Anda di halaman 1dari 19

Pendidikan Agama

Mata Kuliah Dasar Umum

Sesi 14 – Mengatasi Masalah dalam Menghadapi Berbagai


Problematika Umat Beragama

Tim Teaching MKDU


Dinamika Konflik dalam Agama

Sebagai masyarakat majemuk sejak awal, bangsa Indonesia selama ini dikenal sebagai masyarakat
beragama yang moderat dan toleran, dan bahkan menjadi contoh toleransi kehidupan beragama
di dunia. Namun di era reformasi ini muncul sejumlah peristiwa konflik dan intoleransi atau
bahkan kekerasan berlatar belakang agama, baik internal maupun antarumat beragama. Meski
jumlah konflik berlatar belakang agama ini rata-rata per tahun hanya sekitar 1,3% dari
keseluruhan konflik, tetapi hal ini tetap mengkhawatirkan bagi kehidupan masyarakat, di samping
dapat mengurangi apresiasi dunia terhadap kebijakan negara dan kerukunan umat beragama di
Indonesia yang sangat baik.
 Munculnya sejumlah kasus intoleransi dan bahkan kekerasan itu sebenarnya merupakan salah satu
ekses dari reformasi, yang memang sangat mendukung kebebasan. Dalam kondisi demikian sejumlah
kelompok agama cenderung mengekspresikan kebebasan yang terlalu bersemangat atau berlebihan,
termasuk dalam hal pemahaman keagamaan yang puritan, radikal atau menyimpang dari
mainstream. Ekspresi yang bersemangat ini juga terjadi dalam hal protes terhadap kelompok lain
yang dianggap menodai atau menghina agama, sehingga dalam beberapa kasus protes itu
termanifestasi dalam bentuk konflik atau kekerasan.

 Sejarah kehidupan umat manusia tidak pernah sunyi dari konflik, mulai dari konflik suku sampai
kepada konflik agama. Beberapa di antaranya terjadi dalam waktu cukup lama, seperti konflik antara
Islam dengan Kristen yang dikenal dengan perang Salib. Perang Salib merupakan perang terbesar
dalam sejarah umat Islam dan Kristen. Kebencian kedua pemeluk agama ini belakangan sering
berakar pada peristiwa sejarah masa lalu
Penyebab Timbulnya Kekerasan dan Diskriminasi
antar Umat Beragama di Indonesia.

 Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan
memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang
lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi
negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat dan hal ini telah terjadi di beberapa
tempat di Indonesia. Dengan keanekaragaman agama yang ada di Indonesia membuat
masyarakat Indonesia memiliki pemahaman yang berbeda-beda sesuai dengan yang diajarkan
oleh agamanya masing-masing. Perbedaan ini timbul karena adanya doktrin-doktrin dari
agama-agama, suku, ras, perbedaan kebudayaan, dan dari kelompok minoritas dan mayoritas.
Fungsi Pemerintah dan Masyarakat dalam Menyelesaikan Kekerasan
dan Diskriminasi antar Umat Beragama di Indonesia
Dalam sila-sila yang tercantum (Pancasila), sangat jelas peran
Pancasila dalam HAM, seperti berikut ini:

• Hak asasi manusia menurut Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Mengandung
pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta menjamin setiap agama
melakukan ibadah menurut keyakinan masing-masing

• Hak asasi manusia menurut Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Mengandung berarti pengakuan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk
sosial. Kemanusiaan mengakui semua manusia sama-sama sebagai makhluk
sosial yang berkonsekuensi pada kedudukan yang sama tinggi dan sama rendah
3

• Hak asasi manusia menurut Sila Persatuan Indonesia. Menimbulkan sikap yang
mengutamakan kepentingan bangsa adalah titik tolak memperjuangkan hak asasi
manusia. Tanpa adanya jaminan kebangsaan berarti nilai nilai asasi manusia
terabaikan.

• Hak asasi manusia menurut Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kedaulatan ditangan rakyat
berwujud dalam bentuk hak asasi seperti mengeluarkan pendapat dan hak
berkumpul.

• Hak asasi manusia menurut Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menyatakan bahwa setiap manusia warga bangsa berhak menikmati kehidupan
yang layak dan terhormat
Formulasi Harmonisasi Antar Umat beragama

Toleransi dalam beragama bukan berarti hari ini bebas menganut agama tertentu dan
besok hari menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan
ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat.

Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan akan
adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk sistem, dan tata
cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan
agama masing-masing.
Beberapa Kasus Konflik Agama di Indonesia

Konflik Agama di Poso. Konflik Poso adalah bagian dari konflik individu yang kemudian
merembes lebih luas sampai menyentuh ke level agama. Padahal bila merujuk pada akar
sejarahnya, bahwa awal mula terjadinya konflik bertumpu pada subsistem budaya dalam
hal ini menyangkut soal suku dan agama. Dua unsur inilah yang kemudian mengemuka
dan menjadi bom waktu bagi perpecahan umat beragama di Poso.
2

Konflik Sunni dan Syiah di Jawa Timur. Jawa Timur yang mayoritas Muslimnya menganut
tradisi NU (Nadlatul Ulama), menjadi salah satu basis utama daerah penyebaran aliran
Syiah 16. Gerakan dakwah Syiah mulai muncul sekitar tahun 80-an. Kelompok Syiah di
Jawa Timur membangun basis di daerah Tapal Kuda dan sekitaran

Konflik Agama di Bogor. Pembangunan GKI Yasmin sejak tahun 2000 baru menuai
masalah pada tahun 2008, ketika Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Bogor Yusman
Yopi membekukan izin pembangunan gereja tersebut melalui surat Nomor 503/208-DTKP
tertanggal 14 Februari 2008. Alasannya, ada keberatan dari forum ulama dan ormas Islam
se-kota Bogor. Surat ini terbit sesudah surat izin dikeluarkan oleh Wali Kota Bogor Diani
Budiarto pada 13 Juli 2006.
Peranan Komnas HAM dalam Penyelesaian Konflik
antar Umat Beragama

 Setiap orang mempunyai hak untuk menikmati kehidupannya serta tumbuh dan
berkembang dalam berbagai kehidupannya yang aman, tenteram, damai, dan
sejahtera. Oleh karena itu, manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dikaruniai
seperangkat hak yang melekat kepadanya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi penghormatan
dan perlindungan harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia.
 Konsep peranan memiliki sejarah yang panjang baik dalam ilmu antropologi, sosiologi,
maupun psikologi. Dalam rumusan klasiknya, Linton membedakan peranan dengan
status. Status mengacu kepada posisi atau kedudukan di dalam sebuah sistem sosial.
Sementara, peranan mengacu kepada aspek perilaku yang berasosiasi atau
berhubungan dengan status yang diberikan.
 Tujuan peranan dari seseorang didasari oleh peraturan yang sah, seperti peraturan administratif.
Dikarenakan tidak adanya persetujuan dalam harapan peranan ini, Gross Mason dan Mc Eachern
mengemukakan bahwa anggota peranan sendirilah yang menentukan ukuran kebijaksanaan
terhadap pemberhentian sebuah kewenangan peranan yang mereka miliki.
 Banyaknya jumlah dan jenis kebijaksanaan yang dijalankan oleh seseorang anggota peranan
dalam sebuah sistem yang legal merupakan bagian dari fungsi orientasi atau sikapnya terhadap
harapan dari peranan itu sendiri. Perilaku peranan masing-masing berbeda dengan orientasi
peranan dan harapan peranan, meliputi tindakan yang memiliki maksud yang jelas pada
pengambilan kebijakan/keputusan.
 Sejalan dengan pangeran tersebut, Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa, “peranan (role)
adalah aspek yang dinamis dari kedudukan (status)”. Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.
 Sejarah yang begitu panjang telah dilalui dalam pembentukan Komnas HAM dengan satu
tujuan, yaitu demi kesejahteraan rakyat sebagaimana yang terdapat dalam UUD 1945 yang
kita yakini sebagai konstitusi tertinggi bila dilihat dari segi hirarkinya. Memang pengaturan
tentang Komnas HAM ini dak diatur dalam undang-undang tersendiri namun dalam UU HAM
dijelaskan secara terperinci tentang tujuan dan fungsi dari Komnas HAM itu sendiri. Adapun
tujuan HAM dibentuk adalah:

• Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai dengan


A Pancasila, UUD 1945, Piagam PBB, serta DU HAM 1948

• Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya


B pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi
dalam berbagai bidang kehidupan.
Dengan telah ditingkatkannya dasar hukum pembentukan Komnas HAM dari keputusan presiden
menjadi undang-undang dan tersebarnya perwakilan dan kantor Komnas HAM, diharapkan
Komnas HAM dapat menjalankan fungsinya dengan lebih optimal untuk mengungkapkan
berbagai bentuk pelanggaran HAM. Dengan undang-undang tersebut, Komnas HAM juga
mempunyai subpoena power dalam membantu penyelesaian pelanggaran HAM. Komnas HAM
bertugas dan berwenang melakukan:

• Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional HAM dengan


A tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan aksesi dan/atau
ratifikasi;

• Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan untuk


B memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan dan
pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan HAM;
C • Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian

• Studi kepustakaan, studi lapangan, dan studi banding di negara lain mengenai
D HAM;

• Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan, penegakan,


E dan pemajuan HAM

• Kerjasama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga atau pihak


F lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang
HAM.
Upaya Mengatasi Konflik Umat Beragama

Adapun upaya upaya dalam mengatasi konflik umat


beragama adalah sebagai berikut:

Masyarakat harus mempunyai rasa kehormatan antara agama satu


dengan yang lain.

Masyarakat harus mempererat tali persahabatan dan berusaha


mengenal lebih jauh antara satu dengan yang lain.

Mempunyai kesadaran bahwa setiap agama yang dianut masyarakat


membawa misi kedamaian.

Masyarakat yang baru saja pindah ke daerah lain harus berbaur atau
membaur ke masyarakat sekitar.

Dalam masyarakat harus ada keadilan dan rasa ketidakadilan itu harus
dihilangkan agar tidak menimbulkan rasa kebencian.
Selain itu Upaya Pencegahan Konflik yang
Bersifat SARA adalah sebagai berikut:

Mendekatkan diri pada tuhan


1
Memahami adanya perlindungan bagi hak warga negara
2
Saling menghargai dan menghormati keberagaman
3
Tidak menyimpan prasangka buruk pada orang lain yang berbeda
4
Mengamalkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan
5
 Dalam masyarakat masih terdapat masalah intoleransi sehingga masyarakat sulit untuk
berbaur dan membaurkan diri antara satu dengan yang lain.Masih banyaknya masalah
persoalan tentang pembangunan rumah ibadah.
 Contohnya masyarakat yang tinggal di daerah mayoritas beragama muslim menolak untuk
pembangunan gereja. Masalah ini menjadi catatan serius oleh pemerintah bagaimana
untuk mengatasinya, namun sampai saat ini masih belum jelas penyelesaiannya masalah
tersebut. Untuk membantu penyelesaian tersebut seharusnya masyarakat lebih bersifat
terbuka antara satu dengan yang lain, dan lebih menerima perbedaan yang terjadi di
masyarakat.
 Dengan mempunyai rasa toleransi masyarakat bisa saling mengerti antara satu dengan
yang lain dan juga masyarakat bisa bergotong royong dengan yang lain bila terjadi
kesulitan. Dengan begitu masyarakat bisa kerja sama memberikan jalan bagi masyarakat
untuk menengahi konflik secara damai.
Selanjutnya dalam melaksanakan fungsi Komnas HAM dalam
mediasi, Komnas HAM bertugas dan berwenang:

Mengadakan perdamaian antara pihak-pihak yang berkaitan

Menyelesaikan perkara melalui konsultasi, negosiasi, mediasi,


konsiliasi dan penilaian ahli

Memberi saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa


melalui pengadilan;

Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM


kepada pemerintah untuk dindaklanju penyelesaiannya

Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM


kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk ditindaklanjuti.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai