maturity). Berdasarkan ilmu psikologi agama, latar belakang psikologis baik diperoleh berdasarkan faktor intern maupun hasil pengaruh lingkungan memberi ciri pada pola tingkah laku dan sikap seorang dalam bertindak. Dengan demikian, Kematangan beragama dapat dipandang sebagai keberagamaan yang terbuka pada semua fakta, nilai-nilai, serta memberi arah pada kerangka hidup, baik secara teoritis maupun praktek dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama. Dalam buku The varieties of religious experience William James menilai secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:: 1. Tipe orang yang sakit jiwa (The sick soul) Menurut William james, sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ditemui pada orang yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu misal seseorang menyakinkan suatu agama dikarenakan oleh adanya penderitaan batin antara lain mungkin diakibatkan oleh musibah. konflik batin atau pun sebab lainnya yang sulit diungkapkan secara ilmiah. 2. Tipe orang yang sehat jiwa (Healthy- Mindednes) Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut N. Star buck yang dikemukankan oleh W. Houston clark dalam bukunya Religion Psychology adalah Optimis dan gembira. Orang yang sehat jiwanya menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. pahala menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang di buatnya tidak beranggapan sebagai peringatan Tuhan terhadap dosa manusia, mereka yakin bahwa Tuhan bersifat pengasih dan penyayang dan bukan pemberi azab. Orang yang Matang Beragama Menurut Al-Qur’an
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang
dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan. 1. Mereka yang khusyu' shalatnya 2. Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna 3. Menunaikan zakat 4. Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah 5. Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain) 6. Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya 7. Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10) 8. Merendahkan diri dan bertawadlu' 9. Menghidupkan malamnya dengan bersujud (Qiyamullail) 10. Selalu takut dan meminta ampunan agar terjauh dari jahanam 11. Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir 12. Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina 13. Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al- Furqan : 63 - 67) Ibnul Qoyyim, ulama abad ke 7, menyebutkan bahwa orang yang matang beragama mempunyai 9 kriteria, yaitu : 1. Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah kualitasnya 2. Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya 3. Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al- Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya). 4. Dia terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada allah, senang atau benci, marah atau rela, semuanya karena Allah. 5. Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia 6. Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang- royongannya, dan lain-lain 7. Dia terbina keamuannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke arah yang distruktif tetapi justru diarahkan sesuai dengan kehendak Allah. Kemauan yang mendorongnya selalu beramal shaleh 8. Dia terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badan untuk ketaatan kepada Allah karena Rasulullah SAW bersabda : "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah" (HR. Ahmad) 9. Dia terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang dihalalkan Allah SWT sehingga dapat menghasilkan keturunan yang shaleh dan bermanfaat bagi agama dan negara. Kriteria Orang Yang Matang Bergama Menurut Ahli (Allport: 1993). Allport, Memberikan Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kematangan Bergama Yaitu Sebagai Berikut: 1. Kemampuan Melakukan Differensi, Artinya Kemampuan Differensi Dengan Baik Dimaksudkan Sebagai Individu Dalam Bersikap Dan Berperilaku Terhadap Agama Secara Objektif, Kritis, Reflektif, Berpikir Terbuka Atau Tidak Dogmatis. Individu Yang Memiliki Kehidupan Bergama Yang Differensiasi, Akan Mampu Menempatkan Rasio Sebagai Salah Satu Bagian Dari Kehidupan Bergamanya, Sehingga Pandangan Terhadap Agama Menjadi Lebih Kompleks Dan Realistis, Tidak Terjebak Dengan Pemikiran Yang Dogmatis. 2. Berkarakter Dinamis, Artinya Apabila Individu Telah Berkarakter Dinamis, Agama Telah Mampu Mengontrol Dan Mengarahkan Motif-Motif Dan Aktivitasnya. Aktivitas Keagamaan Semuanya Dilaksanakan Demi Kepentingan Agama Itu Sediri. 3. Konsistensi Moral, Kematangan Beragama Ditandai Dengan Konsistensi Individu Pada Konsikuensi Moral Yang Dimiliki Dengan Ditandai Oleh Keselarasan Antara Tingkah Laku Dengan Nilai Moral. Salah Satunya Adalah Adanya Keselarasan Dan Kesamaan Antara Tingkah Laku Dengan Nilai Agama, Kepercayaan Tentang Agama Yang Intens Akan Mampu Mengubah Atau Memtransfomasikan Tingkah Laku. 4. Komprehensif, Kebergamaan Yang Komprehensif Dapat Diartikan Segabai Kebaragamaan Yang Luas, Universal Dan Toleran Dalam Arti Mampu Menerima Perbedaan. 5. Integral, Keberagamaan Yang Matang Akan Mammpu Mengintegrasikan Atau Menyatukan Agama Dengan Segenap Aspek- Aspek Lain Dalam Kehidupan Termasuk Di Dalamnya Dengan Ilmu Pengetahuan. 6. Heuristik, Ciri Heuristik Dari Kematangan Beragama Berarti Individu Akan Menyadari Keterbatasannya Dalam Beragama, Serta Selalu Berusaha Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Penghayatan Dalam Beragama.