wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww/
1
Cerita Budi
Pekerti
Oleh : Guru Cai Lixu
Disadur dari :
小故事真智慧
Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :
Hal
3
14 Shi Fu Menyembah Harimau.......................................................................37
15 Tian Shi-guo Putra Berbakti Era Kini.......................................................40
16 Yu Gun Merawat Saudara Dari Wabah....................................................42
17 Janggut Li Ji Terbakar.....................................................................................45
18 Zheng Lian Menghancurkan Buah Pir.....................................................47
19 Chen Fang Dan Ratusan Anjing..................................................................50
20 Kong Rong Memberikan Pir.........................................................................53
21 Shi-xuan Membagi Harta Warisan............................................................56
22 Putri Chen Sui Yang Bijak..............................................................................59
23 Jia-ying Mengasuh Keponakan...................................................................62
24 Tian Zhen Dan Pohon Bauhinia..................................................................63
25 Kebajikan Hati Zu Ti........................................................................................65
26 Da Yu Mengatasi Banjir..................................................................................68
27 Dua Menteri Yang Setia..................................................................................70
28 Kisah Hai Rui......................................................................................................71
29 Lin Ze-xu Menteri Yang Setia.......................................................................74
30 Song Lian Mengembalikan Buku................................................................76
31 Jalinan Budi Guru Dan Murid......................................................................78
32 Zeng Shen Mendidik Istri..............................................................................82
33 Istri Kala Susah Tidak Boleh Diceraikan................................................85
4
34 Zhang Shao Menanti Kedatangan Fan Shi..............................................87
35 Ji Zha Menggantung Pedang.........................................................................89
36 Guo Ji Menepati Janji.......................................................................................91
37 Zhang Kan Memercayai Zhu Hui................................................................93
38 Ayah Mengajarkan Kejujuran......................................................................95
39 Memenangkan Kepercayaan Rakyat........................................................98
40 Konfusius Tidak Menepati Janji...............................................................100
41 Xuan-zi Memperoleh Penghormatan....................................................102
42 Kemuliaan Hati Liu Kuan............................................................................104
43 Jenderal Pohon Besar...................................................................................106
44 Cendekiawan Domba Kurus......................................................................108
45 Ju-bo Menyelamatkan Teman...................................................................110
46 Revolusi Demi Rakyat..................................................................................113
47 Zi Gong Berkabung........................................................................................115
48 Yang Zhen Menolak Emas..........................................................................117
49 Memikul Duri Meminta Hukuman..........................................................119
50 Persekusi Terhadap Konfusianisme......................................................121
Daftar Pustaka.......................................................................................................122
5
Mengenal Sekilas Venerable Chengde
(Guru Cai Lixu)
Meninggalkan keduniawian
8
01. Bo Yu Mengasihi Bunda
Pada zaman dahulu kala ada seorang putra berbakti bernama Han Bo-yu.
Setiap kali Bo-yu berbuat kesalahan, ibunya selalu mendidik dengan
keras, bahkan terkadang memukulinya. Ketika dia beranjak dewasa dan
melakukan kesalahan, cara mendidik ibunya masih saja serupa.
9
10
02. Berbaring Di Atas Es Meminta Ikan Mas
Pada masa Dinasti Jin, ada seorang putra berbakti bernama Wang Xiang.
Ibunda Wang Xiang sudah lama meninggal dunia dan Ayahnya pun
sudah menikah lagi, Ibu tiri sangatlah membenci Wang Xiang.
Kemudian, Ibu tiri melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama
Wang Lan. Sejak saat itu, Wang Xiang yang malang semakin dipersulit
oleh Ibu tirinya. Namun, Wang Xiang tidak pernah mengeluh, bahkan
sering berpikir bagaimana cara untuk membahagiakan Ibu tirinya.
Suatu hari, di saat langit dan bumi diselimuti salju, Ibu tiri Wang Xiang
sakit dan ingin makan ikan mas. Namun seluruh permukaan sungai telah
membeku, bagaimana mungkin akan ada ikan yang muncul! Di tepian
sungai dengan tidak berdaya, Wang Xiang memanggil Ibundanya,
berbaring di atas permukaan es dan berharap akan muncul keajaiban.
Tiba-tiba permukaan es retak dan terbuka, lalu melompat keluar dua
ekor ikan mas. Karena bakti dan ketulusan Wang Xiang telah
mengharukan langit dan bumi!
Perlakuan kasar Ibu tirinya bukan hanya didapat sewaktu masih kecil,
bahkan berlanjut ketika Wang Xiang dewasa dan sudah berkeluarga.
Tapi adiknya yang bernama Wang Lan sangat menghormati abangnya
ini. Setiap kali abangnya dihukum, sang adik akan datang membelanya.
11
Moralitas dan pengetahuan Wang Xiang makin meningkat dan
reputasinya juga makin membaik. Ibu tirinya berpikir ingin mencelakai
Wang Xiang dengan cara memasukkan racun ke dalam minumannya.
Namun diketahui oleh adik laki-lakinya, dengan cepat dia merebut
minuman beracun itu dan berpikir ingin menggantikan abangnya mati
dengan meminum racun tersebut.
Melihat adegan ini, Ibu tiri segera membalikkan minuman beracun dan
merasa sangat malu. Sebab dia selalu berpikir ingin membunuh Wang
Xiang, tetapi putra kandungnya sendiri malah rela mati demi abangnya.
Hubungan persaudaraan Wang Xiang dan Wang Lan telah menggugah
hati sang Ibu tiri, mereka pun menangis berpelukan. Maka hanya dengan
kebajikan dan ketulusanlah yang dapat mengubah kejahatan menjadi
kebaikan.
Kelak, Wang Xiang dan Wang Lan menjadi pejabat di pengadilan. Ada
seorang pejabat besar menghadiahkan sebuah pedang pusaka kepada
Wang Xiang dan mengatakan bahwa seseorang yang memiliki pedang
pusaka ini, maka anak cucunya akan sangat kaya dan makmur. Wang
Xiang segera memberikan pedang pusaka kepada adiknya.
Menurut catatan buku sejarah, sembilan keturunan dari Wang Xiang dan
Wang Lan, semuanya adalah menteri dan juga pejabat besar. Seperti
yang dikatakan, keluarga yang menimbun kebajikan pasti memiliki
berkah berlimpah untuk diwariskan kepada anak cucunya.
12
13
03. Mempersembahkan Murbei Untuk Ibunda
Ada seorang pelajar bernama Cai Shun dari Dinasti Han, Ibundanya
sangat suka makan murbei (sejenis buah berry yang rasanya masam).
Suatu hari, Cai Shun keluar memetik murbei sambil membawa dua
keranjang, satu keranjang diisi dengan buah yang berwarna hitam atau
ungu dan yang lainnya warna merah.
Cai Shun menjawab, “Karena murbei yang matang, rasanya lebih manis,
akan saya persembahkan untuk Ibunda, bagian yang tidak terlalu matang
untuk diriku sendiri.” Para perampok menjadi terharu lalu melepaskan
Cai Shun. Perampok-perampok ini adalah pembunuh yang kejam,
mengapa mereka melepaskannya? Sebab bakti Cai Shun sudah
membangunkan rasa bakti mereka.
Kita harus percaya, “Pada dasarnya sifat manusia adalah baik”, kita
tidak perlu memarahinya, asalkan diri sendiri bermoral dan berbuat baik,
maka sejahat apapun seseorang dan masyarakat juga akan
terpengaruh.Saking terharunya, para perampok memberikan sejumlah
14
beras dan barang lainnya kepada Cai Shun guna menghidupi Ibundanya,
namun ditolak. Bagaimana jika dia membawa pulang, tiba-tiba ada
pejabat dari pemerintahan yang mendapati adanya barang curian? Maka
tidak ada alasan untuk berdebat. Jadi, kita harus tahu darimana barang
itu berasal sebelum menerimanya.
Saat kita bercerita kepada anak-anak atau para pelajar, dalam kisah
tersebut mengandung banyak kebenaran. Kebenaran yang pertama, “Apa
yang disukai Ayahbunda harus segera diwujudkan”. Kedua, “Pada
dasarnya sifat manusia adalah baik”, kita mesti menggunakan etika
moral guna mempengaruhi mereka. Ketiga, “Tidak mengambil
keuntungan secara tidak benar”, “Insan mulia mengejar kekayaan
dengan cara yang benar.”
15
16
04. Li Zhong Anak Berbakti
Ini adalah hasil dari bakti, berbuat baik mendapat balasan baik. Pada
zaman dahulu, banyak kisah nyata bakti yang mengharukan langit dan
bumi, karena berbakti sehingga mengurai bencana, contohnya ada
banyak sekali.
Pada masa Dinasti Yuan, pernah terjadi gempa bumi dahsyat, yang
telah meruntuhkan rumah penduduk di sebuah wilayah besar. Di sana,
ada seorang anak yang berbakti bernama Li Zhong, saat gelombang di
sepanjang pusat gempa menyebar menghampiri rumahnya, tiba-tiba
gelombang pecah menjadi dua arah, melingkar melintasi pinggir
rumahnya.
17
05. Mantel Buatan Bunda
Pada periode musim semi dan musim gugur, ada seorang putra
berbakti bernama Min Zi-qian, Ibundanya sudah meninggal, Ayahnya
menikah lagi dan memiliki dua anak laki-laki. Ibu tiri selalu
memperlakukannya dengan tidak baik.
Suatu tahun di musim dingin, Ibu tiri membuatkan mantel dari bunga
alang-alang untuknya dan untuk adik-adiknya terbuat dari kapas. Mantel
dari bunga alang-alang kelihatan halus tapi tidaklah hangat.Kebetulan
Ayah mengajaknya keluar dan memintanya memandu kereta kuda.
Karena cuaca dan angin yang terlalu dingin serta mantel yang tidak
hangat, membuatnya menggigil kedinginan.
Min Zi-qian tetap bersikap tulus terhadap Ibu tirinya. Saat seperti ini
cuma ada satu niat pikirannya, sambil berlutut berkata kepada Ayahnya:
“Ayah, jangan mengusir Bunda, karena Bunda ada maka hanya satu
anak kedinginan, sebaliknya kalau Bunda tidak ada, maka tiga anak akan
18
kedinginan. Saat ada Bunda, hanya saya sendiri yang merasakan
kedinginan, jika Bunda pergi, pada saat bersamaan saya dan adik-adik
akan kedinginan dan kelaparan.”
Keadaan ini tidak membuat rasa bakti dan ketulusan Min Zi-qian
berkurang, bahkan masih memikirkan kebahagiaan saudara dan
keluarganya. Ketulusan ini membuat amarah Ayahnya reda dan
membuat Ibu tirinya merasa malu. Rasa bakti dan ketulusan Min Zi-qian
sudah merubah keburukan dikeluarganya menjadi harmonis dan bahagia.
Jadi, “Jika Ayahbunda tak menyukai kita namun kita tetap dapat
berbakti maka tak jauh dari taraf insan suci.” Kita harus selalu
mengingat, “Pembinaan moralitas diri masih belum mencukupi”, maka
“Takkan sanggup menggugah dan mempengaruhi orang lain”,
selamanya takkan melupakan ketulusan, sehingga setiap saat dapat
menjaga orang-orang disekeliling kita.
19
20
06. Mao Yi Menghidupi Ibunda
Pada zaman dahulu, ada seorang putra berbakti yang bernama Mao Yi.
Karena masa itu sedang terjadi kerusuhan, sebagian besar insan
terpelajar tidak bersedia menjadi pejabat, hanya ingin mengabdikan diri
dengan mengajar, tidak ingin mengejar segala ketenaran dan keuntungan,
21
07. Zeng Shen Menahan Pukulan
Pada periode musim semi dan musim gugur, ada seorang anak yang
berbakti bernama Zeng Shen. Suatu kali Ayahnya sangat marah, ingin
sekali menghukumnya. Lalu mengambil sebuah tongkat besar dan
memukulinya, dia sangat penurut dan tidak bergerak sedikitpun.
“Teguran Ayahbunda haruslah dituruti dan diterima”, dengan patuh
membiarkan Ayah memukulnya. Karena amarah Ayahnya yang besar,
akhirnya Zeng Shen pingsan dipukuli.
Konfusius yang mengetahui hal ini, berkata kepada Zeng Shen: “Kamu
melakukan ini, tidaklah berbakti!” Zeng Shen merasa dirinya sangat
penurut, “Teguran Ayahbunda haruslah dituruti dan diterima”, bahkan
tidak berpikir ingin kabur, bagaimana bisa tidak berbakti? Konfusius
berkata: “Jika Ayahmu kehilangan kendali dan memukulimu sampai
mati, maka siapa yang paling sedih?” Tentu saja Ayahbunda. Dan
Ayahlah yang paling merasa bersalah!
22
23
08. Melepas Jabatan Mencari Ibunda
Pada masa Dinasti Song ada seorang terpelajar yang bernama Zhu Shou-
chang. Bundanya bukanlah istri pertama Ayahnya, makanya istri
pertama Ayahnya mengusir dan berusaha memaksa Bundanya menikah
lagi dengan orang lain. Saat Zhu Shou-chang berusia tujuh tahun, Ibunda
sudah pergi meninggalkannya. Setelah dewasa, sering berpikir ingin
menghidupi Ibunda dan membawanya pulang, namun selalu tidak
tersampaikan, sudah mencari selama lima puluh tahun belum juga
menemukan.
Akhirnya sampai di suatu tempat, tiba-tiba turun hujan, dia berhenti dan
berteduh. Di sana bertemu dengan beberapa orang, dia pun bertanya
kepada mereka apakah ada yang pernah melihat orang seperti Ibundanya?
Sungguh kebetulan, Ibunda ada di antara mereka. Baktinya telah
menggugah langit dan bumi, sehingga langit menurunkan hujan,
mewujudkan keinginannya berbakti kepada Bunda. Kemudian dia
membawa pulang Bunda serta semua saudara-saudara kecilnya,
bersama-sama menikmati kebahagiaan keluarga.
24
25
09. Membersihkan Kotoran Bunda
Pada masa Dinasti Song, ada seorang terpelajar bernama Huang Ting-
jian. Meskipun seorang pejabat tinggi, namun setiap pulang ke rumah
pasti turun tangan sendiri membersihkan ember urine dan kotoran
Bundanya. Walau pembantunya banyak dia juga tidak bersedia
menyerahkan hal ini kepada orang lain.
Dari sini kita bisa merasakan bahwa, Huang Ting-jian selalu mengingat
akan budi melahirkan, mengasuh dan mendidik dari Ayahbundanya. Jika
sehari tidak membantu Bunda berbuat sesuatu, maka hati tidak akan
tenang. Jadi, bisa menghidupi dan merawat Ayahbunda, hati pun terasa
tenang dan merupakan berkah terbesar.
26
27
10. Jari Tertusuk Hati Kesakitan
28
29
11. Memikul Beras Untuk Ayahbunda
30
31
12. Bakti Mengharukan Langit
Pada zaman dahulu, Kaisar Shun dikenal sebagai sosok yang penyayang
dan seorang putra yang berbakti. Walau sering ditindas oleh Ayah, Ibu
tiri dan saudara tirinya, namun dia tidak pernah menyalahkan siapapun,
masih sepenuh hati berbakti pada Ayahbunda dan menyayangi adiknya.
Sikap murah hati dan lapang dada serta baktinya ini telah mengharukan
langit.
Para penduduk di dusun itu semuanya kagum akan sikap bakti Shun.
“Masyarakat dari wilayah lainnya yang mengagumi etika moral Shun,
berduyun-duyun datang dan bergabung dengannya”, orang-orang yang
berjarak jauh dengannya juga membangkitkan sikap hormat terhadapnya.
Karenanya sikap bakti dan reputasi Shun, tidak ada seorang pun yang
tidak mengetahuinya.
Di era Tiga Kerajaan, ada seorang anak berbakti bernama Meng Zong,
kalian mungkin pernah mendengar tentang kisah “Meng Zong menangisi
bambu”. Ibunda Meng Zong jatuh sakit, limpa dan lambungnya sangat
lemah, sudah lama tidak berselera makan, tiba-tiba ingin minum sup
rebung. Meng Zong berpikir, jika keinginan Bunda tidak terpenuhi pasti
akan sangat sedih. Tetapi di musim dingin, di mana ada rebung?
Dia pergi ke taman bambu, dengan sedih sambil memeluk bambu, dia
menangis tidak tahu bagaimana sebaiknya. Orang zaman dulu berkata
“Asalkan ada niat yang tulus, segala persoalan pasti dapat diselesaikan”,
baktinya yang tulus ini telah menggugah bambu, di atas permukaan
tanah akhirnya tumbuh rebung yang segar.
35
36
14. Shi Fu Menyembah Harimau
Pada masa Dinasti Ming, ada seorang terpelajar bernama Bao Shi-fu, dia
adalah seorang guru di sebuah sekolah swasta. Saat sedang liburan, dia
ingin pulang mengunjungi Ayahbunda. Namun di tengah jalan bertemu
dengan seekor harimau.
Tetapi dengan tulus dia berlutut dan berkata kepada harimau: “Adalah
takdirku bila di makan olehmu, namun saat ini saya harus merawat dan
menjaga Ayahbundaku yang berusia tujuh puluh tahun, bisakah
menunggu saya selesai menjalankan baktiku kepada Ayahbunda, saya
akan datang lagi dan membiarkanmu memakanku.”
Rasa baktinya ini telah membuat harimau yang buas itu terharu, lalu
pergi meninggalkannya. Maka, penduduk yang tinggal di sekitarnya
menamai tempat itu dengan “Punggung Bukit Menyembah Harimau”,
untuk mengenang Bao Shi-fu yang dengan bakti dan ketulusannya
merawat dan menjaga Ayahbunda.
37
Bukan hanya hewan dan tumbuhan yang akan tergugah, bahkan langit
dan bumi beserta isinya pun demikian. Seperti yang dikatakan,
“Hubungan antar manusia dan alam semesta beserta seluruh isinya, yang
paling penting harus menggunakan ketulusan hati dan kesetiaan”,
ketulusan yang sedemikian mendalamnya, langit dan bumi pasti
tergugah.
38
39
15. Tian Shi-guo Putra Berbakti Era Kini
Tian Shi-guo menggunakan segala cara yang baik dan mudah, tidak
membiarkan Ibunda tahu, lalu dia mendonorkan ginjalnya untuk Ibunda.
Setelah menerima transplantasi ginjal, kesehatan Ibunda kembali
membaik.Banyak sahabat dan keluarga yang terharu karena sikap
baktinya ini. Setiap orang yang melihatnya berkata kepadanya, tidak
peduli seberapa sibuknya tahun ini pasti harus pulang mengunjungi
Ayah dan Bunda.
Saat terpilih sebagai salah satu pemuda yang berprestasi, dia berkata:
“Orang lain sudah berkontribusi untuk negara, saya hanya melaksanakan
kewajiban sebagai seorang anak. Perbuatan kecil ini tidaklah sebanding
dengan budi dan kebajikan yang diberikan Ibunda kepadaku, saya
merasa malu menerima sebutan ‘Pemuda Berprestasi’.” Segala
perbuatan anak yang berbakti dapat menciptakan budaya yang baik
dalam kehidupan bermasyarakat, membangkitkan hati bakti lebih
banyak orang agar ingat budi balas budi.
40
41
16. Yu Gun Merawat Saudara Dari Wabah
Kita lihat para Suciwan zaman dulu, niat hati mereka memang dapat
mewujudkan “Berkorban demi kebenaran”. Sesungguhnya sikap begini
adalah terjalin dengan alam semesta dan kehidupan manusia.
42
Bahkan yang paling penting adalah meskipun dapat hidup beberapa
dekade lamanya, dia bersalah pada hati nuraninya, sepanjang hayatnya
takkan merasa bahagia.
43
44
17. Janggut Li Ji Terbakar
Ada seorang menteri bernama Li Ji dari Dinasti Tang, dia adalah menteri
yang telah banyak berjasa dalam membangun Kekaisaran Tang Tai-zong.
Suatu kali Li Ji jatuh sakit dan tabib kerajaan bilang, harus
menggunakan janggut untuk dijadikan obat. Setelah mendengar dan
tanpa berkata sepatah pun, Tang Tai-zong mengambil pisau memotong
janggutnya sendiri lalu diberikan ke tabib kerajaan. Li Ji yang
mendengar kabar ini merasa sangat terharu, segera menghadap dan
berterima kasih atas budi baik Kaisar. Jadi, seorang pemimpin yang
selalu memikirkan bawahannya, pasti mampu memenangkan sikap
hormat dari semua orang.
45
46
18. Zheng Lian Menghancurkan Buah Pir
Pada masa Dinasti Ming, ada seorang menteri bernama Zheng Lian.
Tujuh generasi anggota keluarganya ada lebih dari seribu orang dan
tinggal bersama dalam satu rumah, hidup dengan tenang tanpa ada
masalah.
47
Kaisar bertanya kepada Zheng Lian, bagaimana cara kamu dalam
menata keluarga? Zheng Lian berkata: “Tidak mendengar perkataan
wanita.” Kesempatan wanita zaman dulu untuk bisa mendengar ajaran
insan suci dan bijak sangatlah sedikit, manusia yang tidak memiliki
kebijaksanaan, tidak bisa terhindar dari kebiasaan buruknya.
48
49
19. Chen Fang Dan Ratusan Anjing
Pada masa Dinasti Song, ada seorang terpelajar bernama Chen Fang.
Semua anak cucunya dari tigabelas generasi tinggal bersama dalam satu
atap, anggota keluarganya ada lebih dari 700 orang. Mematuhi peraturan
yang telah diwariskan oleh leluhur mereka, tidak memisahkan diri dari
keluarga. Bahkan tidak mempekerjakan pelayan, semuanya dikerjakan
sendiri.
Apakah begini bagus? Bagus! Dengan begini, anak bisa belajar bekerja
keras dan tahu berterima kasih. Jika anak hanya bisa menghamburkan
uang, pekerjaan rumah juga tidak mau dikerjakan, mau jadi apa nantinya?
Dia akan menjadi malas, boros dan tidak tahu berterima kasih. Satu
tabiat malas dapat melahirkan banyak perilaku buruk lainnya.
Setiap kali makan, 700 anggota keluarga harus berkumpul dan makan
bersama, sangatlah ramai. Mereka juga memelihara lebih dari seratus
ekor anjing, seratus ekor anjing ini juga meneladani majikannya, harus
menunggu semua anjing tiba baru mulai makan, artinya “Jika seekor saja
anjing belum tiba, maka semua anjing tidak akan makan.”
50
berkata: “Saya tidak percaya.” Mengapa manusia zaman sekarang sangat
sulit mempercayai hal-hal yang membuat simpati?
51
52
20. Kong Rong Memberikan Pir
Pada zaman dahulu ada seorang anak yang bernama Kong Rong. Saat
berusia empat tahun, dia sudah bisa memilih buah pir yang besar untuk
diberikan kepada abangnya, dan yang kecil untuk diri sendiri. Apa yang
dia lakukan sangat benar, sebab pekerjaan rumah yang dia kerjakan lebih
sedikit dibanding abangnya.
Namun jika anak masih kecil, apakah pengalaman hidupnya sudah setara
dengan kita? Tidak setara, betul! Kebijaksanaan hidupnya dengan kita
tidaklah sama, kita harus membimbing dan mendidiknya. Harus rendah
diri, bertemu dengan senior barulah ada rasa hormat. Jika tidak ada
perbedaan, mungkinkah anak akan menghormati kita? Jadi, kita harus
benar-benar memahami apa arti kesetaraan ini.
Saat rasa hormat anak terhadap senior telah ada, dia akan tahu “Dalam
tata krama makan, duduk atau berjalan, yang lebih tua harus
didahulukan”. Jika Ayah belum pulang dari bekerja, anak sudah tidak
sabar dan makan duluan, jika sudah terbiasa, kelak di kemudian hari dia
53
akan berbuat sesuka hatinya. “Jika tidak dididik, perilaku pun berubah
jadi buruk”. Makanya, anak sekarang sangat sulit dididik.
54
55
21. Shi-xuan Membagi Harta Warisan
56
sempurna akan kebijaksanaan yang tak terhingga, rupa bagus yang tak
terhingga, serta pahala yang tak terhingga.
Maka itu ketika tindakan kita terjalin dengan kebajikan sejati (kebajikan
yang sejak semula telah sempurna dalam jiwa sejati) maka pahala yang
kita peroleh adalah tak terhingga. Mengapa dikatakan insan yang
menimbun kebajikan tersembunyi akan memiliki buah akibat yang baik?
Oleh karena kebajikan tersembunyi mengalir keluar dari jiwa sejati.
57
58
22. Putri Chen Sui Yang Bijak
Pada masa Dinasti Ming, ada seorang terpelajar bernama Chen Sui.
Chen Sui memiliki seorang putri, tidak diketahui namanya, di buku
sejarah tercatat bahwa dia adalah putrinya Chen Sui. Ayahbundanya
sudah lama meninggal dunia, meninggalkan dirinya dan dua adik laki-
laki yang berusia lima dan enam tahun.
Dia sudah cukup umur untuk menikah, namun semua kerabatnya tahu
akan kondisi keluarga dan selalu mengawasi kekayaan mereka. Sang
kakak yang mengetahui hal ini, tidak ingin meninggalkan adik-adiknya
dan akan mengasuh mereka sampai tumbuh dewasa. Maka dia bertekad
untuk tidak menikah sekarang.
Setelah kedua adik telah dewasa, mandiri dan juga sudah berkeluarga,
dia baru menikah. Saat itu dia sudah berusia 45 tahun, sepanjang hidup
tidak memiliki anak. Di usia tuanya, adik membawanya pulang guna
merawat dan menghidupinya.
60
61
23 Jia-ying Mengasuh Keponakan
Pada masa Dinasti Ming, ada seorang gadis yang bernama Zhang Jia-
ying. Ayahbundanya sudah lama meninggal dunia, maka sejak kecil dia
sudah yatim piatu. Jia-ying memiliki tiga saudara laki-laki, namun ketiga
Abangnya juga telah meninggal, bersama dengan Kakak iparnya, dia
merawat keponakan-keponakan yang masih kecil.
Dengan penuh kasih sayang dan ketulusan, dia menyayangi para junior
ini. Yakin di usia tuanya kelak, para junior ini juga akan balas menjaga
dan merawatnya.
62
24. Tian Zhen Dan Pohon Bauhinia
Ada tiga bersaudara dari Dinasti Sui, si sulung bernama Tian Zhen dan
dua adiknya bernama Tian Qing dan Tian Guang. Ayahbunda mereka
sudah meninggal, Tian Zhen berencana membagi harta warisan keluarga
menjadi tiga bagian, bersiap ingin pisah rumah. Semua barang telah
terbagi rata, di depan rumah mereka tumbuh sebuah pohon bauhinia,
bagaimana cara membagi pohon ini? Ketiga bersaudara ini berkata,
dipotong saja menjadi tiga bagian, begini barulah adil. Alhasil tidak
lama setelah berdiskusi, pohon bauhinia ini layu dan mati.
Bagaimanapun Tian Zhen lebih terpelajar, melihat pohon ini mati, tiba-
tiba teringat akan kata ‘Jalinan persaudaraan’, “Kita ingin pisah rumah
dan membagi pohon, bahkan pohon ini telah merasakan adanya suatu
tindakan yang tidak welas asih dan tidak bersahabat, sehingga mati
dalam waktu yang singkat.” Tian Zhen berpikir, kita tidak boleh lebih
buruk dari pohon, seharusnya bisa saling mengasihi. Jadi, dia
menjelaskan perasaan ini kepada saudaranya, semoga bisa mempererat
jalinan persaudaraan, semuanya dilahirkan dan dibesarkan oleh
Ayahbunda, Ayahbunda tidak ingin melihat kita berpisah.
Akhirnya ketiga bersaudara ini tidak jadi berpisah dan tinggal bersama
lagi, tidak lama kemudian pohon bauhinia hidup kembali. Jadi, segala
yang ada di alam semesta ini juga memiliki perasaan. Bahkan pohon pun
bisa menjadi layu dan mati karena kehilangan keharmonisan keluarga,
juga dapat merasakan kekompakan antar setiap anggota keluarga
sehingga tumbuh dengan rindang.
63
64
25. Kebajikan Hati Zu Ti
Pada masa Dinasti Jin, ada seorang terpelajar bernama Zu Ti. Saat itu
kondisi negara tidak stabil, karena terjadi pemberontakan lima barbarian
dari utara. Dia membawa ratusan keluarga, termasuk para kerabat dan
tetangganya, bersama-sama pindah ke Huaisi.
Oleh karena sejak kecil dia sangat pemberani, selalu menjaga orang lain,
makanya sepanjang perjalanan, semua tempat duduk kereta kuda
diberikan kepada yang lebih tua, dan dia sendiri berjalan kaki. Bahkan
mengeluarkan semua harta benda dan obat-obatan untuk digunakan,
begitulah sepanjang perjalanan dia menjaga semua orang.
66
67
26. Da Yu Mengatasi Banjir
Kita tidak boleh meremehkan ketulusan hati sendiri, seperti yang telah
dikatakan “Asalkan ada niat yang tulus, segala persoalan pasti dapat
diselesaikan”. Mengapa pada zaman dulu seorang raja yang bijak dapat
meninggalkan nama harum sepanjang perjalanan sejarah, memberikan
teladan untuk generasi selanjutnya, oleh karena etika moral dan sikap
adilnya terhadap rakyat.
Jika pulang akan menunda banyak waktu, saat banjir meluap, bukan
cuma seorang atau satu keluarga saja yang menderita karena bencana,
tetapi puluhan juta rakyat juga akan menderita, maka dia selalu waspada,
setiap saat hanya memikirkan rakyat.
68
Bisakah kita menggunakan cara Da Yu mengatasi banjir untuk sekarang
ini? Tentu saja bisa. Bukan hanya mengatasi banjir, kita juga bisa
memanfaatkan situasi dan memakai metode ini dalam mendidik anak.
Jangan seperti Ayah Da Yu yang menggunakan metode membangun
tanggul guna menahan banjir. Dalam jangka panjang, tanggulnya pasti
akan jebol karena tidak kuat menahan tekanan air. Kita harus
membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan bakatnya, menghargai
kepribadian anak yang berbeda-beda, memberikan panduan secara
bertahap.
69
27. Dua Menteri Yang Setia
Tetapi ada dua menteri setia yang bernama Zhang Xun dan Xu Yuan,
hingga mati pun berusaha mempertahankan Ibukota dan berjuang
melawan, sehingga pasukan An Lu-shan tidak mampu menyerang.
Barulah pasukan prajurit Tang dapat beristirahat sejenak sambil
mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjuangan. Jika tidak ada Zhang
Xun dan Xu Yuan, Dinasti Tang mungkin sudah kalah.
70
28. Kisah Hai Rui
Ini adalah kisah yang melegenda di Haikou (Ibu Kota Provinsi Hainan,
Tiongkok), tokoh yang paling dikenal sepanjang sejarah di Haikou
adalah Hai Rui, Beliau adalah seorang pejabat setia pada masa Dinasti
Ming. Ada sebuah drama yang terkenal berjudul “Hai Rui ba guan”.
Ketika menjadi pejabat, Hai Rui sangatlah jujur, ke daerah manapun dia
ditugaskan, belum lagi sempat melapor dan memulai pekerjaannya, para
kaum bangsawan yang berkuasa, para pejabat korup terlebih dulu akan
menghindar dan bersembunyi, sebab mereka tahu Hai Rui pasti akan
bertindak tegas. Maka, di daerah manapun Hai Rui menjalankan tugas
pemerintahan, rakyat setempat sangat menghormatinya.
71
Istana kekaisaran setelah mengetahui tentang kesetiaan Hai Rui, tetap
saja mengundangnya menjadi pejabat di Nanjing meskipun Beliau sudah
berusia lanjut, sampai akhirnya Beliau jatuh sakit dan meninggal di
Nanjing. Orang zaman dulu ingin menghabiskan sisa hidupnya di
kampung halaman, sehingga mereka membawa jenazah Beliau pulang
ke Hainan.
72
73
29 Lin Ze-xu Menteri Yang Setia
75
30. Song Lian Mengembalikan Buku
Pada masa Dinasti Ming, ada seorang sarjana yang bernama Song Lian.
Sewaktu kecil hidupnya serba kekurangan, saat tidak memiliki uang
untuk membeli buku, dia akan meminjamnya ke rumah orang kaya.
Perilaku orang kaya tersebut sedikit angkuh, meminjami Song Lian
sebuah buku yang sangat tebal dan berkata padanya: “Buku ini saya
pinjamkan selama sepuluh hari, jika batas waktunya tiba, kamu harus
segera mengembalikan padaku.”
Sepuluh hari kemudian, salju turun dengan sangat lebat, si pemilik buku
merasa Song Lian tidak mungkin datang, namun saat waktunya tiba, di
tengah terpaan badai salju, Song Lian datang untuk mengembalikan
buku. Orang kaya ini merasa terharu, dan berkata kepada Song Lian:
“Mulai sekarang, kamu boleh meminjam semua buku yang ada di rumah
kami.” Maka, membangun sebuah kepercayaan kelak akan sangat
membantu diri kita sendiri.
76
77
31. Jalinan Budi Guru Dan Murid
Pada masa Dinasti Ming, ada seorang pejabat setia bernama Zuo Zhong-
yi. Suatu tahun, Zuo Zhong-yi mendapat tugas sebagai pengawas ujian,
para pelajar dari berbagai daerah sedang mempersiapkan diri mengikuti
ujian negara. Zuo Zhong-yi selalu merekomendasikan seorang insan
berbakat pada negara, maka sebelum ujian dimulai, dengan mengenakan
pakaian rakyat biasa, Beliau pergi meninggalkan Ibukota menuju Vihara
untuk mencari insan yang berbakat.
Dia berjalan sampai ke hadapan seorang pelajar, pelajar ini baru selesai
menulis artikelnya, karena letih lalu tertidur. Selesai membaca artikel
yang ditulisnya, Zuo Zhong-yi dapat merasakan bahwa pelajar ini
memiliki kesetiaan yang besar terhadap negara dan rasa yang
bertanggung jawab terhadap rakyat. Zuo Gong (Zuo Zhong-yi) amat
bersukacita lalu memakaikan mantelnya ke tubuh anak muda ini, yang
bernama Shi Ke-fa.
78
Kemudian, ujian di mulai dan selama proses pemeriksaan hasil, Zuo
Gong melihat sebuah artikel dan segera teringat siapa penulisnya. Oleh
karena sebuah karya tulis mengalir keluar dari lubuk hati seseorang dan
dari artikel ini dapat mengetahui moralitas serta cita-citanya. Lantas
menjadikan Shi Ke-fa sebagai peringkat pertama dan peraih gelar
sarjana.
Zuo Gong bersukacita melihat Shi Ke-fa, sebab telah membantu negara
memilih insan berbakat. Kemudian mereka menjadi pejabat di
pemerintahan yang sama, bersama-sama mengabdi dan setia pada
kekaisaran.
Oleh karena pada akhir masa Dinasti Ming, para pejabat licik berkuasa
dan membuat kekacauan, sehingga Zuo Gong difitnah dan dipenjara. Shi
79
Ke-fa panik dan khawatir Guru-nya akan disiksa, memikirkan segala
cara supaya dapat mengunjungi Guru-nya di penjara.
Dan ternyata benar, mata Guru-nya telah dibakar dengan lempengan besi
yang panas, lutut bawah juga telah terpotong. Shi Ke-fa hatinya begitu
pedih, lalu memohon pada penjaga penjara. Para penjaga ini menjadi
terharu melihat baktinya terhadap sang Guru, lalu menyarankannya
menyusup ke dalam dengan menyamar sebagai pengemis.
80
mengalami siksaan luar biasa, namun Beliau tidak memikirkan dirinya
sama sekali, hanya demi negara dan juga muridnya.
Setelah Zuo Gong wafat, Shi Ke-fa menerima tugas dari negara,
memimpin pasukan di perbatasan. Saat bertugas, tidak sekalipun dia
tidur di atas tempat tidur, membagi pasukannya menjadi tiga kelompok,
saling memunggungi, bergiliran istirahat dan berjaga-jaga. Para pasukan
terharu melihatnya, lalu berkata: “Tuan, jika terus seperti ini akan
merusak tubuhmu.”
Shi Ke-fa pun berkata: “Jika saya tertidur dan musuh menyerang,
menyebabkan negara menderita, maka saya akan sangat bersalah
terhadap negara, terlebih lagi kepada Guruku.” Guru mengajarkan harus
mengutamakan kepentingan negara, Shi Ke-fa tidak berani
melupakannya, maka untuk membalas kebaikan Guru, yang paling
penting adalah mesti “Mengamalkan sesuai dengan yang telah
diajarkan”.
81
32. Zeng Shen Mendidik Istri
Ada sebuah kisah pada periode musim semi dan musim gugur. Suatu
hari, istri Zeng Shen ingin ke pasar membeli sayur, namun anaknya ribut
mau ikut. Istrinya berkata kepada anaknya: “Kamu jangan ribut dan
tidak usah ikut, nanti Mama pulang sembelih B2 buat kamu.” Lantas
putranya tidak berisik lagi dan tidak jadi ikut.
Ketika pulang dari pasar, istrinya melihat Zeng Shen sedang mengasah
pisau. Istrinya sangat gugup, lalu berlari menghampiri sambil berkata:
“Saya hanya bercanda dengan anak-anak dan hanya membujuknya,
mengapa kamu menganggapnya serius?”
Zeng Shen berkata: “Jika sekali saja kamu berbohong pada anak-anak,
maka apapun yang kamu katakan di sepanjang hidupmu, dia pasti takkan
percaya lagi, dan apapun yang telah kamu janjikan haruslah diwujudkan.”
Banyak orang dewasa yang akan memberikan apa saja yang diinginkan
anak-anak ketika mereka sedang bermain mahyong, kelak anak-anak
82
akan tahu, saat Ayahbunda sedang bermain mahyong adalah saat yang
paling tepat bagi mereka untuk meminta sesuatu.
Semua hal ini haruslah diperhatikan, jika tidak, bukan kejujuran yang
dipelajari oleh anak-anak, melainkan pengamatan terhadap Ayahbunda,
baik yang dibicarakan maupun yang dikerjakan.
83
84
33. Istri Kala Susah Tidak Boleh Diceraikan
Pada masa pemerintahan Kaisar Guang Wu dari Dinasti Han Timur, ada
seorang pejabat bernama Song Hong, etika moralnya sangat bagus.
Kaisar Guang Wu mempunyai kakak yang bernama Putri Hu Yang.
Suami dari Putri Hu Yang telah meninggal dunia dan Putri sudah lama
hidup menyendiri.
Namun dia sangat bijak, dan telah membawa dampak positif dalam
lingkungan kekaisaran untuk lebih menekankan pada kasih sayang.
Yakin bahwa para pejabat di masa itu takkan berani menceraikan istri
pertamanya, jika berani menceraikan, pasti akan mendapat kecaman dan
celaan dari masyarakat.
86
34 Zhang Shao Menanti Kedatangan Fan Shi
Pada masa Dinasti Han, ada seorang pelajar bernama Zhang Shao.
Sewaktu kuliah di perguruan tinggi kekaisaran, dia mengenal seorang
teman dari daerah lain yang bernama Fan Shi, mereka sangat akrab
layaknya saudara, selalu belajar bersama hingga akhirnya tamat kuliah
bersama. Ketika akan meninggalkan kampus, mereka membuat janji
untuk bertemu kembali di hari yang sama dalam dua tahun mendatang.
Akhirnya hari yang dinanti telah tiba, Ibunda Zhang Shao tidak percaya
Fan Shi akan datang, sebab rumah mereka terpisah sejauh beberapa ratus
li. Namun Zhang Shao sangat yakin dan berkata kepada Bundanya, Fan
Shi adalah orang yang selalu menepati janji. Ternyata benar, hari itu Fan
Shi datang menepati janjinya.
Kemudian Zhang Shao jatuh sakit dan kondisinya sangat kritis, dia ingin
istrinya memberi kabar kepada Fan Shi dan dia percaya Fan Shi pasti
dengan sepenuh hati menjaga keluarganya. Saat Zhang Shao meninggal,
oleh karena Fan Shi belum tiba, upacara pemakaman pun tidak bisa
dilaksanakan.
87
88
35 Ji Zha Menggantung Pedang
Pada periode musim semi dan musim gugur, ada seseorang bernama Ji
Zha. Ji Zha adalah perwakilan Negara Wu yang diutus ke Negara Lu
untuk urusan diplomatik. Di tengah perjalanan, ketika melewati Negara
Xu, Raja Xu mengundangnya untuk makan malam.
89
Ji Zha lalu berkata bahwa hatiku telah berniat memberikan, jadi bukan
berarti Raja sudah mangkat, maka boleh mengingkari janji! Kepercayaan
yang dimiliki insan di era dulu adalah tumbuh dari hati dan pikiran,
mereka takkan bersedia melanggar setiap niat hati dan pikirannya.
90
36. Guo Ji Menepati Janji
Pada masa Dinasti Han Timur, ada seorang pejabat yang etika moralnya
sangat baik, bernama Guo Ji. Beliau adalah seorang pejabat lokal di
sebuah wilayah, ketika mengunjungi sebuah desa, sekelompok anak-
anak mendadak berlari menghampirinya, dan berkata kepada Guo Ji:
“Tuan, kapankah Anda datang lagi?” Guo Ji mempertimbangkan
waktunya, lalu berkata: “Saya pasti datang lagi pada bulan sekian dan
tahun sekian.” Selesai berbicara dan menentukan kapan dia akan datang,
anak-anak pun mengantarnya pergi.
Guo Ji takkan menipu siapapun, baik terhadap anak kecil maupun orang
yang lebih tua, tidak peduli seberapa kecil anak itu, Beliau juga tidak
ingin kehilangan kepercayaan dari mereka. Maka itu, Kaisar Guang Wu
sangat mengagumi etika moral yang dimiliki Guo Ji, dan
menganugerahkan Beliau sebagai “Insan yang paling menepati janji”,
kredibilitas ( dapat dipercaya ) yang dimilikinya telah mencapai tahapan
sedemikian mendalamnya.
91
92
37. Zhang Kan Memercayai Zhu Hui
Pada masa Dinasti Han, ada seorang insan terpelajar bernama Zhu Hui.
Sewaktu kuliah di perguruan tinggi kekaisaran, ada seorang teman
kuliahnya yang bernama Zhang Kan. Zhang Kan telah mengamati Zhu
Hui untuk waktu yang lama, dan merasa Zhu Hui adalah orang yang
setia. Maka itu, Zhang Kan berkata kepada Zhu Hui: “Jika suatu saat
terjadi sesuatu pada diriku, maukah kamu membantu menjaga istri dan
anakku?”
Zhu Hui menjawab: “Zhang Kan begitu percaya padaku, artinya dia
telah menempatkan saya sebagai sahabat di hatinya, dan dengan
sikapnya ini, saya juga telah menempatkan dia sebagai sahabat di hati
saya. Jika demikian, maka sudah semestinya melakukan semua yang kita
bisa untuk membantu menjaga istri dan anaknya.”
93
94
38. Ayah Mengajarkan Kejujuran
Sima Guang adalah seorang menteri yang ternama pada masa Dinasti
Song. Suatu kali, dia dan kakak-nya sedang mengupas kulit kenari hijau.
Kebetulan ada suatu hal, kakak-nya pergi meninggalkan dia untuk
sementara, dan pelayan di rumahnya berkata padanya, Anda cukup
merebusnya sebentar dengan air panas maka akan sangat mudah
mengupasnya.
Sima Guang pernah berkata: “Apapun yang kita lakukan dalam hidup ini,
tidak ada yang bisa disembunyikan dari orang lain.” Semua ini adalah
jasa siapa? Tentu saja jasa Ayah yang telah mendidik. Maka itu,
95
bersikaplah rendah hati saat kita berbicara di depan anak-anak,
janganlah sering membual, jika tidak anak-anak akan belajar hal yang
tidak baik dari kita.
96
97
39. Memenangkan Kepercayaan Rakyat
Pada era peperangan antar negara, yaitu saat reformasi Negara Qin, ada
seorang tokoh reformasi yang terkenal bernama Shang Yang. Oleh
karena saat itu pemerintahan Negara Qin telah kehilangan kepercayaan
dari rakyatnya, maka sebelum memulai reformasi, Shang Yang
melakukan sesuatu hal. Beliau mengambil sepotong kayu, dan di atas
kayu ditulisi: “Siapa saja yang bersedia memindahkan kayu ini dari
gerbang selatan ke gerbang utara, maka akan memperoleh uang sepuluh
tael perak.”
Namun rakyat hanya melihat saja, tidak ada seorang pun yang bertindak.
Dari sini kita bisa memahami, sudah berapa lama rakyat telah
kehilangan kepercayaan? Mesti memulainya dari dalam keluarga,
kemudian dalam lingkungan masyarakat, dan untuk mengembalikan
kepercayaan dari rakyat, dibutuhkan ketulusan dan kesabaran yang amat
besar.
Maka itu, Shang Yang menambahkan dari sepuluh tael perak menjadi
dua puluh tael, lalu ditambah tiga puluh tael, dan terakhir lima puluh tael
perak, barulah ada seorang pria datang menghampiri dan berkata, boleh
juga dicoba. Selesai memindahkan, Shang Yang segera memberikan
uang lima puluh tael perak yang telah dijanjikan kepadanya. Rakyat
terkejut melihatnya, tidak menduga ternyata pemerintahan saat itu
melaksanakan apa yang telah diucapkannya.
98
Selain itu pemerintah juga tidak boleh sering melakukan perubahan
kebijakan atau tindakan. Jadi baik negara maupun organisasi, hendaknya
berhati-hati dalam membuat keputusan. Keputusan telah diambil,
janganlah begitu gampang diubah sesuka hati, jangan sampai
membingungkan orang banyak.
99
40. Konfusius Tidak Menepati Janji
100
101
41. Xuan-zi Memperoleh Penghormatan
Pada periode musim semi dan musim gugur, ada seorang pejabat dari
Negara Jin bernama Zhao Xuan-zi. Oleh karena pada masa itu yang
berkuasa adalah Jin Ling Gong yang terkenal sangat kejam dan selalu
berbuat sesuka hati, maka sebagai seorang pejabat, Zhao Xuan-zi sering
memberi nasehat kepada Jin Ling Gong. Namun Jin Ling Gong merasa
tidak tahan karena sering diusik lalu menyewa seorang pembunuh untuk
membunuh Zhao Xuan-zi.
Pembunuh bayaran ini bernama Chu Ni, saat tiba di depan pintu rumah
Zhao Xuan-zi, dan melihat Zhao Xuan-zi masih belum berangkat
bertugas, namun sudah berpakaian dengan sangat rapi dan sopan sedang
tertidur di sana. Chu Ni merasa tergugah dan timbul rasa hormat
terhadap Zhao Xuan-zi. Hatinya berpikir, bahkan dalam urusan
berpakaian pun Beliau sangat bermawas diri dan rendah hati, Beliau
pasti adalah pilar dan pemimpin negara. Saya akan bersalah pada negara
jika membunuh-nya. Namun saya telah menerima perintah dari Raja,
jika tidak membunuh Zhao Xuan-zi, maka saya tidak menepati janjiku
pada Raja, lalu saat itu juga Chu Ni mengakhiri hidup dengan
membenturkan dirinya ke sebatang pohon.
Oleh karena Zhao Xuan-zi telah menjalankan etika “Topi harus dipakai
dengan rapi, baju harus dikancing”, serta etika berpakaian rapi dan
sopan, barulah dapat memenangkan rasa hormat dari Chu Ni dan
terlepas dari bahaya. Maka itu, janganlah meremehkan kerapian pakaian
kita, semua ini memiliki dampak yang besar terhadap citra dan nasib kita
sendiri.
102
103
42. Kemuliaan Hati Liu Kuan
Ada seorang insan terpelajar bernama Liu Kuan yang hidup pada masa
Dinasti Song. Beliau sangat toleran dan penyabar, bahkan keluarga-nya
berkata bahwa belum pernah melihat-nya marah. Jadi, sengaja mengatur
seorang pelayan membawakan semangkuk sup panas untuk menguji
Beliau. Saat itu Liu Kuan sedang mempersiapkan diri berangkat
bertugas, dan telah mengenakan pakaian dinas-nya dengan sangat rapi.
104
105
43. Jenderal Pohon Besar
Pada masa Dinasti Han Timur, ada seorang jenderal kepercayaan Kaisar
Guang Wu yang bernama Feng Yi. Karena telah memenangkan
pertempuran, semua jenderal berkumpul bersama dan satu per satu
membicarakan tentang jasa besar mereka.
106
107
44. Cendekiawan Domba Kurus
Semua cendekiawan yang hadir di sana berkata: “Domba yang ini lebih
gemuk, dan yang itu lebih kurus, begini tidaklah adil.” Para
cendekiawan ini pun tidak berhenti saling berargumentasi.
Ada seorang insan terpelajar bernama Zhen Yu, setelah melihat dia tidak
berkata sepatah kata pun, namun dengan cepat berjalan ke arah kawanan
domba, dan membawa pergi seekor domba yang kurus dan kecil.
Melihat tindakan Zhen Yu, semua orang merasa malu, lalu berhenti
bertengkar, sungguh tidak layak bergelar cendekiawan Lima Klasik
Konfusius, sungguh merupakan reputasi semu.
108
109
45. Ju-bo Menyelamatkan Teman
Xun Ju-bo adalah seorang insan terpelajar yang hidup pada masa Dinasti
Han. Oleh karena temannya sedang sakit kritis, maka dia pergi
mengunjunginya. Namun sayangnya, ada sekelompok perampok yang
ingin merampas harta benda di rumah temannya, semua penduduk desa
juga telah melarikan diri.
Temannya ini lalu membujuk Xun Ju-bo: “Di sini terlalu berbahaya,
cepatlah kamu pergi!” Apakah Xun Ju-bo sudi untuk pergi? Tidak sudi.
Oleh karena dia sangat tulus dan menjunjung kebenaran serta tidak takut
akan hidup dan mati, para perampok ini menjadi tergugah. Ketua
perampok berkata pada rekannya: “Kita semua adalah orang yang tidak
benar, bagaimana boleh merampok di tempat yang penuh kebenaran ini?”
Ketua perampok dapat merasakan etika moral yang dimiliki oleh Xun
Ju-bo, sehingga memerintahkan rekan-rekannya untuk menarik diri.
110
Ketulusan hati dan kebenaran yang dimiliki oleh Xun Ju-bo telah
melenyapkan sebuah petaka. Apabila hari itu Xun Ju-bo pergi dan tidak
menjaga temannya, apa yang akan terjadi? Tentu saja para perampok ini
akan menganiaya temannya, dan sepanjang hidup hati nuraninya tidak
akan tenang.
111
112
46. Revolusi Demi Rakyat
Pada zaman dahulu, ketika Dinasti Xia berkuasa, ada sebuah suku yang
bernama Shang dengan kepala sukunya yang bernama Cheng Tang.
Cheng Tang kemudian menumbangkan Dinasti Xia lalu mendirikan
Dinasti Shang, inilah revolusi paling awal yang terjadi di Negeri Tirai
Bambu.
113
Diperkenalkan sebanyak sembilan kali, Kaisar Xia Jie masih tidak
peduli. Tetap saja berbuat sewenang-wenang, sedangkan Cheng Tang
demi menyelamatkan rakyat dari kesengsaraan, barulah melakukan
revolusi.
Setelah menggulingkan Kaisar Jie dari Dinasti Xia, Cheng Tang sama
sekali tidak membunuh semua keturunannya, bahkan memberikan
sebidang tanah dan membiarkan mereka menetap di sana melewati masa
tuanya dengan tenang.
114
47. Zi Gong Berkabung
Di dalam buku peninggalan zaman dulu kita dapat melihat, insan zaman
dulu menjalani masa perkabungan untuk guru juga selama tiga tahun,
sama halnya dengan menjalani masa perkabungan untuk Ayahbunda.
Pada masa Dinasti Han, ada seorang insan bernama Yang Zhen. Dia
adalah pejabat yang sangat jujur, bahkan selalu merekomendasikan
insan-insan berbakat untuk negara, yang dapat mengabdi pada negara.
Saat menjadi gubernur di Donglai, Yang Zhen merekomendasikan
seorang insan terpelajar bernama Wang Mi, mengangkatnya menjadi
Bupati di Changyi.
Wang Mi sangat berterima kasih pada Yang Zhen, maka pada suatu
malam, dia membawa sejumlah emas untuk dihadiahkan kepada Yang
Zhen, saat Yang Zhen melihatnya, dia berkata: “Saya tahu anda orang
yang berbakat, maka merekomendasikan posisi pejabat ini kepada anda,
namun mengapa anda begitu tidak memahamiku, sehingga melakukan
hal ini?” Wang Mi berkata: “Tidak apa-apa, ini hanya hadiah kecil dari
saya, takkan ada orang yang tahu.”
Yang Zhen lalu menjawab: “Bagaimana mungkin tidak ada yang tahu?
Langit tahu, Bumi tahu, anda tahu dan saya juga tahu.” Jadi, di manakah
karakter moral seseorang mudah terlihat?” Yaitu tempat di mana tidak
ada orang yang melihat, barulah dapat mengetahui integritas atau sifat
seseorang. Wang Mi menjadi malu setelah mendengarnya, kemudian
beranjak pergi membawa serta emasnya.Oleh karena Yang Zhen
sangatlah jujur, maka teladan ini diteruskan oleh anak cucunya. Tersebut
putranya Bing, cucunya Ci dan cicitnya Biao, mereka adalah pilar
negara dan menjadi pejabat dengan tiga posisi tertinggi di kekaisaran.
117
118
49. Memikul Duri Meminta Hukuman
Pada era peperangan antar negara, ada dua pejabat dari negara Zhao,
bernama Lin Xiang-ru dan jenderal Lian Po. Oleh karena kontribusi Lin
Xiang-ru yang besar untuk negara Zhao dan telah berhasil
mengembalikan batu giok pusaka, maka Kaisar Zhao menganugerahkan
dia sebagai pejabat senior.
Namun Lian Po merasa tidak adil, sebab dia adalah jenderal besar yang
memimpin ratusan ribu prajurit, sedangkan Lin Xiang-ru hanyalah
seorang insan terpelajar, tidak berjasa dan berprestasi di medan perang
tetapi mendadak jabatannya lebih tinggi dari dirinya, sehingga sering
kali mencari masalah dengan Lin Xiang-ru. Lin Xiang-ru tidak ingin
berseteru dengan Lian Po, jika Lian Po datang mencarinya, dia akan
menghindar dengan alasan sakit.
Pernah suatu kali di tengah jalan, Lin Xiang-ru melihat kereta milik
jenderal Lian Po datang mendekat, dengan segera dia meminta kusir
keretanya mengambil jalan memutar. Para kerabatnya sangat tidak
senang dengan sikap Lin Xiang-ru, lalu berkata: “Tuan, mengapa Anda
begitu pengecut? Mengapa mesti takut padanya?”
Lin Xiang-ru lalu berkata pada mereka: Bagi saya pribadi, penghinaan
seperti ini bukanlah masalah, namun jika antara saya dan jenderal Lian
Po terjadi perseteruan, maka negara yang akan mengalami petaka besar.
119
Mengapa negara Qin tidak berani menjajah negara kita? Oleh karena
keberadaan saya dan jenderal Lian Po. Jangan demi masalah pribadi,
sehingga menyebabkan negara jatuh ke dalam bahaya yang semakin
besar, bahkan membuat malu negara, maka ini akan menjadi masalah
yang gawat.
Maka itu, sambil membawa semak berduri, beliau pergi ke rumah Lin
Xiang-ru, dengan memikul duri meminta hukuman. Lin Xiang-ru yang
mengetahui kedatangan jenderal Lian Po, juga sangat terharu, bergegas
berjalan ke hadapan jenderal berusia lanjut ini dan membantunya berdiri.
Jenderal Lian Po dapat menyadari dan memperbaiki kesalahannya, dan
mengubah keduanya menjadi sahabat baik, serta telah menyelamatkan
negara dari petaka.
120
50. Persekusi Terhadap Konfusianisme
Pada periode antara era Chunqiu (771 SM – 476 SM) dan era Zhan’guo
(475 SM – 221 SM), ada seorang perdana menteri bernama Li Si dari
negara Qin. Rasa iri hati Li Si sangat besar, begitu pun dengan
pikirannya sangat picik. Dia memiliki seorang adik seperguruan
bernama Han Fei-zi, dan selalu iri terhadap pengetahuan yang dimiliki
oleh Han Fei-zi, sehingga ingin membunuhnya.
Oleh karena iri hatinya, dia juga tidak berakhir dengan baik, Li Si dan
anak-anaknya didorong ke tempat eksekusi dan tewas dengan pinggang
terpotong. Maka itu, mencelakai orang lain pada akhirnya juga
mencelakai diri sendiri, orang yang iri hati juga pasti membuat orang
lain iri padanya.
121
Daftar Pustaka
小故事真智慧
~蔡礼旭老师讲述~
http://www.amtb.tw/pdf/pdf.asp?web_choice=10
Arsip :
http://keheninganbatin.blogspot.com/
122
123