Menebarkan Harum
Semerbak
Dikutip Dari :
Judul :
清蓮飄香
www.smamituofo.blogspot.com
Semasa hidup mengalihkan kerisauan menjadi cahaya tanpa batas Buddha
Amitabha, melafal sepatah Amituofo, begitu pikiran dialihkan, maka
bermekarlah setangkai teratai, selanjutnya di dalam taman dengan
sendirinya akan ada kuntum‐kuntum teratai yang bermekaran.
Sesungguhnya banyak jenis penyakit kanker yang dapat
disembuhkan, banyak pasien yang dapat sembuh dan sehat
kembali, bekerja kembali dan bersumbangsih pada masyarakat.
Contohnya dokter Chen Mingxian dan dokter Li Feng, mereka
berdua adalah Bodhisattva yang penuh kemuliaan.
Setiap manusia tidak ada yang tidak serakah, tidak ada yang
tidak pernah emosi, karena telah menanam benih berduri di
ladang hati kita, ketika jalinan jodoh ini masak, maka saat
berjalan takkan luput dari terluka oleh tusukan duri. Andaikata
ketika terluka akibat tusukan duri ditambah lagi mengeluh atau
menyalahkan orang lain dan marah, maka ini sama dengan
menanam duri lagi, maka kelak di kemudian hari akan ada
jalanan yang tak habis dari tusukan duri, takkan ada habis-
habisnya linangan darah dan airmata.
Walaupun Buddha Amitabha maha maitri maha karuna, mengharapkan
kita agar kembali ke jalan yang benar, walaupun itu adalah detik yang
paling terakhir, namun sayangnya banyak insan yang tidak mampu
membangkitkan keyakinan dan tekad, tidak dapat menfokuskan diri
melafal Amituofo.
Pengalamanku dalam mendampingi pasien melafal Amituofo,
pada dua tahun pertama, saya amat terkejut karena mendapati
bahwa dari sekian banyak pasien, ternyata tidak ada satupun
yang pada detik menjelang ajalnya sempat melafal Amituofo,
mengapa demikian?
“Ketika kamu menangis,
ketahuilah bahwa Saya juga sedang meneteskan airmata,
ketika kamu berbahagia, ketahuilah bahwa Saya juga turut bersukacita,
tak peduli kapan dan di mana saja,
di dalam keyakinan dan pelafalan Amituofo, kita senantiasa berada dalam kebersamaan,
bersama dengan Buddha dan Bodhisattva”.
Walaupun “A-mi-tuo-fo” hanya terdiri dari empat kata,
seharusnya tidak sulit diucapkan, setiap insan juga dapat
melafalnya, sulitnya adalah apakah mampu melafalnya disaat
datangnya cobaan, dapat memahami Hati Buddha Amitabha
yang maha karuna, maka itu dengan gigih melafalnya
berkesinambungan, sejak awal hanya diri kita yang
mengacuhkan uluran tangan dari Buddha Amitabha, sementara
Buddha tak pernah sekalipun mengabaikan diri kita.
Setiap saat tidak melupakan hati yang ingin membantu orang banyak,
semua ini demi mengasihani mereka yang melangkah di jalan yang gelap;
asalkan dapat menyinari di kejauhan, maka takkan menyayangkan
mengorbankan tubuh sendiri
Kisah praktisi senior lainnya adalah Upasaka Li Bing-nan. Di
usianya yang telah mencapai 97 tahun, masih berada di atas
podium menceramahkan Dharma. Sepuluh tahun yang lalu
ketika saya masih duduk di bangku kuliah tingkat pertama,
merupakan kali pertama saya mendengar ceramahnya. Pada saat
itu saya tidak mengerti isi ceramahnya makanya menilai beliau
kurang trampil dalam berceramah, sehingga saya menyia-
nyiakan waktu selama beberapa tahun, dan tidak pergi
mendengar ceramah beliau lagi, sampai kemudian ketika saya
mengikuti sebuah kegiatan “kelompok belajar bervegetarian dan
menjalan sila”, yang diadakan oleh Master Chan Gong, saya
mendengar Master Chan Gong setiap kebaktian pagi dan sore
akan mengadakan pelimpahan jasa kepada Senior Guang Gong
dan Upasaka Li Bing-nan, barulah kemudian timbul niat untuk
pergi mendengar ceramahnya, pada waktu itu beliau telah
berusia 95 tahun, dan jatuh sakit, sulit untuk berjalan, tetapi
beliau masih menggunakan bangku untuk menopangnya ke atas
podium dan berceramah, saat saya menyaksikan hal ini, ceramah
tersebut didengar dengan tetesan airmata, beliau adalah teladan
hidup yang mengajari dengan tindakan nyata, yang mengajari
diriku --- “Setiap saat tidak melupakan hati yang ingin
membantu orang banyak, semua ini demi mengasihani mereka
yang melangkah di jalan yang gelap; asalkan dapat menyinari di
kejauhan, maka takkan menyayangkan mengorbankan tubuh
sendiri”.
USAI
Daftar Pustaka
清蓮飄香~道證法師講述
http://book.bfnn.org/article/0270.htm