Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

MATKUL STRATEGI DAN MODEL MENGAJAR


“MATERI PEMBELAJARAN”
UNIPA KAMPUS BLITAR
TAHUN AJARAN 2022/2023

Disusun oleh:

Arum Widasari (215660013)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup
sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan
nilai-nilai Pancasila.
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup
sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan
nilai-nilai Pancasila.
MATERI :
1. Hakikat Kerja Sama dalam Kehidupan Bermasyarakat
a Pengertian Kerja Sama
Dalam KBBI, kerja sama berarti kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa
orang (lembaga, pemerintah, dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.
b Pentingnya kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat
1) Kerja sama akan membuat pekerjaan terasa lebih ringan.
2) Kerja sama dapat membuat pekerjaan cepat terselesaikan.
3) Kerja sama dapat membuat tujuan dapat tercapai dengan efektif.
4) Kerja sama dapat menyadarkan masyarakat untuk mendahulukan
kepentingan umum.
5) Kerja sama dapat memupuk tanggung jawab social.
6) Kerja sama dapat meningkatkan rasa setia kawan.
7) Kerja sama dapat memupuk rasa kebersamaan.
8) Kerja sama dapat mempererat tali persaudaraan.
9) Kerja sama dapat menciptakan kerukunan.
10) Kerja sama dapat menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.
2. Hakikat Gotong Royong dalam Kehidupan Bermasyarakat
a Pengertian gotong royong
Indonesia memiliki bentuk kerja sama yang khas, yaitu gotong royong.
Gotong royong berasal dari kata gotong yang astinya „pikul‟ atau „angkat‟ dan kata
royong yang berarti „bersama-sama‟. Dengan demikian, gotong royong bermakna
bekerja atau menyelesaikan tugas secara bersama-sama untuk mencapai hasil yang
diingingkan. Dalam konsep gotong royong, pekerjaan dilakukan secara sukarela
atau tanpa pamrih oleh seluruh warga sesuai dengan kemampuannya masing-
masing.
Gotong royong dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gotong royong dalam arti
tolong-menolong dan gotong royong dalam arti kerja bakti. Dalam praktiknya,
gotong royong dalam arti tolong menolong terjadi dalam pertanian, kegiatan rumah
tangga, pesta, perayaan, dan bencana atau kematian biasanya untuk kepentingan
perseorangan atau kelompok. Adapun gotong royong dalam arti kerja bakti
umumnya dilakukan untuk berbagai kegiatan yang bersifat umum biasanya untuk
kepentingan bersama, misalnya membersihkan saluran air atau tempat ibadah.
b Faktor pendorong dan penghambat gotong royong
Adapun beberapa factor pendorong dan penghambat gotong royong sebagai berikut
:
1. Faktor pendorong gotong royong :
1) Agar dapat bertahan hidup, manusia perlu menjaga hubungan baik
dengan sesamanya.
2) Dalam diri manusia, ada kesadaran untuk saling membantu dan
mengutamakan kepentingan bersama.
3) Manusia memiliki kecenderungan berkelompok.
4) Manusia memiliki kecenderungan untuk mencapai kesejahteraan.
2. Faktor penghambat gotong royong :
1) Rasa individualism manusia yang kuat.
2) Adanya perbedaan pendapat.
3) Lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan
umum.
4) Rasa percaya diri yang kurang.
3. Bentuk Kerja Sama dan Gotong Royong dalam Kehidupan Bermasyarakat
Berdasarkan Nilai-nilai Pancasila
a Bentuk-bentuk kerja sama dalam masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai
pancasila
1) Kerja sama dalam kehidupan social-politik
Dalam kehidupan social-politik, kerja sama dapat dilihat dalam
musyawarah. Di dalam musyawarah, kerja sama yang terjadi berupa kerja
sama untuk mencapai kesepakatan. Bagi bangsa Indonesia, musyawarah
sangat dijunjung tinggi. Hal ini terlihat dalam sila keempat Pancasila yang
berbunyi, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”.
Penjelasan makna sila tersebut, antara lain sebagai berikut :
a) Kerakyatan mengandung arti bahwakekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat. Dengan ini, rakyat berdaulat. Hal ini terwujud dalam
system demokrasi. Kerakyatan timbul karena adanya kesadaran bahwa
manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Itulah sebabnya manusia menghendaki adanya
perlakuan yang sama sesuai dengan kedudukannya.
b) Hikmat dapat diartikan sebagai suatu kebenaran yang mengandung
manfaat bagi kepentingan umum. Kebijaksanaan adalah dorongan
kehendak yang tertuju pada kebaikan yang rasional dan manusiawi.
Kebaikan itu yang dijiwai oleh sikap yang adil dan beradab sesuai
ajaran agama, atau kerakyatan yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan nilai-nilai kemanusiaan serta nilai-nilai persatuan.
c) Permusyawaratan mengacu pada suatu tata cara khas kepribadian
Indonesia untuk merumuskan atau memutuskan suatu hal berdasarkan
kehendak rakyat hingga tercapai keputusan berdasarkan kebulatan
pendapat/mufakat.
d) Perwakilan mengacu pada suatu tata cara (prosedur) yang memastikan
rakyat turut serta mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, salah
satunya diwujudkan melalui badan-badan perwakilan.

Kerja sama dalam kehidupan social-politik, antara lain dapat kita


wujudkan dengan melaksanakan hal-hal berikut :
a) Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
b) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah ketika mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semngat
kekeluargaan.
e) Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan
itikad baik dan rasa tanggung jawab.
f) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
2) Kerja sama dalam kehidupan ekonomi
Kerja sama tidak hanya harus diterapkan dalan kehidupan social-
politik. Kerja sama juga harus diterapkan dalam kehidupan ekonomi. Kerja
sama dalam bidang ekonomi merupakan salah satu bentuk pengamalan sila
kelima Pancasila yang berbunyi : “Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Salah satu bentuk pengamalan sila kelima ini adalah
pengembangan perbuatan-perbuatan yang luhur serta mewujudkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Kerja sama dalam bidang ekonomi sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945
Ayat 1 yang berbunyi : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan”. Usaha bersama mengacu pada wujud
paham mutualisme, yakni suatu kehendak untuk senantiasa mengutamakan
semngat bekerja sama dalam kegotong royongan. Asas kekeluargaan
menunjukkan adanya tanggung jawab bersama untuk menjamin
kepentingan bersama, kemajuan bersama dan kemakmuran bersama, yang
mengutamakan kerukunan dan solidaritas.
Wujud usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dalam
membangun perekonomian Indonesia yang sesuai Pasal 33 UUD 1945
adalah koperasi. Mohammad Hatta mengatakan, “Koperasi adalah usaha
bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan
tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh
keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan (seorang buat semua
dan semua buat seorang)”. Menurut UU RI Nomor 25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian, koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat
maupun sebagai badan usaha, berperan serta untuk mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Kemakmuran seluruh rakyat Indonesia yang merata dan berkeadilan
merupakan tujuan pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, perlu pendanaan besar yang
bersumber utama dari penerimaan pajak.
Menurut UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Terkait hal ini, Pasal 23A UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan, “pajak dan pungutan lain bersifat memaksa untuk
keperluan Negara diatur dengan undang-undang.”
Perpajakan adalah wujud partisipasi dan kontribusi riil rakyat kepada
Negara. Kerelaan rakyat membayar pajak merupakan upaya nyata
keterlibatan rakyat dalam pembangunan. Pembangunan yang dibiayai oleh
pajak pada hakikatnya diperuntukkan bagi kepentingan seluruh rakyat
Indonesia. Perpajakan dapat dianggap sebagai kerja sama membangun
bangsa dan Negara. Keikutsertaan rakyat dalam mendukung kebijkam
pemerintah yang berorientasi pada kepentingan rakyat ini menjadi wujud
nilai kerakyatan.
Kerja sama dalam kehidupan ekonomi antara lain dapat kita wujudkan
dengan melaksanakan hal-hal berikut :
a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
b) Bersikap adil.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d) Menghormati hak-hak orang lain.
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g) Tidak bersifat boros.
h) Tidak bergaya hidup mewah.
i) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j) Suka bekerja keras.
k) Menghargai hasil karya orang lain.
l) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan social.
3) Kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara
Kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara
merupakan salah satu bentuk pengamalan sila ketiga yang berbunyi :
“Persatuan Indonesia.” Salah satu bentuk pengamalan sila ini adalah
mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
Menurut UU RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara,
pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
Negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan Negara.
System pertahanan Negara adalah system pertahanan yang bersifat
semesta yang melibatkan seluruh warga Negara, wilayah, dan sumber daya
nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk
menegakkan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.
Keikutsertaan seluruh warga Negara dalam bidang pertahanan dan
keamanan diatur dalam Pasal 30 UUD 1945 sebagai berikut :
 Ayat 1 : “Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan Negara.”
 Ayat 2 : “Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan
melalui system pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.”
 Ayat 3 : “Tentara Nasional Indonesia terdiri atas angkatan darat,
angkatan laut, dan angkatan udara sebagai alat Negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan Negara.”
 Ayat 4 : “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara
yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hokum.”
 Ayat 5 : “Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan dan kewenangan
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang.”
keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
dapat diwujudkan dalam upaya bela Negara. Pasal 27 UUD 1945 Ayat (3)
menyatakan, “Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara.”
Sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara,
upaya bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Upaya bela
Negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga Negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
Negara dan bangsa.
Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela Negara, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (2) UU RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara diselenggarakan melalui hal-hal berikut :
a) Pendidikan kewarganegaraan.
b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib.
c) Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secra
sukarela atau secara wajib.
d) Pengabdian sesuai dengan profesi.
Dari uraian di atas, tampak bahwa dalam bidang pertahanan dan
keamanan Negara, kerja sama antar warag Negara merupakan hal penting.
Tentu saja dalam kerja sama ini, kita harus dapat memperlihatkan nilai-
nilai, seperti cinta pada tanah air, memiliki kesadaranberbangsa dan
bernegara, yakin pada pancasila sebagai ideology Negara, dan rela
berkorban untuk bangsa dan Negara, serta memiliki kesiapan psikis dan
fisik untuk bela Negara.
4) Kerja sama antar umat beragama
Bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk.
Kemajemukan itu tidak hanya dapat dilihat dari banyaknya etnis, suku,
bahasa, budaya, dan adat istiadat. Kemajemukan ini dapat dilihat dari
keberagaman agama. Kemajemukan ini dapat terjadi karena Negara
menjamin hak kebebasan penduduk untuk memeluk agama dan beribadah
menurut agama yang dianutnya. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 28E
Ayat (1) dan (2) serta Pasal 29 Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pasal 28E Ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan, “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya,….” Pasal 28E Ayat (2) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati
nuraninya.”Sementara itu, Pasal 29 Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
menyatakan b ahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. Kebebasan beragama dan berkeyakinan
adalah salah satu hak asasi yang paling mendasar yang dimiliki oleh setiap
manusia tanpa terkecuali.
Kerja sama antar umat beragama ini merupakan salah satu bentuk
pengamalan sila kesatu yang berbunyi : “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Salah satu bentuk pengamalan sila ini adalah mengembangkan sikap
hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
membina kerukunan hidup antara sesama umat beragama.
Kemajemukan hendaknya dilihat sebagai sesuatu yang dapat
memperkaya persatuan. Hal ini dapat terjadi jika kita menjunjung tinggi
kerukunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerukunan berarti baik
dan damai; tidak bertengkar (tentang pertalian persahabatan dan
sebagainya); bersatu hati dan bersepakat. Kerukunan sering diartikan
sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasan damai,
tertib, tentram, sejahtera, hormat-menghormati, saling menghargai,
tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian
Pancasila. Sementara itu, Pasal 1 Angka (1) Peraturan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat menyatakan
bahwa kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesame umat
beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya, serta kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945.
Tampak bahwa kerukunan penting dalam kerja sama antar umat
beragama, antara lain dapat dilakukan dengan menanggulangi masalah
kelaparan, kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan di dalam
masyarakat.
b Bentuk-bentuk gotong royong dalam masyarakat Indonesia
Gotong royong menjadi cara hidup rakyat Indonesia sejak sebelum
kemerdekaan. Inilah bentuk kerja sama khas Indonesia. Kemudian, dalam
perkembangannya, cara hidup ini dijadikan cara hidup bernegara. Adapun
berbagai bentuk gotong royong yang ada dalam masyarakat Indonesia, antara lain
sebagai berikut.
1) Gotong royong berburu dan mengumpulkan makanan
Bentuk gotong royong ini terjadi ribuan tahun yang lalu ketika masa
berburu hewan liar. Sebelum berburu, masyarakat melakukan
musyawarah, menyepakati rencana kerja, dan mempersiapkan alat.
Kemudian, mereka berburu bersama dan membagi hasil buruannya sama
rata. Tradisi dan kebiasaan ini masih berlanjut dan lestari hingga saat ini.
Contohnya, melambu pada masyarakat Tolaki (Sulawesi Tenggara) dan
Monyilo pada masyarakat suku Pamona di Sulawesi Tengah. Melambu
adalah kegiatan gotong royong berburu binatang liar, sedangkan monyilo
adalah kegiatan gotong royong untuk menangkap ikan di laut.
2) Gotong royong bercocok tanam
Ketika kehidupan bermasyarakat mulai berkembang, untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia tidak hanya mengandalkan kegiatan
berburu, tetapi juga bercocok tanam. Gotong royong dalam bercocok
tanam meringankan pekerjaan yang berat jika dilakukan sendiri. Contoh
dari gotong royong bercocok tanam adalah bercocok tanam padi di Jawa
Tengah, atau peladang berpindah pada suku Tolaki dan sintuwu
nosiolopale (kegiatan gotong royong dalam kekeluargaan di bidang
pertanian) di Sulawesi Tengah. Bercocok tanam padi di Jawa Tengah
dilakukan oleh para petani yang sawahnya berdekatan. Mereka
mencangkul, membajak, dan melakukan berbagai pekerjaan lainnya yang
berhubungan dengan pertanian. Peladang berpindah masyarakat suku
Tolaki adalah kegiatan membuka lading secara berkelompok. Setelah
lading tidak subur lagi, mereka berpindah membuka lading baru. Sintuwu
nosiolopale adalah kegiatan gotong royong dalam kekeluargaan di bidang
pertanian.
3) Gotong royong membangun rumah
Dalam perkembangan peradapan manusia, rumah menjadi sebuah
kebutuhan yang penting. Gotong royong pun menjadi cara yang tepat
dalam pembangunan rumah. Contohnya, batagak kudo-kudo, tradisi
gotong royong membangun rumah di Sumatra Barat, barifola, tradisi
membangun rumah di Tidore, dan sambatan, tradisi gotong royong
membangun rumah di Jawa. Ada pula tradisi marakka‟ bola, tradisi gotong
royong memindahkan rumah di Sulawesi Selatan.
Adapun gotong royong juga dapat dilakukan di berbagai lingkungan,
seperti lingkungan sekolah, masyarakat, dan Negara. Sekolah adalah
lembaga pendidikan yang membentuk pengetahuan dan karakter siswa.
Oleh karena itu, siswa dapat dilatih untuk melakukan gotong royong.
Misalnya, siswa dapat bekerja sama dan berkontribusi untuk mewujudkan
misi dan visi sekolah, mengikuti proses belajar mengajar dengan baik, dan
terlatih menyumbang ide dan gagasan untuk kemajuan sekolah. Dalam
lingkungan masyarakat, gotong royong dapat dilakukan, misalnya untuk
membersihkan lingkungan, bakti social, dan dalam kegiatan bazar. Adapun
dalam hidup berbangsa dan bernegara, gotong royong dapat dilakukan,
misalnya dengan membayar pajak tepat waktu, aktif dan mendukung
berbagai program pemerintah, serta dapat menyumbang ide dan gagasan
untuk kemajuan bangsa.
DAFTAR RUJUKAN
Yuyus Kardiman, Tuty, dan Alam S. 2021. Pendidikan Pancasila untuk SMK/MAK Kelas X.
Jakarta: Penerbit Erlangga

https://www.google.com/search?q=pengertian+kerja+sama+menurut+kbbi&oq=pengertian+k
erja+sama+menurut+kbbi&aqs=chrome..69i57.7606j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?q=nilai-
nilai+pancasila+dalam+kehidupan+sehari+hari&oq=nilai-
nilai+pancasila+dalam+kehidupan+sehari+hari&aqs=chrome..69i57j0i512j0i22i30l8.17670j0
j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?q=faktor+pendorong+dan+penghambat+gotong+royong&oq
=faktor+pendorong+dan+penghambat+gotong+royong&aqs=chrome..69i57j0i512l9.21642j0j
9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?q=bentuk-
bentuk+kerja+sama+dan+gotong+royong+dalam+bermasyarakat+sesuai+nilai-
nilai+pancasila&oq=bentuk-
bentuk+kerja+sama+dan+gotong+royong+dalam+bermasyarakat+sesuai+nilai-
nilai+pancasila&aqs=chrome..69i57.39116j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai