Anda di halaman 1dari 19

Jati Diri dan Sifat PGRI

Jati Diri PGRI


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, jati diri adalah ciri-ciri, gambaran atau suatu benda,
identitas. Jati diri PGRI pada hakikatnya adalah landasan filosofis yang menjadi norma dalam
pola pikir, sikap perbuatan dan tindakan yang bersifat mengikat dan ditaati oleh para
anggotanya.
Jati diri PGRI adalah sebagai
1. Organisasi Perjuangan
2. Organisasi Profesi
3. Organisasi Ketenagakerjaan

Dasar Jati Diri PGRI


1. Dasar Historis
Sesuai dengan sejarahnya PGRI merupakan bagian dari perjuangan semesta rakyat
Indonesia. Melalui profesi keguruan yang menyebarkan semangat berjuang untk merebut,
dan menegakan kependidikan di Indonesia dari sebelum kemerdekaan hingga saat kini.
2. Dasar Ideologis, Politis
Secara Ideologis Politis, PGRI wajib mewujudkan cita-cita kemerdekaan melalui
pembangunan nasional di bidang kependidikan serta terikat dengan pancasila dan UUD
1945
3. Dasar Sosiologi dan IPTEK
Dalam pengabdian anggota PGRI selalu responsif, adaptif, dan inovatif dalam keadaan
masyarakat serta perkembangan IPTEK.

Ciri-Ciri Jati Diri PGRI


Berikut adalah ciri-ciri jati diri PGRI
1. Nasionalisme
2. Demokrasi
3. Kemitraan
4. Unitarisme
5. Profesionalisme
6. Kekeluargaan
7. Kemandirian
8. Non Partai Politik
9. Jiwa, semangat dan nilai 45

Selain ciri jati diri PGRI tersebut, ada ciri lain yang menjadi ciri khas PGRI yaitu
1. PGRI sebagai Organisasi Kemasyarakatan
2. PGRI sebagai Organisasi Mandiri
3. PGRI sebagai Organisasi masyarakat

Tujuan Jati Diri PGRI


1. Tegaknya keberadaan PGRI, tumbuhnya rasa bangga, rasa ikut memiliki.
2. Tercapainya loyalitas, dedikasi, disiplin, dan kemampuan profesional yang tinggi
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
3. Memiliki kemampuan dalam mengantisipasi setiap perubahan akibat perkembangan
masyarakat dan IPTEK.
4. Terwujudnya pengamanan, pengamalan, dan pelestarian panccasila dan UUD 1945,
dan jiwa semangat nilai 45 dalam tbuh PGRI.

Fungsi Jati Diri PGRI


Yang dimaksud fungsi disini adalah adanya jati diri dalam mengemban tugas
organisasi pgri untuk mewujudkan hakikat jati diri pgri. Berikut fungsii jati diri PGRI

1. Sebagai pedoman pergerakan perjuangan bagi anggota organisasi


2. Sebagai sarana memasyarakatkan eksistensi dan misi organisasi
3. Sebagai sarana perjuangan (kaderisasi) dalam rangka mempertahankan,
meningkatkan dan mengembangkan organisasi
4. Sebagai pembangkit motivasi perjuangan PGRI
5. Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan pada anggota PGRI.

Misi Jati Diri PGRI


Dalam perjalanannya PGRI telah membuktikan dirinya sebagai organisasi yang masih
tetap lestari hingga kini dan tentunya untuk masa-masa yang akan datang . dalam
menghadapi tantangan pada era global, PGRI harus tetap konsisten terhadap
jatidirinya yang bersumber pada visi masa depannya, yaitu “mewujudkan PGRI
sebagai organisasi dinamis, mandiri, dan berwibawa yang dicintai olehanggotanya,
disegani olehmitranya, dan diakui keberadaannya oleh masyarakat luas”. Dengan visi
ini, PGRI mengemban sejumlah misi.Sebagai berikut

1. Misi nasional yaitu misi untuk mempertahankan, mengisi danmewujudkan cita-


cita proklamasi kemerdekaan 17 august 1945 berupa terwujudnya masyarakat adil
dan makmur.
2. Misi pembangunan nasional, yaitu ikut berperan serta untukmenyukseskan
pembangunan nasional sebagai bagian pengisian kemerdekaan.
3. Misi pendidikan Nasional, yaitu ikut berperan serta secara aktifdalam
menyukseskan pendidikan nasional sebagai bagian pembangunan nasional
khususnya daya upaya mengembangkansumber daya manusia
4. Misi profesional, yaitu misi untuk memperjuangkan perwujudanguru profesional
dengan hak dan martabatnya serta pengembangankakrirnya.
5. Misi kesejahteraan, yaitu memperjuangkan tercapainyakesejahteraan lahir dan
batin para guru dan tenaga kependidikanlainnya.Kesejahteraan guru merupakan
inti dari keseluruhan perjuanganPGRI khususnya dalam amanat Kongres XVIII
yang dilaksanakandi Jakarta pada 3-8 Juli 1994

Sebagaimana yang telah dituliskan diatas, jati diri PGRI dibagi menjadi 3 yaitu
1. Sebagai Organisasi Perjuangan
2. Organisasi Profesi
3. Organisasi Ketenagakerjaan

1. PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan


Sebagai organisasi perjuangan, PGRI merupakan wadah bagi para guru dalam
memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak azasinya baik sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara, maupun pemangku profesi keguruan. PGRI
berjuang untuk mewujudkan hak-hak kaum guru dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Perjuangan dilakukan melalui berbagai cara dan bentuk yang konstitusional,
prosedural dan konsepsional dalam memperoleh kehidupan guru yang layak dan
sejahtera. Untuk itu PGRI secara konsisten dan konsekuen memperjuangkan
kesejahteraan guru baik lahir maupun batin, baik materil maupun non-materil agar
mereka dapat memperoleh kepuasan kerja yang didukung dengan imbalan jasa yang
memadai, rasa aman dalam bekerja, lingkungan kerja yang kondusif, pergaulan antar
pribadi yang baik dan sehat, serta memperoleh kesempatan pengembangan diri dan karier.
Sebagai warga negara, para anggota PGRI berupaya untuk turut memperjuangkan tetap
lestarinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, berperan serta dalam pembangunan
nasional, serta ikut serta mewujudkan pendidikan nasional. Perjuangan guru dalam
mewujudkan terbentuknya NKRI yang merdeka dan berdaulat
2. PGRI Sebagai Organisasi Profesi
Sebagai organisasi profesi, PGRI berfungsi sebagai wadah kebersamaan dan rasa
kesejawatan para anggota dalam mewujudkan keberadaannya di lingkungan masyarakat,
memperjuangkan segala aspirasi dan kepentingan suatu profesi, menetapkan standar
perilaku profesional, melindungi seluruh anggotanya, meningkatkan kualitas
kesejahteraan, dan mengembangkan kualitas pribadi dan profesi. Setiap anggota PGRI
mendapat perlindungan dalam mewujudkan profesionalismenya. Guru adalah suatu
sebutan bagi jabatan, posisi dan profesi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam
bidang pendidikan melalui interaksi edukatif. Kinerja guru profesional akan tercermin
dalam pelaksanaan tugasnya yang dilandasi keahlian dalam materi maupun metode,
keahlian yang dimiliki oleh guru profesional diperoleh melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat
pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikat, akreditasi, dan lisensi dari
pihak berwenang. (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahliannya
itu seorang guru mampu menunjukan otonominya, baik sebagai pribadi maupun sebagai
pemangku profesinya.
Disamping dengan keahliannya, sosok profesional guru ditunjukkan melalu tanggung jawab
dalam melaksanakan keseluruhan pengabdiannya Guru profesional dituntut untuk mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru terutama dalam kaitannya dengan
peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agama. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab
tercermin dalam kualitas pribadi mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya,
mengendalikan dirinya menghargal serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial
diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.
Tanggung jawab Intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab
spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang
berperilaku senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.
Ciri profesi selanjutnya adalah kesejawatan, yaitu rasa kebersamaan di antara semua guru.
Melalui PGRI para guru mewujudkan rasa kebersamaannya dan memperjuangkan martabat
diri dan profesinya atas dasar prinsip silih asih, silih asuh, dan silih asah. Semua ciri profesi
tersebut pada dasarnya telah tersirat dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pegangan
profesional guru. Para guru juga didorong untuk memiliki jiwa profesionalisme, yaitu sikap
mental yang senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan diri sebagai pekerja
profesional. Profesionalisme pada dasarnya merupakan motivasi instrisik yang didukung oleh
lima kompetensi sebagai berikut: (1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang
mendekati standar ideal; (2) meningkatkan dan memelihara citra positif: (3) keinginan untuk
senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan
memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya; (4) mengejar kualitas dan cita-cita
dalam profesi; dan (5) memiliki kebanggan akan profesinya.
1.Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. (Pasal 1 ayat (1) UU No. 14
tahun 2005 UUGD). Karena begitu beratnya menjadi seorang guru, perlu diketahui beberapa
hal di bawah ini bagi calon guru:
a. Karakteristik Kemampuan Guru
Seorang guru memiliki tanggung jawab, antara lain
1). Tanggung Jawab Moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati
perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Tanggung jawab Pendidikan di Sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara belajar-
mengajar yang efektif, mampu membuat Satuan Pelajaran (SP), mampu memahami
kurikulum, dan mampu mengajar di kelas.
3). Tanggung jawab Kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan pembangunan dalam
masyarakat, yaitu guru mampu membimbing. mengabdi dan melayani masyarakat.
4). Tanggung Jawab Ke-ilmuan, yaitu guru selaku ilmuan bertanggung jawab dan turut serta
memajukan ilmu yang menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.
Syarat untuk menjadi guru yaitu:
1). Memiliki kualifikasi akademik S1/D4
2). Memiliki kompetensi
- Pedagogik
- Kepribadian
- Sosial
- Profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
3). Sehat jasmani dan rohani

b. Fungsi dan Tugas Guru


1). Fungsi Guru adalah sebagai berikut:
a) Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar, harus memiliki kestabilan emosional, bersikap
realistis, jujur dan terbuka, peka terhadapperkembangan, terutama tentanginovasi
pendidikan.
b) Guru Sebagai Anggota Masyarakat, harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu
guru harus menguasai Psikologi Sosial,Keterampilan menyelesaikan tugas bersama dalam
kelompok.
c) Guru Sebagai Pemimpin, Guru harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu
Kepemimpinan, Teknik Komunikasi, dan menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang
ada di sekolah.
d) Guru Sebagai Pelaksana Administrasi, Berhubungan denganAdministrasi yang harus
dikenakan di sekolah. Untuk itu tenagakependidikan harus memiliki kepribadian yang
jujur, teliti, rajin, menyimpan arsip dan administrasi lainnya.
e) Guru Sebagai Pengelola Kegiatan Belajar Mengajar, harus menguasai berbagai metode
mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar
kelas.
2). Tugas guru adalah sebagai berikut: Depdikbud (1984:7) mengindikasikan sedikitnya tiga
tugas utama guru yaitu sebagai berikut:
a) Tugas profesional yaitu; mendidik dalam rangka menyumbangkan kepribadian,
mengajar dalam rangka menyeimbangkankemampuan berpikir, kecerdasan dan
melatih dalam rangka membina keterampilan.
b) Tugas manusiawi, yaitu; membina anak didik dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan martabat diri sendin kemampuan manusia yang optimal serta pribadi
yang mandin
c) Tugas kemasyarakatan, yaitu; dalam rangka mengembangka terbentuknya masyarakat
Indonesia yang berdasarkan Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945.
Sementara itu Suharsimi Arikunto (1980:268) mengatakandiharapkan guru mampu
memerankan fungsi-fungsinya seperti:
a) Guru sebagai pengelola proses Kegiatan Belajar Mengajar. Kelas merupakan suatu
organisasi yang semestinya dikelola dengan baik, mengacu pada fungsi-fungsi administrasi
yang ada dan berlaku.
b) Guru sebagai moderator. Menurut aliran baru dalam bidang pendidikan guru diharapkan
bukan sebagai penyampaian matern semata tetapi juga lebih sebagai moderator, yaitu
pengatur lalu lintas pembicaraan, jika ada jalur pembicaraan yang tidak dapa diselesaikan
oleh siswa-siswi, maka gurulah yang wajib mendamaikan perselisihan tersebut.
c) Guru sebagai motivator. Siswa adalah manusia yang ditempeli oleh sifat "memilih yang
serba enak" dari pada harus susah susah. Jika guru tidak dapat memancing kemauan siswa
untuk aktif maka guru itu sendiri yang akan merasakan kesulitan dalam proses pembelajaran
karena dapat ditebak bahwa siswa akan pasif tanpa inisiatif.
d) Guru sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator memberikan kemudahan dan sarana
kepada siswa agar dapat aktif belajar sesuai dengan kemampuannya.
e) Guru sebagai evaluator. Guru sebagai evaluator berperan setiap kegiatan selalu diikuti oleh
motivasi, jika orang-orang yang terlibat dalam kegiatan menginginkan terjadinya peningkatan
atas kegiatan itu pada masa-masa yang akan datang.
c. Peran Guru
1), Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
a) Peran Guru sebagai guru
Guru sebagai guru yaitu setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai kedewasaannya. Guru dalam hal ini difokuskan pada pengertian guru secara formal
yaitu guru di sekolah. Guru hingga saat ini memiliki kelemahan yang sangat menghambat
kemajuan kualitas pendidikan yaitu:

1) Rendahnya kesadaran dalam melaksanakan tugas,


2) Rendahnya disiplin secara menyeluruh, contohnya disiplin waktu dan disiplin dalam
mencapai target dan
3) Rendahnya kualitas pelaksanaan tugas pokok dalam proses belajar mengajar.

b) Peran Guru sebagai Pengajar


Guru sebagai pengajar paling sedikit harus menguasai dan mempraktikkan secara terampil
kemampuan dalam menjalankan tugas pokoknya yaitu:
1) Merumuskan tujuan Instruksional khusus,
2) Menentukan dan menguasai materi pelajaran,
3) Menentukan metode mengajar,
4) Mengadakan evaluasi,
5) Kemampuan menganalisis butir soal dan hasil evaluasi serta
6) kemampuan mengadakan perbaikan dan pengayaan.

c) Peran Guru sebagai Pendidik


Guru sebagai pengajar dan berperan mengantarkan siswa menjadi manusia dewasa yang
cerdas dan berbudi luhur atau manusia yang secara kognitif, afektif dan psikomotorik
berkembang secara seimbang. Oleh karena itu sebagai pendidik guru memiliki kualitas
kepribadian prima dan matang, mampu membentuk kebiasaan-kebiasaan siswa yang positif,
memiliki keterampilan membangkitkan minat siswa, kreatif, inovatif, dan berpikir secara
antisipatif proaktif, yaitu secara terus menerus melakukan pembaharuan terhadap ilmu yang
dimilikinya (life long education).

d) Peran Guru sebagai Pemimpin Kelas


Sebagai pemimpin, guru bertanggungjawab atas situasi dan kondisi proses kegiatan belajar
mengajar di kelas/sekolah. Oleh karena itu apa yang terjadi pada diri siswa selama
berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar di sekolah harus diketahui dan menjadi
tanggung jawab guru. Oleh karena itu adalah tidak. dibenarkan apabila siswa berkeliaran di
luar kelas/sekolah ketika berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
e) Peran Guru sebagai Pemimpin/kepala Sekolah
Baik buruknya kondisi suatu sekolah banyak ditentukan oleh kemampuan profesional Kepala
Sekolah sebagai manajernya. Oleh karena itu seorang Kepala Sekolah paling sedikit harus
menguasai empat kemampuan dasar Kepala Sekolah (Soetrisno 2000:46) yaitu kemampuan:
(1) Menyusun program kegiatan sekolah, (2) Menetapkan prosedur mekanisme kerja, (3)
Melaksanakan proses monitoring, evaluasi, supervisi dan
membuat laporan kegiatan sekolah, (4). Meningkatkan dan memantapkan disiplin guru dan
siswa. Guru sebagai Kepala sekolah paling sedikit harus mampu melaksanakan tujuh but
kegiatan kepemimpinan pendidikan yaitu:

(1) Mengadakan prediksi


(2) Melakukan inovasi
(3) Menciptakan strategi
(4) Menyusun perencanaan
(5) Menemukan sumber-sumber pendidikan
(6) Menyediakan fasilitas pendidikan
(7) Melakukan pengendalian atau kontrol (Soetrisno 2000:46)

f) Peran Guru sebagai Pengawas Sekolah.


Guru sebagai pengawas dalam pendidikan memiliki fungs kontrol dan pembinaan terhadap
keberhasilan pendidikan. Peran pengawas sangat menentukan terhadap pencapaian target
kurikulum. Untuk itu kemampuan seorang pengawas yang ideal harus mempunyai minimal
empat kemampuan mengawasi yaitu 1) Membuat rencana kerja yang bersifat rasional, 2)
Memonitor kerja guru calon Kepala Sekolah serta hasilnya, 3) Mengorganisir pertemuan-
pertemuan Kepala Sekolah, 4) Bersama dengan Kepala Sekolah mengorganisir pertemuan
guru. Idealny Pengawas di angkat dari Kepala Sekolah yang prestasi kerja tinggi, dan tidak
hanya didasarkan atas faktor usia dan masa kerja saja seperti yang banyak terjadi selama ini.
Hingga saat ini sebagian besar Pengawas Sekolah di angkat berdasarkan faktor usia dan masa
kerja, sehingga mereka belum dapat melaksanakan tugas secara optimal. Oleh karena itu
untuk kemajuan pendidikan Soetrisno (2000:47) mengusulkan agar 1) Pengawas diangkat
dari orang yang profesinya di bidang pendidikan yaitu dari Kepala Sekolah yang berprestasi,
2) Pengawas berkantor di sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerjanya, 3) Pengawas harus
selalu mengadakan evalusi terhadap proses pendidikan di sekolah-sekolah di wilayahnya dan
melakukan tindak lanjut, 4) pengawas harus mampu bertindak secara tegas dan berani
mengambil resiko.
g). Peran Guru sebagai Pengembang Model Pembelajaran Agar pembelajaran dapat terarah
pada sasaran yang diharapkan, diperlukan kemampuan guru sebagai pengembang model
pembelajaran.

2). Peran Guru dalam Manajemen Sekolah


Dalam memanajemen sekolah guru memiliki peran:
a) Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif
b) Menciptakan kepemimpinan sekolah yang kuat
c) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan tertib
d) Mengelola tenaga kependidikan sekolah yang efektif
e) Memiliki budaya meningkatkan mutu
f) Memiliki teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis
g) memiliki kewenangan
h) Menciptakan partisipasi warga sekolah dan masyarakat
i) Memiliki keterbukaan manajemen
j) memiliki kemauan untuk berubah dan berkembang
k) melakukan evaluasi dan perbaikan secara berlanjut
1) memiliki responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan sekolah
m)menciptakan komunikasi yang baik
n) memiliki akuntabilitas

2. Pendidik
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. (UU No.20 Thn 2003, pasal 39 ayat 2).
a. Karakteristik Pendidik
Profesionalisme Pendidik merupakan tujuan dari pembinaan ketenagaan untuk dapat
menjawab segala tantangan dan perubahan sosial yang terjadi. Secara teoritis, karakteristik
profesi Pendidik meliputi;

1) . Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan akademik,

2). Memiliki pengetahuan khusus,


3). Memiliki pengetahuan praktis yang langsung dapat digunakan olehorang lain,
4). Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan,
5). Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri, dan
6). Altruisme yaitu mementingkan kepentingan orang lain, serta
7). Memiliki etika

b. Ciri-ciri Pendidik
Sebagai seorang profesional, pendidik memiliki ciri-ciri seperti yang dikembangkan oleh
Ikatan Sarjana Péndidikan Indonesia (1991).
1). Memiliki fungsi dan signifikasi sosial.
2). Memiliki keahlian dan keterampilan tingkat tertentu.
3). Memperoleh keahlian dan keterampilan melalui metode ilmiah.
4). Memiliki disiplin ilmu.
5). Memiliki latar pendidikan perguruan tinggi.
6). Memiliki etika profesi yang dikontrol organisasi profesi.
7). Bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
8). Mempunyai nilai sosial di masyarakat.
9). Berhak mendapatkan imbalan yang layak.

Untuk memperkuat keprofesionalitasannya, seorang pendidik perlu:

1) . Memiliki sikap suka belajar,


2). Mengetahui cara belajar.
3). Memiliki rasa percaya diri,
4). Memiliki prestasi tinggi,
5). Memiliki etos kerja produktif dan kreatif, serta 6). Puas terhadap kesuksesan yang dicapai
dan berusaha meningkatkann

C. Tugas Pendidik
Pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenag kependidikan yang
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidika dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik. Pendidik mempuny sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: Guru, Dosen, Tutor,
Instruktu Pamong Belajar, konsclor, Widyaiswara, Fasilitator, Penguji, dan lain-la

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanaka dan pelaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dar pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada
pergurua tinggi. Mengingat peran yang diembannya, pendidik berkewajiaban men ciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif dinamis, dan dialogis. la
mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya.

d. Pengembangan Kinerja Pendidik


Menurut UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas, dalam pengembangan kinerja tenaga
pendidik, ia berhak untuk memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan
pengembangan kualitas. Untuk itu, ia diberi kesem patan untuk menggunakan sarana dan
prasarana serta fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugasnya.
Namun demikian, pengembangan kinerja tenaga pendidik harus beranjak dari kualifikasi
minimum yang dimilikinya dan sertifikasi yang sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudk tujuan per asio

Promosi dan penghargaan bagi pendidik dilakukan berdasarkan latar belakang pendidikan,
pengalaman, kemampuan dan prestasi mereka di bidang pendidikan. Seorang pendidik harus
senantiasa mengembangkan kinerjanya secara konsisten dan berkelanjutan mengingat
peranannya sebagai: (1) manajer pendidikan atau pengorganisasi kurikulum, (2) fasilitator
pendidikan, (3) pelaksana pendidikan, (4) pembimbing atau supervisor para siswa, (5)
penegak disiplin siswa, (6) model perilaku yang akan ditiru siswa. (7) konselor, (8) evaluator.
(9) petugas tata usaha kelas, (10) komunikator dengan orang tua siswa dan masyarakat. (11)
pengajar untuk meningkatkan profesi secara berkelanjutan, serta anggota profesi pendidikan.
(Pidarta. 1997).

Dalam mencapai usaha optimal tujuan pendidikan, peran guru dan kinerjanya merupakan hal
yang sangat penting. Secara Ideal seorang pendidik diharapkan memiliki nilai-nilai kinerja
positif seperti: préstasi kerja, rasa tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa,
dan kepe mimpinan. Hal-hal tersebut merupakan indikator kinerja seorang pendidik, selain
latar belakang akademik dan keterampilan khusus yang dimilikinya. e. Peningkatan
Profesionalisme Pendidik

Peningkatan profesionalisme pendidik itu dilakukan, mulai dari kegiatan rutin sampai
pelatihan dan pendidikan lanjut. Peningkatan profesionalisme pendidik sangat berkaitan erat
dengan empat kriteria kinerja, yaitu karakteristik tenaga pendidik, proses-proses peningkatan
profesionalisme, hasil dan kombinasi di antara ketiganya. Seorang tenaga pendidik harus
memahami tugas dan tanggung jawabnya, memiliki kemampuan mengajar sesual dengan
bidangnya, mempunyai semangat tinggi, serta memiliki inisiatif dan kemauan tinggi,
sehingga ia memiliki energi yang optimal dalam menjalankan tugas profesionalismenya.

Ada sejumlah hal yang perlu dicermati untuk meningkatkan profesiona lisme pendidik
1). Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari.
2). Melakukan observasi kegiatan manajemen pendidikan secara terencana.
3). Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan atau
proses-proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
4). Memanfaatkan hasil-hasil penelitian pendidikan orang lain..

5). Berfikir untuk kelangsungan dan aplikasi pendidikan di masa mendatang.

1) . Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.

Dalam upaya pembinaan dan peningkatan profesionalisme pendidik. perlu pula dilakukan
melalui pengembangkan konsep kesejawatan yang harmonis dan objektif Untuk itu,
diperlukan adanya sinergi dengan sebuah wadah organisasi (kelembagaan) para pendidik,
dengan bentuk dan mekanisme kegiatan yang jelas, serta standar profesi yang dapat
diterapkan secara praktis. Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkat kan
profesionalisme tenaga pendidik adalah sebagai berikut:

1). Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses


pembelajaran.
2). Berdiskusi tentang rencana pembelajaran.
3). Berdiskusi tentang substansi materi pelajaran.
4). Berdiskusi tentang pelaksanaan proses belajar mengajar termas evaluasi pengajaran,
5). Melaksanakan observasi aktivitas rekan sejawat di kelas.
6). Mengembangkan kompetensi dan performansi guru.
7). Mengkaji jurnal dan buku pendidikan.
8). Mengikuti studi lanjut dan pengembangan pengetahuan melalui kegiatailmiah
9). Melakukan penelitian.
10). Menulis artikel.
11). Menyusun laporan penelitian.
12). Menyusun makalah.
13). Menyusun laporan atau review buku).

3. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan dir dan diangkat untuk
menunjang penyalenggaraan pendidikan Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangka untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Tugasnya ialah melaksanakan pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada suatu satuan pendidikan. Seperti halnya tenaga pendidik, tenaga
kependidikan juga berkewajiban untuk membantu menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif dinamis, dan dialogis. la pun harus dapat menjadi teladan
dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan, sesuai dengan kepercayaan yang
diberikan kepadanya. Dalam melaksanakan sistem administrasi sekolah, keberadaan tenaga
kependidikan sangatlah penting, mulai dari pengelola perpustakaan, bagian keuangan, sampai
pada bagian kebersihan sekolah, merupakan satu kesatuan sinergis yang membawa sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan.
a. Tugas Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan dapat pula disebut sebagai tenaga penyelenggara pendidikan. Kepala
Sekolah dapat pula dimasukkan ke dalam tenaga kependidikan, karena ia menyelenggarakan
pendidikan dan menduduki jabatan struktural. Ada beberapa tugas bagi tenaga kependidikan.
1). Menjadi manajer atau pengendali sistem manajerial lembaga pendidikan dengan tugas
diantaranya: membuat prediksi kelangsungan lembaga pendidikanya di masa mendatang
untuk mengantisipasi dan mengem bangkan prestasi, merencanakan inovasi pendidikan,
menciptakan strategi, serta mengkoordinasikan dan melakukan pengendalian terhadap
pelaksanaaan pendidikan.
2). Menjadi pemimpin lembaga pendidikan dengan memimpin semua aset insani di sekolah,
memotivasi kerja dengan kinerja positif meningkatkan kesejahteraan, dan mengendalikan
disiplin kerja.
3). Menjadi supervisor atau pengawas yang akan mengawasi jalannya
kinerja administrasi pendidikan, melakukan supervisi, serta mencari dan memberi peluang
untuk meningkatkan profesi para pendidik.

4) . Menjadi pencipta iklim bekerja yang kondusif.

5). Menjadi administrator lembaga pendidikan dengan tugas menyeleng


garakan kegiatan rutin yang dioperasikan oleh personalia lembaga
6). Melaksanakan kegiatan administratif-subtantif yaitu administrasi kurikulum, kesiswaan,
personalia, keuangan, sarana dan prasarana.

2) . Menjadi koordinator kerja sama lembaga pendidikan dengan masyarakat.

b. Peran Tenaga Kependidikan


Peran tenaga kependidikan adalah penunjang penyelenggaraan pendidikan. Jika selama ini
penilaian keberhasilan pendidikan hanya diukur dari faktor pendidik (guru dan dosen) saja?
Sehingga peran tenaga kependidikan diabaikan saja, pendidikan seharusnya dilihat dari
berbagai sudut pandang. Mulai dari pengaturan jadwal pembelajaran yang teratur.
kelengkapan sarana-prasarana sekolah yang memadai dan memenuhi standar, kebersihan dan
kenyamanan lingkungan sekolah yang selalu terjaga, manajemen sekolah yang tegas serta
supervisi yang ketat. Semua faktor itu adalah peran strategis tenaga kependidikan, apakah itu
staf TU, pustakawan, pesuruh/penjaga sekolah, pengawas sekolah dan kepala sekolah. Tetapi
sayangnya saat ini tenaga kependidikan belum diperhatikan sebagaimana pendidik.

Suatu keprihatinan jika keduanya yang merupakan tenaga profesional dan juga berperan
dalam peningkatan mutu pendidikan tidak disamakan. Pendidik khususnya guru dan dosen,
terkesan superior dan "dimanjakan" dengan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Sedangkan tenaga kependidikan sampai saat ini pun belum mempunyai payung hukum yang
menangani dan mengatur mereka secara jelas.

4. Kode Etik Profesi Guru


Isi rumusan "KODE ETIK GURU INDONESIA adalah sebagai berikut: a. Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

1) . Guru menghormati hak individu. Agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dari anak didiknya masing-masing.

2). Guru menghormati dan membimbing kepribadian anak didiknya.


3). Guru menyadari bahwa Intelegensi, Moral dan jasmani adalah tujuanutama pendidikan.
4). Guru melatih anak didik memecahkan masalah-masalah dan membina daya kreasinya agar
dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun.

5) . Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan pengetah keterampilan kepada


anak didik.

6). Guru memiliki kejuruan profesional dalam menerapkan Kurikulsesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing.
7). Menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak d masing-masing.
8) Guru hendaknya fleksibel di dalam menerapkan kurikulum sesu
dengan kebutuhan anak didiknya masing-masing.
9). Guru memberi pelajaran di dalam dan luar sekolah berdasarke kurikulum dan berlaku
secara baik tanpa membeda-bedakan jenis de posisi sosial orang tua muridnya.
B. guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk yang bersif penyalahgunaan.
1). Komunikasi guru dan anak didik di dalam dan luar sekolah dilandaskan pada rasa kasih
sayang.
2). Untuk berhasilnya pendidikan, guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar
belakang orang tuanya.
3). Komunikasi hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan pendidikan anak-anak didik.
c. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid yang sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik
1). Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didikbetah berada dan
belajar di sekolah.
2). Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik.
3. Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang disampaikan
orang tua murid/masyarakat terhadap kehidupan sekolahnya.
4). Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya di dalam berbagaiaktivitas.

5). Guru mengusahakan terciptanya kerjasama yang sebaik-baiknya antara sekolah, orang tua
murid, dan masyarakat bagi kesempatan, usaha pendidikan atas dasar kesadaran bahwa
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua murid dan
masyarakat.

d. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun


masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan
1). Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.
2). Guru menyebarkan dan turut merumuskan program pendidikan kepada dan dengan
masyarakat sekitamya, sehingga sekolah tersebut berfungsi sebagai pusat pembinaan dan
pengembangan kebudayaan di tempat itu.
3). Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai pembaharu bagi
kehidupan dan kemajuan daerahnya.
E. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya. 1). Guru melanjutkan studinya dengan:
a). Membaca buku-buku.
b). Mengikuti workshop/seminar, konferensi dan pertemuan-pertemuan
pendidikan dan keilmuan lainnya.
c). Mengikuti penataran.
d). Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian.
2). Guru selalu berbicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabatprofesinya. Guru
menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan
kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
1). Guru senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling menasehati
dan membentuk satu sama lain, baik dalam hubungan pribadi maupun

dalam penunaian tugas profesi.


2). Guru tidak melaksanakan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik rekan-rekan
seprofesinya dan menunjang martabat guru, baik secara pribadi maupun secara keseluruhan.

g. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan


organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
1). Guru menjadi anggota dan membantu organisasi guru yang bermaksud membina profesi
dan pendidikan pada umumnya.
2). Guru senantiasa berusaha menciptakan persatuan di antara sesama pengabdi pendidikan.
3). Guru senantiasa berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan
dan program pemerintah dalam bidang pendidikan kepada orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya.
4). Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di
lingkungan atau di daerahnya sebaik-baiknya individu maupun untuk

kelompok.
3. PGRI Sebagai Organisasi Ketenagakerjaan

PGRI Hubungannya dengan Organisasi Serikat Pekerja

Sebagai organisasi ketenagakerjaan, PGRI merupakan wadah perjuangan tentang hak-hak


asasi guru sebagai pekerja, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan, baik material
maupun non material, baik fisik maupun non fisik. Guru sebagai kelompok tenaga kerja
profesional memerlukan jaminan yang pasti menyangkut hukum, kesejahteraan, hak-hak
pribadi dan warganegara. Dalam konteks yang lebih luas, kesejahteraan mempunyai arti
sebagai suatu kondisi kehidupan yang utuh seimbang dan wajar. Perwujudan
kesejahteraan

secara utuh ditopang oleh lima pilar, yaitu; imbalan jasa, rasa aman, hubunga antar
pribadi, kondisi kerja, serta kesempatan untuk pengembangan kar dan pribadi.

Pilar imbal jasa dapat berupa materi ataupun non materi sebagai ganjara atas kinerja guru
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Imbalan jasa ini berup gaji, honor, upah, insentif
maupun tunjangan dan hak-hak lainnya sesu ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Hingga saat ini, pilar ini masih belu memberikan kepuasan yang menunjang terwujudnya
kesejahteraan guru.

Rasa aman adalah kondisi lahir dan batin yang dirasakan oleh guru dalan melaksanakan
tugas dan menjalani kehidupannya dalam suasana damai, tanp ancaman dan gangguan
dalam menjalankan tugas profesinya sebagai pendidi pengajar, pelatih, pengasuh,
pembimbing, maupun penilai. Hingga saat in kondisi rasa aman itu belum sepenuhnya
tercipta. Untuk itu, perlindunga hukum bagi guru dalam melaksanakan tugasnya perlu
segera diwujudka secara nyata dalam bentuk aturan perundang-undangan yang mengikat.

Pilar selanjutnya adalah "hubungan antar-pribadi, baik sesama gur maupun dengan pihak
lain. Kondisi ini hingga batas tertentu telah dirasakan cukup baik meskipun belum
memberikan kepuasan yang optimal kepada para guru, Solidaritas kekeluargaan para guru
dalam beberapa aspek kehidupan pribadi maupun profesi dirasakan cukup baik, misalnya
melalui koperasi pertemuan sejawat, penataran, dan wadah pengembangan profesional
lainnya Melalui PGRI, hubungan antar pribadi dikembangkan dalam bentuk program
program yang bertujuan untuk memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan namun
secara keseluruhan masih memerlukan peningkatan.
Kondisi kerja adalah keadaan berbagai aspek fisik ataupun non fisik, baik kualitas
maupun kuantitas yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
kualitas kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Hingga kini kondisi
tempat guru guru bekerja baik di kota maupun di desa, belum cukup kondusif untuk
mewujudkan kinerja mereka secara optimal.

Pilar yang terakhir adalah kesempatan meningkatkan dan mengem bangkan diri.
Kesempatan dimaksud adalah berupa kenaikan pangkat dan jabatan, kesempatan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. kesempatan memperoleh
kedudukan jabatan struktural, kesempatan untuk mendapatkan jaminan pensiun dan hari
tua. Meskipun telah dikembangkan berbagai peraturan yang berkaitan dengan ini, dalam
kenyataannya semua itu masih belum memberikan dukungan yang optimal terhadap
kesejahteraan guru. Misalnya, kenaikan pangkat dengan sistem angka kredit dan
kesempatan untuk mengikuti pendidikan lanjutan cukup terbuka, namun dalam
pelaksanaan nya masih banyak kendala dihadapi yaitu berupa kendala administratif, dana
penunjang, dan fasil

Anda mungkin juga menyukai