Anda di halaman 1dari 101

1

Cerita Budi
Pekerti 2
Oleh : Guru Cai Lixu

Disadur dari :

小故事真智慧
Dipersembahkan Dengan Setulusnya Oleh :

Sukacita Melafal Amituofo


http://smamituofo.blogspot.com

Disebarluaskan secara gratis, dilarang memperjualbelikan


2
Daftar isi

Hal

Cerita Budi Pekerti oleh Cai Lixu Buku Dua

51 Guan Ning Memutuskan Pertemanan...............................................07

52 Pandangan Konfusius Tentang Kebajikan......................................08

53 Dengan Moralitas Mendidik Bawahan.............................................10

54 Ibunda Mensius Berpindah Tiga Kali................................................12

55 Kesalahan Ada Pada Beta......................................................................13

56 Kaisar Kangxi Memohon Hujan..........................................................15

57 Cita-cita Fan Zhong-yan.........................................................................16

58 Ayah dan Anak Sehati.............................................................................18

59 Kisah Dewa Lü Dong-bin.......................................................................20

60 Saat miskin tidak mengubah cita-cita, saat kaya tidak


mengubah kedisiplinan.................................................................................21

61 Hati Lapang Berkah pun Besar...........................................................23


3
62 Shu-ao Mengubur Ular...........................................................................24

63 Kaisar Tai-zong Menerima Nasehat.................................................25

64 Kebahagiaan Yan Yuan...........................................................................27

65 Memberikan Teladan Dengan Tindakan Nyata...........................28

66 Ayahbunda dan Guru Mesti Bekerja Sama....................................30

67 Anak Berbakti Belajarnya Pasti Bagus............................................33

68 Suami dan Istri Mesti Bekerja Sama................................................36

69 Kegiatan Melindungi Telur Sehari....................................................38

70 Mendidik Anak Menghormati.............................................................41

71 Memelihara Hati Hormat Anak..........................................................43

72 Bersujud Berterima Kasih Pada Budi Ayahbunda.....................45

73 Bakti dan Hormat Adalah Tangga Menuju Sukses.....................47

74 Jangan Melupakan Budi Kebajikan Ayahbunda..........................50

75 Ayah Berbakti dan Anak Berbudi Luhur.........................................51

76 Memperlakukan Almarhum Seperti Saat Beliau Masih


Hidup.....................................................................................................................52

77 Berterima Kasih Sebelum Makan......................................................53

78 Menumbuhkan Hati Berterima Kasih Anak..................................54

79 Berterima Kasih Adalah Dasar Dari Keharmonisan..................56

80 Belajar Susah Barulah Tahu Berterima Kasih..............................57


4
81 Tulus dan Dapat Dipercaya Harus Diajarkan Sejak Kecil........59

82 Janganlah Mudah Menjanjikan...........................................................60

83 Guru Mengajarkan Tata Krama..........................................................62

84 Tata Krama Adalah Media Komunikasi Terindah Antar


Manusia................................................................................................................64

85 Pendidikan Keluarga Harus Dikembangkan Sejak Usia


Dini.........................................................................................................................69

86 Belajar Tata Krama..................................................................................71

87 Janganlah Duduk Saat Senior Berdiri..............................................72

88 Memasuki Ruangan Kosong Seperti Ada Penghuninya...........73

89 Bagaimana Bisa Menyapu Dunia, Tanpa Pernah Menyapu


Rumah?.................................................................................................................75

90 Mengajari Anak Melakukan Pekerjaan Rumah...........................77

91 Meningkatkan Keterampilan Hidup Anak.....................................80

92 Mengapa Kehidupan Anak Tidak Beraturan?..............................82

93 Ringan Tangan Disukai Banyak Orang............................................84

94 Mengajari Anak Berhemat dan Mawas Diri..................................86

95 Ronald Reagan, Mantan Presiden Amerika Serikat...................88

96 Niat Hati Yang Mulia...............................................................................90

97 Memperlakukan Orang Lain Dengan Mulia..................................92

5
98 Memberi Lebih Bahagia Daripada Menerima..............................93

99 Mengajarkan Kejujuran dan Bermawas Diri Sejak Awal........95

100 Sebelum Menggunakan Barang Orang Lain, Mintalah Izin


Terlebih Dahulu................................................................................................98

Daftar Pustaka................................................................................................100

Gatha Pelimpahan Jasa...............................................................................101

6
51. Guan Ning Memutuskan Pertemanan

Pada zaman dahulu ada seorang insan bijak yang bernama Guan
Ning. Suatu kali, Guan Ning dan teman sekolahnya Hua Xin, sedang
bercocok tanam di ladang. Ada sepotong kecil emas di tanah, Guan Ning
tidak peduli dan terus saja bekerja; namun Hua Xin yang melihat, segera
memungut emas itu.

Di lain waktu, mereka berdua sedang membaca buku, kebetulan di


luar ada warga yang menyelenggarakan pesta pernikahan, sangat ramai
dan suara alat musik pun sampai terdengar di dalam, Guan Ning terus
saja membaca buku, temannya Hua Xin segera berdiri dan melihat ke
sekeliling jendela. Saat Hua Xin kembali, Guan Ning telah memegang
sebuah pisau dan memotong tikar yang mereka duduk menjadi dua
bagian, dan berkata mulai hari ini saya tidak akan menjadi temanmu lagi.
Dari sudut pandangnya, Guan Ning dapat melihat niat dan kebiasaan
buruk dari Hua Xin, dia telah mengamati, jika di kemudian hari Hua Xin
resmi menjadi seorang pejabat kekaisaran, pasti akan sangat
membahayakan.

7
52. Pandangan Konfusius Tentang Kebajikan

Pada masa periode Chunqiu (periode musim semi dan gugur), ada
dua murid Konfusius yang bernama Zi Gong dan Zi Lu. Oleh karena Zi
Gong adalah seorang saudagar, maka sering kali berdagang di negara
lain. Di negara Lu sendiri ada sebuah peraturan hukum, selama
rakyatnya berada di negara lain, bertemu dengan warga negara sendiri
dijual sebagai budak, maka dapat menebusnya, dan hadiah untuk tebusan
akan dibayar oleh negara.

Apakah hukum seperti ini bagus? Sangatlah bagus! Bisa


membangkitkan cinta kasih dan kepedulian semua rakyat, untuk
menolong saudara sebangsa dan setanah airnya.

Zi Gong menebus orang dan membawanya kembali ke negara Lu,


tetapi dia menolak saat petugas memberikan uang tebusan kepadanya,
sehingga sebagian orang akan merasa Zi Gong sangat mulia karena tidak
menerima uang tebusan.

Namun saat Zi Gong menghadap Konfusius, Konfusius langsung


mengkritik Zi Gong: “Zi Gong, kamu sudah salah berbuat begini.”
Rakyat negara Lu sangat miskin, ketika mereka berada di negara lain
dan melihat warga negara sendiri diperbudak, mereka akan
mempertimbangkan: “Apabila saya menebusnya dan mengambil uang
tebusan, bukankah saya tidak sebanding dengan Zi Gong.” Mereka
menjadi cemas dan serba salah, jika mengambil uang tebusan akan
8
tampak tidak semulia Zi Gong, namun jika tidak diambil, dengan
kondisi keuangan yang sudah menipis, hidup pun terasa sulit.

Tentu mereka menjadi ragu ketika ingin menolong orang, dengan


demikian akan memiliki dampak yang buruk, misalnya ada seratus orang
yang ingin menyelamatkan, dan ada salah seorang dari mereka yang
ragu, maka sangat mustahil mereka akan menebus warga negara sendiri.
Jadi, Konfusius berkata: “Akan timbul pengaruh buruk dengan
perbuatan kamu ini.”

Suatu ketika, saat Zi Lu sedang berjalan, dia melihat ada seseorang


yang hampir tenggelam, dengan segera dia melompat menolong orang
tersebut. Orang yang ditolong ini sangat berterimakasih, bahkan
memberikan seekor sapi pada Zi Lu, Zi Lu sangat senang, dan membawa
pulang sapi yang diberikan. Konfusius memuji Zi Lu saat
mengetahuinya, selanjutnya di Negara Lu akan ada banyak orang yang
memberanikan diri membantu dan menyelamatkan hidup orang lain,
sebab apa yang dilakukan Zi Lu mampu membuat semua orang
merasakan bahwa orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang
baik.

Sebagian orang merasa Zi Gong lebih benar dengan tidak menerima


uang tebusan, dan Zi Lu tidak semulia Zi Gong karena menerima sapi
yang diberikan. Akan tetapi dalam mengamati suatu hal Konfusius tidak
hanya melihat masa kini, namun juga melihat dampak apa yang akan
ditimbulkan kelak di kemudian hari; dampak yang ditimbulkan tidak
hanya untuk sementara namun bisa untuk waktu yang lama, tidak hanya
melihat manfaat yang diterima seseorang saja, namun mesti melihat
manfaat yang diberikan untuk dunia.
9
53. Dengan Moralitas Mendidik Bawahan

Pada periode musim semi dan gugur, ada seorang perdana menteri
yang bijak bernama Yan Ying. Banyak sekali teladan baik yang
diperlihatkan oleh Yan Ying, bahkan Konfusius juga sangat
menghormati dan memujinya.

Yan Ying memiliki sebuah mantel yang belum diganti walau sudah
dia pakai selama tiga puluh tahun, tentu saja mantel itu masih kelihatan
sangat rapi, oleh karena “Jika kita menyayangi sebuah benda, maka
benda juga akan menyayangi kita”. Terhadap benda apapun kita
tunjukkan sikap menghargai, maka benda juga akan balas menghargai
kita, dan kita bisa memakainya untuk waktu yang lama.

Sebuah mantel yang dipakai selama tiga puluh tahun oleh seorang
perdana menteri, menurut kalian siapa saja yang akan terpengaruh selain
keluarganya? Tentu akan berpengaruh pada semua pejabat sipil dan
militer, bahkan pada semua rakyat. Jadi, ketika ada seorang pejabat yang
jujur, maka dapat menciptakan budaya yang jujur dalam kehidupan
bermasyarakat.

Ada seorang pelayan yang membantu Yan Ying mengemudikan


kereta kuda dan mengantarnya bertugas setiap hari yaitu si kusir. Tiap
kali bertemu dengan orang, si kusir akan mengangkat kepalanya, merasa
bangga dan pongah. Mengapa dia merasa sangat bangga? Oleh karena
dia adalah kusir dari seorang perdana menteri, maka itu dia
10
memperlihatkan sifat angkuhnya, dan bisa dijelaskan dengan pepatah,
yakni ‘Mengandalkan kedudukan orang lain untuk menggertak kaum
lemah’.

Kemudian hal ini diketahui oleh istri si kusir, pada suatu hari istrinya
berkata: “Saya ingin pergi dan meninggalkanmu.” Si kusir menjadi
panik, lalu bertanya: “Ada apa? Kenapa kamu ingin meninggalkanku?”
Istrinya menjawab: “Semua orang menghormati moralitas yang dimiliki
oleh perdana menteri Yan Ying dan kerendahan hatinya, sedangkan
kamu sama sekali tidak memiliki moralitas namun sudah begitu angkuh,
maka itu saya akan pergi dan tidak ingin bergantung padamu lagi.”

Si kusir menjadi malu mendengarnya, lalu berkata pada istrinya:


“Saya pasti berubah, dan kamu tidak perlu pergi.” Istri si kusir sangat
pengertian, paham bagaimana harus menegur dan menasehati suaminya,
si kusir juga berjiwa besar bisa menerima pendapat dari istrinya.
Kemudian si kusir bersungguh-sungguh memperbaiki diri, Yan Ying
merasa kemajuan moralitasnya sangat cepat, maka merekomendasikan si
kusir menjadi pejabat Negara Qi.

11
54. Ibunda Mensius Berpindah Tiga Kali

Pada zaman dulu ada sebuah kisah tentang “Ibunda Mensius


berpindah tiga kali”, yakni kisah tentang Ibunda Mensius yang rela
berpindah tempat tinggal demi mencarikan lingkungan belajar yang baik
untuk anaknya. Rumah pertama mereka ada di sebelah kuburan, maka
Mensius belajar banyak hal yang berkaitan dengan pemakaman dan
upacara belasungkawa.

Setelah melihatnya, Ibunda Mensius segera pindah rumah. Kedua


kalinya mereka pindah ke rumah yang berdekatan dengan pasar,
Mensius pun belajar bagaimana cara berjualan. Merasa di sana bukanlah
tempat tinggal yang layak untuk anaknya, maka Ibunda Mensius segera
berpindah lagi.

Terakhir kali pindah ke rumah yang berdekatan dengan sekolah,


setiap hari Mensius berangkat ke sekolah dan belajar bersama anak-anak
di sana, saat inilah Ibunda Mensius merasa lebih tenang hatinya. Bila
bukan Ibunda Mensius yang memilihkan lingkungan baik, maka
mustahil Mensius menjadi seorang insan bijak. Maka itu, keberhasilan
akan pengetahuan dan etika moral seseorang, berhubungan erat dengan
didikan dari Ayahbunda dan Gurunya.

12
55. Kesalahan Ada Pada Beta

Dalam percakapan-nya, Konfusius sering kali membicarakan tentang


kisah Kaisar Yao, Shun, Yu, Tang, dan Zhou Gong yang menguasai baik
ilmu sastra maupun seni bela diri. Membicarakan tentang kisah raja
bijak dan fenomena masyarakat yang pernah terjadi pada saat itu, Beliau
sangatlah merindukannya. Kita dapat memahaminya dari buku sejarah,
teladan apa saja yang bisa kita tiru dari raja bijak zaman dulu.

Buku sejarah mencatat, pada suatu hari, ketika Kaisar Yao sedang
berada di jalanan, melihat ada dua orang yang ditangkap karena
melakukan kejahatan. Melihat kejadian ini, Kaisar Yao jadi panik.
Mengapa rakyatku bisa ditahan, apakah mereka telah melanggar hukum?
Dia segera berjalan ke lokasi kejadian, ingin mengetahui duduk
perkaranya dengan jelas.

Setelah di tanya, ternyata mereka telah mencuri barang milik orang


lain. Kaisar Yao lanjut bertanya: “Kenapa kalian mencuri?” Kedua
orang terhukum ini lalu menjawab: “Kami terpaksa mencuri, karena
terjadi kekeringan untuk waktu yang lama dan langit belum juga
menurunkan hujan, sementara di rumah tidak ada lagi yang bisa
dimakan.”

Kaisar Yao merasa pilu mendengarnya, dia berkata pada prajurit


yang mengawal: “Lepaskanlah mereka, dan saya saja yang ditangkap!”
Semua orang yang berada di sana terkejut, bagaimana bisa menangkap
13
seorang kaisar? Kaisar Yao berkata: “Saya telah melakukan dua
kesalahan besar. Yang pertama, karena saya tidak memiliki etika moral,
sehingga mendatangkan kekeringan dan langit tidak menurunkan hujan;
Yang kedua, karena saya tidak mendidik rakyatku dengan baik, barulah
mereka mencuri.”

Kaisar Yao dengan tulus mengakui kesalahannya, ketulusan hatinya


membuat Langit dan Bumi tergugah, pada saat itu juga awan gelap
memenuhi seluruh angkasa, dan langit pun segera menurunkan hujan.
Alam berubah menuruti perubahan hati penghuninya, mukjizat memang
sungguh tak terbayangkan.

14
56. Kaisar Kangxi Memohon Hujan

Di dalam buku “Siku Quanshu”《四库全书》tercatat bahwa,


Kaisar Kang Xi adalah seorang kaisar yang sangat beretika moral
diantara para raja di zaman dulu. Ada suatu masa saat negara mengalami
bencana kekeringan, Kaisar Kang Xi bervegetarian dan mengamalkan
sila selama satu kurun waktu. Setelah itu dia menuju ke altar, berdoa
pada Langit agar diturunkan hujan.

Ketika Kaisar Kang Xi menuju altar, tampak matahari masih


bersinar dengan teriknya di angkasa, tiada tanda-tanda akan turunnya
hujan. Namun saat dia menapakkan kakinya di altar, dan memanjatkan
doa dengan kesungguhan hati, awan gelap mulai memadati angkasa,
hujan pun turun setelah dia selesai berdoa.

15
57. Cita-cita Fan Zhong-yan

Fan Zhong-yan hidup pada masa Dinasti Song, sejak kecil sudah
mempunyai cita-cita. Suatu kali dia berada di suatu wilayah dan melihat
seorang peramal, tanpa berpikir panjang dia bertanya: “Tolong ramal
diriku, bisakah saya menjadi seorang perdana menteri?”

Peramal ini kaget mendengarnya, sepanjang hidup dia belum pernah


bertemu dengan seorang anak kecil yang mendadak bilang ingin menjadi
seorang perdana menteri. Peramal ini berkata pada Fan Zhong-yan:
“Usia yang begitu muda, bagaimana bisa bualan-nya begitu besar?”

Fan Zhong-yan jadi agak malu, kemudian dia bertanya lagi pada
peramal ini: “Begini saja, kamu coba ramal lagi, bisakah saya menjadi
seorang tabib?” Peramal ini terheran-heran, mengapa cita-citanya
menjadi begitu berbeda, dia pun bertanya: “Mengapa kamu memilih dua
cita-cita ini?”

Fan Zhong-yan menjawab: “Oleh karena hanya dengan menjadi


seorang perdana menteri yang baik dan tabib yang baik, yang dapat
menolong orang lain.” Peramal ini terharu usai mendengar jawaban dari
Fan Zhong-yan, seorang anak kecil yang selalu berpikir ingin menolong
orang lain, dia segera berkata pada Fan Zhong-yan: “Kamu memiliki
sebutir hati yang sedemikian rupa, sesungguhnya adalah hati seorang

16
perdana menteri, maka kelak kamu pasti dapat menjadi seorang perdana
menteri.”

17
58. Ayah dan Anak Sehati

Saat memberi nama seorang anak, Ayahbunda zaman dulu berharap


agar sang anak dapat menjadi seperti nama yang mereka berikan.
Contohnya Fan Zhong-yan, dia menamai putra sulungnya Fan Chun-ren,
berharap agar putranya memiliki sebutir hati yang bersih, berhati mulia
dan penuh kasih.

Di suatu hari saat putranya sudah dewasa, Fan Zhong-yan menyuruh


putranya mengantarkan gandum sebanyak 500 dou (dou adalah satuan
takaran beras zaman dulu, 1 dou setara dengan 10 liter beras) ke
kampung halamannya, Jiangsu.

Selama proses pengiriman, Fan Chun-ren bertemu dengan sahabat


lama ayahnya. Saat mengobrol, Chun-ren memahami bahwa kondisi
keluarga sahabat lama ayahnya ini sedang buruk, ayahbundanya sudah
meninggal namun belum dikuburkan dengan layak, putrinya juga belum
menikah, maka itu butuh uang dalam jumlah besar.

Fan Chun-ren segera menjual 500 dou gandum yang dibawanya,


namun hasilnya masih belum mencukupi, lalu dia menjual kapal yang
digunakan untuk mengangkut gandum, barulah kesulitan sahabat lama
ayahnya dapat teratasi.

18
Kemudian dia pulang ke ibukota dan melapor pada ayahnya bahwa
dia telah menjual semua gandumnya, ketika ayah dan anak ini sedang
duduk semeja, Fan Chun-ren berkata pada ayahnya: “Ayah, setelah saya
menjual 500 dou gandum, uangnya masih tidak cukup.”

Sang ayah menengadahkan kepala sambil berkata pada putranya:


“Kalau begitu kamu jual saja kapal kita.” Fan Chun-ren berkata: “Ayah,
kapalnya sudah saya jual.”

Inilah yang disebut sebagai ayah dan anak sehati. Gandum sudah
dijual dan kapal juga sudah dijual. Budaya kemuliaan dan kebajikan
diwariskan secara turun temurun, lebih dari 800 tahun lamanya Keluarga
Fan tidak mengalami kemerosotan, merupakan balasan yang paling
nyata.

19
59. Kisah Dewa Lü Dong-bin

Dalam Taoisme ada kisah tentang Delapan Dewa, di antaranya ada


Zhong Li, guru dari Lü Dong-bin. Zhong Li ingin mengajarkan Lü
Dong-bin sebuah ilmu sulap yang diberi nama ‘Mengubah Besi Menjadi
Emas’. Zhong Li berkata pada Lü Dong-bin: “Setelah menguasai metode
ini, saat melihat ada orang miskin, maka hanya dengan sekali tunjuk,
kamu sudah bisa menolongnya.”

Lü Dong-bin pun bertanya, setelah besi ini berubah menjadi emas,


apakah emas ini akan berubah lagi menjadi besi? Zhong Li berkata: “500
tahun kemudian emas ini akan berubah jadi besi kembali.” Lü Dong-bin
berkata: “Bukankah ini mencelakai orang yang hidup pada 500 tahun
mendatang, saya tidak akan melakukan hal semacam ini.”

Zhong Li berkata bahwa untuk menjadi seorang dewa, harus


mengumpulkan sebanyak 3.000 pahala, namun 3.000 pahala ini telah
sempurna hanya dengan sebutir niat hati Lü Dong-bin. Oleh karena dia
bukan hanya berpikir untuk orang yang hidup pada masa kini, dia juga
peduli terhadap orang yang hidup pada masa 500 tahun mendatang. Ini
membuktikan hati Lü Dong-bin sungguh mulia dan welas asih.

20
60. Saat miskin tidak mengubah cita-cita, saat kaya
tidak mengubah kedisiplinan

Tempo dulu ketika Fan Zhong-yan sedang belajar di ruang


penginapan di sebuah Vihara (zaman dulu sebelum mengikuti ujian
negara di ibukota, para pelajar miskin akan memilih menginap di
Vihara), secara tidak sengaja dia menemukan setumpuk emas.

Saat itu dia masih sangat miskin, kita selalu mengatakannya sebagai
“Mengganjal perut dengan bubur”, memasak satu panci bubur, setelah
masak lalu didiamkan sampai dingin dan jadi padat, yakni melekat jadi
satu kesatuan, lalu dipotong-potong, setiap tiba waktu makan, hanya
boleh menyantap satu potong saja.

Dalam kondisi yang begitu miskin dan susah, Fan Zhong-yan


menemukan setumpuk emas, apa yang akan dilakukannya? Hatinya tak
tergerak sama sekali, emas itu malah dikuburnya dengan baik. Di
kemudian hari, Fan Zhong-yan berhasil lulus ujian negara, mengerahkan
segenap kemampuan guna mengabdi pada rakyat.

Suatu hari, pengurus Vihara tempat dia menginap dulu, mengetahui


bahwa Fan Zhong-yan berhasil lulus ujian negara dan sekarang sudah
jadi pejabat, makanya mengunjunginya untuk minta donasi.

21
Fan Zhong-yan berkata: “Tidak masalah, saya akan mendonasikan
sejumlah sekian.” Pengurus Vihara yang mendengarnya langsung
terperanjat: “Tetapi mustahil Anda sekarang bisa mempunyai kekayaan
sebanyak itu.”

Fan Zhong-yan berkata lagi: “Cobalah kalian gali di salah satu sudut
Vihara, di sana terdapat sekantong emas.” Setelah digali, ternyata benar
ada sekantong emas yang terkubur dengan baik.

Ketika seseorang masih belum memiliki ketenaran dan keuntungan,


namun dia tetap teguh tak tergoyahkan oleh ketenaran dan keuntungan,
inilah keterampilan yang sesungguhnya dari insan terpelajar.

Seperti yang dikatakan sebagai: “Saat miskin takkan mengubah cita-


cita, saat kaya takkan mengubah kedisiplinan”. Fan Zhong-yan memiliki
keterampilan sedemikian rupa, barulah dalam lingkungan pekerjaannya
yang rumit, dia dapat melewatinya sebagai “Meskipun ratusan godaan
menghampiri, namun tetap berpendirian teguh dan takkan terpengaruh”.

22
61. Hati Lapang Berkah pun Besar

Di rumah Fan Zhong-yan terdapat sebidang tanah berberkah yang


sangat bagus, sering disebut sebagai sarang naga atau masa kini lebih
dikenal dengan istilah feng shui. Sebagian orang akan
mempergunakannya untuk apa? Mereka akan segera memakamkan para
leluhur di tanah tersebut, agar anak cucunya kelak menjadi kaya dan
makmur.

Namun Fan Zhong-yan tidak berbuat demikian, dia menyumbangkan


tanahnya untuk pembangunan sekolah, dan sekarang adalah sebuah
lembaga sekolah menengah atas di kota Suzhou, Tiongkok. Selama
seribu tahun di tempat ini, telah menghasilkan hampir 400 orang calon
sarjana dan lebih dari 80 orang sarjana negara.

Keuntungan besar yang didapat dari pembangunan ini bukan untuk


dirinya sendiri, namun Fan Zhong-yan ingin supaya lebih banyak orang
dapat hidup dalam feng shui sedemikian rupa, di mana lokasinya
berdekatan dengan bukit dan arus air, maka hasil dari belajar akan lebih
efektif.

Hati makin lapang berkah pun makin besar, seribu tahun telah
berlalu, namun anak cucu Fan Zhong-yan dan pendidikan keluarga
masih sangat makmur dan sejahtera.

23
62. Shu-ao Mengubur Ular

Pada periode Chun Qiu dan Zhan Guo (770 SM-221 SM), Raja
Zhuang dari Negara Chu mempunyai seorang pejabat tersohor bernama
Sun Shu-ao. Sun Shu-ao merupakan seorang yang berhati mulia dan
penuh welas asih, suatu hari saat Shu-ao masih kecil, dia melihat ada
seekor ular berkepala dua, segera membunuh ular itu dan menguburnya,
kemudian sambil menangis tersedu-sedu dia pulang ke rumah.

Oleh karena di daerah mereka ada sebuah rumor, siapa saja yang
melihat ular berkepala dua, maka dipastikan orang tersebut akan
meninggal. Karena rumor inilah, begitu melihat ular berkepala dua, dia
pun membunuh lalu menguburnya dengan baik, berharap agar orang lain
tidak melihat ular ini juga.

Namun saat terpikir bahwa dirinya akan meninggal, serta tidak bisa
berbakti lagi pada Ayahbunda, saat itu usianya masih kecil, makanya
menangis sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Alhasil ibundanya
sangat senang usai mendengarnya, saya percaya bahwa ibundanya
termasuk orang yang paham akan kebenaran, dia berkata pada Shu-ao,
setiap niat pikiranmu adalah demi orang lain, maka jangan khawatir,
tidak akan terjadi apa-apa.

Kemudian setelah tumbuh dewasa, Sun Shu-ao menjadi pejabat


tinggi di Negara Chu dan mendapatkan kepercayaan dari Raja Zhuang.
24
63. Kaisar Tai-zong Menerima Nasehat

Suatu kali (dalam rapat pagi) ada seorang pejabat kekaisaran yang
menulis naskah yang panjang untuk mengkritik Kaisar Tang Tai-zong.
Usai mengkritik, pejabat ini pun berjalan keluar dari aula istana. Ada
beberapa pejabat lainnya berkata pada Kaisar: “Kaisar, sebagian besar
yang dia katakan tidaklah benar, mengapa Anda tidak menghukumnya?
Mengapa tidak menghentikan perkataannya?”

Kaisar Tang Tai-zhong berkata: “Dari sepuluh kalimat yang dia


lontarkan, ada dua kalimat yang benar, maka itu saya menerima
kritikannya. Apabila saya menghentikannya dan hal ini tersebar keluar,
rakyat akan berkata bahwa Kaisar masih saja menyangkal nasehat dan
kritikan dari orang lain. Bersamaan dengan gunjingan ini, kelak siapa
lagi yang berani memberi nasehat?”

Kaisar Tang Tai-zong mampu melihat sebegitu mendalam dan


sedemikian jauhnya, maka dapat menerima dengan lapang nasehat dari
orang banyak, dan selanjutnya mempertimbangkannya sendiri, dengan
begini tidak akan menghalangi pejabat setia yang ingin memberinya
nasehat.

Ketika Kaisar Tang Tai-zong berhadapan dengan sindiran orang lain,


dia akan bersikap sedemikian rupa. Maka itu, seberapa besar kelapangan

25
hati yang dimiliki oleh seseorang, seberapa tinggi pula keberhasilan
akan diraihnya.

26
64. Kebahagiaan Yan Yuan

Konfusius sangat memuji murid-nya yang bernama Yan Yuan (Yan


Hui), oleh karena Yan Yuan memiliki etika moral yang sangat baik. Di
dalam “Lun Yu” (Analek Konfusius) disebutkan bahwa hal yang
membuat Konfusius kagum pada Yan Yuan adalah dikarenakan Yan
Yuan ‘Tidak pernah melampiaskan amarah pada orang lain’ dan ‘Tidak
pernah mengulangi kesalahan untuk kedua kali’.

Kemampuan Yan Yuan melakukan perubahan sangatlah kuat,


lagipula dia tidak akan marah, keterampilannya menahan kesabaran juga
sangatlah baik. Yan Yuan bersabar pada hidup susah, bahagia dalam
mengamalkan ajaran, ‘Dengan keranjang bambu buat mengisi nasi dan
belahan labu untuk meneguk air, namun kebahagiaan Yan Yuan tidak
pernah berubah’. Yan Yuan benar-benar mewujudkan keterampilan
melatih diri.

Di dalam “Lun Yu” juga disebutkan bahwa Yan Yuan ‘Tidak pernah
menonjolkan kebaikannya dan tidak pernah memamerkan jasanya’.
Sejak awal Yan Yuan tidak pernah membanggakan jasanya sendiri dan
tidak memamerkan kelebihan yang dimilikinya. Dia sangat rendah hati,
membiarkan orang lain saja yang mendapat jasa, dia selalu merasa
semua ini memang hal yang patut dia kerjakan.

27
65. Memberikan Teladan Dengan Tindakan Nyata

Sekarang kalian telah mengetahui pentingnya ajaran bakti, maka


harus mulai mendidik anak. Bagaimana caranya? Cara yang paling
mudah dan paling efektif, yakni “Memberi teladan dengan tindakan
nyata”.

Ada seorang guru, setelah belajar “Di Zi Gui”, menyadari bahwa


setelah belajar maka harus menerapkannya dalam kehidupan keseharian,
setelah belajar “Prinsip dalam berbakti”, dia juga merasakan bahwa
dirinya dengan ajaran bakti masih mempunyai jarak, maka itu dia
berkata pada diri sendiri harus berupaya mengamalkan ajaran bakti.

Kebetulan tanggal 1 Mei adalah hari libur, bertepatan pula dengan


hari ulang tahunnya, dia pulang ke rumah Ayahbunda-nya. Kita selalu
memanfaatkan kesempatan ini untuk mendidik anak dan membangkitkan
hati bakti mereka. Guru ini juga bersikap sedemikian rupa. Setelah
pulang, kebetulan nenek luarnya juga berada di sana, dia memindahkan
tiga kursi dan mempersilahkan nenek luarnya, ayah dan bundanya duduk.

Lalu berkata pada ayahbundanya: “Usia saya sudah 35 tahun, selama


35 tahun ini saya telah melakukan banyak hal yang salah dan membuat
Ayahbunda banyak khawatir. Sekarang saya telah mempelajari ajaran
insan suci dan bijak, selanjutnya saya akan berusaha menjadi seorang

28
putri yang berbakti. Hari ini adalah ulang tahunku, juga merupakan hari
kesengsaraan Ibunda, maka itu saya ingin bersujud tiga kali pada bunda.”

Usai berkata dia mulai bersujud, saat sujud pertama, bundanya


langsung meneteskan air mata, saat sujud kedua kali, putranya yang ikut
menyaksikan pemandangan yang mengharukan tersebut, tanpa
diperintah langsung berjalan ke arah ayahnya dan mulai membantu
memijat ayahnya.

Adakah dia memberi arahan pada putranya? Tidak ada. Putranya


hanya melihat bundanya sedang bersujud pada kakek dan neneknya,
sedang mengamalkan ajaran bakti, kekuatan dari tindakan nyata ini,
tanpa sadar memberi dampak besar bagi sang anak. Oleh karena itu,
meskipun tanpa diperintah putranya merasa jika dirinya tidak berbuat
sesuatu, rasanya bersalah pada Ayahbunda, maka itu membantu memijat
Ayahnya.

Kemudian, ketika guru ini pulang ke rumah, begitu masuk, putranya


berkata pada Ayahbundanya: “Tahun depan saat saya berulang tahun,
saya juga ingin bersujud pada kalian”. Maka itu, cara mendidik
bagaimana yang paling mudah dan paling kelihatan hasilnya? Yakni
dengan “Memberi teladan dengan tindakan nyata”.

29
66. Ayahbunda dan Guru Mesti Bekerja Sama

Dalam mendidik anak, ‘Ayahbunda dan guru mesti bekerja sama’.


Di dalam “Di Zi Gui” disebutkan ‘Memberikan salam kepada ayahbunda
pada pagi dan malam hari’, setelah mempelajarinya, di hari berikutnya
anak-anak Taman Kanak-Kanak berkata pada Ayahbunda mereka:
“Selamat pagi Papa Mama, apakah kemarin tidur nyenyak?” Apabila
usai mendengarnya, ayahbunda mengelus kepala sang anak dan bertanya,
apakah hari ini kamu sedang demam? Maka apa yang akan terjadi?

Masa kini banyak sekali ayahbunda yang suka bercanda, namun juga
tidak boleh sembarang bercanda. Ketika anak menyapa ayahbunda
dengan penuh hormat dan bersungguh-sungguh, apa yang mesti kita
lakukan? Mesti penuhi hati baktinya, “Kamu sangat patuh, benar-benar
anak baik.” Maka itu, mesti bekerja sama dengan guru, dengan demikian
anak-anak akan bersukacita menerapkannya dalam kehidupan
keseharian, perlahan-lahan berkembang menjadi kebiasaan baik.

Saat anak-anak mengikuti pelajaran bersama, kita selalu bertanya


pada mereka: “Minggu ini kalian telah melakukan kebaikan apa dan
berbakti yang bagaimana?” Anak-anak akan berkata: “Saya membantu
Mama mencuci piring, saya membawakan air buat Mama mencuci kaki”,
menunjukkan banyak sekali contoh bahwa mereka giat mengamalkan
ajaran bakti.

30
Ada seorang anak baru berusia 2-3 tahun, pulang sekolah dia
langsung berlari ke kamar mandi. Mamanya tahu dia mencari baskom
buat diisi air, lalu bergegas menyembunyikan baskom cuci kaki tersebut.
Saya pun berkata padanya, apa yang anda lakukan tidaklah benar, oleh
karena tidak penuhi hati bakti sang anak. Haruslah menunjukkan
perasaan sukacita saat dia membawakan air dan mencuci kaki anda,
kemudian berilah dia dukungan, dengan begini hati baktinya akan
berkembang. Kebaikan hati seseorang ibarat rumput hijau, jika disirami
tiap hari, rumput ini pun akan tumbuh subur.

Mama si anak berkata pada saya: “Bagaimana jika dia


menumpahkan airnya?” Saya bilang: “Malah makin bagus jika tumpah,
anda bilang saja: “Xiao Ming, Mama bisa merasakan hati bakti kamu
pada Mama. Namun membawa air mesti ada caranya, apakah kamu tahu
mengapa hari ini airnya bisa tumpah? Oleh karena tanganmu belum bisa
menyeimbangkan kedua sisi baskom, lain kali kamu harus perhatikan
hal ini ya.”

Anda bisa mendidiknya dengan cara ini sehingga anak akan belajar
bagaimana menjadi orang yang berguna dan belajar melakukan
pekerjaan. Banyak sekali Bunda yang takut anak mereka melakukan
kesalahan, padahal saat anak-anak melakukan kesalahan adalah saat
yang tepat untuk mendidik mereka, membimbing mereka menjadi orang
yang berguna dan belajar keterampilan hidup.

Ada seorang Bunda yang sangat bijaksana, dia sangat bersukacita


saat anaknya mencuci kakinya. Dia bilang bahwa dia telah mengatur
suhu pemanas air menjadi paling rendah, membiarkan anaknya
membawa sebaskom air dan mencuci kakinya selama seminggu, baru
31
perlahan-lahan mengatur kembali suhu pemanas airnya, maka itu dia
telah merendam kakinya dengan air dingin selama seminggu. Bunda
yang satu ini sungguh bijak, setelah anaknya sudah menguasai cara
mengangkat baskom dan membawa air, seminggu kemudian dia baru
mengatur kembali suhu pemanas air.

Ayahbunda mesti bekerja sama dengan didikan guru, memenuhi


pengamalan bakti sang anak. Oleh karena itu, saat mengikuti pelajaran,
kami berharap agar ayahbunda dapat menemani anak mereka belajar
bersama, anak-anak duduk di depan dan para ayahbunda duduk di
barisan paling belakang, ikut melihat sikap bakti apa yang dipelajari
sang anak hari ini, pulang ke rumah apakah ada diamalkan? Dengan
kerja sama yang sedemikian rupa, perkembangan perilaku anak akan
sangat cepat.

32
67. Anak Berbakti Belajarnya Pasti Bagus

Ada seorang guru berkata, dia mendapat telepon dari seorang bunda,
tepat pada saat berakhirnya liburan musim panas, bunda ini berkata:
“Guru Zhang, saya berterima kasih padamu. Selama liburan musim
panas putriku mengalami banyak kemajuan.”

Ada yang menarik dari kalimat ini, kapankah biasanya anak-anak


mengalami kemerosotan perilaku paling cepat? Liburan musim panas
lebih dari sebulan, baru usai liburan, anak-anak sudah seperti kuda liar
yang tak terkendali, jika ingin menariknya kembali sangatlah sulit. Perlu
waktu untuk mengaturnya kembali, barulah bisa berangsur-angsur pulih
kembali seperti sedia kala.

Sedangkan bunda ini justru bilang bahwa anaknya mengalami


banyak kemajuan! Dia melanjutkan ceritanya, suatu hari saat saya
sedang tidur, karena kelelahan, tertidur begitu saja tanpa menutup
selimut. Ketika terbangun, tubuh saya sudah tertutup rapi dengan selimut.
Siapa yang membantu menyelimutinya? Putrinya yang telah membantu
menyelimutinya. Dan begitu keluar kamar sudah tercium aroma mie, dia
pun bertanya: “Papamu sudah pulang?” Si anak menjawab: “Papa masih
belum pulang.”

Dia bertanya lagi: “Lantas kenapa bisa ada mie?” Putri kecilnya
bilang: “Saya yang masak.” Dengan terperanjat dia berkata: “Kamu
33
belum pernah memasak mie, mengapa jadi bisa?” Putri kecilnya berkata:
“Saya sering melihat Mama masak mie, maka hari ini saya ingin coba
memasak, ingin berbakti pada Mama.” Semangkok mie ini enak tidak?
Tentu saja enak, semangkok mie ini dimasak dengan hati bakti sang
anak, sudah tentu pasti enak! Bunda ini bilang bahwa mie yang dimasak
putrinya benar-benar enak, karena selama dia mempunyai niat, maka
pasti dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

Sikap penting apa yang dipelajari gadis kecil ini untuk menjadi
orang yang berguna dan belajar keterampilan hidup? Yakni berbakti.
Dengan adanya hati bakti, segala perilaku pun akan ikut berubah. Selalu
memberi perhatian pada kesehatan dan keperluan hidup Ayahbunda,
sehingga tahu menyelimuti ibundanya; khawatir bundanya bangun tidak
ada makanan, maka itu dia memasak. Ketika anak selalu mengerjakan
sesuatu membantu ayahbunda, kemampuannya dalam mengerjakan
pekerjaan juga akan terus meningkat. Jika hati bakti anak telah terbuka,
dengan sendirinya banyak perilaku anak yang akan berkembang ke arah
lebih baik.

Guru-guru kami yang mengajarkan anak murid membaca Klasik,


mempunyai kesan mendalam, yakni anak-anak yang memiliki etika
moral belajarnya pasti bagus, dan jelas bukan dipaksa dan diawasi
Ayahbunda dengan rotan, belajarnya juga sangat tekun. Ada seorang
guru di mana kelasnya pada awalnya merupakan peringkat satu dari
belakang di sekolah, kemudian dia mengajarkan anak-anak murid
kelasnya itu membaca Klasik, baru saja setengah tahun, semua murid-
muridnya kini berada di peringkat atas.

34
Kepala sekolah sampai terkesima, lalu mengundang kami untuk
berdiskusi dengan para guru di sekolah. Maka itu, kita mesti memiliki
keyakinan hati, akar dari moralitas terletak pada ajaran bakti.

35
68. Suami dan Istri Mesti Bekerja Sama

Suami dan istri mesti saling bekerja sama untuk mendidik anak-anak
mereka berbakti, menumbuhkan pengamalan bakti sang anak. Jika
diantara suami istri dapat bekerja sama, anak akan mudah
mengembangkan hati baktinya.

Umpamanya suami berkata pada sang anak: “Nak, kamu boleh tidak
berbakti pada Papa, namun kamu tidak boleh tidak berbakti pada Mama-
mu.”Berbicara mesti bisa meyakinkan, apabila sang ayah bicara sambil
meneteskan air mata, maka putranya juga pasti akan terharu.

Anda mesti memberitahu anak anda: “Saat mengandung dirimu,


Mama-mu muntah parah, sungguh sengsara, makan pun tidak berselera.”
“Anak berada di dalam perut, Ibunda menanggung beban berat”,
Bayangkan betapa beratnya dirimu, setiap hari Mama membawamu
tanpa keluhan dan penyesalan, bahkan masih harus pergi bekerja.

Ketika tiba waktu persalinan, masih harus mengalami rasa sakit yang
luar biasa. Setelah kamu lahir, menjagamu dengan sangat baik, pernah
suatu kali ketika kamu sakit, Mama menjagamu sampai tidak tidur
hampir 2-3 hari. Ceritakanlah kondisi yang sebenarnya pada sang anak.
Setelah diungkit, hati tahu budi sang anak akan tumbuh.

36
Tahu budi maka dapat balas budi, anak pun bisa merasakan budi
kebajikan dari Ibunda. Jika seorang istri yang berbicara, katakan pada
anak: “Kamu boleh tidak berbakti pada Mama, namun kamu tidak boleh
tidak berbakti pada Papa-mu.” Beritahukan semua pengorbanan Ayah
untuknya sedari kecil, dengan demikian barulah anak dapat menerima
budi kebajikan dari sang Ayah. Maka itu, sangatlah penting suami dan
istri bisa saling bekerja sama dalam mendidik anak.

Masa kini banyak sekali ibunda, tidak hanya tidak memberitahukan


budi dan kebajikan ayah pada anak, malah menghitung berapa banyak
kesalahan ayah di depan anak mereka. Lihatlah ayahmu begini begitu,
dengan berkata demikian, sangat sulit tumbuh rasa hormat anak pada
ayah mereka. Seorang ayah yang dipandang rendah oleh anak sendiri,
akan mudah putus asa dan frustasi.

Maka itu, sebagai seorang ibunda dan sebagai seorang istri, berhati-
hatilah dalam berbicara, jangan membicarakan kesalahan dari suami,
sebaliknya pujilah kelebihan dan kepedulian suami terhadap anak-anak.
Suami akan terharu mendengarnya, merasa dirinya bisa melakukan yang
lebih baik lagi, dan akan terus giat berusaha. Seorang ayah harus
memiliki martabat di depan anak-anak mereka, ini akan mendorong
anak-anak ke kehidupan dan pertumbuhan yang sehat.

37
69. Kegiatan Melindungi Telur Sehari

Kami pernah mengadakan sebuah kegiatan untuk anak-anak,


membiarkan mereka mengambil sebutir telur, lalu ditaruh (dikalungkan)
di atas tubuh mereka, kami menyebutnya ‘Kegiatan melindungi telur
sehari’. Memberitahu para murid, hari ini rasakan sebentar bagaimana
perasaan melindungi sebutir telur, mampukah kalian melindunginya
dengan baik.

Pada awalnya anak-anak sangat berhati-hati, alhasil sekitar 1-2 jam


berlalu mereka telah lupa. Maka terdengar banyak sekali suara ‘Ah!’,
sampai mata pelajaran terakhir di hari itu, tidak tersisa sebutir pun telur
yang tidak pecah. Guru pun membimbing mereka, lihatlah baru sehari
saja kamu sudah tidak sanggup melindunginya, jika mama-mu sama
sepertimu, tiap hari tidak bisa berdiam diri, setelah dilahirkan tubuh
kalian hanya akan penuh lebam. Maka itu, selama sepuluh bulan ibunda
mesti sangat waspada melindungimu, dan berat badanmu semakin hari
semakin bertambah.

Akan ada reaksi pada tubuh ibunda ketika sedang mengandung,


yakni muntah dan tidak berselera makan, meskipun demikian, masih
memaksakan dirinya untuk bisa makan. Mengapa ibunda sudah tidak
berselera, tetap harus makan? Supaya tubuhnya bisa menyerap nutrisi
dari makanan lalu diteruskan buat janinnya. Meskipun merasa tidak
nyaman, dia tetap memaksakan dirinya menelan makanan.

38
Maka itu anak-anak sekalian, bolehkah kamu memilih-milih makanan?
Lihatlah mama saja bersedia makan demi dirimu, kamu juga harus
membalasnya, jangan memilih-milih makanan, makanlah makanan yang
bergizi, buatlah tubuhmu sehat, agar mama bersukacita. Dengan
dibimbing seperti ini, anak-anak akan merasakan hal serupa dengan
yang kita rasakan.

Pada usia kehamilan sepuluh bulan tubuh pun terasa semakin berat,
bahkan berjalan saja terasa sulit. Kami juga pernah memperagakannya
kepada anak-anak menggunakan bola basket, biar mereka merasakan,
banyak sekali hal mesti dialami sendiri, barulah mampu memperoleh
perasaan yang sesungguhnya.

Selanjutnya saya maju selangkah lagi membimbing para murid, saya


bilang: “Di samping ranjang ruangan bersalin terdapat dua tiang baja
yang sangat kokoh, alhasil tiang baja yang kokoh pun menjadi bengkok.
Anak-anak sekalian, kekuatan apa yang menyebabkan tiang baja ini
bengkok?” Anak-anak berkata: “Kekuatan rasa sakit.”

Oleh karena ibunda mengalami rasa sakit yang hebat saat akan
melahirkan, maka kedua tangannya memegang erat tiang baja ini, dan
seiring berjalannya waktu tiang pun menjadi bengkok oleh kekuatan-
kekuatan ini. Dibanding dengan kanker, rasa sakit yang dialami ketika
melahirkan lebih luar biasa, mengapa banyak penderita kanker yang
mengakhiri hidupnya? Karena mereka tidak mampu menahan rasa sakit
yang dideritanya.

39
Ibunda justru mampu menahan rasa sakit yang lebih parah dibanding
kanker! Setelah buah hatinya lahir, apa yang ditanyakan ibunda pertama
kali, apa pula yang pertama kali dia pikirkan? Apakah bayiku sehat?
Kasih sayang seorang ibunda pada putra-putrinya, dapat membuatnya
segera melupakan rasa sakit yang tak tertahankan, kita harus mengingat
budi kebajikan ini di dalam hati sepanjang hayat.

40
70. Mendidik Anak Menghormati

Ada seorang guru, anaknya sedang mengetuk pintu, lalu ibu


mertuanya (nenek dari anaknya) menghampiri, mungkin ingin
memanggil cucunya untuk makan. Alhasil cucunya membentak nenek:
“Jangan berisik!” Si anak tidak menghormati neneknya. Pendidikan
sangatlah penting, mesti “Hati-hati di awal”, setelah menemukan ada
yang salah harus segera ditangani, jika sudah menjadi kebiasaan akan
sulit mengubahnya.

Guru ini sangat peka, segera dia membuka pintu dan berkata pada
anaknya: “Minta maaf pada nenek.” Dengan cepat dia mengoreksi tidak
adanya rasa hormat dalam ucapan anaknya. Bagaimanapun anaknya
tidak bersedia meminta maaf. Akhirnya neneknya berkata: “Cuaca
begitu panas, buat apa meminta maaf.” Di saat seperti ini, adalah sedang
menguji kebijaksanaan kita sebagai ayahbunda.

Melihat anaknya tidak bersedia meminta maaf, bundanya segera


berkata: “Mama, anak tidak terdidik dengan baik adalah tanggung jawab
saya, saya minta maaf pada Mama.” Bundanya baru selesai bicara,
putranya sudah meneteskan air mata. Apa arti dari air mata ini? Timbul
rasa malu di hatinya.

Ibunda berkata lagi pada anaknya: “Lihatlah, kamu tidak hormat


pada nenek, namun nenek masih saja memikirkanmu, takut kamu
41
kepanasan, bisakah kamu melihat hati nenek adalah memikirkanmu
setiap saat?” Seorang menantu membantunya bicara, nenek pun terharu
mendengarnya. Maka itu, hubungan antara ibu mertua dan menantu
perempuan menjadi sangat baik karena masalah ini. Nenek merasa
menantunya dapat memahami isi hatinya.

Selanjutnya ibunda berkata pada anaknya, malam ini tulislah di buku


harianmu, renungkan baik-baik kesalahanmu. Malam hari anak ini
menulis di buku hariannya, dia menulis ada dua ‘Saya’, yang satu adalah
‘Saya yang sangat baik’, dan satunya lagi adalah ‘Saya yang tidak baik’,
yang baik dan yang tidak baik sedang tarik menarik. Di usia muda sudah
ada pergumulan sedemikian di hatinya, setelah dewasa akan ada lebih
banyak lagi.

Namun apabila hati bakti ini sudah berakar sangat dalam dan kokoh
sejak masih kecil, maka kehidupan si anak tidak akan ada pertentangan,
juga tidak akan melakukan sesuatu yang disesali diri sendiri hanya
karena tidak hormat dan tabiatnya yang buruk. Maka itu, saat anak
melakukan kesalahan, sebagai ayahbunda harus peka dan bisa segera
mendidiknya.

42
71. Memelihara Hati Hormat Anak

Ada banyak sekali murid yang membaca Klasik, semuanya


mempelajari ajaran insan suci dan bijak. Kami pun bertanya pada
mereka, mengapa membaca Klasik? Mereka akan menjawab: “Saya
ingin menjadi seorang insan suci, karena dengan membaca Klasik dapat
menjadi insan suci dan bijak.”

Lalu guru membuat peraturan untuk mereka, setiap hari pukul tujuh
pagi mesti membaca ‘Di Zi Gui’, maka mereka akan bangun tidur pukul
setengah tujuh, dan mulai membaca pada pukul tujuh.

Pada saat malam Tahun Baru anak-anak akan tidur lebih larut,
ayahbunda khawatir anaknya tidak cukup tidur, sehingga alarm
diperlambat satu jam. Alhasil si anak yang mesti bangun pukul enam
atau tujuh, sekali lihat alarm baru pukul lima sekian, lanjut tidur lagi.

Oleh karena merasa ada yang tidak beres, sebab setiap manusia
mempunyai jam biologis mereka sendiri, si anak pun keluar dan melihat
sudah hampir pukul delapan, anak ini langsung menangis keras: “Sudah
hampir pukul delapan, saya masih belum membaca ‘Di Zi Gui’.”

43
Anak-anak mengembangkan kebiasaan yang baik sejak kecil,
merupakan bentuk rasa hormatnya terhadap guru, terhadap janjinya
sendiri, maka tidak berani melalaikannya.

Maka itu, baik tidak ayahbunda berbuat demikian? Tidak baik, ini
bertolak belakang dengan pendidikan. Meskipun waktu tidur berkurang,
namun anak-anak telah membentuk kebiasaan hidup yang disiplin, ini
juga merupakan rasa hormatnya pada guru dan sikap menghormati
ajaran insan suci dan bijak.

44
72. Bersujud Berterima Kasih Pada Budi
Ayahbunda

Di Haikou, Tiongkok, ada seorang murid, gurunya sangat serius


mengajari mereka ‘Di Zi Gui’, maka ketika pulang merayakan Tahun
Baru Imlek, dia ingin bersujud pada ayahbundanya, berterima kasih pada
ayahbunda yang telah merawatnya sepanjang tahun ini.

Lalu anak ini menyajikan dua cangkir teh dan bersiap keluar ruangan,
sebelum teh disajikan dia merasa jantungnya berdetak cepat, agak
sedikit takut. Alhasil dia masih belum keluar, datanglah beberapa tamu,
dia pun melangkah mundur, semakin malu saja rasanya. Namun dia
mengumpulkan lagi keberaniannya, teringat pada didikan gurunya, harus
bersungguh-sungguh dilaksanakan.

Dia pun membuka pintu dan langsung berjalan ke hadapan


ayahbundanya, kemudian dia berlutut. Pada awalnya semua kerabat ini
sedang asyik berbincang, melihat anak ini berlutut, suasana jadi hening.
Entah kekuatan apa yang membuat semua orang jadi membisu dengan
sendirinya.

Kemudian anak ini berkata: “Terima kasih atas budi Ayah dan
Bunda telah membesarkan diriku, pada permulaan Tahun Baru Imlek ini,
semoga Ayah dan Bunda selalu sehat dan panjang umur.” Usai berkata
dia bersujud tiga kali pada ayahbundanya. Para tamu yang menyaksikan
45
menjadi terharu, tindakan anak ini juga tengah mempengaruhi orang
dewasa.

Setelah kembali ke asrama sekolahnya, anak ini menulis sebuah


artikel, dia bilang dia merasa sangat gugup ketika ingin berterima kasih
pada ayahbundanya, namun ketika sudah berlutut, mendadak pikirannya
menjadi jernih. Maka itu, langkah pertama memang agak sulit dilakukan,
namun asalkan berani mengambil langkah pertama ini, maka langkah
selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

46
73. Bakti dan Hormat Adalah Tangga Menuju
Sukses

Setiap kali mengajar, di pelajaran pertama saya akan menggambar


dan bertanya pada para murid: “Anak-anak sekalian, ini apa?” Saya
beritahu mereka ini adalah puncak gunung es, puncak gunung es ini
hanya menempati 5% dari gunung es itu sendiri. Saya bertanya apakah
mereka pernah melihat gunung es? Anak-anak ini bilang pernah
melihatnya. Saya bilang yang mereka lihat hanyalah puncaknya saja. 95%
dari gunung es ini berada di dalam laut, masih belum berkembang.

Potensi (kemampuan) manusia serupa dengan gunung es, telah


terkubur sebagian besarnya. Bagaimana supaya 95% ini bisa
berkembang? Hari ini guru akan memberi kalian dua buah kunci guna
mengembangkan kemampuan. Kunci pertama adalah ‘Berbakti’, dan
kunci kedua adalah ‘Kesusilaan’. Inti dari kesusilaan adalah rasa hormat.

Saya memberitahu mereka, pada zaman dulu Kaisar Shun bisa


sangat bijaksana dikarenakan sikap baktinya. Oleh karena moralitas dan
kebijaksanaannya yang tinggi, seluruh rakyat di negerinya mencintai,
menghormati dan meneladaninya, maka itu kemampuannya berkembang
dengan sangat baik.

Yang kedua adalah kesusilaan dan rasa hormat. Saya bilang ke anak-
anak, oleh karena guru kalian ini sangat sopan, makanya bisa kenal
47
dengan Paman Lu, dan dapat belajar dari kebijaksanaan dan pengalaman
beliau, supaya bisa terus mengembangkan kemampuan diri sendiri.

Usai pelajaran pertama, mulai ada perubahan pada anak-anak. Sejak


hari itu, ketika bertemu dengan guru dan orang tua murid lainnya,
mereka akan membungkuk dan menyapa. Oleh karena itu, mengajarkan
kebaikan jangan terlalu berlebihan, mulailah dari yang paling sederhana!
Asalkan bersedia membungkuk, maka pada akhirnya kebaikan ini dapat
dikembangkan dari luar ke dalam.

Banyak orang mengatakan bahwa, ada beberapa orang berbuat baik


hanya ingin memperoleh balasan baik. Apa yang salah jika ingin
memperoleh balasan baik? Selama yang dia lakukan dapat memberi
manfaat bagi orang lain, inilah yang disebut ‘Melihat orang berbuat baik
segera jadikan teladan’. Pada awalnya dia berbuat baik memang ada
tujuannya, lalu melihat banyak sekali orang yang memprihatinkan, maka
hati baiknya yang semula sudah ada akan timbul dengan sendirinya.

Apabila kita hanya berdiri saja dan berkata bahwa dia berbuat baik
hanya ada maunya. Bukankah kita hanya melihat kesalahan orang lain,
sedangkan kita sendiri tidak berbuat apa-apa, lalu apa hak kita
mengkritiknya! Maka itu, ketika orang lain sudah berbuat baik,
walaupun dia ada maunya ataupun tidak, kita seharusnya memuji dan
ikut bersukacita dengan jasa kebaikannya.

Orang yang berbuat baik ini akan merasa terdorong dan tanpa
diminta dia pun akan semakin bersukacita melakukannya. Inilah dua
buah kunci pembuka kebijaksanaan yang saya berikan untuk anak-anak.
48
Kapankah kunci ini bisa digunakan? Tidak ada batasan usia untuk kedua
buah kunci ini, di usia 80 tahun juga bisa.

Ketika saya memberi ceramah di Hangzhou, ada seorang senior


berusia 70 tahun, pada hari ke-4, saat sedang beristirahat di tengah
ruangan, beliau menghampiri dan menyampaikan sebuah kalimat. Dia
bilang: “Guru Cai, pelajaran pertama dalam hidup manusia adalah ajaran
bakti, saya baru memulainya di usia 70 tahun.” Baru dimulai maka
belum terlambat. Konfusius berkata: “Kebenaran telah dipahami, mati
pun tiada menyesal.” Apabila sudah memahami kebenaran dan
bersungguh-sungguh mengamalkannya, maka satu masa kehidupan ini
takkan dilewati dengan sia-sia.

Ketika saya memberi ceramah di Shanghai, baru saja selesai


berbicara tentang ‘Prinsip berbakti’ di hari pertama, ada seorang senior
berusia 60 tahun yang datang bersama putranya. Usai mengikuti
pelajaran di hari pertama, sebelum makan, senior ini begitu
bersemangatnya menghampiri kami para guru. Dia bilang akhirnya dia
paham mengapa dia melatih diri sudah belasan tahun masih merasa tidak
ada peningkatan? Belajar bagaimanapun masih merasa sebutir hati ini
tidak cukup tulus dan hormat, selama ini tidak bisa menemukan
penyebabnya.

Usai mendengar ‘Prinsip berbakti’, barulah dia tercerahkan, ternyata


lantai pertamanya masih belum tertutup baik, dia sudah menutup lantai
yang ketiga. Dulu dia sempoyongan karena tidak memiliki landasan,
akhirnya sekarang dia menemukan penyebabnya. Setelah paham dan hati
tenteram, barulah setiap langkah yang diambilnya akan teguh dan kuat.

49
74. Jangan Melupakan Budi Kebajikan Ayahbunda

Ada seorang anak perempuan sedang bertengkar dengan bundanya,


dia pun minggat dan tidak lagi pulang ke rumah. Sepanjang hari anak ini
tidak makan, kelaparan setengah mati, dia berjalan ke depan sebuah
kedai mie, melihati mie itu sambil meneteskan air liur.

Bos wanita pemilik kedai mie ini melihatnya lalu memanggilnya


kemari, dia bilang: “Ayo ke sini, saya traktir kamu semangkok mie,
tidak perlu bayar kok.” Ketika anak perempuan ini sedang makan mie,
tiba-tiba saja dia menangis. Bos wanita ini bertanya padanya: “Mengapa
kamu menangis?”

Anak ini bilang: “Kamu begitu baik padaku, bahkan memasaknya


sendiri untukku. Saya sedang bertengkar dengan mama saya, makanya
saya minggat.” Bos wanita berkata padanya: “Saya baru memasak
semangkok mie untukmu, kamu sudah begitu terharunya, sedangkan
mama-mu sudah masak berapa mangkok untukmu, kenapa kamu
melupakannya?”

Maka itu, seseorang jika sudah bertindak gegabah saat sedang marah,
seringkali melupakan budi kebajikan Ayahbunda dan budi kebajikan
semua orang yang mengasihinya.

50
75. Ayah Berbakti Dan Anak Berbudi Luhur

Sembahyang leluhur harus dilakukan dengan tulus dan sepenuh hati,


tata cara sembahyang juga tidak harus rumit, namun yang pasti harus
dilakukan secara rutin setiap tahunnya, menjadi teladan bagi anak-anak.

Ada seorang ayah yang sangat berbakti, selalu menjaga dan merawat
ayahbundanya dengan penuh perhatian, kemudian ayahbundanya
meninggal, dia mengatur waktu untuk pergi berziarah, kedua anaknya
memperhatikannya dan mengingatnya di hati mereka.

Suatu hari di Taman Kanak-Kanak, mereka diberi satu orang satu


buah permen, permen-permen ini sangatlah lezat, kedua anak ini tidak
langsung memakannya, namun membawanya pulang untuk diberikan
kepada ayah mereka.

Ayah mereka sangat terharu, putranya lalu berkata: “Papa, ketika


Kakek dan Nenek masih hidup, setiap kali ada makanan, Papa selalu
memberikannya terlebih dulu untuk Kakek dan Nenek; meskipun Kakek
dan Nenek sudah meninggal, Papa masih sering membawa makanan
untuk sembahyang, hari ini di sekolah kami memberikan dua buah
permen, sudah seharusnya saya memberikannya untuk Papa.”

51
76. Memperlakukan Almarhum Seperti Saat Beliau
Masih Hidup

‘Memperlakukan almarhum seperti saat beliau masih hidup’, sikap


kita memperlakukan mendiang Ayahbunda adalah serupa dengan ketika
mereka masih hidup, tidak boleh berbeda. Bukan karena ayahbunda
telah tiada maka harapan dan didikan mereka ke kita juga ikut berubah,
malah kita harus berusaha lebih keras, agar bisa membalas budi
ayahbunda yang telah membesarkan dan mengasuh kita.

Ada seorang anak kecil yang kebetulan nenek luarnya meninggal


dunia, mereka sedang duduk di mobil jenazah dan pamannya membawa
abu kremasi neneknya. Jalanan yang mereka lewati bergelombang dan
tidak rata, pamannya segera berkata pada pengemudi mobil: “Tolong
setirnya pelan sedikit, karena Bunda saya tidak terbiasa duduk di mobil
yang jalannya cepat.”

Anak ini terharu melihatnya, ketika kembali ke sekolah dia berkata


pada gurunya: “Guru, tindakan paman saya apakah sudah
memperlakukan almarhum seperti saat beliau masih hidup?” Maka itu,
kita tidak boleh meremehkan anak-anak, mereka memiliki daya tangkap
yang cepat.

52
77. Berterima Kasih Sebelum Makan

Anak-anak selalu memperagakan apa saja yang telah mereka pelajari.


Suatu kali, ada seorang anak sedang menyantap hidangan bersama
keluarganya. Begitu mulai makan, dia segera beranjali dan
menggumamkan sesuatu di mulutnya. Para senior yang semula sudah
mengambil sumpit bersiap-siap ingin makan, semuanya menjadi
berhenti dan fokus memperhatikannya.

Beberapa saat kemudian, anak ini membuka matanya, para senior


pun bertanya padanya: “Apa yang kamu lakukan tadi?” Anak ini bilang:
“Oleh karena sebelum makan kita harus berterima kasih. Maka tadi saya
berterima kasih pada Ayahbunda yang telah melahirkan, membesarkan
dan mengasuhku, pada guru yang telah mendidikku, pada teman sekolah
yang tumbuh besar bersama, para petani yang telah bekerja keras dan
semua orang yang telah bersumbangsih untukku.”

Makan malam belum disantap, tindakan anak ini sudah mendidik


semua orang dewasa yang ada di sana. Ketika tindakannya dapat
memengaruhi orang banyak, anak ini akan merasa dirinya dengan
masyarakat memiliki kaitan yang erat, dia juga memiliki kemampuan
untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik.

53
78. Menumbuhkan Hati Berterima Kasih Anak

Selain harus menyayangi ayahbunda sendiri, selanjutnya kita masih


harus membimbing anak-anak, terhadap ayahbunda orang lain dan
terhadap setiap orang yang bekerja di bidang apapun juga harus menaruh
rasa hormat.

Ada seorang anak kecil, bundanya menyuruhnya memberi hormat


pada seorang penjaga keamanan (satpam) di depan gerbang masuk, ayo
sapa paman! Dibujuk bagaimanapun, anak ini tetap tidak ingin
melakukannya. Mengapa seorang anak yang baru berusia 4-5 tahun,
bahkan terhadap seorang senior saja tidak bersedia memberi hormat, di
mana letak penyebabnya?

Seorang anak kecil memiliki hati membeda-bedakan sedemikian


berat, karena mendapat pengaruh dari generasi sebelumnya. Tanpa
disadari, saat kita memperlihatkan sikap angkuh terhadap orang yang
berpenghasilan lebih rendah, saat itulah anak-anak sedang belajar dari
kita.

Ibundanya menyadari akan hal ini, maka segera dia berkata pada
anaknya: “Hari ini kamu tidak boleh pulang jika tidak memberi hormat
pada paman.” Anak ini masih saja keras kepala dan menolak memberi
hormat.

54
Ibundanya lanjut berkata: “Semua orang dewasa sedang
bersumbangsih untuk masyarakat, dari seorang perdana menteri sampai
paman penjaga keamanan. Lihat, merekalah yang membantu menjaga
tanah air kita, barulah hidup kita aman dan tenteram. Dan siapakah yang
paling tidak layak dihormati? Itu adalah kamu! Kamu belum bisa
bersumbangsih untuk keluarga, untuk bangsa dan untuk masyarakat,
namun sudah sedemikian angkuhnya. Jadi, sudah seharusnya kita
berterima kasih pada paman ini.”

Anak ini akhirnya dengan sepenuh hati memberi hormat pada


penjaga keamanan. Ibunda menggenggam kesempatan ini, menaklukkan
hati angkuh anaknya. Maka itu, sudah semestinya kita memperlakukan
seluruh lapisan masyarakat dengan hati yang setara, dari semangat yang
mereka berikan, membimbing anak kita agar ingat budi balas budi dan
tahu berterima kasih.

55
79. Berterima Kasih Adalah Dasar Dari
Keharmonisan

Setiap hari di sekolah, ada seorang paman yang membantu


mengganti galon air minum anak-anak, galon air ini cukup berat. Pada
suatu hari, seorang murid berkata pada gurunya: “Guru, paman yang
setiap hari membantu kami mengganti galon air sudah bekerja keras.”
Murid ini mengusulkan: “Guru, haruskah besok kami mengucapkan
terima kasih pada paman ini?” Gurunya sangat senang mendengarnya
lalu berkata: “Baik! Besok kita ucapkan terima kasih pada paman.”

Keesokan harinya, paman ini berjalan memasuki ruangan, dengan


wajah tanpa ekspresi melakukan pekerjaan rutinnya. Ketika melihat
paman ini masuk, murid-murid serentak menyapanya: “Apa kabar,
paman!” Paman pengganti galon air tertegun sejenak, dan hanya
mengangguk-anggukan kepala.

Selanjutnya setiap kali paman ini datang mengganti galon air, anak-
anak akan berkata: “Terima kasih paman! Paman sudah bekerja keras.”
Paman ini pun segera menebarkan senyumnya. Sejak hari itu, paman
pengganti galon air selalu tersenyum setiap kali memasuki ruang kelas
murid-murid ini. Maka itu ketika kita menghormati orang lain, orang
lain juga akan menghormati kita; ketika di mana pun kita selalu
berterima kasih kepada orang lain, hubungan antar manusia akan
semakin harmonis.

56
80. Belajar Susah Barulah Tahu Berterima Kasih

Biasanya ketika anak akan berulang tahun, niat pikiran apa yang
pertama muncul di benaknya? Dia pasti berpikir ingin mengadakan pesta
di mana dan berapa banyak kado yang akan diperoleh. Guru-guru kami
yang mempelajari kebudayaan Tiongkok, akan memanfaatkan
kesempatan ini untuk mendidik anak-anak. Hari ulang tahun adalah hari
kesengsaraan bunda, sudah seharusnya melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi ayahbunda.

Ada seorang anak setelah pulang ke rumah bukan kado yang dia
minta, namun dia berkata pada bundanya: ’’Saya ingin masak sebuah
hidangan untuk Mama.’’ Tentu saja mamanya sangat senang. Begitu
gadis kecil ini masuk ke dapur, oleh karena badannya tidak tinggi (dia
adalah anak kelas 4 SD), dia pun mengambil sebuah bangku dan berdiri
di atasnya.

Jika kita membiarkan anak mengerjakan sesuatu, otaknya pasti


berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah, dia pun akan mencari
jalan keluarnya.Setelah berdiri, dia menuangkan minyak ke dalam kuali,
karena percikan minyaknya sangat tinggi, maka dia mengenakan
sepasang sarung tangan yang besar, dan terus saja memasak.

Begitu potongan timun dituangkan ke kuali, percikan minyaknya


semakin tinggi, karena takut percikan akan mengenai kulitnya, maka dia
57
berlari ke sepeda motor ayahnya, mengambil helm lalu mengenakannya
di kepala. Inilah yang namanya bersenjata lengkap, dan akhirnya dia
berhasil menyelesaikan masakannya.

Ketika penuh keringat dia membawa keluar hidangan ini, saya


percaya pada saat itu, suasana hatinya telah berubah. Mulai sekarang,
akankah dia memilih-milih setiap hidangan yang sudah dimasak oleh
bunda untuknya? Tidak akan! Sebaliknya, dia akan berterima kasih atas
pengorbanan bundanya, maka itu dengan belajar susah barulah tahu
berterima kasih.

58
81. Tulus dan Dapat Dipercaya Harus Diajarkan
Sejak Kecil

Suatu kali, ada seorang anak tanpa sengaja membuat gantungan baju
menjadi bengkok, sesungguhnya gantungan yang bengkok mudah tidak
diperbaiki? Tinggal ditarik saja menggunakan tangan. Tetapi anak-anak
tidak mengerti sehingga mereka menjadi panik, dan takut dihukum,
maka itu dia berkata pada teman di sebelahnya: “Jangan beritahukan
pada guru.” Kenyataannya gurunya juga berada di sana, gurunya pun
mendekat dan anak ini kaget.

Anak-anak masih kecil, apabila kita mengajarinya di saat yang tepat,


maka pola pikirnya juga akan segera berubah. Kemudian guru berkata
padanya: “Tanpa unsur kesengajaan disebut kesalahan, jika sengaja
dilakukan maka disebut kejahatan.”Kerusakan pada gantungan bukanlah
hal serius, tidak memberitahukan pada guru barulah serius, selanjutnya
kamu tidak akan bisa memenangkan kepercayaan guru lagi. Maka itu,
harus berani mengakui kesalahan, “Bila dapat memperbaiki diri tak
mengulangi lagi maka kesalahan akan berangsur lenyap”.

Gurunya lanjut berkata, lebih bagus lagi jika kamu dapat


memperbaiki segala kesalahan yang sudah diperbuat, lagipula kamu juga
dapat belajar bagaimana cara memperbaiki barang yang rusak. Guru
mesti bersabar, memperbaiki gantungan bersama dengannya. Maka itu,
kita harus memanfaatkan peluang yang baik, dengan demikian
memungkinkan anak-anak membangun kembali sikap benar dalam
menghadapi kesalahan.
59
82. Janganlah Mudah Menjanjikan

Ada seorang anak memberikan sebatang pensil kepada teman


sekelasnya, teman sekelasnya ini sangat senang, dia pun meraut
pensilnya dan mulai mengerjakan tugas dari sekolah. Keesokan harinya,
anak ini bertanya kepada anak yang sudah memberinya pensil: “Apakah
hari ini kamu bersedia bermain denganku?”

Anak yang memberikan pensil dengan polos menjawab: “Saya tidak


akan bermain denganmu hari ini, kembalikan pensil itu padaku.” Anak
ini lalu mengembalikan pensil padanya. Anak yang memberikan pensil
lanjut berkata: “Maksudku pensil yang belum diraut.” Anak ini
mengambil lagi sebatang pensil yang belum diraut.

Anak yang memberikan pensil: “Bukan yang ini, saya ingin pensil
yang saya berikan padamu kemarin.” Gurunya bergegas menghampiri
karena melihat adanya peluang guna mendidik anak-anak. Guru
memberitahu anak yang memberikan pensil: “Ucapan yang dilontarkan
haruslah dapat dipercaya. Kamu sudah memberikan pensil kepada orang
lain, maka pensil ini bukan milikmu lagi, kamu tidak berhak
memintanya kembali.”

Sebelum memberikannya kamu harus mempertimbangkan terlebih


dulu, apakah kamu benar-benar ikhlas memberikannya kepada orang
lain? Atau jika hari ini kamu ingin menghadiahkan sesuatu kepada orang

60
lain, sebelum menyetujuinya, haruslah mengukur kemampuanmu
terlebih dulu apakah sanggup mewujudkannya?

Apabila kemampuanmu tidak cukup namun sudah terlanjur berjanji,


saat itu kamu akan kehilangan kepercayaan dari orang lain. Selain
mengukur kemampuan diri, ketika berjanji kepada teman sekolah, kamu
masih harus mempertimbangkan apakah tindakanmu sudah mematuhi
peraturan sekolah? Sekolah mungkin tidak mengizinkan anak muridnya
berbuat demikian, tetapi kamu tetap berjanji, maka ini tidaklah benar.

Maka itu, haruslah mematuhi peraturan sekolah dan hukum negara,


dari tempat-tempat inilah kita renungkan. Jika semua merupakan
tindakan benar, ditambah kita memiliki kemampuan mewujudkannya,
barulah boleh berjanji kepada teman. Oleh karena, sikap “Janganlah
mudah menjanjikan”, juga diperlukan untuk membimbing murid-murid
kapan pun dan di mana pun.

61
83. Guru Mengajarkan Tata Krama

Banyak sekali orang tua murid yang saya temui, mereka semua
berkata: “Anak saya sejak lahir memang tidak punya tata krama dan
tidak bisa menyapa senior.” Perkataan ini masuk akal tidak? Tentu saja
tidak masuk akal, melupakan segenap tanggung jawab mereka sebagai
orang tua.

Ada seorang anak yang baru berusia lebih dari dua tahun, datang ke
sekolah kami. Bundanya berkata: “Anak ini tidak bersedia menyapa
guru.” Saya pun berkata padanya: “Jika anda merasa sangatlah penting
sedari kecil anak anda memiliki tata krama, maka hari ini kita berdua
harus bekerja sama, anda pergi ke luar dulu, saya ingin berbincang
dengan anak ini sebentar.”

Saya berkata pada anaknya: “Jika hari ini tidak menyapa guru Cai,
maka tidak boleh pulang.” Anak ini mulai meneteskan air mata, saya
segera menyuruh mamanya menjauhi dan jangan sampai terlihat
anaknya, si anak mulai menangis dengan keras. Lalu anak ini saya
gendong ke ruang kelas, pintunya saya kunci, setelah menurunkannya,
saya bilang padanya: “Jika hari ini masih tidak mau menyapa, maka
sudah dipastikan kamu tidak boleh pulang.”

62
Melihatku begitu tegas, semakin nyaring pula tangisannya, saat
seperti ini kita tidak perlu marah padanya, lalu saya duduk: “Ayo!
Menangislah lebih keras, tiada seorang pun akan menolongmu.” Kini dia
tidak hanya menangis, namun juga mulai mengentak-entakkan kakinya
ke lantai, kali ini dengan tangisannya yang menjadi-jadi, dia ingin
menyelidiki dan menguji sampai di mana batas kesabaran kita.

Anak ini mulai membuat kegaduhan, berlarian ke sana kemari. Tiba-


tiba sebuah kalimat meluncur dari mulutnya: “Sampai jumpa guru Cai!”
Waktu itu saya benar-benar ingin tertawa. Namun kita tidak boleh
tertawa, harus bisa serius. Saya bilang padanya: “Lihatlah, menjadi
seorang anak yang patuh sedikit pun tidak rugi, segala sesuatu yang
sudah dipelajari harus segera dilaksanakan, harus menyapa para senior.”
Selanjutnya saya menggendong anak ini keluar, lalu dia pun pulang
bersama bundanya.

Kedua kalinya anak ini datang ke sekolah, begitu melihatku dia


langsung menyapaku, kemudian ke manapun saya berjalan,
pandangannya selalu memperhatikan gerak-gerikku. Mengapa budi dan
ketegasan harus bisa sejalan dalam mendidik anak-anak? Kita harus
bersikap tegas, barulah anak takkan membuat masalah dan takkan
bersikap arogan.

63
84. Tata Krama Adalah Media Komunikasi
Terindah Antar Manusia

Belajar tata krama harus dimulai sejak kecil. Tersenyum adalah


bahasa alami yang digunakan seluruh dunia ketika bertatap muka dengan
orang lain. Jika anak sejak kecil tidak bisa bersikap baik terhadap orang
lain, maka sangat sulit menyuruhnya tersenyum tulus dan lugu. Apalagi
menyuruhnya tulus membungkuk memberi hormat kepada orang lain
juga bukanlah hal yang mudah.

Di dalam kurikulum yang kami susun untuk para murid, hanya untuk
belajar membungkuk memberi hormat saja harus memakan waktu
sekitar 2-3 bulan lamanya. Ketika anak memberi hormat sambil
membungkuk adalah sebuah bentuk rasa hormat yang keluar dari lubuk
hatinya. Jika tindakan dan hati bisa saling berinteraksi, maka anak akan
bersikap semakin rendah hati dan menghormati, perlahan-lahan dari hati
diwujudkan melalui tindakan.

Kami mengajari tata krama pada seorang anak yang baru berusia
empat tahun, selesai makan ketika akan beranjak pergi, mesti berkata
pada orang-orang yang duduk semeja: “Semuanya, silahkan lanjutkan
makannya.” Barulah kita boleh beranjak pergi.

64
Apakah tindakan ini penting? Manusia itu hidup berdampingan
dengan orang lain, mustahil seseorang bisa hidup mengandalkan dirinya
sendiri. Dalam kehidupan sosial, jika kelakuan kita semakin baik, maka
hubungan antar manusia juga tidak akan mudah timbul perselisihan.
Umpamanya, hari ini anda sedang makan bersama rekan kerja, anda
selesai makan duluan, lalu anda pergi begitu saja tanpa bicara sepatah
kata pun, inilah yang disebut tidak memiliki etika. Orang-orang akan
berkata: “Apakah dia sedang bertengkar dengan kekasihnya?”

Bagaimanapun kita semua hidup bermasyarakat, dengan saling


menyapa, barulah orang lain tidak akan merasa tersinggung. Maka itu,
membiarkan anak setiap saat mengembangkan sikap memberi salam dan
menyapa sedari kecil, kebiasaan ini akan menjadi sangat penting
baginya, dia akan senantiasa menjaga perasaan orang lain.

Setiap murid di Taman Kanak-Kanak kami telah mengamalkannya,


bahkan guru pun turut mengamalkan, ini akan menjadi budaya yang baik.
Setiap kali bangkit dan berdiri, guru akan membungkuk ke semua murid
dan berkata: “Semuanya, silahkan lanjutkan makannya.” Anak-anak
akan tersenyum gembira.

Mengapa demikian? Mereka bersukacita dan merasa salut, bahkan


orang dewasa juga melakukan hal yang sama dengannya. Apabila kita
hanya bisa menyuruh sedangkan kita sendiri tidak sudi, mereka mungkin
juga tidak akan sudi melakukannya. Maka itu, kita harus memberi
teladan dengan tindakan nyata, memperlihatkannya pada anak-anak.

65
Suatu hari usai makan bersama, saat semuanya telah beranjak pergi,
tersisa seorang anak belum selesai makan, anak ini baru berusia 4-5
tahun. Akhirnya dia berdiri, terhadap meja dan bangku dia berkata:
“Semuanya, silahkan lanjutkan makannya”, para guru pun tersenyum
melihatnya. Dari sinilah kita bisa melihat keluguan anak-anak.
Seseorang bukan belajar bagaimana cara menyesuaikan dirinya, namun
harus belajar bersikap tulus terlebih dulu. Anak ini begitu tulus, kelak
pasti dapat mengamalkan sesuai dengan yang diajarkan.

Suatu kali guru mengajari murid-murid tata krama mengetuk pintu,


mesti mengetuk tiga kali dan tidak boleh terlalu terburu-buru. Karena
suara ketukan pintu yang terburu-buru akan membuat kepanikan
penghuni rumah. Jika saat itu dia tidak bisa membukakan pintu karena
sedang sibuk mengerjakan hal lain, hatinya akan menjadi panik. Maka
itu, ketuklah tiga kali dengan pelan.

Setelah membuka pintu, dalam menyambut tamu terlebih dulu harus


membungkuk memberi hormat: “Apa kabar Bibi, apa kabar Paman.”
Ketika ajaran dapat diselaraskan dengan kehidupan, anak-anak akan
belajar dengan penuh minat. Saat pintu terbuka, enam anak secara
bersamaan menyapa: “Apa kabar Bibi.”

Alhasil bibi ini tidak berani masuk. Bibi ini bilang: “Saya merasa
kaget sekaligus tersanjung, sebelumnya belum pernah disambut baik
seperti ini.” Begitu masuk, anak-anak segera mengambilkan sandal
(yang khusus dikenakan di dalam rumah) untuknya, agar bibi ini bisa
langsung memakainya. Maka itu, maksud yang terkandung di setiap tata
krama adalah setiap saat dapat memikirkan kepentingan orang lain.

66
Begitu bibi ini masuk, anak-anak berkata: “Bibi, silahkan duduk.”
Setelah si bibi dituntun duduk dengan baik, mereka bergegas
menuangkan air, lalu berkata lagi: “Bibi, silahkan minum.” Inilah tata
krama menyambut tamu. Ketika anak anda berbuat sedemikian
menyambut senior dan tamu, bagaimanakah tanggapan mereka? Mereka
akan merasa bahwa anak anda memiliki pendidikan kesusilaan keluarga
yang sangat baik.

Saat makan bersama, haruslah yang lebih tua dipersilahkan duduk


terlebih dulu, barulah yang lebih muda boleh duduk. Saat kami makan
bersama murid-murid, mereka akan membantu mengambilkan sayur
untuk senior. Ada seorang anak belajar di sini selama dua minggu,
setelah pulang ke rumah, dia makan bersama keluarganya, begitu mulai
makan, dia langsung mengambilkan sayur untuk Kakek dan Neneknya.

Awalnya Kakek dan Nenek tidak begitu berkenan terhadap budaya


Tiongkok, namun tindakan anak ini membuat mereka menyadari bahwa
pendidikan kesusilaan selama dua minggu ini telah membawa perubahan
yang sangat besar. Siapakah yang diingat anak ini terlebih dulu?
Seniornya, yakni Kakek dan Neneknya. Maka itu, perlahan-lahan senior
akan menerima, menggunakan ajaran warisan leluhur Tiongkok,
meningkatkan kemampuan anak dalam menangani persoalan dan
bagaimana menjadi manusia yang baik.

Pada waktu bersamaan kami juga membimbing anak-anak dan


memberitahu mereka, tentang makna dari tiap posisi tempat duduk di
meja makan, dengan begini mereka akan tahu kursi mana yang
67
seharusnya diberikan untuk senior. Kursi utama adalah tempat duduk
untuk seorang yang berstatus pemimpin (yang paling senior), umumnya
tempat duduk ini menghadap ke pintu.

Murid-murid kami akan memberikan kursi utama untuk guru, ketika


guru memasuki ruangan, mereka akan berdiri dan menunggu sampai
sang guru duduk, barulah mereka duduk. Kebetulan hari itu saya pulang
dari Hangzhou, begitu saya masuk, mereka juga berdiri, ketika saya
duduk di kursi utama, mereka mulai membalikkan meja, saya pun
bertanya: “Mengapa membalikkan meja?”

Mereka bilang: “Oleh karena meja ini penuh coretan, tidaklah sopan
jika coretan-coretan ini dihadapkan ke guru.” Begitu melihat saya duduk,
mereka langsung membalikkan meja ke arah di mana tidak ada
coretannya. Maka itu, bukan hanya hati hormat yang berhasil diraih oleh
anak-anak ini, namun mereka juga berhasil meraih kemampuan dalam
hal pengamatan dan kecermatan, dengan demikian kemampuannya akan
meningkat sedikit demi sedikit.

68
85. Pendidikan Keluarga Harus Dikembangkan
Sejak Usia Dini

Ayahku menamai saya Cai Li-xu, memberiku beban tanggungjawab


yang sangat besar. Setiap kali orang memanggil, apabila saya tidak
memiliki tata krama, maka amat bersalah terhadap nama ini. Maka itu,
nama ini telah berhasil mengajariku supaya setiap saat harus bersikap
sopan terhadap orang lain, bahkan tata krama ini harus seperti sembilan
butir mentari, memancarkan cahaya kecemerlangan.

Nama ini juga telah membawa begitu banyak peristiwa yang


mengesankan, menemani setiap perkembangan diriku. Oleh karena sejak
kecil saya mempunyai sebuah kebiasaan, tak peduli di manapun saya
berada, asalkan mendengar ada suara senior yang datang, saya pasti akan
menghampiri, membungkuk memberi hormat dari hati yang paling
dalam: “Paman, apa kabar! Bibi, apa kabar!”

Maka itu, tata krama anak sangatlah penting! Dalam proses


pembelajaran beberapa hari ini, membahas tentang manfaat baik yang
saya peroleh dari tata krama membungkuk memberi hormat, maka itu
sejak kecil harus menumbuhkan kebiasaan baik ini, pendidikan
kesusilaan keluarga adalah sedemikian pentingnya.

Suatu hari, ketika saya berada di dalam lift, ada seorang wanita yang
masuk, saya segera bertanya padanya: “Permisi, anda ingin ke lantai
69
berapa?” Saya pun menekan tombol lantai yang dituju wanita ini.
Kebetulan di lantai yang sama denganku, selama berada di dalam lift,
saya juga tidak lupa menyapanya.

Pada suatu kali, ada seorang sahabat Dharma yang ingin menaiki lift
berpapasan dengan seorang wanita, dia pun bertanya pada wanita ini:
“Permisi, anda ingin ke lantai berapa?” Mendengar sapaan dia yang
begitu akrab, wanita ini terus saja tersenyum selama berada di dalam lift,
bahkan setelah sampai, wanita ini mempersilahkan sahabat Dharma ini
jalan duluan. Oleh karena itu, ketika kita mengulurkan tangan tanda
persahabatan, pasti akan memenangkan kembali balasan persahabatan
dari orang lain.

70
86. Belajar Tata Krama

Sebuah Taman Kanak-Kanak mengajari murid-muridnya bagaimana


cara meladeni tamu, satu per satu dari mereka mulai latihan. Maka itu,
Buku Klasik tidak hanya mesti dijelaskan, namun harus mengajak anak-
anak memperagakan apa yang tertulis di dalam buku, membiarkan anak-
anak terus mengulangi latihan, jika sudah terbiasa maka mereka akan
menjadi terampil.

Suatu hari, sewaktu makan siang, datanglah seorang bibi. Sebelum


bibi ini masuk ke kelas, awalnya murid-murid ini sedang makan bersama,
begitu melihat si bibi semuanya menjadi berhenti menyantap hidangan,
mereka meletakkan mangkok dan sumpit, lalu sibuk menyambut dan
meladeni tamu. Sesungguhnya, ketika mereka dapat menerapkan apa
yang telah dipelajari, maka mereka akan belajar dengan penuh sukacita.

Begitu si bibi tiba di depan pintu, ada enam orang anak berbaris
sejajar, serentak membungkuk memberi hormat dan berkata: “Apa kabar,
Bibi!” Bibi inipun tidak berani masuk, si bibi bilang: “Saya merasa
kaget sekaligus tersanjung! Sebelumnya belum pernah disambut dengan
begitu hormat.” Bibi ini berkata lagi: “Apabila anak-anak generasi
selanjutnya bisa berbuat sedemikian rupa, maka kita amat bersukacita
dan tidak perlu khawatir lagi.”

71
87. Janganlah Duduk Saat Senior Berdiri

Ada seorang gadis kecil, baru berusia 2-3 tahun. Suatu hari, dia pergi
berpiknik bersama Ayahbunda dan Neneknya, di taman, Ayahnya
sedang duduk sambil membaca koran, sedangkan anak ini duduk di atas
bangku.

Tiba-tiba Neneknya berjalan menghampiri mereka, anak ini segera


melompat dari tempat duduknya, namun belum sempat berdiri stabil dia
sudah terjatuh karena bangkunya yang terlampau tinggi.

Nenek dan Ayahnya merasa heran, bergegas membantunya berdiri,


lalu bertanya padanya: “Kenapa kamu melompat?” Anak ini bilang:
“Janganlah duduk saat senior berdiri.” Oleh karena Neneknya datang,
makanya dia segera melompat dari tempat duduknya.

Ayahnya merasa malu, karena tidak menghiraukan dan meneruskan


membaca surat kabar, sedangkan putrinya yang berusia 2-3 tahun bisa
bangkit berdiri memberikan bangku untuk Neneknya. Maka itu, anak
melampaui Ayahnya, menghadapi anak-anak yang belajar ajaran insan
suci dan bijak, kita juga mesti ikut belajar bersama mereka, baik-baik
menerapkan “Di Zi Gui” dalam kehidupan keseharian.

72
88. Memasuki Ruangan Kosong Seperti Ada
Penghuninya

Di masa kini, banyak sekali anak-anak yang suka mengamati


sekelilingnya ketika sedang bertamu ke rumah orang lain, padahal
mungkin saja si pemilik rumah sedang sibuk di dapur. Apakah hal
seperti ini dibenarkan? Tentu saja tidak boleh. Perilaku seperti ini
menunjukkan bahwa kita tidak menghormati si pemilik rumah.Terutama
kamar tidur pemilik rumah, lebih tidak boleh sembarangan
memasukinya.

Tata krama bertamu ini harus kita sampaikan kepada anak-anak.


Umpamanya ketika sedang bertamu, si anak sedang melihat-lihat dan
sudah berjalan melewati banyak ruangan, jika saat itu pemilik rumah
menemukan ada barangnya yang hilang, maka dialah orang pertama
yang dicurigai.

Semasa kecil saya pernah mempunyai seorang teman, waktu itu dia
pergi bermain ke rumah teman sekelasnya, kemudian ada sejumlah uang
hilang dari kamar ayah teman sekelasnya ini, keesokan harinya teman
sekelasnya menunjuk temanku bahwa dialah yang telah mencuri uang
ayahnya.

Dia dijuluki seorang pencuri oleh seluruh teman sekolah, benar-


benar tidak punya alasan untuk berdebat. Oleh karena dia tidak berdaya
73
membuktikan dirinya tidak mengambil uang tersebut, lagipula dia
memang ada masuk sebentar ke kamar ayah teman sekelasnya.

Maka itu, kita harus selalu bermawas diri dan menghindari


kecurigaan, sehingga orang lain tidak salah paham kepada kita. Inilah
mengapa kita harus “Memasuki ruangan kosong seperti ada
penghuninya”.

74
89. Bagaimana Bisa Menyapu Dunia, Tanpa
Pernah Menyapu Rumah?

Ada seorang anak tidak pernah menyapu lantai rumahnya. Seorang


senior datang berkunjung, begitu memasuki rumah si anak, berkata
padanya: “Lantainya begitu kotor, kenapa tidak kamu sapu?” Si anak
lalu menjawab: “Tanganku ini hanya digunakan untuk menyapu dunia.”
Bicaranya sungguh besar! Banyak sekali anak-anak yang bilang, setelah
dewasa ingin menjadi seorang pejabat maupun pengusaha besar.

Setelah melihat kamar si anak pun berantakan, senior ini berkata lagi
padanya: “Bagaimana bisa menyapu dunia, tanpa pernah menyapu
rumah!” Sama halnya pula, bahkan kamar tidur sendiri saja tidak bisa
diurus dengan baik, bagaimana bisa menjadi seorang pengusaha?

“Di Zi Gui” juga merupakan ilmu manajemen dasar tentang perilaku


hidup. Kebiasaan hidup disiplin sudah harus ditanamkan sejak anak
masih berusia dini. Orang tua jangan hanya berpikir kelak di kemudian
hari barulah membiarkan si anak belajar mengelola bisnis, si anak pasti
bisa melakukannya, namun mulai sekarang kita harus meletakkan
fondasinya terlebih dulu.

