Dipetik Dari :
Laporan belajar dari
Venerable Can‐kui
“Kelas Belajar Edisi 096”
www.smamituofo.blogspot.com
Hal
1. Prinsip umum dari pelatihan diri...................................................................4
2. Buddha Tak Pernah Terpisahkan Dari Hati...................................................5
3. Ketulusan Sepenuhnya Mengundang Mukjizat...........................................7
4. Teladan Kebajikan Yang Patut Dihormati....................................................9
5. Terlahir ke Alam Sukhavati Dengan Bebas Tanpa Rintangan....................15
Lampiran
Petikan sharing dari Huang Bo‐lin...................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................................22
Gatha Pelimpahan Jasa...................................................................................23
Venerable Can-kui :
Yang terhormat guru kami Master Chin Kung, rekan-rekan anggota Sangha
sekalian, para praktisi senior upasaka dan upasika sekalian : Amituofo! Hari
ini Can-kui ingin menyampaikan laporan yang berjudul Bodhisattva Teladan --
- Upasika Zhuang Ya-qin.
Tahun 1987 Master Chin Kung mulai memberi ceramah di Singapura, Upasika
Zhuang Ya-qin mulai sering pergi mendengar ceramah. Meskipun beliau tidak
mengenal huruf, namun kemampuan pemahamannya sangat bagus, setelah
mendengar ceramah dia mampu menyampaikan garis besarnya kepada orang
lain.
Hal pertama dan hal terakhir yang dilakukannya dalam keseharian adalah
melafal Amituofo, kebaktian pagi dan kebaktian sorenya juga adalah melafal
Amituofo, menerima tamu yang datang berkunjung juga melafal Amituofo, dia
juga sering pergi membantu melafal Amituofo bagi orang yang telah
meninggal dunia. Ada seorang sahabat Dharma yang memberitahu putrinya
“Ketrampilan melafal Amituofo ibunda anda sungguh bagus, sewaktu dia
melafal Amituofo, keningnya memancarkan cahaya!
Ketekunan dan keseriusan ibunda dalam melatih diri telah menggugah putra
putrinya, maka itu selalu bersama dirinya melatih untuk mengikhlaskan,
merelakan, melepaskan segala kemelekatan, mempersiapkan diri ketika
Buddha Amitabha datang menjemput, mengulurkan tangan untuk menyambut
tangan Buddha Amitabha, tanpa keraguan sama sekali langsung mengikuti
Buddha Amitabha terlahir ke Alam Sukhavati.
Upasika Zhuang tidak memiliki kemelekatan pada putra putrinya. Tahun 1999,
putri sulungnya Wu Ya-yu sebelum meninggal dunia di rumah sakit berkata
pada ibundanya bahwa dia telah melepaskan semua kemelekatan, namun satu-
satunya yang tidak sanggup dilepaskannya adalah ibundanya. Upasika Zhuang
berkata pada putrinya : “Saya telah melepaskan segalanya, kamu juga harus
bisa melepaskan semuanya.
Setelah putri sulungnya meninggal dunia, Upasika Zhuang lebih giat melafal
Amituofo. Dia selalu menasehati agar anak-anaknya pergi ke vihara menjadi
relawan, selalu memotivasi putrinya : “Cepatlah pergi membantu vihara, yang
paling penting adalah dapat mengulurkan tangan”. Maka itu putra putrinya
kemudian menjadi relawan di Pure Land Learning College Australia.
Bulan Pebruari tahun 2012 dengan didampingi putra putrinya, Upasika Zhuang
menumpang pesawat terbang dari Australia pulang kembali ke Singapura. Di
dalam pesawat terbang ada seorang pramugara Bangsa Timur Tengah yang
rupawan, setiap kali dia melewati tempat duduk Upasika Zhuang, maka dia
akan membungkuk dan menyalami kedua tangan Upasika Zhuang.
Oleh karena gigi Upasika Zhuang sudah tidak kuat lagi sehingga tidak mampu
mengkonsumsi hidangan vegetarian yang disajikan oleh pihak penerbangan,
pramugara itu khusus menyajikan buat Upasika Zhuang beraneka ragam roti
dari kabin kelas bisnis. Lalu mempersilahkan dirinya memilih sendiri roti yang
disukainya.
Putrinya merasa heran dan bertanya pada ibundanya : “Apakah mama tampak
begitu jelita sehingga pramugara itu begitu baik padamu?” Sebelum turun dari
pesawat, putrinya tidak dapat lagi menahan rasa penasarannya dan bertanya
pada pramugara itu. Tak terduga dengan berlinangan air mata dia menjawab :
“Kalian harus baik-baik menjaga ibunda kalian, oleh karena ibundamu maka
itu kalian mendapat perlindungan”.
Setelah kejadian ini berlalu putrinya jadi berpikir, ini pasti di samping ibunda
ada Dewa Pelindung Dharma yang senantiasa melindunginya,cahaya Buddha
menyinari sehingga kami juga ikut terlindungi.
Mengenang kembali teladan yang diberikan oleh ibunda dalam tindakan nyata,
putra putrinya merasa sangat terharu. Upasika Zhuang dalam keseharian tidak
pernah berbohong, lidahnya dapat menutupi hidungnya. Putrinya pernah
memohon pada beliau untuk memperlihatkannya pada Venerable Wu Zhuang
dan dokter Zhang, mereka juga terkesima dan berkata : Amituofo, sungguh
menakjubkan!”
Master Chin Kung berkata, ketulusan merupakan sifat sejati yang memang ada
pada diri kita sejak semula, namun karena tersesat, sehingga rupa
menakjubkan yang memang sudah ada di dalam diri kita tidak bisa muncul
keluar. Buddha memberitahukan pada kita, manusia biasa yang selama tiga
masa kehidupan tidak pernah berbohong, buah akibat yang diterimanya adalah
lidahnya akan lebih panjang daripada orang lain pada umumnya, bila
dijulurkan keluar dapat menutupi hidungnya.
Beliau juga sangat berhemat cermat, makanan yang tersisa selalu disantapnya
dengan diam-diam. Beliau juga tidak pernah menyebarluaskan masalah
keluarganya keluar, sepanjang hidupnya telah mengalami banyak
ketidakadilan, namun dia tak pernah mengeluh sama sekali.
Sejak kecil Upasika Zhuang hidup dalam keluarga yang kurang mampu,
kehidupan juga susah, kenyang akan pahit getirnya kehidupan. Ayahnya yang
bernama Ceng Tian-en adalah seorang guru dengan penghasilan yang pas-
pasan, tidak berdaya menafkahi keluarga, dengan terpaksa dan menahan hati
yang remuk harus menjual Upasika Zhuang kepada tetangganya yang tidak
memiliki anak, untuk digantikan dengan 30 Yuan RMB, lalu namanya diganti
menjadi Zhuang Ya-qin, sejak itu dia berpisah dengan ayahbunda kandungnya,
selanjutnya juga tidak ada kabarnya lagi.
Saat Perang Dunia Kedua meletus, dia masih berusia 6 tahun, dia mengikuti
ayah adopsinya yang bernama Zhuang Kui-shui menumpang kapal laut hingga
sampai di Asia Tenggara untuk menghindari bencana perang, berbagai
kesulitan telah dialaminya, tiba di Singapura dia mulai bekerja, belajar
memasak nasi, menjahit, bahkan harus bekerja di lahan proyek pembangunan
mengangkat semen, batu-batuan, hingga bahunya menjadi terluka dan
bernanah.
Saat putra putrinya sedang mengalami hal yang tidak menyenangkan di luar,
lalu pulang ke rumah mengadu pada bunda tentang ketidakadilan yang
dialaminya di luar rumah, Upasika Zhuang akan menasehati mereka : “Siapa
yang melatih diri maka dia yang akan memperoleh hasilnya, bagi yang tidak
melatih diri maka takkan memperoleh apa-apa; siapa yang makan maka dia
yang akan merasa kenyang.
Beliau selalu memotivasi putra putrinya agar dapat melapangkan hati, belajar
mengulurkan tangan membantu orang lain, bekerja dengan sukacita dan ikhlas
menerima apa adanya, menjalin jodoh baik dengan semua orang, jangan
sekali-kali menggosip orang lain. Dalam keseharian Upasika Zhuang adalah
orang yang pendiam, namun begitu membuka mulut maka ucapannya adalah
teori-teori yang hendaknya memaafkan dan memaklumi orang lain.
Dia mengajarkan putra putrinya untuk menjalin jodoh yang baik dengan orang
lain, belajar untuk selalu tersenyum, seperti yang dikatakan oleh Guru Cai
dalam “Ceramah Tentang Kehidupan Manusia Yang Bahagia”. Maka itu
dalam keseharian bila bertemu orang lain dia akan melemparkan senyumannya
dan menyapa dengan tangannya.
Jalinan jodoh Upasika Zhuang sangat bagus, keluar rumah dan menumpang
bus umum, pasti ada orang yang akan memberinya tempat duduk, tetapi dia
juga akan mengalah dan memberikannya lagi kepada orang lain. Dia selalu
mengalah dan membiarkan orang lain naik ke bus terlebih dulu, pernah suatu
kali karena mengalah hingga urutan terakhir, sehingga dia harus menumpang
bus yang berlainan dengan putranya.
Dalam berjanjian dengan orang lain, dia tidak pernah membiarkan orang lain
menunggu kedatangannya, dia berkata : “Tidak boleh membiarkan orang lain
menanti, sebaliknya menunggu orang lain merupakan hal yang paling gembira,
semakin menanti semakin senang. Setiap kali berjanjian maka dia akan hadir
lebih awal, meskipun harus menunggu dua atau tiga jam juga sangat
bersukacita. Dia akan menggunakan waktu untuk menunggu buat melafal
Amituofo di dalam hati atau menghitung tasbih melafal Amituofo. Ini
seharusnya merupakan cara beliau untuk melatih kesabaran dan tanpa keakuan.
Dalam berada bersama dengan orang lain, Upasika Zhuang tidak pernah
memiliki pendapatnya sendiri, hanya diam dan menuruti apa adanya, tidak
pernah mengeluarkan sepatah katapun, di dalam hati melafal Amituofo. Maka
itu dia memperoleh perhatian dan kasih sayang dari para sahabatnya, dijuluki
sebagai si penurut.
Sepanjang hidupnya dia telah mengalami pahit getirnya kehidupan serta
menahan kesabaran dan sanggup bekerja keras, pakaian yang dikenakannya
adalah yang sudah ditambal-tambal, bahkan pakaian putra putrinya juga
dijahitnya sendiri. Ketika menemani keluarganya berbelanja di mall, dia juga
takkan tertarik dengan potongan harga yang ditawarkan oleh pihak penjual.
Dia juga sering berpesan pada putra putrinya agar tidak boros dalam
penggunaan air, jangan sampai mengurangi berkah. Baik membasuh muka
maupun mandi, dia hanya cukup menggunakan seember kecil air saja, takkan
memboroskan air.
Upasika Zhuang juga takkan diputar oleh kondisi, nonton film serial maupun
berita takkan dipengaruhi oleh alur cerita maupun pemerannya. Dia sangat
suka menonton film serial yang mengisahkan pendidikan keluarga yang
berjudul “Kasih Sayang”.
Putrinya berkata : “Master Chin Kung berkata tidak boleh menonton televisi.
Upasika Zhuang berkata : “Kalian tidak memahami maksud dari perkataan
guru. Guru berkata film boleh ditonton, jalan-jalan ke mall juga boleh-boleh
saja, namun tujuannya adalah untuk menguji kesucian hati dan kekuatan
samadhi diri sendiri, untuk melihat apakah masih bisa diputar oleh kondisi atau
tidak, terhadap keadaan menyenangkan apakah masih bisa timbul keserakahan?
Sebaliknya terhadap kondisi tidak menyenangkan apakah akan timbul
kebencian? Apakah takkan ada lagi keraguan dan takkan lagi terlena olehnya?”
Dia berkata bahwa serial yang berjudul “Kasih Sayang” itu sangat bagus, ada
sisi yang dapat menjadi pelajaran buat kita, asalkan tidak timbul niat pikiran,
memahami bahwa segala sesuatu yang memiliki rupa merupakan khayalan
semu, maka ini sudah cukup bagus.
Benda dan urusan sebaiknya semakin sedikit semakin bagus. Dia mengajari
putra putrinya, jangan mendengar gosip, hati harus teguh, bila tidak memiliki
ketetapan hati bagaimana bisa melafal Amituofo? Dia berkata : “Kalian harus
memakai akal sehat untuk berpikir, jangan emosi, hati jangan sampai
bergejolak”. Nasehat ibunda yang disertai dengan tindakan nyata
meninggalkan pengaruh mendalam bagi putra putrinya.
Suatu hari dia merasa tidak enak badan, lalu dilarikan ke rumah sakit. Di
dalam mobil ambulans kondisi Upasika Zhuang sempat tak sadarkan diri,
keluarganya segera membuka mesin pelafal Amituofo yang dilafalkan oleh
Master Chin Kung.
Tenaga medis setelah memeriksa denyut nadi Upasika Zhuang, dia
memastikan bahwa : “Ibunda anda sedang melafal Amituofo”. Karena denyut
nadinya serupa dengan irama lafalan Amituofo Master Chin Kung, sungguh
menakjubkan tak terbayangkan.
Tahun 2012 lunar bulan 3 hari ke-21, Upasika Zhuang terlahir ke Alam
Sukhavati, dalam usia 75 tahun. Sanak keluarga dan para sahabat Dharma
membantunya melafal Amituofo selama 48 jam. Di Shuangxi, New Taipei
City, diadakan seremonial perpisahan dan dilakukan “Upacara Kebaktian
Pembacaan Amitabha Sutra Berkesinambungan Selama Tiga Sesi”.
Ketika upacara berlangsung hingga sesi ketiga pada waktu pelafalan “Namo
Mahasthamaprapta Bodhisattvaya Mahasattvaya”, putri ketiganya
memejamkan matanya dan melihat ibundanya dengan rupa nan berwibawa,
tampak jadi muda, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya keemasan,
sepasang tangannya beranjali, dari sisi kiri Rupang Bodhisattva Ksitigarbha
berjalan hingga ke hadapannya.
Pada hari ke-48 sejak ibundanya meninggal dunia, malam harinya, dia
bermimpi ibundanya yang tetap serupa memiliki rupa nan berwibawa,
ibundanya yang tampak berusia muda memberinya sehelai jubah Hai Qing
(jubah yang dipakai saat mengikuti upacara kebaktian Mahayana), kemudian
membawanya terbang ke sebuah tempat, memberitahu padanya bahwa kini dia
setiap hari berada di tempat tersebut membaca “Sutra Usia Tanpa Batas”.
Kelas Belajar Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas (Edisi 95) 27 Oktober 2014
Apabila anda ingin mendidik para makhluk, terlebih dulu anda sendiri harus
sanggup mengamalkannya dengan baik, ingin mendidik insan lain terlebih
dulu diri sendiri harus bersedia menerima pendidikan, ini merupakan
kebenaran yang pasti. Master Chin Kung pernah berkata bahwa tak peduli itu
adalah Buddha, Bodhisattva atau insan suci dan bijak tempo dulu, cara Mereka
adalah serupa. Maka itu kita juga harus menuruti jalan ini, terlebih dulu
melatih diri sendiri dengan baik.
Ada sebagian praktisi Ajaran Buddha yang tidak mengamalkan hal ini dengan
baik, maka itu dia tidak bisa mendidik sanak keluarganya. Di sini ada sebuah
kisah, untuk dibagikan dengan hadirin sekalian.
