Anda di halaman 1dari 17

PERAN UMAT DALAM MEWUJUDKAN HAK

DAN TANGGUNG JAWABNYA


S1 KEPERAWATAN (A)

KELOMPOK 5 :

Awin Tantri Setiawan (213210017)


Fitriya Rizki Amalia (213210005)
Wiwik Sri Pujiati (213210003)
Aulia Tri Dewi (213210016)
Nur Hayat (213210039)
DEFINISI HAK

Dikutip dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan karya


Dr. I Nengah Suastika M.Pd dkk (2017 : 73)

Hak adalah kekuasaan untuk menerima atau melakuakan sesuatu yang seharusnya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu, dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain atau
juga yang ada pada prinsipnya dapat dituntut oleh dia.
Hak adalah suatu yang harus diperoleh atau diperoleh baik dalam bentuk materil maupun
non materil oleh seseorang dalam pergaulan dengan orang lain, kelompok atau dengan
suatu lembaga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.
Contoh hak sebagai warga negara berdasarka nilai-nilai Instrumental Pancasila.
Beberapa hak warga negara dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Hak mengembangkan diri untuk kemajuan bangsa negara :
Hal ini sebagaimana terutang dalam UUD 1945 dalam Pascal 28C ayat (2). Pasal tersebut memuat
“setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara bersama-
sama untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara”.

2. Hak atas kesempatan yang sama dalam pemerintahan :


Hal tercantum dalam UUD 1945 dalam Pasal 28D ayat (3). Pasal tersebut menegaskan bahwa
“setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama dalam pemerintahan”.

3. Hak untuk mengembangkan nilai-nilai budaya daerah :


Hal ini tetuang dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi “Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
DEFINISI KEWAJIBAN

Kewajiban adalah suatu beban untuk memberi atau mengizinkan sesuatu yang seharusnya
ditinggalkan atau diberikan melalui pihak tertentu, bukan oleh pihak lain, yang pada
prinsipnya dapat diminta secara paksa oleh pihak yang berkepentingan. Kewajiban mengacu
pada sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang dalam interaksi dengan orang lain,
kelompok atau lembaga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai
warga negara yang baik, seseorang harus melakukan kewajiban agar nantinya mendapatkan
hak-hak yang seharusnya diperolehnya.
Dirangkum dalam buku Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan terbitan Tim Ganesha Operasi (2019:09), beberapa contoh
kewajiban sebagai warga negara dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Kewajiban dalam upaya bela negara
Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi “setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara”.

2. Kewajiban memelihara pertahanan dan keamanan negara


Kewajiban warga negara tecantum dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat (1). Pasal tersebut
menegaskan bahwa “setiap warga negara berhak dan berkewajiban ikut serta dalam upaya
pertahanan dan keamanan negara”.

3. Kewajiban menegakkan hukum dalam pemerintahan tanpa kecuali


Hal ini tertuang dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (1). Pasal tersebut menegaskan bahwa
“Semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjalankan hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
DEFINISI TANGGUNG JAWAB

Antara hak dan kewajiban ada kewajiban. Tanggung Jawab adalah kesadaran diri sesorang
terhadap segala tindakan yang dilakukan, baik dalam rangka melaksanakan suatu kewajiban
maupun untuk menuntut hak.
Tanggung Jawab berasal dari hati dan kemauan sendiri atas kewajiban yang harus dilakukan.
Selain itu, seseorang dikatakan bertaggung jawab apabila ia berkewajiban menangnggung
segala sesuatu atau memberikan tanggung jawab dan menanggung akibatnya.
Beberapa contoh sikap bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik
adalah sebagai berikut :

● Tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keamanan


lingkungan.
● Tanggung jawab untuk membayar pajak tepat waktu.
● Tanggung jawab untuk menjaga kerukunan hidup dengan sesama
mukmin dan antar mukmin.
PERAN UMAT BERAGAMA DALAM
MEMUWUJUDKAN BANGSA DAN BERNEGARA
A. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Pengertian Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun. Rukun adalah perihal kehidupan hidup rukun atau perkumpulan yang
berdasarkan tolong menolong dan persahabatan.
2. Kerukan Antar Umat Beragama kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk hubungan yang harmonis dalam
dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang saling menguatkan yang di ikat oleh sikap pengendalian
hidup dalam wujud :
1)Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
2) Saling menghormati dan berkerja sama antar berbagai golongan agama dan umat-umat beragam
dengan pemerintah yang bertanggun jawab membangun bangsa dan negara.
3) Saling tegang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang lain. Dengan ini
merupakan salah satu tongkat utama dalam memelihara hubungan yang baik, damai, bersatu hati
dan bersepakat antar umat beragama yang berbeda-beda agama untuk hidup rukun.
B. Tujuan Kerukunan Antar Umat Beragama

Dari pengertian kerukunan umat beragama adalah hubungan sesame Umat beragama adalah
hubungan sesame umat beragama yang dilandasi toleransi, saling mengerti, saling
menghargai satu sama lain tanpa terjadinya benturan dan konflik agama. Maka pemerintah
berupaya untuk mewujudkan agama-agama. Kerukunan hidup beragama dapat berjalan
secara harmonis, sehingga bangsa ini dapat melangsungkan kehidupan dengan baik adapun
tujuan kerukunan hidup beragama itu diantaranya ialah :
1) Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagaman masing-masing pemeluk
agama.
2) Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dengan terwujudnya kerukunan
hidup beragama.
3) Menunjang dan mensukseskan pembangunan dari tahun ketahun pemerintah senantiasa
berusaha untuk melaksanakan dan mensukseskan pembangunan dari segala bidang.
C. Faktor-Faktor Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama

Toleransi Menuju Kerukunan


Pada umumnya toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesame
manusia atau kepada sesama manusia atau kepada sesame warga masyarakat untuk
menjalankan keyakinan atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing,
selama didalam menjalankan dan menentukan sikap itu tidak bertentangan dengan syarat-
syarat terciptanya ketertiban dan perdamaian masyarakat.
D. Faktor-faktor Penghambat Terjadinya Kerukunan Antar Umat
Beragama
Dalam perjalannya menuju kerukunan umat beragama selalu diiringi dengan beberapa faktor,
adanya yang beberapa diantara bersinggung secara langsung dimasyarakat, ada pula terjadi
akibat akulturasi budaya yang terkadang berbenturan dengan aturan yang berlaku didalam
agama didalam agama itu sendiri.

Faktor-faktor penghambat kerukunan umat beragama antara lain :

1. Pendirian rumah ibadah


2. Penyiaran Agama
3. Perkawinan beda Agama
4. Penodaan Agama
5. Kegiatan aliran sempalan
6. Berebut Kekuasaan
E. Faktor Pendukung Kerukunan Antar Umat Beragama
Dalam melaksanakan kerukunan antar umat beragama ada beberapafaktor yang mendukung
kerukunan antar umat beragama yaitu :

1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar
umat beragama dengan pemerintahan.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong
dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi
dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan Bergama yang kondusif dalam rangka
memantapkan pendalaman dan penghayatan agama yang mendukung bagi
pembinaan kerukunan antar umat beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari
seluruh keyakinan plurat umat manusia yang berfungsi dijadikan sebagai pedoman
bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu
sama lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan adapun langkah-
langkah yang harus diambil dalam memantapkan kerukunan hidup beragama.
Diarahkan kepada 4 strategi yang mendasar yakni :

1. Para Pembina format termasuk aparatur pemerintah dan para Pembina non formal yakni
tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen penting dalam pembinaan
kerukunan antar umat beragama.
2. Masyarakat umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen perlu ditingkatkan sikap
mental dan pemahaman terhadap ajaran agama serta tingkat kedewsaan berfikir agar
tidak menjerumus ke sikap priformal.
3. Peraturan pelaksanan yang mengatur kerukunan hidup umat beragama perlu dijabarkan
dan disosialisasikan agar bisa dimengerti oleh seluruh lapisan seluruh masyarakat
dengan demikian diharapkan tidak terjadi kesalah pahaman dalan peranan baik oleh
apparat maupun masyarakat, akibat adanya kurang informasi atau saling pengertian
diantara sesame umat beragama.
4. Perlu adanya pemantapan fungsi terhadap wadah-wadah musyawarah antar umat
beragama untuk menjembatani kerukunan atar umat beragama.
F. Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Menjaga kerukunan hidup antar umat beragama salah satunya dengan dialog antar umat
beragama. Salah satu persyaratan terwujudnya masyarakat yang modern yang
demokratif adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas)
masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah
kita harus saling menjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Secara historis banyak
terjadi konflik antar umat beragama, misalnya, konflik di Poso antara umat islam dan
umat Kristen. Agama disini terlihat sebagai pemicu atausumber dari konflik tersebut.
Sangatlah ironis konflik yang terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya
mengajarkan kepada pemeluknya agar hidupdalam kedamaian, saling tolog menolong
dan juga saling menghormati.
G. Peran Pemuda Dalam Menegakan Kerukunan Antar Umat Beragama

Kaum muda Indonesia adalah kalangan yang diharapkan berperanpositif, dalam banyak bidang
kehidupan bangsa dan negara di masa depan. Peran pemuda dapat disebutkan anatara lain, dalam
membangun kerukunan umat beragama. Sebagai bagian dari generasi muda Indonesia, kaum muda
atau pemuda menghadapi tantangan besar untuk bias berperan aktif dalam pengelolaan
kemajemukan keagamaan, sehinggah kemajemukan keagamaan bukan menjadi suatu ancaman
yang bias mendisintegrasi bangsa dan negara, melainkan suatu kekayaan sosio-kulturan yang
berfungsi integratif dan inspiratif bagi kemajuan bangsa di masa depan. Untuk dapat berperan
aktif, kaum muda perlu mengedepankan nasionalisme keindonesian mereka, sebagai warga negara
Indonesia dan patriot bangsa. Nasionalisme keindonesian harus berada di atas primordialisme
keagamaan apapun, bahkan harus menjadi pengendali dan rem bagi dorongan-dorongan primodial
keagamaan, dan dorongan-dorongan primodial lainnya (kesukuan, kedaerahan, dan kebudayaan).
Usia muda adalah sebuah peluang untuk kesempatan yang diberikan alam, untuk dipakai bagi
pencapaian kesatuan dan persatuan serta persaudaraan universal, antar semua didunia ini.
Persaudaraan antar umat beragama jauh lebih mudah terwujud di kalangan kaum muda sebagai
warga dunia yang paling dinamis.
Peranan Pemuda Dalam Masyarakat dibedakan dalam 2 hal, yaitu :

1. Peranan pemuda yang didasarkan atau usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan
a) Pemuda meneruskan tradisi dan mendukung tradisi
b) Pemuda yang menyesuaikan diri dengan golongan yang berusaha mengubah tradisi

2. Peranan pemuda yang menolak menyesuaikan lingkungan sekitarnya, dibedakan menjadi :


a) Jenis pemuda bangkit, yaitu pengurangan atau pembuka kejelasan dari suatu maslah sosial
b) Jenis pemuda nakal, yaitu yang berniat untuk melakukan perubahan pada budaya maupun
masyarakat tetapi hanya berusaha mendapat manfaat dari masyarakat dengan tindakan
menguntungkan diri sendiri.
c) Jenis Pemuda Radikal, yaitu mereka yang memiliki keinginan besar mengubah masyarakat dan
kebudayaan lewat cara-cara Radikal, Revolusiuner tanpa memikirkan lebih jauh bagaimana
selanjutnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai