Anda di halaman 1dari 154

 
Tanya Jawab Seputar
Pintu Dharma Tanah Suci
Buku 1

Disadur Dari :

Ceramah Upasaka Li Bing-nan

Judul :

淨土法門疑難問題解答

Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo

www.smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan.

 
Daftar isi
Hal

Kata Pengantar....................................................................................................5

Tanya Jawab 01~10......................................................................................5~12

Tanya Jawab 11~20....................................................................................13~19

Tanya Jawab 21~30....................................................................................20~25

Tanya Jawab 31~40....................................................................................26~32

Tanya Jawab 41~50....................................................................................33~39

Tanya Jawab 51~60....................................................................................39~45

Tanya Jawab 61~70....................................................................................45~51

Tanya Jawab 71~80....................................................................................51~56

Tanya Jawab 81~90....................................................................................57~62

Tanya Jawab 91~100..................................................................................62~68

Tanya Jawab 101~110................................................................................69~77

Tanya Jawab 111~120...............................................................................78-~89

 
Hal

Tanya Jawab 121~130................................................................................91~99

Tanya Jawab 131~140............................................................................100~108

Tanya Jawab 141~150............................................................................109~117

Tanya Jawab 151~160...........................................................................118~126

Tanya Jawab 161~170............................................................................127~134

Tanya Jawab 171~180...........................................................................135~142

Tanya Jawab 181~190............................................................................142~151

Daftar Pustaka.................................................................................................153

Gatha Pelimpahan Jasa...................................................................................154

 
Tanya Jawab Seputar Pintu Dharma Tanah Suci

Kata Pengantar dari Penyusun :

Upasaka Li Bing-nan merupakan seorang praktisi senior Aliran Sukhavati,


menghasilkan banyak murid berbakat, salah satunya adalah Master Chin Kung,
yang menyebarluaskan Ajaran Sukhavati di berbagai belahan dunia.

Untuk menyebarluaskan Buddha Dharma, sehingga para praktisi Pintu Dharma


Tanah Suci tidak jatuh ke dalam jalan yang menyimpang, saya, Ceng Qi-yun,
menerjemahkan buah pena Upasaka Li Bing-nan yang berjudul “Tanya Jawab
Ajaran Buddha” ke dalam Bahasa Mandarin umum yang lebih mudah dipahami,
untuk dipersembahkan buat semuanya.

Penulis : Upasaka Li Bing-nan

Disusun oleh : Upasaka Ceng Qi-yun

01. Pertanyaan :

Dari tempat mana bisa menuju ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dari hati menuju ke sana. Pertanyaan ini mesti mendengar ceramah


Dharma dengan seksama atau membiasakan diri membaca penjelasan

 
sutra, barulah dapat memahaminya dengan jelas. Oleh karena maha
ribu dunia adalah tercipta dari pikiran, demikian pula Alam Sukhavati.

Tetapi, yang disebut dengan “hati dan pikiran” itu bukanlah bisa
dipahami dalam waktu satu atau dua hari, ditakutkan malah
menimbulkan salah tafsir, sehingga jadi menyimpang.

Maka itu, sebelum memiliki kesanggupan untuk memahaminya,


asalkan membangkitkan ketulusan meyakini ucapan Buddha adalah
nyata dan tidak semu, membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati,
saat menjelang ajal pasti memperoleh penjemputan dari Buddha
Amitabha, sejak itu keluar dari enam alam tumimbal lahir, selamanya
keluar dari lautan samsara, ibarat dokter yang membuka resep obat,
andaikata terlebih dulu anda ingin memahami bahan-bahan yang
terkandung di dalam obat, maka akan menunda waktu menebus obat
di apotik, kalau sudah demikian, bagaimana penyakit bisa
disembuhkan?

02. Pertanyaan :

Apa makna dari “Namo Amituofo”?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

“Namo” artinya ber-sarana (berlindung), menghormati, “Amituofo”


adalah nama dari salah seorang Buddha, Amituofo artinya adalah
Buddha “Cahaya Tanpa Batas” dan makna lainnya, makna lainnya
menunjukkan kebijaksanaan, maitri karuna dan kemampuan gaib dari
Buddha Amitabha adalah tak terhingga dan tanpa batas, takkan habis
diungkapkan dengan kata-kata.

 
Untuk lebih jelasnya maka harus membaca “Amitabha Sutra”, kalau
belum memiliki kesanggupan untuk membaca sutra, maka terlebih
dulu bacalah buku saku bagi pemula, contohnya “Penuntun Kembali
ke Jalan Yang Benar”. Bacalah berulang kali agar bisa memahami
dengan jelas kebenaran itu. Andaikata tidak memahaminya dengan
benar, maka mudah jatuh ke jalan sesat dan mengalami kemunduran.

03. Pertanyaan :

Jalan mana yang harus ditempuh Praktisi Aliran Sukhavati barulah


merupakan jalan yang singkat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ada empat cara, diantaranya adalah melafal Amituofo sebagai jalan


yang paling singkat.

Cara pertama adalah merenungkan Buddha Amitabha yang ada di


dalam jiwa sejati. Cara yang kedua adalah melakukan 16 perenungan
seperti yang tercantum di dalam “Amitayurdhyana Sutra”. Cara yang
ketiga adalah merenungkan rupang Buddha Amitabha, dalam hati
melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus.

Cara keempat adalah melafal Amituofo, cara yang terbaik.

Kelemahan dari cara pertama adalah menitikberatkan pada kekuatan


sendiri, tidak memohonnya dari luar, tetapi manusia awam ditutupi
oleh rintangan karma sejak kalpa yang tanpa batas, mana mungkin

 
bisa mencapai pencerahan mendadak? Maka itu cara ini tidak
mungkin bisa dilaksanakan oleh sebagian orang.

Kelemahan dari cara kedua adalah dalam melakukan 16 perenungan


tersebut tidak boleh sampai terputus, jadi tidak mungkin bisa
dilaksanakan oleh setiap insan.

Kelemahan dari cara ketiga adalah harus tergantung pada rupang


Buddha, bagaimana kalau tiba-tiba rupang Buddha tidak ada? Maka
akan terputus.

Hanya satu-satunya, dengan cara keempat yakni melafal Amituofo,


yang paling mudah dilaksanakan, yang paling cepat mencapai
keberhasilan, asalkan melafal berkesinambungan tak terputus, pikiran
terfokus tak tergoyahkan, tidak perlu melakukan perenungan, tidak
usah capek-capek merenungkan rupang Buddha, asalkan serupa
dengan seorang anak yang merindukan ibundanya, pasti dengan
mengandalkan kekuatan pemberkatan dari Buddha Amitabha, terlahir
ke Alam Sukhavati, begitu terlahir di sana, maka telah berhasil keluar
dari lingkaran tumimbal lahir, pencapaian KeBuddhaan sudah di
depan mata.

04. Pertanyaan :

“Amitabha Sutra” menyebutkan : “Putra berbudi dan putri berbudi


andaikata ada yang yakin pada Alam Sukhavati, maka hendaknya
membangkitkan tekad terlahir ke sana”. Bagaimana caranya untuk
membangkitkan tekad?

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Usai melakukan kebaktian pagi dan sore, bacalah “Gatha Pelimpahan


Jasa”, inilah yang disebut dengan membangkitkan tekad. Tetapi
pelimpahan jasa ini cuma diucapkan di mulut saja, kalau saat melafal
Amituofo dapat melepaskan segala kemelekatan, segenap hati
membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, ini barulah
disebut sebagai membangkitkan tekad, oleh karena keluar dari dalam
hati.

05. Pertanyaan :

Tidak bervegetarian jangka panjang, apakah boleh memuja rupang


“Tiga Suciwan Alam Sukhavati” di rumah?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Boleh memuja rupang “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”, tetapi ketika


sedang mengkonsumsi makanan non vegetarian, sebaiknya rupang
Buddha ditutup dengan kain, untuk menghindari tidak bersih.

06. Pertanyaan :

Tabiat duniawi tidak sanggup dihapus hingga tuntas, apakah dengan


demikian boleh meyakini dan melafal Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

 
Justru untuk menghapus hingga tuntas tabiat itu, barulah perlu melafal
Amituofo, oleh karena tabiat itu sulit dilenyapkan, maka itu harus
lebih giat melafal Amituofo. Perbedaan antara orang awam dan
suciwan terletak pada sebersit niat pikiran, sebersit niat benar adalah
suciwan, sebersit niat sesat adalah orang awam.

07. Pertanyaan :

Ada orang yang mengatakan bahwa Buddha Sakyamuni, Buddha


Amitabha dan Bodhisattva Avalokitesvara adalah serupa, benarkah
demikian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau ditinjau dari segi Dharma-kaya, maka bolehlah dikatakan


sedemikian rupa, tetapi bila ditinjau dari Sambhoga-kaya dan
Nirmana-kaya, maka tidak bisa dikatakan serupa.

Dharma-kaya (tubuh Dharma) para Buddha ada di seluruh ruang dan


waktu, merupakan satu kesatuan baik dengan ruang maupun waktu,
ruang dan waktu adalah tak terhingga dan tanpa batas, maka itu
Dharma-kaya para Buddha juga adalah tak terhingga dan tanpa batas.
Oleh karena tak terhingga dan tanpa batas, maka Dharma-kaya para
Buddha adalah sama.

Sambhoga-kaya menunjuk pada tubuh yang digunakan oleh para


Buddha, tubuh suci ini diperoleh setelah melewati pelatihan diri
selama tiga asamkheyakalpa besar, dimana telah tertimbun berkah dan
kebijaksanaan serta jasa kebajikan yang tak terhingga.

10 

 
Sedangkan Nirmana-kaya (tubuh jelmaan) masih dapat dibagi 2 yakni
Nirmana-kaya unggul dan Nirmana-kaya rendah.

Nirmana-kaya unggul digunakan para Buddha dalam mengikrarkan


tekad dan mewujudkan Tanah Suci, menampilkan kemampuan gaib
kepada sepuluh tingkatan Bodhisattva, memutar roda Dharma,
sehingga semuanya memperoleh kebahagiaan Dharma.

Nirmana-kaya rendah digunakan para Buddha ketika berada di alam


yang penuh dengan kekeruhan, dimana Sang Buddha akan menjelma
serupa dengan makhluk di alam tersebut, demi membabarkan Dharma
kepada para makhluk yang masih belum mencapai tingkatan
Bodhisattva dan makhluk lainnya, sehingga semua makhluk
memperoleh pembebasan.

08. Pertanyaan :

Praktisi yang tidak bervegetarian, apakah melafal Amituofo juga bisa


terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Meskipun tidak sanggup bervegetarian, tapi juga tidak boleh


membunuh, boleh mengkonsumsi daging lima kriteria, maka dengan
demikian takkan menghambat usaha terlahir ke Alam Sukhavati.

11 

 
Apa yang dimaksud dengan daging lima kriteria? Yakni :

1. Ketika hewan tersebut dibunuh, tidak melihatnya secara langsung;


2. Ketika hewan tersebut dibunuh, suara yang menyayat hati tersebut,
tidak mendengarnya secara langsung;
3. Bukan karena diriku maka hewan tersebut dibunuh;
4. Hewan yang mati secara alamiah karena usianya memang sudah
habis;
5. Sisa makanan hewan lainnya.

09. Pertanyaan :

Saya mempunyai tetangga yang sudah lama belajar Ajaran Buddha,


dia bilang padaku, kalau wanita lagi menstruasi, tidak boleh melafal
Amituofo, benarkah demikian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini adalah masalah fisiologi wanita, jadi bukan niatnya sengaja tidak
bersih, yang paling penting dari melafal Amituofo adalah dengan
pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan, tidak boleh
terputus, jadi lafallah dengan tenang, takkan ada rintangannya.

10. Pertanyaan :

Ketika melafal Amituofo sering muncul khayalan, pikiran tidak bisa


tenang, adakah cara untuk mengatasinya?

12 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo dimunculkan dari pikiran, suara keluar dari mulut,


kemudian masuk kembali melalui telinga; pikiran melafal, keluar
suara dari mulut dan telinga mendengar; setiap kata demi kata dilafal
dan didengar dengan jelas, jangan sampai terlewatkan, lama kelamaan,
dengan sendirinya dapat mencapai “pikiran terfokus tak tergoyahkan”.

11. Pertanyaan :

Metode sepuluh kali lafalan Amituofo bisa terlahir ke Alam Sukhavati,


tetapi mengapa di dalam “Amitabha Sutra” disebutkan tidak boleh
kekurangan akar kebajikan, berkah kebajikan dan faktor pendukung,
agar bisa terlahir ke Negeri Buddha Amitabha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yang disebut dengan sepuluh kali lafalan Amituofo, bukanlah cuma


dilafal sekali saja, tetapi setiap hari haruslah dilafal dan dipertahankan,
hingga menimbun dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, maka dengan
sendirinya takkan kekurangan akar kebajikan.

Metode sepuluh kali lafalan ini adalah khusus diperuntukkan bagi


mereka yang sangat sibuk, apabila bisa meluangkan lebih banyak lagi
waktu untuk melafal Amituofo, maka ini tentunya lebih baik.

13 

 
12. Pertanyaan :

Wanita yang sedang menjalani masa nifas selama sebulan, apakah


boleh melafal Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo menitikberatkan pada “dengan pikiran suci melafal


Amituofo berkesinambungan”, masa nifas merupakan persoalan
fisiologi wanita, bukan merupakan hambatan untuk melafal Amituofo,
sejak dulu hingga sekarang tidak ada larangan bagi wanita yang
sedang menjalani masa nifas untuk melafal Amituofo. Bagusnya
adalah melafal Amituofo di dalam hati, tapi kalau tidak bisa
melakukannya, maka melafal di mulut dan keluar suara, juga tidak
masalah.

13. Pertanyaan :

Setiap hari melafal Amituofo, tapi khayalan masih juga begitu banyak,
cara apa yang mesti digunakan untuk mengatasinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini dikarenakan ketrampilan yang tidak mendalam, seiring berjalannya


waktu, perlahan-lahan mulai dapat mengendalikan pikiran sendiri,
sekarang jangan memaksakan diri, ditakutkan caranya tidak tepat,
makin dihapus makin banyak.

Saat melafal Amituofo, lafalan Namo Amituofo dibangkitkan dari hati


dengan jelas, demikian pula saat keluar dari mulut juga harus dilafal
14 

 
dengan jelas, lalu masuk melalui telinga juga terdengar dengan jelas.
Dengan cara pelafalan begini, maka dengan sendirinya khayalan akan
berkurang sehari demi sehari.

14. Pertanyaan :

Selama ini saya melafal Amituofo tidak ada menggantung poster


Buddha, juga tidak menyalakan dupa dan pelita, atau menjalankan tata
cara lainnya, apakah dengan demikian berarti tidak menghormati Sang
Buddha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Apabila kondisi di rumah mengijinkan, maka boleh menggantung


poster Buddha, di sini kami membagikannya secara gratis. Sebaliknya
apabila tidak leluasa, maka boleh menghadap ke arah barat, dalam hati
melakukan perenungan, membangkitkan ketulusan sepenuhnya,
dengan demikian juga merupakan jasa kebajikan yang tak terhingga.

Sedangkan untuk bernamaskara, asalkan keadaan lingkungan


mengijinkan, maka lebih baik mengamalkannya. Dengan melakukan
namaskara satu kali, dosa akan berkurang sebanyak pasir di Sungai
Gangga!

15 

 
15. Pertanyaan :

Ada pemilik vihara yang menghardik padaku, mengatakan bahwa


melafal Amituofo itu adalah melekat pada rupa, saya tidak tahu
bagaimana cara menjawabnya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Anda boleh menunjuk pakaiannya sambi berkata : “Bukankah pemilik


vihara juga melekat pada rupa?”. Setelah dia memberi jawaban, maka
anda boleh mengikuti jawabannya dan berkata : “Saya juga begitu”.

16. Pertanyaan :

Saya dengar kata banyak orang bahwa kamar suami istri adalah kotor,
jadi tidak boleh melafal Amituofo, tapi kadang kala di dalam mimpi
melafal Amituofo, apakah ada dosanya? Saya membaca di sebuah
buku, katanya, baik berjalan, duduk, berdiri, berbaring, santai, sibuk,
juga harus melafal Amituofo, apakah ucapan ini ada bedanya bila
ditujukan kepada orang yang telah menikah dan masih lajang?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kamar tidur dan segala tempat yang tidak bersih (contohnya kamar
mandi), melafal Amituofo jangan mengeluarkan suara, lafal saja di
dalam hati, tidak apa-apa.

Melafal Amituofo di dalam mimpi, ini menunjukkan ketrampilan


melafal Amituofo yang mendalam, ini merupakan kondisi batin yang
bagus, mana ada dosanya!
16 

 
Umat awam pada umumnya juga menikah, suami istri melatih diri
bersama-sama, saling memberi motivasi dan dukungan, bagaimana
tidak boleh!

17. Pertanyaan :

Apabila di dalam hati melafal Amituofo, maka hati adalah Buddha,


sebaliknya hati yang tidak melafal Amituofo, maka hati ini bukanlah
Buddha. Jadi apakah hati yang melafal Amituofo itu adalah Buddha?
Apakah benar ada hal yang begitu gampang?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Mencapai KeBuddhan itu tidak sulit, hanya ada di hati tercerahkan.


Apakah yang dimaksud dengan hati dan pikiran? Tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Dimanakah hati dan pikiran? Tidak
bisa ditemukan.

Apabila harus terpaksa mencarinya, maka merupakan sebersit niat


pikiran anda sekarang, luas dan tanpa batas.

Apabila hati yang muncul dari melafal Amituofo, maka hati ini adalah
hati Buddha; sedangkan hati yang memikirkan hal lainnya, tentunya
bukanlah hati Buddha.

17 

 
Dari sinilah kita memulainya, melatih ketrampilan melafal Amituofo,
maka perlahan-lahan ketrampilan tersebut akan jadi efektif. Dapat
melakukan sampai tahap dimana meskipun tidak sedang melafal
Amituofo, namun dengan sendirinya di dalam hati lafalan Amituofo
tetap bergema berkesinambungan tak terputus, sesungguhnya ini
merupakan kondisi batin “Samadhi Pelafalan Amituofo”.

18. Pertanyaan :

Seringkali terdengar kata orang bahwa melatih Dhyana itu bisa


mencapai pencerahan mendadak, jadi kalau melatih Aliran Tanah Suci
harus menanti sampai kapan barulah bisa tercerahkan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pintu Dharma Tanah Suci menitikberatkan pada “pikiran terfokus tak


tergoyahkan”, jadi tidak menitikberatkan pada pencerahan mendadak,
hanya bertekad untuk terlahir ke Alam Sukhavati, tidak memaksakan
diri untuk memutuskan kekotoran batin, tetapi apabila bisa
mempertahankan kondisi batin melafal Amituofo “pikiran terfokus tak
tergoyahkan”, maka dengan sendirinya suatu hari kelak pasti dapat
mencapai penerangan sempurna.

19. Pertanyaan :

Oleh karena saya berada dalam lingkungan yang tidak memungkinkan


diriku melakukan namaskara dan melafal Amituofo juga tidak leluasa
beranjali dan mengeluarkan suara nyaring, jadi hanya bisa melafal di
dalam hati, kadang kala saya mengeluarkan poster Buddha ukuran

18 

 
saku, beranjali dan menganggukkan kepala, apakah jasa kebajikan ini
juga serupa dengan jasa kebajikan melakukan namaskara?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Dharma menitikberatkan pada ketulusan hati, berada dalam


sebuah lingkungan atau organisasi, tidaklah bebas tapi boleh leluasa.
Melafal Amituofo di dalam hati bisa menfokuskan pikiran, dengan
pikiran tulus menganggukkan kepala, juga ada jasa kebajikannya.
Melafal Amituofo adalah melafal hati, jadi tidak tergantung pada
penampilan luar, asalkan melafal Amituofo berkesinambungan tak
terputus, juga telah memberi persembahan kepada para Buddha, juga
membalas budi Buddha.

20. Pertanyaan :

Belakangan ini terdengar satu hal, yakni ada seorang praktisi yang
sudah melatih diri selama bertahun-tahun, tiba-tiba dibelenggu nafsu,
apakah saat menjelang ajalnya nanti akan muncul rintangan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dari suci masuk ke kekeruhan, maka tidak perlu lagi membahas


tentang terlahir ke Alam Sukhavati. Melafal Amituofo hanya bisa
maju terus ke depan, meskipun mendayung perahu di sungai
berombak besar juga harus diterjang (artinya meskipun berat juga
harus bertahan), bila dilonggarkan sedikit maka akan mundur seribu
langkah, apabila dari suci masuk ke kekeruhan, maka ketrampilan
yang telah diperoleh sebelumnya akan jadi sia-sia.

19 

 
Semua ketrampilan yang telah dilatih, hasilnya akan tampak pada
sebersit niat pikiran terakhir saat ajal tiba, oleh karena dari suci masuk
ke kekeruhan, pasti akan berputar kembali di enam alam tumimbal
lahir.

Metode sepuluh kali lafalan adalah dilatih dalam waktu keseharian


dan menimbun dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Apabila orang
jahat saat menjelang ajalnya cuma melafal Amituofo sepuluh kali lalu
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, ini dikarenakan benih baik yang
telah ditanamnya pada masa kelahiran lampau dan kini sudah saatnya
berbuah, jadi jangan ada hati yang bermaksud mempertaruhkan
keberuntungan.

21. Pertanyaan :

Ada beragam cara melafal Amituofo, apakah boleh menggabungkan


dua cara, contohnya melafal Amituofo sambil melakukan perenungan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melakukan perenungan dan melafal Amituofo boleh digabung, tetapi


sejak jaman Master Lian-chi, selanjutnya hanya menggunakan satu
cara saja yakni melafal Amituofo. Oleh karena dengan melafal
Amituofo mudah mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan.

20 

 
22. Pertanyaan :

Master Yin Guang mengajari umat melafal Amituofo, juga sekaligus


melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara, untuk mengeliminasi
bencana dan menghindari petaka, jadi apakah dengan melafal
Amituofo saja tidak bisa mengeliminasi bencana dan menghindari
petaka?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sepatah Amituofo dapat menghapus 8 miliar kalpa dosa berat samsara,


mana ada alasan tidak bisa mengeliminasi bencana dan menghindari
petaka. Melafal Amituofo harus membangkitkan tekad agung terlahir
ke Alam Sukhavati, apabila masih ada niat lainnya, maka pikiran jadi
tidak terfokus.

Ucapan Master Yin Guang adalah ditujukan kepada mereka yang


hatinya masih goyah, yang tidak mempunyai ketetapan hati untuk
mengakhiri samsara. Kalau memang melafal Amituofo sudah sampai
tahap tak terpengaruh lagi oleh hal-hal lainnya, pikiran terfokus tak
tergoyahkan, jadi buat apa lagi merisaukan ada tidaknya bencana?

23. Pertanyaan :

Suddhipanthaka memiliki akar kebijaksanaan yang rendah, mengapa


Buddha Sakyamuni tidak mengajarinya melafal Amituofo saja, tapi
malah mengajarinya melafal kata sapu?

21 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha Sakyamuni mengajari setiap makhluk, tidak memiliki sebuah


metode yang tetap dan serupa, begitu melihat sapu, tanpa pikir
panjang langsung diambilnya, di dalamnya terkandung makna
mendalam yang tak terbayangkan.

Suddhipanthaka melafal dua aksara “sa-pu” saja bisa lupa, apalagi bila
mengajarinya melafal Na-mo A-mi-tuo-fo yang terdiri dari enam
aksara?

Meskipun melafal kata sapu, tetapi oleh karena Suddhipanthaka


begitu tekun, menfokuskan pikiran melafalnya, khayalan tidak muncul,
sehingga mencapai samadhi, dengan sebatang sapu tanpa rupa,
menyapu bersih kekotoran batinnya.

24. Pertanyaan :

Seiring meningkatnya kemajuan batin maka meningkat pula godaan


Mara, kekuatan Mara begitu besar, dalam waktu keseharian selain
melafal Amituofo, ada cara apa lagi yang bisa digunakan untuk
mewaspadai munculnya godaan Mara?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yakni kekuatan samadhi dan moralitas, dapat memukul mundur


rintangan Mara. Dengan sila, samadhi dan prajna (kebijaksanaan).
Dengan pelaksanaan sila maka samadhi akan tercapai, dengan
tercapainya samadhi maka kebijaksanaan (prajna) berkembang.

22 

 
25. Pertanyaan :

Biasanya tidak percaya pada Buddha juga tidak punya rasa hormat
pada Buddha, saat menjelang ajal tiba-tiba ada kalyanamitra yang
datang mengajari dan membantunya melafal Amituofo, orang ini tidak
memahami teori melafal Amituofo, apakah dia bisa terlahir ke Alam
Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Segera munculkan keyakinan hati, begitu diajari kalyanamitra


langsung yakin dan ikut melafal Amituofo, dengan demikian bisa
terlahir ke Alam Sukhavati, kalau bukan demikian, maka takkan
memperoleh manfaat yang berarti.

26. Pertanyaan :

Apa bedanya antara mengulang Sukhavati Vyuha Dharani dan melafal


Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ditinjau dari segi manfaat tidak jauh berbeda, hanya saja melafal
Amituofo lebih mudah dan praktis.

23 

 
27. Pertanyaan :

Apakah melafal Amituofo di kamar tidur atau kamar mandi, tak


peduli bersuara atau tidak, juga dianggap sebagai sikap tidak hormat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dalam kamar tidur, boleh bersuara melafal Amituofo, tetapi kalau


dalam sikap berbaring, hanya boleh melafalnya dalam hati, tidak
boleh mengeluarkan suara. Di dalam kamar mandi, juga hanya boleh
melafalnya dalam hati, tidak boleh bersuara.

Jadi meskipun berada baik di kamar tidur maupun kamar mandi,


lafalan Amituofo juga harus tetap berkesinambungan tak terputus. Di
tempat yang tidak bersih dapat melafal di dalam hati dan tidak
bersuara.

28. Pertanyaan :

Kabarnya ada seorang praktisi yang menfokuskan diri melafal


Amituofo, tidak melafal nama Buddha atau Bodhisattva lainnya,
bahkan sampai-sampai nama Bodhisattva Avalokitesvara juga tidak
dilafalnya, cara melatih diri yang sedemikian rupa, apakah
diperbolehkan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Langsung menuju ke tujuan, mengapa tidak boleh.

24 

 
29. Pertaanyaan :

Rupaang Buddhha Amitabbha menjeemput, daalam posissi duduk atau


berdiiri?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Rupaang Buddhha Amitabha menjem mput adalaah dalam posisi berrdiri,


sudah
h begitu teergesa-gesaa dan menddesak untuuk menyelaamatkan seemua
makhhluk menjaauhi Alam Saha, manna bisa dudduk-duduk menanti laagi?

30. Pertaanyaan :

Melaafal Amituuofo dengaan harapann bisa terlaahir ke Alam Sukhaavati,


apakaah ini jugaa disebut seebagai seraakah?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Manaa bisa diseebut serakaah? Setelaah terlahir ke Alam Sukhavati dan


menccapai KeB Buddhaan lalu kem mbali lagi ke alam m saha untuk
u
meny yelamatkann para maakhluk. Teerkecuali ingin terlahir ke Alam A
Sukh havati deemi meniikmati kesenangan
k n di sanna, sehinngga
berseeberangan dengan teekad Budddha Amitabbha, inilahh yang dissebut
sebaggai serakahh, dengan demikian
d m
malah jauhh dari harappan untuk bisa
terlah
hir ke Alam
m Sukhavaati.

25 

 
31. Pertanyaan :

Sutra menyebutkan, hati sendiri adalah Buddha, kalau begitu saya


melafal namaku sendiri saja, apakah dengan begini juga bisa berhasil?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Merenungkan hati tentu saja bisa berhasil, tetapi nama sendiri dan hati
itu berlainan, kalau melafal nama sendiri, ditakutkan hanya akan
menambah keakuan. Terkecuali memang tidak timbul sama sekali hati
yang membeda-bedakan, contohnya seperti memperhatikan
pernafasan atau koan-koan dalam Aliran Zen.

Tetapi semua cara ini mengandalkan kekuatan sendiri untuk


mengakhiri samsara, dibandingkan dengan Aliran Sukhavati yang
melafal Amituofo, mengandalkan kekuatan sendiri dan kekuatan
Buddha, sama sekali berbeda.

Sebelumnya bukankah telah disebutkan bahwa Suddhipanthaka cuma


mengulang kata sapu saja sudah bisa berhasil mencapai pembebasan?
Tetapi harus dipikirkan bahwa Suddhipanthaka bertemu dengan
Periode Saddharma (Dharma Sejati), yang merupakan jalinan jodoh
terunggul, selain itu Suddhipanthaka begitu giat melatih diri dan
bukan setiap insan sanggup melakukannya, maka itu metode yang
digunakannya, bukanlah bisa efektif bagi setiap insan, apalagi praktisi
yang berada dalam jaman berakhirnya Dharma ini, lebih tidak usah
berharap lagi.

Maka itu seorang praktisi sejati lebih baik membangkitkan ketulusan,


baik-baik melafal Amituofo, jangan lagi berganti topik.

26 

 
32. Pertanyaan :

Urusan keluarga banyak sekali, waktu untuk melafal Amituofo jadi


sedikit, waktu untuk melafal di dalam hati jadi lebih banyak, apakah
dengan demikian bisa berhasil?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Andaikata senantiasa melafal Amituofo di dalam hati, lama kelamaan


akan mudah memasuki kondisi batin “Samadhi Pelafalan Amituofo”,
mana mungkin ada alasan tidak berhasil?

33. Pertanyaan :

Usai melakukan kebaktian utama dan membaca Gatha Pelimpahan


Jasa, dilanjutkan lagi dengan membaca Maha Karuna Dharani dan
sutra lainnya, apakah dengan demikian malah akan mengganggu
kebaktian utama?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setelah melakukan pelimpahan jasa, lalu membaca sutra atau dharani


lainnya, selama tidak berseberangan dengan Ajaran Sukhavati,
seluruh jasa kebajikan dilimpahkan ke Alam Sukhavati, maka hal ini
takkan mengganggu.

27 

 
34. Pertanyaan :

Membaca novel, nonton film bioskop, menyanyi dan mendengar


petunjukan opera, semua hobi ini bisa membuat melupakan keakuan
buat sementara waktu, pikiran jadi terfokus tak tergoyahkan. Saya
ingin bertanya “pikiran terfokus” di sini, apa bedanya dengan “pikiran
terfokus” yang dicapai dalam melafal Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Belakangan ini novel, tayangan film dan opera, kian lama kian rendah
kualitasnya, ceritanya tak terpisahkan dari amoral, kepiluan karena
perpisahan, begitu penonton melihatnya langsung muncul perasaan
emosional, bagaikan hanyut dan mabuk terbawa olehnya, begitu
mudah hatinya terpengaruh, ini sungguh merupakan kemerosotan
batin, bagaimana bisa dibilang “pikiran terfokus tak tergoyahkan”?

Pikiran terfokus yang tercemar ini dengan pikiran terfokus dalam


melafal Amituofo, mana bisa dibandingkan? “Pikiran terfokus tak
tergoyahkan” dalam Aliran Sukhavati adalah dengan pikiran suci
melafal Amituofo berkesinambungan, yang terpisah dari pencemaran
duniawi, melepaskan segala kemelekatan, hati bagaikan air yang
tenang.

Hati bagaikan air yang tenang, bukanlah berarti hati bagaikan batu,
tidak tahu membedakan benar dan salah. Sebuah pertunjukan seni
hendaknya mengandung unsur benar, bajik dan indah, yang dapat
mencerahkan batin setiap insan.

Maka itu kami tidak pernah melarang untuk menikmati pertunjukan


kesenian, Ajaran Buddha juga sering diungkapkan melalui seni,
contohnya ukiran-ukiran Buddhis di Gua Dunhuang, yang merupakan
28 

 
mustika seni. Lalu lantunan gatha yang diiringi dengan alat-alat
kebaktian, juga merupakan sarana penting yang mendidik.

35. Pertanyaan :

Terima kasih atas arahan yang telah diberikan guru, melafal Amituofo
tidak perlu melakukan perenungan (visualisasi), tetapi ketika saya
melafal Amituofo, pikiran sulit terfokus, adakah cara untuk
mengatasinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Lafalan Amituofo dibangkitkan dari hati, suara keluar dari mulut, lalu
masuk kembali melalui telinga, terukir di dalam hati, setiap kata demi
kata haruslah jelas, jangan sampai ada yang terlewatkan, demikianlah
terus mengulangnya, dengan demikian pikiran bisa jadi terfokus.

Andaikata masih juga tidak bisa terfokus, maka boleh menggunakan


cara menghitung. Sehela nafas menghitung tiga lafalan, lalu sehela
nafas berikutnya hitung lagi tiga lafalan, yang terakhir menghitung
empat lafalan, totalnya 10 lafalan.

Cara menghitung ini paling mudah menfokuskan pikiran, ibarat


pegawai bank yang sedang menghitung uang, kecepatannya bagaikan
semilir angin musim gugur yang menyapu daun-daun yang
berguguran, tetapi jumlahnya adalah tepat dan jelas, takkan kacau.

29 

 
36. Pertaanyaan :

Melaafal Amituuofo tidak bervegetaarian, apakkah saat menjelang


m ajal
bisa terlahir
t ke Alam Sukkhavati?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Apab bila ada yaang membaantunya meelafal Amiituofo makka bisa berhhasil
terlah
hir ke Alaam Sukhavvati, tetapii sebaiknya melatih bervegetaarian,
“Tidaak menjallin hutangg karma buruk,
b saaat menjelaang ajal tiada
t
rintan
ngan”. Jikka tidak memungki
m inkan untuuk berveggetarian, maka
m
bolehh mengkonnsumsi dagging lima kriteria.
k

37. Pertaanyaan :

Melaafal Amituoofo sampaii menjelanng ajal sakit parah, suungguh terssiksa,


k sanggup melafal Amituofo, apakah bisa terlaahir ke Alam
tidak A
Sukhhavati?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Saat menjelangg ajal meruupakan moomen yang paling meenentukan, bila


tidak
k sanggup melafal
m Am mituofo maka
m pikiraan jadi goyyah, bagaim
mana
mung gkin masihh bisa terllahir ke Alam
A Sukhhavati? Padda saat begini,
boleh
h mengunddang para sahabat Dharma
D daatang mem mbantu meelafal
Amittuofo, denggan demikiian barulahh ada jaminnan.

30 

 
38. Pertaanyaan :

Dalam
m waktu kesehariian senanntiasa meenuruti jaadwal meelafal
Amittuofo, kalaau tiba-tibaa bertemu bencana,
b um
mpamanyaa mati ditaabrak
mobiil, tidak seempat melaafal Amituuofo, apakaah masih bisa
b terlahiir ke
Alam
m Sukhavatti?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Prakttisi pelafall Amituofoo yang telaah mencapai kondisi batin terteentu,


takkaan muncuul musibah sedem mikian ruupa. Sebaagai tindaakan
penceegahan, daalam waktuu kesehariaan, hendakknya melattih niat pikkiran
yang pertama adalah
a melaafal Amituuofo.

Apa maksudnyya niat pikiiran yang pertama


p addalah melaafal Amituuofo?
Begittu selesai bekerja, niat pikirran yang pertama
p a
adalah meelafal
Amittuofo; beggitu banguun tidur, niat
n pikiraan yang pertama addalah
melafal Amituoofo.

Apab bila dapat memelihaaranya meenjadi kebbiasaan, meskipun


m mati
ijnana) kagget dan takk sadarkan diri,
ditabrak mobil,, kesadarann (alaya-vij
tetapi setelah tubuh
t antaara-bhava muncul,
m piikiran sudah tidak kaget
k
lagi dan
d tenangg, pada saaat ini adalahh menganddalkan kebbiasaan meelafal
Amittuofo yangg dilatih daalam wakttu kesehariian, niat pikiran perttama
adalaah melafal Amituofo dulu, makka tubuh anntara-bhavaa dapat terlahir
ke Allam Sukhaavati.

31 

 
39. Pertanyaan :

Melafal Amituofo tidak mengamalkan Lima Sila, tidak melenyapkan


asusila, apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Meskipun tidak mengamalkan Lima Sila, tetapi dengan sendirinya


tidak membunuh, tidak melakukan perbuatan asusila, baik keyakinan
maupun tekadnya sudah bulat, juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

Oleh karena Aliran Sukhavati membawa serta rintangan karma


terlahir ke Alam Sukhavati. Tetapi, tetap harus berusaha semaksimal
mungkin untuk mengendalikan diri sendiri, barulah lebih memiliki
kepastian.

40. Pertanyaan :

Dari tiga racun yakni lobha (ketamakan), dosa (amarah/kebencian)


dan moha (kedunguan), hanya bisa menghapus lobha dan moha,
sedangkan amarah masih belum sanggup diubah, tidak sanggup
bersabar, apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bisa atau tidak terlahir ke Alam Sukhavati, sebelumnya telah


disebutkan banyak alasan. Asalkan dalam waktu keseharian belajar
menahan kesabaran, saat menjelang ajal barulah takkan bertemu
dengan jodoh buruk. Apabila tabiat emosi tidak diubah, kadang kala
malah akan mengundang masalah besar.
32 

 
Umpamanya Praktisi Wang yang sepanjang hidupnya melatih diri,
saat menjelang ajal, orang yang berada di sampingnya sedang
mengusir lalat, tanpa sengaja mengenai mukanya, amarahnya
langsung muncul sehingga jatuh ke Alam Binatang menjadi seekor
ular, ini harus dijadikan pelajaran supaya meningkatkan mawas diri.

41. Pertanyaan :

Saya adalah praktisi pelafal Amituofo, tapi keluargaku memiliki


pandangan yang berbeda, yakni lebih berat ke sisi duniawi, setiap tiba
saat melafal Amituofo dan mendengar ceramah, pasti ada
halangannya, kalau begini terus, saat menjelang ajal apakah bisa
terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Keluarga anda menghalangi dirimu, ini dikarenakan rintangan karma


buruk yang dilakukan pada masa kelahiran lampau. Hendaknya
dihadapi dengan hati yang tenang, perlahan-lahan menuntun mereka,
tidak boleh emosi.

Asalkan segenap hati memohon pemberkatan dari Buddha dan


Bodhisattva, suatu hari kelak mereka pasti berubah. Sang Buddha
demi menyelamatkan seorang makhluk saja, harus menjalani
penderitaan selama berkalpa-kalpa, kita harus meneladaniNya.

Bila dapat mempertahankan prinsip ini, maka buat apa merisaukan


tidak sanggup mengalihkan jodoh buruk menjadi jodoh pendukung?
33 

 
42. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal bila muncul fenomena istimewa, tentunya dapat


membuktikan bahwa praktisi tersebut telah terlahir ke Alam Sukhavati,
tetapi sebaliknya, apabila tidak ada fenomena istimewa atau bukti
lainnya, apakah dengan demikian juga telah terlahir ke Alam
Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Fenomena istimewa itu terdiri dari 2 jenis, yakni yang tampak oleh
orang lain dan yang tampak oleh diri sendiri. Dari pengamatan orang
lain, tampaknya tidak ada fenomena istimewa, dikhawatirkan
mungkin gagal terlahir ke Alam Sukhavati.

Tetapi apabila ditinjau dari pengamatan sendiri, maka tidak perlu


mesti melihat kemunculan Buddha, mencium keharuman, mendengar
irama dan sebagainya. Oleh karena dari enam akar (enam landasan
indria), kegunaan akar pikiran merupakan yang paling besar, asalkan
dalam hati ada Buddha, yakni pikiran masih jelas dan benar, maka
dapat dipastikan sudah terlahir ke Alam Sukhavati.

Praktisi pelafal Amituofo sejati takkan mengejar kemampuan gaib,


hanya membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati terbebas dari
tumimbal lahir. Andaikata masih ada ketamakan, maka mudah jatuh
ke dalam rintangan Mara.

Maka itu praktisi pelafal Amituofo tidak perlu mengejar fenomena


istimewa, asalkan dengan pikiran suci melafal Amituofo
berkesinambungan, saat menjelang ajal dengan sendirinya akan
34 

 
muncul fenomena istimewa, meskipun tidak mengharapkannya juga
akan muncul dengan sendirinya.

43. Pertanyaan :

Praktisi yang sudah teguh baik keyakinan dan tekadnya, saat


menjelang ajal tidak ada yang datang membantunya melafal Amituofo,
apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saat menjelang ajal didera derita dan kesadaran yang menurun drastis,
sebersit niat pikiran terakhir merupakan detik yang paling menentukan,
jika pikiran jadi goyah, atau muncul jodoh buruk, maka akan merusak
hal besar ini.

Mengundang sahabat Dharma datang membantu melafal Amituofo,


dapat mencegah terjadinya dua rintangan tersebut. Tetapi kelompok
Zhu Nian (kelompok yang membantu pasien melafal Amituofo)
bukanlah ada di mana-mana, maka itu dalam waktu keseharian
mewujudkan Keluarga Buddhis dan menjalin jodoh baik secara luas
merupakan faktor yang amat penting.

44. Pertanyaan :

Oleh karena dalam waktu keseharian telah memelihara kebiasaan


melafal Amituofo, sehingga setelah meninggal dunia, tubuh
antarabhava (antarabhava merupakan peralihan antara selesainya satu
35 

 
masa kehidupan menuju ke masa kehidupan berikutnya, biasanya
disebut sebagai periode 49 hari), tiba-tiba teringat akan lafalan
Amituofo, apakah dengan demikian bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Di dalam karya tulis praktisi senior tempo dulu, memang ada


disebutkan tentang tubuh antarabhava yang berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati, namun berapa besar kekuatan tekadnya, merupakan
persoalan besar, apakah tubuh antarabhava dapat teringat akan lafalan
Amituofo, merupakan persoalan yang lebih besar.

Maka itu dalam waktu keseharian hendaknya memelihara kebiasaan


dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus,
jangan ada pemikiran untuk mempertaruhkan keberuntungan.

45. Pertanyaan :

Apakah melafal Amituofo boleh sambil menghitung?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo sambil menghitung juga ada bagusnya, yang


pertama dapat terfokus, yang kedua adalah dapat mencegah
kemunduran batin.

36 

 
46. Pertanyaan :

Saat melafal Amituofo organ tubuh terasa sejuk atau hangat, apakah
ini petanda baik atau buruk?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo adalah melatih pikiran, mengubah kesadaran


(alayavijnana) menjadi kebijaksanaan suci, tubuh yang merupakan
perpaduan semu ini, tiba-tiba merasa sejuk dan hangat, diakibatkan
oleh perubahan pernafasan, tidak ada kaitannya dengan petanda baik
atau buruk, jangan memikirkan hal-hal yang tidak penting.

47. Pertanyaan :

Kadang kala di dalam mimpi membaca sutra dan melafal Amituofo,


setiap kata dan kalimatnya begitu jelas, tiada bentuk-bentuk pikiran,
kondisi batin yang tenang ini tidak ada dalam waktu keseharian. Pada
saat ini masih bisa mengetahui dengan jelas sedang melafal Amituofo
di dalam mimpi, bahkan berharap dapat meneruskan melafalnya, tidak
ingin bangun kembali. Apakah mimpi begini bagus tidak?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Di dalam mimpi dapat melafal Amituofo, tidak muncul bentuk-bentuk


pikiran lainnya, perlahan-lahan dapat menfokuskan pikiran melafal
Amituofo. Di dalam mimpi bisa melafal Amituofo tentunya bagus,
tetapi akan lebih bagus lagi kalau waktu bangun tetap bisa dengan
pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus.

37 

 
48. Pertanyaan :

Bodhisattva Samantabhadra setelah mendengar Pintu Dharma Tanah


Suci, segera mengarahkan sepuluh raja tekad agungNya kembali ke
Alam Sukhavati, benarkah demikian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Boleh dikatakan demikian, kalau belum mendengar Pintu Dharma


Tanah Suci, bagaimana mungkin bisa membangkitkan tekad pulang
kembali ke Alam Sukhavati?

49. Pertanyaan :

Sutra lainnya di luar Aliran Sukhavati, tidak membacanya, cuma


dijadikan bahan referensi, apakah hal ini diperbolehkah?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melatih diri itu harus terfokus, kalau tidak terfokus maka sulit berhasil,
tetapi apabila tidak belajar maka akan sulit memahaminya. Kalau
sudah menjatuhkan pilihan pada satu Pintu Dharma Tanah Suci, maka
harus giat melatihnya, tetapi di samping itu juga perlu memahami
bagaimana terwujudnya Alam Sukhavati? Lantas bagaimana pula
melatih diri?

Dengan demikian kita perlu belajar dari ajaran sutra, tanpa ajaran
sutra yang menjadi lentera penunjuk jalan, maka kita akan melatih diri

38 

 
dengan sembarangan dan tanpa arah, jatuh ke jalan sesat, tidak boleh
tidak bermawas diri! Maka itu melafal Amituofo dan belajar ajaran
sutra adalah sama pentingnya.

50. Pertanyaan :

Umat berkeluarga yang telah menikah memiliki kewajiban untuk


menghasilkan keturunan guna melanjutkan generasi keluarganya,
tetapi saat melakukan hubungan suami istri, tiba-tiba lafalan Amituofo
bergema di dalam hati, apa yang harus dilakukan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pada saat begini tidak melupakan lafalan Amituofo, dapat dilihat


bahwa ketrampilan yang dilatih dalam waktu keseharian mendalam.
Untuk menghindari rasa tidak hormat, seharusnya mengalihkan
perhatian. Umpamanya merenungkan paviliun dan kolam bertaburkan
pasir emas, meskipun berada dalam kondisi yang keruh namun tidak
kehilangan pikiran suci, ibarat Bunga Teratai yang keluar dari air
berlumpur namun tak ternodakan, maka takkan muncul persoalan
tidak hormat. Semoga anda dapat memahami makna yang terkandung
di dalamnya.

51. Pertanyaan :

Anak sering membuat keributan ketika saya sedang melakukan


kebaktian, sehingga pikiran tidak terfokus, dalam hati berkobar api
Avidya (kegelapan batin), usai kebaktian saya langsung memukulinya.
Kebajikan yang dalam waktu sekejab berubah jadi kejahatan seperti
ini, apakah berarti telah menanam karma buruk? Tapi kalau anak tidak
39 

 
diberi pelajaran, dibiarkan membuat keributan, maka meskipun di luar
tampaknya diriku ini baik tapi dalam hatiku adalah jahat, ini juga
bukanlah pikiran suci. Bagaimana cara mengatasinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo memang untuk melenyapkan Avidya, oleh karena


pikiran tidak terfokus sehingga muncul Avidya, ibarat rembulan yang
gelap ditutup lagi dengan selapis awan hitam, janganlah sampai
melakukannya. Usai kebaktian mendidik anak, adalah agar dia
mengenal santun, tentunya ini adalah niat yang baik, tidak
mengandung maksud jahat, namun hal ini harus setara dengan
memberinya apresiasi bila dia berkelakuan baik, di dalam hati amarah
jangan sampai berubah jadi kebencian.

Hendaknya melakukan introspeksi diri, putra putri tidak patuh pada


aturan, ini dikarenakan diri sendiri tidak disiplin dalam mendidik, juga
merupakan rintangan karma sendiri, hendaknya merasa malu dan
menyesal, diri sendirilah yang patut disalahkan. Apabila dapat
merenungkannya sedemikian rupa, maka inilah cara yang baik untuk
menyeimbangkan batin.

52. Pertanyaan :

Ada dua orang praktisi, yang satu menfokuskan diri melafal Amituofo,
yang satunya lagi melatih metode “Yang melafal Amituofo itu siapa”.
Apabila dua praktisi ini memiliki keyakinan dan tekad yang sama,
kesempatan siapa yang lebih besar untuk berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati?

40 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Orang yang melatih metode “Yang melafal Amituofo itu siapa”,


menitikberatkan pada keyakinan bahwa dengan mengandalkan
kekuatan diri sendiri bertekad terlahir ke Alam Sukhavati; sedangkan
praktisi yang menfokuskan diri melafal Amituofo, menitikberatkan
pada keyakinan bahwa dengan mengandalkan kekuatan Buddha
Amitabha bertekad terlahir ke Alam Sukhavati.

Keyakinan yang dimiliki dua praktisi ini sudah berbeda, oleh karena
keyakinan sudah tidak sama, bagaimana bisa diperbandingkan?
Berhasil tidaknya seseorang itu tergantung pada tingkat ketekunan
masing-masing. Seluruh ajaran sutra mempunyai satu tujuan akhir
yakni Tanah Suci Sukhavati, melatih Pintu Dharma Tanah Suci
merupakan jalan yang paling singkat, adakah yang perlu diragukan
lagi?

53. Pertanyaan :

Saat tidur di malam hari seringkali melafal Amituofo di dalam mimpi


hingga jadi terbangun, mengapa hal ini bisa terjadi?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dalam mimpi dapat melafal Amituofo merupakan fenomena yang


bagus dari pikiran yang perlahan-lahan jadi terfokus.

41 

 
54. Pertanyaan :

Ketika sedang melafal Amituofo, seringkali muncul kenangan


beberapa tahun yang silam, bahkan lebih jauh lagi, hal-hal yang
terjadi pada tempo dulu yang belum pernah teringat sebelumnya,
mengapa bisa demikian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ketrampilan melafal Amituofo kian bertambah dalam, bentuk-bentuk


pikiran dengan sendirinya akan berkurang, maka kenangan masa
silam akan mudah teringat kembali.

55. Pertanyaan :

Saat melafal Amituofo, bagaimana baru bisa dikatakan sebagai


keyakinan dan tekad yang setulusnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Percaya bahwa Triloka (Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka) adalah


lubang api, hanya metode melafal Amituofo yang merupakan satu-
satunya jalan menuju Alam Sukhavati, sehingga dapat terbebas dari
ancaman bahaya. Saat melafal Amituofo adalah gerbang antara hidup
dan mati, mesti memutuskan hubungan dengan segala nafsu dan
ikatan emosional, barulah dapat menuju ke Alam Sukhavati. Sedikit
saja keraguan akan jatuh kembali ke lubang api. Dengan melakukan
perenungan seperti ini, maka keyakinan dan tekad dapat dibangkitkan
dengan setulusnya.

42 

 
56. Pertanyaan :

Sejak dulu hingga sekarang, para praktisi senior berkata setiap hari
melafal Amituofo, jumlah lafalannya harus kian lama kian banyak,
boleh bertambah tidak boleh berkurang, tetapi profesiku sebagai
tentara, berada dalam barisan militer, kesibukan juga tidak menentu,
adakah cara yang lebih praktis?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kebaktian itu terdiri dari kebaktian tetap dan tidak tetap. Kebaktian
tetap adalah kebaktian pagi dan sore yang menuruti tata cara yang
telah ditetapkan; sedangkan kebaktian yang tidak tetap tidak perlu
menuruti tata cara, baik berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring,
sepatah Amituofo setiap saat dilafal dalam hati.

Berada dalam barisan militer, kadang kala jadwal tetap melafal


Amituofo jadi berkurang, sedangkan jadwal yang tidak tetap malah
jadi bertambah; sebaliknya kadang kala jadwal tetap jadi bertambah
dan jadwal tidak tetap jadi berkurang, ini adalah cara praktis yang
flexibel.

57. Pertanyaan :

Beberapa tahun belakangan ini saya selalu merasa jengkel, oleh


karena melafal Amituofo tidak bisa mencapai pikiran terfokus tak
tergoyahkan, sekarang saya harus menjalani rawat inap di rumah sakit,
saya segera menggenggam erat kesempatan dimana saya tidak perlu
menghadiri segala pertemuan, seharian bisa melafal Amituofo, saat

43 

 
bergerak melafal Amituofo, saat diam juga melafal Amituofo, setiap
saat tidak melupakan lafalan Amituofo.

Demikianlah setelah sebulan berlalu, hatiku jadi nyaman. Sekarang


rasanya tidak ingin berhenti lagi melafal Amituofo, semakin dilafal
semakin bersemangat, penuh dengan kebahagiaan Dharma. Apakah
dengan begini sesuai dengan tujuan Buddha Dharma?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tak peduli pintu Dharma manapun yang dilatih, juga membutuhkan


kebahagiaan Dharma.

58. Pertanyaan :

Melafal Amituofo hingga pikiran jadi tenang, selalu muncul hati yang
tulus dan rasa hormat, meskipun sedang bergerak, namun juga terasa
seolah-olah sedang melakukan namaskara. Melafal Amituofo
menitikberatkan pada pikiran terfokus tak tergoyahkan, apakah
fenomena ini adalah fenomena yang kacau?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini fenomena yang bagus, juga merupakan niat pikiran pertama yang
harus ada, untuk sementara ini jangan dulu membual.

44 

 
59. Pertanyaan :

Apakah saat melafal Amituofo boleh melihat rupang Buddha atau


arah barat? Atau mata dipejam atau setengah terbuka?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak perlu melekat pada formalitas, cukup mengikuti keadaan


masing-masing individu, lihat cara mana yang paling cocok agar
pikiran bisa terfokus, maka gunakanlah cara tersebut.

60. Pertanyaan :

Usai melakukan kebaktian, sebaiknya melafal Namo Amituofo atau


Amituofo? Yang mana yang lebih besar jasa kebajikannya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tentu saja melafal Namo Amituofo lebih hormat sedikit, sedangkan


melafal Amituofo digunakan dalam aktivitas keseharian.

61. Pertanyaan :

Seringkali mendengar ada praktisi pelafal Amituofo yang kerasukan


Mara, dalam hati jadi timbul keraguan, apakah Buddha tidak
memberkatinya?

45 

 
Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Maraa muncul dari pikirran manuusia, ini dikarenakan


d n dia meelafal
Amittuofo tidakk sesuai dengan
d Dhharma, atauu pikirannnya tidak suci.
s
Deng
gan dua alaasan ini teelah cukup membuat jarak antaara dirinyaa dan
Budd mana Budddha masih dapat mem
dha, bagaim mberkatinya?

Asalkkan melihaat yang anneh tidak merasa


m herran dan peenasaran, tidak
t
memmpedulikannnya, bangkkitkan pikiiran benar,, maju teruus dan panntang
munddur, makaa Mara akkan lenyapp dengan sendirinyaa, takkan bisa
menccelakai. Selanjutnya
S a ketramppilan mellatih diri malah maju m
ngkah, sepeerti apa yaang disebuut sebagai “Tidak beertemu denngan
selan
godaan Mara, sulit
s menjaadi Buddhaa!

62. Pertaanyaan :

Saat berbaring menjelangg tidur, kaadang kalaa banyak beban


b pikkiran,
sulit terlelap, hanya
h melaafal Amituuofo meruppakan yangg paling iddeal,
apakaah boleh melafal
m Ammituofo saat berbaringg?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Hanyya boleh melafalnya


m a di dalam
m hati, tiddak boleh mengeluaarkan
suaraa.

46 

 
63. Pertanyaan :

Posisi tubuh saat melafal Amituofo haruslah bersikap hormat, ada


yang melafal Amituofo dalam posisi berlutut, ada yang duduk bersila
dan lain sebagainya. Tetapi saya sebagai tentara, bila dalam barisan
militer menggunakan sikap duduk bersila melafal Amituofo, rekan-
rekanku akan merasa aneh. Meskipun tidak membiarkan orang lain
tahu bahwa saya sedang melafal Amituofo, tapi sikap dudukku adalah
berlainan dari biasanya, mereka juga akan merasakannya.

Kalau mempertahankan sikap duduk biasa, pikiran sulit terfokus. Jika


melafal Amituofo dengan sikap berbaring, maka takkan ada
kekhawatiran seperti ini, hatipun jadi lebih damai, tetapi takutnya
tidak hormat. Adakah cara yang lebih praktis?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kebaktian dalam Aliran Sukhavati dapat dilakukan baik pada waktu


berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, carilah sebuah tempat
yang lapang, menetapkan sebuah jadwal untuk berjalan sambil
melafal Amituofo, begini juga boleh.

64. Pertanyaan :

Empat bulan belakangan ini, tiba-tiba saya jadi berminat melafal


Amituofo, selain berdagang juga menfokuskan pikiran melafal
Amituofo. Bahkan sekarang buku pun sudah malas dibaca,
menganggap daripada membaca buku lebih baik waktunya digunakan
untuk melafal Amituofo, maka itu saya tidak ingin menfokuskan diri
membaca buku, hanya ingin melafal Amituofo saja. Apakah boleh
begini, atau harus menitikberatkan pada kedua-duanya?

47 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo dan membaca buku, kalau bisa menjalankan kedua-


duanya maka akan lebih bagus, pengamalan dan pemahaman teori
harus sejalan, teori adalah jarum petunjuk bagi pengamalan.
Pengamalan harus sesuai dengan teori.

Kalau tidak punya waktu belajar teori, asalkan keyakinan dan tekad
tidak mundur, hanya melafal Amituofo saja, begini juga boleh.
Menfokuskan pikiran melafal Amituofo, keyakinan dan tekad tidak
mundur, ini sudah merupakan teori dan pengamalan yang saling
terjalin.

Tetapi orang awam melafal Amituofo, selain tidak mencapai pikiran


terfokus tak tergoyahkan, juga mudah mundur hatinya, maka itu harus
rajin membaca buku, untuk memperkuat keyakinan hati.

Di dunia ini memang terdapat Opa Oma yang lugu, tidak mengenal
aksara, tapi menfokuskan pikiran melafal Amituofo, juga bisa berhasil
terlahir ke Alam Sukhavati. Opa Oma ini memiliki akar kebajikan dan
faktor pendukung yang besar, meskipun tidak mengenal aksara, tapi
dapat menfokuskan pikiran melafal Amituofo, tidak memiliki hati
yang membeda-bedakan, sehingga dapat mencapai pikiran terfokus
tak tergoyahkan, bagaimana mungkin tidak terlahir ke Alam
Sukhavati?

Tapi di dunia ini cuma ada berapa banyak Opa Oma yang lugu
tersebut? Maka itu pada jaman berakhirnya Dharma ini, kalau tidak
membaca ajaran sutra dan mendengar ceramah Dharma, ingin
memperoleh pembebasan, adalah mustahil.
48 

 
65. Pertaanyaan :

Insan
n yang yakkin pada Ajjaran Budddha, senanttiasa memiiliki hati maitri
m
karunna, tapi tiddak mempuunyai wakktu luang untuk
u melaatih diri, cuma
c
bisa melafal
m Am mituofo daalam hati saja,
s apakaah dengan demikian juga
bisa berhasil?
b

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Baik berjalan, berdiri,


b dudduk maupuun berbarinng, setiap saat senanttiasa
melafal Amittuofo, deengan piikiran suuci melaffal Amituuofo
berkeesinambunngan, pasti bisa berhaasil.

66. Pertaanyaan :

Melaafal Amituoofo sebaiknnya dengann nada suaara tinggi atau


a rendahh?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Nadaa suara tingggi mengussir rasa kanntuk, nada suara renddah meredaakan
pikiraan yang kaacau, masiing-masingg ada manfaatnya. Saat melakuukan
kebakktian (perrorangan), boleh meenggunakaannya secaara berganntian
sesuaai dengan kondisi,
k tiddak perlu teerikat padaa formalitaas.

49 

 
67. Pertanyaan :

Ketika melafal Amituofo seringkali lupa pada jumlah lafalan, adakah


cara untuk menghitungnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pakai saja tasbih untuk menghitung jumlah lafalan Amituofo.

68. Pertanyaan :

Melafal Amituofo sudah sampai pada tingkatan hati dapat melafal dan
hati juga dapat mendengar lafalan, dengan demikian apakah boleh
menambah lagi melakukan visualisasi pada “Tiga Suciwan Alam
Sukhavati”?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang sudah sampai pada tingkatan hati dapat melafal dan
hati juga dapat mendengar lafalan, maka pikiran perlahan sudah
terfokus, jadi buat apa lagi menyalakan kompor lainnya?

Orang dungu yang melafal Amituofo, tidak terlalu tulus hatinya,


selalu saja penasaran ingin mencoba cara baru lainnya. Hendaknya
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, jangan lagi berganti topik.

50 

 
69. Pertanyaan :

Apakah melafal Amituofo diharuskan menggunakan tasbih? Apa


tujuan penggunaan tasbih?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Boleh menggunakannya juga boleh tidak menggunakannya, tasbih


digunakan untuk menghitung lafalan Amituofo.

70. Pertanyaan :

Saat melafal Amituofo, tidak tahu mengapa tiba-tiba bentuk-bentuk


pikiran bermunculan, adakah cara untuk meredakannya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini merupakan persoalan ketrampilan melafal Amituofo, asalkan


menuruti cara yakni lafalan Amituofo dibangkitkan dari dalam hati,
lalu suara dikeluarkan melalui mulut, kemudian masuk kembali
melalui telinga, lalu dibangkitkan lagi dari hati, demikianlah
seterusnya, lama kelamaan dengan sendirinya awan akan bergeser dan
tampaklah rembulan yang bersinar terang.

71. Pertanyaan :

Saat melafal Amituofo terasa pilu dan ingin menangis, kenapa bisa
begini?

51 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini merupakan wujud dari ketulusan hati, yakni yang disebut sebagai
air mata penuh syukur!

72. Pertanyaan :

Dalam waktu keseharian mesti menfokuskan pikiran melafal


Amituofo, barulah bisa terjalin dengan Buddha Amitabha. Tetapi
apabila saat menjelang ajal, kesadaran menurun drastis, meskipun
masih sanggup melafal Amituofo, namun pikiran tidak sanggup
terfokus, apakah hal ini akan menghalangi upaya terlahir ke Alam
Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau dalam waktu keseharian melafal Amituofo bisa efektif, maka


saat menjelang ajal dengan sendirinya bisa menjadi pengendali.
Meskipun tidak sanggup menfokuskan pikiran, tapi asalkan tidak
kehilangan pikiran benar (pikiran yang melafal Amituofo), maka
takkan merintangi usaha terlahir ke Alam Sukhavati.

73. Pertanyaan :

Dalam waktu keseharian pikiran sering bercabang-cabang, tidak


sanggup menenangkan hati, meskipun melafal Amituofo, tapi bentuk-
bentuk pikiran juga bermunculan, adakah cara untuk mengatasinya?

52 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo mesti dibangkitkan dari hati, lalu suara lafalan


keluar dari mulut, dan telinga mendengar suara lafalan tersebut,
demikianlah hal ini terus berulang, setiap patah katanya jelas dan tak
terlewatkan, lama kelamaan pikiran jadi dapat terfokus.

74. Pertanyaan :

“Tidak perlu menggunakan metode praktis lainnya, dengan sendirinya


KeBuddhaan pasti tercapai”. Pertanyaan pertama adalah apakah
melafal Amituofo termasuk metode praktis? Pertanyaan kedua adalah
apakah mencapai KeBuddhaan adalah menemukan kembali jiwa sejati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menfokuskan pikiran melafal Amituofo merupakan metode praktis


terbaik dari Tathagata, dengan menfokuskan diri dan mendalami Pintu
Dharma Pelafalan Amituofo, maka itu tidak perlu lagi menambah
metode lainnya. Mencapai KeBuddhaan adalah menemukan kembali
jiwa Tathagata, yang juga disebut sebagai menemukan kembali jiwa
sejati.

75. Pertanyaan :

Saat melafal Amituofo, seringkali timbul perasaan sedih, ini


merupakan kondisi batin yang bagaimana?

53 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini merupakan wujud dari ketulusan hati, maitri karuna yang mengalir
keluar, meskipun ini adalah fenomena yang bagus, tetapi hendaknya
menggunakan kekuatan samadhi untuk mengendalikannya, sehingga
hati jadi nyaman dan damai.

76. Pertanyaan :

Bagaimana cara yang sebaiknya melafal Amituofo, dengan nada suara


tinggi atau melafal di dalam hati saja atau dengan suara kecil saja?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak perlu terikat pada formalitas, harus fleksibel dan menyesuaikan


dengan keadaan yang ada. Saat mengantuk, gunakan nada suara tinggi,
untuk menyalakan semangat; saat pikiran terpencar, gunakanlah cara
melafal Vajra (melafal dengan suara kecil), untuk menfokuskan
pikiran; melafal di dalam hati yakni tidak bersuara sama sekali,
digunakan saat berbaring atau sedang berada di toilet, jadi semuanya
dapat disesuaikan dengan lingkungan yang ada.

77. Pertanyaan :

Dalam Aliran Dhyana, bila saat melatih diri muncul fenomena luar,
maka ini disebut sebagai godaan Mara. Apakah di dalam Aliran
Sukhavati juga serupa, bila saat melafal Amituofo tiba-tiba muncul
fenomena luar maka disebut sebagai godaan Mara?
54 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Hasil perolehan dan ketekunan melatih diri itu haruslah seimbang,


barulah takkan menyimpang dari jalur yang sebenarnya. Di dalam
Aliran Dhyana apabila saat melatih diri muncul fenomena luar maka
ini adalah khayalan semu.

Aliran Sukhavati melatih diri menuruti apa yang tercantum di dalam


sutra, apabila saat melafal Amituofo muncul fenomena dan fenomena
ini sesuai dengan apa yang tercantum di dalam sutra, maka ini
bukanlah godaan Mara. Sebaliknya apabila fenomena yang muncul itu
berseberangan dengan isi sutra, barulah disebut sebagai godaan Mara.

78. Pertanyaan :

Apakah Alam Sukhavati cuma berada di dalam pikiran?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Maha ribu dunia tercipta dari pikiran, demikian pula dengan Alam
Sukhavati, meskipun berada dalam pikiran, namun Alam Sukhavati
adalah nyata adanya. Sama halnya pula dengan alam saha,
keberadaannya juga tak terpisahkan dari pikiran.

55 

 
79. Pertanyaan :

Setelah Master Yin Guang wafat, di atas alas namaskara terukir


bayangan beliau, hal ini tercantum di dalam “Yong Si Ji”, kenapa hal
ini bisa terjadi?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Apabila ketulusan hati manusia telah sepenuhnya, maka mukjizat pun


bisa terjadi. Serupa juga dengan kejadian sebatang pohon tua yang
digergaji dan dibuka, di dalamnya ditemukan rupang Buddha dan
Bodhisattva.

80. Pertanyaan :

Bagaimana cara untuk mencapai Samadhi Pelafalan Amituofo? Apa


tanda-tanda keberhasilan dan kegunaan dari samadhi tersebut?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Hanya dengan mengendalikan enam landasan indria, dengan pikiran


suci melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus, lama kelamaan
samadhi pasti tercapai. Hanya dengan cara yang benar barulah
kesuksesan dapat muncul dengan sendirinya.

Tanda-tanda pencapaian tersebut hanya diri sendiri yang tahu,


kegunaannya adalah pasti terlahir ke Alam Sukhavati.

56 

 
81. Pertanyaan :

Di dalam buku berjudul “Empat Kunci Melafal Amituofo” disebutkan


tidak perlu mencapai pikiran terfokus, kalau sampai menjelang ajal
juga tidak mencapai pikiran terfokus, apakah akan timbul masalah?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buku ini menyebutkan tidak perlu mencapai pikiran terfokus,


perkataan ini ditujukan kepada praktisi pemula. Kalau baru saja mulai
melafal Amituofo lalu disuruh mencapai pikiran terfokus tak
tergoyahkan, tentunya dia akan ketakutan lalu segera mengundurkan
diri.

Menunggu sampai ketrampilannya sudah mendalam, dengan


sendirinya bisa mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, jadi bukan
maksudnya selamanya tidak perlu mencapai pikiran terfokus.

82. Pertanyaan :

Melafal Amituofo harus mencapai “pikiran terfokus tak tergoyahkan”,


barulah bisa terlahir ke Alam Sukhavati. Tetapi ketika saya melafal
Amituofo, pikiranku masih berkeliaran, tidak sanggup mencapai
“pikiran terfokus tak tergoyahkan”. Bagaimana caranya supaya
pikiran tidak berkeliaran?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yakni dengan cara membangkitkan lafalan Amituofo dari dalam hati,


lalu suara lafalan dikeluarkan dari mulut dan masuk kembali ke dalam
57 

 
hati melalui telinga. Andaikata cara ini tidak berhasil, maka boleh
menambah cara menghitung satu sampai sepuluh lafalan dengan
menggunakan tasbih, kalau cara ini juga tidak efektif, maka pakailah
cara menghitung tanpa menggunakan tasbih.

83. Pertanyaan :

Melafal Amituofo sampai “dipukul jadi satu lempengan”, apa artinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yakni dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan tak


terputus, takkan ada bentuk pikiran lainnya lagi. Ibarat kepingan-
kepingan besi, dileburkan ke dalam satu tungku pembakaran, setelah
berulang kali dipukuli dengan palu dan dihaluskan, barulah menjadi
selembar lempengan besi.

84. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal, anak cucu menangis pilu, apakah ini akan
merintangi upaya terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Asalkan tidak dilihat dan didengar pasien, maka bukan masalah.

58 

 
85. Pertanyaan :

Melafal Amituofo itu harus “mengendalikan enam landasan indria,


dengan pikiran suci melafal Amituofo berkesinambungan tak
terputus”, apa artinya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Oleh karena pikiran tersesat, muncul bentuk-bentuk pikiran dan


khayalan, maka itu sekarang menciptakan karma buruk, kelak jatuh ke
dalam samsara dan berputar dalam lingkaran tumimbal lahir, tidak
tahu kapan baru bisa berakhir.

Melafal Amituofo adalah untuk menghapus khayalan dan terlahir ke


Alam Sukhavati. Ajaran sutra mengajari kita untuk mencapai “pikiran
terfokus tak tergoyahkan”, kalau enam akar (mata, telinga, hidung,
lidah, tubuh, pikiran) tidak dikendalikan, maka pikiran tidak bisa
terfokus, pikiran suci (melafal Amituofo) juga tidak bisa
berkesinambungan, akan dikacaukan oleh bentuk-bentuk pikiran.
Kalau begini terus, bukan saja khayalan tidak berkurang, bahkan juga
melakukan karma buruk, tidak bisa terjalin dengan Buddha Amitabha,
bagaimana dapat terlahir ke Alam Sukhavati?

86. Pertanyaan :

Praktisi yang melafal Amituofo dengan kesungguhan hati, setelah


meninggal dunia takkan melewati tubuh antarabhava (periode
peralihan antara satu masa kehidupan yang telah usai ke masa
kehidupan berikutnya atau biasanya disebut sebagai periode 49 hari),
jadi harus sampai pada tingkatan yang bagaimana barulah takkan
melewati periode antarabhava?

59 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saat menjelang ajal Buddha Amitabha akan muncul di hadapan


praktisi, praktisi mengikuti Buddha Amitabha terlahir ke Alam
Sukhavati, asalkan lafalan Amituofo dilafal dengan jelas, kata demi
kata takkan terlewatkan, dengan demikian takkan melewati periode
antarabhava.

87. Pertanyaan :

Ada sejenis orang yang tubuhnya sehat tetapi saat melafal Amituofo
selalu saja pikirannya berkeliaran, entah sebenarnya dia menderita
penyakit lahir atau batin?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Hal ini tidak ada kaitannya dengan tubuh kuat atau lemah, tapi
alasannya cuma 2 saja yakni yang pertama tabiatnya terlampau dungu,
yang kedua adalah rintangan karma terlampau berat.

88. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal, apa yang disebut sebagai pikiran benar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

60 

 
Yakni pintu Dharma mana yang dilatih oleh si praktisi dalam
keseharian, saat menjelang ajal, takkan mencemaskan segala urusan
duniawi, namun pikiran tetap difokuskan pada pelatihan diri, inilah
yang disebut sebagai pikiran benar.

89. Pertanyaan :

Praktisi senior tempo dulu berkata : “Sebersit niat pikiran suci sepatah
lafalan Amituofo, tiap butir niat pikiran suci adalah tiap patah lafalan
Amituofo”. Kalau begini katanya berarti asalkan pikiran suci maka
meskipun tidak melafal Amituofo, tapi hati ini juga sudah adalah
Buddha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setiap aliran memiliki metode pelatihan diri tersendiri, demikian pula


dengan Aliran Sukhavati yang menggunakan metode melafal
Amituofo. Praktisi senior tempo dulu berkata : “Mutiara murni yang
dimasukan ke dalam air keruh, air keruh akan berubah jadi jernih;
lafalan Amituofo masuk ke dalam hati yang kacau, hati yang kacau
akan berubah jadi tercerahkan”.

Ini berarti lafalan Amituofo adalah benih sebab, mencapai kesucian


adalah buah akibatnya. Jadi jangan salah tafsir bahwa benih sebab
tidak dibutuhkan maka pikiran bisa langsung jadi suci.

Meskipun ada yang mampu bisa langsung mencapai pikiran suci, tapi
berapa banyak praktisi yang sanggup melakukannya? Kalau memang
bisa langsung mencapai pikiran suci, maka praktisi ini tentunya
memiliki akar kebijaksanaan yang maha.
61 

 
90. Pertanyaan :

Saat terbaring sakit di tempat tidur, apakah boleh melafal Amituofo


sambil menghitung tasbih?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saat jatuh sakit tubuh jadi lemah, bukan sengaja untuk bermalas-
malasan, jadi boleh menggunakan tasbih untuk melafal Amituofo,
justru dalam kondisi susah manusia lebih membutuhkan pemberkatan
kekuatan Buddha!

91. Pertanyaan :

Umumnya harus melatih diri sampai tingkatan yang bagaimana


barulah memiliki kepastian bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pikiran terfokus tak tergoyahkan, di dalam sutra telah disebutkan


dengan jelas. Kalau tidak mencapai tingkatan ini, asalkan sudah
terbiasa melafal Amituofo baik di hati dan mulut, setiap niat yang
timbul adalah Amituofo, maka begini juga memiliki kepastian bisa
terlahir ke Alam Sukhavati.

62 

 
92. Pertaanyaan :

Muriid merasa malu daan menyessal, begituu sibuk dengan d uruusan


keluaarga, seharri cuma bissa melafal Amituofo sebanyak 12 ribu laffalan,
yang lainnya tiddak bisa diilafal, apakkah dengann begini bissa berhasill?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Melaatih diri ituu menitikbeeratkan terrfokus padaa satu Pinttu Dharmaa dan
bukann belajar banyak
b mettode, anda lanjutkan saja apa yang
y selam
ma ini
sudahh bagus addanya.

g Ariya Suddhipanthhaka cuma melafal kata “sappu”, juga bisa


Yang
menccapai Arahhat, apalaggi melafal nama yanng penuh dengan seegala
kebajjikan yaknni Amituofoo?

Prakttisi tempo dulu berkaata : “Melafal Amituuofo dengaan setulus hati,


jangaan lagi berrganti topikk”. Kalau memang anda
a tidakk tahu apa--apa,
cumaa bisa melaafal sepatahh Amituoffo saja, makka anda tellah melam
mpaui
prakttisi arogan yang berteeori panjanng lebar.

Andaa yang cuuma tahu melafal sepatah


s A
Amituofo i
ini, pasti bisa
berhaasil.

63 

 
93. Pertanyaan :

Tahun depan saya berusia 59 tahun, peruntunganku tidak bagus,


apakah dengan melafal Amituofo bisa mengeliminasi petaka dan
mengubah nasib?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Terkecuali memang ajalnya sudah tiba, kalau tidak, siapa yang tidak
pernah melewati usia 59 tahun. Anda bilang nasib jelek, ini adalah
kepercayaan takhayul orang awam. Praktisi yang belajar Ajaran
Buddha harus memiliki pengetahuan benar dan pandangan benar,
mana boleh percaya pada ucapan yang tidak masuk akal?

Di dalam sutra disebutkan : “Dengan hati yang setulusnya melafal


sepatah Amituofo, dapat mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat
samsara”, jadi kalau bisa dengan hati yang tulus melafal Amituofo,
mana mungkin tidak bisa menghapus petaka?

Kalau percaya pada ucapan yang tidak masuk akal dan kepercayaan
takhayul, maka melafal Amituofo tidak dengan hati yang tulus.

94. Pertanyaan :

Dalam waktu keseharian melafal Amituofo bisa berkesinambungan,


tetapi saat menjelang ajal, kesadaran menurun, juga tidak ada sahabat
Dharma yang datang membantu melafal Amituofo, apakah dengan
demikian bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

64 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi yang menimbun benih baik, dengan sendirinya pasti akan


menghasilkan buah yang baik, tiba pada saat tersebut mungkin saja
akan muncul mukjizat yang tak terbayangkan, tetapi semua ini juga
melihat bagaimana tingkat ketekunan anda melafal Amituofo dalam
waktu keseharian.

95. Pertanyaan :

Dalam waktu keseharian melafal Amituofo, tetapi saat menjelang ajal,


istri menangis sehingga merintangi upaya si pasien terlahir ke Alam
Sukhavati, apakah dengan demikian, hasilnya akan serupa dengan
orang awam yang sama sekali tidak melafal Amituofo?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau bisa mewujudkan keluarga Buddhis, maka takkan ada


kekhawatiran seperti ini. Maka itu sebagai seorang praktisi selain
melatih diri sendiri, semestinya juga dapat mempengaruhi keluarga,
masyarakat, hendaknya tidak kekurangan akan hal ini, ini bukan
hanya memberi manfaat bagi makhluk lain, tetapi juga mengurangi
rintangan bagi diri sendiri!

96. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo saat menjelang ajal, terlebih dulu


mengetahui waktunya terlahir ke Alam Sukhavati, apakah ini
merupakan petunjuk dari Buddha?

65 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ada yang merupakan Buddha dan Bodhisattva muncul dan memberi


petunjuk padanya, ada pula yang mengetahuinya dari ketrampilan
melafal Amituofo yang dimilikinya.

97. Pertanyaan :

Surat kabar memberitakan bahwa di Keelung (kota di Taiwan utara)


ada hantu yang dapat membunuh manusia, tapi praktisi pelafal
Amituofo ketika bertemu dengan musibah ini malah bisa selamat,
mengapa bisa demikian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Siluman muncul dari hati manusia yang jahat, juga serupa dengan kata
pepatah : “Hati yang penuh kecurigaan melahirkan setan gelap”.

Ajaran Buddha menyebutkan segala sesuatu tercipta dari pikiran,


dapat menjelaskan segala kebenaran. Kalau memang dasar hati terang
benderang, takkan mengandung hantu, maka takkan bertemankan
hantu.

98. Pertanyaan :

Praktisi pelafal Amituofo sesudah meninggal dunia, jasadnya


diperabukan, kemudian muncul sejumlah sarira (relik), ini
66 

 
menjelaskan sampai di mana tingkat pelatihan dirinya? Bila muncul
sarira dari jasad yang diperabukan, apakah hal ini dapat memastikan si
praktisi berhasil terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi senior jaman dulu mengatakan bahwa sarira merupakan


kristalisasi dari sila, samadhi dan prajna, mesti melenyapkan lobha,
dosa dan moha, barulah mempunyai harapan untuk memperolehnya.

Praktisi yang terlahir ke Alam Sukhavati, selain mengandalkan


kekuatan diri sendiri juga mengandalkan kekuatan Buddha Amitabha,
maka itu bukan setiap orang setelah jasadnya diperabukan bisa
muncul sarira.

Kalau memang setelah jasad diperabukan bisa muncul sarira, tentunya


ini merupakan wujud dari keberhasilan ketrampilan melafal Amituofo
yang dimilikinya.

99. Pertanyaan :

Saat melafal Amituofo, pikiran bosan dan tidak punya aktivitas, maka
itu bentuk-bentuk pikiran muncul dan lenyap tiada henti. Meskipun
kadang kala menyadarinya, lalu kembali menfokuskan pikiran, tapi
tidak lama kemudian berkeliaran lagi ke mana-mana.

Maka itu membuka halaman buku, mata ditujukan ke tulisan, hati


memikirkan makna tulisan, tangan menghitung tasbih, mulut melafal
67 

 
Amituofo, telinga mendengar lafalan Amituofo, hidung mencium
keharuman dupa, apakah begini ya yang disebut dengan enam
landasan indria jadi suci?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau enam landasan indria dibiarkan berkeliaran, bagaimana bisa


mencapai pikiran terfokus? Silahkan membaca “Surangama Sutra Bab
Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Amituofo Dengan Sempurna
Tanpa Rintangan”, pahami dengan seksama, sehingga pikiran jadi
terfokus.

Kalau ketrampilan melatih diri belum sampai tahap demikian,


janganlah tergesa-gesa dan memaksakan diri untuk mencapai
kemajuan batin secara sembarangan.

100. Pertanyaan :

Bagi praktisi pelafal Amituofo yang penting adalah saat menjelang


ajal masih mampu mempertahankan pikiran benar (pikiran yang
melafal Amituofo), ketika melakukan kebaktian pagi, saya membaca
“Sutra Hati”, “Maha Karuna Dharani”, dalam keseharian juga ada
melafal nama Bodhisattva Avalokitesvara, jadi tidak bisa bersamaan
melafal Amituofo, jadi kalau tiba-tiba ditimpa musibah dan menemui
ajal, bagaimana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tak peduli pintu Dharma manapun yang dilatih, juga harus


menfokuskan diri pada satu pintu Dharma dan mendalaminya. Praktisi
68 

 
pelafal Amituofo hendaknya menfokuskan pikiran pada pelafalan
Amituofo, sebagai kebaktian utama, sedangkan membaca Sutra Hati
dan sebagainya hanyalah sebagai jodoh pendukung di luar kebaktian
utama, tetapi juga tidak boleh menggunakan banyak waktu untuknya,
sehingga malah menghalangi kebaktian utama.

Praktisi yang bersungguh-sungguh melatih karma suci


(membangkitkan keyakinan dan tekad melafal Amituofo), takkan
bertemu dengan kematian yang tidak wajar.

101. Pertanyaan :

Setelah terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, apakah boleh menuju ke


sepuluh penjuru alam memberi manfaat bagi para makhluk?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Intisari dari Pintu Dharma Tanah Suci adalah terlahir ke Alam


Sukhavati mencapai ketidakmunduran, kemudian kembali lagi ke
alam saha, menyelamatkan para makhluk yang tak terhingga, jadi
bukan cuma menikmati kesenangan, bersantai ria dan tidak berbuat
sesuatu.

Kalau memang tujuannya demi kesenangan diri sendiri, maka takkan


punya bagian untuk bisa mencapai KeBuddhaan.

69 

 
102. Pertanyaan :

Saat duduk bersila melafal Amituofo, terasa sakit kepala berdenyut,


oleh karena menderita saraf otak lemah, apakah penyebabnya adalah
rintangan karma, atau menfokuskan pikiran saja dan tidak perlu
dihiraukan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kondisi anda disebabkan oleh penyakit dan rintangan karma, atau


juga melafal Amituofo tidak sesuai dengan ajaran sutra. Kalau sedang
melafal Amituofo, tapi batin tidak seimbang, terlampau tegang, juga
bisa mengalami gejala sedemikian rupa.

Anda mengatakan “menfokuskan pikiran dan tidak menghiraukan”,


semestinya memang demikian barulah betul. Tetapi juga harus
meredakan khayalan, menyeimbangkan pernafasan, tidak cepat dan
tidak lamban, berkesinambungan tak terputus, ibarat air telaga yang
tenang, tidak mudah timbul riak, maka perlahan gejala penyakit akan
berkurang dan hilang.

103. Pertanyaan :

Melafal Amituofo adalah untuk menemukan kembali jiwa sejati,


tetapi entah bagaimana caranya, barulah bisa menemukan kembali
jiwa sejati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

70 

 
Melafal Amituofo tentu bisa menemukan kembali jiwa sejati, tetapi
jalan pintasnya adalah membawa serta karma terlahir ke Alam
Sukhavati, secepatnya keluar dari lingkaran tumimbal lahir.

Caranya sudah cukup jelas tercantum di dalam Amitabha Sutra, garis


besarnya adalah menuruti keyakinan, tekad dan pengamalan, dengan
hati yang setulusnya melafal Namo Amituofo, lalu janganlah berbuat
jahat, perbanyaklah kebajikan, sebagai jodoh pendukungnya, dengan
demikian bisa meraih keberhasilan.

104. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal dikarenakan lingkungan dan penduduk setempat


bermasalah, sehingga jasad pasien harus cepat-cepat dipindahkan,
tidak ada sahabat Dharma yang datang membantu melafal Amituofo,
kesadaran pasien menurun drastis, dalam keadaan demikian akhirnya
cuma bisa pasrah dan terpuruk, adakah cara yang lebih baik?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sudah tahu lingkungan tempat tinggal yang bermasalah, seharusnya


sejak awal sudah memikirkan jalan keluarnya. Terkecuali kalau
memang ketrampilan melatih diri sendiri sudah mendalam, mampu
datang dan pergi dengan bebas tanpa rintangan, memiliki kepastian
yang besar, maka tidak ada yang perlu ditakuti lagi.

71 

 
105. Pertanyaan :

Murid membaca buku-buku karya para Guru Sesepuh Aliran


Sukhavati, di dalamnya tercantum bahwa praktisi pelafal Amituofo
siang malam 24 jam, baik berjalan, berdiri, duduk dan berbaring,
setiap saat tak terpisahkan dari lafalan Amituofo, bahkan saat tidur,
dalam mimpi juga melafal Amituofo, dengan memiliki ketrampilan
serupa ini, barulah memiliki harapan bisa terlahir ke Alam Sukhavati,
kalau tidak, silap sedikit saja, maka jatuh kembali ke dalam enam
alam tumimbal lahir.

Juga mengatakan meskipun sedang tidak melafal Amituofo namun di


hati lafalan Amituofo senantiasa bergema. “Amitabha Sutra”
menyebutkan “pikiran terfokus tak tergoyahkan”. Standar begini,
murid masih berada amat jauh darinya, bagaimana sebaiknya? Mohon
ceramahnya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi senior jaman dulu berkata bahwa berhasil tidaknya seseorang


terlahir ke Alam Sukhavati adalah tergantung ada atau tidaknya
keyakinan dan tekad yang dimiliki; sedangkan tinggi rendahnya
tingkatan Bunga Teratai yang dicapai adalah tergantung pada
kedalaman atau kedangkalan ketrampilan melafal Amituofo yang
dimiliki.

Dari sini dapat dilihat bahwa tak peduli dalam atau dangkalnya
ketrampilan melafal Amituofo yang dimiliki, asalkan mempunyai
keyakinan dan tekad, maka bisa berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.
Meskipun tingkatan Bunga Teratai itu ada tinggi rendahnya, tetapi
begitu terlahir ke Alam Sukhavati, walaupun cuma bisa mencapai
tingkatan paling rendah sekalipun, tetapi sudah berhasil keluar dari
lingkaran tumimbal lahir.

72 

 
Yang anda katakan tentang melafal Amituofo siang malam 24 jam
berkesinambungan tak terputus, meskipun mulut sedang tidak melafal
Amituofo, namun lafalan Amituofo akan terus bergema di batin,
mencapai kondisi pikiran terfokus tak tergoyahkan, ini merupakan
benih sebab untuk mencapai Bunga Teratai tingkatan teratas, kalau
tidak sanggup mewujudkan tahapan ini, asalkan sempurna akan
keyakinan dan tekad, setiap hari kebaktian pagi dan sore melafal
Amituofo sebanyak ratusan bahkan ribuan lafalan, dengan demikian
juga berkesempatan terlahir pada Bunga Teratai tingkatan menengah
bagian bawah.

106. Pertanyaan :

Pintu Dharma Tanah Suci dipuji oleh semua Buddha di sepuluh


penjuru, setiap saat menasehati para makhluk untuk pulang ke Alam
Sukhavati, merupakan Pintu Dharma yang terunggul.

Buddha Amitabha telah mencapai KeBuddhaan sejak 10 kalpa yang


lampau, sebelumnya apakah sudah ada Pintu Dharma sedemikian rupa?
Apakah Pintu Dharma ini cuma diwujudkan oleh Buddha Amitabha
seorang saja?

Kalau tidak ada Buddha Amitabha, bukankah para makhluk harus


melatih diri selama tiga asamkheyakalpa besar barulah bisa mencapai
KeBuddhaan? Apakah metode praktis dari para Buddha lainnya tidak
sebanding dengan Buddha Amitabha?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


73 

 
Pertanyaan ini dibagi tiga bagian untuk menjawabnya. Yang pertama,
Pintu Dharma Tanah Suci adalah Pintu Dharma yang melafal
Amituofo, sebelum adanya Buddha Amitabha maka dengan
sendirinya para makhluk juga tidak tahu melafal Amituofo. Para
Buddha di sepuluh penjuru memuji adalah memuji lafalan Amituofo.

Sepuluh kalpa yang lampau, masih belum ada Buddha Amitabha, jadi
apa yang harus diandalkan para Buddha di sepuluh penjuru untuk
membabarkan Pintu Dharma ini?

Yang kedua, Pintu Dharma Buddha Amitabha, yakni melafal


Amituofo bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, hal ini terwujud
dengan mengandalkan kekuatan tekad Buddha Amitabha, menurut apa
yang tertera di dalam sutra, ini memang diciptakan oleh Buddha
Amitabha seorang saja.

Mengenai para makhluk yang harus melatih diri selama tiga


asamkheyakalpa besar barulah bisa mencapai KeBuddhaan,
sesungguhnya praktisi yang memiliki akar kebijaksanaan tertinggi
juga mampu melampauinya, cuma praktisi begini tentunya langka
adanya.

Yang ketiga, ajaran para Buddha adalah serupa, metode praktis yang
dibabarkan juga tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, hanya
saja tekad yang diikrarkan oleh Buddha Amitabha semasa melatih diri,
sedemikian istimewanya, maka itu setelah mencapai KeBuddhaan,
dalam hal memberi manfaat bagi semua makhluk juga sedemikian
istimewanya.

74 

 
Praktisi senior jaman dulu berkata : “Para Buddha di sepuluh penjuru
dari tiga masa, Buddha Amitabha merupakan yang terunggul”.

107. Pertanyaan :

Ketika sedang melafal Amituofo, tangan menghitung tasbih, setelah


selesai menghitung hingga 108 butir, sampai pada kepala tasbih
(biasanya butir paling besar, atau kadang kala di dalamnya ada rupang
Buddha), mesti membalikkan tasbih barulah mulai menghitung lagi,
tidak boleh melangkahi kepala tasbih, mengandung makna bertekad
kembali lagi menyelamatkan para makhluk. Tetapi sebagian orang
justru tidak tahu dan melangkahi kepala tasbih, apakah boleh?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menghitung tasbih sampai pada butiran kepala tasbih, sebaiknya saat


memasukkan butiran tasbih ke dalam tali tasbih, hendaknya ada
sedikit ruang pemisah, dengan demikian ketika membalikkan tasbih
barulah nyaman dan mulai menghitung lagi.

Orang yang menghitung tasbih sampai melewati kepala tasbih adalah


dikarenakan tidak adanya jarak antara butiran tasbih dan kepala tasbih,
tetapi untuk nyamannya tentu saja membalikkan tasbih lalu mulai
menghitung lagi.

Sedangkan untuk makna bertekad kembali lagi menyelamatkan para


makhluk, kalau dalam hati memang ada pemikiran serupa ini maka
betapa bagusnya, tetapi belum pernah kelihatan kalau hal ini ada
tercantum di dalam sutra.

75 

 
108. Pertanyaan :

Melafal nama Buddha Sakyamuni, mendengar nama Buddha


Sakyamuni, bisa mendapat berapa banyak jasa kebajikan?
Mengeliminasi berapa banyak dosa berat samsara? Apakah dalam
Jalan mencapai KeBuddhaan bisa mengalami kemunduran? Kalau
cuma melafal nama Buddha Sakyamuni, apakah bisa terlahir ke Alam
Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Jasa kebajikan ini sungguh tak terbayangkan, oleh karena para


makhluk di alam saha ini, dapat mendengar nama para Buddha adalah
berkat budi kebajikan dari Buddha Sakyamuni.

Seberapa banyak jasa kebajikan yang ada maka seberapa banyak pula
mengeliminasi dosa berat samsara. Tetapi untuk terlahir ke Alam
Sukhavati, mesti menuruti ajaran Buddha Sakyamuni yakni melafal
Amituofo.

109. Pertanyaan :

Selain melafal Amituofo, saya juga membaca mantra dan sutra,


bahkan juga membaca “Sutra Intan”, apakah dengan begini terlalu
campur aduk, atau perlu diubah jadi melafal sepatah Amituofo saja?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

76 

 
Mantra dan sutra kalau sejak awal sudah membacanya, maka
lanjutkan saja apa yang sudah ada sebelumnya, tidak perlu diabaikan,
hanya saja setiap hari cuma baca sekali saja sudah cukup, sedangkan
melafal Amituofo, hendaknya dilakukan siang malam 24 jam
berkesinambungan tak terputus, inilah yang disebut dengan pikiran
suci melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus.

Kalau bisa diubah tentu ada manfaatnya, melatih diri secara campur
aduk membuat pikiran jadi bercabang-cabang.

110. Pertanyaan :

Saat duduk bermeditasi, sekujur tubuh terasa berguncang, ada guru


yang berkata kalau ini adalah aliran luar, seharusnya dikendalikan.
Mohon ceramahnya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau sejak semula anda adalah praktisi pelafal Amituofo, kenapa


pula sekarang melatih Aliran Dhyana? Sebentar melatih Dhyana,
sebentar pula melatih Aliran Sukhavati, kanan kiri tidak tetap hatinya,
mana boleh begini?

Melatih Aliran Dhyana perlu ada pewarisan ajaran dari guru,


meskipun ada guru yang menurunkan ajaran padamu, tapi kalau satu
kaki menginjak dua perahu, mustahil tidak jatuh tenggelam ke dalam
sungai. Seperti apa yang disebut sebagai bukan Dhyana bukan pula
Sukhavati, dua-duanya juga menemui kegagalan.

77 

 
Kalau tidak ada guru yang mendampingi, lalu anda sembarangan
duduk bersila dan memejamkan mata, maka ditakutkan anda akan
jatuh ke dalam jalan menyimpang, sekujur tubuh terasa berguncang
masih merupakan persoalan kecil, dengan melatih diri secara
membabi buta, yang lebih ditakutkan adalah munculnya fenomena
kerasukan Mara.

111. Pertanyaan :

Amitabha Sutra menyebutkan, saat menjelang ajal apabila dapat


melafal Amituofo, selama sehari sampai tujuh hari, melafal Amituofo
hingga mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, maka dapat
terlahir ke Alam Sukhavati. Tetapi tubuh jasmani kini sedang didera
penyakit, tidak sanggup melafal Amituofo keluar suara dan
menfokuskan pikiran, sehingga hanya sanggup mengingat Buddha,
apakah dengan demikian juga dapat terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo selama sehari hingga tujuh hari, adalah ditujukan


pada orang sehat yang tekun melatih diri dalam keseharian, jadi bukan
ditujukan kepada pasien pada saat menjelang ajal. Saat menjelang ajal,
setiap detiknya juga belum tentu dapat dilewati, bagaimana masih bisa
menanti hingga tujuh hari?

Saat menjelang ajal kalau masih bisa mengingat Buddha maka pikiran
takkan goyah, pasti bisa terlahir ke Alam Sukhavati, kalau tidak
demikian, meskipun cuma melafal di mulut, tapi di hati tidak
difokuskan pada Buddha, maka hasilnya juga tidak begitu efektif.

78 

 
112. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal, mesti melafal Amituofo dengan jelas barulah bisa
terlahir ke Alam Sukhavati, kalau tidak demikian, maka meskipun
sepanjang hidup melafal Amituofo, juga bisa jatuh ke tiga alam
penderitaan.

Saya mengusulkan bahwa setiap vihara mesti mempunyai sebuah


kamar buat sahabat Dharma untuk mempersiapkan saat menjelang
ajalnya, supaya sahabat Dharma lainnya juga bisa berdatangan
membantunya melafal Amituofo, dengan demikian dapat memberi
manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Oleh karena masa kini untuk mewujudkan Keluarga Buddhis adalah


hal yang tidak mudah, bahkan dalam satu keluarga juga terdapat
keyakinan agama yang berbeda, terhadap upaya terlahir ke Alam
Sukhavati menimbulkan halangan yang lebih besar. Maka itu berharap
semoga rencana ini dapat menjadi kenyataan.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pertanyaan ini mengandung dua sisi yakni yang pertama adalah


diskusi dan yang kedua adalah cara.

Yang pertama adalah diskusi, mampu mempertahankan pikiran benar


barulah dapat terlahir ke Alam Sukhavati, ini amat betul. Tetapi
meskipun si pasien tidak melafal dengan jelas, tetapi harus dilihat
benih karma baik dan buruk yang tersimpan di dalam gudang
kesadarannya (alaya-vijnana), yang mana yang duluan beraksi, jadi
tidak bisa dibilang dia pasti jatuh ke tiga alam penderitaan.
79 

 
Kemudian yang kedua adalah cara. Aliran Sukhavati sejak tempo dulu
sudah mempunyai tradisi membantu pasien melafal Amituofo, kini di
berbagai wilayah juga telah berdiri kelompok Zhu Nian (kelompok
yang membantu melafal Amituofo).

Tetapi kalau keadaan di rumah pasien tidak ada ruangan yang


mendukung, atau tidak adanya dukungan dari pihak keluarga, ini juga
merupakan sebuah hal yang patut disesali. Jadi persoalan ini harus
diatasi, yakni menyelesaikannya dari dua sisi.

Yang pertama adalah dalam keseharian harus tekun melafal Amituofo,


sehingga saat menjelang ajal memiliki keyakinan bisa berhasil,
menyingkirkan segala halangan dan terlahir ke Alam Sukhavati
dengan bebas tanpa rintangan.

Yang kedua adalah dalam waktu keseharian menjalin jodoh baik


secara meluas, saat menjelang ajal dengan sendirinya bisa
memperoleh uluran tangan dari para sahabat Dharma.

Tetapi yang paling terakhir, apakah bisa berhasil atau tidak terlahir ke
Alam Sukhavati, semuanya ini ada pada sebersit niat pikiran terakhir
pasien, apakah sebersit niat pikiran terakhir adalah mengingat Buddha
Amitabha dan melafal Amituofo. Maka itu berhasil atau gagal
memperoleh pembebasan adalah terpulang kembali pada diri sendiri.

80 

 
113. Pertanyaan :

Master Shandao setiap melafal sepatah Amituofo, dari mulutnya akan


muncul keluar sebuah rupang Buddha, apakah ini merupakan
kemampuan gaib atau mukjizat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kondisi batin Guru Sesepuh, saya tidak mengetahuinya dengan jelas.


Secara teori dijelaskan bahwa kemampuan gaib itu berasal dari
kekuatan samadhi, mukjizat juga berasal dari kekuatan samadhi.

Jadi kondisi batin yang dicapai oleh Master Shandao, pasti telah
mencakup baik kemampuan gaib maupun mukjizat. Memperoleh
mukjizat pasti akan muncul kemampuan gaib, munculnya kemampuan
gaib pasti sudah memperoleh mukjizat, kedua hal ini memiliki kaitan
yang erat.

Melafal Amituofo dan keluar rupang Buddha dari mulut, sudah jelas
sedang memperagakan kepada para makhluk, kemampuan gaib yang
dihasilkan dari melafal Amituofo, tujuannya adalah mempengaruhi
dan menyelamatkan para makhluk, juga boleh dikatakan sebagai
mukjizat, kalau mengatakannya sebagai kemampuan gaib, juga boleh.

114. Pertanyaan :

Pintu Dharma Tanah Suci menitikberatkan pada melafal Amituofo


bertekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati. Dengan melafal Amituofo
maka bisa terlahir di Alam Sukhavati di penjuru barat, sedangkan

81 

 
melafal nama Bhaisajyaguru Buddha maka terlahir di Tanah Suci
penjuru timur.

Bagaimana kalau tidak melafal nama Buddha sama sekali, cuma


melafal Maha Karuna Dharani, metodenya juga sama, mulut melafal,
telinga mendengar. Praktisi begini saat menjelang ajalnya, siapa yang
datang menjemput, lalu ke mana pula dia akan menuju? Mohon
praktisi senior menceramahkannya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo maka Buddha Amitabha yang datang menjemput,


di dalam “Amitabha Sutra” ada disebutkan tentang hal ini. Sedangkan
kalau melafal nama Bhaisajyaguru Buddha, maka Bhaisajyaguru
Buddha yang datang menjemput, hal ini “Tidak” tercantum di dalam
“Bhaisajyaguru Sutra”.

Sedangkan melafal “Maha Karuna Dharani” ada jasa kebajikannya,


sedangkan ke mana kelak akan menuju, maka tergantung pada
kekuatan tekad sendiri. Kalau tidak punya kekuatan tekad, maka
hanya bisa memutuskan sedikit keraguan, ditakutkan malah sulit
terlahir di Tanah Suci penjuru timur maupun barat.

Praktisi jaman dulu berkata, berhasil atau tidaknya seseorang terlahir


di Tanah Suci adalah tergantung pada ada atau tidaknya keyakinan
dan kekuatan tekad yang dimiliki. Tanpa adanya kekuatan tekad maka
tidak dapat terlahir di Tanah Suci baik penjuru timur maupun penjuru
barat!

82 

 
115. Pertanyaan :

Disebutkan bahwa Dharmakaya Buddha Amitabha memenuhi segala


ruang dan waktu, tetapi juga disebutkan bahwa para Buddha yang
tersebar di enam penjuru, banyaknya bagaikan butiran pasir di Sungai
Gangga.

Maka itu muncul pertanyaan sedemikian rupa di benakku, kalau


memang Dharmakaya Buddha Amitabha memenuhi seluruh ruang dan
waktu, jadi para Buddha yang tersebar di enam penjuru, yang
banyaknya bagaikan butiran pasir di Sungai Gangga harus berdiam di
mana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Buddha memiliki tiga tubuh (Trikaya), yakni Dharma-kaya,


Sambhoga-kaya dan Nirmana-kaya. Dharmakaya tidak mempunyai
bentuk, yakni ibarat ruang, maka itu takkan saling menghalangi.

Praktisi senior jaman dulu menggunakan lampu penerangan sebagai


perumpamaan, yakni di sebuah rumah yang dipasang seribu buah bola
lampu, sinar dari bola lampu-bola lampu tersebut bisa saling
menerangi, meskipun di rumah tersebut dipasang sepuluh ribu bola
lampu, sinar bola lampu tersebut juga takkan saling menghalangi atau
merasa terganggu!

Setelah memahami makna yang terkandung di dalamnya, maka anda


dapat mengurai keraguanmu.

83 

 
116. Pertanyaan :

Terlahir ke Alam Sukhavati, menjelma melalui Bunga Teratai, tidak


mempunyai ayahbunda, kalau sudah keluar dan meninggalkan Bunga
Teratai, lalu harus mengandalkan siapa untuk memelihara dan
membesarkan diri kita?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Setelah Bunga Teratai bermekar dan terlahir ke Alam Sukhavati,


dengan sendirinya memiliki rupa yang sama dengan penduduk Alam
Sukhavati. Ibarat bambu di dunia ini, begitu tanduk rebung muncul ke
atas permukaan tanah, dalam waktu semalam sudah bisa tumbuh besar,
jadi tidak perlu menunggu hingga beberapa tahun.

Praktisi yang terlahir ke Alam Sukhavati, semuanya memiliki wajah


rupawan yang berwarna keemasan, bahkan juga mempunyai
kemampuan gaib sempurna, mana butuh dipelihara dan dibesarkan
lagi!

117. Pertanyaan :

Alam Sukhavati dan alam saha sama-sama merupakan Tanah Buddha,


mengapa praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati takkan mengalami
kemunduran lagi, sedangkan yang bertumimbal lahir di alam saha,
malah mudah mengalami kemunduran batin?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


84 

 
Pertanyaan ini, praktisi senior jaman dulu, sejak awal sudah
melampirkan penjelasannya di halaman belakang buku sutra, setelah
membacanya maka akan memahami jawabannya. Di sini ditambahkan
lagi beberapa kalimat:

Yang pertama, pikiran yang tidak terfokus maka tidak bisa terlahir ke
Alam Sukhavati, nafsu cinta tidak berat maka takkan bertumimbal
lahir di alam saha. Kalau pikiran terfokus maka bisa terlahir ke Alam
Sukhavati selamanya takkan mengalami kemunduran lagi, sedangkan
khayalan yang terlampau banyak, akan jatuh ke dalam lingkaran
tumimbal lahir.

Yang kedua, setelah terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, di sekeliling


kita semuanya adalah jodoh suci, tidak ada jodoh yang tidak membuat
kita meningkatkan kemajuan batin, maka itu selamanya takkan
mengalami kemunduran lagi.

Dunia kita ini adalah tanah keruh, terlahir ke dunia ini, tidak ada
jodoh yang tidak membuat kita menambah berat nafsu diri, maka itu
sebagian besar praktisi akan mengalami kemerosotan batin.

Yang ketiga, praktisi yang terlahir ke Tanah Suci Sukhavati,


merupakan mereka yang benih sucinya telah masak, yang telah
tercerahkan dan takkan mengalami kemunduran lagi.

Sedangkan yang bertumimbal lahir di alam saha merupakan orang-


orang yang dikendalikan oleh kekuatan karma, disesatkan oleh
khayalan, sulit untuk tercerahkan, maka itu hanya bisa jatuh terpuruk.

85 

 
Secara sederhana dapat dijelaskan sedemikian rupa, sedangkan untuk
lebih terperinci adalah sulit untuk diungkapkan keseluruhannya.

118. Pertanyaan :

“Bhaisajyaguru Sutra” ada menyebutkan tentang terlahir di Tanah


Suci Vaiduryanirbhasa, juga selamanya takkan mengalami
kemunduran lagi. Meskipun tidak seunggul Alam Sukhavati, tetapi
lebih lumayan daripada alam saha.

Kalau begitu, bukankah juga sama kalau kita lahir di Tanah Suci
penjuru timur? Lagi pula melafal nama Bhaisajyaguru Buddha, pada
masa kehidupan sekarang mau harta dapat harta, memohon apa saja
akan terkabul, kenapa tidak sekarang saja menikmati keuntungan ini,
barulah kemudian terlahir di penjuru timur? Bukankah dengan
demikian lebih nyaman daripada bertekad terlahir ke Alam Sukhavati
di penjuru barat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Apabila anda memang bisa berhasil terlahir di Tanah Suci


Vaiduryanirbhasa, tentu saja takkan mengalami kemunduran lagi.
Cuma takutnya anda malah gagal ke sana, jadi tidak perlu lagi
membahas tentang kemunduran atau ketidakmunduran.

Baik Tanah Suci di penjuru timur maupun barat, apabila berhasil


terlahir di sana pasti mencapai ketidakmunduran, tentunya ini adalah
serupa, tetapi persyaratan apa yang perlu dipersiapkan untuk berhasil
terlahir di sana, maka terdapat perbedaan yang besar.

86 

 
Membaca sutra itu tidak boleh gegabah, tiba waktunya dipergunakan
malah tidak bisa efektif, akhirnya Buddha pula yang disalahkan.

Lagi pula anda begitu mendambakan kenikmatan duniawi,


sesungguhnya kemelekatan masih begitu berat, masih ingin ke Tanah
Suci Vaiduryanirbhasa, mana ada hal yang sebegitu gampangnya?
Tanpa menanam benih suci mana mungkin bisa memetik buah suci?

119. Pertanyaan :

Tempo dulu ketika belum seperti sekarang sudah memiliki keyakinan


mendalam, saat memejamkan mata melafal Namo Amituofo,
seringkali melihat ada Bhiksu berjubah putih muncul di hadapan. Saat
mengalami mimpi buruk, Bhiksu berjubah putih ini akan datang
menolong.

Tetapi sampai sekarang, fenomena ini tidak muncul lagi, apakah


pelatihan diri yang sekarang ini justru mengalami kemunduran, atau
fenomena yang muncul tempo dulu adalah sesat?

Meskipun saya melatih Pintu Dharma Tanah Suci, tetapi tidak


memahami bagaimana melakukan visualisasi terhadap Alam
Sukhavati. Walaupun suamiku selalu berpesan agar saya melakukan
visualisasi terhadap kewibawaan Alam Sukhavati barulah bisa terlahir
di sana, tetapi saya tetap tidak sanggup melakukannya.

87 

 
Dimanakah letak kesalahan pelatihan diriku? Mohon ceramahnya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tempo dulu masih muncul fenomena, sekarang sudah tidak lagi,


jangan melekat padanya. Seharusnya menfokuskan pikiran melafal
Amituofo, tidak perlu dihiraukan barulah betul. Kalau melekat pada
fenomena tersebut, malah menjadi penyakit batin.

Melatih Ajaran Sukhavati ada empat metode, diantaranya adalah


visualisasi (perenungan) dan melafal Amituofo. Tetapi sejak jaman
Master Lian-chi, metode visualisasi sudah tidak digunakan lagi, jadi
metode yang digunakan hanyalah menfokuskan pikiran melafal
Amituofo saja, sebilah pisau tunggal yang langsung menusuk ke
dalam, satu metode tunggal langsung mencapai tujuan, lebih terjamin
dan aman.

Oleh karena metode visualisasi merupakan 16 perenungan yang


tercantum di dalam “Amitayurdhyana Sutra”, orang jaman sekarang
sungguh ceroboh, sulit memasuki kondisi batin yang sedemikian
seksama.

Di dalam sutra juga disebutkan bahwa selain 16 perenungan seperti


yang tercantum di dalam “Amitayurdhyana Sutra”, maka visualisasi
lainnya disebut sebagai perenungan sesat. Kalau tidak menguasai
dengan benar teknik visualisasi, maka mudah jatuh ke jalan
menyimpang.

Lebih baik membangkitkan ketulusan hati melafal Amituofo, yakni


lafalan Amituofo dibangkitkan dari hati, suara lafalan keluar dari
88 

 
mulut, telinga mendengar suara lafalan dan masuk kembali ke dalam
hati, ditambah dengan keyakinan dan tekad, pikiran tidak bercabang,
maka pasti berhasil menyempurnakan karma suci, buat apa mesti
melakukan visualisasi!

120. Pertanyaan :

Saya sudah tua, tubuhku sering didera penyakit, meskipun kebaktian


pagi dan sore serta melafal Amituofo masih bisa dilakukan
berkesinambungan tak terputus, tetapi masih saja tetap seperti dulu.

Beberapa hari yang lalu, setelah membaca “Riwayat Para Bhiksu


Senior”, di dalamnya ada sebuah kisah Bhiksu yang jatuh sakit, dalam
mimpinya, Buddha datang memberi petunjuk padanya agar membaca
“Mahaparinirvana Sutra”, kemudian sakitnya sembuh.

Apakah saya juga boleh meneladaninya membaca “Mahaparinirvana


Sutra”, atau menggunakan cara lainnya? Banyak orang yang berkata
anda berpengalaman di bidang pengobatan, saya sudah menderita
penyakit liver selama bertahun-tahun, tulang rusuk sebelah kanan
sering terasa sakit, otot belakang juga ada bengkak kecil.

Saya percaya rintangan karmaku berat, tidak berniat berobat ke dokter


(oleh karena tidak leluasa bergerak, kalau kaki bergerak maka
penyakit segera kambuh), hanya dengan membangkitkan ketulusan
melafal Amituofo untuk menyembuhkannya, tetapi tidak efektif,
mohon Upasaka senior memberiku cara untuk menyembuhkan
penyakitku.

89 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melatih diri hendaknya bisa terfokus, yang paling ditakutkan adalah


tidak memiliki pendirian dan ketetapan hati, suka berubah-ubah, satu
kaki menginjak dua perahu. Harus diketahui bahwa seluruh pintu
Dharma adalah sempurna adanya, tinggal memilih metode mana yang
hendak digunakan, tergantung pada keadaan masing-masing individu,
tentu saja harus memilih metode yang paling akrab dengan diri sendiri.

Melafal Namo Amituofo merupakan pil mujarab yang


menyembuhkan penyakit, asalkan dapat mempertahankan ketulusan
hati, pasti dapat mengobati segala penyakit.

Sutra dengan jelas memberitahukan pada kita, dengan hati yang paling
tulus melafal sepatah Amituofo, dapat mengeliminasi 8 miliar kalpa
dosa berat samsara. Anda telah memperoleh harta karun, kenapa pula
masih mencari metode lainnya?

Lagi pula anda selalu teringat sudah bertahun-tahun tubuh anda didera
penyakit, kemelekatan yang begitu berat pada tubuh jasmani,
mendambakan alam saha dengan terlalu mendalam.

Mengetahui bahwa sakit adalah penderitaan, maka itu hendaknya


melepaskan kemelekatan, kalau tidak maka tidak perlu lagi membahas
tentang kelahiran ke Alam Sukhavati.

Meskipun saya memahami sedikit tentang ilmu pengobatan, tetapi


ilmu pengobatan tidak bisa mengeliminasi rintangan karma. Hanya
bisa memberi anda beberapa kalimat, tak peduli itu adalah bertekad

90 

 
terlahir ke Alam Sukhavati, menyingkirkan Mara, menyembuhkan
penyakit, harus memiliki keteguhan hati, tidak boleh tergoyahkan.

Ini adalah menfokuskan diri melatih satu Pintu Dharma yakni melafal
Amituofo, jangan lagi mempunyai niat lain yang bercabang-cabang.

121. Pertanyaan :

Bagaimana asal usul Tiga Suciwan Alam Sukhavati, Bodhisattva


Avalokitesvara dan Bodhisattva Ksitigarbha, lalu sebelum Mereka
mencapai KeBuddhaan, apa marga dan nama awamnya, serta lahir
pada dinasti apa.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini adalah kejadian pada kalpa lampau yang tak terhingga, sedangkan
perjalanan sejarah baru berlangsung selama lima ribu tahun.

“Tiga Suciwan Alam Sukhavati” terdiri dari Buddha Amitabha,


Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta.
“Sutra Usia Tanpa Batas” menyebutkan bahwa Buddha Amitabha
pada masa lampau adalah seorang raja, setelah meninggalkan
keduniawian, bernama Bhiksu Dharmakara, kemudian mencapai
KeBuddhaan.

Di dalam “Maha Karuna Dharani Sutra” tercantum bahwa pada kalpa


lampau yang tak terhingga, ada seorang Buddha yang bergelar “Zheng
Fa Ming Ru Lai”, demi menyelamatkan para makhluk sehingga
91 

 
kembali lagi, menuju ke Alam Sukhavati menjadi Bodhisattva,
membantu Buddha Amitabha menjemput para makhluk, Beliau adalah
Bodhisattva Avalokitesvara.

“Ksitigarbha Sutra” menyebutkan pada kalpa lampau yang tak


terhingga, ada seorang raja, membangkitkan tekad selamanya
menyelamatkan para makhluk yang berdosa dan menderita, Beliau
adalah Bodhisattva Ksitigarbha.

Lagi pula Buddha dan Bodhisattva selama kalpa yang tak terhingga,
tekun melatih diri, tubuh Mereka mana mungkin cuma ada satu saja?
Apa saja dibabarkan oleh Sang Buddha di dalam sutra, bila ingin
dijelaskan secara terperinci, mustahil bisa selesai bukan?

Umpamanya di dalam sejarah Tiongkok ada tokoh yang bernama


Pangu (pencipta alam semesta menurut mitologi Tiongkok), Chao Shi
dan sebagainya, bila dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang
dibabarkan dalam sutra Buddha berkalpa-kalpa yang lampau, maka
mitologi Tiongkok masih tergolong dekat kurun waktunya, dan tokoh-
tokoh mitologi Tiongkok sudah tidak diketahui baik marga maupun
namanya, apalagi yang kurun waktunya lebih jauh?

122. Pertanyaan :

Apakah ada pengaruhnya bila melafal “Namo Amituofo” atau


“Amituofo” saja, ritme cepat atau lambat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


92 

 
Melafal “Namo Amituofo” sebagai ungkapan hormat, sedangkan
melafal “Amituofo” lebih praktis. Melafal Amituofo dengan ritme
terlalu cepat atau terlalu lambat juga tidak boleh. Hendaknya tidak
cepat juga tidak lambat, pikiran tenang dan tidak tegang, hati damai,
barulah bisa efektif.

123. Pertanyaan :

Bagaimana rupang Buddha dan Bodhisattva Alam Sukhavati dapat


dilukis? Apakah ada orang yang sudah pernah melihat rupa Buddha
dan Bodhisattva sehingga mampu melukisnya keluar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau mengenai apakah ada orang yang pernah melihat Buddha dan
Bodhisattva, tentu saja ada, di dalam kisah para praktisi yang terlahir
di Alam Sukhavati banyak tercatat.

Lukisan rupang adalah menuruti bait sutra yang tercantum dalam


“Amitayurdhyana Sutra”, hanya saja dilukis dengan sederhana.

124. Pertanyaan :

Menurut isi buku “Penuntun Kembali ke Jalan yang Benar”,


tercantum bahwa baik berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring,
bahkan hingga buang air besar maupun kecil juga mesti melafal
Amituofo, bukankah ini berarti tidak sopan pada Buddha?

93 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo menitikberatkan pada berkesinambungan tak


terputus, jadi tak peduli kapan dan di mana saja, harus
mempertahankan agar lafalan Amituofo tidak terputus.

Dalam pelaksanaannya, dapat dibagi atas “melafal keluar suara” dan


“melafal dalam hati”. Saat berada di tempat yang tidak bersih,
contohnya kamar mandi atau toilet, maka cukup melafal di dalam hati,
jangan mengeluarkan suara.

125. Pertanyaan :

Ketika saya melafal Amituofo, saya memulainya dari melafal di


dalam hati, tiba-tiba ketika niat pikiran tersebut naik ke atas kepala,
kepalaku terasa pusing, saya merasa ini petanda tidak baik, maka itu
saya cuma melafal di dalam hati saja, setelah melewati sebulan lebih,
masih saja ada perasaan begini.

Saya membaca buku yang berjudul “Ontologi Alam Semesta”,


katanya “dengan hati mencerahkan hati”, apakah ini menunjuk pada
fenomena yang saya alami?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Anda belajar Ajaran Buddha dari siapa, maka tanya saja lebih
terperinci padanya tentang cara melafal Amituofo. Atau sebaiknya
baca dulu buku-buku Aliran Sukhavati, pahami dulu teori dengan jelas.
94 

 
Kalau tidak demikian, oleh karena keraguan maka akan mudah jatuh
ke dalam jalan menyimpang, mengundang fenomena kerasukan Mara.

Buku yang anda baca tersebut tidak cocok dibaca oleh praktisi pemula,
meskipun sudah dibaca, anda juga takkan memahaminya. Belajar itu
ada urutannya, sifat yang tergesa-gesa dan gegabah hanya akan
mendatangkan kerugian dan tiada manfaatnya!

126. Pertanyaan :

Saat melafal Amituofo, apakah pikiran ditumpukan pada kekosongan


atau ditumpukan pada tubuh jasmani, atau kadang kala ditumpukan
pada kekosongan, kadang kala ditumpukan pada tubuh jasmani, entah
apakah begini baik atau buruk?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo bukan pada tubuh jasmani juga bukan pada


kekosongan, di sini menasehati anda agar segera membuang segala
bentuk-bentuk pikiran dan khayalan semu.

Melafal Amituofo adalah bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, ini


barulah merupakan tujuan dasarnya. Melafal Amituofo dibangkitkan
dari hati, suara lafalan keluar dari mulut, lalu mendengar melalui
telinga. Ritmenya tidak tergesa-gesa juga tidak pelan-pelan, sesuai
dengan kemampuan pernafasan masing-masing.

95 

 
Selain sepatah Amituofo, segala bentuk-bentuk pikiran lainnya harus
dilepaskan. Selain itu juga tidak membunuh, tidak mencuri, tidak
melakukan perbuatan asusila dan tidak berbohong, banyak beramal
(beramal tidak mesti mengeluarkan uang, jadi jangan salah tafsir),
supaya dapat mengeliminasi rintangan Mara.

Sebagai praktisi pemula hendaknya membaca buku-buku seperti


“Penuntun Kembali ke Jalan yang Benar” dan sebagainya, setelah
paham barulah belajar ajaran sutra.

127. Pertanyaan :

1. Sebagai praktisi awam, tak peduli bagaimanapun tekun melatih diri,


saat menjelang ajal juga takkan terlepas dari jatuh sakit bukan?
2. Anggota Sangha dan umat awam, saat menjelang ajal adakah
perbedaannya?
3. Umat awam sebaiknya melatih pintu Dharma yang mana, berapa
lama waktu yang dibutuhkan, barulah saat menjelang ajal bisa
muncul fenomena istimewa?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

1. Master Dixian dan Master Taixu merupakan Bhiksu senior, saat


menjelang ajal juga jatuh sakit. Sedangkan praktisi awam yang
bernama Wang Long-shu saat wafat adalah dalam posisi berdiri
melafal Amituofo. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara
anggota Sangha dan umat awam dalam hal jatuh sakit.

96 

 
2. Dalam hal ketrampilan diri juga tidak ada perbedaan antara
anggota Sangha dan praktisi awam.

3. Mengenai pintu Dharma mana yang sebaiknya dipilih oleh umat


awam. Budddha Dharma itu adalah setara, tidak ada yang lebih
tinggi maupun lebih rendah. Meskipun siswa Buddha itu terbagi
atas yang berkeluarga dan tidak berkeluarga, tetapi metode yang
digunakan untuk melatih diri adalah sama. Hanya saja disesuaikan
dengan akar kebijaksanaan dan kemampuan pencerapan masing-
masing, sehingga dalam memilih pintu Dharma itu berbeda-beda.

Jadi tidak ada keharusan kalau anggota Sangha harus melatih pintu
Dharma yang mana, lalu umat berkeluarga cuma boleh melatih
metode yang mana. Sedangkan mengenai waktu dan fenomena
istimewa, semuanya ini tergantung pada ketekunan melatih diri dalam
waktu keseharian.

128. Pertanyaan :

Abangku bernama Zhuo Zhi-li, bervegetarian dan melafal Amituofo


sudah lebih dari 30 tahun lamanya, selama periode 30 tahun melatih
diri, melewati berbagai penderitaan! Beliau berharap dapat
menggunakan tetesan air mata-nya selama bertahun-tahun tekun
melafal Amituofo, menyirami Bunga Teratai di Alam Sukhavati.

Apakah dengan upaya beliau selama bertahun-tahun melafal


Amituofo, tak pernah malas, saat menjelang ajal apakah dapat
membawa serta karma terlahir di Negeri Buddha Amitabha?

97 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Apakah abang anda berhasil atau tidak terlahir ke Alam Sukhavati,


saat menjelang ajalnya, saya tidak menyaksikan-nya secara langsung.
Kalau tidak ada bukti-bukti yang jelas, maka tidak berani mengambil
kesimpulan.

Tetapi menurut ajaran yang dibabarkan Buddha Sakyamuni, dengan


hati yang setulusnya melafal sepuluh lafalan saja sudah bisa
memperoleh penjemputan dari Buddha Amitabha.

Apabila abang anda memiliki keyakinan hati dan kekuatan tekad,


melafal berkesinambungan tak terputus, mana ada alasan tidak terlahir
ke Alam Sukhavati? Kalau memang berhasil terlahir di sana maka
dengan sendirinya juga membawa serta karmanya.

Membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati merupakan sisi


yang leluasa dari Aliran Tanah Suci, yang juga merupakan alasan
penting mengapa Pintu Dharma Tanah Suci disebut sebagai metode
yang mudah diamalkan.

Kalau memang sudah terlahir di Alam Sukhavati, maka dengan


sendirinya mengandalkan pemberkatan kekuatan maitri Buddha
Amitabha, melatih diri di Alam Sukhavati, kemudian kembali lagi
menyelamatkan para makhluk.

98 

 
129. Pertanyaan :

Orang tuli saat menjelang ajal ada sahabat Dharma yang


membantunya melafal Amituofo, apakah dengan demikian dia bisa
memperoleh manfaat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Orang buta, tuli dan bisu termasuk di dalam “Delapan Kondisi Yang
Tidak Menguntungkan Untuk Menjalani Kehidupan Suci (Akkhana
asamaya brahmacariyavasaya), menghalanginya menerima Buddha
Dharma. Tetapi Buddha Dharma adalah tak terbayangkan, dapat
mengeliminasi dosa semua manusia.

Bagi seorang tuli, apabila dapat mengandalkan matanya, lalu


menjelaskan padanya tentang pelafalan Amituofo, mempergunakan
segala cara dan kesempatan sehingga dia dapat memahami manfaat
dari terlahir ke Alam Sukhavati, saat menjelang ajal menggantung
poster Buddha Amitabha, menyalakan kayu cendana, membiarkan
pikiran benar muncul dari indera penglihatan dan penciuman, dengan
demikian juga bisa memperoleh manfaat yang unggul.

130. Pertanyaan :

Saya sering mendengar kata guru bahwa sebagai praktisi pemula


terlebih dulu harus memahami ajaran sutra barulah bisa melatih diri.
Di dalam “Amitabha Sutra” ada disebutkan tentang nama para
Buddha di enam penjuru (timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas).

99 

 
Saya jadi herann, kenapa penjuru tiimur yang disebutkaan dulu? Terus
T
menggenai penjuuru bawahh dan atas,, kenapa pula
p penjurru bawah yyang
diseb
butkan duluu?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Oleh karena mentari


m terbbit dari sebbelah timuur, merupakkan permuulaan
dari satu hari, maka itu penjuru tiimur disebbutkan dulluan. Tanaaman
tumbbuh dari permukaan
p n tanah, akar tanaaman beraada di baawah
mukaan tannah, maka itu diantaara penjuruu bawah dan
perm d atas, yang
y
diseb
butkan terleebih dulu adalah
a penjjuru bawahh.

1311. Pertaanyaan :

Selaiin melafal Amituofo di depan altar


a Buddhha, maka segala
s aktivvitas
lainn
nya contohnnya berjalaan atau bekkerja juga dilakukan
d sambil meelafal
Amittuofo, apakkah dengann demikiann juga ada jasa
j kebajiikannya?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Baik berjalan, berdiri, duduk


d dann berbaringg, juga booleh dilakuukan
sambbil melafall Amituoffo, asalkann di hati ada ketuluusan dan rasa
hormmat. Dharmmakaya Buuddha mem menuhi seluruh ruanng dan waaktu,
cahayya Buddhaa menyinaari sepuluhh penjuru, dimana saja dan kaapan
saja juga
j ada keeberadaan Buddha!

100 

 
1322. Pertaanyaan :

Melaafal Amituoofo keluarr suara denngan melaffal di dalam


m hati, apaakah
jasa kebajikann
k nya sama atau berbedda?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Jasa kebajikan melafal Amituofo


A adalah dittujukan unntuk menccapai
samaadhi, sepeerti yang disebutkann dalam sutra sebbagai “pikkiran
terfokkus tak tergoyahka
t an”. Menggenai mellafal keluaar suara atau
melafal di dalaam hati, addalah disessuaikan deengan kebiiasaan massing-
masin ng praktisii. Kalau melafal
m Amiituofo diseesuaikan deengan keaddaan
sendiiri, maka jaasa kebajikkannya adaalah besar, sebaliknyya apabila tidak
t
meny yesuaikannnya dengann keadaann sendiri makam jasaa kebajikannnya
adalaah kecil.

1333. Pertaanyaan :

Siapaakah Budddha yang membabark


m an “Amitaabha Sutra””?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Amittabha Sutrra dibabaarkan olehh Buddha Sakyamuuni. Pada era


keberradaan kitaa sekarangg ini, selurruh sutra Buddha
B juuga dibabaarkan
oleh Buddha Saakyamuni.

101 

 
134. Pertanyaan :

Sejak mengambil Visudhi Trisarana sampai sekarang sudah ada 7


tahun lamanya. Setahun yang lalu saya mulai melafal Amituofo,
setiap melafal sepatah Amituofo jantungku terasa bergemuruh. Maka
itu saya pernah meminta ceramah pada praktisi senior, mengajariku
agar melafal sampai jantungku tidak bergemuruh lagi.

Saya meneruskan melafal Amituofo sampai sekarang, jantungku tidak


bergemuruh lagi, tetapi kalau mendadak timbul niat lobha, dosa dan
moha, maka jantungku kembali bergemuruh tanpa henti, hanya
dengan segera membangkitkan pikiran benar, barulah gemuruh
tersebut reda dengan sendirinya.

Jika dalam waktu keseharian, menyeimbangkan batin, takkan muncul


niat lobha, dosa dan moha, sampai saat menjelang ajal apakah pikiran
takkan goyah, menfokuskan pikiran melafal Amituofo, memperoleh
penjemputan dari Buddha Amitabha, terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Lobha, dosa dan moha disebut sebagai tiga racun, menghentikan tiga
racun tentunya adalah jalan benar. Bila dapat menghentikannya maka
saat menjelang ajal pikiran takkan goyah.

Tetapi untuk menyeimbangkan batin jangan melekat pada rupa, bila


masih memiliki niat pikiran saya harus melenyapkan lobha, dosa dan
moha, maka ini malah jadi sebaliknya, yakni menambah sebutir niat
pikiran lagi.

102 

 
Lebih baik menfokuskan pikiran pada pelafalan Amituofo, sehingga
lafalan Amituofo dapat berkesinambungan tak terputus, tak peduli
kondisi batin yang bagaimanapun juga, baik atau buruk, janganlah
dihiraukan, hanya menfokuskan pikiran dalam sepatah Amituofo,
inilah yang disebut pikiran benar.

Pikiran dan suara yang melafal Amituofo tidak saling terjalin, inilah
yang disebut sebagai “goyah”.

135. Pertanyaan :

Setelah bervegetarian sebulan kemudian saya mengambil Visudhi


Trisarana, lalu memutuskan menjalan vegetarian selamanya. Oleh
karena beban rumah tangga, jadi tidak bisa selalu ikut kebaktian di
vihara.

Juga oleh karena sutra Ajaran Buddha itu banyak sekali, dan setiap
sutra juga merupakan mustika, tetapi usia kita sangat pendek, setiap
sutra juga ingin dijadikan pegangan, sungguh sulit sekali, akhirnya
saya cuma memilih “Pu Men Pin” dan “Amitabha Sutra” untuk dibaca
saat melakukan kebaktian pagi dan sore.

Setiap pagi pukul lima atau enam pagi saya melakukan kebaktian pagi
dengan membaca “Pu Men Pin”, pukul 11 malam hari saya
melakukan kebaktian sore dengan membaca “Amitabha Sutra”, selesai
itu melafal Amituofo ribuan kali.

103 

 
Apakah cara saya melatih diri seperti begini sudah tepat? Apakah
boleh kalau tidak diiringi memukul alat kebaktian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo ditujukan untuk mencapai samadhi, ketrampilan


boleh dibilang bagus kalau bisa mencapai pikiran terfokus tak
tergoyahkan. Kondisi batin ini dapat dicapai oleh praktisi awam yang
melakukan kebaktian pagi dan sore di rumah.

Sedangkan melakukan kebaktian bersama di vihara hanyalah untuk


menjalin jodoh dan ikut bersukacita atas kebajikan yang dilakukan
orang lain, kalau sibuk dan tidak sempat ke vihara, bukanlah masalah.

Tetapi di rumah, kebaktian pagi dan sore janganlah sampai diabaikan,


pagi hari anda membaca “Pu Men Pin” lalu malamnya anda membaca
“Amitabha Sutra”, belum tentu dikatakan tidak boleh.

Ketrampilan melatih diri itu haruslah terfokus, kalau banyak jadi tidak
terfokus, malah sebaliknya jadi tidak efektif. Lihatlah para praktisi
Zen, bukankah satu kalimat harus direnungkan seumur hidup?

Sedangkan penggunaan alat kebaktian, kalau keadaan di rumah


mengijinkan maka boleh digunakan, sebaliknya bila keadaan di rumah
tidak mengijinkan, maka jangan menggunakannya.

104 

 
136. Pertanyaan :

Menurut penanggalan lunar, bulan 11 hari ke17 adalah HUT Buddha


Amitabha, bagaimana asal usul penetapan hari tersebut, mohon
penjelasannya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sebelum mencapai KeBuddhaan, Buddha Amitabha adalah Bhiksu


Dharmakara, lahir pada kalpa lampau yang tak terhingga. Sejak dulu
hingga sekarang, baik di luar maupun dalam negeri, almanak yang
digunakan itu berbeda-beda, bagaimana boleh menggunakan
penanggalan lunar untuk menetapkan HUT Buddha Amitabha?

Di kemudian hari HUT Buddha Amitabha ditetapkan sebagai bentuk


pemujaan dari para praktisi. Konon pada masa Dinasti Song ada
seorang Bhiksu yang bernama Master Yongming Yanshou, yang lahir
pada bulan 11 hari ke-17, oleh karena Master Yanshou
menyebarluaskan Ajaran Sukhavati dan berhasil menyelamatkan
banyak makhluk, masyarakat jadi menjunjung dan menghormati
beliau, lalu menetapkan hari tersebut untuk memujanya.

137. Pertanyaan :

“Dengan hati yang paling tulus melafal sepatah Amituofo, dapat


mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat samsara”. Kalau begitu kita
berbuat dosa dulu, baru kemudian melafal Amituofo.

105 

 
Katanya melafal Amituofo hanya bisa mengeliminasi karma lampau,
dengan syarat tidak menciptakan karma baru lagi. Bagaimana yang
disebut sebagai karma lampau?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tempo dulu ada seorang yang bernama A sedang mengkonsumsi


racun, melihat hal ini si B jadi panik dan bertanya : “Kenapa kamu
bunuh diri?”.

Si A menjawab : “Saya bukan bunuh diri, oleh karena kabarnya di


toko obat ada jual penawar racun, saya ingin membeli obat penawar
tersebut, jadi terlebih dulu saya coba makan racun dulu”.

Bukankah pertanyaan anda maksudnya adalah demiikian? Masa


lampau, sekarang dan yang akan datang, adalah tidak memiliki garis
pemisah, tetapi mau memperbaiki diri dan kembali ke jalan yang
benar, ada batas pemisahnya.

Tak peduli menjadi manusia yang berguna atau mencapai


KeBuddhaan, adalah dihitung sejak dia membangkitkan niat, waktu
yang telah lewat dianggap sebagai masa lampau.

138. Pertanyaan :

Saya membaca “Ksitigarba Sutra” lalu melimpahkan jasa kepada


mendiang ayahbunda agar terlahir ke Alam Sukhavati, tetapi saya
merasa ragu, oleh karena saya sendiri melafal Amituofo belum sampai
106 

 
tahap pikiran terfokus, bahkan tidak memiliki keyakinan pasti bisa
berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, sekarang saya malah
melimpahkan jasa agar mendiang ayahbunda saya bisa terlahir ke
Alam Sukhavati?

Lagi pula untuk terlahir ke Alam Sukhavati harus sempurna akan


keyakinan dan tekad, apabila keyakinan dan tekad yang dimiliki
mendiang tidak mencukupi, bagaimana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pintu Dharma Tanah Suci adalah Jalan Bodhisattva, maka itu harus
membangkitkan tekad untuk menyelamatkan diri sendiri juga
menyelamatkan orang lain, meskipun sekarang masih belum memiliki
kekuatan untuk menyelamatkan para makhluk, tetapi diri sendiri telah
menanam benih untuk menyelamatkan semua makhluk, asalkan
mempunyai niat begini barulah bisa terlahir ke Alam Sukhavati. Jadi
untuk terlahir ke Alam Sukhavati, terlebih dulu harus mempunyai
modal, yakni niat untuk menyelamatkan makhluk lainnya, setelah
berhasil mencapai KeBuddhaan di Alam Sukhavati, lalu kembali lagi
untuk menyelamatkan makhluk lainnya.

Membangkitkan niat untuk menyelamatkan mendiang ayahbunda,


merupakan faktor pendukung bagi praktisi Aliran Sukhavati.
“Amitabha Sutra” menyebutkan tidak boleh kekurangan akar
kebajikan, berkah kebajikan dan faktor pendukung, supaya bisa
terlahir ke Alam Sukhavati. “Sutra Usia Tanpa Batas menyebutkan
bahwa benih sebab terlahir ke Alam Sukhavati tak lain adalah “harus
berbakti”.

“Amitayurdhyana Sutra” menyebutkan bila ingin terlahir di Alam


Sukhavati harus melatih “Tiga Berkah Karma Suci” yakni yang
107 

 
pertama adalah “berbakti pada ayahbunda,menghormati guru,
berwelas asih tidak membunuh, mengamalkan sepuluh kebajikan”.

Meskipun mendiang ayahbunda anda masih belum memiliki


keyakinan dan tekad yang kuat, juga dapat menambah berkah
kebajikan, bahkan menanam benih memperoleh penyelamatan;
sedangkan kalau keyakinan dan tekad mereka telah bulat, maka akan
meningkatkan tingkatan Bunga Teratainya.

139. Pertanyaan :

Oma-oma yang melafal Amituofo tidak belajar dan memahami teori,


kalau begitu apa bedanya mereka dengan aliran luar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Meskipun Oma-oma tidak belajar dan memahami teori, tetapi oleh


karena mereka membangkitkan keyakinan dan tekad melafal
Amituofo, sangat tulus, tidak timbul hati yang membeda-bedakan,
maka itu mereka mudah meraih keberhasilan, terlahir ke Alam
Sukhavati, jangan meremehkan mereka.

140. Pertanyaan :

Sebagai praktisi Tanah Suci, apakah perlu belajar sutra aliran lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


108 

 
Salah satu dari “Empat Tekad Bodhisattva” bunyinya adalah
“Bertekad mempelajari pintu Dharma yang tak terhingga”, ini adalah
prinsip Buddha Dharma Mahayana, tak terkecuali pula Aliran Tanah
Suci.

Tetapi dalam belajar harus tahu urutan awal dan akhirnya, mana yang
harus diutamakan, kalau saja pelajaran intinya saja tidak dikuasai
dengan benar, lalu belajar aliran lainnya, takutnya bukan saja ajaran
orang lain tidak berhasil dikuasai, bahkan ajaran sendiri juga gagal
dipelajari.

Sebaliknya kalau sudah betul-betul menguasai ajaran sendiri, lalu


tidak sudi belajar sutra aliran lain, maka akan melekat pada satu sisi
dan tidak mampu harmonis.

141. Pertanyaan :

Orang yang menganut aliran kepercayaan luar, juga ikut melafal


Amituofo, apakah saat menjelang ajal bisa memperoleh penjemputan
dari Buddha dan terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau memang bertekad terlahir ke Alam Sukhavati maka harus


menjauhi pandangan sesat, berhasil atau tidak terlahir ke Alam
Sukhavati adalah tergantung apakah pikiran terfokus atau tidak.

109 

 
Jika ternyata sudah mengambil Visudhi Trisarana, hendaknya
menjauhi segala aliran luar. Kalau mencampuradukkan yang benar
dengan yang sesat, maka melatih diri jadi tidak benar lagi.

Kalau melatih diri kacau dan bercabang-cabang, bagaimana pikiran


bisa terfokus. Meskipun mempunyai harapan bisa terlahir ke Alam
Sukhavati, tetapi pikirannya goyah tidak tahu harus ke arah kanan
atau kiri.

Tiga bekal (keyakinan, tekad, pengamalan) tidak mencukupi,


bagaimana bisa dapat bagian terlahir ke Alam Sukhavati? Meskipun
kepercayaan itu beragam, tetapi asalkan dia mau beralih dan
menfokuskan diri meyakini Pintu Dharma Tanah Suci, bahkan
membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati, maka dia pasti bisa
berhasil.

142. Pertanyaan :

Bodhisattva Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta, dua


Bodhisattva ini melambangkan makna karuna (belas kasih universal)
dan prajna (kebijaksanaan) dari Buddha Amitabha, apakah benar
demikian?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dari rupang “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”, Bodhisattva


Avalokitesvara dan Bodhisattva Mahasthamaprapta berdiri di kedua
sisi dari Buddha Amitabha, membantu Buddha Amitabha
menyelamatkan para makhluk.

110 

 
Bodhisattva Avalokitesvara melambangkan karuna (belas kasih
universal) dan Bodhisattva Mahasthamaprapta melambangkan prajna
(kebijaksanaan).

143. Pertanyaan :

Anak kecil tidak memahami Buddha Dharma, adakah manfaatnya bila


mengajarinya melafal Amituofo? Apabila selagi usia kecil, ayahbunda
membantunya mengambil keputusan supaya dia mengambil Visudhi
Trisarana, tetapi bagaimana kalau setelah dewasa dia malah berubah
pikiran? Siapa yang harus disalahkan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dengan hati yang paling tulus melafal sepatah Amituofo, dapat


melenyapkan 8 miliar kalpa dosa berat samsara. Meskipun anak kecil
untuk sementara tidak memahaminya, tetapi telah menanam akar
kebajikan, mana boleh bilang tidak ada manfaatnya?

Kalau setelah dewasa dia berubah pikiran, ini dikarenakan jodoh


buruk lainnya, tetapi benih vajra yang telah ditanamnya sejak usia
kecil, akan terus tersimpan di dalam alaya-vijnana (gudang
kesadaran)nya, suatu hari akan bertunas, tentu saja ada manfaatnya!

Lagi pula, saat mengambil Visudhi Trisarana, janganlah berpikir


bahwa kelak anak akan berubah pikiran. Kalau saat permulaan sudah
memiliki pikiran sedemikian rupa, maka siapa lagi yang bersedia

111 

 
menuntunnya ke arah yang baik? Jadi hanya boleh maju dan tidak
boleh mundur ya.

144. Pertanyaan :

Malam pergantian tahun, seluruh anggota keluarga baik tua maupun


muda amat bersukacita, melewati tengah malam, saya bangun dan
melafal Amituofo, setelah selesai melafal, sudah mendekati pukul tiga
pagi, kemudian saya tidur kembali dan saat itulah saya jatuh ke alam
mimpi.

Dalam mimpiku, saya melafal Amituofo dan bernamaskara pada


rupang Buddha, tiba-tiba saya menangis tak terkendali. Saat terbangun
menyadari peristiwa tadi adalah mimpi, air mata masih berlinang.

Tahun baru, malam hari saya melakukan kebaktian sore, ketika


melafal sampai nama Bodhisattva Avalokitesvara, tiba-tiba saya
teringat pada ibundaku di kampung halamanku di Fujian, lalu
airmataku berlinang lagi dan tak terkendali.

Kedua fenomena di atas, adalah baik atau buruk, mohon ceramahnya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo dan mengalirkan air mata, ini dikarenakan hati


yang tulus; teringat pada ibunda lalu menangis, ini muncul dari hati
berbakti. Hati yang tulus dan berbakti adalah kebajikan besar, yang
juga merupakan benih sebab dari berkah besar. Praktisi Ajaran
112 

 
Budd dha adalah orang yanng memahaami Hukum
m Sebab Akibat,
A jadii apa
lagi yang
y perlu anda khawwatirkan?

1455. Pertaanyaan :

Ketikka makhluuk lain bertemu deengan kessusahan, saya


s mew
wakili
mereka membaca “Sukhhavati Vyyuha Dharrani”, apakkah dia dapat
d
terlah
hir ke Alam
m Sukhavaati?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

Melihhat orang lain


l ditimppa kesusahan, dapat menolong
m m
merupakan
n hal
yang bagus, tetapi kaalau diri sendiri tiidak berddaya mem mberi
perto
olongan, maka
m cukuup dengann melafal Amituofoo memberrinya
Dharrma Dana, ini juga mengamalkaan Jalan Boodhisattva..

Berhasil atau tidak terlaahir ke Allam Sukhaavati, haruus dilihat dari


berbaagai jenis jalinan
j joddoh, bukannlah karenna sedikit akar
a kebajjikan
terseb
but maka sudah
s bisa berhasil.

Tetappi Buddhaa Dharmaa ibarat mentari,


m dii mana-maana juga bisa
ditem
mukan cahhaya cemellang. Meskkipun oranng yang kita k limpahhkan
m Sukhavatti, namun juga
jasa tersebut tiidak berhaasil terlahirr ke Alam
bisa membantu
m unya mengeeliminasi karma
k buruuk.

113 

 
146. Pertanyaan :

Saya hanya tahu melafal Amituofo dan tidak tahu menyelamatkan


makhluk lainya, apakah saat menjelang ajal juga bisa terlahir ke Alam
Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak mampu menyelamatkan makhluk lainnya, yakni tidak memiliki


bakat untuk menyebarluaskan Buddha Dharma; sedangkan tidak sudi
menyelamatkan makhluk lain, adalah tidak memiliki tekad hati
Bodhisattva.

Meskipun bakat itu tidak boleh dipaksakan, tetapi hati Bodhicitta


tidak boleh tidak dibangkitkan. Kalau tidak mampu melakukannya,
maka hanya bisa melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus,
juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati, hanya saja tingkatan Bunga
Teratai yang dicapai tidaklah tinggi.

147. Pertanyaan :

Sutra Buddha menyebutkan bahwa untuk terlahir ke Alam Sukhavati


perlu mempersiapkan tiga bekal yakni yakin, bertekad dan
mengamalkan. Tetapi apabila tabiat buruk tidak mampu diubah,
apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yang dimaksud tiga bekal adalah yakin, bertekad dan mengamalkan.


Kata “mengamalkan” di sini terdiri dari pengamalan utama dan
114 

 
pengamalan pendukung. Pengamalan utama adalah melafal Namo
Amituofo, pengamalan pendukung adalah memperbanyak berbuat
kebajikan, menjalin jodoh baik. Kedua hal ini haruslah sejalan.

Di dalam sutra telah tertera dengan jelas “tidak boleh kekurangan akar
kebajikan, berkah kebajikan dan jalinan jodoh, barulah bisa terlahir ke
Alam Sukhavati”.

Kalau sudah tahu bersalah dan tidak sudi memperbaiki diri, maka
dengan sendirinya kekurangan berkah kebajikan dan jodoh pendukung.
Di dalam “pengamalan” sudah terdapat kekurangan.

Kalau di dalam tiga bekal yakni keyakinan, bertekad dan pengamalan


tidak dipenuhi, bagaimana bisa membuahkan hasil yang sempurna.
Apalagi memelihara tabiat yang tidak baik, saat menjelang ajal
tentunya akan menimbulkan rintangan.

148. Pertanyaan :

Sutra menyebutkan melakukan berbagai jasa kebajikan, juga tidak


bisa terlahir ke Alam Sukhavati. Kalau begitu tidak perlu lagi
menyebarluaskan Buddha Dharma, bukankah ini disebut sebagai
mengasingkan diri dari dunia luar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bicara itu jangan begitu ekstrim, setiap pintu Dharma mempunyai


metode melatih diri masing-masing, menanam buah takkan
115 

 
menghasilkan kacang! Benih sebab dari Pintu Dharma Tanah Suci
adalah melafal Amituofo, jasa kebajikan lainnya misalnya memberi
ceramah dan sebagainya, hanyalah sebagai jodoh pendukung saja.

Jodoh pendukung tentunya tidak boleh kurang, tetapi kalau benih


sebabnya tidak ada, mustahil bisa terlahir ke Alam Sukhavati bukan?
Melafal Amituofo adalah memberi manfaat bagi diri sendiri,
menyebarluaskan Buddha Dharma adalah memberi manfaat bagi
makhluk lain, dua hal ini haruslah sejalan.

Andaikata hanya memilih jodoh pendukung dan mengabaikan benih


sebabnya, tentu saja tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

149. Pertanyaan :

Apakah praktisi yang telah terlahir ke Alam Sukhavati masih ingat


pada sanak keluarganya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Begitu terlahir ke Alam Sukhavati langsung memperoleh kemampuan


gaib sempurna, dengan sendirinya dapat mengetahui segala kejadian
di masa kehidupan lampau. Praktisi Tanah Suci mesti membangkitkan
hati Mahayana, tidak hanya menyelamatkan sanak keluarga sendiri,
juga jangan sampai kemelekatan pada jalinan kasih duniawi yang
masih belum dilepaskan sehingga menghalangi usaha terlahir ke Alam
Sukhavati.

116 

 
150. Pertanyaan :

“Sutra Usia Tanpa Batas” menyebutkan bahwa di Alam Sukhavati


tidak ada orang jahat, tetapi praktisi yang terlahir ke Alam Sukhavati
adalah membawa serta karmanya, tentunya masih ada tabiat jeleknya,
kenapa malah dibilang tidak ada orang jahatnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ketika benih karma buruk yang tersimpan di alaya-vijnana (gudang


kesadaran) muncul, sehingga melakukan sepuluh kejahatan, baik yang
diperbuat melalui pikiran, ucapan maupun tubuh jasmani, beginilah
yang disebut sebagai orang jahat.

Apabila dapat mengendalikan atau melenyapkannya, sehingga pikiran,


ucapan dan tubuh jasmani tidak melakukan kejahatan, maka ini
disebut sebagai orang baik. Jadi bukan harus menunggu sampai
seluruh kejahatan sudah dibersihkan sampai tuntas barulah bisa
disebut sebagai orang baik.

Bodhisattva yang berada di bawah tingkatan ke-7 masih memiliki


Avidya (kegelapan batin), tetapi sudah disebut sebagai insan suci.
Arahat masih belum memutuskan tabiat sampai tuntas, tetapi juga
telah mencapai tingkatan kesucian tertinggi.

Praktisi yang membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati, akan


mencapai tiga ketidakmunduran, benih karma buruknya telah diredam
atau bahkan telah dilenyapkan, takkan bisa muncul lagi, maka itu
mengapa dikatakan Alam Sukhavati tidak ada orang jahatnya.

117 

 
151. Pertanyaan :

Buddha Sakyamuni membabarkan tentang Alam Sukhavati, apakah


ditujukan kepada praktisi yang masih terikat pada keakuan, yang
masih mendambakan lima nafsu, sehingga membabarkan sebuah
metode yang mudah dan praktis, atau sesungguhnya Alam Sukhavati
itu memang nyata adanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pertanyaan yang anda ajukan ini mengungkapkan bahwa anda tidak


memahami Ajaran Buddha, sehingga merasa diri sendiri yang paling
benar dan hebat.

Harus diketahui bahwa Dharma yang dibabarkan oleh Sang Buddha


adalah benar dan nyata adanya, kita mesti menuruti ajaran Buddha,
menerima dan mengamalkannya.

Kalau salah tafsir dan menganggap Alam Sukhavati hanyalah semu


belaka, maka tiga sutra Tanah Suci juga hanyalah omong kosong
belaka.

152. Pertanyaan :

Melafal Amituofo hingga mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan,


andaikata panorama Alam Sukhavati muncul di depan mata, telinga
mendengar lafalan Amituofo, mata melihat jelmaan Bodhisattva.
Kalau begitu bukankah kita sudah terlahir ke Alam Sukhavati?
118 

 
Apakah masih perlu menanti hingga ajal menjelang barulah bisa
terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tubuh jasmani kita ibarat sebuah tempat penginapan (hotel), tamu


duduk di dalam hotel, kalau si tamu bermaksud ingin ke Amerika,
maka panorama Amerika akan muncul di hadapannya. Menurut anda,
apakah dengan begini si tamu sudah bisa sampai di Amerika? Atau
masih perlu keluar dari hotel lalu menumpang kapal laut atau pesawat
terbang baru bisa sampai di Amerika?

153. Pertanyaan :

Melafal Amituofo itu adalah melafal Amituofo yang ada di dalam hati
atau yang ada di luar? Ketika melafal Amituofo, hati dan Buddha
adalah menyatu, hati adalah Buddha, jadi melafal Amituofo adalah
melafal hati.

Kalau melafal dengan cara begini apakah benar atau sesat?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalimat yang anda tulis, meskipun berasal dari buku, tetapi anda
sesungguhnya tidak memahami apa yang disebut sebagai hati dan
Buddha menyatu, hati adalah Buddha dan sebagainya. Silap sedikit
saja, maknanya sudah beda jauh sekali! Saya sendiri selama 40 tahun
terakhir juga hanya bisa memahami secuil saja.

119 

 
Maka itu lebih baik tidak menghiraukan segalanya, hanya
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, kerahkan segenap perhatian
ke dalam sepatah Amituofo, melafal sendiri mendengar sendiri, pasti
akan memperoleh manfaatnya.

Ketahuilah bahwa “sebersit niat pikiran yang melafal Amituofo”


adalah begitu menakjubkan dan sulit diungkapkan dengan kata-kata,
jadi tidak perlu cari-cari masalah yang akhirnya malah membuat repot
diri sendiri.

Anda mengemukakan sejumlah teori, tampaknya anda begitu hebat


dan berpengetahuan luas, padahal sesungguhnya ini adalah bentuk
khayalan, masih saja merupakan pandangan dan pengetahuan orang
awam.

Tidak mampu mencapai pencerahan mendadak, makanya jangan


mengemukakan teori-teori yang sulit dicerna, lebih baik
membangkitkan ketulusan melafal Amituofo, ini lebih bisa diandalkan.

154. Pertanyaan :

Master Yin Guang bilang melatih meditasi adalah melatih samatha


dan vipassana bhavana, melafal Amituofo adalah salah satu metode
praktis untuk melatih samatha dan vipasyana bhavana. Tetapi kenapa
banyak buku justru mengatakan bahwa Aliran Dhyana dan Aliran
Sukhavati tidak boleh dilatih secara bersamaan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :


120 

 
“Melatih sekaligus Aliran Dhyana dan Aliran Tanah Suci bagaikan
mengenakan tanduk macan”. Jadi bagaimana boleh bilang Aliran
Dhyana dan Aliran Sukhavati tidak boleh dilatih secara bersamaan?

Tetapi mesti memahami dengan mendalam Ajaran Dhyana dan Ajaran


Sukhavati, kalau tidak memahaminya dengan benar, maka sudah salah
tambah salah lagi, sampai saat itu, dibilang Aliran Zen bukan Zen,
dibilang Aliran Tanah Suci tidak kayak Tanah Suci, tidak ada satupun
yang bisa berhasil.

Anda bilang Master Yin Guang cuma mengatakan melatih Aliran


Dhyana dan Aliran Tanah Suci adalah melatih samatha dan vipassana
bhavana, jadi Master Yin Guang sama sekali tidak mengajari orang
melatih sekaligus Aliran Dhyana dan Aliran Tanah Suci, jangan salah
tafsir.

155. Pertanyaan :

Setelah wafat, Master Yin Guang ditetapkan sebagai Guru Sesepuh


Aliran Sukhavati yang ke-13 oleh Asosiasi Buddhis Tiongkok,
menjadi pusat perhatian bagi seluruh umat Buddha di Tiongkok.

Kemudian ketika abang saya mengikuti kebaktian pelafalan Amituofo


di Gong De Lin di Fuzhou, mendengar ada seorang umat yang bilang :
“Master Yin Guang ditetapkan sebagai Guru Sesepuh Aliran
Sukhavati yang ke-13 hanyalah bersifat sementara saja, oleh karena
masih ada Master Hsu Yun dan Master Yuan Ying, mereka berdua
masih belum wafat, jadi harus menanti hingga kedua anggota Sangha
senior ini wafat barulah Asosiasi Buddhis menetapkan hasil akhir”.

121 

 
Apakah hal ini adalah benar adanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Kalau sudah diumumkan kepada khalayak ramai, mana boleh diubah-


ubah lagi dengan sesuka hati? Lagi pula Master Hsu Yun merupakan
praktisi senior Aliran Dhyana (Zen), dengan sendirinya mempunyai
kedudukan tersendiri dalam alirannya.

Sedangkan Master Yuan Ying melatih Aliran Dhyana dan Aliran


Sukhavati secara bersamaan, serupa dengan Master Han-shan,
generasi penerus pasti akan menetapkan mereka sebagai guru sesepuh
alirannya, buat apa mesti menjadi Guru Sesepuh Aliran Sukhavati!

156. Pertanyaan :

Amitabha Sutra menyebutkan: “Buddha Amitabha telah mencapai


KeBuddhaan sejak sepuluh kalpa yang silam”. Kalpa itu terdiri dari
kalpa besar, kalpa menengah dan kalpa kecil, Buddha Amitabha
mencapai KeBuddhaan sudah 10 kalpa lamanya, kalpa di sini
menunjukkan kalpa yang mana? Bagaimana perhitungan kalpa besar,
menengah dan kecil? Sebelum Buddha Amitabha mencapai
KeBuddhaan, apakah di Alam Sukhavati sudah ada Buddha lainnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dihitung dari usia manusia tinggal 10 tahun saja, setiap melewati


seratus tahun usia manusia bertambah setahun, penambahan ini terus
122 

 
berlangsung hingga usia manusia mencapai 84 ribu tahun. Selanjutnya
setiap melewati seratus tahun usia manusia berkurang setahun,
pengurangan ini terus berlangsung hingga usia manusia tinggal 10
tahun saja.

Periode selama penambahan dan pengurangan ini disebut sebagai 1


kalpa kecil, 20 kalpa kecil adalah 1 kalpa menengah, 4 kalpa
menengah adalah 1 kalpa besar.

10 kalpa yang disebutkan dalam Amitabha Sutra, menurut apa yang


dikatakan oleh praktisi terdahulu, menunjuk pada kalpa besar.

Alam Sukhavati yang ada di penjuru barat adalah diwujudkan oleh 48


tekad Buddha Amitabha, jadi sebelum ada Buddha Amitabha, Alam
Sukhavati belum terwujud.

157. Pertanyaan :

Di Alam Sukhavati tidak ada penderitaan, yang ada hanya


kebahagiaan, praktisi yang terlahir di Alam Sukhavati menjadi
Bodhisattva Calon Buddha. Tetapi praktisi yang membawa serta
karmanya terlahir ke Alam Sukhavati, bukankah di alaya-vijnana
(gudang kesadaran)-nya, tabiatnya masih belum lenyap, sehingga
begitu terlahir di Alam Sukhavati dan menikmati kebahagiaan,
bagaimana masih bisa tekun melatih diri dan tidak mundur?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

123 

 
Kebahagiaan itu dapat dibagi 2 yakni kebahagiaan awam dan
kebahagiaan Dharma. Tujuh mustika dan berbagai kewibawaan
lainnya disebut sebagai kebahagiaan awam, semua ini dibabarkan
kepada para makhluk dari alam saha, menuruti tabiat kita, sehingga
muncul kekaguman di hati kita dan bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati.

Segala sesuatu yang ada di Alam Sukhavati dapat mengumandangkan


Dharma, enam akar (enam indria) kita pasti dapat tercerahkan, seperti
yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni sebagai “dengan sendirinya
membangkitkan pikiran perenungan terhadap Buddha, Dharma dan
Sangha”.

Oleh karena setiap waktu merenungkan Triratna, pikiran ini


merupakan pikiran pencerahan, yakni menikmati kebahagiaan
Dharma. Ini merupakan sisi yang paling mudah dan praktis dari
Aliran Tanah Suci.

158. Pertanyaan :

Sutra menyebutkan “Jika ada makhluk yang ingin terlahir di negeriKu,


mesti memiliki keyakinan hati yang sangat teguh, melafal namaKu
sebanyak sepuluh kali, Saya pasti menjemputnya terlahir ke Alam
Sukhavati. Bila tekad ini tak terwujud, maka Saya takkan mencapai
KeBuddhaan”.

Lalu disebutkan pula : “Melafal Amituofo berkesinambungan tak


terputus, mempertahankannya dari sehari sampai tujuh hari, pikiran
terfokus tak tergoyahkan, maka pasti bisa terlahir ke Negeri
Sukhavati”.
124 

 
Mengapa ada dua kalimat yang penyampaiannya berbeda?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Yang dikatakan di dalam kalimat pertama adalah keyakinan hati yang


teguh, menunjukkan bahwa di dalam hati sama sekali tidak ada niat
pikiran lainnya lagi, keyakinan yang telah menyeluruh.

Bila mampu mewujudkan ketrampilan begini, maka saat menjelang


ajal, sebersit niat pikiran terakhir pasti bisa terlahir ke Alam Sukhavati,
kalau satu lafalan saja sudah bisa berhasil, buat apa masih
memerlukan sepuluh kali lafalan?

Kalimat kedua mengatakan bahwa dari sehari sampai tujuh hari


melafal Amituofo berkesinambungan tak terputus, tujuannya adalah
supaya mampu mewujudkan poin di atas.

159. Pertanyaan :

Pintu Dharma Tanah Suci menyebutkan puluhan ribu praktisi yang


melatihnya maka puluhan ribu pula yang berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati, tetapi mengapa justru banyak praktisi pelafal Amituofo
yang gagal terlahir di sana? Apakah niat yang mereka bangkitkan
tidak benar atau cara melatih mereka yang tidak benar?  

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

125 

 
Niat yang dibangkitkan tidak benar dan cara melatih diri yang tidak
benar merupakan alasan utama. Berulang kali telah ditekankan bahwa
terlahir ke Alam Sukhavati bukan untuk menikmati kesenangan, tetapi
demi menyelamatkan para makhluk, hanya setelah terlahir ke Alam
Sukhavati, memasuki “Universitas Tanah Suci Sukhavati”, belajar
dibawah bimbingan Buddha Amitabha, barulah punya kemampuan
untuk menyelamatkan para makhluk.

Maka itu, praktisi yang melatih metode Tanah Suci, membangkitkan


niat itu haruslah benar, yakni mesti membangkitkan Bodhicitta, kalau
tidak membangkitkan Bodhicitta, meskipun melafal Amituofo sampai
tenggorokan pecah, berapa besar manfaat yang bisa diperoleh?

160. Pertanyaan :

Master Yongming Yanshou berkata : “Melatih sekaligus Aliran


Dhyana dan Aliran Sukhavati, bagaikan mengenakan tanduk macan”.
Apakah melatih sekaligus Aliran Dhyana dan Aliran Sukhavati lebih
unggul daripada menfokuskan diri pada satu pintu Dharma saja?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ini adalah upaya kausalya dan nasehat dari Master Yanshou yang
ditujukan kepada para praktisi Aliran Dhyana, oleh karena untuk
mencapai kondisi batin Dhyana adalah tinggi dan jauh, sedangkan
metode Tanah Suci lebih bisa diandalkan, maka itu mengapa
dikatakan melatih sekaligus Aliran Dhyana dan Aliran Sukhavati,
bagaikan mengenakan tanduk macan.

126 

 
Tetapi praktisi yang hendak beralih dari Aliran Sukhavati masuk ke
Aliran Dhyana, bukanlah setiap orang sanggup melakukannya, kalau
dipaksakan tentunya akan kehilangan ketrampilan yang telah dilatih
sebelumnya.

Jadi jangan membaca satu bait kalimat saja, sesungguhnya syair


tersebut terdiri dari empat bait kalimat, mesti dibaca keseluruhannya
barulah memahami maksud yang sebenarnya. Kita harus memahami
dengan benar makna yang sesungguhnya dari Master Yanshou!

161. Pertanyaan :

Ada orang yang bilang, saat hidup tidak ada kerisauan, saat mati tidak
ada kekhawatiran, hanya praktisi pelafal Amituofo sejati yang mampu
mewujudkannya, maka itu hal utama di dunia ini adalah melafal
Amituofo, bagaimana menjelaskan kalimat ini?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Segala kemelekatan di dunia ini dapat dilepaskan, dalam waktu


keseharian hati pun tenang, saat mati barulah bebas tanpa beban,
bahkan bisa pulang ke tempat yang bagus. Tetapi kalau tidak punya
ketrampilan melatih diri yang unggul, siapa yang sanggup
mewujudkannya?

Lain halnya dengan praktisi pelafal Amituofo, dalam waktu


keseharian melafal Amituofo, saat menjelang ajal pikiran tak
tergoyahkan, jauh mengungguli kondisi batin di atas!

127 

 
162. Pertanyaan :

Praktisi senior tempo dulu berkata : “Berhasil tidaknya seorang


praktisi terlahir ke Alam Sukhavati, adalah tergantung ada tidaknya
keyakinan dan tekad yang dimiliki; tinggi rendahnya tingkatan Bunga
Teratai yang dicapai adalah tergantung pada dalam atau dangkalnya
ketrampilan melafal Amituofo yang dimiliki”.

Sekarang ada seorang praktisi yang telah memiliki keyakinan, tekad


dan pengamalan, tetapi dia tidak membangkitkan Bodhicitta, hanya
berharap semoga bisa terlahir ke Alam Sukhavati untuk menikmati
berkah, dengan demikian tidak bisa terjalin dengan hati maha karuna
Buddha Amitabha. Andaikata orang ini memiliki keyakinan dan tekad
yang begitu kuat, apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Juga bisa berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, tetapi cuma bisa


mencapai tingkatan yang setara dengan Dewa, Manusia atau Sravaka.
Kalau tidak membangkitkan Bodhicitta, sulit mencapai tingkatan
calon Buddha.

Walaupun dia memiliki keyakinan dan tekad yang begitu kuat, juga
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, meskipun dia telah
mempersiapkan bekal terlahir ke Alam Sukahvati, oleh karena dengan
hati yang paling tulus melafal sepatah Amituofo, dapat mengeliminasi
8 miliar kalpa dosa berat samsara, dia begitu tulus yakin pada
kekuatan penyelamatan Buddha Amitabha, dengan sendirinya oleh
karena melafal Amituofo memperoleh pemberkatan kekuatan maitri
dan terlahir ke Alam Sukhavati, tetapi oleh karena tidak
membangkitkan Bodhicitta, maka itu untuk sementara dia masih

128 

 
memiliki jarak dengan pencapaian KeBuddhaan, hanya bisa mencapai
tingkatan setara Dewa, Manusia atau Sravaka saja.

Tetapi dengan melanjutkan pelatihan diri, dia juga akan


membangkitkan Bodhicitta. Kalau tidak membangkitkan Bodhicitta
maka tidak bisa mencapai KeBuddhaan.

163. Pertanyaan :

Penduduk di Alam Sukhavati memiliki usia tanpa batas, pendatang


baru juga berbondong-bondong terlahir di Alam Sukhavati, tetapi
kenapa Bodhisattva yang kembali ke dunia kita ini untuk
menyelamatkan makhluk lainnya, kian lama malah kian sedikit
jumlahnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dunia yang kita huni ini hanyalah sebutir debu di dalam maha ribu
dunia, ambil saja contohnya wilayah Tiongkok hanyalah satu bagian
kecil dari sebutir debu. Tetapi dalam kurun waktu lebih dari seribu
tahun, terdapat begitu banyak Guru Sesepuh dan praktisi senior Aliran
Sukhavati, lahir di negeri leluhur kita, mana boleh dibilang sedikit?

Sesungguhnya sampai saat kini juga masih banyak yang kembali ke


dunia ini, kalau bukan demikian, maka sejak awal Aliran Sukhavati
sudah lenyap.

129 

 
1644. Pertaanyaan :

Ada seorang umat


u yang bernama A bilang bahwa b oraang awam dari
alam saha yanng hendakk menuju Alam Sukkhavati attau sebalikknya
pendu uduk Alam m Sukhavvati hendaak menujuu ke alam m saha, addalah
dengan mengaandalkan hati, h oleh karena haati adalah Buddha, juga
adalaah tanah suuci, jadi kitta-kita ini yang
y melattih Aliran Sukhavati
S buat
apa mesti
m bertekad lahir kek Tanah SuciS Sukhavati?

Upassaka Li Binng-nan mennjawab :

dalah ucappan sesat, yang palinng bisa meencelakai orang.


Ini ad o Apaakah
anda tidak tahuu bahwa tuujuan kita terlahir kee Alam Sukhavati addalah
memmbebaskan diri dari lingkaran
l tumimbal lahir ; peenduduk Alam
A
Sukhhavati yangg kembali ke dunia saha s adalahh sudah diibekali denngan
kemaampuan menyelamat
m tkan para makhluk,, mereka sudah meeraih
keberrhasilan daalam melattih diri. Jaddi insan suuci berbedaa dengan orang
awamm.

Umatt A bilangg menganddalkan hatii, coba tannyakan paadanya, apaakah


prakttisi pemula bisa paaham apa itu hati? Walaupunn paham, lalu
bagaiimana caraa melatihnyya? Bagaim
mana bolehh membuall sesuka haati?

Hati adalah Buddha juga adalah tannah suci, walaupun


w ucapan ini tidak
t
salah
h, tetapi cooba tanya pada
p si A apakah
a diaa punya ataau tidak puunya
hati? Kalau memang
m teernyata diaa punya hati,
h apakaah dia addalah
Budddha?

130 

 
165. Pertanyaan :

Amitabha Sutra ada menyebutkan tentang “Burung Kalavinka, burung


berkepala dua dan sebagainya. Burung-burung ini siang malam 6
periode waktu mengalunkan irama harmoni” dan seterusnya. Dapat
dilihat bahwa di Alam Sukhavati masih terdapat perbedaan siang dan
malam. Apakah keadaan siang dan malam di Alam Sukhavati serupa
dengan dunia kita ini?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Di Alam Sukhavati tidak ada perbedaan siang dan malam, cahaya di


dunia kita ini bergantung pada sinar mentari, sedangkan segala
sesuatu di Alam Sukhavati bersinar cemerlang, jadi takkan ada
kegelapan.

166. Pertanyaan :

Cara apa yang digunakan praktisi pelafal Amituofo untuk mengetahui


masa lampau dan masa mendatang?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Dapat mengetahui masa lampau dan masa mendatang merupakan


kemampuan gaib, tidak ada kaitannya dengan upaya mengakhiri
tumimbal lahir, jangan sampai mengejar kemampuan gaib dan jatuh
ke dalam perangkap Mara. Harus diketahui bahwa melafal Amituofo
adalah untuk bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, begitu sampai di
Alam Sukhavati, telah sempurna akan enam jenis kemampuan gaib. 

131 

 
167. Pertanyaan :

Usai melafal Amituofo membaca “Gatha Pelimpahan Jasa”, apakah


melimpahkan jasa itu sehari sekali, atau sebulan sekali? Tempo dulu
selesai melafal Amituofo saya lupa melimpahkan jasa, kalau sekarang
saya baru melakukan pelimpahan jasa, apakah masih efektif?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sebaiknya setiap selesai melakukan kebaktian maka membaca “Gatha


Pelimpahan Jasa”, tempo hari lupa melimpahkan jasa, sekarang juga
masih efektif, sepatah Amituofo merupakan sebutir benih vajra,
selamanya takkan musnah.

168. Pertanyaan :

Istriku baru saja melahirkan beberapa hari yang lalu, tiba-tiba


terdengar ada sahabat Dharma-nya yang meninggal dunia, apakah dia
boleh ikut membantu melafal Amituofo buat mendiang sahabatnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Wanita yang baru melahirkan, kondisi tubuhnya masih lemah, jadi


tidak sesuai untuk membantu melafal Amituofo, jadi bukan berarti
tidak bersih maka tidak boleh ikut membantu melafal Amituofo.

Sang Buddha memandang para makhluk bagaikan ayahbunda yang


menatap putra putrinya, kalau putra putri dalam bahaya dan berteriak

132 

 
memanggil ayahbundanya, ayahbunda tanpa menghiraukan bahaya
yang mengancam, pasti akan segera menolong buah hatinya!

Maka itu baik melahirkan maupun sesudah melahirkan tetap harus


melafal Amituofo, memohon pemberkatan dari Buddha Amitabha,
dengan selamat melewati masa melahirkan dan masa nifas.

169. Pertanyaan :

Ada orang yang bertanya : “Siapakah ayahanda Buddha Amitabha?”.


Katanya kalau saya sanggup menjawabnya, barulah dia mau meyakini
Ajaran Buddha.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tempo dulu Master Fa Ming juga pernah mengajukan pertanyaan


yang sama kepada Master Da Zhu, master menjawab : “Amitabha
bermarga Kausika, ayahandanya bernama Yue Shang, ibundanya
bernama Shusheng Miaoyan, ini tercantum di dalam “Dharani
Samuccaya Sutra”.

Selanjutnya “Aparimitayur-jnana-hrdaya-dharani(sutra)”
menyebutkan bahwa : “Pada masa lampau ada sebuah kerajaan yang
bernama Miao Xi, rajanya bernama Kausika. Saat itu kakeknya
bernama Raja Qing-tai, ayahandanya bernama Raja Cakravartin Yue
Shang, ibundanya bernama Permaisuri Shusheng Miaoyan,
melahirkan tiga putra, putra sulung bernama Yue Ming, putra kedua
bernama Kausika, putra bungsu bernama Di Zhong”.

133 

 
Jawaban ini cukup jelas buat disampaikan pada penanya tersebut.
Meyakini Ajaran Buddha perlu adanya jodoh, kalau hanya
mengajukan pertanyaan ini sebagai syarat untuk meyakini Ajaran
Buddha, maka hatinya tidaklah tulus.

Sampaikan padanya, Buddha Dharma adalah urusan besar untuk


membebaskan para makhluk dari penderitaan dan memperoleh
kebahagiaan, Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha) merupakan
ladang berkah yang tertinggi tiada taranya, mohon jangan
diperlakukan sebagai permainan anak-anak, kalau sembarangan
dijadikan bahan bercanda, hanya akan mengundang petaka,
menghancurkan masa depan sendiri.

170. Pertanyaan :

“Amitabha Sutra” menyebutkan bahwa praktisi pelafal Amituofo


sehari sampai tujuh hari pikiran terfokus tak tergoyahkan, saat
menjelang ajal dapat terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Menurut apa yang tercantum di dalam sutra, cuma melafal tujuh hari
saja, waktunya cukup pendek, jadi kalau orang awam cuma melafal
Amituofo tujuh hari saja, apakah juga bisa terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati? Dan apakah perlu tiap hari melafal Amituofo
berkesinambungan sampai saat ajal menjelang?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Melafal Amituofo selama tujuh hari, tujuannya adalah mencapai


pikiran terfokus tak tergoyahkan, barulah dapat terlahir ke Alam

134 

 
Sukhavati. Andaikata tidak berhasil mencapai pikiran terfokus, juga
sudah menanam akar kebajikan dengan sangat mendalam.

Setelah mencapai pikiran terfokus, tetap saja setiap hari harus melafal
Amituofo berkesinambungan tak terputus, sampai saat ajal menjelang,
Buddha Amitabha datang menjemput. Kalau di pertengahan terputus,
berarti mengalami kemunduran, harapan terlahir ke Alam Sukhavati
juga pupus sudah.

171. Pertanyaan :

Para Buddha dan Bodhisattva mempunyai kekuatan tekad yang agung,


nama Mereka juga banyak, kalau melafal satu persatu nama tersebut,
maka merasa campur aduk, kayaknya kepercayaan banyak Dewa,
kalau menfokuskan melafal satu atau dua nama saja, takutnya
kehilangan jasa kebajikan dari melafal nama para Buddha lainnya,
lagi pula juga akan kehilangan rasa hormat pada Buddha lainnya
bukan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Nama dari Buddha Amitabha mengandung makna para Buddha yang


tak terhingga, praktisi senior jaman dulu berkata : “Melafal nama satu
Buddha saja yakni Amituofo, adalah sama dengan telah melafal nama
keseluruhan Buddha yang tak terhingga”.

Lagi pula bukankah di bagian belakang buku kebaktian selalu


tercantum kalimat “Semua Buddha yang berada di sepuluh penjuru
dari tiga masa, semua Bodhisattvaya Mahasattvaya”, begini juga
sudah amat sempurna.
135 

 
172. Pertanyaan :

Apakah Alam Sukhavati tidak berada dalam Planet Bumi?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sutra telah menyebutkan dengan jelas : “Dari alam saha yang kita
huni ini menuju ke arah barat, melewati sepuluh triliun alam para
Buddha, terdapat sebuah alam yang disebut sebagai Alam Sukhavati”.
Jadi tidak berada dalam Planet Bumi.

Jika menggunakan istilah Astronomi, Alam Sukhavati merupakan


sebuah planet lainnya, pernah ada laporan yang menyebutkan teleskop
Astronomi Amerika menemukan sebuah planet yang penuh dengan
emas, bukankah permukaan Alam Sukhavati dilapisi dengan emas?

173. Pertanyaan :

Pintu Dharma Tanah Suci dapat merangkul baik Mahayana maupun


Theravada, mohon guru menjelaskannya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pintu Dharma Tanah Suci sesungguhnya termasuk dalam Mahayana,


oleh karena Buddha Sakyamuni tidak membahas Alam Buddha
lainnya kepada siswa pengikut Theravada, lagi pula praktisi yang
bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, juga harus membangkitkan
136 

 
Bodhicitta, kelak setelah berhasil mesti kembali lagi menyelamatkan
makhluk lainnya, jadi tidak bersantai ria di Alam Sukhavati,
menikmati berkah sendirian.

Maka itu sutra menyebutkan membangkitkan Bodhicitta sebagai benih


sebab terlahir ke Alam Sukhavati. Tetapi Pintu Dharma Tanah Suci
merangkul semua kalangan, meskipun praktisi yang hanya ingin
menyelamatkan dirinya sendiri saja, juga bisa melafal Amituofo
terlahir ke Alam Sukhavati.

174. Pertanyaan :

Sekarang saya paling suka melafal Amituofo, oleh karena ketika


melafal Amituofo terasa sejuk, nyaman, bahagia, jadinya malas
membaca buku, selain buku-buku Dharma, saya tidak berminat lagi
dengan buku lainnya, apakah begini sudah benar?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menfokuskan diri pada satu Pintu Dharma tentunya yang paling bagus,
tetapi mesti memiliki pendirian yang teguh pada tujuan yang hendak
dicapai, jangan sampai terpengaruh dan goyah oleh godaan luar.

175. Pertanyaan :

Meskipun secara teori dikatakan bahwa melatih Pintu Dharma Tanah


Suci, puluhan ribu yang melatih puluhan ribu pula yang berhasil,
bahkan juga tercatat banyak kisah para praktisi yang berhasil terlahir
ke Alam Sukhavati.

137 

 
Tetapi bila dilihat secara keseluruhan, walaupun praktisi pelafal
Amituofo itu banyak jumlahnya, tetapi yang berhasil cuma sedikit.
Oleh karena poin pentingnya terletak pada “pikiran terfokus”,
sungguh bukan merupakan hal yang gampang.

Pada jaman berakhirnya Dharma ini, para makhluk memiliki akar


kebijaksanaan yang rendah dan dangkal, sulit mewujudkan “pikiran
terfokus”, bahkan para praktisi yang melatih metode Tanah Suci,
akhirnya juga pasrah kembali menjalani penderitaan tumimbal lahir.

Kalau begitu, dibandingkan dengan pintu Dharma lainnya, Pintu


Dharma Tanah Suci mana ada keunggulannya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Pikiran terfokus itu terbagi 2 yakni pikiran terfokus sementara dan


pikiran terfokus berkesinambungan, praktisi yang mampu
mempertahankan pikiran terfokus berkesinambungan, maka terlahir di
Alam Sukhavati pada Bunga Teratai tingkatan teratas, sedangkan
praktisi yang pikiran terfokus-nya masih putus-putus (tidak
berkesinambungan), juga masih bisa mencapai Bunga Teratai
tingkatan menengah bagian bawah.

Meskipun kondisi batin “pikiran terfokus” ini sulit diperoleh, tetapi


asalkan memiliki keyakinan mendalam dan tekad bulat, senantiasa
menfokuskan pikiran, saat menjelang ajal tidak lupa, yakni pikiran
tidak goyah, pasti bisa terlahir di Alam Sukhavati. Sutra menyebutkan
“pikiran terfokus tak tergoyahkan” adalah mengajari orang agar
memandang jauh ke depan, membuat persiapan yang penuh kepastian.

138 

 
Banyak orang yang gagal terlahir ke Alam Sukhavati adalah
dikarenakan keyakinannya tidak benar, tekadnya tidak bulat, pikiran
sucinya juga selalu terputus, tidak mampu senantiasa dibangkitkan.
Orang-orang begini hatinya selalu terbang melayang, tidak terfokus,
berkeliaran ke sana kemari, tidak punya ketetapan hati, dengan
sendirinya tidak memiliki kesempatan terlahir ke Alam Sukhavati.

Melatih pintu Dharma lainnya, harus memutuskan klesa (kekotoran


batin), menemukan kembali jiwa sejati, barulah bisa berhasil, maka itu
disebut sebagai jalan yang sulit diamalkan. Sedangkan melatih Pintu
Dharma Tanah Suci, asalkan dapat mengendalikan jiwa raga,
menfokuskan pikiran melafal Amituofo, maka dapat terjalin dengan
Buddha Amitabha, membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati,
maka itu disebut sebagai jalan yang mudah diamalkan.

Praktisi senior jaman dulu berkata : “Tidak perlu menggunakan tiga


kalpa untuk menimbun berkah dan kebijaksanaan, hanya dengan
Namo Amituofo keluar dari Triloka”.

Jadi bila dibandingkan dengan pintu Dharma lainnya, mana mungkin


tidak ada keunggulannya?

176. Pertanyaan :

Apakah jumlah lafalan Amituofo atau jumlah pembacaan sutra perlu


dicatat?

139 

 
Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tujuan dari mencatat jumlah lafalan adalah untuk memeriksa apakah


diri sendiri mengalami kemajuan atau tidak. Sesungguhnya dapat
menetapkan jumlah tertentu yang harus diselesaikan dalam sehari,
yang penting kian lama kian meningkat jumlahnya dan jangan malah
sebaliknya.

177. Pertanyaan :

“Amitabha Sutra” menyebutkan bahwa untuk terlahir ke Alam


Sukhavati, tidak boleh kekurangan akar kebajikan, berkah kebajikan
dan jalinan jodoh. Hal ini sungguh beda jauh dengan sepuluh lafalan
terlahir ke Alam Sukhavati, sehingga praktisi Tanah Suci jadi ragu,
mohon penjelasannya.

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Perbanyak menanam akar kebajikan dan berkah kebajikan, adalah


jalan utama dalam Pintu Dharma Tanah Suci, yang juga paling aman,
puluhan ribu yang melatih puluhan ribu pula yang berhasil.

Sepuluh lafalan terlahir ke Alam Sukhavati, ini dikarenakan pada


masa kelahiran lampau akar kebijaksanaannya mendalam dan tebal,
sehingga dalam satu lafalan takkan muncul bentuk-bentuk pikiran,
sepatah Amituofo dapat mengeliminasi 8 miliar kalpa dosa berat
samsara, apalagi sepuluh lafalan! Tetapi orang yang mampu
mewujudkannya, dari ratusan bahkan ribuan orang, tiada satupun.

140 

 
178. Pertanyaan :

Apakah “Namo Sarve Bodhisattvaya Mahasattvaya” adalah memuji


seluruh Bodhisattva yang tak terhingga dan tanpa batas di semesta
alam? Atau merupakan nama dari salah seorang Bodhisattva?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Menunjuk pada semua Bodhisattva yang berada di Alam Sukhavati.

179. Pertanyaan :

“Amitabha Sutra” menyebutkan bahwa “Para penduduk Negeri


Sukhavati, senantiasa pada waktu pagi hari……memberi
persembahan kepada para Buddha di sepuluh penjuru, sampai tiba
waktu sarapan, Mereka pulang kembali ke Alam Sukhavati”.

Mengapa ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia


ini, tidak ada Bodhisattva Negeri Sukhavati yang datang memberi
persembahan?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Bodhisattva Avalokitesvara yang hadir pada pesamuan Saddharma


Pundarika, Bodhisattva Mahasthamaprapta yang hadir pada pesamuan
Surangama, Mereka ini datang dari negeri mana?

Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma, para Bodhisattva


dari sepuluh penjuru juga datang menghadiri pesamuan, para
141 

 
Bodhisattva yang datang dari Alam Sukhavati, apakah anda bisa
mengenaliNya satu persatu?

180. Pertanyaan :

Buddha Amitabha mencapai KeBuddhaan sudah sepuluh kalpa


lamanya, para makhluk yang berhasil terlahir ke Tanah Suci
Sukhavati, jumlahnya juga tidak sedikit, bahkan mereka juga memiliki
kemampuan gaib sempurna, tetapi mengapa tidak nampak satupun
yang kembali ke alam saha ini, untuk membuktikan kepada kita
bahwa Alam Sukhavati itu adalah nyata adanya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Praktisi yang kembali lagi itu jumlahnya tidak sedikit, tetapi mata
kasar kita ini tidak mampu mengenali Mereka, pada jaman dulu,
Bhiksu Feng Gan merupakan salah satu contohnya. Alam Sukhavati
dibabarkan langsung oleh Buddha Sakyamuni, para Guru Sesepuh
juga telah memberikan bukti nyata pada kita semuanya, apakah anda
tidak mendengarnya?

181. Pertanyaan :

Sutra menyebutkan : “Dari alam yang kita huni ini menuju ke arah
barat, melewati sepuluh triliun alam para Buddha, ada sebuah alam
yang disebut dengan Alam Sukhavati”. Jarak yang begitu jauh, apa
tidak terlalu samar-samar?

142 

 
Kalau memang Buddha Amitabha punya kemampuan serba bisa,
kemampuan gaib yang tanpa batas, kenapa tidak ubah saja Triloka
jadi Tanah Suci? Kenapa pula kita diharuskan melafal namaNya baru
bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Katanya Buddha Amitabha memiliki maha maitri, lantas kenapa pula


mengharuskan orang lain melafal namaNya barulah Beliau mau
menjemput?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sistem Tata Surya terdiri dari sembilan planet, dan astronom masih
menemukan banyak galaksi lainnya, bukankah ini lebih samar-samar
lagi? Sutra memberitahukan pada kita bahwa hati, Buddha dan
makhluk adalah tiga hal yang tidak berbeda, hanya mengetahui bahwa
Sang Buddha itu mempunyai kemampuan serba bisa, sesungguhnya
hati juga sedemikian rupa, memiliki kemampuan serba bisa!

Hati yang suci barulah ada Tanah Suci, hati yang keruh hanya bisa
memunculkan tanah keruh. Dunia ini sesungguhnya tidak suci juga
tidak keruh, suci dan keruh itu muncul dari hati!

Buddha adalah suci, melafal nama Buddha adalah hati yang suci, hati
yang suci memunculkan Tanah Suci, sebaliknya tidak melafal nama
Buddha adalah hati yang keruh, hati yang keruh memunculkan tanah
keruh.

Bila tidak melafal Amituofo, tenggelam dalam khayalan duniawi,


bagaimana bisa memunculkan Tanah Suci? Sang Buddha memandang

143 

 
semua makhluk sebagai putra Buddha, maka itu seluruh dunia adalah
Tanah Suci.

Setelah memahami bahwa maha ribu dunia adalah tercipta dari hati
dan pikiran, bila ingin membangkitkan hati yang suci maka
diperlukan maitri karuna yang luas tanpa batas, inilah alasan mengapa
Sang Buddha senantiasa memikirkan para makhluk.

Apabila kita menfokuskan pikiran melafal Amituofo, maka hati kita


dan hati Buddha saling terjalin, inilah alasan mengapa kita melafal
Amituofo terlahir ke Alam Sukhavati.

Bila sebaliknya hati kita penuh dengan bentuk-bentuk pikiran, maka


ini merupakan tembok tebal yang memisahkan kita dengan Sang
Buddha, meskipun Buddha Amitabha senantiasa memikirkan diri kita,
kita malah membangun tembok menutupi diri agar tidak bertemu
denganNya, jadi apa daya?

Umpamanya si anak pergi dari rumah, meskipun siang malam ibunda


terus memikirkannya, tetapi si anak tidak punya niat untuk pulang,
kian berjalan kian jauh dari rumah. Hanya ketika si anak mulai
merindukan ibundanya, barulah ada hari berkumpul kembali.

182. Pertanyaan :

Pintu Dharma Tanah Suci merupakan ajaran yang dalam satu


kehidupan meraih keberhasilan, bahkan mudah melatihnya, tetapi

144 

 
kenapa Buddha Sakyamuni malah jarang membabarkan Pintu Dharma
ini, paling tidak cuma tiga jenis sutra dan satu sastra saja bukan?

Kenapa pula pada periode Dharma Sejati (Saddharma) dan periode


Dharma Mirip, para praktisi malah melatih pintu Dharma lainnya?
Kenapa malah sampai pada periode berakhirnya Dharma ini barulah
Pintu Dharma Tanah Suci bisa berjaya?

Kalau dikatakan Pintu Dharma Tanah Suci lebih bagus daripada pintu
Dharma lainnya, bukankah ini berarti umat pada periode berakhirnya
Dharma pahalanya lebih besar daripada praktisi pada periode Dharma
Sejati (Saddharma) dan periode Dharma Mirip?

Kalau sudah begini jadinya, katanya sebelum Buddha Sakyamuni


lahir ke dunia dan sesudah Buddha Sakyamuni memasuki Parinirvana,
ada sebuah kondisi yang merupakan salah satu dari “Delapan kondisi
tidak menguntungkan buat melatih diri”, apa maksudnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, Beliau


memulainya dengan membabarkan Avatamsaka Sutra, kemudian
mengakhirinya dengan membabarkan Sutra Lotus, dua sutra besar ini
adalah memuji Tanah Suci Sukhavati, apalagi sutra-sutra lainnya yang
memuji Tanah Suci Sukhavati, jumlahnya sudah tak terhitung, seperti
apa yang dikatakan sebagai “Ribuan sutra dan puluhan ribuan sastra,
seluruhnya menunjuk jalan pulang ke Alam Sukhavati”.

145 

 
Jadi harus bagaimana lagi barulah disebut sebagai memuji? Apakah
harus menghapus seluruh ajaran sutra lainnya, hanya membabarkan
tentang Tanah Suci saja barulah dianggap memuji?

Periode Dharma Sejati, Dharma Mirip dan berakhirnya Dharma,


dibagi berdasarkan tajam dan tumpulnya akar kebijaksanaan yang
dimiliki para makhluk, jadi bukan ditetapkan atas sebuah kurun waktu.

Anda bilang pada masa berakhirnya Dharma, Ajaran Sukhavati


barulah berjaya, ini sudah salah tafsir. Sebenarnya ini dikarenakan
melatih pintu Dharma lainnya mesti melenyapkan klesa (kekotoran
batin), selain itu juga diperlukan akar kebijaksanaan yang tajam,
sebaliknya Ajaran Sukhavati dapat membawa serta karma terlahir ke
Alam Sukhavati, selain itu Ajaran Sukhavati cocok buat semua
kalangan, tak peduli akar kebijaksanaan-nya tajam atau tumpul,
semuanya juga bisa berhasil.

Kemudian jawaban atas pertanyaan anda yang terakhir, sebelum


Buddha Sakyamuni lahir ke dunia ini, masih belum ada ajaran sutra,
setelah Buddha Sakyamuni memasuki Parinirvana, sebagian praktisi
tidak memahami ajaran sutra dengan benar, sehingga timbul
perselisihan, mudah jatuh ke jalan menyimpang, maka itu
perumpamaan ini merupakan salah satu dari “Delapan kondisi yang
tidak menguntungkan untuk melatih diri”.

183. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal tidak mampu lagi merenungkan rupang Buddha,


apalagi merenungkan Alam Sukhavati, guruku mengajariku
merenungkan aula penerimaan sila, katanya ini adalah tempat yang
146 

 
baik, dimana letak kebaikannya? Apakah ini merupakan jalan ke tiga
alam bajik atau Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Saat menjelang ajal empat unsur (tanah, air, api, angin) mulai berpisah,
sulit untuk melakukan perenungan, hanya melafal Amituofo barulah
bisa diandalkan. Merenungkan aula penerimaan sila memang bagus,
ini mengajari manusia agar meninggalkan kesan yang bajik dalam
pikiran, daripada muncul bentuk pikiran duniawi, sehingga jadi
masalah.

Praktisi yang menfokuskan diri melatih Ajaran Sukhavati, semestinya


meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam pikirannya, tetapi yang
paling penting adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk
melafal Amituofo, membulatkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati.

184. Pertanyaan :

Peserta kegiatan pelafalan Amituofo selama tujuh hari, apabila


melafal Amituofo selama tujuh hari mencapai pikiran terfokus tak
tergoyahkan, maka pasti terlahir ke Alam Sukhavati. Pada waktu
keseharian, oleh karena sibuk, sehingga tidak bisa melafal
berkesinambungan, apakah bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Harus mempunyai keteguhan hati, kalau sibuk maka boleh memilih


metode sepuluh lafalan, dalam waktu keseharian baik berjalan, berdiri,

147 

 
duduk maupun berbaring boleh melafal Amituofo di dalam hati,
begini juga bisa terlahir ke Alam Sukhavati.

185. Pertanyaan :

Apakah ada anak muda yang melafal Amituofo, lalu terlahir ke Alam
Sukhavati dalam usia muda?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tak peduli melakukan hal apa saja, juga harus dimulai sejak usia dini.
Contohnya menanam pohon harus dimulai dari tunas. Terlahir ke
Alam Sukhavati menunjukkan bahwa masa hidup di dunia ini telah
habis atau berakhir, jadi bukan berarti melafal Amituofo bisa lebih
cepat mati.

Tetapi di jalan menuju alam baka, tiada perbedaan orang tua dan anak
muda, yang penting adalah membuat persiapan sejak usia dini barulah
lebih bisa diandalkan.

186. Pertanyaan :

Melafal Amituofo tidak melakukan jasa kebajikan apapun, apakah


dengan demikian bisa terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

148 

 
Ajaran Sukhavati merupakan Pintu Dharma Mahayana, jasa kebajikan
adalah memberi manfaat bagi makhluk lainnya, jadi melafal Amituofo
dan menimbun jasa kebajikan haruslah sejalan.

Tetapi menimbun jasa kebajikan tidak mesti keluar uang, menasehati


insan lain agar ikut melafal Amituofo barulah merupakan jasa
kebajikan yang sesungguhnya.

187. Pertanyaan :

Sebagai praktisi pelafal Amituofo dalam waktu keseharian tekun


melatih diri, tetapi bagaimana kalau tiba-tiba oleh karena muncul
kebencian dan berselisih dengan orang lain, kebencian ini dibawa
hingga saat menjelang ajal dan tidak sanggup melupakannya.

Orang kayak begini meskipun melafal Amituofo, apakah juga bisa


membawa serta karma terlahir ke Alam Sukhavati?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Tidak takut munculnya bentuk pikiran, hanya saja takutnya terlambat


menyadarinya, lebih ditakutkan lagi berlanjut terus. Kalau sudah tahu
kebencian itu bisa mencelakai upaya terlahir ke Alam Sukhavati, jadi
kenapa pula tidak segera memperbaikinya? Lantas kenapa pula harus
dibawa-bawa hingga saat menjelang ajal?

Sebersit niat pikiran terakhir adalah sedemikian pentingnya, teringat


pada kebencian hanya membuat jarak pemisah dengan Buddha
149 

 
Amitabha, melafal Amituofo akan terjalin dengan Buddha Amitabha,
teringat kebencian akan membuat tembok pemisah dengan Buddha
Amitabha, jadi apakah masih perlu dibahas tentang kelahiran ke Alam
Sukhavati?

188. Pertanyaan :

Saat menjelang ajal ada Mara yang menjelma jadi Buddha Amitabha
datang menjemput, jadi harus bagaimana?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Hal ini tidak perlu dikhawatirkan, dalam keseharian melafal Amituofo,


saat menjelang ajal pikiran benar tetap melafal Amituofo, pasti takkan
ada fenomena godaan Mara, benih apa yang ditabur maka
demikianlah buah yang dipetik!

Terkecuali kalau dalam waktu keseharian tidak menfokuskan pikiran


melafal Amituofo, maka saat menjelang ajal pikiran benar juga tidak
punya kepastian. Saat menjelang ajal walaupun diri sendiri menyadari
bahwa fenomena yang muncul adalah buruk, tetapi diri sendiri juga
tidak sanggup menyelamatkan diri.

Maka itu mengapa kegiatan Zhu Nian (membantu pasien melafal


Amituofo) adalah begitu pentingnya.

150 

 
189. Pertanyaan :

Di Jepang ada sebuah sekte yang disebut sebagai “Sekte Saddharma


Pundarika”, yang khusus melafal “Namo Saddharma Pundarika Sutra”,
apa maknanya? Lantas setelah meninggal dunia, ke mana mereka akan
menuju?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Untuk menfokuskan pikiran itu banyak caranya, contohnya Aliran


Zen memusatkan perhatian pada sebuah kalimat, Aliran Sukhavati
memusatkan perhatian pada lafalan Amituofo dan sebagainya.

Di Tiongkok juga ada “Sekte Saddharma Pundarika”, tetapi secara


keseluruhan berbeda dengan yang ada di Jepang, saya sendiri juga
kurang memahaminya secara terperinci, hanya menduga kalau yang di
Jepang itu cuma melafal judul sutranya saja.

Sedangkan tempat mana yang akan dituju mereka setelah meninggal


dunia, adalah tergantung pada tekad masing-masing penganutnya.

190. Pertanyaan :

Buddha Amitabha mengikrarkan 48 tekad, salah satunya berbunyi :


“Dengan hati setulusnya bertekad, ingin terlahir di NegeriKu, asalkan
dia melafal namaKu sepuluh kali, apabila dia tidak terlahir di
NegeriKu, maka Saya takkan mencapai KeBuddhaan!”

151 

 
Kalau memang begini katanya, maka apakah orang jahat juga boleh
melafal Amituofo sepuluh kali saja lalu sudah bisa terlahir ke Alam
Sukhavati? Lalu maksud dari sepuluh lafalan ini adalah dilafal setiap
hari atau saat menjelang ajal baru melafalnya?

Upasaka Li Bing-nan menjawab :

Sepuluh lafalan menunjuk pada saat menjelang ajal. Orang jahat


dikarenakan pada masa kelahiran lampaunya telah menanam akar
kebajikan besar, maka itu saat menjelang ajal dia sanggup mengingat
lafalan Amituofo, membangkitkan tekad dengan setulus hati, sepuluh
lafalan terlahir ke Alam Sukhavati.

Dalam waktu keseharian melafal Amituofo sepuluh kali juga


menanam benih, tetapi kapan bisa terlahir ke Alam Sukhavati, harus
melihat sampai dimana ketekunannya, dalam satu kelahiran atau
beberapa kelahiran juga belum tentu.

Praktisi yang menfokuskan diri melatih Ajaran Sukhavati, janganlah


ada pikiran untuk mempertaruhkan keberuntungan, dengan cuma
melafal sepuluh kali sudah bisa terlahir ke Alam Sukhavati, kalau
dalam waktu keseharian tidak mau rajin-rajin melafal Amituofo, saat
menjelang ajal selain harus menghadapi beragam jenis bentuk siksaan,
ditambah lagi panik tak karuan, jangankan sepuluh lafalan, bahkan
satu lafalan saja tidak sanggup diucapkan keluar.

Bersambung ke Buku 2

152 

 
Daftar
Pustaka
 
 

淨土法門疑難問題解答
http://www.minlun.org.tw/1pt/1pt‐2‐1/books/0344.htm 
 

Arsip
Tanya Jawab Seputar Pintu Dharma Tanah Suci
www.menfokuskanpikiran.blogspot.com 
 

153 

 
154   
 

Anda mungkin juga menyukai