Dosen:
Disusun oleh:
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sumber ajaran islam utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk kemudian disampaikan kepada
umatnya bahkan kepada seluruh manusia sebagai pedoman hidup. Al-Qur’an
menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengagumkan
bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an
sebagai Kalamullah. Al-Qur’an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa arab dan membaca nya adalah ibadah.
Tugas utama dari seorang Rasul adalah menjelaskan ayat-ayat yang diturunkan Allah
dalam kitab suci-Nya. Berdasarkan hal ini tidak diragukan lagi bahwa sunnah nabi
berperan besar dalam memberikan pemahaman terhadap Al-Qur’an. Barangsiapa
yang hendak menggali samudera ilmu Al-Qur’an, maka ia harus mengkaji dan
mempelajari as-sunnah sehingga ia mampu menyingkap makna rahasia ayat secara
benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Al-Qur’an?
2. Apa saja nama-nama Al-Qur’an?
3. Apa keutamaan Al-Qur’an?
4. Apakah kandungan Al-Qur’an?
5. Apakah fungsi Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Para ulama dalam bidang ilmu Al-Qur’an telah mendefinisikan Al-Qur’an menurut
pemahaman mereka masing-masing, baik secara etimologi maupun terminologi.
Secara etimologi para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisan Al-Qur’an.
Berikut adalah beberapa pendapat tersebut.
1. Menurut Al-Lihyany
Kata Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja qoro’a yang artinya membaca,
dengan perubahan bentuk kata qoro’a-yaqro’u-qur’anan. Dari kata tersebut kata
qur’anan artinya bacaaan yang bermakna isim maf’ul yaitu maqru’un artinya yang
dibaca. Karena Al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah Al-Qur’an. Kata tersebut
selanjutnya digunakan untuk kitab suci yang diturunkan Allah swt. kepada Nabi
Muhammad saw.
2. Menurut Al-Asy’ari
Kata Qur’an berasal dari lafaz qorona yang berarti menggabungkan sesuatu
dengan yang lain. Kemudian kata tersebut dijadikan sebagai nama Kalamullah
yang diturunkan kepada nabi-Nya, mengingat bahwa surat-suratnya, ayat-ayatnya
dan huruf-hurufnya beriring-iringan dan yang satu digabungkan kepada yang lain.
3. Menurut Al-Farra’
Kata Al-Qur’an berasal dari lafaz qorooinun merupakan bentuk jamak dari
qoriinati yang berarti petunjuk atau indikator, mengingat bahwa ayat-ayat Al-
Qur’an satu sama lain saling membenarkan. Dan kemudian dijadikan nama bagi
Kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.
4. Menurut Al-Zujaj
Kata Qur’an itu kata sifat dari al-qor’u yang sewazan (seimbang) dengan kata
fu’lanun yang artinya kumpulan. Selanjutnya kata tersebut digunakan sebagai
salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw
karena Al-Qur’an terdiri dari sekumpulan dari surah dan ayat, memuat kisah-
kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya.
5. Menurut Asy-Syafi’i
Kata Al-Qur’an adalah isim’alam, bukan kata bentukan dari kata apapun dan sejak
awal memang digunakan sebagai nama khusus bagi kitab suci yang diturunkan
Alllah swt kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana halnya dengan nama-nama
kitab suci sebelumnya yang memang merupakan nama khusus yang diberikan oleh
Allah yaitu Zabur ( nabi Dawud as), Taurat ( nabi Musa as) dan Injil (nabi Isa as).
Menurut Abu-Syuhbah dalam kitabnya yang berjudul al-madkhal li dirasah al-
qur’an al-karim, dari kelima pendapat tersebut di atas, pendapat pertamalah yang
paling tepat yakni menurut al-Lihyany yang menyatakan bahwa kata Al-Qur’an
merupakan kata bentukan dari kata qoro’a dan pendapat inilah yang paling
masyhur.
Ditinjau dari pengertian secara terminologi, para ulama juga berbeda-beda pendapat
dalam mendefinisikan Al-Qur’an. Perbedaan itu terjadi disebabkan oleh adanya
perbedaan sudut pandanf dan perbedaan dalam menyebutkan unsur-unsur, sifat-sifat
atau aspek-aspek yang terkandung di dalam Al-Qur’an itu sendiri yang memang
sangat luas dan komprehensif. Semakin banyak unsur dan sifat dalam mendefinisikan
Al-Qur’an, maka semakin banyak redaksinya. Namun demikian perbedaan tersebut
bukanlah sesuatu yang bersifat prinsipil, justru perbedaan pendapat tersebut bisa
saling melengkapi satu sama lain, sehingga jika pendapat-pendapat itu digabungkan,
maka pemahaman terhadap pengertian Al-Qur’an akan lebih luas dan komprehensif.
“ Al-Qur’an ialah lafaz ( firman Allah swt ) yang berbahasa arab, diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita dengan cara
mutawatir, ditulis dalam mushaf yang dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri
dengan surat An Nas.
2. Subkhi Salih
“ Al-Qur’an adalah kitab ( Allah swt ) yang mengandung mukjizat, yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang disampaikan
secara mutawatir dan bernilai ibadah membacanya.”
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan beberapa unsur dalam pengertian Al-
Qur’an sebagai berikut:
Al-Qur’an- selain dari nama tersebut, Al-qur’an memiliki nama yang tidak sedikit.
Semua nama-nama Al-qur’an tersebut meneunjukkan pada ketinggian derajat Al-
qur’an sebagai kitab suci yang paling mulia yang tidak ada bandingannya dengan
kitab-kitab lain. Adupun nama-nama lain dari pada Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
1. Al-Quran
Alqur’an artinya bacaan. Nama Al-qur’an Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah
Alisra’ ayat 9:
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’:9)
2) Al-Kitab
Alkitab artinya Buku. Nama Al Kitab Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al
Baqarah ayat 2: “Inilah Al Kitab yang tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)
3) Ad-Dzikru
Adzikru artinya pemberi peringatan. Nama Adzikru Allah sebutkan dalam Al-qur’an
surah Al-hijr ayat 9:
4) Al-Furqan
Alfurqan artinya pembeda antara yang hak dan yang batil. Nama Alfurqan Allah
sebutkan dalam Al-qur’an surah Al-furqan ayat 1:
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al Furqaan: 1)
5) At-Tanzil
Attanzil artinya yang diturunakan. Nama Attanzil Allah sebutkan dalam Al-qur’an
surah Asysyuara’ ayat 192:
6) Al-Huda
Alhuda artinya petunjuk. Nama Alhuda Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Al-jin
ayat 13:
7) Al-Mau'idhah
“ Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus 57)
8) Al-Hukm
Al hukum artinya hukum atau peraturan. Nama Al hukum Allah sebutkan dalam Al-
qur’an surah Ar-ra’du ayat 37:
“ Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang
benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka
setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.” (QS. Ar Ra'du:37)
9) Al-Hikmah
10) Asy-Syifa'
Asy syifa’ artinya oabat atau penyembuh. namaAsysyifa’ Allah sebutkan dalam Al-
qur’an surah yunus ayat 57:
“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus :57)
Albayan artinya penerang. Nama Al bayan Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Ali
imran ayat 138:
“Al-Qur'an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran:138
12) An-Nur
An nur artinya cahaya. Nama An nur Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Annisa’
ayat 174:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang
terang benderang (Al-Qur'an)”. (QS. An- Nisa':174)
13) Ar-Rahmah
Ar rahmah artinya karunia. Nama Arrahmah Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah
An-Namlu ayat 77:
“Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. An Namlu:77)
14) Al-Kalam
Al kalam artinya ucapan atau firman. Nama Al kalam Allah sebutkan dalam Al-quran
surah At taubah ayat 6:
15) Al-Busyra
Albusyra artinya kabar gembira. Nama Al busyra Allah sebutkan dalam Alqur’an
surah An nahlu ayat 102:
“ Katakanlah Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
(QS. An Nahlu:102)
16) Al-Balagh
Al-balagh artinya penyampaian atau kabar. Nama Al balagh Allah sebutkan dalam Al-
qur’an surah Ibrahim ayat 52:
“(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil
pelajaran.” (QS. Ibrahim:52)
17) Ar-Ruh
Ar ruh artinya Ruh. Nama Ar ruh Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah Asy syura
ayat 52:
18) Al-Qaul
Al qaul artinya perkataan. Nama Al qaul Allah sebutkan dalam Alqur’an surah Al
qashash ayat 51:
19) Al-Basha'ir
Al bashair artinya pedoman. Nama Al bashair Allah sebutkan dalam Al-qur’an surah
Al jasiyah ayat 20:
“Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini.” (QS. Al Jasiyah:20).
Itulah nama-nama Al-qur’an yang Allah sebutkan didalam Al-qur’an. Nama-nama Al-
qur’an tersebut memberikan bukti kepada kita umat muslim, betapa agungnya kitab
suci umat islam yaitu Al-qur’an.
C. Keutamaan-Keutamaan Al-Qur’an
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya
menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan
oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad-
tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami
jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk
siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-
Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu
tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada
hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang
keduanya.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah datang
kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada
kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa’: 174)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang
yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju
cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang
mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah:
257)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu
Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di
tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan,
sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi
orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, “Orang itu -yaitu
yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi
hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan
cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang
banyak.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam mim. Inilah Kitab yang tidak ada
sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-
Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya al-Qur’an ini
menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan
mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah
bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an,
ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an,
seandainya ia datang bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di
dalamnya banyak sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa’: 82)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-
Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).
3. Mematuhi perintah,
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah
Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari
siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik
bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa
kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan
yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-
orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan
mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil
membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan
di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain
daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat
dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)
Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin Abdul Harits
bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah,
pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka ‘Umar
pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para
penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa
itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama
kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk
memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal
Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun
berkata, “Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan
dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim
dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka
bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan
mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28). Ibnul
Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna
‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu
disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman
dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak
bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim,
hal. 324)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila
kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika
kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Maimun bin Mihran berkata, “Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-
Nya. Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau
masih hidup, atau kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’
‘anis Sunnah, hal. 14)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-
Qur’an supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada
mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka
sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri
Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-
Ahzab: 21)
D. Kandungan Al-Qur’an
Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi
berbagai bidang. Dalam bab ini akan diuraikan isi kandungan al-Qur’an secara garis
besar yaitu meliputi :
1. Akidah.
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak
Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan.
Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara
terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan
sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal
perbuatan. Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah
Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya,
tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk
amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari. Inti pokok.
2. Ibadah dan Muamalah.
Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah. Yang
dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah
Swt. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk
kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap
kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena
keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam al-Qur’an
dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk
beribadah kepada Allah Swt.
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdah dan ghairu
mahdah. Ibadah mahdah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah
ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdah
artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus,
yang bertujuan untuk mencari ridha Allah Swt., misalnya: silaturrahim, bekerja
mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu, dan
sebagainya. Selain beribadah kepada Allah Swt. karena kesadaran manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., manusia juga memiliki kecenderungan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an tidak
hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia
terhadap Allah Swt. tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan lain
manusia dengan hubungannya dalam kehidupan. (Misalnya: sillaturrahim, jual
beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan
bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut dengan
mu’amalah.
3. Akhlak
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau
budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak semakna dengan istilah etika atau moral.
Akhlak merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga
Rasulullah saw. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau
adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia. Dari Abu
Hurairah berkata; Rasulullah saw. bersabda:
“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR.
Ahmad)
Nabi Muhammad saw. adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam
bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber
ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat
menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau.
4. Hukum.
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan
ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah
untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi
adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di
akhirat kelak. Sebagai sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan
ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan
hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil).
Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an
adalah meliputi:
a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 221; QS. al-
Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24; QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-11.
b. Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ : 7-12 dan 176, QS.
al-Baqarah :180; QS. al-Maidah :106
c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 279, 280 dan
282; QS. al-Anfal : 56 dan 58; QS. at-Taubah : 4
d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 178; QS. anNisa’
: 92 dan 93; QS. al-Maidah : 38; QS. Yanus : 27; QS. al-Isra’ : 33; QS. asy-
Syu’ara : 40
e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 190-193; QS. al-
Anfal : 39 dan 41; QS. at-Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-Hajj : 39 dan 40
f. Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat : 13
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah
atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya
sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah
(pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat
menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan
petunjuk dan keridhaan Allah Swt
6 Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi. Al-Qur’an adalah kitab suci
ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan
teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna
kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi
ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. -Qur’an menekankan betapa
pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.