Ada seorang shijie (shijie adalah sebutan untuk umat wanita dalam Aliran
Mahayana), dia sendiri mempelajari Ajaran Buddha, suaminya ketika masih
muda suka berjudi sehingga menghabiskan seluruh harta benda milik shijie ini.
Maka itu selama ini shijie ini terus memendam kebencian di dalam benaknya,
terhadap suaminya, dia merasa sulit untuk bisa diselamatkan.
Kemudian dia pergi mengundang Master Dao Zheng datang memberi ceramah
pada pasien. Oleh karena sepasang tangan suaminya saat masih muda suka
berjudi, lalu bagaimana cara Master Dao Zheng untuk mengurai jalinan jodoh
dan kekuatan karma buruk mereka? Yakni dengan mengubah sudut pandang.
Master Chin Kung pernah menceramahkan bahwa apa tujuan kita belajar
Ajaran Buddha? Yakni untuk mencapai KeBuddhaan. Mengapa kita harus
terlahir ke Alam Sukhavati? Yakni untuk menjadi Buddha.
Master Dao Zheng berkata padanya : “Sepasang tangan ini waktu dulu telah
melakukan perbuatan yang tidak baik, sekarang kita mengalihkannya,
sepasang tangan ini kelak setelah mencapai KeBuddhaan adalah sepasang
tangan yang digunakan untuk menyelamatkan para makhluk, menjadi sepasang
tangan Bodhisattva, setuju?”
Setelah memberi ceramah pada pasien, Master Dao Zheng membiarkan istri
pasien meneruskan sendiri melafal Amituofo, setelah melafal Amituofo selama
beberapa menit kemudian, Master Dao Zheng menjenguk pasien lain yang ada
di kamar sebelah. Sebelum beranjak pergi, terlebih dulu Master Dao Zheng
memberi pemberkatan Air Maha Karuna Dharani, memercikkannya ke bagian
mulut dan kanker tenggorokan pasien.
Kemudian Master Dao Zheng menuju ke kamar pasien sebelah, ketika beliau
sedang memberi ceramah pada pasien lain, tiba-tiba shijie itu datang dengan
sikap yang panik dan berkata : “Guru! Guru! Suamiku telah menghembuskan
nafas terakhir, suamiku telah menghembuskan nafas terakhir!”
Oleh karena pada saat pertama kali shijie ini bertemu dengan Master Dao
Zheng, dia berkata pada master, kenapa suaminya begitu sulit dan masih juga
belum menghembuskan nafas terakhir? Yakni serupa dengan bahasa umum
kita, kenapa masih juga belum mati? Karena karma buruk itu masih ada,
kebencian itu masih ada dan lagi kemelekatan masih ada.
Maka itu ketika dia berkata pada Master Dao Zheng, suamiku sudah
menghembuskan nafas terakhir, mengapa begitu cepat? Master Dao Zheng
berkata : “Bukankah anda ingin dia meninggal dunia secepatnya?” Inilah yang
kita bahas di depan, terlebih dulu kita harus meluruskan diri sendiri, shijie ini
bukannya melatih diri sendiri terlebih dulu, bagaimana bisa pergi mendidik
insan lain?
Maka itu Master Chin Kung berkata, para Buddha, Bodhisattva dan insan suci
dan bijak tempo dulu juga berlaku sedemikian, kita harus menuruti jalan ini,
terlebih dulu melatih diri sendiri dengan baik, meluruskan diri sendiri, barulah
dapat mendidik insan lain, ini disebut dengan memberi manfaat bagi diri
sendiri dan makhluk lain, barulah bisa mencapai kesempurnaan.
~~Selesai~~
Daftar
Pustaka
無量壽經科註第四回學習班
(第九十五集)
(第九十六集)
http://www.amtb.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=2&web_rel_
index=3527&sub_amtb_index=4944&Page=10
Arsip
www.kebahagiaandharma.blogspot.com