LANDASAN TEORI
A. Kematangan beragama
bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama. Jadi,
menjadi penganut yang baik. Keyakianan itu ditampilkannya dalam sikap dan
1
Jalaludin, Psikologi Agama Edisi Refisi, (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2002),
h.123
2
Ibid, h.123
13
lingkungan memberi ciri pada pola tingkah laku dan sikap seorang dalam
bertindak. Pola seperti itu memberi bekas pada sikap seseorang terhadap
itu.3
James menilai secara garis besar sikap dan perilaku keagamaan itu dapat
dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu : 1) tipe orang yang sakit jiwa, dan
2) tipe orang yang sehat jiwa. Kedua tipe ini menunjukkan perilaku dan
3
Ibid, h.125
4
Ibid, h.126
14
a) Temperamen
b) Gangguan jiwa
a) Musibah
b) Kejahatan
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W.
5
Ibid, h.126-127
6
Ibid, h.132
15
beragama sedikit demi sedikit semakin mantap sebagai suatu unit yang
yang datang dari dunia luar. Semua tingkah laku dalam kehidupannya
7
Baharudin, Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam, h.174
8
Ibid, h. 175
17
yang matang dengan orang yang belum matang terletak pada derajat
disebut ibadah dalam arti khusus. Formalitas, tata cara dan ibadah
Fakta yang perlu dicari kaidahnya itu bukan punya benda materi,
akan tetapi keteraturan itu bukan hanya benda materi, akan tetapi
harmonis.
belum sempurna.
hadis maupun ijtihad. Begitu pula hal yang berkaitan dengan psikologi,
c) Mereka senantiasa bersama Allah dan tidak pernah cerai berai dari
kejahatan
9
Baharudin, Mulyono.Psikologi Agama dalam Perspektif Islam, h.198-205.
22
lain
B. Tarekat
1. Pengertian Tarekat
Dari segi bahasa tarekat berasal dari bahasa Arab thariqat yang
mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan yang terang, lurus yang
diberikan oleh para ahli tasawuf saja, para orientalis pun tidak mau
abad ke IX dan X Masehi tarekat adalah cara mendidik akhlaq dan jiwa
Islam. Ajaran ini tidak ubahnya merupakan upaya mendidik diri dan
berikut: "Tarekat merupakan suatu jalan atau cara yang dilakukan oleh
12
Ibid, h.67
24
2. Dasar Tarekat
berbagai prinsip kehidupan agar manusia bahagia secara jiwa dan raga,
kehidupan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang utama dan
menjadikan Allah SWT sebagai satu tujuan, tidak ada yang lain selain
13
Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1998), h.133
25
itu yang membuat para ahli sufi dan ahli tarekat menggali rahasia dalam
rasul adalah sumber utama kerohanian Islam, selain itu juga ada dasar-
dasar pijakan yang utama baik dari firman Allah SWT maupun hadits
kejadian, awalnya tidak ada permulaan. Allah SWT saja telah ada dan
tidak ada yang lain sertanya. Dan ingin supaya dzat-Nya dilihat pada
(al-khaliq). Maka adanya alam ini laksana kaca, yang terang benderang
yang disana dapat dilihat zat Allah SWT. Inilah Dasar Wahdatul Wujud
itu adalah hawa nafsu sendiri. Tetapi rahasia itu akan terbuka dan dinding
( hijab) akan tersimbah dan kiat dapat melihat atau merasakan atau
26
berhubungan langsung dengan rahasia itu, asal kuat dan sudi menempuh
ilmu syariat dan ilmu syariat wajib diketahui bagi setiap muslim mukalaf.
Tiap sesuatu berasal dari wajib, maka hubungannya satu dengan yang
3. Tujuan Tarekat
nafsu untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk ujub, takabur, riya',
14
DEPAG RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Penafsir Al-Quran, 2000
27
tarekat akan tetap sama, yakni mengharapkan hakikat yang mutlak yaitu
Allah SWT.
15
Sholikhin, Muhammad. Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam:Menjawab
Tantangan Zaman. Yogyakarta:Penerbit Mutiara Media, 2008), h.19
16
Aceh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Thoriqoh, Kajian Historis Tentang Mistik, h. 70
17
Zainul Adzfar, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, (Jakarta : Kencana, 2004),
h.143
28
khusus.
dari keempat hal tersebut diterangkan oleh Imam Malik yang mengatakan
bahwa:
4. Fungsi Tarekat
18
Kahfi, M. Shohibul, dkk. Lentera Kehidupan dan Perjuangan Kiai Yahya. (Malang:
LP3MH, 2003), h.82
29
tidak akan terlepas dari sifat aib, kecuali para Nabi”. Dengan bertarekat
19
Zulkifli.Sufi Jawa (Relasi Tasawuf-Pesantren).(Jogjakarta: Pustaka Sufi, 2003), h.69
30
disebut makrifat.
mengatakan “Barang siapa yang belum pernah memasuki ilmu kami ini
Sunnah Nabawiyyah.
a. Tarekat Qadiriyah
b. Tarekat Naqsabandiyah
c. Tarekat Rifa’yah
d. Tarekat Sammaniyah
e. Tarekat Syadziliyah
20
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta : AMZAH, 2012), h.308
21
Muhammad Solihin, Rosihon Anwar. Ilmu Tasawuf, (Bandung : Pustaka Setia,
2008), h. 211
31
Rasulullah. Amaliah yang bersifat spiritual ini harus diamalkan oleh siapa
saja yang telah menyatakan diri melalui “talqin” sebagai murid dan
tersebut adalah :
a. Dzikir
dzikir bimakna ‘am (dzikir secara umum) dan ada dzikir bimakna
khas (dzikir secara khusus). Dzikir bimakna ‘am adalah segala bentuk
ilmu Syariat.
22
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012 ), h.
98.
32
Dzikir dalam arti khusus terbagi dua, yaitu dzikir jahr dan dzikir
c. Khataman
d. Manaqib
sehari-hari.
e. Riyadah
34
kehidupannya.
f. Ziarah
kepada orang-orang saleh, para nabi, para wali, baik yang masih
saleh (shalihin)
mendahului kita
4) At-Tabarruk
35
keluarga, karir, politik, ekonomi dan lain lain. Masalah masalah yang
yang berlarut larut (depresi ), putus asa, frustasi, ingin bunuh diri atau
lain lain.
23
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, h. 170-172
36
anexiety).
“siapa aku” sebagai mahluk Allah, tidak rendah diri, tidak penakut,
Tuhannya.