Anda di halaman 1dari 10

MODUL AJAR

INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Penyusun Arum Widasari

Institusi SMK PEMUDA 1 KESAMBEN

Tahun Pelajaran 2022-2023

Jenjang Sekolah SMK

Mata Pelajaran PPKn

Kelas X

Fase E

Elemen Bhineka Tunggal Ika

Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong
dalam praktik hidup sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan
masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila
Alokasi Waktu

B. KOMPETENSI AWAL
1. Siswa dapat mengetahui kegiatan gotong rotong dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun masyarakat
berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
2. Siswa dapat menyebutkan contoh kegiatan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan
nilai-nilai Pancasila
3. Siswa dapat memahami nilai-nilai Pancasila dalam membangun masyarakat Indonesia

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


Mandiri Melakukan proses brainstorming pada kegiatan awal pembelajaran.

Kreatif Membuat teks procedure sederhana dengan menggunakan kalimat


sendiri.
Berfikir Kritis Mengembangkan dan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari.
D. SARANA DAN PRASARANA
Media Lembar kerja peserta didik, laptop, handphone, LCD proyektor.
Sumber Belajar Lembar kerja peserta didik, laman e-learning, e-book, buku
Bacaan, Youtube dsb.
E. TARGET PESERTA DIDIK
1. Peserta didik regular
2. Peserta didik dengan hambatan belajar

3. Peserta didik cerdas istimewa berbakat


F. MODEL PEMBELAJARAN
Project Based Learning dan Games (Tergantung Materi)

KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk
membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
B. ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat menguraikan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat
2. Peserta didik dapat menguraikan gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat
3. Peserta didik mampu menyebutkan bentuk-bentuk kerja sama dan gotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat berdasarkan nilai-nilai Pancasila
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Mampu memaparkan dan mempraktikkan berbagai kegiatan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari
untuk membangun masyarakat berdasarkan nilai-nilai Pancasila

C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apasajakah kegiatan gotong royong yang dapat dilakukan guna membangun masyarakat Indonesia
berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

D. PERSIAPAN PEMBELAJARAN
• Guru menyusun LKPD
• Guru menyusun instrument assesmen yang digunakan
• Guru melakukan tes diagnostik

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Pendahuluan

Inti

Penutup
PERTEMUAN KE-2
Pendahuluan

Inti

Penutup

F. ASESMEN
Asesmen Awal Pembelajaran
( Asesmen Diagnostik)
Asesmen Formatif
Asesmen Sumatif
G. PENGAYAAN DAN REMEDIAL
• Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang menguasai materi ini dengan sangat baik, yaitu
dengan cara memberikan ragam soal yang tingkatannya lebih tinggi.
• Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi dengan baik, yaitu
dengan cara memberikan pengulangan materi dasar serta materi spesifik yang kurang dikuasai
oleh peserta didik . (Materi pengayaan dan remedial terlampir)

H. REFLEKSI PESERTA DIDIK DAN GURU


• Apakah model pembelajan yang saya gunakan sesuai dengan materi dan karakteristik peserta
didik?
• Apakah semua peserta didik nyaman belajar dalam kelompoknya?
• Pada bagian mana dari materi ini peserta didik mudah memahami?
• Bagaimana kesesuaian durasi waktu dan tujuan belajar yang ingin dicapai pada pembelajaran ini?

LAMPIRAN
A. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Terlampir
B. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
• Lembar Kerja Peserta Didik
• E-Book, Buku Mata Pelajaran, Modul
• https://www.youtube.com (gunakan link yang sesuai dengan Materi)
• https://www.masbabal.com/

C. GLOSARIUM
Gunakan Istilah penting sesuai Materi
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar Pustaka 1
2. Daftar Pustaka 2
3. Daftar Pustaka 3

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


(LKPD)
KERJA SAMA ATAU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
BERDASARKAN NILAI-NILAI PANCASILA

1. Hakikat Kerja Sama dalam Kehidupan Bermasyarakat


a Pengertian Kerja Sama
Dalam KBBI, kerja sama berarti kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang
(lembaga, pemerintah, dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.
b Pentingnya kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat
1) Kerja sama akan membuat pekerjaan terasa lebih ringan.
2) Kerja sama dapat membuat pekerjaan cepat terselesaikan.
3) Kerja sama dapat membuat tujuan dapat tercapai dengan efektif.
4) Kerja sama dapat menyadarkan masyarakat untuk mendahulukan kepentingan umum.
5) Kerja sama dapat memupuk tanggung jawab social.
6) Kerja sama dapat meningkatkan rasa setia kawan.
7) Kerja sama dapat memupuk rasa kebersamaan.
8) Kerja sama dapat mempererat tali persaudaraan.
9) Kerja sama dapat menciptakan kerukunan.
10) Kerja sama dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.
2. Hakikat Gotong Royong dalam Kehidupan Bermasyarakat
a Pengertian gotong royong
Indonesia memiliki bentuk kerja sama yang khas, yaitu gotong royong. Gotong royong
berasal dari kata gotong yang astinya ‘pikul’ atau ‘angkat’ dan kata royong yang berarti
‘bersama-sama’. Dengan demikian, gotong royong bermakna bekerja atau menyelesaikan
tugas secara bersama-sama untuk mencapai hasil yang diingingkan. Dalam konsep gotong
royong, pekerjaan dilakukan secara sukarela atau tanpa pamrih oleh seluruh warga sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.
Gotong royong dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gotong royong dalam arti tolong-
menolong dan gotong royong dalam arti kerja bakti. Dalam praktiknya, gotong royong
dalam arti tolong menolong terjadi dalam pertanian, kegiatan rumah tangga, pesta, perayaan,
dan bencana atau kematian biasanya untuk kepentingan perseorangan atau kelompok.
Adapun gotong royong dalam arti kerja bakti umumnya dilakukan untuk berbagai kegiatan
yang bersifat umum biasanya untuk kepentingan bersama, misalnya membersihkan saluran
air atau tempat ibadah.
b Factor pendorong dan penghambat gotong royong
Adapun beberapa factor pendorong dan penghambat gotong royong sebagai berikut :
1. Factor pendorong gotong royong :
1) Agar dapat bertahan hidup, manusia perlu menjaga hubungan baik dengan
sesamanya.
2) Dalam diri manusia, ada kesadaran untuk saling membantu dan mengutamakan
kepentingan bersama.
3) Manusia memiliki kecenderungan berkelompok.
4) Manusia memiliki kecenderungan untuk mencapai kesejahteraan.
2. Factor penghambat gotong royong :
1) Rasa individualism manusia yang kuat.
2) Adanya perbedaan pendapat.
3) Lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan umum.
4) Rasa percaya diri yang kurang.
3. Bentuk Kerja Sama dan Gotong Royong dalam Kehidupan Bermasyarakat Berdasarkan Nilai-
nilai Pancasila
a Bentuk-bentuk kerja sama dalam masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai pancasila
1) Kerja sama dalam kehidupan social-politik
Dalam kehidupan social-politik, kerja sama dapat dilihat dalam musyawarah. Di
dalam musyawarah, kerja sama yang terjadi berupa kerja sama untuk mencapai
kesepakatan. Bagi bangsa Indonesia, musyawarah sangat dijunjung tinggi. Hal ini
terlihat dalam sila keempat Pancasila yang berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
Penjelasan makna sila tersebut, antara lain sebagai berikut :
a) Kerakyatan mengandung arti bahwakekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Dengan ini, rakyat berdaulat. Hal ini terwujud dalam system demokrasi.
Kerakyatan timbul karena adanya kesadaran bahwa manusia mempunyai harkat
dan martabat yang sama sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Itulah
sebabnya manusia menghendaki adanya perlakuan yang sama sesuai dengan
kedudukannya.
b) Hikmat dapat diartikan sebagai suatu kebenaran yang mengandung manfaat bagi
kepentingan umum. Kebijaksanaan adalah dorongan kehendak yang tertuju pada
kebaikan yang rasional dan manusiawi. Kebaikan itu yang dijiwai oleh sikap
yang adil dan beradab sesuai ajaran agama, atau kerakyatan yang dijiwai oleh
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan nilai-nilai kemanusiaan serta nilai-nilai
persatuan.
c) Permusyawaratan mengacu pada suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
untuk merumuskan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat
hingga tercapai keputusan berdasarkan kebulatan pendapat/mufakat.
d) Perwakilan mengacu pada suatu tata cara (prosedur) yang memastikan rakyat
turut serta mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, salah satunya
diwujudkan melalui badan-badan perwakilan.

