Anda di halaman 1dari 10

Organisasi Profesi Keguruan

I Made Perdiana
1811031198

A. Organisasi Profesi Keguruan


Organisasi profesi merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang
memiliki profesi yang sama untuk mencapai tujuan bersama.Kelahiran suatu organisasi profesi
tidak terlepas dari motif yang mendasarinya (Abin Syamsuddin, 1999:95), yaitu dorongan yang
menggerakan para professional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut
begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi, cultural, dan falsafah tentang system
nilai. Namun pada umumnya dilatarbelakangi oleh dua motif (Abin Syamsuddin, 1999:95), yaitu
motif intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik, para professional terdorong oleh keinginannya
mendapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang di embannya. Sedangkan
secara ekstrinsik, mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang
semakin hari semakin kompleks. Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi
pengemban suatu profesi, yang secara teoris sangat sulit di hadapi dan di selesaikan secara
individual. Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para professional membentuk organisasi
profesi. Organisasi pendidikan merupakan wadah yang berfungsi menyelenggarakan proses
pendidikan. Fungsi tersebut adalah warna dari makna pendidikan yang luas dan komperhensif.
Organisasi pendidikan menurut model sisten pendidikan nasional Indonesia seperti tercantum
dalam UUSPN Tahun 1989 sebagai berikut:
1) Berdasarkan jenjangnya, terdiri dari organisasi pendidikan pra sekolah/madrasah,
pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP/MTs) dan pendidikan tinggi
(Universitas).
2) Berdasarkan jalurnya, terdiri dari organisasi pendidikan sekolah/ madrasah, dan
pendidikan luar sekolah; dan
3) Berdasarkan jenisnya, Yaitu organisasi pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik, dan pendidikan professional.
Bentuk organisasi profesi kependidikan begitu bervariasi di pandang dari segi derajat
keeratan dan keterkaitan antara anggotanya (Abin Syamsuddin, 1999:98). Menurutnya ada
empat bentuk organisasi profesi kependidikan yaitu:
1. Berbentuk persatuan (Union)
2. Berbentuk Federasi (Federation)
3. Berbentuk Aliansi (alliance)
4. Berbentuk Assosiasi (association)
Ditinjau dari kategorisasi keanggotaannya, corak organisasi profesi kependidikan beragam
pula. Corak organisasi profesi ini dapat di bedakan berdasarkan : (1) Jenjang pendidikan
dimana mereka bertugas (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi);
(2) Satuan penyelenggara kelembagaan pendidikan (Negeri, dan Swasta); (3) Bidang studi
keahliannya; (4) Jender ( wanita dan pria); dan (5) Berdasarkan latar belakang etis.
Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi kependidikan terbagi atas tiga
kelompok, yaitu: (1) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat local (kedaerahan/
kewilayahan); (2) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat nasional; dan (3) Organisasi
kependidikan yang bersifat internasional.

B. Tujuan Organisasi Profesi Keguruan


Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan
organisasi kependidikan, yaitu : meningkatkan dan/atau mengembangkan. Sedangkan visinya
secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
1. Meningkatkan dan / atau mengembangkan karier anggota
2. Meningkatkan dan / atau mengembangkan kemampuan anggota.
3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesional anggota.
4. Meningkatkan dan / atau mengembangkan martabat anggota.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan

C. Manfaat Organisasi Profesi Keguruan


Organisasi profesi pastilah memberikan manfaat kepada para anggotanya termasuk juga
organisasi profesi pendidikan. Manfaat yang diperoleh dengan adanya profesi pendidikan
diantaranya yaitu membangun kepercayaan dalam diri masyarakat mengenai adanya suatu
persepsi tentang kompetensi, adanya persepsi masyarakat bahwa kelompok-kelompok
profesional mengatur dirinya dan lebih lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan minat dan
kepentingan masyarakat serta persepsi yang melahirkan kepercayaan masyarakat itu ialah
anggota-anggota suatu profesi miliki motivasi untuk memberikan layanan kepada orang-orang
dengan siapa mereka bekerja.
Menurut Breckon (1989) manfat organisasi profesi mencakup 4 hal yaitu :
*Mengembangkan dan memajukan profesi
*Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
*Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
*Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif dalam
mengembangkan dan memajukan profesi
D. Fungsi Organisasi Profesi Keguruan
Setiap organisasi yang didirikan memiliki fungsinya masing-masing. Adapun fungsi dari
organisasi profesi berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 Pasal 42
yaitu memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karir, wawasan pendidikan, perlindungan
profesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada masyarakat (Afnil Guza, 2008 : 19). Salah satu
karateristik dari sebuah pekerjaan professional yaitu adanya suatu orgaisasi profesi yang
menaungi para anggota dari profesi yang bersangkutan. Dalam organisasi profesi itulah, para
anggota profesi hidup dalam kebersamaan dan kesejawatan, bersatu padu melakukan berbagai
upaya untuk mengembangkan profesi yang di gelutinya. Organisasi profesi pada umumnya
berpegang pada apa yang di sebut Tridarma organisasi profesi, yaitu: (1) Ikut serta
mengembangkan ilmu dan teknologi profesi; (2) meningkatkan mutu pelayanan kepada sasaran
layanan; (3) Menjaga kode etik profesi (Wikipedia/2009/professional/14 tanggapan ke “menanti
peran aktif organisasi profesi guru, konselor, dan pengawas sekolah”). Secara ringkas dapat
disimpulkan bahwa fungsi lain dari sebuah organisasi profesi antara lain:
1) Memberikan dukungan dan kontribusi positif bagi para anggotanya.
2) Secara continue mendorong dan memotivasi para paktisi profesi di lapangan
3) Menjaga wibawa dan martabat profesi
4) Melayani anggotanya dari sisi kesejahteraan kehidupan bersama dalam organisasi
5) Memberikan perlindungan hukum.
Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga
memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi anggotanya. Adapun fungsi dari organisasi
profesi kependidikan adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Pemersatu yaitu organisasi profesi sebagai wadah pemersatu berbagai potensi
profesi dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat penguasa jasa
kependidikan. Dengan mempersatukan kompetensi tersebut diharapkan organisasi profesi
kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan kebijakan dan
melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan memperjuangkan
kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan
masyarakat pengguna jasa profesi ini.
2) Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional yaitu meningkatkan kemapuan professional
para pengemban profesi kependidikan ini. Kemampuan yang di maksud dalam konteks
ini adalah apa yang di sebut dengan istilah kompetensi yaitu kecakapan atau kemampuan
mengerjakan pekerjaan kependidikan. Guru yang memiliki kemampuan atau kecakapan
untuk mengerjakan pekerjaan kependidikan disebut sebagai guru yang kompeten. Jabatan
professional, jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk menyatukan gerak langkah
dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Bagi guru Indonesia,
wadah ini telah ada yakni persatuan guru republik Indonesia (PGRI) yang didirikan di
Surakarta tanggal 25 November 1945, sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. PGRI bertujuan yakni mempertinggi kesadaran,
sikap, mutu, dan kegiatan profesi serta meningkatkan kesejahteraan mereka (basnun,
1986).

E. Jenis Organisasi Profesi Keguruan


Disamping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang diakui pemerintah
sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru dalam
kelompoknya masing-masing. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini diatur dengan jadwal yang
cukup baik. Sayangnya, belum ada keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru
dalam MGMP ini dengan PGRI.
Selain PGRI, ada lagi organisasi professional resmi di bidang pendidikan yang harus kita
ketahui juga yakni Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai
divisi-divisi antara lain : Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia
(HSPBI), dan lain-lain. Hubungan formal antara organisasi-organisasi ini dengan PGRI masih
belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerja sama yang saling menunjang dan
menguntungkan dalam peningkatan mutu anggotanya. Sebagian anggota PGRI yang sarjana
mungkin juga menjadi anggota salah satu divisi dari ISPI, tetapi tidak banyak anggota ISPI staf
pengajar di LPTK yang juga menjadi anggota PGRI. Selain itu ada contoh lain dari jenis
organisasi profesi keguruan seperti IGI (Ikatan Guru Indonesia), FSGI (Federasi Serikat Guru
Indonesia), PERGUNU (Persatuan Guru Nahdlotul Ulama), KKG (Kelompok Kerja Guru) dan
sebagainya.
Berikut penjelasan beberapa jenis organisasi :
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun
1932.
Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya,
yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan. Misi profesi
PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan pelaksana pendidikan
nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal
31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi kependidikan
serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya.
Misi politis-teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen terhadap
pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga penanaman nilai-nilai luhur
falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaiitu panca sila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis
PGRI, yang dalam perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis sehingga
tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit, terperangkap oleh kepanjangan
tangan orde baru.
Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan keorgaisasian ,
terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan sruktur
organisasi sangatlah diperlukan.
Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI berbentuk
persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan, serta
kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban
profesi kependidikan. Kalau demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang
memiliki kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki potensi
besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi bangsa dan
negara.
2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada
awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut
komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya
yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a) Menghimpun para
sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan
kemampuan profesional para angotanya; (c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan
teknologi pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa
dan negara; (d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang
ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan
profesional para anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang
terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan
Ilmu Alam, dan lain sebagainya.
3. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember
1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat
memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan
himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan
bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya. Secara rinci
tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini:
a) Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
b) Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik,
alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan
demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-
baiknya.
c) Mengingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan
tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan
bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
4. Ikatan Guru Indonesia (IGI)
Gagasan pendirian IGI berasal dari diskusi di mailing list antara guru dan para praktisi
pendidikan, dan dilanjutkan dengan aksi nyata melalui pelatihan-pelatihan peningkatan
kompetensi guru, dengan nama Klub Guru Indonesia (KGI). Sambutan para guru di berbagai
kota di Indonesia nampaknya cukup baik, sehingga di mana-mana kegiatan yang diadakan KGI
selalu disambut hangat. Beberapa kota dan propinsi bahkan mulai mendirikan perwakilan
cabang/wilayah. Apresiasi yang diberikan Mendiknas, Dirjen PMPTK dan beberapa pejabat di
Kemdiknas, serta dukungan pemerintah daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota) setempat, makin
mempercepat pertumbuhan organisasi ini.
5. Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)
Sesuai dengan seruan Education International (EI) maka usaha untuk memperbaiki kondisi
kerja guru swasta (dan guru di Indonesia pada umumnya) pada dasarnya sama artinya dengan
memperbaiki kondisi belajar anak-anak Indonesia. Karena guru yang sejahtera, berkualitas dan
terlindungi adalah bagian terpenting dari hak-hak anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan
yang berkualitas.
PGSI adalah organisasi profesi guru dan/atau serikat pekerja profesi guru yang bersifat
terbuka, independen, dan non Partai Politik. Visi PGSI : Terwujudnya guru profesional yang
mampu mendorong sistem pendidikan demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
6. Persatuan Guru Honor Indonesia (PGHI)
Diinisiasi oleh beberapa perwakilan guru sukarelawan maka terbangunlah kesepakatan untuk
membentuk sebuah wadah perjuangan pada tanggal 01 Oktober 2008 yang kemudian dinamakan
Persatuan Guru Honor Indonesia (PGHI), dimana pengertian guru honor sekolah itu sendiri
adalah semua guru honor yang belum mendapat pembiayaan tetap (gaji tetap) dari pemerintah
tetapi sepenuhnya tergantung kepada kebijakan sekolah tempat ia bertugas.
7. Asosiasi Guru Sains Indonesia (AGSI)
Era globalisasi dengan segala implikasinya menjadi salah satu pemicu cepatnya perubahan
yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan bila tidak ada upaya sungguh-
sungguh untuk mengantisipasinya maka hal tersebut akan menjadi maslah yang sangat serius.
Dalam hal ini dunia pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar, terutama dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh sehingga mampu hidup selaras didalam
perubahan itu sendiri. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang hasilnya tidak dapat
dilihat dan dirasakan secara instan, sehingga sekolah sebagai ujung tombak dilapangan harus
memiliki arah pengembangan jangka panjang dengan tahapan pencapaiannya yang jelas dan
tetap mengakomodir tuntutan permasalahan faktual kekinian yang ada di masyarakat.

F. Ruang Lingkup Organisasi Profesi Keguruan


Ruang lingkup organisasi profesi keguruan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang antara
lain berdasarkan bentuk dan corak, struktur dan kedudukan, keanggotaan, dan program
operasional.Organisasi asosiasi profesi guru merupakan salah satu bagian yang perlu dipahami
oleh para guru karena mereka berkecimpung dalam dunia keguruan. Salah satu ciri profesi
adalah adanya kontrol yang ketat atas anggotanya, suatu profesi ada dan diakui masyarakat
karena ada usaha dari para anggotanya untuk menghimpun diri. Melalui organisasi, profesi
dilindungi dari kemungkinan penyalahgunaan yang dapat membahayakan keutuhan dan
kewibawaan profesi itu. Maka organisasi profesi menyerupai suatu sistem yang senantiasa
mempertahankan keadaan yang harmonis. Secara sederhana organisasi profesi dapat ditarik
sebagai suatu perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peranan tertentu dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan peranan tersebut bersama-sama secara terpadu mencapai
tujuan yang telah ditentukan bersama.
Kajian tentang organisasi tidak hanya pada perkumpulan orang-orang, aktifitas-aktifitas
mereka dan tujuan yang akan di capai, tapi juga semua aspek yang memengaruhi eksistensi
perkembangan dan efektivitas organisasi tersebut, antara lain: rincian dan susunan tugas
teknologi, informasi, dan sumber-sumber lain yang digunakan serta saling berpengaruh dan
keterpaduannya dalam suatu system.
Organisasi profesi memiliki ruang lingkup, yaitu diantara ruang lingkup organisasi profesi
kependidikan meliputi,:
1. Bentuk dan Corak Organisasi Profesi Kependidikan
Bentuk organisaasi profesi keguruan begitu bervariasi dipandang dari segi derajat
keeratan dan keterkaitan antar anggotanya. Ada empat bentuk organisaasi profesi keguruan.
Pertama, berbentuk persatuan (union): Persatuan Guru Republic Indonesia ( PGRI ), Ausrtalian
Education Union (AUE), National Tertiary Education Union (NTEU), Singapore Teachers’
Union (STU), National Union of the Teaching Profession (NUTP), dan Sabah Teachers Union
(STU). Kedua, berbentuk federasi (federation) antara lain di India dan Bangladesh, misalnya: All
India Primary Teachers Federation (AIPTF), dan Bangladesh Teachers’ Federation (BTF).
Ketiga, berbentuk aliansi (alliance), antara lain di Pilipina, seperti National Alliance of Teachers
and Office Workers (NATOW). Keempat, berbentuk asosiasi (association) seperti yang terdapat
di kebanyakan negara, misalnya, All Pakistan Government School Teachar Association
(APGSTA) di Pakistan, dan Brunei Malay Teachers’ Association (BMTA) di Brunei.
Ditinjau dari kategori keanggotaannya, corak organisasi profesi keguruan beragam pula.
Corak organisasi profesi ini dapat dibedakan berdasarkan (1) Jenjang pendidikan di mana mereka
bertugas (SD, SMP, dll); (2) Status penyelenggara kelembagaan pendidikannya (negeri, swasta);
(3) Bidang studi keahliannya (bahasa, kesenian, matematika, dll); (4) Jender (Pria, Wanita); (5)
berdasarkan latar belakang etnis (cina, tamil, dll) seperti China education Society di Malaysia.
2. Struktur dan Kedudukan Organisasi Profesi Keguruan
Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi keguruan terbagi atas tiga
kelompok, yaitu (1) Organisasi profesi keguruan yang bersifat lokal (kedaerahan dan
kewilayahan), misalnya Serawak Teachers’ Union di Malaysia; (2) Organisasi profesi keguruan
yang bersifat nasional seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI); dan (3) Organisasi
profesi keguruan yang bersifat internasional seperti UNESCO (United Nations Educational,
Scientific, and Culture Organization).
3. Keanggotaan Organisasi Profesi Keguruan
Dengan adanya keragaman bentuk dan corak serta struktur dan kedudukan Organisasi Profesi
Kependidikan/Keguruan seperti telah dipaparkan di muka, dengan sendirinya keanggotaan
Organisasi Profesi Kependidikan ini beragam pula. Akan tetapi pada umumnya Organisasi
profesi kependidikan yang bersifat asosiasi atau persatuan langsung dari setiap pribadi
pengemban profesi yang bersangkutan. Sedangkan keanggotaan organisasi profesi kependidikan
yang bersifat federasi cukup terbatas oleh pucuk organisasi yang berserikat saja.
4. Program Operasional Organisasi Profesi Keguruan
Sebagaimana organisasi profesi kependidikan memiliki tujuan dan fungsi, bahkan visi dan
misi tersendiri. Untuk merealisasikan hal tersebut organisasi profesi ini lazimnya memiliki
program operasional tertentu yang secara terencana, dan pelaksanaannya harus
dipertanggungjawabkan kepada para anggotanya melalui forum resmi, seperti termaktub dalam
anggaran dasar (AD) atau anggaran rumah tangga (ART) atau bahkan hasil konvensi anggota
profesi kependidikan. Kandungan program tersebut mencakup hal-hal berikut:
a) Upaya-upayayang menunjang terjaminnya pelaksanaan hak dan kewajiban para
anggotanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Upaya-upaya yang memajukan dan mengembangkan kemampuan professional dan karier
para anggotanya, melalui berbagai kegiatan ilmiah dan profesional seperti seminar,
simposium, loka karya dan sebagainya.
c) Upaya-upaya yang menunjang bagi terlaksananya hak dan kewajiban pengguna jasa
pelayanan profesional, baik keamanan maupun kualitasnya.
d) Upaya-upaya yang bertalian dengan pengembangan dan pembangunan yang relevan
dengan bidang keprofesiannya.
DAFTAR RUJUKAN
Indriyani, Weni.,& Ariyani, R. Misriah . (2012) . PENGARUH ANTARA PERAN
ORGANISASI PROFESI KEGURUAN (PGRI) TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI
GURU IPS DI KECAMATAN LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA . Jurnal Ekonomi , 1,
66-70.
http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/6132/PP%20NO%2038%20TH%201992.pdf
Soetjipto & Kosasi, Raflis. 2004 .Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai