Anda di halaman 1dari 12

Nama : Suci Maharani

NPM : 1813053101
Prodi/Kelas : PGSD/ 4 C
Mata Kuliah : Pendidikan Budi Pekerti
Dosen Pengampu : 1. Ujang Efendi, M.Pd
2. Dra. Loliyana, M.Pd

1. Pendidikan Budi Pekerti tidak bisa diabaikan apabila kita ingin


menjadikan generasi penerus yang bermartabat, karena itu nilai-nilai budi
pekerti harus di tanamkan sedini mungkin. Berikanlah contohnya dari
masing-masing 4 strategi yang sudah di pelajari sebelumnya (jawaban
minimal 150 kata dari masing-masing contoh)?

Jawab :

Untuk menanamkan nilai budi pekerti (10 nilai) atau mengimplementasikan nilai-
nilai budi pekerti secara khusus dapat dilakukan melalui 4 strategi yaitu:

1) Dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan budi pekerti yang


telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata
pelajaran agama, kewarganegaraan, dan bahasa (baik bahasa Indonesia maupun
bahasa daerah).

Pendidikan budi pekerti ditempatkan secara strategis pada kurikulum pendidikan


di Indonesia dalam tiga hal, yakni berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, digabung
dengan mata pelajaran yang relevan, dan terintegrasi ke dalam mata pelajaran lain.
Hal ini menandakan bahwa aspirasi seluruh rakyat Indonesia menghendaki agar
budi pekerti luhur dibudayakan dalam semua aktivitas pembelajaran di sekolah.
Untuk itu, domain pendidikan budi pekerti guna mengisi jiwa peserta didik
dengan moral dan akhlak agar bertingkah laku yang baik. Contohnya:

a) Materi yang berkaitan dengan akhlaqul karimah (akhlak mulia) berkaitan pula
dengan materi budi pekerti luhur.
b) Materi yang berkaitan dengan rasa syukur atas hikmat didalam pelajaran agama
dapat dikaitkan dengan materi pandai bersyukur dalam materi budi pekerti

Materi PKn yang mengandung materi budi pekerti harus dikaitkan antara
keduanya. Semua pokok bahasan PKn mengandung materi budi pekerti, hanya
saja dalam penyampaiannya guru PKn harus dengan cermat dalam menyampaikan
materi kepada para siswa.

Dalam penerapan pendidikan budi pekerti, sekolah sebaiknya didorong membuat


terobosan mekanisme baru sebagai wahana internalisasi nilai terhadap peserta
didik agar menjadi lebih menarik.

2) Dengan mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan sehari-


hari di sekolah.

Strategi ini dapat dilakukan melalui beberapa langkah atau contoh dalam
kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut :

a. Keteladanan

Dalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf administrasi, bahkan juga
pengawas harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi peserta didik di
sekolah. Contohnya yaitu jika guru ingin mengajarkan kesabaran kepada peserta
didik, maka terlebih dahulu guru harus mampu menjadi sosok yang sabar
dihadapan peserta didik tersebut. Begitu juga ketika guru hendak mengajarkan
tentang pentingnya kedisiplinan kepada peserta didik, maka guru tersebut harus
mampu memberikan teladan terlebih dahulu sebagai guru yang disiplin dalam
menjalankan tugas pekerjaannya.

b. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu
juga. Dalam setiap peristiwa yang spontan tersebut, guru dapat menanamkan nilai-
nilai moral atau budi pekerti yang baik kepada peserta didik, misalnya saat guru
melihat dua orang peserta didik yang bertengkar/berkelahi di kelas karena
memperebutkan sesuatu, guru dapat memasukkan nilai-nilai tentang pentingnya
sikap maaf-memaafkan, saling menghormati, dan sikap saling menyayangi dalam
konteks ajaran agama dan juga budaya.

c. Teguran

Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat
membantu mengubah tingkah laku mereka.

d. Pengkondisian lingkungan

Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui penyediaan sarana fisik


yang dapat menunjang tercapainya pendidikan budi pekerti. Contohnya ialah
dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai budi
pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, dan aturan/tata tertib sekolah yang
ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga mudah dibaca oleh setiap
peserta didik.

e. Kegiatan rutin

Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah salam ketika akan
masuk ke sekolah, berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri,
berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan
orang lain, dan membersihkan ruang kelas tempat belajar.

3) Dengan mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan yang


diprogramkan atau direncanakan.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang jika akan dilaksanakan terlebih dahulu
dibuat perencanaannya atau diprogramkan oleh guru. Berikut contoh kegiatan
yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan perilau minimal dalam program
kegiatan yang direncanakan oleh sekolah yaitu :

a. Taat kepada ajaran agama

Diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan.


b. Toleransi

Diintegrasikan pada saat kegiatan yang menggunakan metode Tanya jawab,


diskusi kelompok.

c. Disiplin

Diintegrasikan pada saat kegiatan olahraga, upacara bendera, dan menyelesaikan


tugas yang diberikan guru.

d. Tanggung jawab

Diintegrasikan pada saaat tugas piket kebersihan kelas dan dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan doleg guru.

e. Kasih sayang

Diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan social dan kegiatan melestarikan


linggkungan.

f. Gotong royong

Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita atau berdiskusi tentang gotong royong,
menyelesaikan tugas-tugas keterampilan.

g. Kesetiakawanan

Diintegrasikan pada saat kegiatan bercerita/ berdiskusi, misalnya mengenai


kegiatan koperasi, pemberian sumbangan.

h. Hormat-menghormati

Diintegrasikan pada saat menyanyikan lagu-lagu tentang hormat-menghormati,


saat kegiatan bermain drama, dan sebagainya.

i. Sopan santun

Diintegrasikan pada kegiatan bermain drama dan berlatih membuat surat.

j. Jujur
Diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, menghitung, bermain dan
bertanding.

4) Dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang


tua peserta didik.

Agar proses pendidikan budi pekerti di sekolah dapat berjalan secara optimal dan
efektif, pihak sekolah perlu membangun komunikasi dan kerjasama dengan orang
tua murid berkenaan dengan berbagai kegiatan dan program pendidikan budi
pekerti yang telah dirumuskan atau direncanakan oleh sekolah. Tujuannya ialah
agar terjadi singkronisasi nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang di ajarkan di
sekolah dengan apa yang ajarkan orang tua di rumah.

Selain itu, agar pendidikan budi pekerti di sekolah dan di rumah dapat berjalan
searah, sebaiknya bila memungkinkan orang tua murid hendaknya juga dilibatkan
dalam proses identifikasi kebutuhan program pendidikan budi pekerti di sekolah.

Beberapa langkah kerjasama orangtua dan guru yang bisa dilakukan untuk
mendukung kegiatan pembelajaran karakter dalam menanamkan nilai-nilai Budi
pekerti yaitu antara lain :

a. Melakukan pertemuan di awal tahun ajaran atau bahkan sebelum tahun ajaran
berlangsung. Dalam pertemuan tersebut, tanamkan kesadaran pentingnya peran
orangtua dalam penumbuhan karakter anak.

b. Ingatkan orangtua, bahwa karakter anak terbentuk melalui apa yang dilihat,
didengar dan dilakukan secara berulang-ulang oleh anak setiap harinya.

c. Untuk memperkuat pemahaman orangtua, guru bisa memaparkan beberapa


penelitian tentang pengaruh kuat orangtua dalam penumbuhan karakter anak.

d. Selain dalam pertemuan itu, bisa juga digelar seminar atau lokakarya tentang
pengasuhan anak atau parenting.

2. Model, Pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik seperti apa yang
paling tepat dalam menerapkan pendidikan Budi Pekerti pada peserta didik
di SD kelas rendah?
Jawab :

a. Pendekatan Klarifikasi Nilai di SD Kelas Rendah

Pendekatan ini mengutamakan pembelajaran dengan melalui pendekatan proses


yaitu mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai
milik mereka dan bertanggungjawab melalui tahapan mengenal pilihan, menilai
pilihan, menentukan pendirian, menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Cara yang digunakan pada pendekatan ini antara lain keteladanan, penguatan
positif dan negatif, simulasi dan bermain peran.

Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga yaitu peserta didik untuk
menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang
lain; membantu peserta didik agar mereka mampu berkomunikasi secara terbuka
dan jujur kepada orang lain tentang nilai-nilainya sendiri; dan membantu peserta
didik dalam menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosional dalam
menilai perasaan, nilai dan tingkah laku mereka sendiri. Cara yang dapat
dimanfaatkan dalam pendekatan ini, antara lain bermain peran, simulasi, analisis
mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang mengembangkan sensitivitas,
kegiatan di luar kelas dan diskusi kelompok.

Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh
seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh
seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri,
tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya.
Oleh karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal
yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan
keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Sejalan dengan pandangan
tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Elias (1989), bahwa guru bukan sebagai
pengajar nilai, melainkan sebagai role model dan pendorong. Peranan guru adalah
mendorong siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk
mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai.

b. Strategi Pelaksanaan Budi Pekerti di SD Kelas Rendah


Strategi yang dapat dilakukan guru harus disesuaikan dengan mata pelajaran atau
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika guru ingin mengajarkan tentang
berperilaku baik guru dapat mengajarkan dengan melalui contoh perilaku baik
terlebih dahulu baru kemudian menjelaskan materi secara umum (induktif).
Namun di SD kelas rendah, guru juga dapat melakukan strategi deduktif yaitu
menjelaskan terlebih dahulu apa itu perilaku baik baru kemudian memberikan
contoh tentang perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.

1) Upaya Pembinaan

Untuk menjadikan seorang siswa yang memiliki budi pekerti luhur atau berakhlak
mulia diperlukan pembinaan terus-menerus dan berkesinambungan disekolah.
Untuk mewujudkan budi pekerti luhur pada diri siswa tidak mudah karena
menyangkut kebiasaan hidup. Pembinaan akan berhasil dengan kerja keras dan
penuh kesabaran dari para guru, selain itu harus didukung oleh peran serta orang
tua siswa dan juga masyarakat. Dalam pembinaan atau penanaman budi pekerti
pada siswa disekolah perlu upaya keras dari semua guru secara konsisten dan
berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat, seperti berikut ini:

 Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung


terwujudnya budi pekerti yang baik pada diri siswa. Situasi yang kondusif
tersebut dapat terwujud dalam pendekatan,

a) Dialogis, antara guru dengan siswa, ataupun antara guru dengan orang tua.
Dialog dapat dilakukan secara pribadi, kelompok, atau dengan seluruh siswa
dalam suatu kegiatan.

b) Komunikatif, apa saja yang ingin kita laksanakan, ataupun jika ada hal-hal
penting yang perlu disampaikan, maka sampaikanlah kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.

c) Keterbukaan, dialog ataupun komunikasi yang dilakukan harus terbuka, para


siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pendapatnya.
Situasi kondusif dapat tercermin dengan adanya suasana yang damai, sejuk, penuh
kekeluargaan, dan kebersamaan. Situasi kondusif ini akan tercipta apabila situasi
sekolah tertib, aman, dan teratur.

 Mengoptimalkan pendidikan budi pekerti pada mata pelajaran agama dan


PKn. Guru agama diharapkan mampu memilih materi yang mengandung
keterkaitan dengan budi pekerti.

2) Sifat Pembinaan

Sifat-sifat yang mengandung budi pekerti luhur antara lain sebagai berikut:

 Bekerja keras Sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif ,
tidak suka berpangku tangan, giat bekerja, sungguh-sungguh, bekerja
keras, tekun dan pantang menyerah.
 Berdisiplin Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan suatu dengan
tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta di kerjakan
dengan:

a) Penuh kesadaran

b) Ketekunan

c) Tanpa paksaan siapapun atau ikhlas

 Beriman Dengan meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan


perintahnya dan menjauhi larangannya.

3. Metode, Taktik dan Teknik Penerapan Budi Pekerti di SD Kelas Rendah

Metode yang dilakukan guru yaitu metode ceramah, karena peserta didik kelas
rendah masih perlu pemahaman secara dasar melalui guru. Namun guru juga
dapat menggabungkan beberapa metode dalam pelaksanaan pembelajaran,
misalnya menggabungkan metode ceramah dengan metode bermain peran dan
tanya jawab. Hal ini dikarenakan peserta didik di SD Kelas Rendah sifat
belajarnya masih bersifat konkret yaitu belajar masih melalui contoh dalam
kehidupan sehari-hari sehingga guru harus menyesuaikan cara belajarnya dengan
memperhatikan keadaan nyata dilingkungan masyarakat agar peserta didik dapat
memahami materi pelajaran dengan baik.

Sedangkan untuk taktik dan teknik dalam menerapkan pendidikan Budi pekerti di
SD Kelas rendah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut :

1) Cara Mempertahankan Sikap Yang Baik

Ada beberapa cara untuk mempertahankan sikap/perilaku peserta didik yang


sudah baik, adalah sebagai berikut:

 Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, membina hubungan


baik antara guru maupun peserta didik secara terbuka agar peserta didik
tidak merasa takut.
 Memberikan hadiah atau penghargaan, yaitusebagai berikut:

a) Memberikan pujian seperti “ pekerjaanmu hari ini sangat bagus”

b) Pujian dalam bentuk mimik atau gerakan anggota badan seperti, anggukan
kepala, acungkan jempol, senyuman dll.

c) Memberikan benda sederhana seprti, permen, pensil dll.

2) Cara Mencegah Perbuatan, Sikap, atau Perilaku yang Tidak Baik

Beberapa cara yang dilakukan oleh guru untuk mencagah perbuatan peserta didik
yang tidak baik, antara lain sebagai berikut:

 Memberikan perhatian atau pelayanan yang adil sesuai kebutuhan kepada


setiap peserta didik agar tidak timbul rasa bersalah.
 Menanamkan kebiasaan mengakui kesalahan sendiri dan mau meminta
maaf serta tidak mengulangi lagi.
 Memberika snksi kepada anak yang melanggar peraturan sekolah.
 Memberiksa pengertisn mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui cerita-
cerita.
 Menghindari penggunaan respon negatif.
3. Bagaimana menanamkan konsep utama pendidkan budi pekerti melalui
pendekaran Etika (fisafat moral), pendekatan Psikologi dan pendekatan
Pendidikan?

Jawab :

Dapat diuraikan konsep utama budi pekerti sehingga dapat dikemukakan batasan
pengertian masing-masing dilihat dari 3 (tiga) pendekatan utama, yaitu sebagai
berikut:

a. Pendekatan etika (filsafat moral)

Budi pekerti adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopat dan
menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya.
Sedangkan watak itu merupakan keseluruhan dorongan, sikap, keputusan,
kebiasaan, dan nilai moral seseorang yang baik, yang dicakup dalam satu istilah
sebagai kebajikan.

Untuk menanamkan konsep Budi pekerti dapat dilakukan dengan memberikan


contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari yaitu dimulai dengan
menghormati dan menghargai antar sesama sehingga akan terbentuk manusia
yang saling menyayangi antar sesama. Dapat juga dilakukan melalui pembiasaan
atau penerapan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari sehingga seseorang akan
terbiasa untuk terus berbuat baik dalam sehari-harinya.

b. Pendekatan psikologi

Budi pekerti mengandung watak moral yang baku dan melibatkan keputusan
berdasarkan nilai-nilai hidup. Watak seseorang dapat dilihat pada perilakunya
yang diatur oleh usaha dan kehendak berdasarkan hati nurani sebagai pengendali
bagi penyesuaian diri dalam hidup bermasyarakat (huriock, 1978).

Cara yang dapat dilakukan yaitu pahami terlebih dahulu perasaan anak, sebagai
orangtua ataupun guru kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana sikap dan
sifat sang anak. Pahami terlebih dahulu bagaimana watak sang anak sehingga saat
kita sedang mengajarkan perilaku Budi pekerti kita dapat melakukannya dengan
cara yang sesuai dengan mood sang anak, maka tujuan pembelajaran pun akan
tercapai lebih optimal.

c. Pendekatan pendidikan

Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang


bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-
nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui
kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama.

Langkah-langkah dalam pembentukan karakter atau budi pekerti yaitu


memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan pembelajaran dengan cara :

 Menanamkan nilai kebaikan pada anak (knowing the good)


 Menanamkan konsep diri pada anak setiap akan memasuki materi
pelajaran. Baik itu dalam bentuk janji tentang karakter, maupun
pemahaman makna pada karakter yang akan disampaikan.
 Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginan
untuk berbuat baik (desiring the good)
 Memberikan beberapa contoh kepada anak mengenai karakter yang sedang
dibangun. Misalnya melalui cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah
dipahami siswa.
 Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving the good)
Agar anak mengembangkan karakter yang baik, maka ada penghargaan
bagi anak yang membiasakan melakukan kebaikan. Begitu pula anak yang
melakukan pelanggaran, supaya diberi hukuman yang mendidik.
 Melakukan perbuatan baik (acting the good)
Karakter yang sudah mulai dibangun melalui konsep diaplikasikan dalam
proses pembelajaran selama di sekolah. Selain itu, juga memantau
perkembangan anak dalam praktik pembangunan karakter di rumah.
Dalam hal, ini guru sebagai model. Guru akan banyak dilihat siswa. Apa
yang dilakukan oleh guru, dianggap benar oleh siswa. Untuk itulah guru
harus memberikan contoh yang positif.
 Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala
tingkah laku masyarakat di sekolah
 Pemantauan secara continue
Pemantauan secara continue merupakan wujud dari pelaksanaan
pembangunan karakter atau budi pekerti. Dalam pemantauan ini ada data
yang dimiliki guru. Anak yang sudah melakukan pembiasaan berbuat baik,
masuk dalam penilaian afektif. Bagi anak yang belum bisa melakukan
pembiasaan berbuat baik atau masih sering melakukan aktivitas di luar
aturan, perlu langkah persuasif agar bisa melakukan pembiasaan yang
positif. Penanaman moral ini dilakukan dengan cara pendampingan guru.
Selain sebagai model perilaku sehari-hari dalam bentuk perilaku yang bisa
diteladani, guru juga melakukan pemantauan secara berkelanjutan
terhadap perkembangan moral anak. Guru juga bisa membangun
komunikasi yang efektif dengan orangtua tentang perilaku anak di rumah.
Semua itu untuk menyiapkan anak-anak dalam rangka mengokohkan
konsep moral pada diri mereka.

Anda mungkin juga menyukai