Jika ada seorang yang bergelar Magister Administrasi Bisnis (MBA)


datang melamar pekerjaan, namun rumah dan kamar tidurnya begitu
berantakan, apakah orang seperti ini anda berani mempekerjakannya?
75
Maka itu, semua ilmu yang telah dia pelajari hanyalah omong kosong
dan teori belaka.

Paman Lu pernah bercerita, ketika pergi memantau ke kantor cabang


perusahaannya, beliau pasti akan menemui manajer yang bekerja di sana,
melihat apakah meja kerjanya tertata rapi dan apakah semua arsipnya
sudah disusun. Jika hal sekecil ini saja tidak bisa ditangani dengan
teratur, dia akan sulit menyelesaikan pekerjaannya sesuai aturan
perusahaan.

Maka, dari tempat yang kecil kita dapat belajar hal yang besar, dari
hal yang sepele, kita bisa melihat apakah pikiran seseorang sedang
tenang atau kacau. Oleh karena itu, mengembangkan kemampuan anak
dalam berperilaku dan belajar keterampilan hidup, haruslah ditanamkan
sejak usia mereka masih kecil.

Beberapa pengusaha sukses memiliki penglihatan yang tajam, sekali


lihat perilaku dan keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu,
mereka sudah tahu sampai di mana tingkat kemahirannya, tidak dapat
menipunya.

Banyak orang merasa: Dengan bersekolah tinggi dan memperoleh


gelar MBA, saya dapat menemukan pekerjaan yang bagus. Namun
apabila tidak bisa berperilaku dan mengerjakan sesuatu dengan baik,
sudah bisa dipastikan mereka tidak akan dipekerjakan oleh para
pengusaha berbakat ini. Jadi, agar kelak di kemudian hari anak-anak bisa
bekerja di perusahaan yang mempunyai masa depan yang cerah, saat ini
juga kita harus meletakkan fondasinya dengan baik dan benar.
76
90. Mengajari Anak Melakukan Pekerjaan Rumah

Kemampuan terhebat anak-anak adalah meniru orang dewasa. Ketika


keponakan saya berusia sekitar dua tahun, suatu kali, bundanya sedang
mengelap meja, bundanya baru pergi sebentar, dia sudah mengambil
kain lap dan mulai mengelap juga. Lalu kakak-ku menghampirinya dan
berkata: “Jun Wei, masih kecil sudah paham membantu Mama mengelap
meja, benar-benar anak yang berbakti!”

Mendengar perkataan mamanya, si anak merasa bangga dan terlihat


lebih bersemangat lagi mengelapnya. Mamanya lanjut berkata padanya:
“Apabila saat mengelap kita bisa membersihkan sudut-sudut meja, maka
hasilnya akan lebih sempurna.” Pertama-tama sudah berhasil
membangkitkan hati bakti anak, lalu mempergunakan kesempatan untuk
mengajari anak bagaimana cara melakukan pekerjaan dengan baik.

Kapan harus mengajari anak? Di usia 1-2 tahun sudah bisa diajarkan
melakukan pekerjaan rumah. Ketika sudah menjadi kebiasaan, anak
akan menjadi rajin dan cekatan, sesungguhnya kita telah membantu
anak-anak membangun fondasi yang sangat baik dalam berperilaku dan
melakukan pekerjaan.

Dalam proses pengajaran, saya menemukan banyak sekali anak yang


cerdas, mereka bisa cepat beradaptasi dan cekatan saat diberi tugas,
anak-anak seperti ini selalu membantu melakukan pekerjaan rumah
77
dengan bersungguh-sungguh; karena semakin banyak pengalaman yang
dimiliki dalam mengerjakan sesuatu, maka semakin banyak pula
kemahiran yang diperoleh.

Mengapa anak-anak bisa malas? Di mana akar permasalahannya?


Umpamanya ketika anak ingin membantu mamanya mengelap meja,
dengan sangat jengkel mama ini menghampiri dan berkata: “Haiya, apa
yang kamu lakukan? Ayo minggir, jangan mengacau di sini.” Kelak
akankah anak datang lagi untuk membantu? Tidak akan!

Maka itu, ayahbunda harus bisa memanfaatkan kesempatan untuk


mendidik anak, jika tidak, maka akan ada banyak kesempatan baik yang
terlewatkan begitu saja. Sampai si anak tidak ingin membantu anda
melakukan pekerjaan rumah lagi, saat itu anda marah pun tidak akan
bisa menyelesaikan masalah.

Seperti yang dikatakan “Kebiasaan yang dipelihara sejak kecil,


setelah terbiasa lama kelamaan jadi tabiat.” Pendidikan harus dimulai
sejak usia dini, makin cepat makin bagus, karena begitu kebiasaan malas
terbentuk, maka akan sulit memperbaikinya.

Banyak orang tua berkata pada anaknya: “Kamu hanya perlu belajar
dengan baik, jangan pedulikan hal lain.” Begini tidaklah baik! Anak
hanya bisa belajar, sedangkan hal lain tidak bisa dia kerjakan, nantinya
dia tidak akan mempercayai kemampuan dirinya sendiri dalam
melakukan pekerjaan.

78
Semakin tidak mempunyai kepercayaan diri, dia akan semakin tidak
berani memikul beban sebuah tugas, maka akan semakin pula
kehilangan hati yang bertanggungjawab, semua ini saling berkaitan,
sebagai orang tua, kita mesti merenungkannya secara mendalam.

Anak-anak mesti banyak berkegiatan, akan banyak membantu


pertumbuhan badan si anak. Dalam kegiatan tersebut, anak juga akan
merasakan susah payah bundanya mengurus pekerjaan rumah, tumbuh
rasa berterima kasih di hatinya.

Seperti kata pepatah “Menghargai kerja keras orang lain”. Dengan


benar-benar banyak memberi dan bekerja, barulah anak-anak tahu untuk
berterima kasih dan tahu betapa susahnya si pemberi. Maka itu, biasakan
anak-anak membantu pekerjaan rumah, jangan sampai kebiasaan malas
yang mereka kembangkan.

79
91. Meningkatkan Keterampilan Hidup Anak

“Seragam harus diletakkan pada tempatnya, janganlah sembarangan


ditaruh agar tidak kotor.” Anak-anak harus mempunyai kemampuan
hidup mandiri, jangan sampai kehidupan mereka menjadi berantakan,
hal ini sangatlah penting. Anak-anak di masa kini, jangankan menjaga
orang lain, mengurus dirinya saja tidak bisa.

Ada sejumlah mahasiswa yang selalu membawa sekantong pakaian


setiap kali pulang dari asrama ke rumah. Kado reuni dengan ayahbunda
adalah setumpuk pakaian kotor mereka. Masih ada sebuah fenomena
yang aneh, ketika liburan musim panas telah usai, para pelajar langsung
membuang semua pakaian kotor mereka ke tempat sampah, bahkan
seprai juga tidak dibutuhkan lagi, betul-betul boros!

Apabila anak-anak memelihara sifat borosnya sedemikian rupa,


maka jejak kegagalan dan kehancuran hidupnya sudah tampak di depan
mata. Meskipun anda dapat menghasilkan uang yang banyak untuk
digunakan olehnya, namun dengan kemampuannya sendiri apakah si
anak juga dapat menghasilkan uang sebanyak itu? Mungkin cukup sulit.

Maka itu, sedari kecil kita harus mengajari dan membiarkan anak
mencuci pakaian dan piring sendiri. Sesungguhnya saat melakukan
semua pekerjaan ini, si anak merasa amat bersukacita, oleh karena

80
merasa bisa melakukannya sendiri dan kemampuannya pun meningkat,
ada semacam keberhasilan yang dia rasakan.

Ada seorang anak sama sekali tidak pernah membantu melakukan


pekerjaan di rumahnya, alhasil saat di sekolah, ketika tiba gilirannya
mencuci piring, dia hanya memperhatikan piring dan mangkok ini, lalu
beranjak pergi tanpa mencucinya.

Saat itu gurunya hanya terdiam dan tidak berbuat apa-apa. Tiba
waktu makan, semua sayur sudah selesai dimasak, piring dan mangkok
masih saja belum dicuci, gurunya pun duduk di sana menunggunya
mencuci bersih semua piring. Tidak ada pilihan lain, anak ini segera
mencucinya.

Kemudian guru berkata padanya: “Kita semua hidup bermasyarakat,


setiap orang mempunyai tugasnya masing-masing, jika kamu tidak
mencuci piring, maka tidak ada piring yang bisa digunakan; jika guru
tidak memasak, kamu juga tidak bisa makan.” Oleh karena itu,
berusahalah mengerjakan apa yang sudah semestinya kita kerjakan
dengan sebaik-baiknya.

Sejak kecil membiasakan anak-anak banyak melakukan pekerjaan


rumah, maka keterampilan hidupnya akan semakin meningkat.
Seseorang yang tidak pernah memohon kepada orang lain, hidupnya
akan dilewati dengan bebas tanpa beban. Jika urusan kecil saja dia tidak
bisa urus, masih harus meminta bantuan orang lain dan menghambur-
hamburkan uang, kemungkinan besar sepanjang hidupnya akan selalu
bergantung kepada orang lain.
81
92. Mengapa Kehidupan Anak Tidak Beraturan?

Saya pernah bertanya pada murid-murid: “Hari ini yang sudah


sarapan, tunjuk tangan?” Sekali lihat, hampir separuh dari mereka belum
sarapan. Saya lanjut bertanya: “Apakah Mama tidak menyiapkan
sarapan?” Mereka menjawab: “Mama masih tidur.” Yang disebut
sarapan oleh mereka adalah uang yang diletakkan di atas meja, jadi
orang tua hanya tahu mengeluarkan uang untuk anaknya membeli
sarapan.

Apakah orang tua yang telah mengeluarkan uang ini tahu bahwa
anaknya benar-benar membeli sarapan? Pasti tidak tahu bahwa uang
yang mereka berikan untuk membeli sarapan telah berubah menjadi
game dan jajanan yang mengandung banyak zat pewarnanya. Jika anak-
anak memakan jajanan ini selama setengah maupun setahun lamanya,
maka kondisi tubuh mereka akan mengalami penurunan.

Banyak sekali anak-anak yang pergi bermain game daripada sarapan.


Mengapa saya bisa tahu? Sebagai guru harus peduli terhadap murid-
muridnya. Apalagi yang saya didik adalah murid-murid kelas 6, mereka
sedang dalam masa pertumbuhan dan mudah sekali merasa lapar, kurang
lebih pukul sepuluh perut mereka sudah keroncongan. Maka itu, saya
selalu menyimpan biskuit di dalam laci meja, mereka semua suka sekali
memakannya.

82
Lewat pukul sembilan atau sepuluh, saat masuk ke kelas, wajah
murid-murid ini berubah agak pucat, sekali lihat sudah tahu bahwa
mereka lapar. Setelah dipahami, ternyata uang yang ayahbunda berikan
tidak mereka gunakan untuk membeli sarapan, melainkan dihambur-
hamburkan.

Sebagai ayahbunda, agar kehidupan anak-anak bisa berjalan sesuai


aturan, diri sendiri harus memberi teladan yang baik, agar anak-anak
bisa makan tiga kali sehari dengan teratur, maka berilah sedikit waktu
kita untuk mereka. Dan yang anda berikan ini akan berdampak di
sepanjang hidup mereka, entah itu kesehatannya ataupun teladan baik
yang telah ayahbunda perlihatkan, semua ini sangatlah penting bagi
mereka.

83
93. Ringan Tangan Disukai Banyak Orang

Saya pernah mengajar tentang ilmu pengetahuan alam, setiap kali


usai belajar, banyak sekali peralatan yang harus dibereskan. Ada
beberapa murid yang rela tinggal di kelas berinisiatif membantu
membersihkan dan membereskan peralatan tersebut. Melihat murid yang
ringan tangan begini, apa yang dirasakan? Tumbuh hati sukacita.

Terhadap murid yang seperti ini, kita pasti harus lebih menjaganya,
maka itu anak-anak yang tekun dan suka membantu sangatlah mudah
memperoleh dukungan, perhatian dan kasih sayang dari senior. Dalam
pergaulan dengan teman sebayanya, jika anak ini juga tekun dan suka
membantu, maka akan disukai banyak orang.

Umpamanya, ketika dia baru masuk universitas, dengan beberapa


teman sekelas tinggal di asrama yang sama, begitu masuk melihat
temannya sedang membersihkan ruang tamu, dia pun segera ikut
membersihkan, di mana saja dia paham untuk membantu orang lain, dan
menghargai kerja keras orang lain. Meskipun masih belum saling
mengenal, namun tindakannya telah memenangkan kesan baik teman
sekelasnya terhadap dirinya, menjadikannya mudah berbaur dalam
komunitasnya.

Namun, apabila di rumah sendiri dia tidak bersedia melakukan hal-


hal begini, dalam kehidupan bermasyarakat, saat temannya sedang
84
bersih-bersih, dia masih saja menonton televisi, maka teman sekelasnya
yang lain tidak akan memiliki kesan yang baik terhadapnya.

Ketika di rumah tidak pernah bantu bekerja, maka tidak akan tahu
susah payahnya melakukan pekerjaan rumah. Adakalanya setelah
menggunakan sesuatu malah sembarang menaruhnya, saat orang lain
ingin menggunakannya tidak dapat menemukan, pada saat ini,
kepercayaan dan kesan orang lain terhadap dia akan semakin buruk.
Keluhan orang lain perlahan-lahan menumpuk terhadap dirinya, sampai
akhirnya akan meledak menjadi amarah. Maka itu, kebiasaan rajin
bekerja dengan hubungan antar manusia adalah saling berkaitan secara
langsung.

85
94. Mengajari Anak Berhemat dan Mawas Diri

Ada seorang anak, melihat seorang guru sedang memegang gelas


yang terbuat dari kertas untuk minum. Setelah melihatnya, anak ini
begitu ingin memiliki gelas kertas tersebut, guru ini pun menyerahkan
gelas yang berisi air dan berkata: “Sini, gelas ini untukmu.”

Ayah anak ini bergegas menghampiri dan berkata: “Guru, kami


membawa teko kok, anda minum sendiri saja ya!” Guru ini masih belum
mengerti apa maksud dari ayah si anak, tanpa berpikir panjang dia
berkata: “Tidak apa-apa, hanya sebuah gelas kertas, biarkan dia
meminummya!”

Sang ayah bersikukuh pada pendiriannya, sambil mengekspresikan


matanya, dia memberi tahu si guru: “Guru, kami benar-benar membawa
gelas nih, tidak perlu repot ya.” Saat itu juga guru ini segera mengerti
bahwa sang ayah sedang ingin mendidik buah hatinya, kemudian guru
ini beranjak pergi.

Baru saja si guru ini berlalu, si anak mulai marah dan kesal tidak
mendapatkan apa yang dia mau, ayahnya berkata padanya: “Dengarkan
kata Papa, gelas-gelas ini terbuat dari batang pohon yang ditebang, jika
kamu memakai satu gelas ini, maka kemungkinan satu batang pohon lagi
yang akan ditebang, mari kita berusaha menggunakan gelas kertas
sedikit mungkin, jika dapat menghemat pemakaian gelas kertas maka
harus dihemat.”
86
Anak ini masih agak kesal, ayahnya berkata lagi: “Jika kamu
membuat masalah lagi, lain kali Papa takkan mengajakmu keluar.” Maka
itu, mengajari anak agar bisa menghargai segala sesuatu dan
mempertahankan prinsip “bermawas diri sejak awal”. Sejak permulaan
sudah harus menerapkan pendidikan pada diri si anak. Apabila
membiarkan anak memelihara kebiasaan boros, kelak sangatlah sulit
untuk memperbaiki kebiasaannya.

87
95. Ronald Reagan, Mantan Presiden Amerika
Serikat

Pada tahun 1920, ada seorang anak berusia sebelas tahun saat sedang
bermain sepakbola memecahkan kaca milik orang lain, dan harus ganti
rugi sebesar $ 12,5. Pada saat itu, uang $ 12,5 bisa membeli 125 ekor
ayam betina yang bisa bertelur, jadi jumlah uang ini bukanlah hal yang
kecil.

Ayah anak ini berkata padanya: “Kamu harus bertanggungjawab


penuh atas hal ini, jadi kamu harus mencari uang sendiri untuk melunasi
hutang.” Jika hal ini terjadi di Tiongkok, bisakah ayahbunda berbuat
sedemikian terhadap anaknya? Mereka akan sulit melakukannya.

Menurut data statistik, uang saku anak-anak di Tiongkok-lah yang


paling banyak, sedangkan waktu mereka untuk melakukan pekerjaan
rumah paling sedikit, maka itu mereka tidak mempunyai kemampuan
dan tanggungjawab untuk mengurus keluarga.

Alhasil, sejak saat itu anak yang berusia sebelas tahun ini benar-
benar sudah mulai bekerja. Mengumpulkan uang sedikit demi sedikit,
dan mengembalikannya pada ayahnya, di kemudian hari karir anak ini
juga mengalami keberhasilan, dia adalah Ronald Reagan, Mantan
Presiden Amerika Serikat.

88
Jadi, ketika anda membiarkan anak menghadapi berbagai macam
kesulitan, maka akan meningkatkan sikap dan rasa tanggungjawabnya.
Pada saat yang sama, juga telah meningkatkan kemampuannya dalam
belajar keterampilan hidup.

89
96. Niat Hati Yang Mulia

Ada seorang anak kecil baru terbangun dari tidur siangnya, lalu
seorang anak lain yang sedang piket, menarik tikar yang digunakan oleh
anak tadi untuk tidur, karena belum berdiri stabil, anak ini pun
tersungkur dan kepalanya membentur dinding di sebelahnya, meskipun
tidak terlalu parah namun juga sakit rasanya. Guru pun mengkritik
perilaku anak yang menarik tikar tersebut.

Malam itu juga, mama si anak menelepon ke taman kanak-kanak, dia


berkata: “Anak saya mengeluh kepalanya sakit, apakah hari ini terjadi
sesuatu di sekolah?” Guru baru menyadari ternyata benturan si anak
cukup parah, lalu meminta mama si anak segera memeriksakan buah
hatinya, alhasil tidak terjadi masalah yang serius pada kepala anaknya.

Di hari berikutnya, guru berkata pada si anak: “Jika kamu merasakan


sakit setelah terbentur, maka harus segera memberitahu guru, jika tidak,
kemungkinan benturan ini parah dan tanpa perawatan, tubuhmu akan
mengalami luka.”

Lalu anak ini berkata pada gurunya: “Guru, karena benturan ini,
anda telah mengkritik anak itu sekali, jika saya memberitahu kalau
kepala saya sakit, maka sekali lagi anak itu harus menerima kritikan dari
anda, mungkin setelah pulang ke rumah dia akan dimarahi lagi oleh
mamanya, maka itu saya tidak ingin membicarakannya.”Seorang anak
90
yang baru berusia 5-6 tahun, setiap saat dapat memikirkan orang lain,
kami sebagai guru sangat terharu mendengarnya.

91
97. Memperlakukan Orang Lain Dengan Mulia

Ada seorang anak, sandalnya telah rusak lalu dia menggantinya


dengan sepasang sandal baru. Namun yang rusak hanya sedikit, jadi dia
tidak rela untuk membuangnya, oleh karena dia telah belajar Di Zi Gui
bahwa “Jangan mengabaikan yang lama dan suka pada yang baru”,
terhadap sandal lama telah tumbuh rasa sayang, maka itu dia
menyimpannya di bawah tempat tidurnya. Oleh karena sandal teman
sekelasnya juga rusak, guru berkata padanya: “Pergilah dan ambilkan
sandal lamamu agar bisa dipakai oleh temanmu.”

Lalu gurunya menyadari bahwa sandal lamanya itu dia pakaikan


sendiri ke kakinya, dan sandal barunya dipakai oleh temannya, gurunya
menjadi terharu melihat tindakan anak ini.Anak ini benar-benar telah
menerapkan Di Zi Gui “Jika harta benda tidak terlalu dipedulikan,
bagaimana mungkin timbul perselisihan?”, teman sekelas itu pasti akan
merasa bahwa anak ini sangat peduli, dengan kepedulian dan perhatian
dia menjaga orang lain serta menjaga dirinya sendiri.

Saat itu kami langsung menyemangati anak ini, kamu memang


murid Konfusius yang baik. Kemudian kami maju selangkah lanjut
berkata padanya, kini di antara teman-teman sekelas kamu adalah abang
tertua, maka kelak kamu harus memberi teladan yang baik kepada
mereka.Kami memberi motivasi dan pujian padanya, membiarkan dia
bertekad dan tidak lupa untuk meningkatkan karakter diri,
menyemangatinya bahwa dari moralitas dia dapat memberi teladan bagi
semua orang.
92
98. Memberi Lebih Bahagia Daripada Menerima

“Barang sekecil apapun tidak boleh disembunyikan dari Ayahbunda”,


anak-anak harus dididik agar tidak boleh serakah, meskipun barang
kepunyaan sendiri juga tidak boleh menganggapnya milik sendiri,
seharusnya paham untuk memberi, lalu membina anak-anak harus
memiliki sikap yang murah hati. Jika tidak, saat anak-anak memperoleh
sesuatu, dia hanya berharap dapat memakannya sendiri, dengan begini
hati dan pikirannya akan menjadi semakin sempit.

Ada beberapa anak yang masuk di kelas yang sama, mereka juga
tinggal di asrama yang sama. Ibunda dari salah seorang anak tersebut,
membawakan beberapa botol susu untuk buah hatinya, menuju ke kamar
anaknya dan berkata: “Semua ini untukmu, jangan sampai dilihat teman
yang lain ya.” Jadi ketika si anak setiap kali harus meminumnya secara
diam-diam, takut diketahui orang lain.

Nutrisi si anak memang bertambah, namun akan berdampak buruk


terhadap kepribadiannya, oleh karena harus sembunyi-sembunyi, si anak
juga tidak merasa bahagia meminumnya, tubuhnya juga tidak dapat
menyerap nutrisi dengan baik. Guru mereka telah mengamati hal ini
dengan seksama, malam itu juga berkata pada anak ini: “Kamu punya
begitu banyak botol susu, mengapa tidak berbagi kebahagiaan dengan
semua orang, ada barang bagus tentu harus membaginya dengan teman-
teman, maukah kamu mengambilnya untuk diminum bersama?”

93
Akhirnya anak ini berkata: “Oke!” Murid lainnya pun sangat
bersukacita. Saat ini fenomena menakjubkan telah terjadi, ketika kita
bersedia memberi, akan membangkitkan sukacita di hati semua orang,
sehingga semua orang akan saling memberi perhatian. Saat dia
menuangkan terlalu banyak susu, murid-murid lainnya akan berkata:
“Cukup, cukup, teman yang lain masih belum minum.” Dengan
demikian, semua murid kebagian meminum susu.

Sebelum meneguk susu bersama-sama, mereka serentak


mengucapkan terima kasih kepada anak ini, sehingga dia juga merasa
sangat gembira, memberi lebih berberkah daripada menerima. Malam itu
dia menulis di buku hariannya: “Hari ini saya mengajak teman-teman
minum susu, menurutku segelas susu itu lebih harum dan nikmat.”
Mama si anak membaca buku harian anaknya, mengetahui anaknya
begitu murah hati dan bersukacita mengundang orang lain meminum
susu, mama ini merasa apa yang telah dia lakukan tidaklah tepat.

Seperti yang telah disebutkan: “Jika harta disebarkan, maka orang-


orang akan berkumpul”, jika manusia memiliki kemurahan hati, barulah
dapat memenangkan keharmonisan dengan orang lain, kehidupan dan
karirnya juga akan berkembang. Dengan bermurah hati dan tanpa
menjadi serakah, kita dapat memberikan teladan yang baik untuk anak-
anak.

94
99. Mengajarkan Kejujuran dan Bermawas Diri
Sejak Awal

Mengapa orang zaman dulu menganjurkan agar “Mengamalkan bakti


dan jujur”? Oleh karena berbakti adalah landasan dari moralitas, di mana
ada bakti di situ ada etika moral; dengan memiliki hati jujur, maka
seseorang tidak akan serakah ketika dia bekerja untuk banyak orang.
Kejujuran adalah akar dari kesuksesan, jadi akar dari seorang manusia
yang baik dan keterampilannya dalam melakukan pekerjaan terletak
pada bakti dan kejujurannya.

Terkadang anak memang tidak berniat ingin mencuri sesuatu, namun


tindakan mencuri ini tidak dimengerti olehnya, dia hanya merasa barang
yang diambil itu menyenangkan, maka itu sebagai ayahbunda haruslah
peka.

Ada seorang mama membawa buah hatinya membeli buku di sebuah


toko buku, ketika keluar dari toko tersebut, si mama baru menyadari
bahwa anaknya mengambil kunci dari buku harian yang dijual. Mama
ini langsung kembali dan berkata pada nona penjaga toko: “Di manakah
saya harus meletakkan kunci kecil ini?” Nona ini berkata: “Tidak apa-
apa, hanya barang kecil, biarkan saja dia main!”

Si mama juga tidak bermawas diri, memberikan kunci ini pada


anaknya lalu pulang ke rumah. Kemudian setelah bersekolah di Taman
95
Kanak-Kanak, anaknya seringkali membawa pulang barang-barang kecil
yang ada di sekolah. Maka itu, yang terpenting dalam mendidik anak
adalah harus dimulai dari bermawas diri sejak awal, jika anak tidak
dididik sejak awal, kelak akan sulit untuk mendidiknya.

Seorang mama lainnya berkata, suatu kali dia membawa buah


hatinya ke pasar untuk membeli sayur. Ketika menoleh ke belakang,
tiba-tiba anaknya sudah memegang sebuah jambu biji, si mama sangat
bermawas diri, bergegas dia berbalik dan mencari toko yang menjual
jambu biji ini. Bos toko ini berkata: “Tidak apa-apa, buat dia, buat dia.”

Sikap peka orang dewasa masa kini terhadap makna dari pendidikan
moral tidaklah cukup, memang kelihatan berbaik hati namun
sesungguhnya sedang melakukan hal jahat. Mama ini segera
memberikan sejumlah uang kepada anaknya, berkata bahwa kamu pasti
harus membayar setiap mengambil barang apapun milik orang lain,
bahkan membiarkan anaknya menyerahkan sendiri uang tersebut.
Kesempatan mendidik anak ini harus digenggam erat.

Ayahbunda harus selalu mengamati air muka anak-anak, jika anak


berbuat hal buruk maka akan tercermin di wajahnya. Tetapi di masa kini
banyak anak yang berbohong tanpa berubah ekspresi wajahnya,
mengapa demikian? Ini adalah hasil berlatih mereka sejak kecil. Maka
itu, asalkan sejak awal anak-anak dapat dibimbing dengan benar, kita
pasti akan menyadari jika mereka berbuat salah.

Ada seorang anak yang baru saja masuk Sekolah Dasar, suatu hari
usai sekolah dia pulang dengan raut muka yang tidak seperti biasanya.
96
Begitu melihat wajah si anak yang aneh, mamanya segera memeriksa tas
sekolah anaknya, alhasil si mama menemukan ada 2-3 buah apel di
dalam tas. Dia pun segera memanggil anaknya dan bertanya: “Darimana
apel ini berasal?”

Si anak tahu sudah berbuat salah, maka itu dia sangat gugup! Dia
bilang bahwa saat bermain bersama teman-teman sekelasnya, mereka
mengambil buah ini dari lapak seorang penjual buah. Begitu
mendengarnya, si mama segera membawa anaknya, sambil
membungkuk memberi hormat, dia berkata pada penjual buah ini: “Maaf,
anak saya telah mengambil apel anda, saya minta maaf pada anda, tidak
mendidik anak saya dengan baik, berapa harganya, saya akan membayar
anda sekarang.”

Si anak berdiri di samping mamanya, yakinlah bahwa dengan sikap


mamanya yang sedemikian akan membangkitkan hati tahu malu pada
diri si anak, bahkan anak juga akan mengingat pelajaran ini di sepanjang
hidupnya.

97
100. Sebelum Menggunakan Barang Orang Lain,
Mintalah Izin Terlebih Dahulu

Ada seorang anak perempuan baru berusia enam tahun, hari itu
cuaca di sekolah agak dingin, gurunya mengambil sepasang sepatu katun
milik teman sekelas untuk dipakai olehnya, namun anak ini tidak mau
memakainya, dia bilang bahwa teman sekelasnya ini belum
menyetujuinya. “Sebelum menggunakan barang orang lain, mintalah izin
terlebih dahulu, jika tanpa izin, berarti mencuri”

Sesungguhnya, anak-anak adalah senjata ampuh untuk belajar


tentang kebenaran, mereka masih sangat lugu. Pendidikan etika ini juga
dapat dijadikan bahasa sehari-hari dalam keluarga, guna membangun
kesepakatan bersama. Bagaimanapun hubungan antar anggota
keluargalah yang paling dekat dan erat, namun hubungan yang semakin
akrab bukan berarti bersikap sopan sudah tidak diperlukan, jika tidak
maka dengan seiring berjalannya waktu, rasa kesal yang terakumulasi
akan meledak jadi amarah, sehingga mengakibatkan pertengkaran.

Ada sepasang kakak adik yang masih berusia kecil, suatu hari si
kakak pulang dari sekolah langsung memarahi adiknya, si adik begitu
sedih, sambil menangis pergi mencari mamanya. Mamanya yang sedang
berada di dapur, bertanya pada putrinya: “Kenapa menangis?” Si adik
berkata: “Kakak memarahiku.” Tentu saja begitu mendengarnya
mamanya tidak langsung pergi memarahi si kakak, namun harus
memahami kondisinya dengan teliti dan jelas.

98
Apakah ini penting? Banyak sekali orang tua merasa seorang abang
tidak boleh memarahi adik perempuannya dan tidak boleh memukuli
adik laki-lakinya, tetapi hal ini akan membuat hati si abang dan si kakak
tidak bisa menerimanya, orang tua seharusnya mencari tahu terlebih
dulu seluk-beluk permasalahan.

Maka itu, si mama bertanya lagi pada putrinya: “Mengapa kakak


memarahimu?” Putrinya bilang: “Saya sudah mengambil mainannya
kakak.” Mamanya pun berkata: “Sebelum menggunakan barang orang
lain...” Lanjut putrinya: “mintalah izin terlebih dahulu.” Mamanya
berkata lagi: “Jika tanpa izin...” Putrinya lanjut berkata: “berarti
mencuri.”

Alhasil, usai mengucap kalimat tersebut, putrinya menangis lebih


keras lagi, sambil menangis dia berkata: “Mama, saya tidak ingin
menjadi pencuri.” Melalui kesempatan ini, si mama menyampaikan
kebenaran ke dalam hati putrinya, sesungguhnya tiap bait kalimat ‘Di Zi
Gui’ merupakan norma keluarga yang sangat bagus.

99
Daftar Pustaka

小故事真智慧
~蔡礼旭老师讲述~
http://www.amtb.tw/baen/jiangtang.asp?web_choice=65&w
eb_rel_index=4586

Arsip :
http://keheninganbatin.blogspot.com/

100
101

Anda mungkin juga menyukai