Kerja sama dalam kehidupan social-politik, antara lain dapat kita wujudkan
dengan melaksanakan hal-hal berikut :
a) Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah ketika mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semngat kekeluargaan.
e) Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan itikad
baik dan rasa tanggung jawab.
f) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
2) Kerja sama dalam kehidupan ekonomi
Kerja sama tidak hanya harus diterapkan dalan kehidupan social-politik. Kerja
sama juga harus diterapkan dalam kehidupan ekonomi. Kerja sama dalam bidang
ekonomi merupakan salah satu bentuk pengamalan sila kelima Pancasila yang
berbunyi : “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Salah satu bentuk
pengamalan sila kelima ini adalah pengembangan perbuatan-perbuatan yang luhur
serta mewujudkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Kerja sama dalam bidang ekonomi sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 Ayat 1
yang berbunyi : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan”. Usaha bersama mengacu pada wujud paham mutualisme, yakni
suatu kehendak untuk senantiasa mengutamakan semngat bekerja sama dalam
kegotong royongan. Asas kekeluargaan menunjukkan adanya tanggung jawab
bersama untuk menjamin kepentingan bersama, kemajuan bersama dan
kemakmuran bersama, yang mengutamakan kerukunan dan solidaritas.
Wujud usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dalam membangun
perekonomian Indonesia yang sesuai Pasal 33 UUD 1945 adalah koperasi.
Mohammad Hatta mengatakan, “Koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat
tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan
berdasarkan (seorang buat semua dan semua buat seorang)”. Menurut UU RI
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, koperasi, baik sebagai gerakan
ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha, berperan serta untuk mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Kemakmuran seluruh rakyat Indonesia yang merata dan berkeadilan merupakan
tujuan pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
mencapai tujuan ini, perlu pendanaan besar yang bersumber utama dari penerimaan
pajak.
Menurut UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Terkait hal ini, Pasal 23A UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “pajak dan pungutan lain bersifat
memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang.”
Perpajakan adalah wujud partisipasi dan kontribusi riil rakyat kepada Negara.
Kerelaan rakyat membayar pajak merupakan upaya nyata keterlibatan rakyat dalam
pembangunan. Pembangunan yang dibiayai oleh pajak pada hakikatnya
diperuntukkan bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Perpajakan dapat
dianggap sebagai kerja sama membangun bangsa dan Negara. Keikutsertaan rakyat
dalam mendukung kebijkam pemerintah yang berorientasi pada kepentingan rakyat
ini menjadi wujud nilai kerakyatan.
Kerja sama dalam kehidupan ekonomi antara lain dapat kita wujudkan dengan
melaksanakan hal-hal berikut :
a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
b) Bersikap adil.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d) Menghormati hak-hak orang lain.
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g) Tidak bersifat boros.
h) Tidak bergaya hidup mewah.
i) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j) Suka bekerja keras.
k) Menghargai hasil karya orang lain.
l) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
social.
3) Kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara
Kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara merupakan salah
satu bentuk pengamalan sila ketiga yang berbunyi : “Persatuan Indonesia.” Salah
satu bentuk pengamalan sila ini adalah mampu menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Menurut UU RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara, pertahanan
Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan Negara, keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
System pertahanan Negara adalah system pertahanan yang bersifat semesta
yang melibatkan seluruh warga Negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya,
serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total,
terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan Negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Keikutsertaan seluruh warga Negara dalam bidang pertahanan dan keamanan
diatur dalam Pasal 30 UUD 1945 sebagai berikut :
 Ayat 1 : “Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara.”
 Ayat 2 : “Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung.”
 Ayat 3 : “Tentara Nasional Indonesia terdiri atas angkatan darat, angkatan laut,
dan angkatan udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.”
 Ayat 4 : “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hokum.”
 Ayat 5 : “Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan dan kewenangan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan
tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang.”
keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan dapat
diwujudkan dalam upaya bela Negara. Pasal 27 UUD 1945 Ayat (3) menyatakan,
“Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.”
Sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara, upaya bela Negara
adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan Negara. Upaya bela Negara, selain sebagai kewajiban dasar
manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga Negara yang dilaksanakan
dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada Negara dan bangsa.
Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela Negara, sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 9 Ayat (2) UU RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
diselenggarakan melalui hal-hal berikut :
a) Pendidikan kewarganegaraan.
b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib.
c) Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secra sukarela atau
secara wajib.
d) Pengabdian sesuai dengan profesi.
Dari uraian di atas, tampak bahwa dalam bidang pertahanan dan keamanan
Negara, kerja sama antar warag Negara merupakan hal penting. Tentu saja dalam
kerja sama ini, kita harus dapat memperlihatkan nilai-nilai, seperti cinta pada tanah
air, memiliki kesadaranberbangsa dan bernegara, yakin pada pancasila sebagai
ideology Negara, dan rela berkorban untuk bangsa dan Negara, serta memiliki
kesiapan psikis dan fisik untuk bela Negara.
4) Kerja sama antar umat beragama
Bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk. Kemajemukan itu
tidak hanya dapat dilihat dari banyaknya etnis, suku, bahasa, budaya, dan adat
istiadat. Kemajemukan ini dapat dilihat dari keberagaman agama. Kemajemukan ini
dapat terjadi karena Negara menjamin hak kebebasan penduduk untuk memeluk
agama dan beribadah menurut agama yang dianutnya. Hal ini dapat dilihat dalam
Pasal 28E Ayat (1) dan (2) serta Pasal 29 Ayat (2) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pasal 28E Ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan, “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya,….” Pasal 28E Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.”Sementara itu, Pasal 29 Ayat
(2) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan b ahwa Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Kebebasan beragama dan berkeyakinan
adalah salah satu hak asasi yang paling mendasar yang dimiliki oleh setiap manusia
tanpa terkecuali.
Kerja sama antar umat beragama ini merupakan salah satu bentuk pengamalan
sila kesatu yang berbunyi : “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Salah satu bentuk
pengamalan sila ini adalah mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja
sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa serta membina kerukunan hidup antara sesama umat
beragama.
Kemajemukan hendaknya dilihat sebagai sesuatu yang dapat memperkaya
persatuan. Hal ini dapat terjadi jika kita menjunjung tinggi kerukunan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerukunan berarti baik dan damai; tidak bertengkar
(tentang pertalian persahabatan dan sebagainya); bersatu hati dan bersepakat.
Kerukunan sering diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang
mencerminkan suasan damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat-menghormati, saling
menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan
kepribadian Pancasila. Sementara itu, Pasal 1 Angka (1) Peraturan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama,
dan Pendirian Rumah Ibadat menyatakan bahwa kerukunan umat beragama adalah
keadaan hubungan sesame umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya, serta kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Tampak bahwa kerukunan penting dalam kerja sama antar umat beragama,
antara lain dapat dilakukan dengan menanggulangi masalah kelaparan, kebodohan,
keterbelakangan, dan kemiskinan di dalam masyarakat.
b Bentuk-bentuk gotong royong dalam masyarakat Indonesia
Gotong royong menjadi cara hidup rakyat Indonesia sejak sebelum kemerdekaan. Inilah
bentuk kerja sama khas Indonesia. Kemudian, dalam perkembangannya, cara hidup ini
dijadikan cara hidup bernegara. Adapun berbagai bentuk gotong royong yang ada dalam
masyarakat Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1) Gotong royong berburu dan mengumpulkan makanan
Bentuk gotong royong ini terjadi ribuan tahun yang lalu ketika masa berburu
hewan liar. Sebelum berburu, masyarakat melakukan musyawarah, menyepakati
rencana kerja, dan mempersiapkan alat. Kemudian, mereka berburu bersama dan
membagi hasil buruannya sama rata. Tradisi dan kebiasaan ini masih berlanjut dan
lestari hingga saat ini. Contohnya, melambu pada masyarakat Tolaki (Sulawesi
Tenggara) dan Monyilo pada masyarakat suku Pamona di Sulawesi Tengah.
Melambu adalah kegiatan gotong royong berburu binatang liar, sedangkan monyilo
adalah kegiatan gotong royong untuk menangkap ikan di laut.
2) Gotong royong bercocok tanam
Ketika kehidupan bermasyarakat mulai berkembang, untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia tidak hanya mengandalkan kegiatan berburu, tetapi
juga bercocok tanam. Gotong royong dalam bercocok tanam meringankan
pekerjaan yang berat jika dilakukan sendiri. Contoh dari gotong royong bercocok
tanam adalah bercocok tanam padi di Jawa Tengah, atau peladang berpindah pada
suku Tolaki dan sintuwu nosiolopale (kegiatan gotong royong dalam kekeluargaan
di bidang pertanian) di Sulawesi Tengah. Bercocok tanam padi di Jawa Tengah
dilakukan oleh para petani yang sawahnya berdekatan. Mereka mencangkul,
membajak, dan melakukan berbagai pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan
pertanian. Peladang berpindah masyarakat suku Tolaki adalah kegiatan membuka
lading secara berkelompok. Setelah lading tidak subur lagi, mereka berpindah
membuka lading baru. Sintuwu nosiolopale adalah kegiatan gotong royong dalam
kekeluargaan di bidang pertanian.
3) Gotong royong membangun rumah
Dalam perkembangan peradapan manusia, rumah menjadi sebuah kebutuhan
yang penting. Gotong royong pun menjadi cara yang tepat dalam pembangunan
rumah. Contohnya, batagak kudo-kudo, tradisi gotong royong membangun rumah di
Sumatra Barat, barifola, tradisi membangun rumah di Tidore, dan sambatan, tradisi
gotong royong membangun rumah di Jawa. Ada pula tradisi marakka’ bola, tradisi
gotong royong memindahkan rumah di Sulawesi Selatan.
Adapun gotong royong juga dapat dilakukan di berbagai lingkungan, seperti
lingkungan sekolah, masyarakat, dan Negara. Sekolah adalah lembaga pendidikan
yang membentuk pengetahuan dan karakter siswa. Oleh karena itu, siswa dapat
dilatih untuk melakukan gotong royong. Misalnya, siswa dapat bekerja sama dan
berkontribusi untuk mewujudkan misi dan visi sekolah, mengikuti proses belajar
mengajar dengan baik, dan terlatih menyumbang ide dan gagasan untuk kemajuan
sekolah. Dalam lingkungan masyarakat, gotong royong dapat dilakukan, misalnya
untuk membersihkan lingkungan, bakti social, dan dalam kegiatan bazar. Adapun
dalam hidup berbangsa dan bernegara, gotong royong dapat dilakukan, misalnya
dengan membayar pajak tepat waktu, aktif dan mendukung berbagai program
pemerintah, serta dapat menyumbang ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai