Anda di halaman 1dari 3

ERRINO AGUSTI PRATAMA

X MIPA 2
1.Kebebasan beragama adalah prinsip yang mendukung kebebasan
individu atau masyarakat, untuk menerapkan agama atau kepercayaan
dalam ruang pribadi atau umum. Kebebasan beragama termasuk
kebebasan untuk mengubah agama dan tidak menurut setiap agama.

2.JAMINAN KEMERDEKAAN BERAGAMA DALAM UUD & UU 1. UUD


1945 Pasal 28E, ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, ayat (2) Setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai
dengan hati nuraninya.

3.Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun

4.Ketentuan kemerdekaan beragama dan kepercayaan yaitu:


Hak Kebebasan memeluk agama dan beribadah menurut
agamanya, yaitu hak yang memperbolehkan seseorang untuk
memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama yang
diyakininya.
Hak meyakini kepercayaan, yaitu seseorang berhak untuk
meyakini suatu kepercayaan yang di anutnya. Hak ini seperti
halnya dengan hak dalam beragama, sama-sama meyakini
kepercayaan; baik itu dari agamanya maupun leluhur atau nenek
moyangnya.
Adanya kebebasan yang otonom bagi setiap penganut agama
dengan agamanya itu, apabila terjadi perubahan agama, yang
bersangkutan mempunyai kebebasan untuk menetapkan dan
menentukan agama yang ia kehendaki.
Adanya kebebasan yang otonom bagi tiap golongan umat
beragama serta perlindungan hukum dalam pelaksanaan kegiatan
peribadatan dan kegiatan keagamaan lainnya yang berhubungan
dengan eksistensi agama masing- masing.
5.Tri Kerukunan Umat Beragama tersebut meliputi 3 pokok, yakni:
◐ Kerukunan antarumat beragama.
◐ Kerukunan intern umat beragama.
◐ Kerukunan umat beragama & Pemerintah.
Pertama: Kerukunan Intern Umat Beragama
Perbedaan pandangan dalam satu agama dapat melahirkan konflik di
dalam tubuh suatu agama itu sendiri. Disparitas madzhab ialah salah
satu disparitas yang nampak dan nyata. Kemudian lahir pula
disparitas ormas keagamaan. Walaupun satu aqidah, yakni aqidah
Islam, disparitas sumber penafsiran, penghayatan, kajian, pendekatan
terhadap Al-Quran dan As-Sunnah terbukti mampu
mendisharmoniskan intern umat beragama. Konsep ukhuwwah
islamiyah merupakan salah satu wahana agar tak terjadi ketegangan
intern umat Islam yang menyebabkan peristiwa konflik. Konsep
pertama ini mengupayakan berbagai cara agar tak saling klain
kebenaran. Menghindari permusuhan sebab disparitas madzhab dalam
Islam. Semuanya buat menciptakan kehidupan beragama nan
tenteram, rukun, dan penuh kebersamaan.
Kedua: Kerukunan Antar Umat Beragama
Konsep kedua dari trikerukunan memiliki pengertian kehidupan
beragama yang tentram antar masyarakat yang berbeda agama dan
keyakinan. Tidak terjadi sikap saling curiga mencurigai dan selalu
menghormati agama masing-masing. Berbagai kebijakan dilakukan
oleh pemerintah, agar tak terjadi saling mengganggu umat beragama
lainnya. Semaksimal mungkin menghindari kesamaan konflik sebab
disparitas agama. Semua lapisan masyarakat bersama-sama
menciptakan suasana hayati yang rukun dan damai di Negara
Republik Indonesia.

Ketiga: Kerukunan Antara Umat Beragama dan Pemerintah


Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk
kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua
umat beragama yang diwakili para pemuka dari tiap-tiap agama bisa
sinergis dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan
pemerintah buat menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa.
Trikerukunan umat beragama diharapkan menjadi menjadi salah satu
solusi agar terciptanya kehidupan umat beragama nan damai, penuh
kebersamaan, bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai
dalam perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai