Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ditengah zaman reformasi atau globalisasi seperti sekarang ini dengan

mudah kita utuk bisa menemukan konflik atau intoleransi antar umat beragama.

Tidak perlu dipertanyakan lagi masalah-masalah yang berkaitan tentang agama

dimana masalah tersebut sudah mulai terbiasa terdengar di telinga kita sebagai

masyarakat. Salah satunya adalah konflik beragama di zaman reformasi, diamana

seluruh umat beragama berusaha untuk memecah belahkan umat agama lainnya.

Sangat disayangkan hal tersebut bisa terjadi karena kita sebagai manusia

pasti sudah mengetahui dimana manusia merupakan makhluk sosial yaitu saling

membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain,namun jika konflik ini terus

terjadi maka yang kita dengar tidak lagi makhluk sosial melainkan makhluk

individu. Sekarang banyak negara mempunyai masalah-masalah dalam konflik

beragama karena perbedaan agama.

Dalam pandangan kitab suci contohnya veda sudah sangat jelas bahwa di

sana terdapat pandangan yaitu mengetahui semua agama sesuai dengan keinginan

manusia. kata demokrasi yang sering disebut-sebut,pada awalnya datang dari

pemikiran timur yaitu veda sendiri. Didalam UUD sendiri sudah di perjelaskan

juga tentang umat beragama yaitu pada UUD 1954 pasal 28E ayat 1 yang

menjelaskan tentang Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut

agamanya. Terdapat juga pada UUD 1945 Pasal 28E ayat 2 juga menyatakan

bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu

1
dalam UUD 1945 Pasal 28I ayat 1 juga diakui bahwa hak untuk beragama

merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 juga

menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk

memeluk agama. selain itu juga terdapat dalam pancasila dimana pada alenia

pertama pancasila yang bebunyi tentang " ketuhanan yang maha esa" yang bearti

setiap warga negara wajib berketuhanan Yang Maha Esa. Dengan itu maka agama

sudah menjadi pedoman hidup bagi kita sebagai umatNya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penulisan makalah
ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Toleransi dan Intoleransi beragama?
2. Apa penyebab dari dampak intolerasi beragama dizaman reformasi?
3. Bagaimana solusi dalam menyelesaikan masalah dari konflik antar agama
di zaman reformasi?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan. Jawaban dari pertanyaan tersebut sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Toleransi dan Intoleransi
beragama
2. Mengetahui apa penyebab dari dampak intolerasi beragama di zaman
reformasi
3. Mengetahui bagaimana solusi kita dalam menyelesaikan masalah dari
konflik antar agama di zaman reformasi

2
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi penulis
a. Untuk menambah wawasan penulis agar lebih mengetahui mengenai
konflik beragama di zaman reformasi
2. Bagi pembaca:
b. Untuk menambah wawasan pembaca agar lebih mengetahui mengenai
konflik sosial yang tengah terjadi di Indonesia
c. Sebagai media informasi

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toleransi dan Intoleransi Beragama

 Toleransi

Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai

antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup

lainnya. Sikap toleransi menghindarkan terjadinya diskriminasi sekalipun

banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok

masyarakat. Contoh sikap toleransi secara umum antara lain: menghargai

pendapat dan/atau pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita serta saling

tolong-menolong untuk kemanusiaan tanpa memandang suku / ras / agama /

kepercayaannya.

Istilah toleransi mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah agama.

Toleransi Beragama merupakan sikap saling menghormati dan menghargai

penganut agama lain. Diantaranya adalah: a. Tidak memaksakan orang lain

untuk menganut agama kita; b. Tidak mencela/menghina agama lain dengan

alasan apapun; serta c. Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain

untuk beribadah sesuai agama/kepercayaannya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tumbuhnya sikap toleransi menimbulkan

hidup yang damai saling berdampingan serta menghindarkan permusuhan.

(dikutip di wikipedia mengenai pengertian Toleransi)

4
 Contoh Sikap Toleransi

Menghargai agama lain yang berbeda dari agama yang dianut dari mayoritas

masyarakatnya.

Hal ini sangat sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap toleransi

mengajarkan kita untuk saling menghormati membiarkan orang menganut

kepercayaannya tanpa mendiskriminasi ataupun memaksanya untuk menganut

agama kita.

 Manfaat Toleransi

Banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari sikap toleransi khususnya dalam

kehidupan bermasyarakat antara lain:

 Tercipta keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.

 Menciptakan rasa kekeluargaan.

 Menimbulkan rasa kasih sayang satu sama lain.

 Tercipta kedamaian, rasa tenang dan aman.

Sebagai manusia yang hidup didalam lingkungan sosial sudah seharusnya kita

menanamkan sikap toleransi terhadap sesama. (sumberpengertian.2015)

 Intoleransi

Menurut sejarawan Inggris abad ke-19 bernama Arnold Toynbee, suatu

pembentukan agama yang menganiaya agama lain karena dianggap salah,

ironisnya membuat agama yang menganiaya menjadi salah dan merusak

legitimasinya sendiri.

Konsep modern mengenai intoleransi berkembang dari kontroversi religius

antara Kristen dan Katolik pada abad ke-17 dan 18 di Inggris. Doktrin mengenai

5
"toleransi beragama" pada masa tersebut bertujuan untuk menghilangkan

sentimen-sentimen dan dogma-dogma beragama dari kepemilikan politik.

Intoleransi beragama adalah suatu kondisi jika suatu kelompok (misalnya

masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama) secara spesifik

menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan

yang berlandaskan agama. Namun, pernyataan bahwa kepercayaan atau praktik

agamanya adalah benar sementara agama atau kepercayaan lain adalah salah 

bukan termasuk intoleransi beragama, melainkan intoleransi ideologi.

Kata intoleransi berasal dari prefik in- yang memiliki arti "tidak, bukan"

dan kata dasar toleransi yang memiliki arti  sifat atau sikap toleran  batas ukur

untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan penyimpangan

yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Dalam hal ini,

pengertian toleransi yang dimaksud adalah sifat atau sikap

toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai bersifat atau bersikap

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,

pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau

bertentangan dengan pendirian sendiri.

Kata keberagamaan memiliki arti perihal beragama. Sementara

kata beragama  didefinisikan sebagai menganut (memeluk) agama beribadat,taat

kepada agama, baik hidupnya (menurut agama). Dengan demikian, intoleransi

keberagamaan dapat didefiniskan sebagai sifat atau sikap yang tidak menenggang

(menghargai, membiarkan, membolehkan) perihal keagamaan yang berbeda atau

6
bertentangan dengan agamanya sendiri. (dikutup diwikipedia mengenai pengertian

intoleransi)

 Adapun sejumlah kandungan makna yang perlu ditegaskan secara

afirmatif dalam cakupan pendefinisian intoleransi beragama di atas, yaitu:

1. Intoleransi beragama merujuk kepada sikap kekerasan atas nama agama

terhadap penganut agama lain.

2. Sikap kekerasan itu mencakup baik kekerasan: fisik, psikis, politis, dan

sosiologis.

3. Kekerasan fisik yang dimaksudkan adalah kekerasan berupa serangan fisik,

mis. penganiayaan (mis. pemukulan bahkan pembunuhan) terhadap para penganut

agama lain dan pengrusakan rumah-rumah pribadi maupun rumah-rumah ibadah.

4. Kekerasan psikis yang dimaksud merujuk kepada pelontaran kata-kata hinaan,

cacian, dan sejenisnya.

5. Kekerasan politis berarti menggunakan kekuasaan politis untuk menekan,

membatasi, menghalang-halangi agama lain sementara tidak ada pelanggaran

hukum negara yang mengharuskan adanya sikap atau tindakan yang

demikian. Untuk poin ini, saya perlu memberikan penjelasan. Saya menekankan

"tidak adanya pelanggaran hukum" karena kehidupan beragama itu sendiri tunduk

di bawah UU. Itulah sebabnya, dalam taraf tertentu, pemerintah berhak, atas dasar

UU, melakukan tindakan preventif atau pun tindakan hukum, khususnya bila

penganut agama tertentu dinilai bertendensi bertindak membahayakan penganut

agama lainnya.

7
6. Kekerasan sosiologis berarti menggalang massa untuk mengkampanyekan atau

menyerukan pelarangan dan pembatasan terhadap agama tertentu dan dalam

konteks relasi antar-masyarakat, memperlihatkan tendensi alienasi (pengasingan

diri) dari penganut agama lain.

 Beberapa pokok lain yang tidak dapat terkategori sebagai tindakan atau

sikap intoleran.

1. Karena kehidupan beragama dalam konteks kebangsaan harus tunduk kepada

UU, maka apabila ada UU tertentu yang terlanggar oleh penganut agama tertentu

lalu mendapatkan tindakan hukum dari pihak berwewenang, maka tindakan

hukum itu sendiri bukanlah sebuah tindakan intoleran (bnd. poin 5 dalam bagian

sebelumnya). Perlu ditekankan bahwa tindakan hukum itu haruslah dilakukan oleh

pihak yang berwewenang, bukan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat, mis.

ormas, atau apa pun yang tidak menyandang hak resmi dari negara untuk tindakan

tersebut.

2. Evaluasi atau koreksi teologis, logis, dan historis terhadap ajaran agama

tertentu bukan merupakan ekspresi dari sikap intoleransi beragama apalagi

dianggap sebagai pelecehan. Poin ini terkait erat dengan paradigma toleransi

bahwa semua agama sah untuk dianut itulah sebabnya diperlukan toleransi tanpa

harus berarti bahwa semua agama sama-sama benar.

3. Penyebarluasan ajaran agama kepada pribadi atau kelompok masyarakat dalam

koridor hukum merupakan bagian dari kebebasan beragama dan bukan merupakan

8
ekspresi dari sikap intoleran terhadap keabsahan agama lain. Penyebarluasan

agama itu baru terkategori melanggar hukum bila itu dilakukan dengan

melibatkan pemaksaan atau tipu muslihat yang dapat dibuktikan secara hukum.

Maka, merupakan sikap intoleran dan bahkan melanggar hukum mengenai

kebebasan beragama bila kelompok agama tertentu menghembuskan isu SARA

demi membatasi penyebarluasan agama lain.

 Beberapa Implikasi mengenai Intoleransi

1.  Negara harus benar-benar memperlihatkan kedaulatannya dalam menjalankan

UU yang menjamin kebebasan menjalankan agama di Indonesia.

2. Tindakan hukum terhadap penganut agama tertentu semata-mata atas provokasi

massa dari agama tertentu yang lain, merupakan tindakan yang intoleran dan

melanggar hukum itu sendiri.

3. Setiap agama atau keyakinan yang sah diakui dalam NKRI harus mendapat

perlakuan, perlindungan, dan kesempatan yang setara, terlepas dari berapa banyak

jumlah pengikutnya. Undang-undang yang menjamin kebebasan beragama SAMA

SEKALI TIDAK mendasarkan distribusi keadilan berdasarkan jumlah penganut.

4. Suplemen UUD berupa peraturan pemerintah dan atau sejenisnya berkait

kehidupan beragama, harus mencerminkan prinsip keadilan pada poin 3 di atas.

Suplemen tersebut tidak boleh menguntungkan salah satu agama tertentu dan atau

menyulitkan agama-agama lainnya. Bila ada suplemen yang demikian, maka

suplemen itu sendiri merupakan suplemen yang intoleran dan harus dihapuskan.

(Elaborasi Via Negativa .2013.)

9
2.2 Penyebab dari Dampak Intolerasi Beragama Dizaman Reformasi

Di zaman reformasi atau globalisasi seperti sekarang ini kasus-kasus atau

konflik-koflik yang berkaitan dengan keagamaan semakin menjadi- jadi. Salah

satunya adalah pelecehan agama,penodaan agama, intolerasi beragama dan masih

banyak lagi. Terjadinya konflik di zaman reformasi beragama di Indonesia

memang menjadi sebuah pertanyaan besar di tengah bangsa yang majemuk ini.

Indonesia yang memiliki beragam budaya serta kepercayaan seharusnya mampu

mengembangkan toleransi beragama yang tinggi demi menciptakan integrasi

bangsa bukannya justru memecah belahkan umat beragama lainnya.

Seperti yang kita ketahui sekarang permasakah konflik beragama ini

sangat sensitif untuk di bahas karena setiap orang memiliki sudut pang yang

berbeda yang membuat kita sulit untuk bisa memahiminya atau pun untuk

mengerti. Kita pernah mendengar tentang konflik permasalahan mengenai kasus

umat beragama islam dengan agama kristen dimana mereka merupakan agama

yang satu rumpun akan tetapi zaman menunjukan bahwa konflik yang sangat berat

dialami adalah ketika kedua agama tersebut saling memecah belahkan satu dengan

yang lain contohnya perang salib dan gerakan anti-Yahudi di Eropa merupakan

perwujudan antagonisme antar pemeluk umat. Di Indonesia sendiri juga terdapat

masalah serupa dimana umat antar agama saling berstikuru untuk membela

agama mereka masing-masing.

10
 Terdapat beberapa kasus di zaman reformasi yaitu:

1 Kasus Perusakan Tempat Ibadah

2 Kontroversi Otonomi daerah dan Perda Syariat

3 Larangan Mengucapkan Natal

1. Kasus Perusakan Tempat Ibadah

Kasus perusaka tempat ibadah antar umat islam dan kristen

sudah merupakan hal biasa yang kita dengar, hal tersebut terjadi

dikarenakan Persengketaan mengenai pendirian tempat ibadah

yang sebenarnya sudah memilik Surat Keputusan Bersama atau

SKB yang tidak di setujui atau diterima oleh umat kristen

sedangkan umat islama menggunak SKB tersebuat sebagai alasan

untuk menyikapi pendirian tempat ibadah hal tersebut mulai

memicu permasalah antar umat bergama.

Di Era Reformasi persoalan tempat ibadah masih menjadi

titik pusat perhatian bagi hubungan Islam-Kristen. Persoalan

tersebut terjadi di masa era reformasi yang terjadi semenjak masa

transisi dari Orde Baru ke Era Reformasi. Perubahan Era Orde

Baru ke Era Reformasi diikuti dengan berbagai kerusuhan sosial.

Pada masa inilah permasalahan atau konflik atar umat bergama

yaitu umat islam dan kristen mulai sering terjadi. (Ahwan

Fanani. 2016.)

11
2. Kontroversi Otonomi daerah dan Perda Syariat

Era Reformasi mulai mengubah pola hubungan pusat dan

daerah di Indonesia. Apabila pada Era Orde Baru, pemerintahan

dijalankan secara sentralistik, maka pada Era Reformasi wewenang

pemerintahan dilimpahkan ke daerah melalui Otonomi Daerah.

Dengan ini daerah memilik wewenang sendiri untuk menentukan

sebuah kepentingan bagi masyarakat daerah.

Namun proses Otonomi Daerah ini tidak berjalan mulus

melaikan menglami berbagai masalah    Salah satu persoalan yang

menjadi wacana publik di era Reformasi adalah keluarnya

Peraturan-peraturan Daerah yang terkait dengan pelaksanaan

agama yang di sebuah daerah. Di tingkat nasional, persoalan

tersebut dikenal dengan sebutan Perda Syariat. Persoalan Perda

syariat menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat.

Keberadaan Perda Syariat tentunnya memicu permaslaah

bagi umat bergama kristen bukannya hanya umat kristem bahakan

umat hindu dan budha pun takut akan dampak yang terjadi jika

Perda Syarat merupakan bagian dari penerapan Piagam Jakarta

melalui peraturan dan kebijakan Otinomi Daerah. Oleh sebab itu

banyak organisasi yang mulai mengirmkan surat mengenai

permasalahan terserbut karena hal tersebut tidak sitematis. (Ryan

Dagur .2012.)

12
3. Larangan Mengucapkan Natal

Dalam permasalah ini mulai lagi terjadi Intoleransi

beragama yang dimana mulai lagi muncul koflik bergama yaitu

dengan larangan untuk tidak merayakan hari raya umat kristen

yaitu natal. Front Pembela Islam (FPI) mengatkan menurutnya

mengucapan selamat Natal bagi umat Islam bisa menggangu

keyakinan ketuhanan Dalam kamus disebutkan, pengertian Natal

itu adalah memperingati hari kelahiran Yesus sebagai anak Tuhan,

karena itu dalam perspektif Islam, mengucapkan selamat Natal

sama saja dengan mengakui keberadaan anak Tuhan atau mengakui

ada Tuhan lain.

Selain FPI yang mengtakan hal tersebut terdapat juga

Majelis Ulama Indonesia yang meminta agar umat muslim untuk

tidak ikut dalam upacara natal bahkan untuk mengucapakan

selamat natal kepada umat kristen pun tidak diperbolehkan. Karena

menurutnya larangan ini sudah tercatum dalam fatwa MUI yang

dikeluarkan pada 1981 yang mengatakan bahwa hal tersebuat

haram hukumnya bagi mereka uutuk dilakukan. namun MUI

menegaskan hal tersebut bukan cerminan untuk membenci kaum

muslim ini hanya masalah dalam sebuah keyakinan, selai itu ia juga

menegaskan hal yang lai yaitu untuk cukup bisa menjaga sikap

toleransi yaitu saling menghormati dan menjaga kedamaian. Tentu

13
saja hal ini mulai menimbulakan berbagai konflik bagai umat

kristen.

Pernytaan ini akhirnya membuat Nahdlatul Ulama ikut

angkat bicara, ia mengatakan mengenai permasalah ini yang tidak

akan mudah untuk bisa ditrima oleh umat muslim. Dengan itu

masyarakat Non-muslim berharap agar umat muslim tidak mudah

terpengaruh oleh ucapan dari ulama-ulama tersebut. Karena

menurut mereka hal tersebut sangat dikawatirkan dapat memicu

terjadinya pemecahan antar umat beragama di Indonesia.

Selain itu msyarakat berpendapat untuk tidak melakukan

hal-hal yang membuta negara ini terpecah belah. Selain masyarakat

yang membantah hal tersebut mantan wakil presiden pun ikut

mengabaikan apa perkataan dari MUI ia tetpa mengatakan semalat

natal bagi masyarakat di NTT. (Suriyanto .2014). 

2.3 Solusi dalam menyelesaikan masalah dari konflik antar agama di zaman

reformasi.

Zaman Reformasi merupakan zaman di mana ketegangan tersebut

memperoleh momentum untuk menjadi konflik terbuka. Zaman reformasi adalah

sebuah titik balik dari kehidupan sosial-politik yang tersentralisir dengan

pendekatan keamanan yang dominan di masa Orde Baru di masa ini lah mulai

terjadinya perbedaan dan mulai munculnya konflik-konflik beragama . Terjadinya

intoleransi tentunya merupakan hal yang tidak kita inginkan bersama. Bisa

14
dikatakan hubungan antar agama atau sesama pemeluk agama di Indonesia adalah

hubungan yang konfliktual atau hubungan yang sangat dipentingkan yang

dimaksud adalah sebuah negara yang mudah sekali terpecah karena isu-isu

diskriminasi dan intoleransi beragama.

Banyak orang diluar negara Indonesia beranggapan bahwa sebenarnya

negara Indonesia merupakan negara yang memiliki rasa toleransi yang tinggi

salah satunya dengan jika terdapat hari raya besar maka dengan itu akan menjadi

libur nasional. Namun hal tersebut tidak lah benar karena kita sendiri belum bisa

menilai hal tersebut karena masih banyak pertentanggan yang terjadi di dalam

negara sendiri. Salah satu upaya yang dapat di lakukan dalam menanggulangi

masalah yang terjadi pada zaman reformasi ini adalah dengan cara melakukan

Multikulturalisme yang bearti pemahaman dan cara pandang yang menekankan

interaksi dengan memperhatikan keberadaan setiap kebudayaan sebagai entitas

yang memiliki hak-hak yang setara. Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat

dengan menekankan sebuah pendidikan yang termasuk dalam multikulturalisme

pendidikan yang tetap dalam pantauan dari pemerintah. Sebenarnya hal tersebut

masih bisa dianggap atau masih banyak mendapat kritikan dari berbagai

masyarakat karena dianggap bertentangan dengan nasionalisme. Tetapi dibalik

semua itu dengan kita mempelajari multikulturalisme kita akan mendapatkan

tujuan yang sesuai yaitu untuk menciptakan toleransi dalam masyarakat. Hal ini

tentunya masih memerlukan ketegasan pemerintah dalam menindak kasus-kasus

intoleransi beragama.

15
Sebenarnya yang membuat masalah intoleransi tidak selesai-selasai adalh

kelompok-kelompok yang masih menggap remeh suatu agama dan yang masih

memilik sudut padang yang berbeda pula. Meskipun pemerintah sudah berusaha

untk menyelesaikan satu persatu kasus yang terjadi di Indonesia ini tetapi masih

saja ada pertentangan yang terjadi di kelompok-kelompok tersebut yang

mengatakan hal tersebut sebuah intoleransi beragama namun tidak banyak jugak

yang mengatakan tindakan pemerintah tersebut sebuah tindakan hukum.

Kita sebagai masyarakat Indonesia sebaikanya tidak ikut dalam masalah

atau konflik Intoleransi di zaman reformasi ini karena kita sendiri ketahua kita

sebagai makhluk sosial yang saling memerlukan satu sama lain tetapi jika masalah

pemecahan beragama mulai terjadi maka kita tidak akan mendapatkan ketenangan

memalikan kesususahan. Kita sebaikanya cukup melakukan sikap saling

menghormati dan bekerja sama antar umat beragama selain itu perlu

diimplementasikan dalam kehidupan beragama, sebagai upaya menjalankan sila

pertama dengan tujuan menghindari sebuah kekerasan atas nama agama dan

menciptakan kerukunan beragama, sehingga setiap pemeluk agama mengalami

kebebasan dalam menjalankan ibadah dan keyakinannya masing-masing.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Intoleransi beragama adalah suatu kondisi jika suatu kelompok (misalnya

masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama) secara spesifik

menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan

yang berlandaskan agama. Permasahan yang timbul dalam negar Indonesia

adalan masalah Intoleransiberagama tersebut contohnya penodaan agama,

pemecahan agama, saling bentrok antar umat beragama dan masih banyak lagi.

Sebenarnya hal tersebut tidak lah sebuah hal yang oenting karena kita sebagai

umatNya merupakan makhluk yang sama dimataNya tidak da perbedaan apapun

bagiNya tetapi kita tetap saja tidak memperdulikan itu. Alangkah baikannya jika

kedamaian dan kemakmuran di paraktikan dan di lakukan di dalam kehidupan

sehari-hari,dengan kesadaran kita sebagai manusia bahwa semua umatNya semua

sama dimataNya dan berhak untuk memelih dan menetukan agamanya sendiri

sesui dengan keyakinan mereka masing-masing,salain itu agama juga merupaka

warisan yg diperoleh turun temurun dari dulu hingga sekarang. (Somvir.2001).

3.2 SARAN

Demikian penulisan makalah yang dapat saya selesaikan, saran yang

dapaat saya sampaikan adalah kita sebagi umatNya yang di padang sama tidak

bisa membeda-bedakan setiap umatNya karena bagamana pun kita diciptakan

sama tetapi kita memiliki sudut pandang yang berbeda. Kita sebagai masyarakat

17
kususnya untuk kaum muda generasi penerus bangsa agar tidak mudah terjerumh

oleh hal-hal yang dapat merusak kedamaian bangsa kita dengan mendengarkan

isu-isu yang dapat memecah belahkan antar umat beragama.

18
DAFTAR PUSTAKA

Somvir.2001.Mutiara Veda Untuk Kehidupan Sehari-hari. surabaya. Paramita

Rachmadsyah Shanti. 2010. "HAM dan Kebebasan Beragama di Indonesia".


Hukum Online.

 Hendropuspito D. 2006. Sosiologi Agama. Jakarta.Kanisius. 

Mudana Nengah I,dkk.2010. Buku Pedoman Belajar GENITRI Pendidikan


Agama Hindu 2. Denpasar. Tri Agung.

Jayendra Sabda Putu.2014. Pengantar Perkulaihan Agama. Denpasar. Sekolah


Tinggi Pariwisata Bali Internasional

Bahtiar Effendy,. 2001. Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan.


Yogyakarta. Galang Press.

Diakses melalui, kompasiana.com/shofal_dihanza/intoleransi-dan-toleransi-


beragama-di-indonesia_568251ba737a61c413d16d0d. pada tanggal 1
oktober 2018, pukul 20.00 WITA

Diakses melalui, syadzaalifa.com/2017/01/16/intoleransi-beragama-indonesia-


dan-ketegasan-pemerintah-perbandingan-makna-toleransi-dilihat-dari-
sudut-pandang-islam-dan-sosiologi/, pada tanggal 1 oktober 2018,
pukul 20.00 WITA

Diakses melalui, kompasiana.com/nararya1979/intoleransi-beragama-elaborasi-


via-positiva-dan-via-negativa_5520467d813311277419f723, pada
tanggal 1 oktober 2018, pukul 20.00 WIT

19

Anda mungkin juga menyukai